• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNHAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNHAS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Tema : Pengelolaan sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut berbasis Ekosistem

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DASAR UNHAS

Kajian Model Struktur Habitat Lamun yang Adaptif terhadap Gangguan Antropogenik dalam Upaya Melestarikan Sumberdaya Perikanan Pesisir

TIM

Dr. Ir. Nadiarti, M.Sc.

Dr. Yayu Anugrah La Nafie, ST., M.Sc.

Dody Priosambodo, S.Si. M.Si

MAHASISWA Munawwarah

Asriani

Relis Gabriel Sihaloho

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021

(2)
(3)

ABSTRAK (Uraikan abstrak laporan akhir penelitian dan Kata Kunci)

Ringkasan pelaksanaan kegiatan penelitian meliputi : latar belakang, metode, tujuan dan hasil minimal 200 kata dan maksimal 500 kata

Lamun merupakan habitat penting bagi sejumlah besar fauna bernilai ekonomis penting, sehingga degradasi dan kehilangan padang lamun akan mempengaruhi produktivitas dan kelestarian sumberdaya perikanan pesisir. Namun sebagian besar degradasi lamun disebabkan oleh aktivitas manusia, misalnya penurunan kualitas air akibat limbah dan polutan, aktivitas perahu (baling-baling dan penjangkaran perahu), kegiatan penangkapan ikan dan pemijakan kaki atau trampling. Penelitian ini dilaksanakan selama dua tahun (2020-2021) di wilayah perairan Makassar dan Kab. Barru. Tujuan jangka panjang dari penelitian “Kajian Model Sruktur Habitat Lamun yang Adaptif terhadap Gangguan Antropogenik dalam Upaya Melestarikan Sumberdaya Perikanan Pesisir” adalah untuk menghasilkan informasi dasar dalam upaya menjaga kelestarian lamun sebagai habitat penting bagi berbagai jenis fauna termasuk yang bernilai ekonomis penting, khususnya yang berkaitan dengan restorasi lamun. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1). untuk menentukan ketahanan beberapa spesies lamun dan kelimpahan organisme yang berasosiasi dengan lamun terhadap gangguan trampling; 2). untuk mengetahui morfometrik lamun dan kemampuan pulih lamun serta hubungannya dengan epifauna yang berasosiasi dengan lamun. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dilakukan observasi dan experiment lapangan dan dilanjutkan dengan analisis data menggunakan metode analisis uji t, post-test Bonferroni, metode analisis k-curve, dan analisis ANOVA. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa dampak pemijakan kaki manusia berpotensi menyebabkan kerusakan nyata terhadap komunitas lamun, dapat menjadi ancaman serius bagi ekosistem lamun apabila tidak dikelola dengan baik. Tingkat kerusakan lamun akibat pemijakan kaki manusia lebih ditentukan oleh sifat mekanik dan kelimpahan setiap jenis lamun, daripada akibat deawasa dan anak-anak.

Jenis lamun dengan daun yang lebih halus dan lebih tipis terlihat llebih rentan.

Pengisian poin C sampai dengan poin H mengikuti template berikut dan tidak dibatasi jumlah kata atau halaman namun disarankan seringkas mungkin. Dilarang menghapus/memodifikasi template ataupun menghapus penjelasan di setiap poin.

Berdasarkan hasil penelitian tahun pertama diperoleh hasil bahwa kepadatan setiap jenis lamun sebelum eksperimen (Gambar 1) menunjukkan bahwa C. rotundata memiliki kepadatan tegakan tertinggi (p < 0.0001), diikuti oleh S. isoetifolium dan T. hemprichii (yang keduanya tidak saling berbeda nyata satu sama lain). E. acoroides, H. ovalis, dan H. uninervis ditemukan memiliki kepadatan rendah dan tidak berbeda satu sama lain.

Gambar 1. Kepadatan jenis lamun sebelum eksperimen. Cymodocea rotundata (Cr), Enhalus acoroides (EA), Halophila ovalis (Ho), Halodule uninervis (Hu), Syringodium isoetifolium (Si), Thalassia hemprichii (Th). Tanda error bar menunjukkan nilai standar error rata-rata; huruf yang berbeda di dekat tanda error bar menunjukkan perbedaan nyata.

