• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia

2.1.1. Definisi Lansia

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998, Pengertian Lansia Pasal 1 ayat 1 adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan tahap terakhir kehidupan manusia. Selama periode ini, para lansia memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dewasa. Lansia adalah periode ketika organisme telah mencapai usia atau skala keemasan mereka dan secara fungsional mulia dan telah menurun seiring waktu(Anita sarima, Nurlaila Abdullah, 2017).

2.1.2. Klasifikasi Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (2009) siklus hidup lansia menyatakan digolongkan menjadi empat golongan diantaranya yaitu : 1. Usia pertengahan ( middle age) ialah kelompok usia 45 sampai

59 tahun

2. Lanjut usia ( elderly) dengan usia antara 60 sampai 74 tahun.

3. Lansia tua ( old) dengan usia 60 -75 dan 90 tahun.

4. Lansia sangat tua ( very old) dengan usia diatas 90 tahun

Menurut Setyonegoro ( dalam Efendi,2009) lanjut usia dibagi menjadi 3 batasan umur diantaranya yaitu :

1. Usia tahun ( young old) dengan usia 70 sampai 75 tahun.

2. Usia ( old) dengan usia 75 sampai 80 tahun.

3. Sangat tua ( very old) usia > 80 tahun (Naftali et al., 2017).

2.1.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pada Lansia

Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia antara lain yaitu :

1. Faktor Ekonomi

(2)

Adalah faktor lansia dengan kondisi ekonomi yang rendah dan akan berpengaruh pada kemampuan rutin untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

(3)

7 2. Faktor Keluarga

Yaitu keluarga yang tinggal atau hidup dengan keluarga yang lebih muda dan memperhatikan akan kesehatannya akan lebih terjaga kondisi kesehatan dan psikologis lansia.

3. Faktor Nutrisi

Adalah asupan nutrisi pada lansia yang akan berpengaruh pada proses metabolisme tubuh yang nantinya juga berpengaruh pada kesehatan.

4. Faktor Pengetahuan

Adalah lansia yang memiliki akan pengetahuan baik tentang pentingnya menjaga kesehatan akan berupaya untuk menjaga kesehatannya walaupun sudah tua (Kusumawardani et al., 2018).

2.1.4. Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia adalah tidak hanya pada kondisi fisik saja tetapi juga terdapat perubahan psikologis. Dimana perubahan psikologis pada lansia ini terjadi karena adanya perubahan dalam peran dan kemampuan fisik orang tua dalam melakukan kegiatan, baik kegiatan untuk diri sendiri maupun kegiatan di sosial masyarakat. Lansia juga berpendapat bahwa tugas – tugas dirinya didunia telah selesai dan cenderung lebih beribadah dengan cara mendekatkan diri kepada tuhan. Dan lansia yang mengurangi aktifitas sehari – hari akan berdampak pada kondisi kesehatannya dan rentan terkena penyakit. Oleh karena itu kesehatan pada lansia lebih perlu ditingkatkan lagi untuk tercapainya usia lanjut yang sehat dan bahagia(Kusumawardani et al., 2018).

2.2 Konsep Penyakit Degeneratif Pada Lansia (Diabetes Mellitus Dan Hipertensi)

2.2.1. Definisi Penyakit Degeneratif Pada Lansia ( Diabetes Mellitus dan Hipertensi)

Penyakit degeneratif merupakan suatu penyakit kronik yang nantinya akan sangat memepengaruhi kualitas hidup seseorang. salah

(4)

satu contoh penyakit degeneratif adalah diabetes melitus dan hipertensi yang termasuk kedalam penyakit degeneratif (Nova Fridalni, 2019).

2.2.2. Komplikasi Penyakit Degeneratif Pada Lansia ( Diabetes Mellitus dan Hipertensi)

Komplikasi yang disebabkan oleh penyakit degeneratif keterlambatan dalam deteksi dini degradasi, mengarah ke semua aspek termasuk kecacatan rasa takut pribadi senior mengarah pada ketergantungan pada orang tua membutuhkan deteksi dini tentang penyakit degeneratif meminimalkan komplikasi yang disebabkan oleh penyakit degradasi lansia termasuk tekanan darah tinggi, diabetes dan asam urat pengujian yang mendalam sedini mungkin eksekusi bulanan posyandu secara teratur selama enam bulan(Ningrum et al., 2019).

