• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewan Editor. JPPAK (Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Katolik) Pemimpin Redaksi dan Manajer Jurnal JPPAK:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Dewan Editor. JPPAK (Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Katolik) Pemimpin Redaksi dan Manajer Jurnal JPPAK:"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Dewan Editor

JPPAK (Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Katolik)

Pemimpin Redaksi dan Manajer Jurnal JPPAK:

(Pst.) Ferry Hartono, S.S., Lic. S.S. (STIKAS Santo Yohanes Salib, Kalbar)

Wakil-wakil Pemimpin Redaksi:

1. Dr. Albertus Heriyanto, M.Hum. (STFT Fajar Timur Jayapura) 2. (Pst.) Fransiskus Zaverius M. Deidhae, M.A. (STP Atma Reksa Ende)

Editor-editor Pelaksana:

1. Yosua Damas Sadewo, M.Pd.

2. Silvester, M.Pd.

3. Pebria Dheni Purnasari, M.Pd.

Admin OJS:

Azriel Christian Nurcahyo, M.Kom.

Editor Desain dan Tataletak:

Yosua Damas Sadewo, M.Pd.

Mitra Bebestari:

1. (Pst.) Prof. Dr. Armada Riyanto, STFT Widya Sasana, Malang, Jatim

2. Dr. Basilius Redan Werang, S.S., S.Sos., JCL, Universitas Musamus, Merauke 3. Dr. Paskalis Edwin I Nyoman Paska, STP-IPI, Malang, Jatim

4. (Rev.) Gilbert Duuk, STL., St. Peter’s College, Kuching, Sarawak, Malaysia

5. (Pst.) Dr. Carolus Patampang, S.S., M.A., Sekolah Tinggi Kateketik dan Pastoral Rantepao, Toraja, Makassar, Sulawesi Selatan.

6. (Pst.) Ignasius Samson Sudirman Refo, STPAK St. Yohanes Penginjil, Ambon, Maluku 7. Capt. Cahya Fajar Budi Hartanto, M.Mar., M.Si., Politeknik Bumi Akpelni, Semarang, Jateng.

8. Vinsensius Crispinus Lemba, S.Fil., M.Pd., Institut Keguruan dan Teknologi, Larantuka, NTT.

9. Anselmus Yata Mones, S.Fil, M.Pd., STP ST. PETRUS ATAMBUA 10. Andarweni, S.E., M.M., STPKat St. Fransiskus Asisi, Semarang, Jateng.

11. Dr Simplesius Sandur, S.S., Lic. Phil., STIKAS Santo Yohanes Salib, Bandol, Kalbar

Penerbit:

PERPETAKI

Perkumpulan Perguruan Tinggi Agama Katolik Indonesia Jl. Seruni No. 6, Malang 65141, Jawa Timur, Indonesia

(3)

Memaknai Doa Bersama dalam Komunitas sebagai Dasar Pelayanan Pastoral oleh Pengasuh bagi Kaum Disabilitas

Fabianus Selatang; Melfiani Merlin; Witria Wanda; Theresia Mando Tato

Hal. 001-016

Pemahaman Guru Pendidikan Agama Katolik (PAK) terhadap Ajaran Moral pada Jenjang SMA di Pontianak

Gustaf Hariyanto; Andreas Muhrotien; Mayong Andreas Acin

Hal. 017-036

Peran Guru Pendidikan Agama Katolik dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Peserta Didik SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe Mimpin Sembiring; Abdi Guna Sitepu; Aser Wiro Ginting; Paulinus Tibo

Hal. 037-050

Peran Guru dalam Mewujudkan Keterampilan Vokasional Memanfaatkan Barang Bekas secara Kreatif Bagi Anak Tunagrahita pada Masa Pandemi Covid-19 di Sekolah Luar Biasa C Karya Tulus Paulinus Tibo; Maria Elpina Padang; Regina Sipayung

Hal. 051-061

Analisis terhadap Pengajaran Pendidikan Agama Katolik kepada Mahasiswa

FR Wuriningsih; Gregorius Daru Wijoyoko

Hal. 062-088

Analisis Tanggung Jawab Pelaksanan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa STPLat di Santo Fransiskus Asisi Semarang

Gregorius Daru Wijoyoko; Andarweni Astuti

Hal. 089-110

(4)

