• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA AKSI KEGIATAN (REVISI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RENCANA AKSI KEGIATAN (REVISI)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PUSAT KRISIS KESEHATAN TAHUN 2020-2024

RENCANA AKSI KEGIATAN

(REVISI)

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Tugas Pusat Krisis Kesehatan adalah melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan penanggulangan krisis kesehatan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan Pusat Krisis Kesehatan tahun 2020- 2024 ini merupakan perwujudan akuntabilitas kinerja terhadap tugas yang diberikan kepada Pusat Krisis Kesehatan. Dokumen Rencana Aksi ini tidak terlepas dari Rencana Aksi ini tidak terlepas dari Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Pembangunann Jangka Menengah Nasional 2020- 2024, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, Kerangka Pembangunan Kesehatan, Kerangka Penanggulangan Bencana serta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

Dengan adanya Rencana Aksi ini, diharapkan tujuan dari kegiatan penanggulangan krisis kesehatan dapat diwujudkan secara sistematis, terencana dan menghasilkan pencapaian target yang terukur.

Jakarta, Agustus 2022 Kepala Pusat Krisis Kesehatan

Dr. dr. Eka Yusup Singka, M.Sc

(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Kondisi Umum ... 1

B. Potensi dan Tantangan ... 2

BAB III ... 8

RENCANA AKSI KEGIATAN ... 8

A. Arah Kebijakan ... 8

B. Strategi Pusat Krisis Kesehatan ... 9

C. Kerangka Regulasi Pusat Krisis Kesehatan... 20

D. Kerangka Kelembagaan ... 21

BAB IV ... 22

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ... 22

B. KERANGKA PENDANAAN ... 23

BAB V ... 24

PENUTUP ... 24

LAMPIRAN ... 25

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Kondisi Umum

Indonesia tercatat memiliki riwayat kejadian bencana yang tinggi, dengan Sebagian besar di antaranya (>95 persen) merupakan bencana hidrometeorologis yang terkait dengan iklim dan dinamika perubahannya, antara lain puting beliung, banjir, banjir bandang, longsor, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan serta cuaca ekstrim.

Oleh karena itu, agenda konvergensi antara adaptasi perubahan iklim (API) dengan pengurangan risiko bencana (PRB) semakin ditingkatkan dalam periode 5 tahun terakhir. Baik melalui kegiatan perencanaan adaptasi perubahan iklim dan kebencanaan, serta peningkatan partisipasi aktif Indonesia dalam perundingan dan kerjasama internasional. Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) pada pusat-pusat pertumbuhan nasional telah berhasil diturunkan. Capaian tersebut dihasilkan melalui pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh kementerian/lembaga (K/L) bekerjasama dengan pemerintah daerah, masyarakat, relawan, dan pelaku usaha dalam kerangka pengurangan kerentanan (vulnerability) dan peningkatan ketahanan (resilience) yang menjadi titik simpul konvergensi ancaman perubahan iklim dan kebencanaan. Dalam rangka pengurangan kerentanan (vulnerability), capaian yang telah diwujudkan adalah pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan kapasitas adaptif di daerah-daerah rentan. Peningkatan kapasitas adaptif dilakukan melalui pembangunan infrastruktur-infrastruktur strategis pada sektor-sektor prioritas; peningkatan SDM masyarakat yaitu kegiatan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan; serta peningkatan regulasi terkait ketahanan iklim pada sektor prioritas.

(5)

2

Dalam rangka meningkatkan ketahanan (resilience) terhadap perubahan iklim telah dilaksanakan kajian ilmiah bahaya perubahan iklim pada sektor-sektor prioritas serta uji coba implementasi rencana adaptasi perubahan iklim pada 15 daerah percontohan. Peningkatan ketahanan iklim juga didukung dengan penyediaan informasi iklim yang cepat dan akurat melalui program pengembangan dan pembinaan meteorologi, klimatologi dan geofisika yang juga berperan penting untuk mendukung pengurangan risiko bencana. Selama kurun waktu 8 tahun (2010-2017) terjadi peningkatan 887 kejadian bencana hidrometeorologi; sementara dalam kurun waktu yang sama, bencana geologi meningkat 64 kejadian.

Jenis bencana hidrometereologi dengan peningkatan jumlah kejadian terbesar selama kurun waktu 2010-2017 adalah puting beliung (363 kejadian), kebakaran hutan dan lahan (346 kejadian), tanah longsor (145 kejadian), banjir (105 kejadian), dan gelombang pasang/abrasi (17 kejadian). Meskipun Sebagian besar kejadian bencana dipicu oleh faktor iklim; namun karakteristik geologi yang berada di pertemuan antar lempeng juga menjadikan Indonesia menjadi kawasan yang rawan dengan bencana geologis seperti gempa bumi, letusan gunung api beserta potensi tsunami yang ditimbulkan. Secara frekuensi bencana geologi ini memang jarang namun lebih berpotensi menimbulkan korban jiwa maupun kerugian ekonomi dalam skala besar.