2.3 Konsep Manajemen Diabetes Mellitus Pada Lansia

2.3.1 Manajemen Diabetes Melitus

Tujuan utama dari manajemen diabetes melitus yaitu mencapai level kadar glukosa normal ( euglikemia) tanpa hipoglikemia dan tanpa menggangu aktivitas pasien. Penatalaksanaa diabetes melitus terbagi menjadi lima manajemen yaitu diet atau manajemen nutrisi, aktifitas, pemantauan atau monitoring terhadap glukosa dan keton, terapi farmakologis dan pendidikan atau edukasi.

a. Pengaturan Diet

Inti dari pengaturan makan sehat pada pasien diabetes adalah membuat keputusan tentang pilihan makanan, paham tentang ukuran porsi, dan memahami kapan waktu terbaik untuk makan. Pasien juga harus memiliki kemampuan untuk menghitung berat porsi karbohidrat dan lemak dalam makanan, membaca label, dan mengukur porsi. Berbagai faktor dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, diantaranya makanan yang tersedia, pola makan keluarga, kebiasaan, emosi, makanan yang disukai, kontrol gula darah dan pengetahuan mengenai pengaruh makanan terhadap kontrol diabetes dan kesehatan secara keseluruhan. Dengan membuat pemilihan makanan yang tepat, mengontrol berat badan, dan mencapai kadar gula darah yang optimal,

(5)

banyak pasien DM yang mungkin dapat mengatur kondisi mereka tanpa obat (American Association of Diabetes Educators (AADE) b.Aktifitas

Aktifitas fisik melibatkan pergerakan tubuh yang dapat membuat kontraksi pada muskuloskeletal, dengan demikian pengeluaran energi akan meningkat. Aktifitas dapat membantu meningkatkan pencapaian indeks massa tubuh yang normal, membantu mengontrol lemak dan tekanan darah, dan mengurangi stres. Selain itu, jenis aktifitas fisik, misalnya aerobik, juga diketahui dapat meningkatkan sensitivitas insulin, kontrol gula darah, dan menghasilkan perubahan yang baik pada komposisi tubuh. Hal yang harus dipahami oleh pasien DM mengenai hal-hal yang menghambat aktifitas fisik antara lain keadaan fisik pasien, lingkungan, psikologis, dan batas/lama waktu aktifitas (American Association of Diabetes Educators (AADE).

c. Pemantauan Gula Darah

Pemantauan gula darah Kontrol gula darah merupakan pilar utama pada perawatan pasien diabetes sehingga dapat dicapai kadar gula darah dan mempertahankannya dalam kondisi yang normal (Al- Khawaldeh et al., 2012; Shrivastava, Shrivastava, & Ramasamy, 2013). Seperti pada aktifitas perawatan diri yang lain, self-efficacy juga menjadi determinan yang kuat dalam pelaksanaan pengontrolan kadar gula darah (dengan indikator normalnya kadar HbA1c). Pada penelitian yang dilakukan terhadap pasien DM tipe 2, ditemukan bahwa self-efficacy memiliki hubungan yang positif terhadap kontrol gula darah pasien DM. Pasien yang memiliki keyakinan bahwa mereka mampu melakukan perawatan diri terkait diabetes dinyatakan tiga kali lebih baik dalam melakukan kontrol dibandingkan pasien yang kurang yakin.

d.Pengobatan

Pengobatan pada penelitian yang dilakukan oleh Mishali et al.

disimpulkan bahwa ada hubungan antara resistensi yang tinggi terhadap pengobatan/perawatan yang disarankan bagi pasien DM

(6)