J P P A K , V O L U M E 0 2 N O M O R 0 1 , M A R E T 2 0 2 2

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

https://jurnalppak.or.id/ojs/index.php/jppak Doi: https://doi.org/10.52110/jppak

e-issn : 2774-4094

Peran Guru Pendidikan Agama Katolik dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Peserta Didik SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe

Mimpin Sembiring1); Abdi Guna Sitepu2) Aser Wiro Ginting3); Paulinus Tibo4)

1) Sekolah Tinggi Pastoral Santo Bonaventura, Delitua, Medan, Sumatra Utara Email: mimpinsembiring70@gmail.com

2) Sekolah Tinggi Pastoral Santo Bonaventura, Delitua, Medan, Sumatra Utara Email: abdisitepu22@gmail.com

3) Sekolah Tinggi Pastoral Santo Bonaventura, Delitua, Medan, Sumatra Utara Email: aserginting64@gmail.com

4) Sekolah Tinggi Pastoral Santo Bonaventura, Delitua, Medan, Sumatra Utara Email: Paulinustibo@gmail.com

All publications by Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Katolik (JPPAK) is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License (CC BY-SA 4.0) Hak Cipta (c) 2022 Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Katolik (JPPAK)

A R T I C L E I N F O A B S T R A K Article History

Received 28-02-2022 Revised 07-03-2022 Accepted 08-03-2022

Keterampilan sosial merupakan bagian dari kecakapan hidup.

Keterampilan sosial juga dapat menuntut peserta didik meraih keberhasilan dalam kehidupan sosialnya di sekolah maupun di masyarakat. Kehidupan serta pergaulan peserta didik yang baik dapat menumbuhan keterampilan sosial peserta didik. Lewat keterampilan sosial inilah peserta didik akan mampu berhubungan serta merespons orang lain dengan baik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran guru pendidikan agama Katolik dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didik di SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe dengan informan sebanyak 12 orang yang terdidri dari: guru pendidikan agama Katolik, kepala sekolah, dan peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

Penelitian ini berlangsung sejak bulan Maret hingga bulan Mei 2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran guru pendidikan agama Katolik sudah dijalankan sebaik mungkin dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didik. Para peserta didik di SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe telah Kata Kunci:

Peran Guru, Keterampilan Sosial, Peserta Didik.

(5)

memiliki keterampilan sosial yang baik melalui peran guru pendidikan agama Katolik sebagai panutan, pengelola pembelajaran, motivator, dan pelaksana kurikulum.

A B T R A C T Keywords:

Teacher's Role, Social Skills, Learners

Every student needs to possess social skills for those are part of life skills. Social skills are also required for students to achieve success in their social life at school and in society. Good association can foster students' social skills. Through these social skills, students will be able to relate and respond well to others.

This research was conducted to examine the role of Catholic Religious Education teachers in improving the social skills of Santa Maria Kabanjahe Private High School students with 12 informants consisting of: Catholic Religious Education Teachers, Principals and students. This research uses qualitative research.

Research data were obtained by means of observation, interviews and documentation. This research took place from March to May 2021. The results showed that the role of Catholic Religious Education teachers had been carried out as well as possible in improving students' social skills. The students at Santa Maria Kabanjahe Private High School is showed to have good social skills thanks to Catholic Religious Education teachers; with their roles as role models, learning managers, motivators and curriculum implementers.

I. PENDAHULUAN

Keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi atau kondisi yang dialami (Iskandar 2009). Keterampilan sosial penting dalam sosialisasi dan interaksi antarsesama manusia. Keterampilan sosial mampu membuat peserta didik untuk lebih berani mengungkapkan perasaan, berbicara dan mampu menghadapi permasalahan dan sekaligus dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Keterampilan sosial merupakan kecakapan yang perlu dimiliki oleh peserta didik karena keterampilan sosial salah satu bagian dari kecakapan hidup (Mathieson, 2005). Keterampilan sosial juga dapat membantu peserta didik meraih keberhasilan dalam kehidupan sosialnya di sekolah maupun di masyarakat.

Kehidupan serta pergaulan peserta didik yang baik dapat menumbuhkan keterampilan sosial peserta didik. Melalui keterampilan sosial peserta didik akan mampu berhubungan serta merespons orang lain dengan baik (Sitorus dkk., 2020).

