UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS PENGARUH TINGKAT BUNGA SBI, KURS DOLLAR AS, PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI AS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(IHSG)
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
MUHAMMAD IKHSAN 070501071
EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
ABSTRACT
The purpose of the research is to analysis the stock of SBI rate, exchange
rate, the economic growth of Indonesia and the economic growth of AS to
IHSG. Data utilized is annual data time series that is period 1988-2009.
Research model used was multiple linear regression with Ordinary Least
Squares (OLS) method. Data processing was accomplished by Eviews 5.1.
program.
The research stated that, simultaneously there was a significant
correlation among SBI rate, exchange rate, the economic growth of Indonesia,
and the economic growth of AS to IHSG the F-hitung > F-tabel (5,924927 >
5,09). Partially there was no significant correlation among exchange rate and
the economic growth of Indonesia to IHSG, but there was a significant
correlation among SBI rate and the economic growth of AS to IHSG the
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh tingkat
bunga SBI, kurs, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pertumbuhan ekonomi
AS terhadap IHSG. Data yang digunakan adalah data time series tahunan yaitu
periode 1988-2009. Model penelitian yang digunakan adalah regresi linear
berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS). Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan program Eviews 5.1.
Penelitian ini menemukan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang
signifikan antara tingkat bunga SBI, kurs dollar AS, pertumbuhan ekonomi
Indonesia dan pertumbuhan ekonomi AS terhadap IHSG dimana hitung >
F-tabel (5,924927 > 5,09). Dan secara parsial tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara kurs dollar AS dan pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap
IHSG, tetapi terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat bunga SBI dan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas kasih dan
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
berjudul “Analisis Pengaruh tingkat bunga SBI, kurs Dollar, pertumbuhan
ekonomi Indonesia, dan pertumbuhan ekonomi AS Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)” ini. Dan juga shalawat penulis haturkan kepada
Nabi Besar Rasulullah Muhammad SAW, sang pembawa terang.
Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di
departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Tentunya dalam penulisan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis dengan terbuka
mengharapkan masukan dari berbagai pihak.
Terkhusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tuaku
tercinta, Ayahandaku H. Bahrim Batubara, dan Ibundaku Hj. Evita Harahap,
pusat kehidupanku, terima kasih yang tak terhingga atas semua kasih yang
dicurahkan kepada penulis.
Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
skripsi ini dan juga penyelesaian studi penulis, terutama kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, dan Bapak Irsyad Lubis,
Ph.D, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syarief Fauzi, MEc, dosen favorit saya, selaku dosen
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi
masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sahat Silaen, MSi, dan Bapak Walad Altsani, MEc selaku
dosen pembanding.
5. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan.
6. Kepada semua rekan-rekan seperjuanganku di fakultas, Wahyu, Eri,
Indra, Wira, Dedy, Sofyan, Azhar, Sherly, Dan juga kepada berbagai
pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas dukungannya selama ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.
Medan, Januari 2011
Hormat Penulis
M. IKHSAN
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Hipotesis ... 9
1.4. Tujuan Penelitian ... 10
1.5. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Saham ... 12
2.1.1. Pengertian saham ... 12
2.1.2. Jenis-jenis saham... 12
2.1.3. Teori Random Walk ... 13
2.2. IHSG ... 16
2.2.1. Pengertian IHSG ... 16
2.2.2. Metode penghitungan IHSG ... 16
2.2.3. Jenis-jenis IHSG di Bursa Efek Jakarta ... 17
2.3. SBI ... 20
2.3.1. Pengertian SBI ... 20
2.3.4. Karakteristik SBI... 22
2.4. Kurs (nilai tukar) ... 23
2.4.1. Pengertian kurs... 23
2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs ... 23
2.4.3. Cara-cara pengendalian kurs ... 25
2.4.4. Sistem nilai tukar ... 25
2.4.5. Teori Purchasing power parity ... 26
2.5. Pertumbuhan ekonomi ... 28
2.5.1. Pengertian pertumbuhan ekonomi ... 28
2.5.2. Sumber pertumbuhan ekonomi ... 28
2.5.3. Kebijakan pertumbuhan ekonomi ... 31
2.5.4. Teori pertumbuhan ekonomi ... 32
2.6. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 35
2.6.1. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 35
2.6.2. Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 37
2.6.3. Kebijakan pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 39
2.7. Pertumbuhan ekonomi AS ... 41
2.7.1. perkembangan pertumbuhan ekonomi AS ... 41
2.7.2. sumber pertumbuhan ekonomi AS ... 41
2.7.3. kebijakan pertumbuhan ekonomi AS ... 41
2.8. Penelitian Terdahulu ... 46
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 47
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 47
3.4. Pengolahan data ... 48
3.5. Model Analisis Data ... 49
3.6. Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 50
3.6.1. koefisien determinasi (R2) ... 50
3.6.2. uji F (overall test) ... 51
3.6.3. uji t (partial test) ... 53
3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 56
3.7.1. multicollinearity (kolinearitas ganda) ... 56
3.7.2. autocorrelation (serial correlation) ... 57
3.8. Defenisi Operasional ... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis deskriptif ... 60
4.1.1. Perkembangan IHSG ... 60
4.1.2. Perkembangan tingkat bunga SBI ... 63
4.1.3. Perkembangan kurs Dollar AS ... 65
4.1.4. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 67
4.1.5. Perkembangan pertumbuhan ekonomi AS ... 69
4.2. Hasil analisis data ... 71
4.2.1. Interpretasi data ... 71
4.2.2. Test of goodness of fit ... 73
1) koefisien determinasi (R2) ... 73
2) uji F (overall test) ... 74
3) uji t (partial test) ... 75
2) Autocorrelation (serial correlation) ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 82
5.2. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs ... 23
Tabel 2.2 rata-rata pertumbuhan ekonomi indonesia ... 37
Tabel 2.3 Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 38
Tabel 2.4 Sumber pertumbuhan ekonomi AS... 41
Tabel 4.1 Perkembangan IHSG ... 61
Tabel 4.2 Perkembangan tingkat bunga SBI ... 64
Tabel 4.3 Perkembangan Kurs Dollar AS ... 66
Tabel 4.4 Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia... 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kurva Uji F ... 53
Gambar 3.3 Kurva Uji t ... 55
Gambar 3.3 Distribusi Durbin-Watson ... 58
Gambar 4.1 Kurva Uji F ... Gambar 4.2 Kurva Uji t Variabel tingkat bunga SBI ... 65
Gambar 4.3 Kurva Uji t Variabel kurs Dollar AS ... 66
Gambar 4.4 Kurva Uji t Variabel Pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 66
Gambar 4.5 Kurva Uji t Variabel Pertumbuhan ekonomi AS ... 67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian ... 88
Lampiran 2 Analisis OLS ... 89
ABSTRACT
The purpose of the research is to analysis the stock of SBI rate, exchange
rate, the economic growth of Indonesia and the economic growth of AS to
IHSG. Data utilized is annual data time series that is period 1988-2009.
Research model used was multiple linear regression with Ordinary Least
Squares (OLS) method. Data processing was accomplished by Eviews 5.1.
program.
The research stated that, simultaneously there was a significant
correlation among SBI rate, exchange rate, the economic growth of Indonesia,
and the economic growth of AS to IHSG the F-hitung > F-tabel (5,924927 >
5,09). Partially there was no significant correlation among exchange rate and
the economic growth of Indonesia to IHSG, but there was a significant
correlation among SBI rate and the economic growth of AS to IHSG the
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh tingkat
bunga SBI, kurs, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pertumbuhan ekonomi
AS terhadap IHSG. Data yang digunakan adalah data time series tahunan yaitu
periode 1988-2009. Model penelitian yang digunakan adalah regresi linear
berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS). Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan program Eviews 5.1.
