• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan " UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI "

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Sejarah Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora

Oleh Miftahurrahmat

AS.140391

FA

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

15 ٖۚ تََٰجَرَدَمۡلِعۡلٱْاىُتوُأَنيِذَّلٱَىۡمُكنِمْاىُنَماَءَنيِذَّلٱُهَّللٱِعَفۡزَي

Artinya:

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat(Q.S. Al Mujadalah: 11)

15 Departemen Agama RI, Al Quran dan terjemahannya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009)

(6)

PERSEMBAHAN Bismillahirahmanirrahim

Dengan Rahmat Allah Subhanahu Wata’ala Tuhan yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang serta Sholawat Kepada Baginda Nabiyallah Muhammad

Sallallahu’alaihi wasallam

Kuper sembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kumuliakan dan yang sangat ku kasihi ayah dan mak

Kupersembahkan karya ini kepada bapakku Mustofa Kamal dan makku Pasni serta kakakku nurfalah

Kepada seluruh keluargaku yang sangat aku sayangi

Sahabat-sahabat sekelas seperjuangan yang telah bersedia meminjamkan buku, kawan seperjuangan di Pramuka yang selalu memberikan motivasi untuk terus

berjuang menyelesaikan studi ini

Yangmana tak dapat kusebutkan satupersatu, yang telah selalu memberikan semangat dan do’a.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya kepada penulis berupa kesehatan rohani dan jasmani kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sejarah KH. Shirojuddin H. Muhammad Terhadap Pendidikan Islam Di Pondok Pesantren Al-jauharein Kelrahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi “ serta teriring sholawat dan salam kepada nabi akhirul kalam yakni nabi besar Nabi Muhammad SAW.

Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, tidak sedikit hambatan dan kendala yang penulis hadapi dalam upaya menyelesaikan skripsi ini. Namun, berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, akhirnya hambatan dan kendala tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis yaitu Bapak Drs. Jago Ritonga, M.Fil.I dan Bapak Aliyas,S Th.I, M.Fil.I Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam ilmu Sejarah Peradaban Islam di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan kepada:

1. Yth. Bapak Drs. Jago Ritonga, M.Fil.I selaku pembimbing I dan Aliyas,S Th.I, M.Fil.I selaku pembimbing II. Terima kasih atas Ilmu, waktu, kritik dan sarannya dalam penulisan Skripsi ini.

2. Yth, Ibu Prof.Dr. Maisah,M.Pd.I, selaku dekan Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Yth. Bapak Dr. Alfian, S. Pd, M.Ed,Bapak Dr.H.Muhammad Fadhil,M.Ag dan Ibu Dr. Raudhoh, S.Ag, SS, M.Pd.I selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Yth. Bapak Aliyas, M. Fil.I selaku ketua jurusan dan Bapak Aminnudin, S.Ag, M.Fil.I selaku sekretaris jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas

(8)
(9)

ABSTRAK

Miftahurrahmad, AS 140391, Sejarah KH. Shirojuddin H. Muhammad Terhadap Pendidikan Islam Di Pondok Pesantren Al-jauharein Kelrahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Pembiming I Drs.

Jago Ritonga, M.Fil.I dan pembimbing II Aliyas,S Th.I, M.Fil.I

KH.Shirojudin Haji.Muhammad merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al-jauharein sejak tahun 2004. Beliau sangat berperan dalam upaya pengembangan pendidikan di seberang kota Jambi terkhusus di kecamatan Pelayangan. Pondok Pesantren Al-jauharein yang semula hanya madrasah biasa, sejak kepemimpinan beliau didirikan pondok pesantren.

Penelitian ini akan mendeskriftifkan bagaimana Sejarah KH. Shirojuddin H.Muhammad dalam mengembangan pendidikan di pondok pesantren al- jauharein. Penelitian ini mengunakan medote sejarah yang melalui tahan:

heuristic, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi

Kata Kunci : Sejarah, Pendidikan Islam

(10)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

NOTADINAS ... i

PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1

B. Batasan Masalah... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

E. Kerangka Teori... 10

BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Lingkup Penelitian ... 15

B. Metode Sejarah... 15

(11)

C. Jenis dan Sumber Data ... 20

D. Penentuan Informan ... 22

E. Teknik Pengumpulan Data ... 22

F. Teknik Analisis Data ... 25

BAB III Biografi KH. Shirojuddin H.Muhammad dan Pondok Pesantren Al-jauharein A. Sejarah Hidup KH. Shirojuddin H.Muhammad ... 29

B. Karir Pendidik KH. Shirojuddin H. Muhammad ... 31

C. Historis Pondok Pesantren Al-jauharein ... 31

D. Kecamatan Pelayaan Seberang Kota Jambi ... 43

BAB IV Sejarah KH. Shirojuddin H.Muhammad A. Figur KH. Shirojuddin H.Muhammad di Pondok Pesantren Aljauharen 51

B. Upaya Pengembangan Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Aljauharen ... 53

1. Kamus Mini (Kamus Bahasa Arab) ... 54

2. Rangkuman Doa Tahlil ... 56

3. Mars Al-jauharein ... 57

C. Sejarah KH. Shirojuddin H.Muhammad Dalam Pengembangan Pendidin Islam ... 58

(12)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……… ... 61 B. Saran ... 63 C. KataPenutup ... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

KARTU KONSULTASI DAFTA RIWAYAT HIDUP

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki abad ke-19 di kepulauan Nusantara terjadi perubahan politik. Perusahaan Dagang Hindia Timur atau lebih dikenal dengan VOC bubar pada tahun 1798, setelah izinnya dibatalkan pada tahun 1795. Abad ke-18 Menjadi masa awal kemunduran VOC yang disebabkan berbagai Faktor, antara lain dari sisi internal VOC yang dilakukan para pegawainya dari cara kerja yang tidak bagus serta melakukan tindak korupsi ditambah lagi dengan sistem tanam paksa yang dilakukan membuat rakyat menderita. Demikian faktor kemunduran VOC yang membuat pemerintah Belanda mengambil alih perusahaan. Setelah pada tahun 1798 VOC dibubarkan dengan saldo kerugian mencapai 134,7 juta gulden.16

Jauh sebelum dibentuknya provinsi Jambi merupakan sebuah wilayah kesultanan sejak tahun 1615 -1906. Wilayahnya tercatat membentang 350 kilometer dari Timur ke Barat dan 220 kilometer dari Utara ke Selatan. Jambi memiliki posisi yang sangat strategis yakni dicekungan sebuah sungai yang memiliki banyak anak sungai, Batang Hari merupakan sungai utama yang ada di wilayah Kesultanan Jambi. Sungai

16 Marwati Djoened Poesponegoro, Nogroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia V. (Jakarta: Balai Pustaka,1984) hal 1

(14)

2

Batang Hari berhulu di pegunungan bukit barisan dan bermuara di Selat Berhala. Sungai Batang Hari merupakan sungai yang memiliki kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) terbesar di Sumatera yang berkelok kelok menyusuri wilayah sepanjang 800 kilometer.17 Sungai yang menjadi anak sungai Batang hari terdiri dari batang Merao, batang Manungkal, batang Lempur, batang Tabir, batang Merangin, batang Limun, batang Asai, batang Pelepat, Batang Jujuhan, Batang Bungo, Batang Tebo, Batang Tembesi, Batang Asam, hingga Sungai Air Hitam.18 Sungai sungai inilah yang memiliki fungsi vital dalam menghubungkan kawasan ulu dan ilir.

Sungai Batang Hari menjadi urat nadiutama transportasi yang menghubungkan antar wilayah yang ada di kawasan Kesultanan Jambi.

Masuknya pengaruh Belanda ke wilayah kesultanan Jambi mulai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Fachrudin yakni pada tahun 1833, ketika Sultan meminta bantuan kepada Belanda untuk mengusir bajak laut yang menguasai kawasan penting Kesultanan Jambi yakni di kawasan Sungai Batang Hari yang menjadi pusat ekonomi pada saat itu.