(6)

M i m p i n S ; A b d i G . S ; A s e r W . G ; P a u l i n u s T| JPPAK

Keterampilan sosial adalah perilaku yang dapat dipelajari, untuk memungkinkan individu dapat berinteraksi, sehingga dapat memperoleh respons positif dan negatif. Dalam diri setiap peserta didik keterampilan sosial sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai konflik yang sering dihadapi di sekolah maupun di masyarakat (Pintoko, 2018).

Apabila lingkungan sosial memberikan pengaruh positif maka peserta didik akan mencapai perkembangan sosialnya secara matang, namun apabila lingkungan sosial tersebut kurang kondusif seperti orangtua yang kurang memperhatikan perkembangan anaknya, guru tidak memberikan bimbingan dan teladan, serta pengajaran atau pembiasaan terhadap peserta didik maka akan menciptakan perilaku yang kurang baik.

Peserta didik dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan di sekolah serta mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu, setiap peserta didik dituntut untuk menguasai keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan di sekolah maupun di masyarakat (Thalib, 2010).

Pendidikan Agama Katolik (PAK) merupakan salah satu mata pelajaran yang diterapkan untuk membentuk karakter, moral, sopan santun, keterampilan sosial serta untuk menumbuhkan spiritualitas peserta didik, karena pendidikan Agama Katolik menyangkut Ketuhanan yang Maha Esa yang tercantum dalam sila pertama Pancasila. Pendidikan Agama Katolik juga dikenal sebagai katakese sekolah. Dalam katakese sekolah yang menjadi pemberi katakese adalah Guru Pendidikan Agama Katolik. Katakese adalah sebuah pengajaran. Guru Pendidikan Agama Katolik memberikan pengajaran kepada peserta didik melalui materi- materi yang sudah dipersiapkan dalam Rencana Proses Pembelajaran atau biasa disebut dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (Windari dkk., 2020).

Guru Pendidikan Agama Katolik diharapkan sudah membentuk karakter, moral, sopan santun dan mengembangkan keterampilan sosial peserta didik.

Keterampilan sosial peserta didik adalah salah satu upaya yang dikembangkan oleh guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Penerapan keterampilan sosial dalam pembelajaran perlu ditingkatkan oleh guru Pendidikan Agama Katolik agar peserta didik lebih terampil dalam segala hal (Datus, 2018).

(7)

Keterampilan sosial sangat dibutuhkan dalam diri peserta didik kerena Keterampilan sosial dapat menuntun peserta didik untuk meraih keberhasilan dalam kehidupan sosialnya di sekolah maupun di masyarakat. Berdasarkan hal tersebut peneliti melihat peran Guru Pendidikan Agama Katolik selain mendidik dan mengajar dapat juga meningkatkan keterampilan sosial peserta didik. Karena itu, penulis ingin mengkaji bagaimana Peran Guru Pendidikan Agama Katolik dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Peserta Didik di SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan Peran Guru Pendidikan Agama Katolik dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Peserta Didik di SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara. Penelitian ini dilakukan di SMA Swata Santa Maria Kabanjahe dengan jumlah informan sebanyak 12 orang yang terdiri dari: Guru Pendidikan Agama Katolik, Kepala Sekolah, dan Peserta Didik.

III. HASIL PENELITIAN

A. Keterampilan Sosial Peserta Didik

1. Perilaku Peserta Didik Terhadap Lingkungan

Perilaku terhadap lingkungan merupakan tingkah laku sosial peserta didik dalam mengenal dan memperlakukan lingkungan hidupnya. Sebagai misal, menjaga kebersihan lingkungan sekolah seperti membuang sampah pada tempatnya (Mulder, 2008). Hal itu diungkapkan oleh sejumlah informan yang menyatakan bahwa: “…peserta didik peduli terhadap lingkungan sekitar dengan selalu menjaga kebersihan dan melestarikannya dengan cara membuang sampah pada tempatnya.” Pendapat ini didukung oleh beberapa informan lainnya. Dari hasil observasi peneliti menemukan bahwa para peserta didik membersihkan ruangan, memungut sampah di sekitar ruangan dan lapangan sekolah kemudian membuangnya ke tempat sampah. Hal tersebut dilakukan para peserta didik saat pulang sekolah sesuai penugasan dari Guru PAK. Meskipun demikian, masih ada beberapa informan menyampaikan infromasi yang berbeda menyatakan bahwa: “Kepedulian

(8)

M i m p i n S ; A b d i G . S ; A s e r W . G ; P a u l i n u s T| JPPAK

peserta didik terhadap lingkungan kurang baik, karena sering membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempat sampah.” Pendapat yang senada disampaikan oleh beberapa peserta didik yang menyatakan bahwa:

“Peserta didik kurang peduli terhadap lingkungan karena masih membuang sampah sembarangan.”