Penelitian ini menemukan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang
signifikan antara tingkat bunga SBI, kurs dollar AS, pertumbuhan ekonomi
Indonesia dan pertumbuhan ekonomi AS terhadap IHSG dimana hitung >
F-tabel (5,924927 > 5,09). Dan secara parsial tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara kurs dollar AS dan pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap
IHSG, tetapi terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat bunga SBI dan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia
karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana
jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan partisispasi masyarakat
dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.
Secara formal, menurut Suad Husnan, pasar modal dapat didefinisikan sebagai
pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang
dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta
(Adrian, 2009: 14). Sebagai sumber dana eksternal, pasar modal mempunyai
pengertian yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan, tetapi
kepentingannya untuk saling mengisi, yakni calon pemodal di satu pihak dan
emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau panjang di pihak lain, atau
dengan kata lain, pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan
permintaan dana jangka menengah atau panjang
Pasar modal yang sedang mengalami peningkatan (Bullish) atau
mengalami penurunan (Bearish) terlihat dari naik turunnya harga-harga saham
yang tercatat yang tercermin melalui suatu pergerakan indeks atau lebih dikenal
digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham (perusahaan/emiten)
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga saham ditentukan oleh adanya
penawaran dan permintaan atas saham tersebut. Apabila permintaan akan suatu
saham sangat tinggi, maka harga saham tersebut akan naik demikian pula
sebaliknya. Faktor utama yang mempengaruhi harga saham di pasar modal adalah
kesehatan perusahaan yang dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan.
Selain itu, dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading
indicator economic pada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh
ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global. Adanya
informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya akan
berpengaruh pada IHSG.
Salah satu teori mengenai harga saham di dalam siklus investasi
profesional yang berkelanjutan adalah teori random walk. Secara ringkas, teori ini
menunjukkan bahwa harga saham bergerak secara acak (random walk) yang
berarti bahwa fluktuasi harga saham tergantung pada informasi baru yang akan
diterima. Oleh karena itu investor ekuitas yang profesional cenderung
menghabiskan waktu mereka tenggelam dalam arus informasi yang bersifat
fundamental guna memperoleh keuntungan lebih dari pesaing pesaing mereka
(terutama investor profesional lainnya) dengan secara lebih cerdas menafsirkan
aliran informasi (berita) yang muncul tersebut.
Dalam sebulan terakhir ini, bursa efek kita mengalami booming yang
jangka pendek (hot money). Berdasarkan data bank Indonesia, pada triwulan III
2010, investor asing mencatat transaksi net beli rata-rata Rp 225 miliar per hari
atau naik signifikan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp.
60 miliar per hari. Membaiknya faktor fundamental ekonomi kita menjadi salah
satu faktor di balik derasnya aliran hot money. Namun pengaruh eksternal juga
turut mendorong situasi ini. Perlu diketahui kondisi perekonomian global saat ini
masih diliputi ketidakpastian. (Bisnis Indonesia, 2010).
Faktor-faktor fundamental ekonomi Indonesia seperti suku bunga sbi, nilai
tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi. Faktor eksternal berupa belum pulihnya
kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) yang dapat dilihat dari pertumbuhan
ekonominya. Berbagai faktor fundamental dan luar negeri tersebut dianggap dapat
berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya berpengaruh pada pergerakan
Indeks.
Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam dua tahun
yaitu tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan, diawal tahun 2005 suku
bunga SBI mencapai 7,42% , awal tahun 2006 mencapai 12,75% yang merupakan
nilai tertinggi selama dua tahun tersebut. Namun demikian di akhir tahun 2006
suku bunga SBI mengalami penurunan menjadi 9,75%. Semakin menurunnya
tingkat suku bunga SBI ini ada indikasi dipicu oleh tingginya aktivitas
perdagangan valuta asing dalam hal ini adalah dollar Amerika, sehingga ada
kecenderungan banyak investor yang lebih memilih menginvestasikan dananya
pada sektor perdagangan valuta asing. Nilai tukar atau kurs dollar Amerika
akhir tahun 2006 mengalami punurunan menjadi Rp. 9020 per dollar Amerika
meskipun mencapai nilai tertinggi di bulan Agustus 2005 yang mencapai
Rp.10240 per dollar Amerika (Statistik Bank Indonesia, 2007). Sertifikat Bank
Indonesia atau SBI pada prinsipnya adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah
yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan
utang berjangka waktu pendek. Melalui penggunaan SBI tersebut, Bank Indonesia
dapat secara tidak langsung mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan
cara mengumumkan Stop Out Rate (SOR). SOR adalah tingkat bunga dari peserta
pada lelang harian maupun lelang mingguan. Selanjutnya SOR tersebut akan
dapat dipakai sebagai indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang
pada umumnya (Dahlan, 1999). Suku bunga SBI berpengaruh terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi tidak searah (berbanding terbalik). Apabila
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) naik maka akan diikuti dengan
penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) begitu pula sebaliknya, apabila
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) turun maka akan diikuti dengan
kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Brata, 2009).
Nilai tukar rupiah juga menguat menuju zona Rp.8.000-an. Jika tidak ada
intervensi Bank Indonesia, sangat mungkin US$ berada di posisi Rp. 8.500 bulan
ini (Bisnis Indonesia, 2010). Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur
lain yang digunakan dalam menilai kekuatan suatu perekonomian. Kurs
menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu
unit valuta asing tertentu. Kurs valuta asing dapat dipandang sebagai harga dari
asing adalah neraca perdagangan nasional. Neraca perdagangan nasional yang
mengalami defisit cenderung untuk menaikkan nilai valuta asing. Dan sebaliknya,
apabila neraca pembayaran kuat (surplus dalam neraca keseluruhan) dan cadangan
valuta asing yang dimiliki negara terus menerus bertambah jumlahnya, nilai valuta
asing akan bertambah murah. Maka perubahan-perubahan kurs valuta asing dapat
dipergunakan sebagai salah satu ukuran untuk menilai kestabilan dan
perkembangan suatu perekonomian. Melemahnya kurs akan berakibat
mengalirnya dana ke pasar valuta asing yang dapat bersumber dari pasar uang
maupun pasar modal, pengalihan dana dari pasar uang akan mengakibatkan
likuiditas rupiah ketat sehingga suku bunga meningkat yang mengakibatkan
penurunan harga saham pada pasar modal karena aksi jual.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melewati batas psikologis 6% dan
diprediksi lebih tinggi lagi tahun depan. Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh
sektor konsumsi, ekspor dan investasi. (Bisnis Indonesia, 2010). Pertumbuhan
investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara
tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik
pula tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat kemakmuran yang lebih tinggi
ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat.
Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak
orang yang memiliki kelebihan dana, kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan
untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk
International Monetary Funds (IMF) merevisi prediksi mereka atas
ekonomi Amerika Serikat (AS) tahun ini dan tahun depan. Hal ini diperkirakan
menurut pasar kerja yang tidak berubah. Angka-angka prediksi pertumbuhan
ekonomi AS ini telah menurun dari prakiraan IMF 3 bulan yang lalu. Dalam
menurunkan prediksi, IMF mengacu pada kurangnya perbaikan dalam situasi
ketenagakerjaan dan pasar perumahan yang stagnan di Amerika Serikat. Dalam
prediksi terbaru, IMF juga melihat turunnya pertumbuhan ekonomi AS dari
perkiraan 3,3 persen pada Juli menjadi 2,6 persen tahun ini. Untuk tahun
berikutnya, tingkat pertumbuhan ekonomi AS direvisi dari 2,9 persen menjadi 2,3
persen, turun sebesar 0,6 poin persentase (www.Liputan 6.com). Menurut Budi
Ruseno, investor asing kemungkinan masih bertahan cukup lama di Indonesia,
setidaknya sampai ekonomi AS benar-benar pulih. "Investor asing masih nyaman
berinvestasi di emerging market, khususnya Indonesia. Penarikan dana
kemungkinan baru terjadi setelah ekonomi AS pulih," tuturnya. Dia mengakui,
ekonomi AS belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan.
Bahkan, para investor global mulai meragukan kesinambungan pemulihan
ekonomi AS.
Dalam sistem keuangan, pasar uang (money market) dan pasar modal
(capital market) merupakan bagian dari pasar keuangan (financial markets). Pasar
uang dan pasar modal sering diartikan sama, padahal kedua jenis pasar tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda. Pasar uang adalah pasar yang menyediakan
surat-surat berharga yang berjangka panjang dengan dana yang diperjualbelikan
bersifat permanen atau semi permanen. Persamaan kedua pasar tersebut adalah
kedua pasar merupakan sarana bagi investor dalam melakukan investasi
disamping sebagai sarana mobilisasi dana bagi pihak yang membutuhkan dana.
Dengan kata lain pasar uang dan pasar modal merupakan sarana investasi dan
mobilisasi dana. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang
terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa
efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang
mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung
maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi bursa efek antara lain adalah
menjaga komunitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui
mekanisme permintaan dan penawaran.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pananda pasaribu, Wilson L.R.
Tobing, dan Adler Haymans Manurung tentang pengarruh variabel makro
ekonomi terhadap IHSG telah ditemukan bahwa sebagian besar faktor domestik
tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Indikator ekonomi domestik
seperti: Inflasi, SBI, dan kurs tengah. Sedangkan faktor asing dan informasi
mengenai aliran modal mempunyai pengaruh yang cukup signifikan atas
pergerakan IHSG. Indeks regional yang diproksi oleh Indeks Hang Seng
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan atas pergerakan IHSG.
Selanjutnya Moh. Mansur yang meneliti sejauhmana pengaruh yang
diberikan oleh tingkat suku bunga SBI dan kurs dolar AS terhadap IHSG di Bursa
SBI dan kurs dolar AS memberikan pengaruh yang signifikan. Tetapi secara
individual menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga SBI dalam periode tahun
2000 sampai 2002 ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan di BEJ. Pengaruh yang signifikan diberikan oleh
kurs dolar AS dan besarnya pengaruh kurs dolar AS tehadap IHSG Bursa Efek
Jakarta sebesar 51, 55 % dengan arah pengaruh negatif. Artinya apabila rupiah
terdepresiasi terhadap dolar AS maka IHSG cenderung akan melemah dan begitu
juga sebaliknya, apabila rupiah terapresiasi terhadap dolar AS maka IHSG akan
mengalami penguatan.
Berdasarkan uraian di atas dan hasil penelitian terdahulu dimana masih
menunjukkan hasil yang kontradiktif, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih
lanjut mengenai variabel makroekonomi apakah yang sebenarnya berpengaruh
terhadap IHSG dari perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta. Oleh karena
itu, dalam skripsi peneliti mengambil judu l “ANALISIS PENGARUH
TINGKAT SUKU BUNGA SBI, KURS DOLLAR AS, PERTUMBUHAN
EKONOMI INDONESIA, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI AS
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut diatas, maka
penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2. Bagaimana pengaruh kurs dollar AS terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi AS terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
1.3. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada
dimana kebenarannya masih perlu dikaji dan diteliti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penulis membuat hipotesis sebagai
berikut:
1. Tingkat bunga SBI berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
2. Kurs dollar AS berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
3. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berpengaruh positif terhadap Indeks
4. Pertumbuhan ekonomi AS berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan.
1.4. Tujuan penulisan
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2. Untuk mengetahui pengaruh kurs terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG).
3. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi indonesia terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
4. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi AS terhadap Indeks
1.5. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian :
1. Sebagai informasi bagi peminat masalah keuangan dan pasar modal
tentang efek fluktuasi tingkat suku bunga SBI, kurs dollar AS,
pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan pertumbuhan ekonomi AS terhadap
IHSG.
2. Untuk menambah wawasan penulis dalam bidang penelitian masalah
keuangan dan pasar modal sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang
penulis peroleh dari perkuliahan.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengadakan
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1. SAHAM
2.1.1. Pengertian saham
Merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan. Artinya si pemilik
saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya,
maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan tersebut (Kasmir,
2002:209). Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari kepemilikan saham :
1. Deviden yaitu bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada
pemilik saham.
2. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih antara harga
jual dengan harga beli.
3. Manfaat non finansial antara lain berupa kosekuensi atas kepemilikan
saham berupa kekuasaan, kebanggaan dan khususnya hak suara dalam
menentukan jalannya perusahaan
2.1.2. Jenis-jenis saham
jenis – jenis saham dapat ditinjau dalam beberapa segi antara lain sebagai
a. Dari segi cara peralihan
- Saham atas unjuk (bearer stocks)
Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau nama
pemiliknya tidak tertulis dalam saham tersebut. Saham jenis ini
dialihkan atau dijual kepada pihak lainnya.
- Saham atas nama (registered stocks)
Merupakan saham yang nama pemiliknya tertulis dalam saham
tersebut, dan untuk dialihkan kepada pihak lain diperlukan
syarat dan prosedur tertentu.
b. Dari segi hak tagih
- Saham biasa (common stocks)
Bagi pemilk saham ini, hak untuk memperoleh deviden akan
didahulukan lebih dulu kepada pemilik saham preferen. Begitu
pula dengan hak terhadap harta apabila perusahaan dilikuidasi.
- Saham preferen (prefered stocks) Merupakan saham yang
memperoleh hak utama dalam pembagian deviden, begitu juga
atas harta pada saat perusahaan dilikuidasi
2.1.3. Teori Random Walk
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maurice Kendall pada tahun 1953
menyatakan bahwa pola harga saham tidak dapat diprediksi (unpredictable)
karena bergerak secara acak (random walk). Harga saham bergerak secara acak
berarti bahwa fluktuasi harga saham tergantung pada informasi baru yang akan
sehingga informasi baru dan harga saham itu disebut unpredictable. Apakah
informasi tersebut bersifat kabar buruk atau kabar baik juga tidak diketahui.
Harga saham di pasar saham merupakan harga konsensus diantara para
investor, dan harga suatu saham dapat terjadi beberapa kali dalam satu hari
dengan rentang lebar antara harga pasar terendah dan harga pasar tertinggi.
Tingkat efisiensi pasar
Professor Eugene Fama membagi efisiensi pasar dalam tiga tingkatan yaitu:
1. The weak efficient market hypothesis
2. The semistrong efficient market hypothesis
3. The strong efficient market hypothesis
The weak efficient market hypothesis
Efisiensi pasar dikatakan lemah karena dalam proses pengambilan
keputusan jual-beli saham investor menggunakan data harga dan volume masa
lalu. Berdasarkan harga dan volume masa lalu itu berbagai model analisis teknis
digunakan untuk menentukan arah harga apakah akan naik atau akan turun.
