BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1 Deskripsi Teoritik
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul penelitian ini, perlu adanya penjelasan tentang teori-teori yang digunakan dalam judul penelitian ini. Dari judul penelitian ini didapat tiga konsep yang perlu dijelaskan, yaitu motivasi, guru dan karya ilmiah.
a. Motivasi
1) Pengertian Motivasi
Dalam Kamus Bahasa Indonesia motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan satu tindakan dengan tujuan tertentu. Manullang (1991: 34) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu faktor intrinsik yang menggugah, mengarahkan dan mengintegrasikan tingkah laku seseorang yang didorong oleh kebutuhan, kamauan dan keinginan yang menyebabkan timbulnya suatu perasaan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut Wina Sanjaya (2011: 228) motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Jadi dapat disimpulkan motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang agar mengarahkan kepada tingkah laku yang lebih baik lagi. Motivasi akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang. Seseorang yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai daya/energi untuk melakukan suatu usaha yang luar biasa. Dengan demikian motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan dan menjamin tercapainya suatu tujan. Dengan kata lain, usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang akan dapat mencapai target hidupnya. Karena, intensitas motivasi seorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi seseorang.
10
2) Macam-macam motivasi
Motivasi berkembang dapat dari mana saja, ada dari dalam (intrinsik) dan dari luar (ekstrinsik). Menurut Sardiman (2011: 89-91) yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu rangsangan dari luar atau motivasi yang berasal dari dalam‚ sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2009: 23) faktor intrinsik yaitu berupa hasrat dan keinginan berhasil dan harapan akan cita-cita. Faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan. Dengan demikian, dalam suatu kegiatan peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan adanya motivasi, guru dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan yang menjadikan para guru lebih berdaya guna dan lebih produktif untuk memberikan kontribusi yang positif, terutama pada ranah pendidikan yang mana mereka menjadi salah satu komponen terpenting di dalamnya.
3) Fungsi motivasi
Seperti pada pengertian yang telah disebutkan di atas bahwa motivasi merupakan suatu dorongan untuk melakukan suatu perbuatan. Maka motivasi memiliki beberapa fungsi‚ berikut ini fungsi motivasi menurut Sardiman (2011: 85): a) mendorong manusia untuk berbuat‚ jadi penggerak atau motor yang melepaskan energi; b) menentukan arah perbuatan‚ yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai; c) menyelesaikan perbuatan‚ yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut; selain itu, d) motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Purwanto (2007: 70) menyebutkan fungsi motifasi adalah:
a) Motivasi itu mendorong manusia untuk berbuat/bertindak;
b) Motivasi itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas;
c) Motivasi itu menentukan arah perbuatan. Yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari
jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang harus ditempuh; dan
d) Motivasi itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan mengenyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan.
Orang yang memiliki motivasi tentu akan berbeda dengan orang yang tidak memiliki motivasi. Menurut Sardiman (2011: 83) berikut ini ciri-ciri orang yang memiliki motivasi: tekun menghadapai tugas‚ tak pernah berhenti sebelum selesai ulet menghadapai kesulitan‚ tak putus asa, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang belajar sendiri, cepat bosan pada tugas rutin (berulang-ulang begitu saja), dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, senang memecahkan masalah.
Dalam penelitian ini motivasi yang dimaksud adalah motivasi yang ada dalam diri atau pun yang timbul karena rangsangan dari luar pribadi seorang guru matematika SMP N (PNS) dalam menulis karya ilmiah di bidang matematika yang bertujuan untuk memberikan kontribusi positif pada ranah pendidikan dan juga untuk memenuhi angka kredit pada kenaikan pangkat guru PNS.
b. Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia guru adalah seorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar (Pusat Bahasa Depdiknas, 2005: 377). Dalam buku yang ditulis Nurfuadi (2012: 54), Ngalim Purwanto mengartikan guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang. Selain itu, Nurfuadi (2012: 54) mengutip dari Hadari Nawawi bahwa pengertian guru dapat dilihat dari dua sisi, pertama secara sempit guru adalah ia yang mewujudkan program kelas, kedua secara luas diartikan guru adalah yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak didik dalam mencapai kedewasaan masing-masing. Sedangkan, menurut Ahmad Tafsir dalam Nurfuadi (2012: 54) guru tidak hanya bertanggung jawab pada ranah kedewasaan saja, melainkan seluruh potensi yang dimiliki siswa yang meliputi: afektif,
kognitif, dan psikomotorik. Sedangkan, pada Undang-undang No. 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat (1) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa (Fokusmedia, 2011:
2):
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik di suatu lembaga formal maupun non formal.