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum peserta didik peduli terhadap lingkungan. Kepedulian peserta didik terlihat ketika membersihkan lingkungan sekolah, menyapu ruangan kelas dan membuang sampah pada sampah. Namun, masih ada beberapa peserta didik yang kurang peduli terhadap lingkungan karena masih sering membuang sampah sembarangan.

2. Perilaku Interpersonal Peserta Didik

Perilaku interpersonal merupakan tingkah laku sosial peserta didik dalam mengenal dan berintraksi dengan teman sebaya atau guru (Ichsan, 2016).

Perilaku tersebut seperti senang membantu orang lain, mengatasi konflik dan bersikap positif terhadap orang lain. Hal itu diungkap oleh sejumlah informan bahwa: “Peserta didik berinteraksi baik dengan teman sebaya tidak membeda-bedakan teman, bersosialisasi dengan baik, berperilaku baik serta menciptakan suasana yang positif. Peserta didik berinteraksi baik dengan guru, menjaga sopan santun dan tata kerama yang baik.” Pendapat di atas didukung oleh beberapa informan lainnya.

Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru PAK dengan peserta didik berjalan dengan baik dan berinteraksi dengan baik, selesai memberikan materi guru PAK memberikan tugas untuk dikerjakan langsung di sekolah. Peserta didik masing-masing langsung mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru PAK.

Terdapat juga seorang peserta didik yang tidak memiliki pulpen saat mengerjakan tugasnya, teman dari peserta didik tersebut dengan senang hati membantu temannya memberikan pulpen yang ia miliki supaya dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

3. Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri

Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri merupakan tingkah laku sosial peserta didik terhadap dirinya sendiri. Berhubungan dengan diri sendiri disini dimaknai sebagai berkomunikasi dengan diri sendiri, atau yang biasa

(9)

disebut sebagai komunikasi intrapersonal (Goleman, 2000). Sebelum orang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, ia terlebih dahulu berinteraksi dengan dirinya sendiri (Rakhmat, 2001). Dengan demikian orang dapat mengatur perilaku sosialnya dengan tepat, sehingga dapat dipahami dan diterima orang lain (Golekam, 2000). Contohnya seperti mampu mengungkapkan perasaan dan menerima konsekuensi atas perbuatannya sendiri. Hal tersebut didukung oleh sejumlah informan yang menyatakan bahwa: “Peserta didik mampu mengekspresikan perasaan dengan memberikan pendapat atau tanggapan kepada guru PAK dengan mengangkat tangan dan memperkenalkan diri kemudian mengungkapkan tanggapannya. Ketika peserta didik diberikan hukuman oleh guru PAK atas perbuatannya, peserta didik menerima dengan lapang dada dan menjalankan hukuman tersebut karena peserta didik sadar atas perbuatannya sendiri.”

Pendapat ini didukung oleh beberapa informan lainnya.

Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa peserta didik mengangkat tangan ketika memberikan tanggapan ataupun jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru PAK. Ketika peserta didik membuat suatu kesalahan, peserta didik menerima dan menjalankan hukuman yang diberikan oleh guru PAK karena peserta didik sadar atas pebuatannya sendiri.

4. Perilaku yang Berhubungan dengan Akademis/Tugas

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa keterampilan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku akademik (Henricsson dan Rydell, 2006; Kwon, Kim dan Sheridan, 2012). Perilaku yang berhubungan dengan akademis/tugas merupakan perilaku peserta didik terhadap sejumlah tugas di sekolah yang terwujud dalam bentuk memperhatikan guru menjelaskan materi selama pelajaran berlangsung, aktif dalam diskusi kelas, memiliki kualitas belajar yang baik, menyelesaikan tugas- tugas dalam pelajaran di kelas dan bertanya atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Hal senada dikemukakan oleh sejumlah informan bahwa: “Peserta didik memperhatikan guru PAK pada saat menjelaskan materi pelajaran, ketika peserta didik tidak mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh guru PAK, peserta didik bertanya kepada guru PAK mengenai materi pelajaran yang sulit untuk ia pahami. Peserta didik juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi

(10)

M i m p i n S ; A b d i G . S ; A s e r W . G ; P a u l i n u s T| JPPAK

yang berlangsung di kelas bersama guru PAK maupun diskusi kelompok.