Pada tahun 1615 Jan Pieterzoon Coen, Gubernur Jenderal VOC, mengirim dua kapal ke Jambi di bawah pimpinan kepala perwakilan dagang (opperkoopman) Sterck. Selain tujuan kunjungan untuk memberantas

17Tirta Utama Sinuhaji, Perdagangan Komoditi Karet Di Daerah Aliran Sungai Batang Hari Jambi Tahun 1906 – 1942, Skripsi( Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, 2 0 1 6) Hal 1

18http://jambi.tribunnews.com/2015/02/08/ini-daftar-sungai-di-provinsi-jambi:

diakses pada tgl 18 januari 2018 pukul 20:00 WIB

(15)

bajak laut juga menyelidiki kemungkinan perdagangan di Jambi.19 Perang Belanda dengan Inggris untuk merebut hergemoni perdagangan mengakibatkasn kerugian besar sehingga mempercepat kebangkrutan VOC.

Masyarakat Kota Jambi adalah masyarakat yang multietnis.

Penduduk asli tinggal bersama dengan para pendatang dalam suatu kota.

Adapun penduduk asli Jambi dibagi menjadi dua, yaitu: Wedoid (Suku Anak Dalam =Suku Kubu), serta Melayu, yang terbagi lagi menjadi: Proto Melayu: Suku Bajau, Suku Kerinei,Suku (orang) Batin, dan Deutro Melayu: Suku Pindah, Orang Penghulu, Orang Melayu Jambi. Sedangkan pendatang terdiri dari: Suku Bugis, Jawa, Sunda, Batak, Minangkabau, Palembang dan masih banyak lagi di samping juga penduduk keturunan asing yaitu: Arab, Cina dan India,dll. Dapat disimpulkan bahwa penduduk Jambi heterogen atau multietnis. Kota Jambi yang berkembang secara special menjadi kota sungai (riverfront city), yang memiliki keunikan tersendiri. Sungai Batanghari membelah kota Jambi menjadi dua bagian kota, yaitu: kota yang bekembang dewasa ini dan daerah seberang yang merupakan enclave orang Melayu.

Geografis yang strategis menjadikan kota Jambi sebagai pusat perekonomian Jambi. Jalur sungai menjadi hal yang sangat penting dalam perkembangan kota Jambi masa kesultanan. Perekonomian Jambi pada

19Ibid, Hal 2-3

(16)

4

masa awal lebih mengutamakan pada produk hasil hutan dan emas.

Tercatat pada laporan Tome Pires tahun 1512 komoditi ekspor Jambi adalah kayu gaharu dan emas. Sejak tahun 1545 Jambi dikenal sebagai penghasil lada. Saat itu pedagang Portugis telah mengunjungi Jambi untuk membeli lada, sampai pada awal abad ke 17 permintaan lada dari pedagang Portugis dan Tiongkok meningkat dengan jumlah besar yang diekspor melalui pelabuhan Jambi.20

Sejak dimulainya monopoli perdagangan yang langsung dikelola pemerintahan Belanda menyebabkan bayak perlawanan masyrakat yang merasa ditekan oleh bangsa kolonial. Perlawanan rakyat Jambi secara sporadis terus terjadi baik yang dipimpin langsung oleh Sultan Thaha maupun para panglimanya. Konflik antara rakyat Jambi dan Belanda berakhir pada tahun 1901 sewaktu Kesultanan Jambi dihapuskan dan di Jambi diangkat asisten residen yang bertanggung jawab pada Residen Palembang. Berdasarkan keputusan Ratu Belanda pada tanggal 1 Februari 1905 Jambi menjadi Residen di bawah pemerintah langsung Hindia Belanda.Penetapan ini menyusul gugurnya Sultan Thaha Saifuddin tahun 1904 di Betung Berdarah dan di makamkan di Muaro Tebo.21

20Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 9

21Ibid. hal 19-20

(17)

Sejak tahun 1906 Jambi menjadi Keresidenan tersendiri dengan ibukota Jambi. Residen pertama yang mernjabat yaitu O.L.Helfrich 22. Keresidenan Jambi dibagi dalam 7 afdeeling antara lain: Jambi, Muara Tembesi, Muara Bungo, Muara Tebo, Bangko, Sarolangun, dan Kerinci.

Kota Jambi saat itu menjadi bagian dari afdeeling Jambi. Kota Jambi itu sendiri pada masa kolonial memiliki kedudukan sebagai Kotapraja (eenstadsgemeente) dan menjadi ibukota Keresidenan.23 Pada masa inilah dimulainya pusat pemerintahan kolonial serta berkembang pesatnya perdagangan di pelabuhan Jambi yang telah dimulai sejak antara tahun 1500 sampai 1630 yang menjadi pengekspor lada nomor dua setelah Aceh.24 Sampai dimulainya Keresidenan Jambi pada tahun 1906 yang berpusat pada tepian sungai Batanghari di Kota Jambi.

Ditarik kesimpulan bahwa sejak masa kesultanan sampai masuknya pengaruh Belanda, kota Jambi dijadikan pusat pemerintahan dan pesatnya kemajuan perekonomian terkhusus tepian sungai batanghari sebagai pelabuhan dagang. Dan yang menjadi permasalahan mendasar adalah kenapa kota Jambi yang dipilih sebagai pusat pemerintahan?. Sedangkan pada masa itu banyak kota lain yang berpotensi dijadikan sebagai ibu kota

22 Lihat pada daftar Residen-residen yang memerintah di Jambi dalam asip daerah provinsi Jambi no 20 : Nota Serah Terima Jabatan Residen H.L.C.Petri dialihbahasakan oleh Ny.S.Hertina Adiwaso dan Budi Prihatna dari Nota Van Bestuursovergave Van Resident H.L.C.Petri (Kantor Arsip Daerah Provinsi Jambi,2006 ) hal 57

23Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 51

24Ibid, hal 11

(18)

6

Keresidenan Jambi. Sebagaimana Tembesi merupakan kota yang sangat berkembang didirikan oleh Belanda dan memiliki pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan.25Peneliti ingin menggambarkan bagaimana keadaan Jambi pada masa kolonial. Dari pemaparan latar belakang tadi penulis ingin mengangkat judul penelitian ini yaitu : Kota Jambi Sebagai Pusat Pemerintahan Kolonial Dan Pelabuhan Dagang Tahun 1906 - 1942.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut maka yang menjadi rumusan masalah, adalah berikut:

1 Mengapa kota Jambi dipilih sebagai pusat pemerintahan kolonial dan pelabuhan dagang tahun 1906-1942 dan Apa saja faktor-faktor pendukungnya?

2 Bagaimana perkembangan kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial dan pelabuhan dagang tahun 1906-1942?

3 Komoditas apa saja yang diperjual belikan di pelabuhan dagang kota Jambi tahun 1906-1942?

25Lihat “ Skripsi RD.Tarmizi Sejarah Kota Tua Peninggalan Belanda Di Kelurahan Pasar Muara Tembesi Kecematan Muara Tembesi Kabupaten Batnghari Provinsi Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun 2015”

(19)

C. Batasan Masalah

Sebelum masuknya VOC dan Belanda dalam urusan dagang hingga pada masa kolonial, Jambi telah dikenal sebagai pelabuhan pengekspor lada terbesar kedua setelah Aceh di sumatera antara tahun 1500 sampai 1630. Sejak tahun 1906 keresidenan Jambi dimulai dan kota Jambi sebagai ibukotanya. Kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial dan menjadi pusat perdagangan di pinggiran Sungai Batanghari yang membelah kota Jambi. Serta letak geografis kota Jambi yang mendukung potensi perkembang suatu kota. Dalam penelitian ini agar tidak melebar keman-mana pembahasan maka, penulis membatasinya dari Tahun 1906 sampaidengan 1942. Pembatasan ini jelas beralasan karena tahun 1906 merupakan dimulainya pusat pemerintahan kolonial yang menjadi fokusan penelitian, dan tahun 1942 menjadi tahun runtuhnya Hindia Belanda dan merosotnya perkembangan pelabuhan kota Jambi.

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitan

a. Untuk mengetahui faktor pendukung kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial dan pelabuhan dagang.

b. Untuk mengetahui kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial dan pelabuhan dagang.

c. Untuk mengetahui apa saja komoditas dagang yang ada di pelabuhan dagang kota Jambi.

(20)

8

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk menjelaskan mengapa kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial dan pelabuhan dagang, faktor penyebab dan komuditas perdagangan.

b. Dapat memberikan sumbangsih pada pengetahuan sejarah untuk perkembangan Ilmu Pengetahuan bagi pihak terkait serta kajian penelitian berikutnya.