Sebutan guru identik juga dengan sebutan pendidik. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (6) disebutkan bahwa (Fokusmedia, 2010: 3):
“Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, intruktur, fasilitator, dan sebutan lain sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.”
Selain dari pada itu, menurut Moh. Uzer Usman (2006: 6-7) menyatakan dalam arti luas keberadaan guru amatlah penting, karena pada hakikatnya guru merupakan komponen strategis untuk menentukan gerak maju kehidupan bangsa.
Guru memiliki banyak tugas dalam bentuk pengabdian, diantaranya : 1) Tugas dalam bidang profesi,
Tugas ini sebaiknya dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian khusus di bidang pendidikan guna menciptakan pendidikan yang berkualitas.
Meskipun, pada kenyataannya masih banyak dilakukan oleh orang di luar bidang pendidikan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik untuk mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar yang berarti transfer ilmu pengetahuan dan mengembangkan teknologi, serta melatih yang berarti turut serta mengasah keterampilan yang dimiliki para siswa. Dengan demikian, maka pendidikan akan terasa lebih bermakana;
Menurut Cicih Sutarsih (2012: 73) profesi tidak hanya sebagai tugas, karena tanggung jawab mengembangkan profesi menjadi tuntutan dan panggilan untuk selalu menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya.
2) Tugas kemanusiaan,
Tugas ini merupakan tugas yang berporos pada akhlak/sikap seorang guru. Karena menjadi guru hendaknya menjadi suri tauladan dalam berbagai hal khususnya bagi siswa yang dididiknya, dan masyarakat pada umumnya;
serta
3) Tugas dalam bidang kemasyarakatan,
Tugas yang dimaksudkan dengan kewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan pancasila.
Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa di masa depan tercermin dari potret diri para guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat.
Hal ini menjelaskan bahwa guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat. Guru dituntut untuk dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan, karena memiliki andil besar. Salah satu cara untuk membina hubungan dengan masyarakat adalah dengan membawa para siswa untuk mempelajari sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan masyarakat setempat. (Cicih Sutarsih, 2012: 73)
Pada dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus lagi proses pembelajaran, tugas yang diperankan oleh guru tidak akan dapat digantikan oleh teknologi apapun. Karena, fungsi guru tidak akan dapat dihilangkan sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya. Sehubungan dengan itu, guru harus disiapkan untuk memenuhi layanan interaksi dengan siswa. Karena pada dasarnya, proses pembelajaran yang berkualitas adalah yang ditentukan oleh kepribadian seorang guru/pendidik yang akan sangat berpengaruh pada kesediaan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Dengan kata lain, hubungan guru/pendidik dengan peserta didik menentukan proses pembelajaran yang efektif.
(Cicih Sutarsih, 2012: 5-6)
Keberhasilan proses pembelajaran diperoleh dengan adanya lima fungsi penting seorang guru/pendidik (Cicih Sutarsih, 2012: 6-7), diantaranya:
1) Manajer, sebagai seorang manajer guru harus melakukan semua kegiatan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
2) Fasilitator, dalam fungsi ini guru diharapkan untuk memeberi kemudahan dalam suatu pembelajaran dengan tidak menjadikan guru sebagai satu- satunya sumber belajar bagi peserta didik, akan tetapi menyediakan sumber belajar lain untuk mempermudah pembelajaran.
3) Moderator, dalam hal ini, guru diharapkan untuk dapat mengarahkan, mengatur, serta menggerakkan proses pembelajaran. Sehingga tercipta situasi yang kondusif dalam pembelajaran.
4) Motivator, fungsi ini mengahruskan guru untuk selalu memotivasi para peserta didik untuk dapat bersungguh-sungguh dalam belajar dan memiliki keinginan untuk bvelajar secara kontinu.