Apabila arah harga saham akan naik, maka diputuskan untuk membeli. Apabila
arah harga saham akan turun, diputuskan untuk menjual. Analisis teknis
mengasumsikan bahwa harga saham selalu berulang kembali, yaitu setelah naik
dalam beberapa hari, pasti akan turun dalam beberapa hari berikutnya, kemudian
The semistrong efficient market hypothesis
Efisiensi pasar dikatakan setengah kuat karena dalam proses pengambilan
keputusan jual-beli saham investor menggunakan data harga masa lalu, volume
masa lalu dan semua informasi yang dipublikasikan seperti laporan keuangan,
laporan tahunan, pengumuman bursa, informasi keuangan internasional, peraturan
perundangan pemerintah, peristiwa politik, peristiwa hokum, peristiwa social, dan
lain sebagainya yang dpat mempengaruhi perekonomian nasional. Ini berarti
investor menggunakan gabungan antara analisis teknis dengan analisis
fundamental dalam proses menghitung nilai saham, yang akan dijadikan sebagai
pedomandalam tawaaran harga beli dan tawaran harga jual.
The strong efficient market hypothesis
Efisiensi pasar dikatakan kuat karena investor menggunakan data yang
lebih lengkap yaitu harga masa lalu, volume masa lalu, informasi yang
dipublikasikan, dan informasi privat yang tidak dipublikasikan secara umum.
Contoh informasi privat adalah hasil riset yang diterbitkan sendiri oleh unit kerja
riset yang ada dalam perusahaan atau dibeli dari lembaga riset lainnya.
Contoh variabel yang mempengaruhi harga saham dalah sebagai berikut:
a. Pengumuman pembagian deviden tunai
b. Pengumuman split
c. Pengumuman right issue
e. Pengumuman waran
f. Rencana merger atau akuisisi
g. Rencana transaksi benturan kepentingan
h. Perubahan variabel makro dan mikro
i. Peristiwa politik internasional
j. Pergerakan indeks DJIA, Nikkei 225, hanseng
k. Perubahan politik nasional
2.2. IHSG
2.2.1. Pengertian IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indeks gabungan dari seluruh
jenis saham yang tercatat di bursa efek. IHSG berubah setiap hari karena
perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari dan adanya saham tambahan
2.2.2. Metode penghitungan IHSG
Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah nilai pasar dari total saham yang tercatat
pada tanggal 10 agustus 1982. Jumlah nilai pasar adalah total perkalian setiap
saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam proses
Formula perhitungan adalah sebagai berikut :
Perhitungan indeks dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan
setiap harinya.
2.2.3. Jenis-jenis Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta
1. Indeks Harga Saham Gabungan
Pada tanggal 1 april 1983, IHSG diperkenalkan untuk pertama kalinya
sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ. Indeks ini mencakup
pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di
BEJ. Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah 10 agustus 1982. Pada
tanggal tersebut, indeks ditetapkan denga nilai dasar 100 dan saham
tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham
2. Indeks Sektoral
Indeks sektoral merupakan bagian dari IHSG. Semua perusahaan yang
tercatat di BEJ diklasifikasikan ke dalam 9 sektor yang didasarkan pada
klasifikasi industri. Kesembilan sektor tersebut adalah :
a. Sektor Utama ( industri yang menghasilkan bahan-bahan baku )
Sektor 1, pertanian
Sektor 2, pertambangan
b. Sektor Kedua ( industri pengolahan atau manufaktur )
Sektor 3, industri dasar dan kimia
Sektor 5, industri barang konsumsi
c. Sektor ketiga ( jasa )
Sektor 6, property dan real estat
Sektor 7, transportasi dan infrastruktur
Sektor 8, keuangan
Sektor 9, perdagangan, jasa, dan investasi
Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 januari 1996 dengan nilai
dasar 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar 25 desember
1995.
3. Indeks LQ 45
Indeks ini terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa
kriteria. Indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas
yang tinggi dan juga mempunyai nilai kapitalisasi pasar yang relative
besar.
a. Kriteria pemilihan saham indeks LQ 45
Untuk masuk dalam pemilihan tersebut, sebuah saham harus
memenuhi kriteria tertentu dan lolos dari seleksi utama sebagai
berikut:
• Masuk dalam top 60 dari total transaksi saham di pasar
reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir)
• Masuk dalam ranking yang didasarkan pada nilai
• Telah tercatat di BEJ sekurang- kurangnya 3 bulan
• Kondisi keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan
perusahaan, frekuensi dan jumlah transaksi di pasar reguler.
b. Hari dasar indeks LQ 45 dan awal perhitungan
Indeks LQ 45 dihitung mundur hingga tanggal 13 juli 1994 sebagai
hari dasar, dengan nilai dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan
data pasar juli 1993-juni 1994. Hasilnya, ke 45 saham tersebut
meliputi 72% total market kapitalisasi pasar dan 72.5% nilai
transaksi di pasar reguler.
4. Jakarta Islamic Indeks (JII)
Dalam rangka mengakomodir investor yang tertarik berinvestasi, BEJ dan
Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan sebuah indeks
yang didasarkan pada syariah islam, dikenal dengan nama Jakarta Islamic
Indeks (JII).
JII diluncurkan pada tangga 3 juli 2000. JII dihitung mundur hingga
tanggal 1995 sebagai hari dasar dengan nilai dasar 100. JII terdiri dari 30
saham yang sesuai dengan syariah islam. Dewan Pengawas Syariah PT
DIM terlibat dalam menetapkan kriteria saham-saham yang masuk dalam
JII.
5. Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan
Pada tanggal 13 juli 2000, BEJ meluncurkan peraturan baru di bidang
pencatatan: sistem pencatatan 2 papan. Sistem ini diimplementasikan
kepercayaan publik kepada bursa melalui penyusunan pengelolaan
perusahaan yang baik. Pencatatan 2 papan tersebut yang diklasifikasikan
dengan papan utama dan papan pengembangan menggolongkan indeks
menjadi indeks papan utama dan indeks papan pengembangan. Indeks
baru ini diluncurkan pada BEJ tanggal 8 april 2002.
Klasifikasi papan pencatatan terdiri dari:
a) Papan Utama untuk perusahaan besar dengan track record yang
baik.
b) Papan Pengembangan, untuk mengakomodasi
perusahaan-perusahaan yang belum bisa memenuhi persyaratan papan utama,
tetapi masuk pada kategori perusahaan berprospek.
2.3. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah
satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu
pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah.
Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang
terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto,
Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI
dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank
2.3.1 Pengertian Sertifikat Bank Indonesia
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan
Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang
selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu
pendek. Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan instrumen SBI, yaitu:
a. SBI lelang yaitu SBI yang dijual secara lelang kepada bank dan atau
pialang, yang didasarkan atas target kuantitas dalam rangka pelaksanaan
kebijakan pengendalian moneter.
b. SBI repo (repurchase agreement) adalah SBI yang dibeli kembali oleh
Bank Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas bank
dengan perjanjian bank akan membeli kembali sesuai jangka waktu repo
yang diperjanjikan.
2.3.2. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia
Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah.
Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di
BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan
dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.
2.3.3. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia
Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral,
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998
Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari
2004 tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System.
2.3.4. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia
SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id):
1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan
untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.
2. Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp
100 miliar.
3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya
dengan kelipatan Rp 50 juta.
4. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni
(true discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini:
Nilai Nominal x 360
Nilai Tunai = ---
360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)]
5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka.
