RELATIONS BETWEEN OBESITY AND THE OCCURRENCE OF BREAST TUMOR IN SYECH YUSUF GOWA REGIONAL HOSPITAL
IN 2014
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN TUMOR PAYUDARA DI RUMAH SAKIT SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA
TAHUN 2014
OLEH NAILUL HUMAM
10542040412
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016
RELATIONS BETWEEN OBESITY AND THE OCCURRENCE OF BREAST TUMOR IN SYECH YUSUF GOWA REGIONAL HOSPITAL
IN 2014
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN TUMOR PAYUDARA DI RUMAH SAKIT SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA
TAHUN 2014
OLEH NAILUL HUMAM
10542040412
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016
RELATIONS BETWEEN OBESITY AND THE OCCURRENCE OF BREAST TUMOR IN SYECH YUSUF GOWA REGIONAL HOSPITAL
IN 2014
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN TUMOR PAYUDARA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SYEKH YUSUF
KABUPATEN GOWA TAHUN 2014
Nailul Humam
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar - 90221
Telp: (0411) 866 972 Fax: (0411) 865 588
E-mail : nailulhumam8@gmail.com
ABSTRACT
BACKGROUND: Breast tumors are lumps found in the breast that usually of clumps of fat that is encapsulated in a bag-like container. These lumps are benign and do not spread to other parts of the body. Breast tumors are divided into two types: benign breast tumor and malignant breast tumor. Various case studies shows that a high diet in fat and calories is directly related to the incidence of breast cancer. Another data shown that people in 50 years or older which also have obesity is more prone to developing breast cancer.
OBJECTIVE: To determine the relations between obesity and the occurrence of breast tumor in Syech Yusuf Gowa regional Hospital in 2014.
METHODS: This study is a descriptive analytic study with cross-sectional approach.
Samples used are surgical ward patients in Syech Yusuf Gowa regional Hospital with a breast tumor. Data obtained are secondary data (medical records), this data used to determine wheter the particular sample is diagnosed with breast tumor and have a BMI value of the obese category. These findings then analyszed with SPSS (Statistical Product and Service Solutions) for windows version 21 with a Pearson Chi Square test.
RESULTS: The number of samples involved in this study were 76 respondens. Most of the samples were classified as obese, which is a many as 47 people (61.8%), benign breast tumors as many as 21 people (27.6%), malignant breast tumors as many as 55 people (72.4%), and the largest age group is 36-45 years with as many as 25 people (32.9%).
CONCLUSION: The prevalence of obesity on the occurrence of breast tumors in Syech Yusuf Gowa regional Hospital is notice
bly high. The statistic test result in this study found a significant p-value of 0,00 and has a value of 15.229 odds ratio which is categorized as Very Risky.
Keywords: Obesity and breast tumor.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak terkontrol dan berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal yang tidak responsif.1 Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau kanker.
Pada penelitian di Yaman ditemukan 635 kasus tumor payudara, dimana sebanyak 493 (77,6 %) merupakan tumor jinak dan 142 (22,4 %) merupakan tumor ganas/kanker.4
Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak menyerang perempuan. Diperkirakan jumlah kasus baru tidak kurang dari 1.050.346 per tahun. Dari jumlah itu, 580.000 kasus terjadi di negara maju, sisanya di negara berkembang. Berdasarkan estimasi International Agency for Research on Cancer, pada tahun 2020 akan ada 1,15 juta kasus baru dan 55% kematian diprediksi terjadi di negara berkembang.5
Menurut data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 548.000 mortalitas per tahun kanker payudara terjadi pada wanita.
Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di
Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Sedangkan pada laki-laki adalah kanker paru dan kanker kolorektal.7 Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insidens kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan, kanker leher rahim 17 per 100.000 perempuan, kanker paru 26 per 100.000 laki-laki, kanker kolorektal 16 per 100.000 laki-laki. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2010, kasus rawat inap kanker payudara 12.014 kasus (28,7%), kanker leher rahim 5.349 kasus (12,8%).8
Berbagai studi kasus kelola menunjukkan diet tinggi lemak dan kalori berkaitan langsung dengan timbulnya kanker payudara. Terdapat data menunjukkan orang yang obesitas sesudah usia 50 tahun berpeluang lebih besar terkena kanker payudara.9 Obesitas adalah keadaan di mana terdapat kelebihan lemak dalam tubuh. Standar definisi dari obesitas dilihat berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). Seseorang didiagnosa menderita obesitas apabila indeks massa tubuh (IMT) diantara (25-40 kg/m2).10
Obesitas lebih sering dialami pada golongan wanita, disebabkan oleh faktor hormon estrogen. Sehubungan dengan itu
juga, prevalensi individu yang menderita obesitas adalah diantara 40-59 tahun.
Risiko relatif pasien obesitas yang menderita kanker payudara adalah sebanyak 1.1-2.5, dimana lebih tinggi berbanding risiko relatif yang diakibatkan mutasi dalam gen BRCA1. Namun ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa, pada wanita dengan riwayat keluarga kanker payudara dengan obesitas, secara signifikan dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang non-obesitas dengan riwayat keluarga positif. Disamping itu, pasien obesitas dengan kanker payudara mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita metastasis kelenjar getah bening, tumor besar dan kematian bila dibandingkan dengan pasien non-obesitas kanker payudara.11
Terdapat beberapa hipotesa berhubungan dengan obesitas dan kanker payudara. Hipotesa yang pertama menyatakan obesitas perlu dikategorikan sebagai tumor endokrin. Sel adiposit merupakan komposisi terbesar payudara manusia, berfungsi mensekresi sitokin, polipeptida dan hormon. Kanker payudara yang invasif akan menyebabkan interaksi parakrin dengan sel-sel adiposit di payudara. Hipotesa yang seterusnya menyatakan bahwa sintesis estrogen adalah di payudara, abdomen, dan bokong, dimana dalam biosintesis estrogen
membutuhkan enzim aromatase untuk menukarkan androgen kepada estrogen.
Sementara estrogen berperan penting untuk pengembangan susu normal dan pertumbuhan duktal dan memainkan peran sentral dalam perkembangan kanker payudara manusia.11
Pada peningkatan BMI dan usia akan menyebabkan peningkatan enzim aromatase, maka penghasilan estrogen akan tidak terkawal. Hipotesis yang terakhir adalah bahwa obesitas, seperti yang berkaitan dengan sindrom metabolik menghasilkan peningkatan sirkulasi insulin dan insulin-like growth factor (IGF), dimana bertindak sebagai mitogen.11
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa mengenai Hubungan Obesitas dengan Kejadian Tumor Payudara.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan studi cross sectional yang dimana variabelnya menghubungkan antara obesitas dengan kejadian tumor payudara. Teknik sampling yang digunakan adalah tehnik Total Sampling dengan mengambil seluruh sampel yang akan diteliti.
Populasi pada penelitian adalah seluruh pasien yang telah terdiagnosis tumor payudara di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa selama bulan Januari 2014 – Desember 2014. Populasi pada penelitian ini 157 orang.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa rekam medik pasien berdasarkan kriteria inklusidan eksklusi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 76 orang. Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Kemudian nomor rekam medik pasien yang terdiagnosis tumor payudara dalam periode yang telah ditentukan dikumpulkan untuk memperoleh rekam medik pasien.
