• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan dasar yang dihadapi bangsa ini adalah semakin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan dasar yang dihadapi bangsa ini adalah semakin"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan dasar yang dihadapi bangsa ini adalah semakin meningkatnya angka pengangguran untuk setiap tahunnya.Jumlah pengangguran yang ada di negeri ini terus bertambah sebab tenaga kerja yang ada belum tertampung secara maksimal di lapangan pekerjaan yang ada.Lapangan pekerjaan yang ada di masyarakat belum dapat menutup kebutuhan.Jumlah pencari kerja jauh lebih banyak dari jumlah lapangan kerja yang tersedia untuk mereka.Masyarakat memerhatikan kondisi tersebut dari jumlah lulusan sekolah, khususnya sekolah lanjutan atas atau SMA, baik SMA ataupun SMK.1

Mengurangi jumlah pengangguran, bukan hanya tugas pemerintah saja.Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah dengan menciptakan lingkungan kerja baru yang dapat menjaring para pencari kerja ini untuk memperoleh pendapatan yang layak.Penciptaan lingkungan kerja baru dapat dilakukan dengan mendirikan bisnis baru.Sebuah bisnis atau usaha tidaklah harus besar untuk mengurangi jumlah pengangguran. Usaha kecil yang bermunculan dalam masyarakat akan sangat membantu. Jika setiap orang berpikir untuk memulai suatu bisnis dan mengaplikasikannya

1 Muhammad Saroni, Mendidik & Melatih Enterpreneur Muda (Membuka kesadaran Atas Pentingnya Kewirausahaan bagi Anak Didik), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012), hlm. 29.

(2)

sesegera mungkin hal ini tidak hanya akan membantu dia sendiri memperoleh pekerjaan tetapi juga akan membantu orang lain.2

Seperti yang diterapkan di Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang yang termasuk pondok pesantren gratis yang didirikan untuk anak – anak dari kalangan menengah kebawah maupun yatim piatu.Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang mencoba berkembang serta bertekad memajukan SDM masyarakat desa lewat jalur pendidikan Agama dan mengajari para santrinya untuk berwirausaha. Di Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang pendidikan kewirausahaannya dimaksudkan agar para santri dapat berwirausaha, dan penghasilan dari kewirausahaan disana digunakan untuk biaya hidup para santri, staff pengajar , karyawan, dan semua keluarga besar pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang. 3

Bisnis yang dijalankan oleh pihak pengelola Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang juga dimanfaatkan untuk pendidikan kewirausahaan para santri, jadi santri terjun langsung ke dunia bisnis dan tidak hanya di dalam kelas serta membayangkan bagaimana berwirausaha.Mereka belajar sambil menjalankan bisnis milik Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang.4

2 Wawan dhewanto,dkk., Inovasi dan Kewirausahaan social,( Bandung; Alfabeta, 2013),hlm. 131.

3Shobihun, Pendiri Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang, Belik, Wawancara pribadi,Pemalang, 16 Maret 2016.

4Jannatun Na‟im, Staf pengajar Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang, , Belik, Wawancara pribadi, Pemalang, 16 Maret 2016.

(3)

Pondok Pesantren Al Falah sebagai lembaga dan wahana pendidikan Islam yang walaupunsalafi akan tetapi ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, mentransfer ilmu-ilmu keIslaman, memelihara tradisi keIslaman, memproduksi ulama dan menciptakan generasi Islam yang mampu bersaing di era globalisasi. Di pondok Pesantren Al Falah selain mengajarkan pembelajaran pondok secara klasikal.Juga membekali santri dengan berbagai keterampilan agar santri mempunyai pandangan luas.Sehingga tidak terkesan bermalas-malasan tapi sebaliknya penuh semangat dan pemikiran yang sehat, terampil dan kreatif.