5) Evaluator, sebagai evaluator guru bertugas menilai proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh semua peserta didik secara keseluruhan, baik dari aspek kognitif, aspek afektif, maupun aspek psikomotorik.
Dari penjelasan di atas, keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari cara seorang guru/pendidik mengajar dan mendidik, serta dari cara seorang peserta didik belajar. Hal ini, dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada peserta didik, baik perubahan pengetahuan, prilaku/sikap, maupun keterampilan.
(Cicih Sutarsih, 2012: 11)
Dalam penelitian ini guru yang dimaksud adalah guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mengampu mata pelajaran matematika yang bertugas di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP N) di bawah koordinasi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DISDIKPORA) Kabupaten Kuningan.
PNS merupakan jabatan fungsional seseorang yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah sesuai perundang-undangan (E. Mulyasa, 2013: 259). Oleh karena itu, pada Permenneg PAN dan RB Pasal 1 ayat (2) disebutkan guru adalah pekerja profesional. Sebagai pendidik profesional, guru bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan
mengevaluasi peserta didik. Davis dan Thomas dalam E Mulyasa (2013: 259) mengatakan bahwa ciri-ciri guru profesional antara lain (1) memiliki kemampuan untuk menciptakan iklim di kelas; (2) memiliki kemampuan tentang manajemen pembelajaran; (3) memiliki kemampuan dalam memberikan umpan balik dan penguatan; dan (4) memiliki kemampuan dalam peningkatan diri.
c. Karya ilmiah
Menurut Nana Sudjana (2013: 4) karya ilmiah terdiri dari dua kata, yakni
“karya”, artinya kerja, berbuat; dan “ilmiah”, artinya bersifat ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya melalui metode-metode ilmiah. Oleh sebab itu, ilmu pada hakikatnya adalah pengetahuan ilmiah. Karya ilmiah harus mengandung kebenaran ilmiah, yakni kebenaran yang tidak hanya didasarkan atas rasio, tetapi juga dapat dibuktikan secara empiris. Rasionalisme mengandalkan kemampuan otak, rasio atau penalaran, sedangkan empirisme mengandalkan bukti-bukti atau fakta nyata. (Nana Sudjana, 2013: 5)
Karya ilmiah yang dimaksud adalah karya ilmiah yang berupa tulisan yang sistematis. Dengan kata lain, Menurut Toto Syatori. N (2004: 5-6) karya ilmiah adalah hasil atau produk manusia (dalam bentuk tulisan) atas dasar prinsip-prinsip ilmiah, yaitu: a) sistematik (sistematic); b) rasional/logic; c) utuh (coherent); d) relevan (relevant); d) konsisten (consistent); e) seimbang (balanced); f) sederhana (simple); dan g) hemat bahasa.
Mengacu pada Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, karya ilmiah dalam konteks ini adalah salah satu sub unsur dari pengembangan keprofesian berkelanjutan yang merupakan salah satu syarat wajib yang harus dipenuhi sebagai pemenuhan angka kredit bagi para guru PNS pada setiap kenaikan pangkat/golongan dimulai dari golongan III/c sampai dengan IV/e, dengan nilai angka kredit sebagai berikut:
Tabel 2.1
Rincian Kegiatan Guru dan Angka Kreditnya Dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan pada Subunsur Publikasi Ilmiah
No Kegiatan Kode Satuan Hasil Angka
Kredit Pelaksana 1. Presentasi pada forum ilmiah :
Semua jenjang a. Menjadi pemrasaran /
narasumber pada seminar. 29 SK dan
Makalah 0.2 b. Menjadi pemrasaran /
narasumber pada diskusi
ilmiah. 30 SK dan
Makalah 0.2 2. Melaksanakan publikasi ilmiah
hasil penelitian atau gagasan ilmiah pada bidang pend.
Formal:
a. Membuat karya tulis ilmiah berupa laporan penelitian di sekolahnya yang ber-ISBN dan diedarkan secara nasional.
31 Buku 3
Semua Jenjang b. Membuat karya tulis ilmiah
berupa laporan penelitian di sekolahnya yang diterbitkan dlm jurnal nasional
terakreditasi.