B. Potensi dan Tantangan

Berdasarkan pengalaman dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana beberapa tahun terakhir dan hasil penilaian kapasitas sumber daya kabupaten/kota dalam manajemen penanggulangan krisis kesehatan tahun 2015 sampai dengan 2017, memberikan gambaran bahwa pengurangan risiko bencana belum menjadi bagian program pembangunan di Indonesia. Kabupaten/kota yang mengalami bencana berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2013 termasuk wilayah yang memiliki risiko tinggi dari ancaman bencana. Pusat Krisis Kesehatan

(6)

3

melalui program fasilitasi peningkatan kapasitas sumber daya kesehatan kabupaten/kota dalam pengurangan risiko krisis kesehatan melalui penilaian manajemen penanggulangan krisis kesehatan, mendapatkan hasil bahwa kabupaten/kota yang memiliki indeks risiko bencana dengan skor tinggi, sebagian besar belum mengintegrasikan program pengurangan risiko bencana dalam program pembangunan (Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Kabupaten/Kota). Karenanya secara tidak langsung keberhasilan program pengurangan risiko bencana akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian sasaran program Indonesia Sehat.

Sinergitas program pengurangan risiko bencana yang belum menjadi prioritas harus sesegera mungkin harus dilakukan bersama program kesehatan lainnya secara terencana, terarah dan terpadu di tingkat pusat dan daerah. Data yang bersumber dari Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan menunjukkan bahwa bencana berdampak di berbagai sektor kehidupan masyarakat maupun pemerintahan termasuk di sektor kesehatan. Sepanjang tahun 2019, Pusat Krisis Kesehatan telah memantau 2.969 kejadian bencana maupun potensi bencana dan sebanyak 445 di antaranya berdampak krisis kesehatan. Definisi operasional krisis kesehatan dalam sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan adalah bila suatu kejadian menimbulkan populasi terdampak minimal 50 orang dan terdapat korban meninggal atau luka berat/rawat inap atau luka ringan/rawat jalan atau pengungsi atau faskes yang rusak. Kejadian krisis kesehatan akibat bencana sepanjang tahun 2019 terjadi di 34 Provinsi dan 236 kabupaten/kota. Kejadian tersebut menyebabkan korban meninggal sebanyak 796 orang, korban luka berat/dirawat inap sebanyak 2486 orang, korban luka ringan/dirawat jalan sebanyak 1.240.613 orang, pengungsi sebanyak 465.306 orang, 251 fasilitas kesehatan yang rusak.

Beberapa fasilitas pelayanan kesehatan maupun sarana pendukung lainnya seperti ruang kantor dan bangunan penunjang pelayanan kesehatan lainnya yang mengalami kerusakan atau tidak berfungsi,

(7)

4

menyebabkan terganggunya atau terhentinya program-program kesehatan.

Pendekatan dalam memahami penanggulangan krisis kesehatan adalah dengan menggunakan konsep siklus penanggulangan bencana, yang terdiri dari tiga fase penanggulangan bencana yaitu fase prabencana, fase tanggap darurat dan fase pascabencana. Sesuai dengan amanat Sendai Framework bahwa kegiatan penanggulangan bencana dititikberatkan pada fase pra bencana dengan melakukan upaya-upaya pengurangan risiko bencana. Yang dimaksud dengan upaya pengurangan risiko bencana adalah upaya penanggulangan bencana yang dilakukan dalam situasi tidak terjadi bencana (prabencana).

Tinggi rendahnya risiko bencana di suatu wilayah paling sedikit dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bahaya (hazard), kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity). Risiko bencana di suatu wilayah berbanding lurus dengan tingkat bahaya dan kerentanan di wilayah tersebut, semakin tinggi tingkat bahaya dan kerentanan, semakin tinggi risiko bencananya. Sebaliknya, semakin tinggi kapasitas menanggulangi bencana, akan semakin rendah risiko bencananya. Oleh karena itu, prinsip pengurangan risiko bencana adalah melakukan kegiatan- kegiatan yang bertujuan untuk menurunkan tingkat bahaya dan kerentanan serta meningkatkan kapasitas daerah sehingga dampak dari suatu bencana dapat diminimalisir semaksimal mungkin. Pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko krisis kesehatan yang telah dilaksanakan tahun 2015-2019, permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:

1. Masih Lemahnya Tata Kelola Penanggulangan Krisis Kesehatan di Daerah;

2. Pemerintah daerah belum mengintegrasikan upaya pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan;

3. Pencapaian indikator SPM Provinsi terkait Krisis Kesehatan belum optimal.

(8)

5

Berdasar pada hal tersebut di atas, Pusat Krisis Kesehatan dalam menetapkan program pengurangan risiko krisis kesehatan dengan memperhatikan faktor-faktor bahaya (hazard), kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity) di kabupaten/kota yang menjadi target lokasi.

(9)

6

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS PUSAT KRISIS KESEHATAN

A. Visi dan Misi Pusat Krisis Kesehatan 1. Visi

Kementerian Kesehatan menjabarkan Visi Presiden 2020-2024

“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong” di bidang kesehatan yaitu “Menciptakan Manusia Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan”. Visi Sekretariat Jenderal selaras dengan visi Presiden dan visi Kementerian Kesehatan guna mewujudkan tata Kelola program kesehatan yang profesional, akuntabel, transparan, efektif dan efisien. Pusat Krisis Kesehatan yang merupakan bagian dari Sekretariat Jenderal, Kementerian Kesehatan memiliki visi

“Menurunnya Resiko Kesehatan akibat Krisis Kesehatan” untuk mendukung tercapainya visi Kementerian Kesehatan.