Kualitas belajar peserta didik cukup baik karena memperhatikan guru saat menjelaskan materi selama pembelajaran berlangsung dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru PAK”. Pendapat ini didukung oleh beberapa informan lainnya.

Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa peserta didik cukup aktif dalam proses pembelajaran, dapat dilihat ketika peserta didik melakukan diskusi kelas maupun diskusi kelompok. Kualitas belajar peserta didik cukup baik karena peserta didik memperhatikan penjelasan dari guru PAK dan aktif dalam diskusi kelas maupun diskusi kelompok.

Namun, ada beberapa informan mengemukakan bahwa: “masih ada peserta didik yang kurang aktif dalam diskusi kelas maupun diskusi kelompok karena kurang memperhatikan pembelajaran pada saat diskusi kelas maupun diskusi kelompok”.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ditemukan bahwa peserta didik mampu memperhatikan pembelajaran dan menyelesaikan tugasnya dengan baik. Peserta didik terlibat aktif dalam diskusi kelas maupun diskusi kelompok. Namun, masih terdapat beberapa peserta didik yang kurang terlibat aktif dalam diskusi kelas maupun diskusi kelompok dan kurang memperhatikan pembelajaran.

B. Peran Guru PAK dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Peserta Didik 1. Guru PAK sebagai Suri Teladan

Guru PAK memiliki peran yang besar terhadap hasil belajar peserta didik.

Guru PAK diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru oleh peserta didik. Tugas guru PAK tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga mendidik peserta didik untuk dapat memahami secara lebih mendalam mengenai pengajaran Agama Katolik yang diajarkan sehingga dapat diresapi, dihayati dan diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari.

Hal senada dikemukakan oleh informan bahwa: “Guru PAK sudah memberikan teladan yang baik terhadap peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, terlihat dari cara berpakaian, berbicara dengan sopan, ramah dan tepat waktu datang ke sekolah.” Hal ini selaras dengan penelitian

(11)

(Lumbanbatu, 2019) yang menyatakan bahwa seorang guru selain memiliki kompetensi harus menjadi teladan bagi peserta didiknya.

Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa Guru PAK sudah berpakaian rapi dan bersih setiap kali datang ke sekolah. Guru PAK sopan dan ramah dalam melakukan proses pembelajaran dan menanggapi setiap pertanyaan dari peserta didik. Guru PAK juga tidak merasa sungkan apabila meminta pendapat dari peserta didik tentang proses pembelajaran agar membangkitkan gairah belajar peserta didik.

2. Guru PAK sebagai Pengelola Pembelajaran

Guru PAK harus bijak dalam menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah sehingga dapat memfasilitasi proses pembelajaran dengan sebaik mungkin. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar dan pengelolaan pembelajaran yang dipercayakan untuk dikelola oleh seorang guru PAK dapat berjalan dengan baik. Hal senada dikemukakan oleh informan yang menyatakan bahwa: “Guru PAK mengelola pembelajaran agama secara terprogram dan memfasilitasi pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peserta didik supaya berjalan dengan baik. Guru PAK paham dan menguasai konteks pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didiknya.

Guru PAK membuat suasana pembelajaran lebih tenang dan membuat peserta didik lebih fokus untuk memahami materi.” Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan (Siahaan dkk., 2020) bahwa prinsip guru yang baik adalah memiliki keterampilan menggunakan sarana prasarana sekolah dalam kategori baik.

Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa guru PAK mengelola pembelajaran dengan baik, memfasilitasi pembelajaran, menjelaskan materi dengan baik dan menarik, sehingga peserta didik mudah untuk memahami materi yang dipelajari.

3. Guru PAK sebagai Motivator

Proses pembelajaran akan berhasil jika peserta didik memiliki motivasi yang kuat dalam belajar (Kompri, 2018). Guru PAK menumbuhkan motivasi belajar terhadap peserta didik yaitu dengan cara; memperjelas tujuan yang

(12)

M i m p i n S ; A b d i G . S ; A s e r W . G ; P a u l i n u s T| JPPAK

ingin dicapai dalam belajar, membangkitkan minat siswa untuk belajar dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar.