E. Tinjauan Pustakan

Tinjauan pustaka merupakan proses membandingkan penelitian terdahulu dalam melihat kesamaan fokus penelitian serta mencari pebedaan dengan penelitian yang akan dilaksakan peneliti. Dan inilah beberapa buku dan penelitian yang mempunyai kesamaan dengan penelitian ini. Dalam bukunya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nogroho Notosusanto SejarahNasional Indonesia V menjelaskan bagaimana perjalan VOC yang memonolopoli Perdagangan di Indonesia yang sampai pada runtunhnya hinga diambil alih oleh pemerintahan Hindia Belanda.

Dalam Skripsi Tirta Utama Sinuhaji, Perdagangan Komoditi Karet Di Daerah Aliran Sungai Batang Hari Jambi Tahun 1906 – 1942, seorang mahasiswa lulusan departemen sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam penelitiannya menjelaskan keadaan

(21)

perdagangan di Jambi serta memaparkan peran aliran sungai Batang Hari sebagai tranfortasi dalam perkembangan perdagangan di Jambi.

Dalam buku yang disusun oleh DR.Lindayanti M.Hum,dkk Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah menjelakan keadaan kota Jambi sebelum dan sesudah datangnya kolonial serta perdagangan semasa kesultanan serta masa kolonial.

Dalam Skripsi Agus Ridwiyanto Batavia sebagai Kota Dagang Abad ke XVII sampai abad XVIII, menjelaskan keadaan Batavia yang berperan sebagai kota dagang pada masa itu. Dari beberpa penelitian diatas jelas mempunyai perbedaan dengan penelitian ini yang memfokuskan keadaan kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial dan pelabuhan dagang yang dibatasi Tahun 1906 hingga 1942. Dimulainya keresidenan Jambi dengan Afdeeling Jambi pada Tahun 1906 yang menjadi dasar batasan awal penelitian serta tahun 1942 yang merupakan masa mundurnya kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.

F. Kerangka Teori

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang mana memerlukan skema berpikir atau kerangka teori dalam menganalis sejarah.

Dalam penelitian ini teori sangatlah penting dalam memandu sejarawan untuk mendeskripsikan suatu kejadian atau peristiwa sejarah. Dalam hal ini dasar teori penelitian ini adalah :

Pertama, Teori kekuasaan sosial menurut Robert M. Maclver:

(22)

10

“Kekuasaan sosial adalah kemempuan untuk mengendalikan tingkah laku oraang lain, baik secara langsung dengan jalan memberi perintah, maupun secara tidak langsung dengan jalan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia”

(Social power is the capacity to control tehe behavior of others either directly by fiat or indirectly by the manipulation of available means).26

Definisi diatas memaparkan mengenai kekuasaan sosial, adanya kekuasaan biasanya diawali dalam bentuk hubungan. Ada yang memberi perintah dan ada yang diperintah. Jelas ada kesenjangan atara keduanya, kutipan diatas memberikan landasan berpikir mengenai penelitian ini. Ada unsur paksaan untuk mnguasai suatu keadaan dengan berbagai cara, maka cara yang dimaksud adalah politik yang digunakan sebagai senjata untuk menguasai.

Kedatangan Belanda pada awalnya sebagai perusahaan dagang yaitu VOC tetapi berubah niat ketika mereka melihat potensi kota Jambi untuk memberikan keuntungan lebih pada Belanda. Para kolonial memberikan bantuan kepada kesultanan Jambi ketika mereka menghadapi perang dengan Johor dan Palembang. Setelah membantu mereka meminta suatu perjajnjian dagang yang berujung pada perebutan kekuasaan. Karena merasa berhutang budi maka kesultanan memenuhi perjanjian itu.

Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya adanya unsur poltik kekuasaan dalam memposisikan kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial dengan dugaan untuk menguasai seluruh Jambi. Hal ini menjadi

26 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), hal 35

(23)

dasar pemikiran penulis dalam melakukan penelitian. Kesemua dugaan awal ini akan kemudian dijawab pada pembahasan dan temuan dalam penelitian ini oleh penulis pada bab selanjutnya.

Kedua, Teori Geografis menurut Murthadha Muthahari yaitu:

Ia beranggapan bahwa faktor utama penyebab terciptanya peradaban dan budaya serta industri adalah lingkungan fisik.27 Lingkungan fisik atau geografis suatu daerah sangat berperan dalam terciptanya peraban atau dalam menunjang kemajuan peradaban tersebut. Dasar berfikir pada kutipan teori diatas memberikan sebuah arah penulis dalam menjadab rumusan masalah penelitian ini. Kota Jambi memiliki geografis yang sangat mendukung dalam berkembangannya peradaban. Dilewati oleh Sungai Batang Hari posisi pemukiman kota Jambi berada ditepian Sungai kiri dan kanan.

Kondisi sejak masa kesultanan bahkan jauh sebelum itu, sungai sangat berperan dalam transportasi yang menghubungkan seluruh pelosok Jambi. Ketika keresidenan dibentuk maka kota jambi ditetapkan sebagai pusat pemerintahan dengan dugaan alasan karena kondisi geografis kota Jambi. Maka dari itulah teori ini menjadi dasar pemikiran penulis dalam melakukan penelitian ini.

27Sulasman.,Metodologi Penelitian Sejarah,(bandung:Pustaka Setia,2014), hal 162

(24)

12

Ketiga,Teori Ekonomi munurut Murthadha Muthahari yaitu

beranggapan bahwa ekonomi merupakan faktor penggerak sejarah.28 Teori ini berpendapat bahwa ekonomi mempunyai peran dalam penentu gerak sejarah. Sesuai dengan penelitian ini Kota jambi sebagai pelabuhan dagang yang aktif yang menetukan kemajuan ekonomi masyarakat di Kota Jambi pada masa itu. Serta banyak macam komoditi yang diperjual belikan di Jambi menjadikan perkembangan ekonomi masa itu sangat pesat. Dari pengaruh ekonomi ini dapat menggambarkan keadaan kota Jambi dibawah pemerintahan kolonial. Melihat potensi pelabuhan yang berada di kota Jambi, menjadi alasan kuat untuk menetapka kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial.

Selanjutnya diperkuat Teori Keempat yang dikemukakan oleh Karl Mark (1818-1883): menurutnya perubahan dalam sejarah yang menentukan secara matrealistis penguasaan cara berproduksi, menentukan kelas, dan pola pikiran yang akan berkuasa pada suatu saat tertentu, serta pertentangan terus-menerus di antara kelas, pada akhirnya akan dimenangkan oleh pihak proletariat.29 Teori ini dinamakan teori histiries materealisme. Teori dapat membantu menggambarkan peristiwa Kota

Jambi yang dimonopoli perdagangannya oleh Belanda dan menjadi pusat pemerintahannya yang dibentuk setelah berakhirnya kesultanan Jambi yang menggugurkan para pahlawan Jambi.

28Ibid, hal 163

29Ibid, hal 165

(25)

Berdasarkan pemikiran diatas akan membantu penulis dalam menjawab bagaimana perkembangan Kota jambi masa pemerintahan kolonial. Kesemua teori diatas menjadi tolak ukur penelitian ini dan sebagai landasan dalam mendeskripsikan sejarah, karena penelitian ini merupakan penelitian sejarah. Beberapa teori diatas sangatlah membantu peneliti dalam mengkontruksi sejarah Kota Jambi sebagai pusat pemerintahan dan Pelabuhan Dagang tahun 1906 – 1942.

(26)

14 BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Metode adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metode adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.