2. Misi

Untuk mendukung visi tersebut, Pusat Krisis Kesehatan memiliki misi sebagai berikut:

a. Mengembangkan pedoman dan kebijakan yang mendukung upaya penanggulangan krisis kesehatan

b. Meningkatkan keterpaduan melalui pengembangan jejaring penanggulangan krisis kesehatan

c. Meningkatkan kapasitas sumber daya kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan yang bermutu dan merata d. Menyediakan akses informasi bagi terselenggaranya

penanggulangan krisis kesehatan yang cepat, tepat dan akurat e. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam

penanggulangan krisis kesehatan

(10)

7

B. Tujuan Strategis Pusat Krisis Kesehatan

Untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi Pusat Krisis Kesehatan di atas, maka ditetapkan tujuan yang akan dicapai selama periode 2020-2024 yaitu terciptanya pengelolaan krisis Kesehatan.

C. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan

Dalam mencapai tujuan strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020- 2024, maka ditetapkanlah sasaran strategis antara lain:

No. Tujuan Strategis Sasaran Strategis 1 Terciptanya

Pengelolaan Krisis Kesehatan

1. Meningkatnya upaya pengelolaan krisis kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota

2. Meningkatnya upaya pengelolaan krisis kesehatan di kabupaten/kota Tujuan dan sasasaran strategis ini selaras dengan tujuan dan sasaran strategis Kementerian Kesehatan.

(11)

8 BAB III

RENCANA AKSI KEGIATAN

A. Arah Kebijakan

Arah kebijakan pembangunan nasional bidang kesehatan adalah meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penguatan pelayanan kesehatan dasar (primary health care) dan mendorong peningkatan upaya upaya promotif dan preventif, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi. Arah kebijakan tersebut diterjemahkan dalam 5 strategi yaitu:

a. Meningkatkan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi;

b. Percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan penanggulangan permasalahan gizi ganda;

c. Peningkatan pengendalian penyakit;

d. Pembudayaan perilaku hidup sehat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, dan

e. Penguatan Sistem Kesehatan, yang meliputi:

1) Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan;

2) Pemenuhan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan;

3) Pemenuhan dan peningkatan daya saing farmasi dan alkes;

4) Penguatan tata kelola, pembiayaan kesehatan dan penelitian kesehatan.

Sejalan dengan kebijakan untuk melakukan transformasi di bidang kesehatan, maka Kementerian Kesehatan merumuskan arah kebijakan pembangunan kesehatan yaitu “Menguatkan sistem kesehatan dengan meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta, dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care), melalui penyediaan pelayanan kesehatan primer dan sekunder yang berkualitas, sistem ketahanan kesehatan yang tangguh, SDM kesehatan yang kompeten, sistem pembiayaan kesehatan yang efektif, serta penyelenggaraan kesehatan

(12)

9

dengan tata kelola pemerintahan yang baik, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi”. Arah kebijakan ini sejalan dengan kebijakan transformasi kesehatam.

Berdasarkan hal tersebut, Pusat Krisis Kesehatan mendukung pilar transformasi ke tiga (3), yaitu transformasi menuju ke sistem ketahanan kesehatan yang tangguh dimana salah satu definisi dari pilar tersebut adalah terciptanya kesiapsiagaan darurat kesehatan dan kapasitas penanganan bencana, yang mencakup penyiapan rencana kontinjensi kedaruratan kesehatan, penguatan biosecurity dan biosafety, dan perekrutan serta pelatihan tenaga cadangan kedaruratan kesehatan. Strategi transformasi untuk mewujudkan sistem ketahanan kesehatan yang tangguh ini mencakup 3 (tiga) hal berikut:

a. Penguatan produksi alat kesehatan, bahan baku obat, obat, obat tradisional dan vaksin dalam negeri

b. Penciptaan sistem ketahanan kesehatan yang tangguh melalui peningkatan kemampuan deteksi dan respons krisis kesehatan melalui penyediaan surveilans yang adekuat

c. Penciptaan sistem ketahanan kesehatan yang tangguh melalui penguatan sistem penanganan bencana dan kesiapan kedaruratan kesehatan

B. Strategi Pusat Krisis Kesehatan

Strategi Pusat Krisis Kesehatan dalam mencapai tujuan strategis yang telah ditetapkan yaitu dengan merancang berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut akan dijalankan oleh Tim Kerja dan Subbagian Administrasi Umum. Berikut penjelasan terkait dengan kegiatan-kegiatan di Pusat Krisis Kesehatan:

1. Tim Kerja Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan

Tim Kerja Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan

(13)

10

penanggulangan krisis kesehatan di bidang pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Tim Kerja Pencegahan, Mitigasi, dan Kesiapsiagaan menyelenggarakan fungsi:

a. Menyusun perencanaan Tim Kerja;

b. Melakukan kegiatan prakrisis kesehatan dan koordinasi pentahelix;

c. Melaksanakan kegiatan workshop untuk pengurangan risiko krisis kesehatan;

d. Melaksanakan kegiatan asistensi pengelolaan krisis kesehatan;

e. Melaksanakan penyusunan rencana kontingensi untuk pengurangan risiko krisis kesehatan;

f. Melaksanakan penyusunan peta risiko untuk pengurangan risiko krisis kesehatan;

g. Melakukan koordinasi antar Tim Kerja;

h. Melaksanakan penyusunan kajian pengelolaan krisis kesehatan akibat bencana;

i. Melaksanakan penyusunan laporan pengelolaan krisis kesehatan untuk pimpinan;

j. Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan sosialisasi kegiatan Pusat Krisis Kesehatan dan pengurangan risiko bencana;

k. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas sesuai substansi Tim Kerja;

l. Menyusun laporan secara rutin dalam aplikasi; dan

m. Menyampaikan laporan kepada Tim PMO Sekretariat Jenderal dan pimpinan secara berkala atau sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

Dalam menyusun rencana kegiatan tahun 2020-2024 selain mengacu pada tugas dan fungsi juga mempertimbangkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan

(14)

11

di bidang pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan sehingga berbagai permasalahan dapat terselesaikan.