C. HASIL PELAKSANAAN PENELITIAN : Tuliskan secara ringkas hasil pelaksanaan penelitian yang telah dicapai sesuai tahun pelaksanaan penelitian. Penyajian dapat berupa data, hasil analisis, dan capaian luaran (wajib dan atau tambahan). Seluruh hasil atau capaian yang dilaporkan harus berkaitan dengan tahapan pelaksanaan penelitian sebagaimana direncanakan pada proposal. Penyajian data dapat berupa gambar, tabel, grafik, dan sejenisnya, serta analisis didukung dengan sumber pustaka primer yang relevan dan terkini.

(4)

Kepadatan rata-rata lamun gabungan semua jenis sebelum pemijakan (Gambar 2A) tidak berbeda nyata di antara semua plot perlakuan (p > 0.05). Akan tetapi, kepadatan lamun rata-rata setelahpemijakan (Gambar 2B) secara nyata lebih rendah pada plot dewasa dan anak-anak (p < 0.05). Lebih jauh, kepadatan setelah pemijakan berbeda secara nyata dibandingkan kepadatan lamun sebelum pemijakan, tapi tidak ada perbedaan nyata antara plot tanpa pemijakan sebelum dan setelah eksperimen. Biomassa laun lamun yang terlepas lebih tinggi secara nyata dibandingkan biomassa akar dan rimpang yang rusak. Akan tetapi, tidak ada perbedaan nyata antara pemijakan kaki dewasa dan anak-anak dalam hal daun lamun yang terlepas dan akar dan rimpang yang rusak (Gambar 3).

Gambar 2.Kepadatan rata-rata lamun sebelum (A) dan setelah (B) eksperimen pemijakan. Tanda error bars menunjukkan nilai standar error; huruf yang berbeda di atas tanda error bar menunjukkan perbedaan nyata (p < 0.05).

Gambar 3. Biomassa kering daun yang lepas (Leaves) dan akar yang tercabut serta rimpang yang rusak (RtRh) dari plot pemijakan dewasa dan plot pemijakan anak-anak. Tanda error menunjukkan nilai standar error; huruf yang berbeda didi

atas tanda error menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0.05).

Daun lamun yang terlepas (Gambar 4A) dan kerusakan akar dan rimpang (Gambar 4B) berbeda nyata antara setiap jenis lamun. Akan tetapi, perbedaan nyata antara perlakuan pemijakan dewasa dan anak-anak hanya ditemukan pada dua jenis lamun. Biomassa lamun jenis S. isoetifolium secara nyata lebih tinggi pada perlakuan pemijakan anak-anak dibandingkan perlakuan pemijakan dewasa; sebaliknya, biomassa rimpang rusak dari jenis lamun H. uninervis secara nyata lebih tinggi pada perlakuan pemijakan dewasa dibandingkan perlakuan pemijakan anak-anak. Jenis lamun dengan biomassa daun lamun terlepas yang paling banyak adalah C. rotundata dan S. isoetifolium diikuti oleh T. hemprichii dan E. acoroides. Sementara, jenis lamun dengan akar dan rimpang yang rusak adalah H. uninervis, C. rotundata, T. hemprichii, dan S. isoetifolium. Jenis lamun dengan kerusakan terkecil adalah H. ovalis dan Halodule uninervis, dengan biomassa sangat rendah dalam hal daun lamun terlepas, akar tercabut atau rimpang rusak selama eksperimen pemijakan.

Gambar 4. Biomassa kering daun lamun yang terlepas berdasarkan jenis lamun (A) dan berdasarkan akar dan rimpang yang rusak (B) pada plot pemijakan dewasa dan anak. Tanda error menunjukkan nilai standar error; huruf yang berbeda di

atas tanda error menunjukkan perbedaan nyata (p < 0.05).

(5)