Hal senada yang dikemukakan oleh informan bahwa: “Guru PAK memberikan Motivasi terhadap peserta didik dengan memberikan arahan yang positif dan membuat suasana belajar yang menyenangkan supaya minat belajar peserta didik meningkat.” Pendapat ini didukung oleh beberapa hasil penelitian di antaranya (Sitorus dkk., 2020) dan (Sihotang dkk., 2018) bahwa guru yang baik adalah guru yang mampu menjadi motivator bagi peserta didiknya (Slameto, 2019).

Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan ditemukan bahwa guru PAK memberikan motivasi, arahan yang positif dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Salah satu contoh motivasi yang diberikan kepada peserta didik yaitu melalui sebuah cerita anak kampung yang memiliki latar belakang ekonomi yang kurang tetapi mampu untuk mewujudkan cita-citanya. Guru PAK membuat suasana belajar yang menyenangkan dan juga memberikan motivasi-motivasi kepada peserta didik sehingga lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

4. Guru PAK Sebagai Pelaksana Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Guru PAK harus paham dan sadar akan peran dan kedudukannya di dalam proses pembelajaran Agama Katolik. Dalam konteks ini mentalitas, kreativitas, dan inovasi dituntut dari guru PAK supaya sarana dan tujuan pembelajaran dalam kurikulum mata pelajaran Agama Katolik dapat tercapai.

Hal senada diungkapkan oleh sejumlah informan yang menyatakan bahwa: “Kurikulum yang dipakai adalah K-13. Dalam membuat silabus Guru Pendidikan Agama Katolik harus mengikuti sistem K-13 dan RPP adalah kewajiban seorang guru. Guru Agama Katolik mempunyai Silabus dan RPP.

RPP digunakan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai, guru PAK juga memberikan materi dalam pembelajaran sesuai dengan buku pegangan peserta didik.” Pendapat di atas didukung oleh pendapat (Amriani Ade, 2020), (Sinaga dkk., 2020), (Sahir dkk., 2020) yang

(13)

mengatakan bahwa salah satu tugas pendidik dan kepala sekolah adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa guru PAK menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran kepada peserta didik sesuai dengan RPP yang sudah disusun. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, guru PAK membawa silabus dan RPP yang sudah disusun sebagai panduan dalam proses pembelajaran.

IV. DISKUSI

Guru PAK selain berfungsi untuk mentransfer ilmu pengetahuan Agama Katolik, juga berperan menginspirasi peserta didik untuk mengembangkan potensi diri mereka secara optimal, termasuk keterampilan sosial yang baik (Datus dan Wilhelmus, 2018). Guru PAK di SMA Swata Santa Maria Kabanjahe melaksanakan peran tersebut dengan keempat fungsinya: pelaksana kurikulum, pengelola pembelajaran, motivator, dan keteladanan (Senjaya, 2008; Situngkir, 2018). Melalui keempat peran tersebut guru PAK di SMA Swata Santa Maria Kabanjahe berupaya menningkatkan keterampilan sosial peserta didiknya, yang terdiri atas perilaku terhadap lingkungan, perilaku interpersonal, perilaku intrapersonal dan perilaku terhadap tugas akademis.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ditemukan bahwa peserta didik SMA Swata Santa Maria Kabanjahe secara umum telah memiliki keterampilan sosial, walaupun masih ada sebagiannya yang keterampilan sosialnya sangat lemah. Capaian keterampilan sosial tersebut tentunya tidak terlepas dari peran guru PAK.

Dengan perannya sebagai pelaksana kurikulum, guru PAK merancang pembelajaran dalam bentuk RPP. Dalam RPP guru PAK mempersiapkan materi yang terkait dengan keterampilan sosial peserta didik sesuai dengan tema atau materi pokok pembelajaran dalam kurikulum, dengan mengintegrasikan kompetensi keterampilan sosial ke dalam RPP dan merumuskannya dalam bentuk indikator dan tujuan pembelajaran. Melalui cara ini, guru PAK memilih aspek- aspek keterampilan sosial yang sesuai untuk diintegerasikan dengan materi pokok tertentu.

Sebagai contoh. Materi pokok: Gereja sebagai Umat Allah, untuk kelas XI.

Guru menetapkan salah satu kompetensi inti: Menghayati dan mengamalkan

(14)

M i m p i n S ; A b d i G . S ; A s e r W . G ; P a u l i n u s T| JPPAK

perilaku jujur, tanggung jawab, disiplin, dan peduli. Kompetensi dasarnya:

Berperilaku tanggung jawab sebagai anggota Gereja yang merupakan umat Allah.