Metode dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita gunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.30

Secara umum, dapat dimengerti bahwa penelitian sejarah merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Penelitian sejarah banyak sekali macamnya. Akan tetapi, secara umum ada empat jenis, yaitu penelitian sejarah komparatif, penelitian yuridis (legal), penelitian biografis, dan penelitian bibliografis.31 Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian biografis. Penelitian biografis merupakan penelitian yang mengunakan metode sejarah untuk meneliti kehidupan seseorang dan

30Deddy Mulyana,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), hal 145

31Sulasman, Metode Penelitian Sejarah,( Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal 86

(27)

hubungannya dengan masyarakat. Dalam penelitian ini diteliti sifat-sifat, watak, pengaruh, baik pengaruh lingkungan maupun pengaruh pemikiran dan ide dari subjek penelitian pada masa hidupnya, serta pembentukan watak figur yang diterima selama hayatnya. Sumber-sumber data sejarah untuk penelitian biografis, antara lain surat-surat pribadi, buku harian, hasil karya seseorang, karangan-karangan seseorang tentang figur yang diselidiki ataupun catatan-catatan teman dari seorang yang diteliti.32

Semua penelitian memerlukan studi pustaka. Walaupun orang sering membedakan antara riset kepustakaan (library research) dan riset lapangan (field research),keduanya tetap memerlukan penelusuran pustaka. Perbedaannya yang utama hanyalah terletak pada tujuan, fungsi dan/atau kedudukan studi pustaka dalam masing-masing penelitian itu.33 Penulis menggunakan metode penelitian pustaka. Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode sejarah dengan melalui beberapa tahap- tahap penelitian guna mendapatkan tulisan yang akurat. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan jejak- jejak peninggalan dimasa lampau.34 Sebelum melakukan rekonstruksi serta menuliskannya ke dalam sebuah historiografi, terlebih dahulu perlu menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan jejak-jejak

32Ibidhal 87

33 Metika Zed, Metode penelitian Kepustakaan,(Jakarta: yayasan obor Indonesia, 2004), hal 1

34 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, (Jakarta: UI Press, 1985),hal 39

(28)

16

peninggalan sejarah tersebut. Dalam pengimplementasiannya, metode sejarah menggunakan empat tahapan pokok, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

B. Heuristik

Secara sederhana Heuristik merupakan proses mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Menurut Lucey, kesaksian (testimoni) atau informasi yang diperlukan dalam kegiatan penelitian dan penulisan sejarah menyangkut beberapa hal sebagai berikut:35

1. Apa yang telah dipikirkan,dirasakan,dikatakan,dan dilakukan oleh manusia, baik sebagai individu atau sebagai anggota masyarakat?dalam hal ini sejarawan akan memperoleh informasi tentang apa yang telah terjadi dang mengapa bisa terjadi.

2. Faktor-faktor dan tenaga apa yang berperan ketika suatu peristiwa sejarah berlangsung? Keadaan–keadaanseperti apa yang mengondisikan timbulnya suatu peristiwa sejarah? Apa akibat dari suatu keputusan, reaksi atas keputusan, dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh para pelaku sejarah?

Dalam hal ini, peneliti telah melakukan studi arsip dan studi pustaka. Studi arsip awalnya dilakukan dengan mengunjungi Kantor Arsip

35Muhammad Arif, Pengantar Kajian Sejarah. (Bandung: Yrama Widya, 2011), hlm.33

(29)

Daerah Provinsi Jambi di Jalan Ade Irma Suryani Nasution. Pada kunjungan keArsip Daerah Provinsi Jambi peneliti mendapatkan berbagai data yang memberikaninformasi yang berguna bagi penulisan, beberapa diantaranya: Over Djambi (tentang Jambi), Staatsblad Van Nederlandsch- Indie dan arsip-arsip mengenai penundukan Jambi oleh Belanda.

Tahapan ini merupakan langkah awal dalam metodologi sejarah, guna mengumpulkan seluruh sumber yang akan dijadikan bahan penelitian ini. Penelitian ini merupakan kajian pustaka yang keseluruhan data didapat dari sumber tertulis. Pada tahap Heurustik hal yang harus diperhatikan adalah apa saja yang dapat dijadikan sebagai data untuk melakukan penelitian sejarah.

1. Sumber Sejarah

Sumber sejarah dapat ditemukan diberbagai tempat sesuai dengan topik seorang peneliti sejarah. Beberapa definisi para ahli tentang pengertian Sumber sejarah yaiut Helius Sjamsuddin menyebutkan bahwa

“Sumber sejarah merupakan segala sesuatu yang lansung ataupun tidak langsung menceritakan tentang kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lalu”. Sedangkan menurut R. Moh Ali ”sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian Sejarah Indonesia sejak zaman purba sampai sekarang”.36

36Sulasman, Metode Penelitian Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal 95

(30)

18

Dapat disimpulkan sumber sejarah merupakan segala sesuatu bentuk warisan sejarah yang berbentuk lisan, tertulis sampai visul yang merupakan fakta sejarah guna mencari kebenaran sejarah. Secara garis besar sumber sejarah terbagi atas 3:37 Sumber material atau kebendaan, Sumber immaterial atau nonkebendaan, Sumber lisan. Dari ketiga jenis sumber sejarah, penelitian ini merupakan kajian pustaka yang mana memakai sumber sejarah yang berupa materian atau kebendaan yang terdapat dalam dokumen tentang kolonial di Jambi,Arsip daerah, atlas atau peta kolonial yang menjadi data awal peneliti dalam mengembangkan penelitian ini.

2. Sumber Primer dan Sumber Sekunder

Sumber primer yang dimaksud adalah kesaksian dari seorang pelaku sejarah atau orang yang menyaksikan peristiwa sejarah yang sezaman dengan peristiwa tersebut. Dalam penelitian ini ada beberapa Arsip yang ditulis oleh Residen yang menjabat pada pemerintahan kolonial pada rentan tahun 1906-1942. Kesaksian darinya pada peristiwa sejarah kolonial di Jambi dapat digolongkan sumber primer dalam penelitian ini. Ada juga kumpulan staatsblad (surat-surat putusan ratu belanda) tentang pembentukan keresidenan Jambi.

37Suhartono, Teori & Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2006) hal 32

(31)

Sumber sekunder yang dimaksud adalah berupa tulisan atau penelitian yang memiliki isi yang searah, penelitian-penelian ini dapat dijadikan sumber pendukung dalam penelitian ini.

C. kritik sumber.

Kritik ini dilakukan agar mengetahui apakah datayang didapatkan benar-benar asli, ataukah sudah dirubah isi-nya, dan juga bisadilakukan sebuah perbandingan jika sumber yang berbeda menyebutkan hal yangsama, ataupun hampir sama. Tujuan dilakukannya tahapan ini agar semua sumber dinyatakan kebenarannya sebagai sumber sejarah.Kritik sumber dilakukan dengan dua cara yaitu kritik kritik ekstern danintern.38 1. Kritik ekstern

Kritik ekstern dilakukan untuk memilah apakah dokumen itu diperlukan atau tidak, serta menganalisis apakah dokumen yang telah dikumpulkan asli atau tidak dengan mengamati tulisan, ejaan, jenis kertas serta apakah dokumen tersebut masih utuh isinya atau sudah di ubah sebahagian. Dari penelitian ini sumber terkait banyak menggunakan bahasa Belanda yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Ada beberapa arsip yang ditemukan peneliti masih menggunakan ejaan lama.

a. Autensitas

38 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah,( Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995), hal. 99

(32)

20

Sumber Sejarah (catatan harian,surat,buku) adalah autentik atau asli jika benar-benar merupakan hasil dari seseoranjg yang dianggap pemiliknya atau jika kesaksiannanya itu benar. Sumber yang didapat pad apenelitian ini merupakan dokumen negara atau arsip daerah berisikan catatan-catan penting pada masa kolonial. Arsip-arsip ini kebayakan berbahasa belanda, tetapi telah dialih bahasakan kebahasa Indonesia.

Hal ini memudahkan penulis untuk menganalisa arsip sebgai sumber sejarah.

b. Deteksi Sumber Palsu

Setelah melalui tahap sebelumnya maka yang harus dilakukan penelis adalah mendeteksi dokumen-dokumen yang didapat atas keasliannya.

Dengan menganalisa beberapa kriteria, mulai dari bentuk atau kritik fisik yang melihat secara kasat mata tentang dokumen. Melihat kertas yang digunakan, tinta, jenis tulisan, dan menganalisa isi yang mungkin bertentang dengan sumber lain atau kedengaran asing dari sumber umumnya.

2. Kritik intern

Kritik Intern yaitu suatu langkah untuk menilai isi dari sumber- sumber yang telah di kumpulkan.Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kredibilitas sumber atau kebenaran isi dari sumber tersebut. Sumber- sumber yang dikumpulkan sebagai bahan penelitian merupakan arsip yang dijamin oleh negara atas kebenarannya.