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai
6. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15
%.
7. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless).
2.4. KURS
2.4.1. Pengertian Kurs
Kurs adalah perbandingan nilai/harga antara mata uang suatu Negara dengan mata
uang Negara lain. kurs dapat mengalami perubahan apakah menguat
(appreciation) atau melemah (depreciation). Appreciation berarti kenaikan nilai
kurs domestic money suatu Negara dihadapkan dengan domestic money negara
lain. Sedangkan depreciation berarti penurunan nilai kurs domestic money suatu
Negara dihadapkan dengan domestic money negara lain
[image:37.595.108.516.474.729.2]2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs
Tabel 2.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs
Faktor yang
mempengaruhi
Perubahan yang terjadi Perubahan kurs
Cita rasa masyarakat Cita rasa terhadap produk domestik
naik. Permintaan terhadap valuta
asing turun.
Cita rasa terhadap produk luar negeri
naik, impor naik. Permintaan
terhadap valuta asing bertambah
Kurs turun
Harga barang ekspor
dan impor
Harga produk domestik murah,
ekspor naik. Supply valuta asing
bertambah
Harga produk domestik mahal,
ekspor turun, supply valuta asing
berkurang
Harga barang impor turun,
permintaan valuta asing bertambah
Harga barang impor naik, permintaan
valuta asing berkurang
Kurs turun
Kurs naik
Kurs naik
Kurs turun
Terjadinya inflasi Inflasi menyebabkan harga produk
dalam negeri naik, impor meningkat,
permintaan valuta asing bertambah.
Inflasi menyebabkan harga produk
domestik naik, ekspor turun,
permintaan valuta asing bertambah
Kurs naik
Kurs naik
Suku bunga dan tingkat
pengembalian investasi
Suku bunga dan tingkat
pengembalian investasi tinggi, aliran
modal ke dalam negeri meningkat.
Permintaan terhadap mata uang
domestik naik
Suku bunga dan tingkat
pengembalian investasi rendah ,
aliran modal ke luar negeri
meningkat. Permintaan terhadap
valuta asing naik
Kurs turun
2.4.3. Cara-cara pengendalian kurs
Cara-cara untuk mengendalikan kurs (Lia Amalia, 2007:81) antara lain :
1. Sistem standar emas
Dalam sistem standar emas bergerak diantara titik-titik emas.
2. Sistem peningkatan kepada valuta asing
Pemerintah mempunyai cadangan valuta asing lalu ikut beroperasi dalam
pasar uang.
3. Sistem kurs yang dikendalikan
Pemerintah dapat menentukan dan merubah kurs valutanya terhadap valuta
asing menurut keperluan yang ditargetkan.
2.4.4. Sistem penyesuaian kurs
Sistem ini disebut juga sebagai sistem kurs mengambang, bahwa perubahan
nilai/kurs terjadi disebabkan oleh kekuatan permintaan disatu sisi dan kekuatan
penawaran disisi lain, berarti semata-mata kurs ditentukan oleh kedua pelaku
pasar, eksportir dan importir, sehingga sistem kurs ini disebut juga sebagai kurs
pasar atau kurs bebas.
b. Fixed Exchange Rate System
Suatu sistem sebagai upaya mempertahankan kurs valuta asing yang tetap pada
tingkat tertentu, dan mengharapkan elemen-elemen intern lainnya dalam sistem
tersebut dapat menjamin perekonomian berada dalam keseimbangan internasional.
Sistem mempertahankan nilai kurs ini dilakukan oleh pihak eksekutif atau
pemerintah. Adapun yang dimaksud dengan elemen intern mencakup stabilitas
ekonomi, dimana sistem ekonomi berlangsung dengan baik (moneter, fiscal, non
fiscal, dan non moneter)
c. Exchange Control System
Suatu kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk melakukan diskriminasi
terhadap valuta asing. Dan barang dalam rangka pengawasan devisa. Dalam
sistem ini pemerintah praktis memonopoli keseluruhan transaksi yang berkaitan
dengan valuta asing yang bertujuan untuk mencegah aliran masuk modal keluar
dan melindungi pengaruh depresi dari Negara lain untuk mengatasi keterbatasan
2.4.5. Teori Purchasing Power Parity
Teori ini diketengahkan oleh pakar ekonomi dari swedia, bernama Gustav
Cassel. Dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata
uang lain ditentukan oleh daya beli uang tersebut terhadap komoditi
(barang&jasa) pada masing-masing Negara.
Terdapat dua versi dalam teori Purchasing Power Parity (Lia Amalia, 2007), yaitu:
1. Teori purchasing power parity interpretasi absolut
Teori ini pada dasarnya bahwa perbandingan nilai satu mata uang dengan
mata uang Negara lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga pada
masing-masing Negara. Sebagi contoh, harga satu stel blue jean di AS adalah US $
50, dan di Indonesia sebesar Rp. 500.000, maka kurs antara US $ dengan
rupiah adalah US $ 1 = Rp. 10.000. jadi, kurs tersebut didasarkan pada
perbandingan purchasing power parity sebagai berikut :
= 10.000
2. Teori purchasing power parity arti relative
Maksudnya adalah bahwa PPP kurs yang perhitungannya didasarkan pada
perubahan harga. Untuk contoh yang sama seperti tersebut diatas. Bila
mengalami perubahan juga. Misalnya kalau di AS harga satu stel jeans
hanya naik 2 kali, sementara di Indonesia harga satu stel blue jeans adalah
3 kali, maka kursnya akan menjadi:
= Rp.500.000
Jadi kurs dolar dengan rupiah pada kasus ini adalah US $ 1 = Rp. 5.000
2.5. PERTUMBUHAN EKONOMI
2.5.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah
pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam
jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa
sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu
diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya.
Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan
produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih
2.5.2. Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh ketersediaan faktor-faktor
prouksi dalam suatu negara. Konsep-konsep dasar ekonomi mikro dalam teori
produksi dapat dijadikan landasan untuk melihat faktor-faktor penentu dalam
pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan konsep mikro dalam teori produksi, jumlah output sangat
ditentukan oleh input-input yang terlibat dalam proses produksi. Input adalah
faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi. Secara umum faktor produksi
tersebut dapat berupa sumber daya alam, barang modal, tenaga kerja, dan keahlian
konsep mikro tersebut dapat dikembangkan dalam analisis pertumbuhan ekonomi.
Adapun faktor yang menunjang pertumbuhan ekonomi tersebut antara lain,
sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, teknologi dan
inovasi.
1. Sumber daya alam
Kekayaan alam suatu Negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan
iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan, hasil laut, serta jumlah dan hasil
kekayaan tambang. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk
mengembangkan perekkonomian suatu Negara, terutama pada masa-masa
permulaan proses pertumbuhan ekonomi. Di setiap Negara berkembang peranan
barang-barang pertanian dan industri pertambangan minyak yang diekspor,
menjadi penggerak utama bagi permulaan pertumbuhan ekonomi terutama di
2. Sumber daya manusia
Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan
angkatan kerja. Banyak ekonom menyakini bahwa kualitas input tenaga kerja
yaitu ketrampilan, pengetahuan, dan disiplin adalah satu-satunya unsur penting
dari pertumbuhan ekonomi. Perkembangan teknologi dalam kegiatan
perekonomian sangat menuntut ketersediaan tenaga kerja yang terlatih dan
terampil.