32 Karya tulis
dalam jurnal 2
c. Membuat karya tulis ilmiah berupa laporan penelitian di sekolahnya yang diterbitkan dlm jurnal ting.provinsi.
33 Karya tulis
dalam jurnal 1
d. Membuat karya tulis ilmiah berupa laporan penelitian di sekolahnya yang diterbitkan dlm jurnal ting.kabupaten.
34 Karya tulis
dalam jurnal 4 e. Membuat karya tulis ilmiah
berupa laporan penelitian di sekolahnya yang
diseminarkan di sekolahnya dan disimpan di
perpustakaan.
35 Laporan 2
No Kegiatan Kode Satuan Hasil Angka
Kredit Pelaksana f. Membuat karya tulis ilmiah
berupa laporan penelitian di sekolahnya tidak diterbitkan disimpan di perpustakaan.
36 Makalah 2
Semua Jenjang g. Membuat tulisan ilmiah
populer di satuan pendidikannya :
1) Membuat artikel ilmiah populer di bid.
Pend.formal di satuan pendidikannya, dimuat di media massa tingkat nasional.
37 Artikel Ilmiah 2
2) Membuat artikel ilmiah populer di bid.
Pend.formal di satuan pendidikannya, dimuat di media massa tingkat provinsi.
38 Artikel Ilmiah 1.5
3) Membuat artikel ilmiah populer di bid.
Pend.formal dan
pebelajaran pada satuan pendidikannya:
4) Membuat artikel ilmiah populer di bid.
Pend.formal dan
pebelajaran pada satuan pendidikannya dimuat di jurnal tingkat nasional yang terakreditasi.
39 Artikel 2
5) Membuat artikel ilmiah populer di bid.
Pend.formal dan
pebelajaran pada satuan pendidikannya dimuat di jurnal tingkat nasional yang tidak terakreditasi/
ting.provinsi.
40 Artikel 1.5
No Kegiatan Kode Satuan Hasil Angka
Kredit Pelaksana 6) Membuat artikel ilmiah
populer di bid.
Pend.formal dan
pebelajaran pada satuan pendidikannya dimuat di jurnal tingkat
lokal/kabupaten.
41` Artikel 1
Semua Jenjang 3. Melaksanakan publikasibuku
teks pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman guru:
a. Membuat buku pelajaran pertingkat/ buku pendidikan perjudul:
1) Buku pelajaran yang lolos
Penilaian BSNP. 42 Buku 6
2) Buku pelajaran yang dicetak oleh penerbit dan
ber-ISBN. 43 Buku 3
3) Buku pelajaran yang dicetak oleh penerbit
tetapi belum ber-ISBN. 44 Buku 1
b. Membuat modul atau diktat pembelajaran per semester:
1) Digunakan di tingkat provinsi dengan pengesahan dari Dinas.
Pendidikan Provinsi.
45 Modul/Diktat 1.5
2) Digunakan di tingkat kota/kab. dengan pengesahan dari Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten.
46 Modul/Diktat 0.5
3) Digunakan di tingkat sekolah/madrasah
setempat. 47 Modul/Diktat 1
No Kegiatan Kode Satuan Hasil Angka
Kredit Pelaksana a. Membuat buku dalam bidang
pendidikan.
Semua Jenjang 1) Buku dalam bidang
pendidikan dicetak oleh
penerbit dan ber-ISBN. 48 Buku 3
2) Buku dalam bidang pendidikan dicetak oleh penerbit tetapi tidak ber- ISBN.
49 Buku 1.5
b. Membuat karya hasil terjemahan yang dinyatakan oleh kepala sekolah/madrasah tiap karya.