(kontrol gula darah di rumah, aktifitas fisik, dan diet) dengan kurangnya keyakinan pasien untuk mematuhinya, dan hubungan yang lemah terdapat penggunaan obat-obatan oral. Resistensi yang dimaksud dibagi menjadi empat kategori alasan pasien tidak melakukan pengobatan/perawatan yaitu kurangnya kepercayaan atau ketidakpuasan terhadap pengobatan atau tim kesehatan, alasan emosional, paksaan atau alasan spesifik lain, dan faktor yang dihubungkan dengan keputusasaan dan kegagalan.

e. Perawatan Kaki

Perawatan kaki merupakan aktivitas harian pasien DM untuk mencegah terjadinya terjadinya ulkus pada kaki, yang terdiri dari deteksi kelainan kaki diabetes, perawatan kaki dan kuku serta latihan kaki. Selain berhubungan dengan pengetahuan mengenai perawatan kaki, perilaku perawatan kaki juga dihubungkan dengan self-efficacy pasien.

f. Pendidikan atau Edukasi

Edukasi mengenai perawatan diri pasien DM terbukti dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan kontrol gula darah (Norris, Lau, Smith, Schmid, & Engelgau, 2002), diet, pencegahan hipoglikemi, perawatan kaki, dan self-efficacy (Atak, Gurkan, Science,

& Kose, 2008). Selain edukasi, pelatihan langsung kepada pasien juga secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan dan self-efficacy pasien dalam pengontrolan, akurasi, dan frekuensi pengukuran kadar gula darah, serta menjaga pola makan, dan juga perawatan kaki.

Pemberian edukasi tersebut dapat terintegrasi secara keseluruhan dengan proses manajemen diri pasien DM secara umum yaitu pengaturan diet, pengobatan, aktifitas, kontrol gula darah, dan perawatan kaki. Edukasi bagi pasien dapat diberikan baik di setting pelayanan primer oleh perawat ataupun di setting komunitas(Banna, 2017).

(7)

2.3.2. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan insulin atau resistensi insulin. Salah satu cara mengatasi diabetes melitus adalah dengan pola makan yang seimbang. Diet bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien diabetes mellitus sehingga pelaksanaan diet diabetes melitus dengan pedoman 3J (jumlah, jadwal dan jenis) harus diikuti (Jayaningrum, 2016).

Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif, yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah yang disebut hiperglikemia.

(Herlambang, 2019).

2.3.3 Gejala klinis

Gejala diabetes termasuk cepat haus, sering diare, kelelahan dan penurunan berat badan bahkan ketika nafsu makan meningkat drastis.

Dalam kasus yang lebih parah, gejalanya mungkin termasuk penglihatan kabur, kesulitan dalam penyembuhan dan menopause. Gejala umum yang sering terjadi dan dikeluhkan diabetes melitus adalah:

a. Poli trias yaitu:

1). Poliuria, yaitu banyaknya cairan akibat hiperglikemia yang diikuti dengan bentuk asupan cairan dengan penarikan cairan yang jelas dari sel-sel tubuh.

2). Polydipsia, yaitu minum berlebihan. Padahal, keluhan ini merupakan reaksi tubuh terhadap adanya poliuria yang mengakibatkan kurangnya cadangan air di dalam tubuh.

3). Polyphagia yaitu peningkatan nafsu makan, karena karbohidrat tidak dapat digunakan karena kadar insulin yang tinggi tidak dapat mengatur pengambilan glukosa.

b. Lemah, hal ini disebabkan karbohidrat dikeluarkan melalui urine, sehingga tubuh tidak memiliki kalori yang cukup.

(8)

c. Penurunan berat badan akan diikuti oleh kelelahan dan kelelahan terus-menerus, yang akan menyebabkan lebih banyak kehilangan energi, dan lebih banyak penambahan berat badan.

e. Polineuritis, yaitu gatal di seluruh tubuh, seperti yang dikenal untuk metabolisme karbohidrat, diperlukan untuk vitamin B1, di mana vitamin B1 diubah menjadi ko-enzim, karena peningkatan kadar gula.

f. Hiperglikemia, yaitu kadar gula dalam tubuh yang meningkat karena tubuh tidak memiliki cukup insulin, sehingga glukosa dapat diubah menjadi glikogen(Nugroho, 2015).