Pengeditan data dilakukan dengan cara mempertimbangkan untuk memilih atau memasukkan data yang penting dan benar- benar diperlukan. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-square dengan nilai kemaknaan α = (0.05) serta tingkat kepercayaan 95%.
HASIL
Tabel 1. Distribusi pasien tumor payudara berdasarkan IMT
IMT Frekuensi Persentase (%)
Tidak Obesitas Obesitas
29 47
38,2 61,8
Total 76 100 %
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan tabel di atas, ditemukan bahwa distribusi pasien yang mempunyai Indeks Massa Tubuh yang tidak obesitas (underweight, normal dan overweight) sebanyak 29 orang (38,2 %) dan yang obesitas sebanyak 47 orang (61,8 %).
Tabel 2. Distribusi pasien tumor payudara berdasarkan diagnosa
Diagnosa Frekuensi Persentase (%) Tumor Payudara
Jinak Tumor Payudara
Ganas
21
55
27,6
72,4
Total 76 100 %
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan tabel di atas ditemukan bahwa distribusi pasien yang terdiagnosa tumor payudara jinak sebanyak 21 orang (27,6 %) dan sebagian besar terdiagnosa tumor payudara ganas sebanyak 55 orang (72,4 %).
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan kesehatan selama tumbuh kembang anak.
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Perempuan
Laki - laki
76 N/A
100 N/A
Umur Frekuensi Persentase (%) Remaja akhir
kebawah (<25 tahun) Dewasa awal (26-35 tahun) Dewasa akhir (36-45 tahun) Lansia awal (46-55 tahun) Lansia akhir (56-65 tahun) Manula (>65 tahun)
21
15
25
12
2
1
27,6
19,7
32,9
15,8
2,6
1,3
Total 76 100 %
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan tabel di atas ditemukan bahwa perempuan mempunyai jumlah
keseluruhan yaitu sebanyak 21 orang (100
%) dan laki – laki tidak ada (N/A) dari jumlah sampel. Dan berdasarkan distribusi pasien menurut umur ditemukan bahwa umur dewasa akhir (36-45 tahun) paling banyak terdiagnosa tumor payudara sebanyak 25 orang (32,9 %), remaja akhir kebawah (< 25 tahun) sebanyak 21 orang (27,6 %), dewasa awal (26-35 tahun) sebanyak 15 orang (19,7 %), lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 12 orang (15,8 %), lansia akhir (56-65) sebanyak 2 orang (2,6
%) dan manula (> 65 tahun) sebanyak 1 orang (1,3 %). Umur dikategorikan berdasarkan klasifikasi Departemen Kesehatan tahun 2009.
Tabel 4. Hubungan obesitas dengan kejadian tumor payudara
Indeks Massa Tubuh
Tumor payudara
Total P Value (α = 0.05)
Odd Ratio 95% CI Jinak Ganas
N % N % N %
Tidak Obesitas Obesitas
17 4
58,6 19,0
12 23
41,4 78,2
29 27
100,0
100,0 0.00
15,229 (4,306- 53,864) Total 21 12,5 55 87,5 100 100,0%
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan tabel di atas, distribusi pasien yang tumor payudara jinak dengan Indeks Massa Tubuh yang tidak obesitas sebanyak 17 orang (58,6 %) dan pasien yang tumor payudara ganas dengan Indeks Massa Tubuh yang tidak obesitas sebanyak 12 orang (41,4%). Sedangkan pasien yang tumor payudara jinak dengan indeks massa tubuh yang obesitas sebanyak 4 orang (19,0 %) dan pasien yang tumor payudara ganas dengan indeks massa tubuh yang obesitas yaitu 23 orang (78,2 %).
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Pearson Chi-Square didapatkan p-value 0,00 kurang dari α (0,05) maka Ha diterima, artinya ada hubungan antara obesitas dengan kejadian tumor payudara di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014. Dengan Odds Ratio 15,229 artinya obesitas memiliki risiko 15,229 atau 15 kali beresiko terhadap kejadian tumor payudara.
PEMBAHASAN Obesitas
Dari penelitian ini menunjukkan bahwa pasien obesitas lebih banyak dibanding yang tidak obesitas. Hal ini pun sama dengan penelitian yang dilakukan Rayesh Nanda yang meneliti tentang obesitas dengan reseptor hormonal pada pasien kanker payudara, dimana pasien obesitas
yang mengalami tumor payudara (55,3 %) lebih besar daripada pasien tidak obesitas yang mengalami tumor payudara (44,8 %).
Menurut Hidayati dkk (2010), asupan energi yang berlebih dan tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang seimbang (dengan kurang melakukan aktivitas fisik) akan menyebabkan terjadinya penambahan berat badan. Perubahan gaya hidup mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol, dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dapat menimbulkan masalah gizi lebih). Berbagai sarana dan fasilitas memadai menyebabkan gerak dan aktivitas menjadi semakin terbatas dan hidup semakin santai karena segalanya sudah tersedia.
Tumor Payudara
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien tumor payudara ganas lebih banyak dibanding pasien tumor payudara jinak.
Hal ini sejalan dengan penelitian Celaya et al (2010) menyebutkan tumor payudara ganas merupakan tumor payudara ganas lebih banyak dibanding tumor payudara jinak. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Helvia (2010) dimana frekuensi pasien tumor payudara jinak jauh (80 %) lebih besar dibanding tumor payudara ganas (20 %) dan pada penelitian
di Yaman ditemukan 635 kasus tumor payudara, dimana sebanyak 493 (77,6 %) merupakan tumor jinak dan 142 (22,4 %) merupakan tumor ganas/kanker.4
Umur
Rata-rata umur perempuan yang mengalami menopause di Indonesia adalah sekitar awal 40 tahun sehingga akhir 60 tahun. Kelompok dewasa akhir (36-45 tahun) mencatat persentase paling tinggi berdasarkan penelitian ini mungkin karena kebanyakan perempuan di dalam kelompok ini seharusnya mengalami fasa pre atau pasca menopause.
Semasa fase menopause, produksi estrogen yang sebelumnya dihasilkan di ovarium akan diambil alih oleh jaringan lemak. Kadar estrogen pada wanita menopause adalah 50 sampai 100 % lebih tinggi pada wanita yang mengalami obesitas. Maka jaringan yang sensitif terhadap stimulasi estrogen akan mengalami pertumbuhan yang cepat dan menyebabkan terjadinya kanker payudara.
Peningkatan usia juga dapat meningkatkan penghasilan enzim aromatase yang turut membantu dalam proses katalisis androgen ke estrogen.
Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian (tabel 3) terdapat perbedaan yang sungguh jelas diantara
jumlah pasien yang mengalami kanker payudara berdasarkan jenis kelaminnya.
Secara fisiologis juga telah terbukti bahwa saat mengalami pubertas (biasanya sekitar 13 atau 14 tahun), anak laki-laki dan perempuan memiliki sedikit jaringan payudara yang terletak di kawasan areola.
Selepas pubertas, ovarium perempuan menghasilkan hormon estrogen dan menyebabkan pertumbuhan jaringan pada payudara meningkat. Namun pada anak laki-laki, hormon yang dihasilkan oleh testis dapat menghambat pertumbuhan jaringan pada payudara. Maka kanker payudara kurang umum pada laki-laki karena sel-sel duktus payudara mereka kurang berkembang dibandingkan dengan payudara perempuan.