3. Sumber daya modal
Sumber daya modal ada yang disebut barang modal, dan ada pula yang
disebut modal uang. Barang-barang modal penting peranannya dalam
meningkatkan pertumbuhan di bidang ekonomi. Negara-negara yang tumbuh
pesat cenderung melakukan investasi sangat besar dalam pembentukan barang
modal baru. Upaya investasi bertujuan untuk meningkatkan social overhead
capital seperti membangun jalan, irigasi, sarana, dan prasarana lainnya. Hal itu
merupakan suatu bukti yang sangat dibutuhkan untuk mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan uang juga merupakan modal yang sangat
menentukan dan berkontribusi langsung dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab
itu, makin banyak uang yang digunakan dalam proses produksi, makin besar
output yang dihasilkan.
Kemajuan ekonomi yang berlaku di berbagai Negara secara umum
ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan
beberapa efek positif dalam pertumbuhan ekonomi. Efek yang utama adalah:
a. Dapat mempertinggi efisiensi dalam kegiatan produksi
b. Menimbulkan penemuan barang-barang baru yang belum pernah diprodusi
sebelumnya
c. Meninggikan mutu barang yng diproduksi tanpa meningkatkan harga.
2.5.3. Kebijakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi
Menurut sadono sukirno (2004) kebijakan-kebijakan yang selalu
dijalankan untuk mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah
sebagai berikut:
1. Kebijakan diversifikasi pertumbuhan ekonomi yaitu suatu kebijakan dalam
modernisasi kegiatan-kegiatan ekonomi yang ada atau melakukan
transformasi kegiatan ekonomi yang bersifat tradisional kepada kegiatan
yang modern
2. Mengembangkan infrastruktur. Modernisasi ekonomi memerlukan
infrastruktur yang modern pula. Hal ini dikarenakan kegiatan ekonomi
akan berkembang dengan baik apabila didukung oleh infrastruktur yang
tersedia dengan kondisi yang baik
3. Meningkatkan taraf pendidikan masyarakat. Peningkatan taraf pendidikan
banyak tenaga kerja yang berkualitas akan semakin cepat terjadinya
pertumbuhan ekonomi
4. Mengembangkan institusi yang mendorong pembangunan. Pembangunan
ekonomi harus secara terus menerus diikuti dengan perkembangan institusi
yang dapat memberikan dorongan pada perkembangan berbagai kegiatan
ekonomi
5. Merumuskan dan melaksanakan perencanaan ekonomi. Melalui
perencanaan pembangunan berbagai kegiatan dapat diselaraskan dan arah
pembangunan ekonomi jangka panjang dapat ditentukan. Setiap
perencanaan ekonomi perlu menentukan tujuan pertumbuhan ekonomi
yang ingin dicapai dan menemukan strategi dalam melaksanakan
perencanaan ekonomi yang telah dirumuskan
2.5.4. Teori pertumbuhan ekonomi
Teori Adam Smith
Adam Smith memaparkan tentang pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi dengan memandang kepada:
a. Adanya hukum alam. Ia sangat percaya dengan prinsip bahwa hanya
individu sendirilah yang tahu akan kebutuhannya, tidak orang lain apalagi
pemerintah. Ia beranggapan bahwa adanya kekuatan yang tidak kentara
b. Peningkatan daya produktivitas tenaga kerja berhubungan dengan:
• Meningkatnya keterampilan pekerja
• Penghematan waktu dalam memproduksi barang
• Penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga
c. Proses akumulasi modal. Menurutnya, proses akumulasi modal meningkat
seiring dengan meningkatnya tabungan, dan dari tabunganlah asalnya
investasi. Dengan demikian bila pendapatan naik sementara konsumsi
relative tetap maka tabungan akan semakin tinggi dan berdampak pada
penyediaan modal yang semakin banyak untuk investasi.
d. Tingkat keuntungan akan semakin menurun manakala tingkat persaingan
semakin tinggi. Padahal persaingan berasal dari kemampuan investasi
yang memajukan perekonomian
e. Petani, pengusaha dan produsen adalah agen pertumbuhan dalam
perekonomian. Bila pertanian meningkat maka usaha industry dan
perniagaan semakin meningkat dan tentu saja akan memberikan dampak
yang bagus bagi perekonomian karena adanya rantai kebutuhan dan
kepentingan.
f. Proses pertumbuhan bersifat menggumpal (mengakumulatif), setiap
peningkatan di bidang pertanian maka akan ada peningkatan di bidang
industry dan perniagaan dan seterusnya sampai terjadi kelangkaan
sumberdaya sehingga perekonomian mengalami kondisi stasioner.
Malthus dan Ricardo mengamati pertumbuhan penduduk tehadap
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dari hasil pengamatan tersebut didapat
kesimpulan sebagai berikut:
• Bila rasio antara jumlah penduduk lebih kecil daripada jumlah faktor
produksi lainnya, ini akan menimbulkan pertambahan penduduk,
pertambahan tenaga kerja, dan sekaligus akan dapat meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat
• Bila jumlah penduduk/tenaga kerja berlebihan dibandingkan dengan faktor
produksi yang lain, pertambahan penduduk akan menurunkan produk per
kapita. Selain itu juga akan menurunkan taraf kemakmuran masyarakat.
• Bila jumlah penduduk selalu bertambah tanpa diikuti oleh pertambahan
faktor lain, maka kemakmuran masyarakat akan mundur sampai tingkat
subsisten, bahkan mungkin bisa dibawah tingkat subsisten
Teori Robert M. Solow
Robert Solow menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
• Pertumbuhan produk nasional ditentukan oleh pertumbuhan dua jenis
input yaitu pertumbuhan modal dan pertumbuhan tenaga kerja. Perhatian
terhadap 2 input tersebut sangat besar karena proses pertumbuhan ekonoi
memerlukan:
b) Adanya kenaikan tingkat upah yang dibayarkan kepada para pekerja
pada saat intensifikasi modal terjadi. Sehingga masyarakat
mempunyai daya beli tinggi, konsumsi meningkat. Hal ini akan
mendorong pertumbuhan produk
• Disamping faktor tenaga kerja dan modal, hal sangat penting untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah fktor perkembangan
teknologi
Teori Keynes
Keynes menyatakan bahwa dalam jangka pendek output nasional dan
kesempatan kerja terutama ditentukan oleh permintaan agregat. Kaum keynesia
yakin bahwa kebijakan moneter maupun kebijakan fiscal harus digunakan untuk
mengatasi pengangguran dan menurunkan laju inflasi. Konsep-konsep Keynesian
menunjukkan bahwa peranan pemerintah sangat besar dalam menciptakan
pertumbuhan ekonomi. Perekonomian pasar sepertinya sulit untuk menjamin
ketersediaan barang yang dibutuhkan oelh masyarakat dan bahkan sering
menimbulkan instability, inequity dan inefisiensi. Bila perekonomian sering
diihadapkan pada ketidakstabilan, ketidakmerataan, dan ketidakefisienan jelas akn
2.6. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
2.6.1. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia
Perkembangan ekonomi Indonesia sejak Pemerintahan Orde Baru di tahun 1966
ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang berfluktuasi. Pada masa awal
pembangunan ekonomi pada periode 1996-1970, rata-rata pertumbuhan ekonomi
mencapai 5,89 % per tahun. Selanjutnya, pada dekade 1971 – 1980 rata-rata
pertumbuhan ekonomi meningkat pesat menjadi 7,44 %. Kenaikan ini tidak
terlepas dari keberhasilan Pemerintah dalam mendorong ekspor minyak yang
dibarengi oleh kenaikan harga minyak dunia. Namun, sejalan dengan mulai
menurunnya harga minyak dunia pada dekade 1981-1990, ekonomi Indonesia
kembali mencatat pertumbuhan yang lebih rendah. Selama periode ini, Pemerintah
mulai mengubah kebijakannya dengan sasaran utama mendorong ekspor
migas dan pengerahan tabungan masyarakat. Untuk meningkatkan ekspor
non-migas, Pemerintah mendorong sektor swasta untuk berperan lebih besar dalam
pembangunan ekonomi. Sementara upaya pengerahan dana masyarakat dilakukan
melalui pengembangan pasar keuangan. Hal itu ditandai oleh kebijakan deregulasi
perbankan dan pasar modal yang diikuti oleh liberalisasi capital inflows.