Identifikasi masalah yang terjadi adalah sebagai berikut: (1) SPM Provinsi dan petunjuk teknisnya sudah disahkan namun pelaksanaannya di lapangan masih membingungkan, padahal hal ini merupakan payung hukum bagi Dinas Kesehatan Provinsi untuk menganggarkan dana kegiatan pengelolaan risiko krisis kesehatan;

(2) Belum banyak SDM Dinas Kesehatan Provinsi yang sudah terlatih untuk membina Kab/Kota dalam pelaksanaan program 3 tahunan Pusat Krisis Kesehatan; (3) Proses mendorong kemandirian Dinas Kesehatan Provinsi dalam pengelolaan risiko krisis kesehatan perlu dilakukan secara bertahap dan disiapkan pedoman, petunjuk tehnis maupun kurikulum modulnya; (4) Belum ada unit kerja Pengelola Program Krisis Kesehatan di tiap Dinas Kesehatan di daerah sehingga banyak kendala pelaksanaan program pengelolaan krisis kesehatan di daerah.

Atas dasar inilah Tim Kerja Pencegahan, Mitigasi, dan Kesiapsiagaan perlu melakukan upaya-upaya untuk menyelesaikan permasalahan- permasalahan yang ada, antara lain melakukan penyusunan NSPK, peningkatan kapasitas petugas Dinas Kesehatan Provinsi, dan pembagian anggaran dengan Dinas Kesehatan Provinsi dalam pembinaan Dinas Kesehatan Kab/Kota di wilayah kerjanya serta terus memantau pelaksanaan SPM Provinsi.

Rencana kegiatan Tim Kerja Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Kegiatan

1 Pertemuan Koordinasi Mitigasi dan Kesiapsiagaan Penanggulangan Krisis Kesehatan

2 Workshop Evaluasi Upaya Darurat Krisis Kesehatan 3 Koordinasi Pusat dan Daerah dalam Upaya Pengurangan

(15)

12

No. Kegiatan

Resiko Krisis Kesehatan Untuk Masyarakat

4 Penyusunan Pedoman Rencana Operasi Penanggulangan Krisis Kesehatan

5 Pendampingan Penyusunan Peta Respon

6 Pendampingan Penyusunan Rencana Kontingensi

2. Tim Kerja Ketahanan Kesehatan

Tim Kerja Ketahanan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan di bidang ketahanan kesehatan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Tim Kerja Ketahanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

a. Menyusun perencanaan Tim Kerja;

b. Melaksanakan penyusunan pedoman ketahanan kesehatan;

c. Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan sosialisasi ketahanan kesehatan;

d. Melaksanakan kegiatan workshop untuk ketahanan kesehatan;

e. Melaksanakan kegiatan simulasi pengelolaan krisis kesehatan;

f. Melakukan koordinasi antar Tim Kerja;

g. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas sesuai substansi Tim Kerja;

h. Menyusun laporan secara rutin dalam aplikasi; dan

i. Menyampaikan laporan kepada Tim PMO Sekretariat Jenderal dan pimpinan secara berkala atau sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

j. Menyusun perencanaan, anggaran, dan evaluasi kegiatan Pusat Krisis Kesehatan

Dalam menyusun rencana kegiatan tahun 2020-2024 selain mengacu pada tugas dan fungsi juga mempertimbangkan

(16)

13

permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan di bidang ketahanan kesehatan sehingga berbagai permasalahan dapat terselesaikan.

Rencana kegiatan Tim Kerja Ketahanan Kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Kegiatan

1 Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Melakukan Assessment Kapasitas Daerah Dalam Penerapan Manajemen

Penanggulangan Krisis Kesehatan

2 Penyelenggaraan TTX Penanggulangan Krisis Kesehatan 3 Penyelenggaraan Simulasi Penanggulangan Krisis Kesehatan 4 TOT Peningkatan Kapasitas Dalam Penerapan Manajemen

Penanggulangan Krisis Kesehatan

5 Menyusun dokumen perencanaan, anggaran, evaluasi dan keuangan

6 Workshop penyusunan rencana kerja dan evaluasi kinerja

3. Tim Kerja Tanggap Darurat dan Kegawatdaruratan Medis

Tim Kerja Tanggap Darurat dan Kegawatdaruratan Medis mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan di bidang tanggap darurat dan kegawatdaruratan medis. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Tim Kerja Tanggap Darurat dan Kegawatdaruratan Medis menyelenggarakan fungsi:

a. Menyusun perencanaan Tim Kerja;

b. Melakukan pelayanan tanggap darurat;

c. Melakukan kaji cepat kesehatan;

d. Melakukan koordinasi dengan Tim Kegawatdaruratan Medis;

e. Melakukan pelatihan-pelatihan Tim Kegawatdaruratan Medis;