Hubungan obesitas dengan kejadian kanker payudara
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang tumor payudara ganas/kanker payudara dengan indeks massa tubuh yang obesitas lebih banyak dibanding pasien yang tumor payudara jinak.
Menurut Robbins dan Rasjidi, obesitas juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang menderita kanker payudara. Sesuai dengan hasil penelitian didapatkan hasil uji Chi-Square P = 0,00 (P < 0,05) maka Ha diterima, artinya ada hubungan antara obesitas
dengan kejadian tumor payudara di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014 dengan Odds Ratio 15,229 artinya obesitas memiliki risiko 15,229 atau 15 kali beresiko terhadap kejadian tumor payudara.
Dalam penelitian yang dilakukana Eviana (2013), didapatkan nilai P value = 0,036 (P > 0,05) antara obesitas dan kanker payudara yang berarti ada hubungan antara obesitas dan kanker payudara.
Kedua hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori Baradero (2006) yang menyebutkan bahwa obesitas mempunyai efek perangsang pada perkembangan payudara. Estrogen disimpan dalam jaringan adiposa (jaringan lemak).
Beberapa kanker payudara adalah reseptor estrogen positif (ER+), artinya bahwa estrogen menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker payudara. Maka, makin banyak jaringan adiposa, makin banyak estrogen yang mengikat ER = sel-sel kanker.
Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian Enger (1989) dan Colidtz (1994) bahwa ada peningkatan risiko terkena tumor payudara ganas pada wanita dengan Body Mass Index yang besar, namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Budiningsih (1995) bahwa obesitas tidak berpengaruh terhadap kanker payudara.
Pada individu obese, ditemukan adanya peningkatan sel adiposit berbanding
individu tidak obese. Maka sel adiposit terutamanya di payudara akan mensekresi sitokin seperti faktor tumor nekrosis (TNF- alpha) dan interleukin-6 (IL-6) dimana akan bertindak merangsang produski aromatase. Peningkatan sel adiposit juga akan menyebabkan peningkatan konsentrasi insulin dan IGF-1 dimana akan menyebabkan penurunan kadar SHBG (sex-hormone binding globulin).
Penurunan SHBG dalam obesitas akan meningkatkan bioavaibilitas estradiol yang bersirkulasi. SHBG merupakan faktor regulator kepada estradiol dalam sel kanker payudara. SHBG bertindak sebagai faktor anti-proliferasi, jadi wanita obese mempunyai resiko relatif lebih tinggi mengidap kanker payudara dibanding pria.
Leptin yang merupakan protein diproduksi oleh jaringan adiposa juga merupakan faktor pertumbuhan kanker karena leptin merangsang proliferasi sel epitel payudara, menghambat sel apoptosis dan angiogenesis.
KESIMPULAN
1. Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi pasien dengan diagnosa tumor payudara ganas lebih tinggi daripada tumor payudara jinak di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
2. Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi pasien yang obesitas lebih
tinggi daripada pasien yang tidak obesitas di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa 3. Dari hasil uji analisis didapatkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian tumor payudara.dan didapatkan bahwa pasien obesitas 15,229 atau 15 kali beresiko terhadap kejadian tumor payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dari RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa, khususnya bagian poliklinik Bedah. Dan untuk pembimbing skripsi yaitu dr. A. Salsa Anggeraini, M.Kes terima kasih atas dukungan dari beliau.
REFERENSI
1. 1 Kumar V, Abbas KA, Fausto N, Aster JC. 2005. The female breast. In:
Schmitt W, editor. Robbin and cotran pathologic basis of disease. 7th ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier.
2. Sjamsuhidahat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong.
EGC, Jakarta.
3. Reksoprodjo S. 2010. Kanker payudara : Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bina Rupa Aksara Publisher, Tangerang.
4. Bafakeer SS, Banafa NS, Aram FO.
2010. Breast disease in southern Yemen. Saudi Med J.
5. Rasjidi, Imam. 2010. Epidemiologi Kanker Pada Wanita. Jakarta WHO.2012. Available from : http://www.who.int/cancer/en/33444 6. BPPK Kementerian Kesehatan RI.
2013. Riset Kesehatan Dasar.
Available form:
http://www.depkes.go.id/resources/do wnload/general/HasilRiskesdas2013.pd f
7. GLOBOCAN 2012, IARC. 2012.
Available form :
http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheet s_cancer.aspx
8. Desen, Wan. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2 FKUI. Badan Penerbit FKUI, Jakarta
9. World Health Organization (WHO).
Western Pacific Region (WPRO) International Association for the Study of Obesity (IASO). The Asia Pacific Perspective: Refining Obesity and its Treatment. Sydney: Health Communications Australia Pty Ltd.
ISBN 0-9577082-1-1.
10. Loricnz A. M. and Sukumar S.,2006.
Molecular links between obesity and cancer, 13(2):279. Available from:
http://erc.endocrinologyjournals.org/cg i/content/full/13/2/279
11. Moore, Keith L., Dalley, Arthur F.
2013. Anatomi Berorientasi Klinis Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga, Jakarta
12. Smeltzer, S., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
13. Syaifudddin, 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Widya Medika. Jakarta
14. Sukarja, 2000. Onkologi Klinik.
Airlangga University Press. Surabaya.
15. Price, S., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
16. Dalimartha, S., 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker.
Penebar Swadaya, Jakarta.
17. Muchlis, R., 2005. Deteksi Dini Kanker. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.
18. Syaifudddin, 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Widya Medika. Jakarta.
19. Sitorus, R., 2006. Tiga Jenis Penyakit Pembunuh Utama Manusia. CV.
Yrama Widya, Bandung.
20. Ganong, WF, 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22.
Jakarta: EGC.
21. Health Statistics NSW, 2011. Adult Overweight and Obesity. NSW Government
22. Elrington, J, 2003. Obesity and Overweight. World Heart Organization
23. Racette SB, Deusinger SS, Deusinger RH, 2003. Obesity: Overview of Prevalence, Etiology, and Treatment.
Physical Therapy. 83:276-288
24. Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., dan Mitchell R. N., 2007.
Environmental and Nutritional Diseases. In: Schmitt W., ed. Robbins Basic Pathology.8th Edition.China:
Saunders and Elsevier Inc., 313-318
25. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2006.
Dietary Balances; Regulation of Feeding; Obesity and Starvation;
Vitamin and Minerals. In Belfus L., ed.
Medical Physiology. 11th Edition.China:Saunders and Elsevier., 872-874
26. Klikdokter, 2008. Indeks Penyakit, Obesitas . Available from:
http://www.klikdokter.com/illness/deta il/43
27. Flier JS, Maratos-Flier E, 2008.
Biology of Obesity. In:Kasper, DL., Braunwald, E., Fauci, AS., Hauser, SL., Longo, DL., Jameson, JL., ed.
Harrison’s Principles of Internal Medicines. Edisi 17.New York:
McGraw-Hill, 462-473
28. Bethesda,. 1998. Clinical Guidelines on the Identification, Evaluation, and Treatment of Overweight and Obesity in Adults. National Heart, Lung, and Blood Institute: NIH Publication No.