2.3.4.Faktor penyebab Diabetes Melitus a. Usia

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya variabel umur ≥50 tahun akan meningkatkan kejadian diabetes melitus karena penuaan yang menurunkan dan menurunkan sensitivitas insulin fungsi metabolisme glukosa , kebanyakan orang diabetes usia antara 45-64 tahun26 terpisah dari penderita diabetes rentang usia antara 40-59 tahun . dari 184 juta pasien diabetes, lebih dari 80% berada di kelompok usia ini.

b.Jenis kelamin

Berdasarkan analisis penelitian hubungan sebelumnya antara jenis kelamin dan diabetes melitus insiden, prevalensi diabetes melitus Wanita lebih tinggi dari pria. Lebih banyak wanita Karena risiko fisik terkena diabetes wanita memiliki kesempatan untuk meningkatkan indeks massa tubuh lebih besar.

c. Genetik

Faktor lain yang berkontribusi prevalensi diabetes yang tinggi adalah keturunan. diabetes melitus cenderung diturunkan atau diwariskan. lebih mungkin terkena penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga tidak ada diabetes melitus(Mirza et al., 2020).

2.3.5. Klasifikasi Diabetes Melitus 1. Klasifikasi Klinis

a. Tipe I: Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM)

(9)

IDDM disebabkan akibat kerusakan sel beta pankreas (biasanya mengakibatkan defisiensi insulin absolut).

b. Tipe II : Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM)

NIDDM disebabkan akibat gangguan sekresi insulin yang progresif.

Latar belakang resistensi insulin, jenis diabetes tertentu lainnya, seperti penyakit genetik yang berfungsi β fungsi, penyakit genetik yang bertindak insulin, penyakit eksokrin pankreas (seperti fibrosis kistik) dan obat-obatan yang dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV / AID atau setelah transplantasiorgan) dan diabetes kehamilan(Rahmasari & Wahyuni, 2019).

c. Diabetes Kehamilan (GDM)

Adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan resistensi insulin dimana ibu hamil gagal mempertahankan euglikemia. Diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali terlihat selama kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga(Cahyani & Niken Safitri Dyan Kusumaningrum, 2017).

2.4 Konsep Manajemen Hipertensi Pada Lansia

2.4.1 Manajemen Hipertensi

Hipertensi menrupakan penyakit kronis yang membutuhkan manajemen perawatan diri. Manajemen perawatan diri merupakan kemampuan individu untuk mendeteksi danmengelola gejala, pegobatan, konsekuensi fisik dan psikososial dan perubahan gaya hidup terkait dengan penyakit kronis. Menajemen perawatan diri hipertensi bertujuan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat. Laporan Komite Nasional Bersama Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi (JNC 7) ke tujuh merekomendasikan 6 perilaku perawatan diri: mengikuti rejimen pengobatan, terlibat dalam aktivitas fisik, mengikuti yang sehat, mengambil rendah garam dan diet rendah lemak mirip dengan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) diet, menjaga berat badan yang sehat, mengurangi asupan alkohol, dan menghindari tembakau(Huda, 2017).

(10)

2.4.2 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi abnormal dengan angka sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg dan diukur setidaknya tiga kali berbeda. Tekanan darah yang meningkat dan berkepanjangan dapat merusak pembuluh darah pada organ sasaran seperti ginjal, jantung, otak dan mata sehingga hipertensi menjadi salah satu faktor utama penyebab kematian nomor satu dunia atau dikenal dengan silent killer(Furqani & Rahmawati, 2020).

2.4.3. Penyebab Hipertensi

Faktor penyebab tekanan darah tinggi antara lain faktor penyebab terjadinya obesitas. Salah satu pemicu obesitas adalah obesitas. Lemak yang berlebihan dalam tubuh dapat mengganggu sirkulasi darah dan tekanan darah. Obesitas dapat menyebabkan hipertensi esensial, diabetes, dan penyakit lainnya. Faktor risiko utama. Meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan reabsorpsi natrium ginjal tubular, mengganggu stres natriuresis, mengaktifkan sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan dengan menyebabkan kompresi fisik ginjal (terutama saat obesitas meningkat) sehingga menyebabkan volume untuk menurunkan tekanan darah(Amanda & Martini, 2018).