Dalam bahan ajar ini guru PAK mengintegrasikan salah satu aspek keterampilan sosial, yaitu perilaku terhadap tugas akademik.

Dalam perannya sebagai pengelola pembelajaran di kelas guru PAK di SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe mengimplementasikan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam RPP. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa dalam mengimplementasikan RPP khususnya tentang kompetensi keterampilan sosial peserta didik, guru PAK di SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe memberi penekanan terhadap aspek keterampilan sosial sesuai dengan yang telah direncanakan dalam RPP. Mengikuti contoh dalam penyusunan RPP di atas, maka dalam pelaksanaan pembelajarannya guru menekankan pentingnya tanggung jawab peserta didik dalam mengerjakan tugas- tugas akademik.

Dalam menjalankan perannya sebagai teladan, guru PAK di SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe senantiasa berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai- nilai keterampilan sosial itu sendiri, misalnya: penampilan yang rapih, datang tepat waktu, kerja keras, ramah, sopan santun, rasa sayang, empati, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan, dan seterusnya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa guru PAK di SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe berperilaku baik di dalam kelas, di luar kelas, maupun di luar sekolah. Perilaku guru PAK yang demikian tentu saja memiliki pengaruh yang kuat bagi peserta didik dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan keterampilan sosial. Perilaku yang demikian telah mencakup keempat aspek keterampilan sosial secara langsung. Penampilan yang rapih,menjaga kebersihan, dan sikap jujur merupakan penerapan dari aspek intra personal. Ramah, sopan, rasa sayang, dan empati merupakan penerapan dari aspek interpersonal. Datang tepat waktu, kerja keras, dan disiplin merupakan penerapan dari aspek perilaku terhadap tugas. Menjaga kebersihan, empati, dan perhatian kepada peserta didik merupakan penerapan aspek perilaku terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa peserta didik di SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe mengalami banyak peningkatan dalam hal keterampilan sosial. Menurut jawaban dari informan diketahui bahwa keterampilan

(15)

sosial peserta didik mengalami perubahan yang signifikan jika dibandingkan antara saat awal mereka masuk di SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe, dengan situasi saat penelitian ini dilaksanakan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas peneliti menyimpulkan bahwa guru PAK memiliki peran penting dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didik di SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe. Besar kemungkinan jika ada faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan sosial peserta didik di sekolah.

Akan tetapi penelitian ini terbatas pada penelitian tentang faktor peran guru PAK.

Sehubungan dengan itu, maka faktor-faktor lainnya yang berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan sosial peserta didik di sekolah ini diserahkan kepada peneliti selanjutnya.

V. DEKLARASI KEPENTINGAN

Penelitian ini dilakukan demi perkembangan ilmu pengetahuan. Tidak ada konflik kepentingan maupun finansial dalam seluruh proses penelitian ini.

VI. PENDANAAN

Penelitian ini dilakukan secara mandiri yang dilakukan bersama dosen pembimbing dengan mahasiswa.

VII. PENUTUP

Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak atas dukungan yang diberikan sehingga hasil penelitian ini dapat dipublikasikan

VIII. REFERENSI

Amriani, A., dkk. (2020). Best Leadership Principals of Remote Elementary Schools

in the Future. 488(Aisteel), 247–251.

https://doi.org/10.2991/assehr.k.201124.052.

Asori M., (2013). Pengertian Tujuan dan Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran.

Jurnal Madrasah 5 (2).

Bahri S., (1997). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Datus K. dan Wilhelmus O.R. (2018). Peran Guru Agama Katolik dalam Meningkatkn Mutu dan Penghayata Iman Siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas Kota Madiun Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Jurnal

(16)

M i m p i n S ; A b d i G . S ; A s e r W . G ; P a u l i n u s T| JPPAK

Penidikan Agama Katolik 20 (10).

Goleman, D., (2000) Kecerdasan Emosional: Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hamdani M. A., (2018). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Henricsson, L. & Rydell, A. (2006). Children with behaviour problems: The influence of social competence and social relations on problem stability, school achievement and peer acceptance across the first six years of school. Infant and Child Development, 15 (1), 347 – 366.

Ichsan M., (2016). Psikologi Pendidikan dan Ilmu Mengajar. Jurnal Edukasi 2 (1).

Iskandar, (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada.

Jihad A dan Haris A (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

Khairani M.H., (2017). Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo Kompri, (2018). Motivasi Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.