(17)

14

f. Melaksanakan penyusunan pedoman Tim Kegawatdaruratan Medis;

g. Melaksanakan fasilitasi kegiatan pendampingan kaji cepat bidang kesehatan;

h. Melaksanakan kegiatan mobilisasi Tim Kegawatdaruratan Medis, relawan, dan logistik kesehatan;

i. Melaksanakan kegiatan pertemuan integrasi lintas program/lintas sektor;

j. Melakukan koordinasi antar Tim Kerja;

k. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas Tim Kerja;

l. Menyusun laporan secara rutin dalam aplikasi; dan

m. Menyampaikan laporan kepada Tim PMO Sekretariat Jenderal dan pimpinan secara berkala atau sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

Rencana kegiatan Tim Kerja Tanggap Darurat dan Kegawatdaruratan Medis dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Kegiatan

1 Penyusunan Pedoman dan SOP Mobilisasi Sumber Daya Kesehatan Dalam Rangka Dukungan Penanganan

2 Penyusunan Kurikulum dan Modul Peningkatan Kapasitas Petugas Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Rapid

3 Mobilisasi Tenaga Penanggulangan Krisis Kesehatan

4 Pemberdayaan dan Peningkatan Kapasitas Disaster Medical Team (DMT) dalam Penanggulangan Krisis

5 Pertemuan Koordinasi Disaster Medical Team (DMT)

4. Tim Kerja Evaluasi, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi

Tim Kerja Evaluasi, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan di bidang evaluasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana

(18)

15

dimaksud Tim Kerja Evaluasi, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi menyelenggarakan fungsi:

a. Menyusun perencanaan Tim Kerja;

b. Melakukan koordinasi upaya rehabilitasi dan rekonstruksi;

c. Melaksanakan fasilitasi kegiatan pendampingan penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan sumber daya kesehatan, serta penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi;

d. Melaksanaan kegiatan rapat koordinasi evaluasi kapasitas daerah dalam manajemen pengelolaan krisis kesehatan;

e. Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan evaluasi Tanggap Darurat Krisis Kesehatan;

f. Melakukan koordinasi antar Tim Kerja;

g. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas Tim Kerja;

h. Menyusun laporan secara rutin dalam aplikasi; dan

i. Menyampaikan laporan kepada Tim PMO Sekretariat Jenderal dan Pimpinan

Rencana kegiatan Tim Kerja Evaluasi, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Kegiatan

1 Peningkatan Kapasitas Untuk Fasilitatot Safe Hospital Tingkat Provinsi

2 Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Pengkajian Kebutuhan Kesehatan Pasca Bencana / Post Disaster

5. Tim Kerja Kerja Sama United Nations dan Kemitraan Lainnya Tim Kerja Kerja Sama United Nations dan Kemitraan Lainnya mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan di bidang Kerjasama dengan United Nations dan mitra lainnya. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Tim Kerjasama United Nations dan Kemitraan Lainnya menyelenggarakan fungsi:

a. Menyusun perencanaan Tim Kerja;

(19)

16

b. Melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga di bawah United Nations antara lain WHO dan UNICEF dan Kemitraan Lainnya;

c. Melakukan koordinasi program-program krisis kesehatan yang dikelola oleh United Nations dan Kemitraan Lainnya;

d. Memfasilitasi pelaksanaan program-program kerja yang telah disepakati oleh masing-masing pihak;

e. Melakukan koordinasi antar Tim Kerja;

f. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas Tim Kerja;

g. Menyusun laporan secara rutin dalam aplikasi; dan

h. Menyampaikan laporan kepada Tim PMO Sekretariat Jenderal dan pimpinan secara berkala atau sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

Rencana kegiatan Tim Kerja Kerja Sama United Nations dan Kemitraan Lainnya dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Kegiatan

1 Workshop Implementasi Kerjasama Dengan United Nations dan Kemitraan Lainnya Dalam Pengelolaan Krisis Kesehatan 2 Pertemuan Koordinasi Kerjasama Dengan United Nations dan

Kemitraan Lainnya Dalam Pengelolaan Krisis

3 Peningkatan Kapasitas Indonesia Sebagai National Focal Point On AANDHM: Host Asean International Academic Conference dan Asean Safe Hospital Conference

6. Tim Kerja Pengelolaan Data dan Informasi, Pemantauan Krisis Kesehatan

Tim Kerja Pengelolaan Data dan Informasi, Pemantauan Krisis Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan di bidang pengelolaan data dan informasi serta pemantauan krisis kesehatan.