98–4083.
29. Hawari Dadang, Prof,Dr,dr. Kanker Payudara dimensi psikoreligi. P:134- 139. Balai penerbit FK UI. Jakarta.
2009
i FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Skripsi, April 2016 NAILUL HUMAM
A. SALSA ANGGERAINI
“HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN TUMOR PAYUDARA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA TAHUN 2014’’
(xiii + 64 halaman + 3 lampiran)
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Tumor payudara merupakan benjolan pada payudara yang biasanya terdiri dari gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong yang sifatnya jinak dan tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh. Tumor payudara terbagi atas dua, yaitu tumor payudara jinak dan tumor payudara ganas. Berbagai studi kasus kelola menunjukkan diet tinggi lemak dan kalori berkaitan langsung dengan timbulnya kanker payudara. Terdapat data menunjukkan orang yang obesitas sesudah usia 50 tahun berpeluang lebih besar terkena kanker payudara.
TUJUAN: Mengetahui hubungan obesitas terhadap kejadian tumor payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014
METODE: Jenis penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan rancangan cross- sectional. Sampel adalah pasien di poli bedah RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa dengan keluhan tumor payudara. Data diperoleh dari data sekunder yaitu melalui rekam medis dalam menentukan apakah terdiagnosis tumor payudara dan memiliki IMT obesitas, kemudian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) for windows version 21 dengan uji Pearson Chi Square.
HASIL: Jumlah sampel yang terlibat dalam penelitian ini adalah 76 responden.
Kebanyakan sampel adalah yang tergolong obesitas sebanyak 47 orang (61,8%), tumor payudara jinak sebanyak 21 orang (27,6%), tumor payudara ganas sebanyak 55 orang (72,4%), dan umur terbanyak adalah 36 – 45 tahun sebanyak 25 orang (32,9%).
KESIMPULAN: Prevalensi obesitas terhadap kejadian tumor payudara di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa cukup tinggi. Pada penelitian ini didapatkan hasil uji statistik yang signifikan dengan p-value 0,00 dan memiliki nilai oods ratio 15,229 yang sangat berisiko.
Kata Kunci : Obesitas dan kanker payudara.
ii FACULTY OF MEDICINE MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, April 2016 NAILUL HUMAM
A. SALSA ANGGERAINI
“RELATIONS BETWEEN OBESITY AND THE OCCURRENCE OF BREAST TUMOR IN SYECH YUSUF GOWA REGIONAL HOSPITAL IN 2014”
(xiii + 64 pages + 3 appendix)
ABSTRACT
BACKGROUND: Breast tumors are lumps found in the breast that usually of clumps of fat that is encapsulated in a bag-like container. These lumps are benign and do not spread to other parts of the body. Breast tumors are divided into two types: benign breast tumor and malignant breast tumor. Various case studies shows that a high diet in fat and calories is directly related to the incidence of breast cancer. Another data shown that people in 50 years or older which also have obesity is more prone to developing breast cancer.
OBJECTIVE: To determine the relations between obesity and the occurrence of breast tumor in Syech Yusuf Gowa regional Hospital in 2014.
METHODS: This study is a descriptive analytic study with cross-sectional approach. Samples used are surgical ward patients in Syech Yusuf Gowa regional Hospital with a breast tumor. Data obtained are secondary data (medical records), this data used to determine wheter the particular sample is diagnosed with breast tumor and have a BMI value of the obese category. These findings then analyszed with SPSS (Statistical Product and Service Solutions) for windows version 21 with a Pearson Chi Square test.
RESULTS: The number of samples involved in this study were 76 respondens.
Most of the samples were classified as obese, which is a many as 47 people (61.8%), benign breast tumors as many as 21 people (27.6%), malignant breast tumors as many as 55 people (72.4%), and the largest age group is 36-45 years with as many as 25 people (32.9%).
CONCLUSION: The prevalence of obesity on the occurrence of breast tumors in Syech Yusuf Gowa regional Hospital is notice
bly high. The statistic test result in this study found a significant p-value of 0,00, and has a value of 15.229 odds ratio which is categorized as Very Risky.
Keywords: Obesity and breast tumor.
iii KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia- Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di Program studi Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan. Namun, akhirnya semua itu dapat penulis atasi. Proses penyusunan proposal penelitian ini pun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk segala doa dan dukungan yang tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada orangtua penulis, Dr. Samhi Muawan Djamal, M.Ag dan Dra. Izatul Mubarakah, M.Pd.I. Saudara-saudaraku, Imtihana Fitria, S.Si, M.Pd, Salwa Rufaida, S.Pd, M.Pd, Zaki Fachrur Rozi, S.T, dan Arina Ulin Niama yang senantiasa membantu, mendukung, mendoakan penulis sehingga skripsi ini bisa selesai. Terima kasih banyak untuk semua kasih sayang yang diberikan.
Dan tak kalah pentingnya ucapan terima kasih kepada dr. A. Salsa Anggeraini, M. Kes, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak waktunya dalam membimbing, memberikan pengarahan dan koreksi sampai skripsi ini selesai. Dan kepada penguji drg. St. Maesarah Alwany, MARS yang juga telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan pengarahan sampai skripsi ini selesai.
Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Machmud Ghaznawie, Sp.PA (K), Ph.D, selaku Dekan Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Makassar
iv 2. dr. A. Salsa Anggeraini, M.Kes selaku pembimbing dan penasehat akademik yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. drg. St. Maesarah, MARS selaku penguji yang selalu memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Dosen dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar yang ikut memperlancar urusan skripsi ini
5. Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa atas izinnya dalam melakukan penelitian.
6. Teman-teman FK Unismuh tanpa terkecuali
7. Saudara sejawat angkatan 2012 Trigeminus yang selalu mendukung dan turut mendoakan penulis
8. Teman satu pembimbing : Kak Fatin, Kak Ira, Altaf, dan Ratu.
9. Sahabat – sahabat Trochanter dan teman seperjuangan lainnya.
10. Teman-teman penulis yang tidak sempat ditulis namanya yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan berbesar hati penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Besar harapan penulis agar proposal penelitian ini dapat diterima dan dilaksanakan sebagai bentuk kontribusi kami pada pengembangan ilmu pengetahuan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca secara umum dan penulis secara khususnya.