Hasil studi ini menunjukkan bahwa pemijakan kaki manusia, baik oleh orang dewasa maupun oleh anak-anak, dapat berdampak terhadap kepadatan dan menyebabkan kerusakan mekanik lamun. Hasil ini berbeda dengan yang telah ditemukan dari hasil studi pendahuluan (Nurdin et al 2019) yang mengindikasikan bahwa pemijakan kaki oleh anak-anak berdampak lebih kecil terhadap lamun dibandingkan oleh pemijakan kaki dewasa. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh terbatasnya jumlah ulangan dan perbedaan kondisi padang lamun (yaitu perairan intertidal dibandingkan subtidal) serta perbedaan alas kaki yang digunakan oleh orang dewasa pada penelitian sebelumnya(Nurdin et al 2019). Jumlah kerusakan lamun akibat pemijakan oleh dewasa sebanding dengan pemijakan oleh anak-anak, dengan biomassa daun lamun yang terlepas lebih tinggi daripada akar dan rimpang yang rusak. Ini mennujukkan bahwa daun lamun lebih rentan terhadap kerusakan fisik dibandingkan akar dan rimpang. Daun lamun yang merupakan bagian atas tumbuhan lamun sangat sering terpapar cahaya matahari, khususnya pada saat surut terendah; pemaparan ini dapat menyebabkan daun mengalami kekeringan dan hangus (Erftemeijer & Herman 1994). Kerentanan ini dapat diperparah oleh gangguan pemijakan, dan dapat menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan kerusakan lebih besar terhadap daun lmaun (bagian atas tumbuhan lamun) dibandingkan di bagian bawah tumbuhan lamun (akar dan rimpang). Karena studi ini dilakukan pada padang lamun subtidal, jenis lamun di lokasi eksperimen ini dapat menjadi lebih sensitif terhadap kekeringan dibandingkan yang berada di padang lamun subtidal (Björk et al 1999). Akan tetapi, perbandingan kondisi seperti ini tidak dilakukan dalam studi ini akibat terbatasnya sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.

Setiap jenis lamun dalam studi ini menunjukkan respon yang berbeda terhadap pemijakan kaki manusia, yang menunjukkan dampak pemijakan dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem lamun, keanekaragaman dan bahkan keberlanjutan lamun. Jenis lamun C. rotundata memiliki daun yang lebih tipis kandungan serat yang lebih rendah dibandingkan jenis lamun lain dengan morfologi yang serupa, seperti T. hemprichii dan E. acoroides (De los Santos et al 2016). Ini merupakan alasan utama mengapa daun lamun jenis C. rotundata mengalami kehilangan dan kerusakan yang lebih parah daripada jenis lamun lainnya; faktor lain yang berkontribusi terhadap hal ini adalah kemungkinan karena jenis ini lebih melimpah dibandingkan dengan jenis lamun lain dan makanya lebih banayk tumbuhan jenis C. rotundata yang rusak (Figure 2). Akan tetapi, kerentanan jenis C. rotundata didukung oleh temuan Martínez-Crego et al (2016) bahwa, selain kandungan nutrien dapat memainkan peran penting, kerentanan lamun sangat ditentukan oleh tebal tipisnya daun lamun.

Hanya jenis lamun E. acoroides dan H. ovalis ditemukan tida mengalami kerusakan akar danrimpang pada semua plot eksperimen dalam studi ini. Jenis lamun terbesar di Indonesia adalah E. acoroides yang memiliki akar majemuk yang tebal dan keras yang dapat tertanam dengan kuat dan stabil dalam sedimen (Mckenzie 2003). Sementara, H. ovalis adalah jenis lamun sangat kecil dengan akar tunggal yang halus; meskipun secara intuisi jenis lamun ini seharusnya lebih rentan terhadap gangguan seperti pemijakan, jenis ini mengalami kerusakan paling minim dbandingkan semua jenis lainnya selama study ini.

Jenis lamun yang paling banyak mengalami kerusakan akar ditemukan pada jenis lamun H. uninervis, khususnya akibat pemijakan oleh anak-anak. Dicirikan dengan akar serabut yang halus menempel pada rimpang yang kecil, jenis ini berdasarkan peluang acak, jenis ini ditemukan lebih melimpah pada plot pemijakan anak-anak. Semua jenis lamun memiliki masa hidup yang singkat dibandingkan dengan sebagain besar jenis tumbuhan daratan, dan secara umum lamun memiliki kemampuan pulih kembali lebih cepat dari gangguan (Marbà et al 2004; De los Santos et al 2016). Akan tetapi, cakupan penelitian ini tidak melibatkan kemampuan pemulihan lamun akibat pemijakan.