Faktor risiko Hipertensi di bedakan menjadi 2 kelompok,yaitu:

a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah 1. Usia

Usia orang yang berisiko terkena hipertensi adalahUsia 45 tahun dan timbulnya hipertensi hanya terjadi pada usia 40 tahun, meskipun dapat terjadi pada usia muda. Usia mempengaruhi hipertensi. Dengan bertambahnya usia maka risiko hipertensi semakin meningkat, sehingga prevalensi hipertensi pada lansia sangat tinggi yaitu sekitar 40%, dan kematian pada usia sekitar 65 tahun. Perkembangan hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien usia 10-30, kemudian hipertensi dini pada pasien usia 20- 40, hingga hipertensi pada pasien usia 30-50, dan terakhir hingga komplikasi pada pasien usia 40-60.

(11)

2. Jenis Kelamin

prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.

3. Keturunan

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menempatkan keluarga pada risiko hipertensi. Ini terkait dengan peningkatan kadar natrium intraseluler dan rasio kalium dan natrium rendah pada pasien hipertensi lansia Risiko hipertensi dua kali lipat dari orang tanpa riwayat keluarga hipertensi.Selain itu, terdapat 70-80%

kasus hipertensi Riwayat hipertensi sangat penting di dalam keluarga.

a.Faktor risiko yang dapat diubah 1. Obesitas

Perwakilan berat badan penentu tekanan darah di sebagian besar kelompok etnis semua warga. menurut negaranya national institutes of health (nih, 1998), prevalensi hipertensi orang dengan indeks massa tubuh (bmi)> 30 (obesitas) adalah 38%

32% untuk pria dan wanita, dibandingkan dengan 18%

prevalensi 17% pria dan wanita orang dengan indeks massa tubuh <25 (status gizi) menurut standar internasional adalah normal). menurut perubahan hall (1994) fisiologi dapat menjelaskan hubungan ini dan kelebihan berat badan tekanan darah inilah yang terjadi resistensi insulin dan hiperinsulinemia aktivasi saraf simpatis dan renin angiotensin dan perubahan fisik ginjal.

(12)

b.Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat meningkatkan peningkatan hipertvYensi insiden maligna dan risiko kejadian stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts Terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36%

merupakan pemula perokok, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.

c. Stres

Stres akan meningkat sekaligus mendorong darah. Hormon adrenalin akan naik saat kita bangkit stres, itu bisa menyebabkan jantung mengambil darah lebih cepat begitu pun tekanan darahnya meningkat.

d.Konsumsi Garam Berlebihan

Badan Kesehatan, Organisasi Kesehatan Dunia Organisasi (WHO) memperhatikan pola konsumsi garam dapat menurunkan risiko tekanan darah tinggi. Kandungan natrium harian tidak melebihi 100 mmol (sekitar 2,4 gram natrium atau 6 gram garam). Konsumsi natrium yang berlebihan akan meningkatkan konsentrasi natrium dalam cairan ekstraseluler. Untuk menormalkan cairan intraseluler, peningkatan volume cairan ekstraseluler. Volume cairan meningkat Ekstraseluler menyebabkan volume darah meningkat sehingga mempengaruhinya hipertensi(Nuraini, 2015).