(20)

17

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Tim Kerja Pengelolaan Data dan Informasi, Pemantauan Krisis Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

a. Menyusun perencanaan Tim Kerja;

b. Melakukan monitoring data dan informasi;

c. Membuat dan mengelola website dan media sosial;

d. Melakukan pemantauan informasi;

e. Mengelola Sistem Informasi Pengelolaan Krisis Kesehatan;

f. Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan Workshop Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan;

g. Melaksanakan penyusunan buku-buku tinjauan dan buku profil;

h. Melaksanakan pengawasan pemantauan kejadian krisis kesehatan;

i. Melakukan koordinasi antar Tim Kerja;

j. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas Tim Kerja;

k. Menyusun laporan secara rutin dalam aplikasi; dan

l. Menyampaikan laporan kepada Tim PMO Sekretariat Jenderal dan Pimpinan secara berkala atau sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

Rencana kegiatan Tim Kerja Pengelolaan Data dan Informasi, Pemantauan Krisis Kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Kegiatan

1 Pencetakan Buku Pedoman/Modul/Kebijakan Krisis Kesehatan

2 Penyebarluasan Informasi Aidhm Melalui Website

3 Penyusunan Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2022

4 Kesekretariatan AIDHM

5 Penyusunan Buku Dokumentasi Kinerja dan Video Pusat Krisis Kesehatan

(21)

18

6 Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelolaan Data dan Informasi Krisis Kesehatan

7 Pengelolaan Website Pusat Krisis Kesehatan

7. Tim Kerja Revitalisasi Gudang Regional

Tim Kerja Revitalisasi Gudang Regional mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan di bidang revitalisasi gudang regional. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Tim Kerja Revitalisasi Gudang Regional menyelenggarakan fungsi:

a. Menyusun perencanaan Tim Kerja;

b. Melakukan pengaturan serta pembukuan logistik kesehatan di 8 PPK Regional di luar DKI Jakarta;

c. Melakukan pemantauan gudang logistik kesehatan di 8 PPK Regional di luar DKI Jakarta;

d. Melakukan koordinasi antar Tim Kerja;

e. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas Tim Kerja;

f. Menyusun laporan secara rutin dalam aplikasi; dan

g. Menyampaikan laporan kepada Tim PMO Sekretariat Jenderal dan Pimpinan secara berkala atau sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

Rencana kegiatan Tim Kerja Revitalisasi Gudang Regional dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Kegiatan

1 Penyusunan SOP Manajemen Pergudangan PPK Regional dan Sub Regional

2 Pelatihan Manajemen Pergudangan Bagi Pengelola PPK Regional/Sub Regional

3 Stock Opname Gudang PPKK Regional/Sub Regional 4 Evaluasi Penghapusan BMN PPKK Regional/Sub Regional

8. Tim Kerja Logistik Kesehatan dan Barang Milik Negara

(22)

19

Tim Kerja Logistik Kesehatan dan Barang Milik Negara mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan di bidang logistik kesehatan dan barang milik negara. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Tim Kerja Logistik Kesehatan dan Barang Milik Negara menyelenggarakan fungsi:

a. Menyusun perencanaan Tim Kerja;

b. Melakukan pengaturan serta pembukuan logistik kesehatan di Gudang Pusat Krisis Kesehatan di DKI Jakarta;

c. Melakukan pemantauan gudang logistik kesehatan di Gudang Pusat Krisis Kesehatan di DKI Jakarta;

d. Melakukan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan;

e. Melaksanakan kegiatan penerimaan donasi logistik kesehatan;

f. Melaksanakan kegiatan pendistribusian donasi logistik kesehatan;

g. Melaksanakan kegiatan pencatatan penerimaan dan distribusi logistik kesehatan;

h. Melaksanakan kegiatan penyusunan berita acara penerimaan dan distribusi logistik kesehatan;

i. Melakukan koordinasi antar Tim Kerja;

j. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas Tim Kerja;

k. Menyusun laporan secara rutin dalam aplikasi; dan

l. Menyampaikan laporan kepada Tim PMO Sekretariat Jenderal dan Pimpinan secara berkala atau sewaktu-waktu jika

dibutuhkan.

Rencana kegiatan Tim Kerja Logistik Kesehatan dan Barang Milik Negara dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Kegiatan

1 Mobilisasi Logistik Pelaksanaan Penanggulangan Krisis Kesehatan

2 Sewa Gudang Dan Tenaga Operasional Gudang

(23)

20

No. Kegiatan

Penanggulangan Krisis Kesehatan

3 Pengadaan Prasarana Penanggualngan Krisis Kesehatan 4 Stock Opname Gudang Pusat Krisis Kesehatan

5 Evaluasi Penyelesaian BAST Distribusi Tahun 2022 Pusat Krisis Kesehatan

6 Pertemuan Penyelesaian BAST Distribusi Tahun 2023 Pusat Krisis Kesehatan

7 Pertemuan Penyelesaian dan Evaluasi Penghapusan Barang 8 Pertemuan Penyelesaian Registrasi dan Pengesahan Donasi

Tahun 2022

C. Kerangka Regulasi Pusat Krisis Kesehatan

Salah satu upaya yang dapat dibutuhkan untuk mencapai sasaran strategis penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bidang kesehatan yang sejalan dengan visi misi Presiden yaitu adanya regulasi dibidang kesehatan. Regulasi antara lain dalam bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan/Keputusan Presiden, Rancangan Peraturan/Keputusan Menteri Kesehatan serta produk hukum lain.

Beberapa regulasi yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan di Pusat Krisis Kesehatan agar berjalan optimal yaitu sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana

5. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2019 tentang Kementerian Kesehatan

(24)

21

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

7. Revisi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

8. Permenkes Nomor 5 Tahun 2022 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

9. Permenkes Nomor 75 tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan

D. Kerangka Kelembagaan

Menurut Permenkes Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, struktur organisasi Pusat Krisis Kesehatan terdiri atas:

1. Subbagian Administrasi Umum, yang memiliki tugas melakukan penyiapan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaksanaan anggaran, pembukuan dan inventarisasi barang milik negara, urusan sumber daya manusia, pengelolaan data dan sistem informasi, pemantauan, evaluasi, laporan, kearsipan, persuratan, dan kerumahtanggaan Pusat.