Untuk hasil penelitian tahun kedua ditemukan bahwa terdapat 3 jenis lamun yang paling sering ditemukan baik di perairan Pulau Barrang Lompo maupun di perairan Pulau Batu Kalasi. Ketiga jenis lamun tersebut adalah Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Cymodocea rotundata. Akan tetapi berdasarkan hasil analisis morfometrik, ketiga jenis lamun ini memiliki perbedaan antara yang ditemukan di Pulau Barrang Lompo dan yang ditemukan di Pulau Batu Kalasi. Beberapa karakter (meliputi panjang daun, lebar daun, panjang rimpang, diameter rimpang, panjang akar, diameter akar) yang diuji menunjukkan bahwa secara umum jenis lamun Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Cymodocea rotundata memiliki ukuran lebih besar. Jenis lamun Enhalus acoroides menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada semua karakter morfometrik, di mana E. acoroides di perairan Barrang Lompo berukuran lebih besar dibandingkan yang ditemukan di pperairan Pulau Batu Kalasi. Untuk jenis Thalassia hemprichii, panjang daun dan panjang akar lebih besar pada lamun yang ditemukan di perairan Barang Lompo dibandingkan yang ditemukan di perairan Batu Kalasi. Demikian juga dengan jenis lamun C. rotundata di perairan Barrang Lompo ditemukan ukuran panjang daun dan panjang akar yang lebih besar daripada yang ditemukan di perairan Batu Kalasi. Untuk karakter lainnya (lebar daun, panjang rimpang, diameter rimpang dan diamater akar) ukurannya tidak berbeda nyata antara jenis lamun T. hemprichii dan C. rotundata di perairan Barang Lompo dengan di perairan Batu Kalasi.

Sementara hasil penelitian mahasiswa yang terlibat dalam proyek ini, salah satunya adalah tentang udang mantis (Gonodactulys ciragra) (Gambar 5) di perairan Pulau Batu Kalasi. Dari hasil analisis ditemukan bahwa jumlah udang mantis jantan lebih banyak dibandingkan dengan udang mantis betina. Namun kisaran ukuran panjang, bobot rata-rata tidak berbeda nyata antara udang mantis jantan maupun udang mantis betina.

(6)

Gambar 5. Udang mantis Gonodactylus ciragra yang ditemukan di lokasi penelitian perairan Batu Kalasi

………

………

D. STATUS LUARAN: Tuliskan jenis, identitas dan status ketercapaian setiap luaran wajib dan luaran tambahan (jika ada) yang dijanjikan pada tahun pelaksanaan penelitian. Jenis luaran dapat berupa publikasi, perolehan kekayaan intelektual, hasil pengujian atau luaran lainnya yang telah dijanjikan pada proposal. Uraian status luaran harus didukung dengan bukti kemajuan ketercapaian luaran sesuai dengan luaran yang dijanjikan. Lengkapi isian jenis luaran yang dijanjikan serta mengunggah bukti dokumen ketercapaian luaran wajib dan luaran tambahan melalui Simlitabmas mengikuti format sebagaimana terlihat pada bagian isian luaran

Jenis luaran wajib yang dihasilkan adalah publikasi internasional bereputasi (AACL Bioflux Q3) dengan status published. Jenis luaran tambahan berupa HKI-Hak Cipta Karya Tulis Artikel dengan status terdaftar dan draf modul bahan ajar Pengantar Pengolahan Data Perikanan.

………

………

E. PERAN MITRA: Tuliskan realisasi kerjasama dan kontribusi Mitra baik in-kind maupun in-cash (jika ada). Bukti pendukung realisasi kerjasama dan realisasi kontribusi mitra dilaporkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Bukti dokumen realisasi kerjasama dengan Mitra diunggah melalui Simlitabmas mengikuti format sebagaimana terlihat pada bagian isian mitra

Dalam studi ini tidak ada melibatkan kerjasama dan kontribusi dari pihak mitra

…..………

………

………

………

………

……

F. KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN: Tuliskan kesulitan atau hambatan yang dihadapi selama melakukan penelitian dan mencapai luaran yang dijanjikan, termasuk penjelasan jika pelaksanaan penelitian dan luaran penelitian tidak sesuai dengan yang direncanakan atau dijanjikan.

Ada beberapa hambatan yang dihadapi selama penelitian. Hambatan utama adalah pandemi Covid-19, dimana beberapa anggota tim peneliti silih berganti terpapar Covid. Selain itu, adanya pembatasan mobilisasi (PPKM) juga membatasi ruang gerak tim peneliti. Semua ini menyebabkan terhambatnya pelaksanaan penelitian dan beberapa output tidak dapat dihasilkan tepat waktu.

………

………

(7)

G. RENCANA TINDAK LANJUT PENELITIAN : Tuliskan dan uraikan rencana tindaklanjut penelitian selanjutnya dengan melihat hasil penelitian yang telah diperoleh. Jika ada target yang belum diselesaikan pada akhir tahun pelaksanaan penelitian, pada bagian ini dapat dituliskan rencana penyelesaian target yang belum tercapai tersebut.

Untuk penelitian ini tidak ada rencana penelitian selanjutnya karena memang penelitian ini sudah mencapai tahap 2 tahun.