50 Karya Hasil
Terjemahan 1 c. Membuat buku pedoman
guru. 51 Buku 1.5
Sumber : Lampiran Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 Tanggal: 10 November 2009, hal. 286-290
Dari tiga konsep yang telah dijelaskan di atas, maka motivasi guru matematika SMP N (PNS) dalam menulis karya ilmiah dalam penelitian ini dimaksudkan dengan:
1. Pengetahuan dan pemahaman Permenneg PAN dan RB No. 16/2009 2. Dukungan Pemerintah
3. Mengikuti diklat/seminar/penataran tentang karya tulis ilmiah;
4. Membaca literatur penelitian (buku metodologi/proposal penelitian/laporan hasil penelitian/artikel hasil penelitian);
5. Mengikuti kegiatan penelitian (sebagai: ketua tim/anggota tim/tenaga administrasi);
6. Mengikuti kegiatan seminar hasil penelitian (sebagai: Pemateri atau peserta);
dan
7. Menulis laporan hasil kegiatan penelitian (berupa: buku/artikel).
8. Komunikatif terhadap kendala yang dihadapi.
2.2 Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan
Untuk menghindari plagiatisme, maka peneliti melakukan beberapa penelusuran yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Setelah dilakukan penelusuran, terdapat lima penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan menulis karya ilmiah. Dari hasil penelusuran tersebut ditemukan hasil penelitian yang ada kemiripan dengan masalah penelitian yang akan diteliti, yakni masalah motivasi guru matematika dalam menulis karya ilmiah. Hasil penelitian tersebut adalah:
a. “Gerakan Menulis Karya Ilmiah (Sebuah Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru)” yang dilakukan oleh I Nengah Suandi Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha. Penelitian ini dilakukan sebagai kontribusi peneliti pada jurnal pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA Mei 2008 dengan hasil penelitian:
Berdasarkan analisis data dan hasil tindakan disimpulkan bahwa pelaksanaan gerakan menulis karya ilmiah sebagai sebuah upaya peningkatan profesionalisme guru setidak-tidaknya ada dua pertimbangan mengapa gerakan menulis karya ilmiah di kalangan guru dapat meningkatkan profesionalisme guru, yaitu (1) Profesi menulis bersifat terbuka, siapa pun dapat melakukannya asalkan mau belajar dan bekerja keras dan (2) Menulis karya ilmiah dapat meningkatkan kompetensi guru khususnya yang menyangkut kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Kedua ada beberapa strategi yang dapat ditempuh dalam melaksanakan gerakan menulis karya ilmiah di kalangan guru, yaitu: (1) tingkatkan pelatihan menulis karya ilmiah di kalangan guru, (2) berlangganan majalah ilmiah/jurnal, (3) membuat majalah ilmiah/jurnal minimal di tingkat kabupaten; (4) meningkatkan frekuensi pelaksanaan lomba menulis karya ilmiah dalam bidang pendidikan; dan (5) meningkatkan motivasi guru untuk menulis karya ilmiah. (I Nengah Suandi, 2008: 510-531).
b. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi dalam Menulis dan Mempublikasikan Karya Ilmiah (Studi Kasus pada Tiga Perguruan Tinggi Negeri di Kota Malang)” yang dilakukan oleh Daniel Andrianus Ginting di Universitas Brawijaya tahun 2008, Penelitian ini sebagai kontribusi peneliti pada skripsi di Universitas Brawijaya dengan hasil penelitian: Penelitian ini
memberikan beberapa implikasi riset terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa dalam menulis dan mempublikasikan karena adanya peraturan Dikti yang mengharuskan mahasiswa untuk mempublikasikan karya ilmiahnya. Penelitian ini memberikan hasil bahwa motivasi yang mempengaruhi mahasiswa adalah motivasi untuk aktualisasi diri dan motivasi untuk berbagi ilmu. Berdasarkan hasil penelitian ini, minat mahasiswa dalam menulis dan mempublikasikan dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kesadaran diri akan arti penting dan manfaat menulis bagi diri sendiri maupun orang lain. (Daniel Andrianus Ginting, 2008: 1-24).