Sementara, di sisi sektor riil, Pemerintah mulai membuka pasar domestic melalui
penurunan tarif, pengurangan Daftar
hingga mencatat angka 7,83 % selama 1991-1996. Namun, selama masa ini juga
ditandai oleh akumulasi utang luar negeri yang terus membengkak dan kondisi
perbankan yang fragile
hingga berujung
pada krisis ekonomi di
tahun 1997- 1998.
Setelah krisis
ekonomi, ekonomi
Indonesia kembali
mengalami perlambatan
pertumbuhan.
Tabel 2.2
Rata-rata pertumbuhan ekonomi indonesia
2.6.2. Sumber-sumber
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Dilihat dari sisi penggunaannya, pada masa awal pembangunan ekonomi sebelum
tahun 1970, pertumbuhan ekonomi lebih banyak didorong oleh konsumsi
masyarakat yang memberikan kontribusi hingga 80 % GDP. Namun, sejalan
dengan tingginya harga minyak pada dekade 1971 - 1980, sektor minyak menjadi
satu-satunya sumber pertumbuhan. Ekspor minyak memberikan kontribusi lebih
dari 70 % total ekspor Indonesia, sementara komoditi manufaktur belum
memberikan kontribusi yang berarti. Ekspor non migas sebagian besar
disumbangkan oleh komoditi primer. Hasil dari ekspor minyak sebagian besar
mengalir ke penerimaan Pemerintah untuk membiayai kegiatan konsumsi dan
investasi Pemerintah. Selama periode ini, peran konsumsi masyarakat sedikit
demi sedikit terdesak oleh sektor Pemerintah yang snagat dominan. Sementara,
investasi swasta belum memberikan kontribusi yang berarti. Memasuki dekade
1981-1990, kegiatan investasi swasta mulai berkembang pesat. Hal ini ditandai
oleh kenaikan impor yang tinggi, utamanya impor barang modal, yang dibarengi
1966-1970 5,89
1971-1980 7,44
1981-1990 5,51
1991-1996 7,83
kecenderungan yang terus menurun hingga mencapai level dibawah 5 % PDB.
Selama periode ini, peran swasta tumbuh dengan pesat, terutama dengan
munculnya gejala konglomerasi di berbagai sektor, sebaliknya peran Pemerintah
semakin menurun. Setelah krisis ekonomi, kegiatan investasi swasta sedikit demi
sedikit mulai tumbuh kembali, sementara Pemerintah menghadapi beban yang
[image:53.595.110.515.358.593.2]berat akibat krisis.
Tabel 2.3
Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi indonesia
No Penggunaan 1970 1980 1990 2000 2005
1 C 79.47 54.05 53.86 70.90 59.66
2 I 12.16 18.78 31.35 18.32 25.30
3 G 8.62 10.21 9.8 7.23 7.80
4 (X-M) -0.25 16.95 4.99 3.54 7.24
Total 100 100 100 100 100
2.6.3. Kebijakan Mempertahankan Pertumbuhan Ekonomi
a. Pengendalian inflasi
Pemerintah dalam mengendalikan perekonomian makro bnerusaha sedapat
Pengendalian ini dimaksudkan untuk mengendalikan perekonomian berjalan pada
roda yang direncanakan
b. Hati-hati mengelola neraca pembayaran
Neraca pembayaran merupakan penghasilan atau pemasukan valuta asing (ekspor,
PMA, bantuan asing) dikurangi impor, pembayaran bunga, dan cicilan hutang,
serta pembayaran jasa ke luar negeri. Dengan menerapkan kebijaksanaan yang
hati-hati dalam mengelola neraca pembayaran, berarti seluruh komponen yang
terkait dalam neraca pembayaran itu sendiri akan diawasi oleh pemerintah secara
ketat.
c. Meningkatkan daya saing ekonomi
Untuk dapat meningkatkan ekspor non-migas di pasar internasional, peningkatan
daya saing ekonomi nasional tentu akan sangat mendukung. Tanpa peningkatan
daya saing ekonomi di paar internasional, produk-produk yang dihasilkan
Indonesia lambat laun akan tergeser oleh produk dari Negara lain seperti, Cina,
Vietnam, dan india.
d. Meningkatkan dan memperbaiki iklim menabung
Kebijaksanaan yang diterapkan pemerintah adalah menerapkan penetapan tingkat
bunga yang lebih baik dari menabung di luar negeri.
Kurs mengambang terkendali merupakan kebijaksanaan pemerintah untuk
mempertahankan nilai rupiah yang terkendali
f. Memperbaiki iklim investasi lewat deregulasi sektor riil
Banyak monopoli dan oligopoli baik dengan perlindungan pemerintah maupun
yang terselubung, akan menurunkan minat investor luar negeri menanamkan
investasinya di Indonesia. Dengan hilangnya distorsi dalam sektor riil akan
menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif.
g. Memperluas jangkauan program pemerataan ekonomi
Untuk lebih dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi, pemerataan
pendapatan masyarakat merupakan satu faktor pendukung Karena dengan
meningkatnya daya beli masyarakat akan dapat memacu produksi perusahaan
lebih tinggi. Dalam rangka peningkatan pendapatan dan pemerataan pendapatan
masyarakat inilah yang perlu diperluas jangkauan pemerataan ekonomi. Dengan
adanya program pemerataan yang lebih luas atau merata ini akan dapat
meningkatkan daya beli masyarakat.
2.7. Pertumbuhan ekonomi AS
2.7.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi AS
Pertumbuhan ekonomi modern di AS dimulai pada pertengahan abad
tumbuh kira-kira 3,3 persen setiap tahun. Antara 1871 dan 1909, tingkat
pertumbuhan sangat sehat, yang berkisar dari 4,0 persen hingga 5,5 persen per
tahun. Karena kerusakan akibat dari depresi besar, pertumbuhan menjadi lamban
selama tahun 1930-an dan 1940-an, namun pada tahun 1950-an dan 1960-an
pulihnya pertumbuhan dan kekuatan perekonomian. Walaupun tahun 1970-an
terdiri dari beberapa tahun yang baik dan beberapa yang buruk, selama dasawarsa
itu keluaran meningkat sebesar rata-rata 3,1 persen per tahun, suatu kinerja yang
dapat memungkinkan. Pada periode 1990 sampai 1997, tingkat pertumbuhannya
hanya 2,3 persen, itu disebabkan oleh resesi dari tahun 1990 sampai 1997.