2. Kelompok Jabatan Fungsional.

Selain itu dalam upaya membantu melaksanakan tugas Pusat Krisis Kesehatan, Kepala Pusat Krisis Kesehatan membentuk 8 tim kerja yaitu:

1) Tim Kerja Pencegahan, Mitigasi, dan Kesiapsiagaan;

2) Tim Kerja Ketahanan Kesehatan;

3) Tim Kerja Tanggap Darurat dan Tim Kegawatdaruratan Medis;

4) Tim Kerja Evaluasi, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi;

5) Tim Kerja Kerja Sama United Nations dan Kemitraan Lainnya;

6) Tim Kerja Pengelolaan Data dan Informasi, Pemantauan Krisis Kesehatan;

7) Tim Kerja Revitalisasi Gudang Regional;

8) Tim Kerja Logistik Kesehatan dan Barang Milik Negara.

(25)

22 BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

A. TARGET KINERJA

Untuk melaksanakan tujuan dan sasaran strategis Pusat Krisis Kesehatan serta menjabarkan arah kebijakan dan strategi Pusat Krisis Kesehatan hingga 2024, Sekretariat Jenderal merumuskan rencana aksi program dengan uraian Sasaran, Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Pusat Krisis Kesehatan akan mendukung Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan sasaran program yaitu meningkatnya pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat. Indikator pencapaian sasaran adalah:

1) Jumlah provinsi yang sudah memiliki Tim Penanganan Bencana dan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat sesuai standar dan rutin melaksanakan latihan minimal 1 tahun sekali sebanyak 34 provinsi;

2) Jumlah provinsi yang sudah memliki tenaga cadangan yang terlatih untuk penanganan bencana dan kedaruratan kesehatan masyarakat sesuai standar sebanyak 34 provinsi.

Untuk mencapai indikator sasaran tersebut, kegiatan yang dilakukan adalah Pengelolaan Krisis Kesehatan dengan sasaran kegiatan:

1) Meningkatnya upaya pengelolaan krisis kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota dengan IKK

a) Jumlah provinsi yang memiliki Tim Manajemen Krisis Kesehatan dalam mendukung ketahanan kesehatan sebanyak 34 provinsi

b) Persentase penanganan krisis kesehatan yang ditanggulangi oleh kabupaten/kota dalam 1 tahun sebesar 100%.

2) Meningkatnya upaya pengelolaan krisis kesehatan dengan IKK Persentase Tim Kegawatdaruratan Medis terintegrasi dan terlatih di kabupaten/kota dalam mendukung ketahanan kesehatan sebesar 100%.

(26)

23 B. KERANGKA PENDANAAN

Sumber pendanaan kegiatan Pengelolaan Krisis Kesehatan dalam kurun waktu 5 tahun mendatang bersumber dari APBN baik yang bersumber dari Rupiah Murni, Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (PHLN), serta sumber/skema lainnya seperti Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan Corporate Social Responsibility (CSR).

Pendanaan bersumber PHLN akan dilakukan secara selektif dan dilakukan untuk mencapai target indikator program dan kegiatan yang telah ditetapkan serta menjalankan tugas melaksanakan penanggulangan krisis kesehatan.

(27)

24 BAB V PENUTUP

Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024 disusun sebagai acuan bagi satuan kerja di lingkungan Pusat Krisis Kesehatan dalam menyusun rencana kerja dan anggaran tahun berjalan. RAK ini bersifat indikasi dan dapat disesuaikan pada prencanaan tahun berjalan sesuai dengan hasil kesepakatan tiga pihak, yaitu Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan dan Kementerian PPN/Bappenas. RAK Pusat Krisis Kesehatan ini diharapkan juga mampu menjawab tantangan, hambatan, dinamika, dan kebutuan organisasi dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Jakarta, Agustus 2022

PUSAT KRISIS KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN,

Dr. dr. Eka Yusup Singka, M.Sc

(28)

25 LAMPIRAN

Lampiran 1 Kerangka Logis Kegiatan

(29)

26

Lampiran 2 Matrik Target Kinerja Kegiatan dan Pendanaan Program/

Kegiatan Sasaran Kegiatan

(Output)/Indikator Lokasi Target Alokasi (dalam juta

rupiah)

2022 2023 2024 2022 2023 2024

10 Kegiatan: Pengelolaa Krisis

Kesehatan 76,070 83,678

a Sasaran Kegiatan:

Meningkatnya upaya pengelolaan krisis

kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota

34 Provinsi dan kabupaten/kota terdampak krisis

1) Jumlah provinsi yang memiliki Tim

Manajemen Krisis Kesehatan dalam mendukung

ketahanan kesehatan

34 34

2) Persentase

penanganan krisis kesehatan yang ditanggulangi oleh kabupaten/kota dalam 1 tahun

100 100

(30)

27 Program/

Kegiatan Sasaran Kegiatan

(Output)/Indikator Lokasi Target Alokasi (dalam juta

rupiah)

2022 2023 2024 2022 2023 2024

10 Kegiatan: Pengelolaa Krisis

Kesehatan 76,070 83,678

b Sasaran Kegiatan:

Meningkatnya upaya pengelolaan krisis kesehatan di kabupaten/kota

Kabupaten/kota yang telah memiliki

tim

kegawatdaruratan medis

1) Persentase Tim Kegawatdaruratan Medis terintegrasi dan terlatih di kabupaten/kota dalam mendukung ketahanan

kesehatann

75 100

Lampiran 3 Indikator Kinerja, Definisi Operasional, Cara Perhitungan RAK dan Sumber Data Program

/ Kegiatan

Sasaran Kegiatan

(Output)/Indikator Lokasi Unit Organisasi

Pelaksana

Definisi Operasional

(DO) Cara Perhitungan

10 Kegiatan: Pengelolaa Krisis

Kesehatan Pusat

Krisis Kesehatan

a Sasaran Kegiatan:

Meningkatnya upaya pengelolaan krisis

34 Provinsi dan kabupaten/kota terdampak krisis

(31)

28 Program

/ Kegiatan

Sasaran Kegiatan

(Output)/Indikator Lokasi Unit Organisasi

Pelaksana

Definisi Operasional

(DO) Cara Perhitungan

10 Kegiatan: Pengelolaa Krisis Kesehatan

Pusat

Krisis Kesehatan

kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota

1

)

Jumlah provinsi yang memiliki Tim

Manajemen Krisis Kesehatan dalam mendukung

ketahanan kesehatan

-Dinas Kesehatan

Provinsi membentuk Tim Manajemen Krisis Kesehatan

- Tim Manajemen Krisis Kesehatan secara ex officio diketuai oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

- Tim Manajemen Krisis Kesehatan

mendapatkan minimal 1 kali pelatihan terkait manajemen bencana

Jumlah Dinas Kesehatan Provinsi yang memiliki Tim Managemen Krisis Kesehatan

(32)

29 Program

/ Kegiatan

Sasaran Kegiatan

(Output)/Indikator Lokasi Unit Organisasi

Pelaksana

Definisi Operasional

(DO) Cara Perhitungan

10 Kegiatan: Pengelolaa Krisis Kesehatan

Pusat

Krisis Kesehatan

2

) Persentase

penanganan krisis kesehatan yang ditanggulangi oleh kabupaten/kota dalam 1 tahun

- Persentase jumlah

semua

kabupaten/kota yang mengalami krisis kesehatan dan mendapatkan dukungan sumber daya dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan

- Dukungan sumber daya dapat berupa sumber daya manusia, sarana, prasarana, peralatan, obat dan atau perbekalan kesehatan lainnya.

Jumlah

kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan sumber daya dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan dibagi jumlah seluruh

kabupaten/kota yang mengalami krisis kesehatan dikali 100

b Sasaran Kegiatan:

Meningkatnya upaya pengelolaan krisis kesehatan di kabupaten/kota

Kabupaten/kota yang telah memiliki tim kegawatdarurata

n medis

(33)

30 Program

/ Kegiatan

Sasaran Kegiatan

(Output)/Indikator Lokasi Unit Organisasi

Pelaksana

Definisi Operasional

(DO) Cara Perhitungan

10 Kegiatan: Pengelolaa Krisis Kesehatan

Pusat

Krisis Kesehatan

1

) Persentase Tim Kegawatdaruratan Medis terintegrasi dan terlatih di

kabupaten/kota dalam mendukung

ketahanan kesehatann

- Persentase jumlah

semua

kabupaten/kota yang mengalami krisis kesehatan dan mendapatkan dukungan sumber daya dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan

- Dukungan sumber daya dapat berupa sumber daya manusia, sarana, prasarana, peralatan, obat dan atau perbekalan kesehatan lainnya.

Jumlah

kabupaten/kota yang telah

membentuk, melatih dan meregistrasi Tim Kegawatdarutan Medis dibagi jumlah seluruh

kabupaten/kota dikali 100

Referensi

Dokumen terkait

Efek pada organ target Tidak ada efek yang diketahui pada kondisi penggunaan normal Bahaya Kesehatan R -phrase(s) Tidak ada Frasa S Tidak ada Tidak

Simpulan penulisan skripsi ini adalah dengan adanya aplikasi data warehouse ini, informasi yang terkait penjualan dan pembelian dapat dilihat dengan waktu yang lebih cepat

Jika tingkat bebas risiko adalah 5% dan return pasar adalah 15%, apa hasil yang diharapkan dari saham?.

Perancangan Youth Center di Kota Kebumen bertujuan untuk mendapatkan desain bangunan yang dapat memberikan fasilitas kegiatan olahraga, kesenian serta kegiatan komunitas ke

Dari beberapa hasil penelitian diketahui penggunaan kolkhisin belum pernah dilakukan untuk Ginseng jawa, sehingga diharapkan jika diterapkan akan berpengaruh

Apabila anak kandung/anak wali saya lulus dalam proses Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Tahap 2 Gelombang I di Fakultas Kedokteran Unika Widya Mandala Surabaya untuk

Berdasarkan data hasil pengujian nilai tekanan tercampur minimum (TTM) dengan menggunakan slim-tube terhadap minyak lapangan XJ, maka dapat diketahui bahwa batasan nilai

Pada grafik di atas tampak bahwa pembelajaran wacana deskripsi dengan menggunakan metode konvensional prestasi belajar siswa/peserta didik hanya mencapai 61,55 (siklus