c. “Kemampuan Guru dalam Menulis Karya Tulis Ilmiah” yang dilakukan oleh Toto Syatori N pada Balai Penelitian dan Pengembangan Agama tahun 2005 dengan hasil penelitian: kemampuan guru dalam menulis karya ilmiah dilihat dari beberapa aspek secara keseluruhan dan secara parsial, yaitu: a) berdasarkan jenis kelamin tingkat kemampuan rata-rata guru tergolong rendah (nilai 0-45); b) berdasarkan tingkat pendidikan kemampuan rata-rata guru tergolong sangat rendah (nilai 0-45); c) berdasarkan jurusan pada pendidikan tinggi, yang terdiridari PAI dan Non-PAI dengan tingkat kemampuan rata-rata guru tergolong rendah (di bawah 54) walaupun jika dibedakan tingkat kemampuan menulis karya ilmiah pada jurusan Non-PAI lebih tinggi daripada jurusan PAI; secara umum, dapat disimpulkan bahwa kemampuan gueu dalam menulis karya tulis ilmiah secara keseluruhan maupun parsial tergolong rendah. Beberapa faktor penyebab rendahnya kemampuan guru dalam menulis karya tulis ilmiah dibedakan menjadi dua, yaitu: a) faktor internal yang meliputi: kurangnya kesempatan, keterbatasan kemampuan, perbandingan pembiayaan dan pendapatan,kegagalan-kegagalan dalam pengajuan karya tulis ilmiah; b) kurangnya sosialisai Permenneg PAN tentang kewajiban penulisan karya tulis ilmiah, penilaian angka kredit dari unsur pengembangan profesi. (Toto Syatori. N, 2012: 68-94)
d. “Pengaruh Pembelajaran Tugas Kelompok Berdasarkan Survei Lapangan (Outdoor Study) Terhadap Kemampuan Menulis Karya Ilmiah dan Hasil Belajar Geografi Materi Permasalahan Kependudukan dan Penanggulangannya” yang dilakukan oleh Indah Dwi Kartika Ningrum, Universitas Negeri Malang tahun
2011. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana strata I Universitas Negeri Malang dengan hasil penelitian: Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) berpengaruh terhadap kemampuan menulis karya ilmiah siswa SMP Negeri 1 Durenan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran survei lapangan (outdoor study) menjadikan berkembangnya daya kreatif, pemahaman, dan penalaran siswa terhadap kondisi dan permasalahan yang menyangkut lingkungan sekitar yang ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam pembuatan karya ilmiah (makalah); dan 2) Pembelajaran tugas kelompok berdasarkan survei lapangan (outdoor study) berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa SMP Negeri 1 Durenan. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran survei lapangan (outdoor study) menjadikan siswa sebagai pelaku aktif dalam belajar sehingga keajegan belajar di sekolah lebih baik, meningkatnya pengetahuan, motivasi dan aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar. (Indah Dwi Kartika Ningrum, 2011:1-15)
e. “Peningkatan Keterampilan Menulis Karya Ilmiah Bagi Pustakawan” yang dilakukan oleh Drs. Hari Santoso, S.Sos. UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang April 2008. Penelitian ini berupa makalah tidak dipublikasikan dan didokumentasikan dengan hasil penelitian: Berdasarkan analisis data dan hasil tindakan disimpulkan bahwa keterampilan dalam menulis ilmiah mutlak harus dimiliki setiap pustakawan. Hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi jabatan pustakawan seseorang maka tuntutan terhadap pemenuhan angka kredit yang berasal dari komponen karya ilmiah semakin tinggi. Oleh sebab itu pustakawan dituntut untuk terus meningkatkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah sebagai wujud dari profesionalismenya. Peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah bagi pustakawan : Drs. Hari Santoso, S.Sos. Aktivitas dalam penulisan karya ilmiah bagi pustakawan memiliki nilai ganda, yaitu di satu sisi akan meningkatkan pengetahuan dan memperkaya wacana dalam berbagai disiplin ilmu, sedangkan disisi lain memberi kemudahan dan mempercepat dalam pengumpulan angka kredit untuk kenaikkan jabatan setingkat lebih tinggi pada
masa mendatang serta keuntungan finansial jika karya ilmiah tersebut dimuat di suatu media (Drs. Hari Santoso, S.Sos., 2008:1-17)
Berdasarkan penelusuran di atas, terdapat kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu sebagai berikut:
a. Hasil penelusuran pertama sama dengan yang akan diteliti yakni menulis karya ilimah. Akan tetapi penelitian yang dimaksud berbeda, penelitian tersebut bertujuan untuk mencari sebab dan solusi mengapa menulis karya ilmiah dapat meningkatkan profesionalisme guru, yang kemudian dari penelitian ini didapatkan 2 sebab dan 5 solusi.