Makassar, April 2016
Penulis
v DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR SIDANG UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR SKRIPSI RIWAYAT HIDUP PENULIS
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 7
A. Landasan Teori ... 7
1. Payudara ... 7
a. Anatomi Payudara ... 7
vi b. Fisiologi Payudara ... 8 c. Kelainan Payudara ... 9 d. Tumor Payudara Jinak ... 10 e. Tumor Payudara Ganas (Kanker Payudara) ... 11 2. Obesitas ... 29 a. Definisi ... 29 b. Epidemiologi ... 31 c. Etiologi Obesitas... 31 d. Patogenesis ... 32 e. Diagnosa ... 32 f. Komplikasi... 33 g. Penatalaksanaan ... 33 B. Kerangka Teori... 35 BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 36 A. Kerangka Konsep ... 36 B. Definisi Operasional... 37 C. Hipotesis ... 38 BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 39 A. Desain Penelitian ... 39 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39 C. Populasi dan Sampel ... 39 D. Teknik Sampling ... 40 E. Teknik Pengumpulan Data ... 40 F. Pengolahan Data dan Analisis Data ... 41 G. Penyajian Data ... 42 H. Alur Penelitian ... 43 I. Etika Penelitian ... 44
vii BAB 5. HASIL PENELITIAN ... 45
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… ...45 B. Hasil Penelitian………... 46 1. Analisis Univariat………. 46 2. Analisis Bivariat………49 BAB 6. PEMBAHASAN ... 50 A. Analisis Univariat……….. 50 B. Analisis Bivariat……….53 C. Keterbatasan Penelitian………..55 BAB 7. TINJAUAN KEISLAMAN ... 57 A. Kanker dalam Pandangan Islam……… 57 B. Obesitas dalam Pandangan Islam..……….59 BAB 8. PENUTUP ... 63 A. Kesimpulan……….63 B. Saran………...63 DAFTAR PUSTAKA………..xi LAMPIRAN
viii DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi berat badan yang diusulkan berdasarkan IMT (IOTF, WHO 2000)... 32
Tabel 5.1 Distribusi pasien tumor payudara berdasarkan IMT di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa di Tahun 2014... 45 Tabel 5.2 Distribusi pasien tumor payudara berdasarkan Diagnosa di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa di Tahun 2014... 46 Tabel 5.3 Distribusi pasien tumor payudara berdasarkan Karakteristik Individu
(Jenis Kelamin dan Umur) di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa di Tahun 2014... 46 Tabel 5.4 Hubungan obesitas dengan kejadian Tumor Payudara di RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa di Tahun 2014……... 48
ix DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori……...……….…………..35
Gambar 3.1 Kerangka Konsep………...……….…………...36
x DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Responden Lampiran 2. Analisis Data
Lampiran 3. Surat
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak terkontrol dan berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal yang tidak responsif.1 Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau kanker. Karakteristik dari tumor jinak pada gambaran makroskopik maupun mikroskopik yaitu, berdiferensiasi baik, laju pertumbuhan progresif dan lambat, massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi jaringan normal di sekitarnya, dan tidak bermatastasis ke organ lain. Sedangkan karakteristik dati tumor ganas/kanker adalah anaplastik, pertumbuhannya progresif dan cepat serta dapat menginfiltrasi ke jaringan sekitar.1,2 Sel-sel kanker juga dapat bermetastasis ke bagian lain dari tubuh secara hematogen maupun limfogen.3
Pada penelitian di Yaman ditemukan 635 kasus tumor payudara, dimana sebanyak 493 (77,6 %) merupakan tumor jinak dan 142 (22,4 %) merupakan tumor ganas/kanker.4
Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak menyerang perempuan. Diperkirakan jumlah kasus baru tidak kurang dari 1.050.346 per tahun. Dari jumlah itu, 580.000 kasus terjadi di negara maju, sisanya di negara berkembang. Berdasarkan estimasi International Agency for Research on Cancer, pada tahun 2020 akan ada 1,15 juta kasus baru dan 55% kematian diprediksi terjadi di negara berkembang.5
2 Menurut data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 548.000 mortalitas per tahun kanker payudara terjadi pada wanita. Menurut International Union Againts Cancer (UIAC), sebuah lembaga non pemerintah
internasional yang bergerak di bidang pencegahan kanker, kanker telah membunuh orang lebih banyak daripada total kematian yang diakibatkan AIDS, tuberkulosis, dan malaria. Jumlah kematian akan meningkat secara dramatis dalam dekade mendatang jika kita tidak melakukan upaya nyata. Pada tahun 2030 diperkirakan lebih dari 12 juta orang akan mati akibat kanker per tahun.5,6
Saat ini kanker menjadi penyebab kematian nomor dua di negara maju dan nomor tiga di negara berkembang. Di negara maju, meski angka kejadian kanker meningkat, angka kesitasan (survival rate) juga meningkat karena kanker terdeteksi lebih dini dan diobati secara baik. Sementara itu, angka kejadian dan kematian terus meningkat di negara berkembang karena fasiltas deteksi dini dan pengobatan belum memadai.5
Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Sedangkan pada laki-laki adalah kanker paru dan kanker kolorektal.7 Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insidens kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan,
kanker leher rahim 17 per 100.000 perempuan, kanker paru 26 per 100.000 laki- laki, kanker kolorektal 16 per 100.000 laki-laki. Berdasarkan data Sistem
3 Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2010, kasus rawat inap kanker payudara 12.014 kasus (28,7%), kanker leher rahim 5.349 kasus (12,8%).8
Berbagai studi kasus kelola menunjukkan diet tinggi lemak dan kalori berkaitan langsung dengan timbulnya kanker payudara. Terdapat data menunjukkan orang yang obesitas sesudah usia 50 tahun berpeluang lebih besar terkena kanker payudara.9 Obesitas adalah keadaan di mana terdapat kelebihan lemak dalam tubuh. Standar definisi dari obesitas dilihat berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). Seseorang didiagnosa menderita obesitas apabila indeks massa tubuh (IMT) diantara (25-40 kg/m2).10
Obesitas lebih sering dialami pada golongan wanita, disebabkan oleh faktor hormon estrogen. Sehubungan dengan itu juga, prevalensi individu yang menderita obesitas adalah diantara 40-59 tahun. Risiko relatif pasien obesitas yang menderita kanker payudara adalah sebanyak 1.1-2.5, dimana lebih tinggi berbanding risiko relatif yang diakibatkan mutasi dalam gen BRCA1. Namun ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa, pada wanita dengan riwayat keluarga kanker payudara dengan obesitas, secara signifikan dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang non-obesitas dengan riwayat keluarga positif. Disamping itu, pasien obesitas dengan kanker payudara mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita metastasis kelenjar getah bening, tumor besar dan kematian bila dibandingkan dengan pasien non-obesitas kanker payudara.11
Terdapat beberapa hipotesa berhubungan dengan obesitas dan kanker payudara. Hipotesa yang pertama menyatakan obesitas perlu dikategorikan
4 sebagai tumor endokrin. Sel adiposit merupakan komposisi terbesar payudara manusia, berfungsi mensekresi sitokin, polipeptida dan hormon. Kanker payudara yang invasif akan menyebabkan interaksi parakrin dengan sel-sel adiposit di payudara. Hipotesa yang seterusnya menyatakan bahwa sintesis estrogen adalah di payudara, abdomen, dan bokong, dimana dalam biosintesis estrogen membutuhkan enzim aromatase untuk menukarkan androgen kepada estrogen.
Sementara estrogen berperan penting untuk pengembangan susu normal dan pertumbuhan duktal dan memainkan peran sentral dalam perkembangan kanker payudara manusia.11
Pada peningkatan BMI dan usia akan menyebabkan peningkatan enzim aromatase, maka penghasilan estrogen akan tidak terkawal. Hipotesis yang terakhir adalah bahwa obesitas, seperti yang berkaitan dengan sindrom metabolik menghasilkan peningkatan sirkulasi insulin dan insulin-like growth factor (IGF), dimana bertindak sebagai mitogen.11
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa mengenai ”Hubungan Obesitas dengan Kejadian Tumor Payudara”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peniliti ingin melihat, apakah terdapat hubungan obesitas terhadap kejadian tumor payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014 ?