2.4.4. Klasifikasi hipertensi

Melakukan penelitian orang dengan tekanan darah tinggi pasti dengan nilai pengukuran tekanan standar darah. Akan ada berbagai kategori setiap jenis hipertensi negara, tetapi yang paling umum adalah

(13)

gunakan klasifikasi tekanan darah jnc 7 (laporan bersama ketujuh komite pencegahan dan investigasi nasional evaluasi dan pengobatan hiperemia stres) klasifikasi tekanan darah jnc7 dibagi menjadi 4 jenis, 4 jenis ini didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik atau diastolik masih ada beberapa klasifikasi diantaranya yaitu,

Tabel 2.4.4 Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi Tekanan

Darah

TDS ( Tekanan Darah Sistolik) (mmHg)

TDD (Tekanan Darah Distolik) (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Prahipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89

Hipertensi derajat 1 140 – 159 Atau 90 – 99

Hipertensi derajat 2 >160 Atau >100

Kecuali jnc 7 yang bisa digunakan sebagai panduan dalam pengobatan hipertensi, yaitu klasifikasi tekanan darah yang digunakan oleh chh di cina pada saat yang sama esh (Asosiasi Eropa Hipertensi).

Tapi untuk klasifikasi menggunakan jnc 7 adalah klasifikasi paling umum digunakan(Agustinus et al., 2018).

2.4.5. Tanda Dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala hipertensi yaitu peningkatan tekanan tekanan darah mendadak dengan tekanan darah sistolik> 180 mmhg atau tekanan darah diastolik> 120 mmhg. Tanda-tanda kerusakan pada organ sasaran, maka penderita termasuk kategori gawat darurat dan harus dirawat secara aktif untuk menurunkan tekanan darah dengan cepat. Beberapa tanda dan gejala kerusakan organ sasaran, yaitu keadaan perubahan sistem saraf, salah satunya adalah berkurangnya glasgow coma scale.

penyakit yang tergolong sebagai kerusakan organ target progresif termasuk perubahan keadaan saraf, ensefalopati hipertensi (tidak asupan mencukupi) kandungan oksigen serebral yang disebabkan oleh

(14)

peningkatan tekanan darah, infark serebral (cedera otak), perdarahan intrakranial (perdarahan intraserebral), iskemia atau infark miokard (serangan jantung), ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta, fungsi ginjal insidensi dan eklamsia

2.4.6. Patofisiologi

Menurut Elizabeth J. Corwin, manifestasi klinis yang disebabkan oleh hipertensi adalah sebagian besar gejala klinis baru muncul setelah bertahun-tahun mengalami hipertensi.

Tekanan darah tangan oleh stroke volume dan tahanan perifer total.Tubuh manusia memiliki fungsi untuk mencegah perubahan tekanan darah yang cepat yang disebabkan oleh kelainan pada sistem peredaran darah dan menjaga agar tekanan darah tetap stabil untuk waktu yang lama. Pengendalian dimulai dengan sistem respons cepat, seperti refleks kardiovaskular sistem saraf, refleks kemoreseptor, respons iskemik, sistem saraf pusat dari atrium, dan otot polos paru.Mekanisme hipertensi adalah Pemesanan angiotensin II dari angiotensin I oleh enzim pengubah angiotensin I.

ACE memainkan peran fisiologis penting dalam pembinaan tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. ADH diproduksi di hipotalamus dan bekerja di ginjal untuk pembantuan osmotik dan keluaran urin. Saat ADH meningkat, sedikit urin yang dikeluarkan ke tubuh, sehingga urin menjadi terkonsentrasi dan tekanan osmotik meningkat. Untuk membantu volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan menurunkan ekskresi NaCl melalui reabsorpsi dari tubulus ginjal. Peningkatan konsentrasi NaCl akan mengencerkan kembali dengan meningkatkan volume cairan ekstraseluler, sehingga meningkatkan volume dan tekanan darah(Nuraini, 2015).

2.4.7. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang dapat mempengaruhi mata, ginjal, jantung, dan otak. Muncul dalam bentuk

(15)

perdarahan di fundus retinal, buta secara visual. Stroke sering terjadi di otak, dan pecahnya mikroaneurisma dapat menyebabkan perdarahan dan kematian. Hipertensi dapat langsung dan tidak menyebabkan kerusakan organ. Beberapa penelitian menemukan bahwa kerusakan pada organ- organ ini bisa jadi akibat langsung dari peningkatan tekanan darah pada organ, atau efek tidak langsung, termasuk adanya autoantibodi reseptor anti-angiotensin II dan stres oksidatif(Nuraini, 2015).