[image:56.595.106.515.498.741.2]2.7.2. Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi AS
Tabel 2.4
Sumber Pertumbuhan Ekonomi AS
Persentase pertumbuhan yang berasal dari masing-masing sumber
1929-1982 1929-1948 1948-1973 1973-1979
Kenaikan masukan 53 49 45 94
Tenaga kerja 20 26 14 47
Modal 14 3 16 29
Pendidikan ( modal
SDM)
Kenaikan produktivitas 47 51 55 6
Kemajuan ilmu
pengetahuan
31 30 39 8
Faktor-faktro lain 16 21 16 -2
Total 100 100 100 100
Tingkat pertumbuhan
tahunan pendapatan
nasional riil
2,8 2,4 3,6 2,6
Selama bertahun-tahun, Edward denilson dari brookings institution di
Washington telah mempelajari proses pertumbuhan ekonomi AS dan
memilah-milahkan arti penting secara relative atas berbagai faktor penyebab itu. Tabel 2.4.
menyajikan hasil penelitian besar terbarunya yang sudah diterbitkan.
Denilson memperkirakan bahwa kira-kira separuh dari pertumbuhan
keluaran AS selama periode mulai tahun 1929 hingga 1982 disebabkan oleh
kenaikan faktor-faktor produksi dan separuh lain oleh kenaikan produktivitas.
Pertumbuhan angkatan kerja menghasilkan kira-kira 20 persen dari keseluruhan
menghasilkan 33 persen. Dari tingkat pertumbuhan stok modal, moda SDM
(pendidikan dan pelatihan) menghasilkan 34 persen dari keseluruhan dan modal
fisik menghasilkan 14 persen. Pertumbuhan pengetahuan merupakan faktor paling
penting yang menyumbang kepada kenaikan produktivitas masukan.
Sebuah penelitian tahun 1997 oleh Charles jones menghasilkan
kesimpulan yang suram bahwa perlambanan pertumbuhan di AS akan segera
terjadi. Makalah jones menemukan bahwa banyak dari pertumbuhan sesudah
perang dunia II di AS disebabkan tiga faktor:
1. Kenaikan tingkat pendidikan.
2. Kenaikan tajam bagian angkatan kerja yang dibuktikan untuk riset.
3. Kenaikan keterbukaan perekonomian dunia –perluasan perdagangan.
Dia menyimpulkan bahwa kenaikan-kenaikan itu akhirnya harus mendatar, dan
bila demikian, tingkat pertumbuhan di AS dapat turun sebesar 75 persen
2.6.3. Kebijakan untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi AS
Beberapa strategi untuk menaikkan tingkat pertumbuhan di AS telah
diusulkan, dan ada yang sudah dijadikan undang-undang. Strategi-strategi itu
mencakup kebijakan yang ditujukan kearah perbaikan mutu pendidikan, kenaikan
tingkat tabungan, perangsangan investasi, peningkatan riset dan pengembangan,
pengurangan regulasi, dan pemberlakuan kebijakan industri.
Undang-undang keringanan pajak tahun 1997 berisi ketetapan yang
berfokus pada pendidikan. Pertama, kredit beasiswa HOPE mengijinkan para
pembayar pajak mengklain kredit sampai $1500 untuk biaya pendidikan lanjutan
atas, untuk membantu anggota keluarga manapun.
b. Kebijakan untuk menaikkan tingkat tabungan
Pada tahun 1982, undang-undang pajak pemulihan ekonomi federal
memuat sejumlah ketetapan yang dirancang untuk mendorong investasi.
Diantaranya ada sistem pemulihan biaya yang dipercepat (ACRS: Accelerated
Cost Recovery System), yang memberi perusahaan-perusahaan peluang untuk
mengurangi pajak mereka dengan menggunakan secara artificial tingkat depresiasi
yang cepat untuk perhitungan laba kena pajak. Walaupun aturannya rumit,
akibatnya sama dengan akibat dari kredit investasi. Pemerintah secara efektif
mengurangi biaya modal bagi perusahaan yang menjalankan investasidalam
pabrik atau peralatan.
c. Kebijakan untuk meningkatkan penelitian dan pengembangan
Ilmu pengetahuan baru adalah seperti barang public. Walaupun AS sudah
memiliki sistem hak paten untuk melindungi keuntungan atas litbang bagi para
penemu dan innovator, banyak dari keuntungan itu mengalir ke para peniru dan
orang-orang lain, termasuk public. Penalaran itu digunakan untuk mendukung
pemberian subsidi public atas pengeluaran litbang.
Denilson memperkirakan regulasi di bidang kesehatan dan keamanan
pekerjaan, dan lingkungan hidup, mengurangi tingkat pertumbuhan tahunan antara
tahun 1973 dan 1979 pada titik persentase 0,13 dari 2,74 persen menjadi 2,61
persen per tahun
e. Kebijakan industrial
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah ahli ekonomi telah menuntut
ditingkatkannya keterlibatan pemerintah dalam alokasi modal di seluruh sektor
manufaktur, sebuah praktek yang dikenal sebagai kebijakan industrial. Mereka
yang mendukung kebijakan industrial yakin bahwa karena pemerintah
Negara-negara lain menjadikan perindustrian sebagai target dari subsidi khusus dan
investasi cepat, amerika nhendaknya melakukan hal serupa untuk mencegah
kerugian dalam persaingan internasional.
2.7. Penelitian terdahulu
1. Skripsi : Pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, suku bunga SBI dan
inflasi terhadap perubahan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Jakarta. Diajukan oleh Ajid Hajiji, mahasiswa ilmu ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan manajemen IPB. NIM : H14084005.
Variabel dependen : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Variabel independen : Kurs, tingkat bunga SBI, Inflasi
2. Jurnal : Pengaruh tingkat suku bunga SBI dan kurs dollar AS terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta periode tahun
2000-2002 . ditulis oleh Moh Mansur, mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri
Semarang. NIM : 3351403043.
Variabel dependen : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Variabel independen : tingkat suku bunga SBI, kurs dollar AS.
R2
3. Jurnal : Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap IHSG. Ditulis oleh
Pananda Pasaribu, Wilson R. L. Tobing, dan Adler Haymans Manurung = 51,55 %
Variabel dependen : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Variabel Independen : Inflasi, SBI, jumlah M2, kurs, Produk domestic
bruto, Transaksi berjalan, cadangan devisa, net buying asing, indeks
Hanseng, indeks Dow Jones, minyak dunia, fed rate.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang lingkup penelitian
Dalam penulisan ini, penulis melakukan penelitian tentang pengaruh
tingkat suku bunga SBI, kurs dollar AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan
pertumbuhan ekonomi AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
dengan memperhatikan data tahunan IHSG, pergerakan tingkat suku bunga SBI
dan kurs dollar AS di Bank Indonesia, dan pergerakan perumbuhan ekonomi
Indonesia dan pertumbuhan ekonomi AS di World Bank. Penelitian ini penulis
khususkan pada IHSG di Bursa Efek Jakarta.
3.2. Jenis dan sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari publikasi resmi yaitu dapat
berasal dari Bank Indonesia Cabang Medan, Bapepam, ataupun dalam bentuk
buku, jurnal atau website yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
tahun 2009), karena pasar modal mulai aktif kembali pada tahun 1988 dan data
SBI mulai
Alasan pengambilan data penelitian mulai dari tahun 1988, karena pada
tahun 1988 kegiatan di pasar modal mulai meningkat setelah dikeluarkan “Pakto
88”
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah metode studi kepustakaan (Library Research). Library Research adalah
penelitian yang dilakukan menggunakan bahan-bahan kepustakaan berupa
tulisan-tulisan ilmiah seperti artikel atau jurnal-jurnal ilmiah serta laporan-laporan
penelitian ilmiah yang berkaitan dengan topik yang sedang diteliti.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data urut waktu (time
series) dengan kurun waktu 22 tahun (dari tahun 1988 sampai tahun 2009).
3.4. Pengolahan data
Penulis menggunakan program comput