(33)

D. Interpretasi

Interpretasi adalah yang memuat analisis dan sintesis terhadap data yangtelah di verifikasi (di kritik). Pada tahapan ini, peneliti dituntut untuk melakukan penafsiran fakta lalu kemudian membandingkannya serta mengelompokkannya berdasarkan daftar isi yang ada sebelum mendapatkan kesimpulan lalu kemudian menceritakannya kembali kedalam sebuah bentuk tulisan (historiografi).39

Interpretasi dalam sejarah juga diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa atau memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa.

Dapat menginterpretasikan fakta dengan kejelasan yang objektif, harus dihindari penafsiran yang bersifat subjektif dengan penulisan yang memihak. Dan proses interpretasi harus bersifat selektif dengan memasukan hal yang dianggap penting dalam mendiskrifsikan sejarah karena tidak mungkin semua cerita dapat dimasukkan agar penulisan relevan dengan topik atau judul dari penelitian ini. Menurut Garraghan, ada lima jenis interpretasi, yaitu sebagai berikut 40:

1. Interpretasi verbal, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor, yaitu bahasa, perbendaharaan kata (Vocabulary), tatabahasa, konteks, dan terjemahan.

39Ibid, hal. 100

40Sulasman, Metode Penelitian Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal 118

(34)

22

2. Interpretsasi teknis, didasarkan pada dua pertimbangan, yaitu tujuan penyusun dokumen dan bentuk tulisan persisnya. Tujuan adalah penulis dokumen semata-mata bertujuan menyampaikan informasi, melainkan ada tujuan lainnya.

3. Interpretasi logis, yaitu interpretasi yang didasarkan atas cara berfikir logis. Artinya, berdasarkan cara berfikir yang benar.

Jadi penafsiran sebuah dokumen secara keseluruhan berisi gagasan yang logis.

4. Interpretasi psikologis, yaitu interpretasi tentang dokumen yang merupakan usaha untuk membacanya melalui kacamata pembuat dokumen untuk memperoleh titik pandangnya.

Interpretasi ini berhadapan dengan kehidupan mentalitas pembuat dokumen yang menyangkut dua aspek, yaitu general (umum) dan individual. Aspek umum artinya mentalitas yang berlaku untuk semua orang, sedangkan yang bersifat individual artinya mentalitas khusus pembuat dokumen yangmempengaruhi tulisannya sehingga jejaknya dapat dilihat dalam karya yang ditulisnya.

5. Interpretasi faktual, tidak didasrkan atas kata-kata, tetapi terhadap fakta. Titik beratnya adalah membiarkan fakta

“berbicara” sendiri, tanpa perlu membuat interpretasi macam- macam, sehingga interpretasi faktual bisa dikatakan mengatasi

(35)

lainnya. Mengingat kemungkinan untuk melepaskan diri dari unsur subjektif seperti yang disebutkan diatas, jelas bahwa seorang peneliti sejarah harus berusaha sekeras-kerasnya untuk menghindarkan dari unsur tersebut.

E. Histotiografi

Pada tahapan ini bertujuan agar fakta-fakta yang telah ditafsirkan dan didapat baik secara tematisataupun kronologis dapat dirangkai sesuai outline yang telah dirancang sebelumnya sehingga menjadi tulisan yang kritis analisis, serta bersifat ilmiah sehingga tahapakhir penulisan ini dapat dituangkan kedalam bentuk sebuah skripsi. Historiografi juga merupakan rekaman tentang segala hal yang dicatat ketika melakukan semua tahap dimulai dari heuristik dengan mengumpulkan semua bahan atau data-data penelitian, setelah itu mengkritik bahan tersebut guna mendapatkan sumber yang kredibel, dilanjutkan dengan penafsiran atau interpretasi yang menganalisa sumber dan memantapkan teori yang dipakai dalam melakukan penelitian dan tahap historiografi menjadi tahap akhir untuk menuangkan hasil penelitian dalam bentuk penulisan yang telah diatur secara sistematis.

Bagi penulisan sejarah yang sangat sulit direalisasikan adalah sikap netral dan objektif dalam menulis. Penulisan sejarah sangat berpengaruh pada masa atau genersi selanjutnya. Jadi dalam melakukan penelitian sejarah jangan sampai penulis memasukan sumber sejarah yang tidak

(36)

24

kredibel atau bahkan menulisnya dalam pandangan yang tidak objektif dan memiliki kepentingan tersendiri. Ibu khaldun mengatakan beberapa faktor kelemahan penulisan sejarah yang mengarah pada subjektifitas, yaitu:

1. Sikap pemihakan pada mazhab-mazhab tertentu.

2. Sejarawan terlalu percaya pada penulis berita sejarah.

3. Sejarawan gagal menangkap maksud-maksud apa yang dilihat dan didengar serta menurunkan laporan atas dasar persangkaan keliru.

4. Sejarawan memberikan asumsi yang tidak beralasan terhadap sumber berita.

5. Ketidak tahuan sejarawan dalam mencocokkan kedaan dengan kejadian yang sebenarnya.

6. Kecenderungan sejarawan untuk mendekatkan diri kepada penguasa atau orang berpengaruh

7. Sejarawan tidak mengetahui watak berbagai kondisi yang muncul dalam peradaban.

Sekiranya 7 unsur ini ada dalam sebuah karya, maka akan juga berpengaruh terhadap tulisan selanjutnya.41

F. Jadwal Penelitian

Penelitian ini sebagai syarat guna menyelesaikan studi penulis pada jurusan Sejarah Peradaban Islam. Tahapan awal dalam mengajukan

41 Ibidhal 148-149

(37)

penelitian ini, penulis menetukan tema dan judul penelitian selanjutnya diserahkan pada pihak jurusan agar dapat dilanjutkan pada proses penelitian. Maka pihak jurusan memberikan dosen pembimbing agar dapat mengarahkan penelitian ini.

Kemudian penulis mengajukan proposal skripsi sesuai dengan judul yang telah diajukan. Dengan berkonsultasi pada kedua dosen pembimbing yang telah ditentukan, peneliti mengadakan seminar proposal guna mempresentasikan tahap awal penelitian. Setelah judul skripsi ini disahkan, maka peneliti mengadakan analisis dengan metode sejarah untuk memperivikasi seluruh hasil penelitian ini untuk menjawab rumusan permasalahan penelitian.

Setelah melakukan beberapa kali perbaikan dengan arahan kedua pembimbing, maka penulis mengajukan skripsi ini dapat menuju ujian sidang munaqosah. Hasil setelah ujian munaqosah dilanjutkan dengan

(38)

26

perbaikan dan dapat disahkan guna menyelesaikan studi pada jurusan Sejarah Peradaban Islam.

(39)

Tabel 1.1 : Jadwal Penelitian

NO Kegiatan

Bulan

Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 Pengajuan judul proposal

2 Pengajuan dosen pembimbing

3 Pembuatan Proposal

4 Bimbingan proposal

5 Pelaksanaan Seminar

6 Penmgesahan

Judul Sripsi

7 Penyusunan

data

 

8 Bimbian

Skripsi

   9 Munaqosah

dan perbaikan

(40)

28 BAB III

SEJARAH KOTA JAMBI 1906-1942

A. Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah Kota Jambi

Diperkirakan pada akhir ke-15, tambo rakyat Jambi menceritakan bahwa pada suatu hari terdamparlah perahu seorang pedagang besar dari keturunan raja Turki di Pulau Berhalo. Rakyat mengangkatnya menjadi syahbandar, atau penguasa lautan dan bergelar Datuk Paduka Berhalo.