2.4.8.Penatalaksanaan 1. Diet

Penatalaksanaan diet yang baik dan (Suryarinilsih & Padang, 2019)kurangi asupan garam, karena garam akan menyebabkan tubuh menahan udara, jadi tingkatkan jumlah cairan dalam sirkulasi sistem.

ini penyebab jantung bekerja kesulitan menyelesaikan pekerjaan dan menyebabkan tekanan darah turun meningkat. kontrol tekanan darah tinggi melalui pola makan kontrol darah yang mengubah gaya hidup tanpa menggunakan tekanan darah obat(Suryarinilsih & Padang, 2019).

2. Perawatan dengan obat anti- hipertensi a. Alfa – bloker ( misalnya doksasozin),

b. Beta – bloker ( misalnya propanolol,atenolol),

c. Penghambat angiotensin converting enzymes ( misalnya captopril, enalapril),

d. Antagonis angiotensin II ( misalnya candesartan,losartan) dan e. Calcium channel blocker ( misalnya amlodipin, nifedipin)(Nuraini, 2015).

Kepatuhan adalah kondisi dimana ketika seorang individu atau kelompok mempunyai keinginan untuk patuh terhadap perintah, namun tetapi ada sejumlah faktor yang menghambat akan adanya kepatuhan terhadap saran tentang kesehatan. Kepatuhan juga bisa diartikan sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Adapun beberapa yang bisa mempengaruhi kepatuhan

(16)

diantarnay meliputi faktor internal yaitu, pengetahuam, dukan keluarga, dan dukungan sosial(Fauzia, 2015)

2.5 Konsep Keluarga

2.5.1. Definisi keluarga

Keluarga adalah suatu hubungan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan hukum dan hukum pernikahan. Orang tua adalah orang- orang yang mendapat perintah dari Tuhan untuk mengajar anak-anak mereka secara bertanggung jawab dan penuh kasih. Orang tua (keluarga) terutama bertanggung jawab atas perkembangan dan perkembangan anak(Ruli, 2020).

2.5.2. Bentuk – bentuk keluarga

Tipe atau bentuk struktur keluarga diantaranya,yaitu:

a. Keluarga inti meliputi ayah, ibu dan anak (hasil perceraian atau adopsi)

b. Keluarga lengkap, yaitu keluarga inti ditambah saudara kandung (kakek, nenek, keponakan, keponakan, paman, bibi, saudara, dll) c. Keluarga diadik, keluarga baru yang terdiri dari pasangan yang

bercerai atau hilang

d. Keluarga orang tua tunggal, yaitu keluarga yang termasuk orang tua tunggal, laki-laki dan perempuan, dengan laki-laki karena cerai atau ditinggalkan berpasangan

e. Ibu dengan anak tanpa rumah (ibu remaja belum menikah)

f. Dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa rumah (dewasa lajang memiliki kehidupan)

g. Keluarga dengan anak tanpa perkawinan sebelumnya (keluarga heteroseksual hidup bersama tanpa nikah)

h. Keluarga bersama adalah keluarga yang berpoligami dan hidup bersama(Imas Siti Patimah, 2019)

2.5.3. Definisi Peran Keluarga

Peran keluarga adalah suatu tingkah laku yang spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam suatu konteks keluarga. Dalam

(17)

mengenal suatu masalah, peran keluarga dapat berupa membuat suatu keputusan, tindakan yang tepat, memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan suasana rumah yang sehat dan tenang, serta merujuk kepada fasilitas kesehatan(Romliyadi, 2020).