5 C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan obesitas terhadap kejadian tumor payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui angka kejadian tumor payudara jinak maupun ganas di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014.
b. Mengetahui Indeks Masssa Tubuh pada pasien tumor payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014.
c. Mengetahui seberapa besar faktor resiko obesitas terhadap kejadian tumor payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
a. Untuk meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai obesitas dan tumor payudara, terutama kanker payudara.
b. Untuk meningkatkan pengalaman dan keterampilan peneliti dalam membuat sebuah penelitian.
c. Untuk dijadikan dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya.
6 2. Bagi Pengembangan Penelitian
a. Sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian mengenai obesitas dan tumor payudara
b. Sebagai landasan untuk melakukan penelitian-penelitian mengenai obesitas dan tumor payudara
3. Bagi Rumah Sakit dan Masyarakat
a. Sebagai dasar penyuluhan dan konseling kepada pasien agar mempertahankan berat badan yang ideal untuk mengurangi risiko terkena tumor payudara payudara serta sadar akan efek obesitas terhadap prognosis tumor payudara jinak maupun ganas.
7 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Payudara
a. Anatomi Payudara
Payudara adalah struktur superficial yang paling menonjol pada dinding toraks anterior, terutama pada perempuan. Glandula mammaria berada pada jaringan subkutan yang menutupi musculus pectoralis major dan minor. Jumlah lemak yang mengelilingi jaringan glandular menentukan ukuran payudara non-laktasi. Puncak tonjolan payudara adalah puting (papilla mammae), dikelilingi oleh area berpigmen sirkular pada kulit disebut aerola.12 Badan yang secara kasar sirkular pada payudara perempuan terletak di atas bantalan yang memanjang melintang dari batas lateral sternum ke linea midaxillaris dan secara vertical dari costa II sampai VI. Dua pertiga batalan payudara terbentuk oleh fascia pectoralis yang menutupi musculus pectoralis major; sepertiga lain, oleh fascia yang menutupi musculus serratus anterior.
Di antara payudara dan fascia pectoralis terdapat bidang jaringan ikat longgar atau ruangan potensial-spatium retromammari. Bagian kecil glandula mammaria dapat memanjang di sepanjang tepi inferolateral musculus pectoralis major ke arah fossa axillaris dan membentuk processus axillaris atau processus lateralis (Spence). Glandula mammaria sangat kuat menempel
8 pada dermis kulit di atasnya, terutama oleh ligamentum kulit substansial, ligamentum suspensorium (Cooper).12
Pasokan darah kelenjar mammae terutama berasal dari cabang arteri axillaris, ramus perforate interkostalis 1 – 4 dari arteri mammaria interna dan ramus perforate arteri interkostalis 3 - 7. Cabang arteri axillaris dari medial ke lateral adalah arteri torakalis superior, arteri torakali sakromial, arteri torakalis lateralis. Agak ke lateral dari arteri torakalis lateralis terdapat arteri subskapularis. Vena dapat dibagi menjadi 2 kelompok, superfisial dan profunda. Vena superfisial terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena mammaria interna atau vena superfisial leher. Vena dalam berjalan seiring dengan arteri yang senama tersebut di atas, secara terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena mammaria interna dan vena azigos atau vena hemiazigos.9
Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 – 6 dan 3 – 4 rami dari pleksus servikalis. Adapun saraf yang berkaitan erat dengan terapi bedah adalah; nervus torakalis lateralis, nervus torakalis medialis, nervus torakalis longus, dan nervus torakalis dorsalis.9
b. Fisiologi Payudara
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, lalu masa fertilitas, sampai klimakterium, hingga menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
9 juga hormon hipofisis menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya asinus.13
Perubahan selanjutnya terjadi sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke- 8 haid, payudara membesar, dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang, timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, sulit dilakukan. Pada waktu itu, mammografi menjadi rancu karena kontras kelejar terlalu besar. Begitu haid mulai, semua hal di atas berkurang.13
Perubahan terakhir terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara membesar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berploriferasi, dan tumbuh duktus baru.13
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui ductus ke puting susu yang dipicu oleh oksitosin.13
c. Kelainan Payudara
Ada beberapa kelainan yang dapat terjadi pada payudara, antara lain : kelainan pertumbuhan dan perkembangan (ginekomastia, anomali), infeksi (mastitis puerperalis akut, mastitis tuberkulosa, fistel paraareola), tumor jinak (kista, fibroadenoma, perubahan fibrokistik, tumor filoides, galaktokel, papilloma intraduktus, duktus ectasia, adenosis sclerosis, nekrosis lemak) dan tumor ganas (karsinoma mammae).13
10 d. Tumor Payudara Jinak
Tumor adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi secara terus menerus.1 Tumor payudara merupakan benjolan pada payudara yang biasanya terdiri dari gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong yang sifatnya jinak dan tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh.2
Tumor jinak payudara terdiri dari fibroadenoma, tumor filoides, papilloma intraduktus, adenosis sclerosis, lipoma, dan nekrosis lemak.
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terbentuk baik dalam jaringan payudara glandular maupun dalam jaringan stromal. Fibroadenoma biasa terjadi pada usia 20 hingga 30-an tahun.2
Tumor filoides merupakan neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara lokal dan mungkin ganas, pertumbuhannya lebih cepat. Papiloma intraduktus adalah lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus di bawah areola, gejalanya berupa pengeluaran cairan yang berdarah dari puting susu.
Adenosis sklerosis adalah kelainan fibrokistik, tampak poliferasi jinak ditandai dengan gejala lobulus payudara membesar, terdistorsi oleh jaringan berserat. 2
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada di bawah kulit yang terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40- 60 tahun), namun juga dapat dijumpai pada anak-anak. Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri, pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas. Lipoma kebanyakan berukuran kecil,
11 namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm. Nekrosis lemak, terjadi ketika area pada jaringan lemak payudara mengalami kerusakan, akibat adanya luka pada payudara. Biasanya dapat terjadi setelah menjalani radiasi atau pembedahan.2
e. Tumor Payudara Ganas (Kanker Payudara) (1) Definisi
Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat adanya pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan invasi ke jaringan-jaringan normal. Definisi yang paling sederhana yang dapat diberikan adalah pertumbuhan sel-sel yang kehilangan pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada bagian tubuh tertentu seperti payudara.14
Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Kanker payudara oleh WHO dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174 untuk wanita dan 175 untuk pria.15
Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan- perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya.15
Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati, dan otak melalui pembuluh darah. Kelenjar getah bening aksila ataupun
12 supraklavikula membesar akibat dari penyebaran kanker payudara melalui pembuluh getah bening dan tumbuh di kelenjar getah bening.16
(2) Faktor Risiko
Terdapat berbagai faktor yang diperkirakan meningkatkan risiko kanker payudara, antara lain faktor usia, genetik dan familial, hormonal, gaya hidup, lingkungan, dan adanya riwayat tumor jinak.
Faktor usia paling berperan dalam menimbulkan kanker payudara.