Kemudian Datuk Paduka Berhalo kawin dengan ratu Negeri Jambi yang menguasai daerah seberang Sungai Batang Hari, bernama Putri Selaro Pinang Masak dan lahirlah empat orang anaknya yaitu: Rangkayo Pingai, Rangkayo Hitam, Rangkayo Kedataran, Rangkayo Gemuk (perempuan).28

Setelah Datuk Paduko Berhalo meninggal dunia, Putri Selaro Pinang Masak menyerahkan kepemimpinan Jambi kepada anak sulungnya Orang Kayo Pingai, kemudian Orang Kayo Pedataran dan tahun 1500 Jambi dipimpin oleh Orang Kayo Hitam. Keturunan Orang Kayo Hitam inilah yang kemudian mewarisi tahta Kerajaan Jambi sampai kemasa

28 Lukman Rachman dkk,Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imprealisme Di Jambi, Arsip Daerah Jambi No 503 (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek-Proyek dan

Dokumentasi Sejarah Nasional,1983/1984)hal 22

(41)

Kesultanan.29Orang Kayo hitam diangkat menjadi raja Jambi setelah perlawanannya terhadap Mataram dengan menghentikan pengiriman upeti

kepada kerjaan Mataram. Selanjutnya Orang kayo Hitam melakukan perjalanan untuk mecari ilmu kesaktian ke Muara Tembesi.

“...Orang Kayo Hitam mudik menyusuri sungai Batanghari dengan maksud untuk mencari orang gagah, dengan pengertian untuk mencari ilmu kesaktian da ilmu keagamaan, ketika sampai di Muara Tembesi yaitu pertemuan antar sungai Batanghari dengan sungai Tembesi maka Orang kayo Hitam mengambil air yang mengalir...setela kedua air sungai ditimangnya serentak maka tersa oleh Orang Kayo Hitam air yang mengalir di sungai Tembesi lebih berat dibandingkan dengan air yang mengalir dari sungai Batanghari maka berkatalah Orang Kayo Hitam didalam sungai Tembesi ini (maksudnya/dimudik sungai) ada orang gagah...”30 Makasampainya Orang Kayo Hitam di Tembesi ia berjumpa dengan Temenggung Merah Mato dan saudaranya Temenggung Temantan yang menjadi Raja Tembesi. Disanalah Orang Kayo Hitam bertemu dengan Putri Mayang mengurai dan mereka menikah. Setelah menikah mereka pergi meninggalkan Tembesi menuju hilir sungai Batanghari.

Temenggung Merah Mato memerintahkan Orang Kayo Hitam agar mendirikan negeri sendiri.

29Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 25

30 Abdullah, Riwayat Asal Ditemukannya “Tanah Pilih” (Pedalaman Lama / Kota Jambi dan Pembagian kalbu/Bangsa 12) Oleh Orang kayo Hitam 1500 M- 1515 M,Arsip Daerah Jambi No 90(Yayasan Tanah Pilih Jambi,1995) hal 1

(42)

28

“Janganlah pulang ke negeri, alangkah baik kalau anaknda mencari tempat yang baik membuat negeri,...kalau anaknda akan berangkat nanti, mamanda akan menghayutkan dua ekor itik...kalau nanti itik itu berhenti dimanapun tempatnya itik itu naik mupursampai tiga hari, maka disitulah tempat yang baik membuat negeri,...disebelah hilir kampung JANGGA yang berdekatan dengan Kampung Tandang, dua ekor itik itu naik kedarat,...Orang Kayo Hitam mengambil beliung untuk menebang kayu, kapakkan beliung pertama terkapaklah sebuah meriam yang terbuat dari besi, oleh Orang Kayo Hitam meriam itu disebut sebagai “SI JIMAT” dan pada kapakan yang kedua terkapaklah pula sebuah gung yang terbuat dari tembaga, maka oleh Orang Kayo Hiyam gung itu diberi nama “GUNG SITIMANG”...sehingga negeri itupun jadi dan ditunggu orang banyak, maka oleh banyak orang di situ dinamakanlah tempat dengan nama “TANAH PILIH”.31

Begitulah awal mula sejarah berdirinya Tanah Pilih yang selanjutnya berkembang menjadi Kesultanan Jambi yang sekarang menjadi Kota Jambi dan menjadi ibu kota Provinsi. Berikut nama-nama Raja Jambi tahun 1460 s/d tahun 1904:

a. Tahun 1460 – Puteri Selaras Pinang Masak / Datuk Paduko Berhalo b. Tahun 1480 – Orang Kayo Pingai

c. Tahun 1490 – Orang Kayo Pedataran d. Tahun 1500 – Orang Kayo Hitam

31Ibidhal 7-8

(43)

e. Tahun 1515 – Pangeran Hilang Diair biasa disebut Panembahan Rantau Kapas

f. Tahun 1540 – Panembahan Rengas Pandak g. Tahun 1565 – Penembahan Bawah Sawah h. Tahun 1590 – Panembahan Kota Baru

i. Tahun 1615 – Pangeran Kedah gelar Sultan Abdul Kahar

j. Tahun 1643 – Pangeran Depati Anom gelar Sultan Abdul Djalil, biasa disebut Sultan Agung

k. Tahun 1665 – Raden penulis gelar Sultan Abdul Mahji biasa disebut Sultan Ingologo

l. Tahun 1690 – 1). Kijai Singo Patih gelar Sunan Abdul Rachman 2). Raden Tjulip (Djulat) gelar Sunan Ingologo m. Tahun 1696 – Sultan Mochamad Syah

n. Tahun 1740 – Sultan Seri Ingologo

o. Tahun 1770 – Pangeran Purbo Suto Widjoyo gelar Sultan Anom seri Ingologo, biasa disebut Sultan Zainuddin

p. Tahun 1790 – Pangeran Ratu gelar Sultan Agung Seri Ingologo biasa disebut Mas’oed Badaroedin

q. Tahun 1812 – Raden Denting gelar Sultan Agung Seri Ingologo biasa disebut Sultan Mohammad Mahidin, Raja Jambi ini beristeri sala seorang dari Puteri dari Raja Palembang yang disebut Ratu Ibu (Putri Ayu)

(44)

30

r. Tahun 1833 – Raden Muhamad (Pangeran Ratu) gelar Sultan Muhamad Pahrudin biasa disebut Sultan Keramat

s. Tahun 1841 – R.A. Rachman (Pangeran Ratu) gelar Sultan Abdul Rachman Nasaroedin

t. Tahun 1855 – Pangeran Djajaningrat (P. Ratu) gelar Sultan Taha Syaifuddin

u. Tahun 1858 – Raden Achmad gelar Sultan Achmad Nasaroedin biasa disebut Sultan Bajang

v. Tahun 1881 – Sultan Achmad Mahidin

w. Tahun 1886 – Pangeran Soerio gelar Sultan Achmad Zainuddin Keterangan :

1). Sunan yang berkedudukan di Bangundjaja (Ma. Tebo)

2). Sunan yang berkedudukan di Bukit Serpeh (Marga Sumai Ma. Tebo) Sultan yang diangkat dan disyahkan oleh Gubernemen Belanda. Ada derajat kesultanan tetapi tidak Penuh Berkuasa dari itu disebut Sultan Bayang. Menurut pandangan Rakyat Umum kerajaan Djambi, bahwa Raja Jambi yang terakhir (1855 – 1904) dan yang syah ialah Sultan Taha ratu Syaifuddin, lain dari itu Sultan Bayang.32

32 Ibid dalam lampiran

(45)

B. Kolonialisme di Jambi

Pada tahun 1687 Belanda membantu Kesultanan Jambi atas serangan yang dilakuan oleh kesultanan Palembang dan Johor. Maka Belanda membuka Loji (Perusahaan) dagangnya lagi pada tahun 1707 di Muara Kumpeh. Merasa dirugikan dengan segala bentuk perjanjan yang dibuat belanda,maka pada tahun 1833 Jambi melakukan penyerbuan pertama ke Rawas dan akhirnya harus mengakui kekuatan Belanda. Atas penyerangan itu maka dibuatlah kontrak yang menyatakan mengakui kekuasaan Belanda. Dan pada tahun 1834 belanda membuat kontrak yang berisikan memonopoli garam di Jambi.33 Adapun si Kontrak sebagai berikut :”...bahwa kami akan mengadakan monopoli garan di Jambi, dan hak impor – ekspor pada kami. Sultan dan Putra Mahkota akan menerima ƒ. 8.000,- setahun sebagai pengganti kehilangan hak memungut.”34

Semula kontrak pertama antara Jambi dan Belanda hanyalah sebatas perjanjian dagang justru merugikan jambi dan berakhir dengan penjajahan oleh Belanda. Dengan politik yang licik, maka belanda telah memperkuat kedudukan di Jambi melalui perjanjian yang telah dibuat.