Namun rencana kegiatan selanjutnya adalah tetap melanjutkan tabulasi kumpulan data besar, selanjutnya melakukan pengolahan data dan pengelompokan data, serta menulis beberapa artikel untuk dipublikasi pada beberapa jurnal internasional dan nasional bereputasi. Saat ini mahasiswa yang ikut dalam penelitian sementara menganalisis data dan menyiapkan artikel untuk diseminarkan dalam kegiatan Seminar Ilmiah Nasional I Ilmu Perikanan dan Kelautan 2021.

.………

………

………

………

………

H. DAFTAR PUSTAKA: Penyusunan Daftar Pustaka berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan. Hanya pustaka yang disitasi pada laporan akhir yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

1. Nurdin N., La Nafie Y., Umar M. T., Jamal M., Moore A., 2019 Preliminary study : human trampling effects on seagrass density. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 370:012050

2. Erftemeijer P. L. A., Herman P. M. J., 1994 Seasonal changes in environmental variables, biomass, production and nutrient contents in two contrasting tropical intertidal seagrass beds in South Sulawesi, Indonesia. Oecologia 99:45-59.

3. Björk M., Uku J., Weil A., Beer S., 1999 Photosynthetic tolerances to desiccation of tropical intertidal seagrasses. Marine Ecology Progress Series 191:121-126

4. De los Santos C. B., Onoda Y., Vergara J. J., Pérez-Lloréns J. L., Bouma T. J., La Nafie Y. A., … Brun F. G., 2016 A comprehensive analysis of mechanical and morphological traits in temperate and tropical seagrass species. Marine Ecology Progress Series 551:81-94.

5. Martínez-Crego B., Arteaga P., Tomas F., Santos R., 2016 The role of seagrass traits in mediating Zostera noltei vulnerability to mesograzers. PLoS ONE 11(6):e0156848.

6. McKenzie L. J., 2003 Guidelines for the rapid assessment and mapping of tropical seagrass habitats. The State of Queensland Department of Primary Industries, Cairns, 46 pp

7. Marbà N., Duarte C. M., Alexandre A., Cabaço S., 2004 How do seagrasses grow and spread ? In: European seagrasses:

an introduction to monitoring and management. Borum J., Duarte C., Krause-Jensen D., Greve T. (eds), The M&M Project, pp. 11- 18.

8. ………

9. dst.

Gambar

Gambar 1. Kepadatan jenis lamun sebelum eksperimen.  Cymodocea rotundata (Cr), Enhalus acoroides (EA), Halophila ovalis  (Ho), Halodule uninervis (Hu), Syringodium isoetifolium (Si), Thalassia hemprichii (Th)
Gambar 4. Biomassa kering daun lamun yang terlepas berdasarkan jenis lamun (A) dan berdasarkan akar dan rimpang  yang rusak (B) pada plot pemijakan dewasa dan anak
Gambar 5. Udang mantis Gonodactylus ciragra yang ditemukan di lokasi penelitian perairan Batu Kalasi

Referensi

Dokumen terkait

Pencampuran bahan dilakukan dengan cara melarutkan atau mencampurkan bahan-bahan kedalam sari kacang merah pada kondisi hangat, sukrosa dan gelatin tulang ikan patin

Mencatat seluruh barang milik daerah yang berada di Puskesmas Bontang Utara II baik yang berasal dari APBD, maupun perolehan lain yang sah ke dalam Kartu Inventaris Barang

Batuan endapan *ekungan Bintuni tercenanggan menjadi jalur lipatan berarah  barat – barat laut dari kaki lentikan (Kuesta) Kepala Burung bagian tengah di hulu sungai imau

kematian hero dapat dikurangi secara signifikan sekaligus meningkatkan kesempatan memenangi pertempuran. Terkait kalimat interogatif “ana sing gawe orchid pora ta?”,

Diharapkan dari penelitian ini pengalokasian IP, pembangunan jaringan di ICT center bisa terprogram dengan baik dan bisa dimanfaatkan secara maksimal sehingga biaya pendidikan yang

“Dengan meningkatnya arus informasi yang begitu cepat dimasa kini, kami masyarakat merasa sangat mudah untuk mengetahui hal yang belum kami pahami dengan baik tentang pelayanan

Interaksi kedua faktor menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata untuk diameter berat kering pucuk, berat kering akar dan indeks mutu bibit pada perlakuan arang tempurung kelapa taraf

Hasan Langgulung merupakan seorang tokoh pendidikan Islam yang memiliki corak pemikiran yang merumuskan definisi pendidikan Islam dengan membaginya kepada tiga