b. Hasil penelusuran kedua sama dengan penelitian yang akan dilakukan yakni menulis karya ilmiah. Akan tetapi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, mencari faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas menulis dan mempublikasikan karya ilmiah, serta sasaran yang ditujukan pun berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan yakni, terhadap mahasiswa dan bukan terhadap guru.
c. Hasil penelusuran ketiga sama dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu menulis karya ilmiah. Akan tetapi fokus penelitian tersebut berbeda, karena pada penelitian tersebut fokus penelitian lebih cenderung melihat pada kemampuan guru dan bersifat umum untuk guru PNS seluruh mata pelajaran yang menduduki jabatan IV/a karena mengacu pada Permenneg PAN yang berlaku saat itu, yakni Permenneg PAN No.84 Tahun 1993.
d. Hasil penelusuran keempat sama dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu menulis karya ilmiah. Akan tetapi penelitian ini fokus terhadap penggunaan suatu metode untuk menimbukan bakat/kemampuan atau pengasahan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah bukan. Sehingga penelitian sangat berbeda dengan penelitian yang akan diteliti.
e. Hasil penelusuran kelima sama dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu menulis karya ilmiah. Akan tetapi sepesifikasi sasaran yang dimaksud berbeda, penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah yang diperuntukkan bagi para pustakawan dan bukan bagi para guru.
Dari kelima hasil penelitian tersebut, secara umum memiliki pembahasan yang sama yaitu tentang menulis karya ilmiah. Akan tetapi secara khusus dari sejumlah hasil penelitian tersebut tidak ada satu pun yang persis sama dengan penelitian yang akan dilakukan.
Oleh karena itu, penelitian dengan judul “Analisis Motivasi Guru Matematika SMP dalam Menulis Karya Ilmiah di Kabupaten Kuningan” layak dilakukan.
2.3 Kerangka Berpikir
Pendidikan kita saat ini menghadapi tantangan baik substansi maupun penyelenggaraannya di satu pihak, dan tantangan ke dalam maupun ke luar di lain pihak. Terlebih lagi tantangan kehidupan global yang menuntut masyarakat untuk mampu mengikuti kompetisi kehidupan global. Dan apabila etos kerja dan kreativitas hasil pendidikan anak bangsa kita tidak mampu berkompetisi, maka pembenahan sistem pendidikan secara menyeluruh harus dilakukan termasuk upaya mewujudkan guru yang berkompeten dan profesional yang sangat berpengaruh pada kualitas pendidikan. (Nurfuadi, 2012: 19-21)
Guru profesional dapat diwujudkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah kewajiban menulis karya ilmiah sebagai refleksi dan tolak ukur (feed back) pencapaian hasil proses pembelajaran setiap guru. Ini sesuai dengan Permenneg PAN dan RB No.16 Tahun 2009 pasal 11 yang menjelaskan kewajiban guru dalam mengikuti PKB dan menulis karya ilmiah sebagai salah satu unsur dalam PKB pada kenaikan pangkat.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan mengetahui pemahaman, penulisan dan kendala-kendala dalam penulisan karya ilmiah yang harus dilaksanakan oleh para guru, khususnya PNS yang mengampu mata pelajaran matematika. Penulisan karya ilmiah merupakan kontribusi positif pada ranah pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pada bidang matematika, jika para guru matematika melakukannya secara berkelanjutan.
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Pendidikan sangat Penting
Tantangan dari luar Tantangan dari dalam
Kualitas guru sebagai tenaga pengajar merupakan komponen utama dalam
pendidikan
Upaya meningkatkan Kualitas guru/tenaga pengajar
Sertifikasi Guru Publikasi ilmiah dalam Permenneg PAN dan RB No. 16/2009
Uji Kompetensi secara berkala guna mempertahankan kualifikasi
guru profesional
Sub unsur utama dalam pencapaian angka kredit pada kenaikan pangkat guru PNS:
Pengembangan Diri Publikasi Ilmiah Karya Inovatif Publikasi Ilmiah menjadi fenomena
yang sangat dikahawatirkan para guru karena banayak kendala yang
dihadapi
Analisis motivasi guru dalam menulis karya ilmiah