Keadaan ini bertahan sampai Sultan Thaha naik tahta pada tahun 1855, beliau menolak segala bentuk perjanjian yang telah dibuat oleh sultan terdahulu.

33 Rookmaker, Over Djambi (Tentang Jambi) dialihbahasakan dan disunting oleh: NY.s.Hertini adiwoso dan Budi prihatna,(Kantor arsip daerah provinsi Jambi No 13,2007) hal 1-2

34Ibidhal 2

(46)

32

Beberapa utusan dikirm untuk menghadap sultan, pertama pada bulan september 1857 oleh Residen Couperus dari Palembang ke Jambi untuk melakukan pembaharuan Kontrak, setelah itu pada maret 1858.

Disamping itu Pangeran Ratu gelar sultan thaha telah meminta bantuan kepada Sultan Turki lewat singapur. Karena tak ada jawaban baik dari sultan maka pada bulan september 1858 Belanda mengirim ekpedisi dengan disertai ultimatum 2x 24 jam untuk menyetujui kontrak baru. Jika sultan menolak maka akan diturunkan dari tahta. Belanda melakukan penyerbuan karena tak ada tanggapan dengan peringatan tersebut makabeliau diturunkan dari tahta dan terjadinya peperangan. Pangeran Ratu melarikan diri kehulu Jambi.35

C. Sultan dan Kekuasaan Belanda

Pada tahun 1858 Sultan akhnad nazaruddin (Sultan Bayang I) diangkat oleh Belanda menjadi sultan menggantikan Sultan Thaha. Maka perjanjian yang sebelumnya ditentang oleh Thaha akhirnya diperbaharui.

Sementara itu Sultan Thaha terus melakukan pemberontakan dan perlawanan atas penjajahan Belanda. Namun tetap bahwasanya Sultan hanya sebagai bangsawan dan kekuasaan dipegang oleh Belanda. Setelah wafatnya Sultan Nazaruddin pada tahun 1880 maka sultan selanjutnya digantikan oleh sultan mahidin (1881-1885).

35 Ibid hal 33

(47)

Pada bulan April 1885 Sultan Mahidin wafat, akan tetapi tidak langsung digantikan oleh Pangeran Ratu yg dinobatkan kepada Pangeran Suryo yang tak lain adalah saudara tiri Sultan Thaha, untuk sementara Pemerintahan dipegang oleh dewan komisi. Karena situasi politik yang tidak aman memaksa Pemerintah Kolonial untuk mengadakan pertemuan membahas pengangkatan Sultan yang baru pada bulan juli 1886 di Jambi.

Akhirnya Pangeran Suryo diangkat menjadi Sultan bergelar Sultan Akhmad Zainuddin (1886 – 1899). Setealah mudurnya Sultan Akhmad Zainuddin Residen Belanda Di Palembang diserahi untuk menguasai Jambi pada tahun 1901.36

Pada bulan mei 1901 kelompok dari tembesi hulu dan batang asai menyerang kediaman controleur di Sarolangun/Rawas, yang dapat dihalau oleh Belanda. Penyerangan ini merupakan salah satu bentuk perlawanan Sultan Thaha dan pengikutnya dalam menolak segala bentuk urusan dengan Belanda. Dan Pada bulan April 1904 Sultan Thaha wafat karena diserang ditempat Persembunyiannya di Batang Hari Hulu. Beliau Dikebumikan di Muara Tebo. 37

36 Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 46-47

37 Rookmaker, Over Djambi (Tentang Jambi) dialihbahasakan dan disunting oleh: NY.s.Hertini adiwoso dan Budi prihatna,(Kantor arsip daerah provinsi Jambi No 13,2007) hal 45

(48)

34 BAB IV

KOTA JAMBI 1906 – 1942

A. Kota Jambi Sebagai Pusat Pemerintahan Kolonial (1906 – 1942) Sejak tahun 1901 wilayah kesultanan Jambi masuk pada Keresidenan Palembang. Setelah gugurnya Sultan Thaha pada tahun 1904 dalam perlawanannya terhadap Belanda, maka Kesultanan dikuasai sepenuhnya oleh Belanda. Karena tidak ada lagi perlawanan yang terlalu merepotkan belanda setelah gugur Thaha, Belanda mulai menyusun persiapan pembentukan Wilayah Jambi menjadi Keresidenan.

Gambar 1.1 Pangeran Ratu Martaningrat menyerah ke Belanda tahun 1903.

Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:KapitulationJambi_Mar taNingrat-OLHelfrich_19040326.jpeg

(49)

Pada Bulan desember 1903 pangeran Ratu menyerahkan Jambi secara resmi kepada pemerintahan Belanda dan bertempat tinggal di ibukota Jambi. Dan pada bulan Februari 1904 ia menyerahkan keris Singa Merjaya, lambang jabatannya sebagai rajamuda kepada Residen Palembang. Bersamaan itu juga menyerahkan keris Siginjai, kedua pusaka ini sekarang berada di Museum Batavia.Menyusul penyerang terhadap persembunyiannya di Batang Hari ulu dan kemudian wafat dan dikebumikan di Muaro Tebo.38

Berdasarkan keputusan kerajaan Belanda pada 1 februari 1906 menggabungkan daerah Kerinci menjadi bagian dari Jambi yang merupakan bagian Sumatra Barat. Putusan ini berdasarkan Staatsblad Hindia Belanda 1906 no. 187:

”...Menimbang bahwa mutlak diperlukan untuk daerah bekas Kerajaan Jambi, juga dengan daerah Keinci, dibawah pemerintahan langsung Gubernemen Hindia Belanda,dan bahwa dalam hubungan itu harus beralih dengan pembentukan daerah baru dalam Hindia Belanda...Untuk sementara waktu bagian Jambi, Residen Palembang dikukuhkan dengan uraian yang jelas dalam Surat Keputusan Jenderal Hindia Belanda,... daerah Kerinci disatukan, dijadikam residen dengan meyandang nama Jambi.39

Berdasarkan putusan diatas maka Jambi terbentuk menjadi Keresidenan sejak Tahun 1906. Adapun nama – nama Residen yang memimpin di Jambi sebagai berikut:

38Ibid hal 45

39 Kumpulan Staatsblad van nederlandsch-Indie Tentang Jambi dialihbahasakan dan disunting oleh : Hertini dan Budi( Arsip Daerah Provinsi Jambi No:03) hal 1

(50)

36

1. O.L. Helfrich tahun 1906 – 1908 2. A.J.N. Engeleberg tahun 1908 – 1910 3. Th.A.L Heyting tahun 1910 – 1913 4. A.L. Kamerling tahun 1913 – 1915 5. H.C.E. Qwaast tahun 1915 – 1918 6. H.L.C. Petri tahun 1918 – 1923 7. C. Poorman tahun 1923 – 1925 8. G.J. Van Dongen tahun1925 – 1927 9. H.E.K. Ezerman tahun 1927 – 1928

10. J.R.F. Versohoor Van Nosse tahun 1928 – 1931 11. W. TainBuch tahun 1931 – 1933

12. Ph. J. Van Der Meulan tahun 1933 – 1936 13. M. J. Ruyschaver tahun 1936 – 1940 14. Reunvers tahun 1949 – 1942. 40

Sejak Tahun 1906 Jambi telah menjadi Keresidenan tersendiri dengan Ibukotanya yaitu Jambi. Kota Jambi masa Kolonial Belanda memiliki Kedudukan sebagai KotaPraja (eenstadsgemeente).41 Adapun putusan yang mengatur tentang gaji, tunjangan representasi dsb, semua itu diatur dalam Staatblad Hindia Belanda No 239 berbunyi sebagai berikut:

“...Pertama:...ditetapkan gaji sebesar ƒ. 1.250 (seribu dua ratus lima puluh gulden) se-bulan,dan menikmati fasilitas tempat

40 Dalam Arsip daerah Jambi No : 38 tentang Pemerintahan Penjajahan Belanda

41 Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 51

(51)

tinggal dengan Cuma-Cuma...kedua : Ditetapkan bahwa Residen Jambi bertempat tinggal di Jambi... Ketiga : Merujuk peraturan sementara, kepada Residen Jambi diberi tunjangan biaya representasi sebesar ƒ. 50 (lima puluh gulden) se-bulan...Keempat : Ditetapkan, bahwa keputusan ini berlaku bersamaan dengan Keputusan Kerajaan, tanggal 1 Februari 1906 No. 54 (Staatblad No. 187)”42

Dari keputusan ini juga menetapkan Bahwa Kota Jambi sebagai pusat pemerintahan. Dalam penetapan Kota Jambi sebagai Ibukota Keresidenan bukan tidak beralasan, beberapa Faktor yang menentukan keputusan ini menjadi alasan dalam pengambilan keputusan Belanda untuk memilih Kota Jambi. Adapun hal itu sebagai berikut:

1. Faktor Politik

Pada masa awal kedatangan Belanda ke Jambi hanya pada keperluan perdagangan, dimulai dengan masuknya perusahaan dagang yaitu VOC untuk mencari rempah – rempah dalam memenuhi kebutuhan bangsa Belanda dan dapat diperjualbelikan pada bangsa Eropa. Dan VOC mendirikan Loji (kantor dagang)pada tahun 1615, tak sampai pada maksud berdagang, Belanda mulai memikirkan bagaimana cara untuk menguasai Jambi seutuhnya.