Dengan semakin bertambahnya usia seseorang, insidens kanker payudara akan meningkat. Satu dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia di bawah 45 tahun. Dua dari tiga keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia 55 tahun.13
Seseorang dicurigai mempunyai faktor predisposisi genetik herediter sebagai penyebab kanker payudara yang diderita jika (1) menderita kanker payudara sewaktu berusia kurang dari 40 tahun, dengan atau tanpa riwayat keluarga; (2) menderita kanker payudara sebelum 50 tahun, dan satu atau lebih kerabat tingkat pertamanya menderita kanker payudara atau kanker ovarium; (3) kanker payudara bilateral; (4) menderita kanker payudara pada usia berapapun, dan dua atau lebih kerabat tingkat pertamanya menderita kanker payudara; serta (5) laki-laki yang menderita kanker payudara. Risiko seseorang yang satu anggota keluarga tingkat pertamanya (ibu, anak, kakak, atau adik kandung, dan anak) menderita kanker payudara, meningkat dua kali lipat, dan meningkat lima kali lipat bila ada dua anggota keluarga tingkat pertama yang menderita kanker payudara.
13 Walaupun faktor familial merupakan faktor risiko kanker payudara yang signifikan, 70 – 80 % kanker payudara timbul secara sporadis.
Berdasarkan hasil pemetaan gen yang dilakukan baru-baru ini, mutasi germline pada gen BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17 dan 13
ditetapkan sebagai gen predisposisi kanker payudara dan kanker ovarium herediter. Gen BRCA1 terutama menimbulkan kanker payduara ER(-).
BRCA2 juga banyak ditemukan pada penderita kanker payudara laki-laki.13 Usia menarche yang lebih dini, yakni di bawah 12 tahun, meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 3 kali, sedangkan usia menopause yang lebih lambat, yakni di atas 55 tahun, meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 2 kali. Perempuan yang melahirkan bayi aterm lahir hidup pertama kalinya pada usia di atas 35 tahun mempunyai risiko mengidap terkena kanker payudara. Selain itu, penggunaan kontrasepsi hormonal eksogen juga turut meningkatkan risiko kanker payudaranya;
penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko sebesar 1,24 kali;
penggunaan terapi sulih-hormon pascamenopause meningkatkan risiko sebesar 1,35 kali bila digunakan lebih dari 10 tahun; dan penggunaan estrogen penguat kandungan selama kehamilan meningkatkan risiko sebesar dua kali lipat.13
Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan risiko kanker payudara; sebaliknya, obesitas pramenopause justru menurunkan risikonya.
Hal ini disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar hormone endogen. Walaupun menurunkan kadar hormon seks terkait-
14 globulin dan menurunkan pajanan terhadap estrogen, obesitas pramenopause meningkatkan kejadian anovulasi sehigga menurunkan pajanan payudara terhadap progesterone. Pada masa pascamenopause, penurunan risiko kanker payudara yang disebabkan oleh obesitas pramenopause secara bertahap menghilang, dan peningkatan bioavailabilitas estrogen yang terjadi pada masa ini akan meningkatkan risiko kanker payudara.13
Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar 30- 40 %. Untuk mengurangi risiko terkena kanker payudara, American Cancer Society merekomendasikan olahraga selama 45-60 menit setiap harinya.13
Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara. Alkoholpun demikian, lebih dari 50 penelitian membuktikan bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan meningkatkan risiko kanker payudara. Alkohol meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga mempengaruhi responsivitas tumor terhadap hormon. Kumpulan analisis terakhir membuktikan bahwa risiko relatif kanker payudara meningkat 7 % kini menjadi 10 % untuk setiap drink (1,25 ons liquor atau 40 ons anggur 12 % atau 12 ons bir 4%) tambahan
per harinya, dan keduaya berbanding lurus. Walaupun tidak semua data konsisten, konsumsi alkohol lebih berkolerasi kuat dengan kanker payudara ER (estrogen receptor) dan PR (progesterone receptor) positif sesuai dengan perkiraan.13
Wanita yang semasa kecil atau dewasa mudanya pernah menjalani terapi penyinaran pada daerah dada, biasanya keganasan limfoma Hodgkin maupun non Hodgkin, mereka berisiko menderita keganasan payudara
15 terutama meningkat jika terapi penyinaran dilakukan pada usia dewasa muda saat payudara berkembang. Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan tempat kerja juga berisiko menginduksi timbulnya kanker payudara. Salah satu zat kimia tersebut yaitu pestisida atau DDT yang seringkali mencemari bahan makanan sehari-hari. Jenis pekerjaan lain yang berisiko mendapat pajanan karsinogenik terhadap timbulnya kanker payudara antara lain, penata kecantikan kuku yang tiap harinya menghirup uap pewarna kuku, penata radiologi, dan tukang cat yang sering menghirup cadmium dari larutan catnya.13
(3) Klasifikasi stadium
Dewasa ini memakai cara penggolongan TNM menurut Perhimpunan Anti Kanker Internasional (edisi tahun 2000). Klasifikasi cTNM klinis sebagai berikut :9
T : kanker primer.
TX : tumor primer tak dapat dinilai (misal telah direseksi).
T0 : tak ada bukti lesi primer
Tis : karsinoma in situ. Mencakup karsinoma in situ duktal atau karsinoma in situ lobular, penyaki Paget papilla mammae tanpa nodul (penyakit Paget dengan nodul diklasifikan menurut ukuran nodul).
T1 : diameter tumor terbesar <= 2 cm.
Tmic : infiltrasi mikro <= 0,1 cm.
T1a : diameter terbesar > 0,1 cm, tapi <= 0,5 cm.
16 T1b : diameter terbesar > 0,5 cm, tapi <= 1cm
T1c : diameter terbesar > 1 cm, tapi <= 2cm.
T2 : diameter tumor terbesar > 2 cm, tapi <= 5 cm.
T3 : diameter tumor terbesar >5 cm.
T4 : berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding toraks atau kulit (dinding toraks termasuk tulang iga, m. interkostalis dan m.
serratus anterior, tak termasuk m. pektoralis).
T4a : menyebar ke dinding toraks.
T4b : udem kulit mammae (termasuk peau d‟orange) atau ulserasi, atau nodul satelit di mammae ipsilateral.
T4c : terdapat 4a dan 4b sekaligus T4d : karsinoma mammae inflamatorik Catatan :
(1) Lesi mikroinvasif multiple, diklasifikasi berdasarkan massa terbesar, tidak atas dasar total massa lesi multiple tersebut.
(2) Terhadap karsinoma mammae inflamatorik (T4d), jika biopsi kulit negatif dan tak ada tumor primer yang dapat diukur, klasifikasi patologik adalah pTx.
N : kelenjar limfe regional
NX : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
N0 : tak ada metastasis kelenjar limfe regional.
N1 : di fossa aksilar ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe mobil.
17 N2 : kelenjar limfe metastatik fossa aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi dengan jaringan lain; atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar.
N2a : kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi dengan jaringan lain.
N2b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar.
N3 : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna dan metastasis kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral.
N3a : metastasis kelenjar limfe infraklavikular.
N3b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis kelenjar limfe aksilar.