2.5.4.Fungsi keluarga

Keluarga mempunyai 7 fungsi diantaranya, yaitu:

a. Fungsi Reproduksi

Adalah fungsi untuk memperthankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

b. Fungsi sosialisasi atau pendidikan

Fungsi ini digunakan untuk mendidik anak, dari awal hingga perkembangan anak, dan kemudian hingga perkembangan kepribadiannya.

c. Fungsi ekonomi

Dengan fungsi ekonomi, hubungan antar anggota keluarga dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan.

d. Fungsi Perlindungan atau Pelindung

Fungsi ini untuk melindungi seluruh anggota keluarga dari berbagai bahaya yang diderita keluarga. Di hadapan suatu negara, fungsi ini telah diambil alih oleh banyak lembaga negara.

e. Fungsi Penetapan Status

Jika orang dengan identitas berbeda dalam keluarga mendapatkan identitas masing-masing anggota atau setiap orang, setiap anggota keluarga harus memiliki surat izin. Perubahan keadaan ini biasanya terjadi seiring waktu. Hak keluarga, seperti penggunaan hak milik tertentu, dll.

f. Fungsi Pemeliharaan

Tanggung jawab keluarga terutama untuk merawat orang sakit, orang sakit dan orang tua. Pelaksanaan fungsi ini, masyarakat menjadi lebih modern dan kompleks, dan kebutuh rumah sakit dan panti secara bertahap

g. Fungsi Afeksi atau Cinta

(18)

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang atau cinta. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kenakalan serius merupakan salah satu ciri seorang anak yang tidak pernah mendapat perhatian atau kasih sayang(Petra et al., 2017).

2.6 Konsep Dukungan Keluarga

2.6.1. Definisi dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk perilaku pelayanan oleh Keluarga dengan dukungan emosional, penghargaan, informasi dan penerimaan diri lansia adalah bentuk apresiasi atau non- kinerja yang tinggi Menertawakan diri sendiri atau Ekspresikan pikiran, perasaan dan reaksi kepada orang lain dan mampu menerima Kekurangan dan kemampuannya untuk menerima keuntungan(Liliyanti M L Sangian, Ferdinand Wowiling, 2017).

2.6.2. Bentuk – bentuk dukungan keluarga

Menurut (Diani dan Susilawat, 2013) bentuk - bentuk dukungan keluarga Sebagai berikut:

1.Dukungan informasi, termasuk jaringan komunikasi dan penjelasannya Informasi tentang dunia, seperti nasihat, panduan.

2.Dukungan evaluasi atau penilaian memahami ramalan.

3.Dukungan alat, termasuk bantuan berwujud atau penyediaan barang, seperti bantuan keuangan.

4.Dukungan emosional, memberi perasaan Demi, kepercayaan, bantuan Seperti semangat, empati dan kepercayaan(Saputri & Sujarwo, 2017).

2.6.3. Manfaat dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah suatu proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, dimana sifat dan jenis dukungan sosial berbeda – beda dalam berbagai tahap siklus kehidupan. Dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga, dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat – akibat dari kesehatan.

(19)

Sesungguhnya efek – efek dari penyanggan dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan (Ridho, 2018).

Referensi

Dokumen terkait

Tabungan Mudharabah (Mudharabah-sav. acc.) Deposito Mudharabah (Mudharabah-inv.. ex tended) Dana Pihak Ketiga (Deposit Fund). FDR (Financing to

Berdasarkan hasil pengujian, sistem pengaturan dengan kontroler sliding mode dapat mengatasi perubahan beban yang diberikan dan mampu mempertahankan level pada set

Keragaman genetika yang cukup tinggi dapat di- deteksi dari empat belas aksesi kentang yang diguna- kan dalam penelitian ini.. Sebanyak 60 alel terdeteksi berdasarkan 12

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata variabel X siswa 69,96 berkategori “cukup” kemudian setelah diterapkan model discovery

Berdasarkan hasil penelitian di Perairan Pulau Belakang Padang terdapat 6 (enam) spesies lamun yang di temukan yaitu Syringodium iseotifolium, Halodule uninervis,

Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan Pada Home Care.. Kondisi

Mahasiswadap atmemahamida nmengahayatia danyaberbagaig olongan yang Golongan- golongan yang berbedadaninteg rasisosial Peristiwa/kasus yang menyangkut ketegangan sosial 3 X 45’

Pada zaman sekarang ini, banyak sekali jenis katalis padat yang telah digunakan dalam reaksi transesterifikasi minyak nabati menjadi biodiesel seperti oksida