Konsili Vatikan II, Gravissimum Educationis dalam Dokumen Konsili Vatikan II,diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, Dokumentasi dan Penerangan KWI-Obor, Jakarta, 1993.

Kwon, K., Kim, E., & Sheridan, S. (2012). Behavioral competence and academic functioni ng among early elementary children with externalizing problems.

School Psychology Review , 41(2), 123–140.

Mulder, S., (20080, The Domains that Influence the Development of Social Competence in Children: A Literature Review. University of Wisconsin-Stout Mathieson K., (2005). Social Skills in the Early Years Behavioural Learning. London:

Paul Chapman Publishing.

Nainggolan, N. T., dkk. (2020). Dampak Komitmen Guru Terhadap Kinerja Guru Pada Smp Negeri 1 Panei. Maker: Jurnal Manajemen, 6(1), 1–12.

https://doi.org/10.37403/mjm.v6i1.144

Pintako Ririh, (2018). Analisis Keterampilan Sosial Peserta didik Pada Pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Pardasukal. Vol 6(1).

Rachman, H., (2018). Teori dan Prakti Berpikir Sosial & Keterampilan Sosial.

Bandung: Alfabeta.

Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi edisi revisi. Bandung: PT remaja rosdakarya.

Rohman M. (2012). Kurikulum Berkarakter. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Sahir, S. H. dkk. (2020). Keterampilan Manajerial Efektif. Cetakan 1. Medan:

(17)

Yayasan Kita Menulis.

Sardiman A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

Sembiring, M. (2016). Efikasi Diri Sebagai Faktor Pelindung Resiliensi Akademik Siswa. Seminar Nasional Psikologi, 111, 124–136.

Siahaan, T. M., dkk. (2020). Principals School Commitment in the Implementation, and Supervision Quality of Education in the Future. 488(Aisteel), 298–301.

https://doi.org/10.2991/assehr.k.201124.062

Sihotang, D. O., dkk. (2018). Analisis Perencanaan Strategis di SMP Swasta Arina Sidikalang. 11(2), 27–39.

Sinaga, R., dkk. (2020). Pengaruh Sikap Guru Terhadap Kompetensi Guru Sekolah Dasar Budi Murni 2 Medan Tahun. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 6(2), 356–

362. https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio/article/view/500

Sitorus, I. S., dkk. (2020). Competency Planning Strategies of Junior High School Teachers in increasing competitiveness. 488(Aisteel), 236–241.

https://doi.org/10.2991/assehr.k.201124.050.

Situngkir, O., (2018). Guru Agama Katolik Pewarta dan Pendidik dalam https://komkat-kwi.org/, diakses tgl 20 Desember 2020, pkl: 22:18.

Slameto, (2019). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sofyan A., (2013). Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 13.

Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Thalib Syamsul Bachri, (2010). Psiologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta: Kencana.

Usman M.U., (2013 Menjadikan Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Hari dalam seminggu, mode ON/OFF TIMER (PENGATUR WAKTU HIDUP/MATI), waktu dan suhu yang diatur (hanya untuk mode ON TIMER (PENGATUR WAKTU HIDUP)) dapat diatur dengan WEEKLY

 Analisis dan Penyajian, merupakan proses penyajian data, dalam Aplikasi Surveilans Posbindu PTM dikembangkan dalam bentuk sajian tabel dan grafik interaktif,

• Diperlukan peran masyarakat bahwa pelaku Cybercrime adalah orang yang menggunakan komputer untuk melakukan tindakan melawan

KASIE 1 Jam Berkas/ Dokumen Permohonan izin yang telah di verifikasi oleh KABID Hari ke 1 7. Memverifikasi dan memvalidasi berkas/ Dokumen

Sebagaimana penjelasan berdasarkan Efe- sus 5 tentang panggilan suami, Istri tidak dipanggil untuk tunduk kepada otoritas patriarkat tetapi kepada kepemimpinan suaminya yang

Teknik analisis data menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mereduksi data, (2) menyajikan data dan menganalisis data, (3) menarik kesimpulan berdasarkan

Sumber Data pada penelitian ini adalah Data Primer yaitu Citra Digital Kota Surakarta, yang berfungsi sebagai bahan untuk mengidentifikasi Tutupan Vegetasi dan Ruang

Tahap ini dimulai dengan melihat pola penyakit kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito yang diperoleh dari instalasi catatan medik. Laporan tersaji dalam bentuk catatan