Maka Belanda mulai mendekati Jambi dengan cara membantu peperangan antara Jambi dan Johor maupun perangan dengan Palembang.

Merasa memiliki hutang budi pada Belanda, sulthan Jambi pun mengikuti permintaan Belanda dalam hal perjanjian dagang. Hal ini menjadi awal mula politik Belanda untuk menguasai Jambi sepenuhnya. Sampai pada

42 Kumpulan Staatsblad van nederlandsch-Indie Tentang Jambi dialihbahasakan dan disunting oleh : Hertini dan Budi( Arsip Daerah Provinsi Jambi No:03) hal 3-4

(52)

38

masa kekuasaan Sultan Thaha Saifuddin perjanjian (Traktaat) yang selama ini dibuat dengan Belanda dibatalkan secara sepihak (Unirateral) pada tahun 1856.43

Penolakan Sultan Thaha untuk memperpanjang perjanjian dengan Belanda memicu pemberontakan dari kalangan pribumi terhadap Belanda.

Beberapa kali Belanda melakukan perundingan bersama dengan sultan Thaha tetapi tidak ditanggapi dengan baik, maka pada tanggal 25 September 1858 melakukan penyerbuan ke Jambi di bawah pimpinan Mayor Van Langen.44 Pada akhirnya Kota Jambi (Tanah pilih) jatuh ketangan Belanda dan Sultan Thaha Saifuddin melarikan diri ke Tanah Garo. Maka pemerintahan kolonial mengangkat Sultan bayang, Sultan hanya sebagai pajangan dan segala macam urusan diplomatik dipegang oleh Belanda.

Semua kerabat Sultan di asingkan di Seberang Kota Jambi, sedangkan Sultan Jambi bermukim di Dusun Tengah dan hanya sesekali berkunjung ke kota Jambi. Pada saat Sultan berada di kota jambi, Sultan menginap di rumah Pangeran Wiro Kesumo. Pangeran Wiro Kesumo merupakan menantu Sultan Ahmad Nazaruddin, ia menguasai perdagangan serta pemegang hak monopoli candu juga memiliki tanah yang luas di sekitar Kota Jambi. Pada tahun 1861 pertemuan pertama Residen Palembang Van Ophuijzen dan Sultan Nazaruddin, dan pertemuan

43 Usman meng,hal 2

44 Ibid hal 4

(53)

kedua tahun 1867 pertemuan ini membicarakan kediaman Sultan yang akan dibangun di Kota Jambi.45

Pada tahun 1901 di Jambi terdapat 150 orang pasukan tentara Belanda di Ibukota. Dan di daerah lainya disebar 210 orang pasukan polisi.

Pada tahuan ini tepatnya 26 Agustus asrama polisi di Muara Tembesi diserbu, dengan korban 10 orang anggota polisi dan seorang dokter pribumi. Pemeberontakan menjalar sampai ke Hulu yaitu daerah Sarolangun pada 31 Agustus dan menewaskan seluruh pegawai-pegawai yang bertugas. Pada tanggal 1 Sepetember 1916 Muara Tebo turut diserbu sampai 11 September Bangko diserbu dengan 1.500 orang pemberontak.

Pemeberontakan ini dipimpin oleh keturunan Raja-raja, Pada akhir bulan Oktober 1916 keadaan menjadi reda dengan tertangkapnya para pejuang yang melawan Belanda.46

Sejak pemberontakan yang dilakukan para keturunan raja maka kedudukan seberang kota Jambi menjadi tempat pengasingan para anak raja, membatasi gerak nya dengan hanya memperbolehkan bepergian ke Muara Tembesi dan daerah Muara Sabak. Sejak tahun 1906 ditetapkannya Kota Jambi sebagai Ibukota Pemerintahan Kolonial Belanda, hal ini menjadi alasan Belanda mendirikan pusat peerintahan kolonial di Kota Jambi unjtuk mengawasi gerak-gerik para anak raja dari tepian kanan

45 Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 52-53

46 Rookmaker, Over Djambi (Tentang Jambi) dialihbahasakan dan disunting oleh: NY.s.Hertini adiwoso dan Budi prihatna,(Kantor arsip daerah provinsi Jambi No 13,2007) hal 46-47

(54)

40

Sungai Batanghari. Strategi ini berhasil dilakukan Belanda untuk mempertahankan kekuasaannya Terhadap Jambi.

Melalui politik kekuasaan yang dialakukan kolonial, untuk menguasai seluruh Jambi maka harus menguasai pusatnya terlebih dahulu.

Kota Jambi yang sebelumnya merupakan pusat pemerintahan kesultanan harus dikuasai oleh Belanda, demi untuk menguasai Jambi seutuhnya.

Melalui proses yang cukup panajang sejak kedatangan awal belanda ke Jambi. Dan sampai pada titik kolonial berkuasa di Jambi. Melihat hal ini Belanda menetapkan kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial.

2. Faktor Ekonomi

Daerah Jambi semula merupakan daerah pengaruh kerajaan Majapahit. Setelah kerajaan Majapahit runtuh nasibnya sama dengan Palembang, keduanya menjadi vassal dari kesultanan Demak (awal abad ke XVI). Perekonomian Jambi pada masa awal berdiri masih bertumpuh pada produk hasil hutan dan emas. Berdasarkan laporan Tome Pires tahun 1512 komoditi ekpor Jambi adalah kayu gaharu dan emas. Paling tidak sejak awal tahun 1545 Jambi dikenal sebagai penghasil lada.47

Kemajuan Ekonomi Jambi masa awal menjadi ketertarikan Belanda dalam ekspedisinya untuk mencari rempah–rempah Ke Jambi.

Belanda yang datang ke Jambi sebagai perusahaan dagangnya yaitu VOC tidak dapat bersaing dengan para pedagang Cina yang telah diterima

47 Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 9

Referensi

Dokumen terkait

Hasil estimasi, didapatkan hasil bahwa nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki pengaruh negative (-) terhadap Kemiskinan sebesar -1.452 .Hasil ini ternyata

Selain melakukan penyesuian harga produk yang terpenting juga adalah melakukan efesien terhadap biaya- biaya sebagai mana yang dikemukakan Mochammad Mahrizal (2013:2)

buku/laporan b.Sistem melakukan pengecekan data peminjaman, dan menampilkan pesan bahwa penon-aktifan anggota gagal, dikarenakan anggota sedang melakukan peminjaman

Rancangan seiri pada area 1 meliputi pemilahan material serta mesin yang terpakai dan tidak terpakai, pemilahan peralatan pendukung yang terpakai dan tidak terpakai

Pada tugas akhir ini akan diimplemetasikan jaringan transisi IPv4 ke IPv6 menggunakan mekanisme teredo dalam skala laboratorium kemudian dilakukan analisa dan pengujian

Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa kemajuan berwal dari perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi membawa trobosan baru untuk memperbaiki dan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa munculnya warung-warung kopi modern di kota Medan tidak terlepas dari pengaruh hadirnya gerai kopi Starbucks, pengaruh kopi sachet, gaya

Penambahan adsorben bentonit, zeolit dengan perbedaan tingkat konsentrasi pada minyak ikan dari hasil samping pengalengan menunjukkan, semakin tinggi konsentrasi adsorben