N3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular Catatan :
1. Kelenjar limfe regional adalah kelenjar limfe aksilar dan kelenjar limfe mamaria interna. Kelenjar limfe mamaria interna secara klinis dibagi menjadi kelompok infra-aksilar atau level II dan kelompok supra-aksilar atau level III. Kelompok infra-aksilar adalah kelenjar limfe dari margo lateral otot pektoralis minor, kelompok intra-aksilar adalah kelenjar limfe di antara margo medial dan lateral otot pektoralis minor (termasuk kelenjar
18 limfe di antara otot pektoralis mayor dan minor), kelompok supra-aksilar adalah kelenjar limfe di medial dari margo medial otot pektoralis minor.
2. Bukti klinis : menunjukkan bukti yang ditemukan dari pemeriksaan klinis, pemeriksaan pencitraan (tak termasuk pencitraan sintigrafi kelenjar limfe), atau bukti dari pemeriksaan makroskopik patologik.
M : metastasis jauh.
MX : metastasis jauh tak dapat dinilai.
M0 : tak ada metastasis jauh.
M1 : ada metastasis jauh.
Klasifikasi stadium klinis : Stadium 0 : TisN0M0 Stadium I : T1N0M0 Stadium IIA : T0N1M0 T1N1M0 T2N0M0 Stadium IIB : T2N1M0 T3N0M0 Stadium IIIA : T0N2M0 T1N2M0 T2N2M0 T3N1-2M0 Stadium IIIB : T4, N apapun, M0 Stadium IIIC : T apapun, N3M0
19 Stadium IV : T apapun, M apapun, M1
(4) Patogenesis
Tumorigenensis kanker payudara merupakan proses multitahap, tiap tahapnya berkaitan dengan satu mutasi tertentu atau lebih di gen regulator minor atau mayor. Terdapat dua jenis sel utama pada payudara orang dewasa;
sel mioepitel dan sel sekretorik lumen.13
Secara klinis dan histopatologis, terjadi beragam tahap morfologis alam perjalanan menuju keganasan. Hiperplasi duktal, ditandai oleh proliferasi sel-sel epitel pliklonal yang tersebar tidak rata yang pola kromatin dan bentuk inti-intinya saling bertumpang tindih dan lumen duktus yang tidak teratur, sering menjadi tanda awal kecenderungan keganasan. Sel-sel di atas relatif memiliki sedikit sitoplasma dan batas selnya tidak jelas dan secara sitologis jinak. Perubahan dari hiperplasia ke hiperplasia atipik (klonal), yang sitoplasma selnya lebih jelas, intinya lebih jelas dan tidak tumpang tindih, dan lumen duktus yang teratur, secara klinis meningkatkan risiko kanker payudara.13
Setelah hiperplasia atipik, tahap berikutnya adalah timbulnya karsinoma in situ, terjadi proliferasi sel yang memiliki gambaran sitologis sesuai dengan keganasan, tetapi proliferasi sel tersebut belum menginvasi stroma dan menembus membran basal. Karsinoma in situ lobular biasanya menyebar ke seluruh jaringan payudara (bahkan bilateral) dan biasanya tidak teraba dan tidak terlihat pada pencitraan. Sebaliknya, karsinoma in situ duktal
20 merupakan lesi duktus segmental yang dapat mengalami kalsifikasi sehingga memberikan penampilan yang beragam.13
Setelah sel-sel tumor menembus membrane basal dan menginvasi stroma, tumor menjadi invasif, dapat menyebar secara hematogen dan limfogen sehingga menimbulkan metastasis.13
(5) Manifestasi Klinis
Gejala kanker payudara sangat dipengaruhi oleh lokasi tumor dan ciri pertumbuhannya. Berbagai gejala yang biasanya mendorong pasien untuk datang ke dokter antara lain adanya benjolan di payudara unilateral maupun bilateral; nyeri lokal di salah satu payudara; retraksi kulit atau puting;
keluarnya cairan dari puting; eksim, radang atau ulserasi puting susu;
benjolan ketiak serta edema lengan.13
Sebagian terbesar bermanifestasi sebagai massa mamma yang tidak nyeri, sering kali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding toraks). Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah besar secara jelas.9
Perubahan kulit juga sangat jelas pada penderita kanker payudara.
Biasanya nampak tanda lesung, ini terjadi ketika tumor mengenai ligamen glandula mammae , ligamen itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange) juga sering terjadi ketika vasa
21 limfatik subkutis tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, dan folikel rambut tenggelam ke bawah. Selain itu, nodul satelit dan ulserasi pada kulit payudara juga menjadi gejala klinis kanker payudara.9
Perubahan papilla mammae pada kanker payudara berupa retraksi papilla, sekret papilar dan perubahan eksematoid. Perubahan eksematoid merupakan manifestasi spesifik kanker eksematoid (Penyakit Paget). Klinis tampak aerola, papilla mamme tererosi, berkrusta, sekret, deskuamasi, sangat mirip eksim.9
Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau multiple, pada awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga dapat menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan adalah sebagian sangat kecil pasien kanker payudara hanya tampil dengan limfodenopati aksilar tapi tidak teraba massa mamma, kami menyebutnya sebagai karsinoma mammae tipe tersembunyi.9
(6) Diagnosis
Anamnesis harus mencakup status haid, perkawinan, partus, laktasi, dan riwayat kelainan mammae sebelumnya, riwayat keluarga kanker, fungsi kelenjar tiroid, dan penyakit ginekologik. Dalam riwayat penyakit sekarang terutama harus perhatikan waktu timbulnya massa, dan kecepatan pertumbuhan, dan hubungan dengan haid.9
22 Pemeriksaan fisis harus menyeluruh (sesuai pemeriksaan rutin) dan pemeriksaan kelenjar mammae. Pada inspeksi, amati ukuran, simetri kedua mammae, perhatikan apakah ada benjolan tumor atau perubahan patologik kulit (misal cekungan, kemerahan, udem, erosi, nodul satelit). Perhatikan kedua papilla mammae apakah simetris, ada retraksi, distorsi, erosi dan kelainan lain. Pada palpasi, sebaiknya dilakukan dalam posisi baring, juga dapat kombinasi duduk dan baring. Waktu periksa rapatkan ke empat jari, gunakan ujung dan perut jari berlawanan arah jarum jam atau searah jarum jam palpasi lembut, dilarang meremas payudara. Kemudian dengan lebut pijat aerola mamme, papilla mammae, lihat apakah keluar sekret. Jika terdapat tumor, harus secara rinci periksa dan cata lokasi, ukuran, konsistensi, kondisi batas, permukaan, mobilitas, dan nyeri tekan dari massa itu.9
Ketika memeriksa apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta lengan pasien sisi lesi bertolak pinggang, agar musculus pektoralis mayor berkerut. Jika tumor dan kulit atau dasar melekat, mobilitas terkekang, kemungkinan kanker sangat besar. Jika terdapat sekret papilla mammae, harus buat sediaan apus untuk pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan kelenjar limfe regional paling baik posisi duduk. Ketika memeriksa aksilla kanan, dengan tangan kiri topang siku kanan pasien, dengan ujung jari kiri palpasi seluruh fossa aksilla secara berurutan. Waktu memeriksa fossa aksilla kiri sebaliknya. Akhirnya periksa kelenjar supraklavikular.9
Untuk mendukung pemeriksaan klinis, mamografi, ultrasonografi dan biopsi (FNAB, core biopsy dan open biopsy) dapat membantu deteksi kanker