Pengelola pondok pesantren sadar bahwa banyak lulusan sarjana yang menganggur karena kekurangan lapangan pekerjaan, apalagi anak – anak yang tunanetra bahkan para anak – anak putus sekolah lainnya. Tentu mereka akan kesulitan untuk bersaing dalam dunia kerja. Maka Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang ini tidak hanya memberikan bekal ilmu agama saja, namun juga memberikan bekal keterampilan dan dibutuhkan pendidikan kewirausahaan baik teori maupun praktik sebagai bekal dalam membentuk jiwa wirausaha pada diri para santri putra dan santri putrinya agar kelak mampu berkreasi mengelola sumber daya yang ada, menciptakan usaha – usaha baru dan inovatif sehingga tidak bergantung pada orang lain (pemerintah).5

5Ibid.

(4)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka selanjutnya penulis menjelaskan permasalahannya yaitu:

1. Bagaimana implementasi pendidikan kewirausahaan di pondok pesantran Al Falah Badak Belik Pemalang?

2. Apa saja factor penghambat dan factor pendukung implementasi pendidikan kewirausahaan di pondok pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang?

C. Tujuan Penelitian

Dengan melihat rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan dan mengetahui bagaimana implementasi pendidikan

kewirausahaan di pondok pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang.

2. Memberikan gambaran yang jelas tentang factor – factor yang menghambat dan mendukung dalam implementsi pendidikan kewirausahaan di pondok pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khazanah ilmiah bagi perpustakaan sebagai refrensi atau rujukan tentang implementasi pendidikan kewirausahaan di Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang.

b. Sebagai bahan informasi di kalangan lembaga pendidikan tentang pendidikan kewirausahaan.

(5)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi para santri di Pondok pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang ini, focus studi ini diharapkan bermanfaat sebagi masukan, bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan untuk mengambil langkah – langkah guna mengimplementasikan pendidikan kewirausahaan.

b. Diharapkan dapat berguna bagi lembaga – lembaga lain, khususnya lembaga pendidikan tentang konsep dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan.

E. Studi Pustaka 1. Analisis Teori

Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia. Seharusnya dengan kualitas pribadi yang semakin baik, lulusan pendidikan akan semakin baik dan mampu membangun bangsa. Meskipun demikian, sangat disayangkan karena masih banyak lulusan perguruan tinggi yang menggantungkan hidupnya dalam pencari kerja.Tanggung jawab pemerintah untuk dapat menyediakan lapangan kerja bagi mereka, tetapi begitu telah ditterima para lulusan ini menjadi beban negara untuk ditanggung.

Berbagai program dihadirkan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan hasil dan kualitas pendidikan.Berbagai aspek penting dalam pendidikan ditingkatkan kualitasnya untuk mendukung cita – cita

(6)

kualitas pendidikan yang lebih baik. Guru dan peranannya adalah aspek penting sebagai pendidik dalam system pendidikan.

Peran guru tentunya sangat besar dalam pembentukan kualitas hasil pendidikan.Hasil pendidikan tidak begitu saja terbentuk tanpa kehadiran pendidik.Selain peran itu, guru juga harus dilengkapi dengan kemampuan dalam mendidik. Tidak hanya mengenai keahlian dalam bidang studi tertentu saja, tetapi cara mentransfer pengetahuan dan nilai. Seseorang yang cerdas bisa saja mengajarkan suatu ilmu, tetapi belum tentu mendidik dalam mengajarkan ilmu ini.Banyak orang yang begitu pintar tetapi kurang berpendidikan.Ilmu yang didapatkan tidak menggambarkan kualitas pendidikan yang dilaluinya. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki metode dan pengetahuan dalam proses pendidikan.6

Dengan memperkenalkan pendidikan kewirausahaan dari awal, akan menimbulkan semangat untuk berwirausaha. Hal ini akan mempengaruhi sikap seseorang untuk memiliki jiwa kewirausahaan dan mendirikn bisnis sendiri meskipun mungkin dia tidak dilahirkan di lingkungan keluarga yang melakukan bisnis. Apalagi jika pendidikan kewirausahaan ini dimulai sejak dini, bahkan mungkin sejak ditingkat sekolah dasar. Pendidikan yang disediakan sejak awal sekolah akan mengakibatkan jiwa kewirausahaan yang mereka miliki dapat diimplementasikan sejak mereka masih muda dengan mendirikan sebuah

6 Muhammadjufri dan Hillman Wiraman, Internalisasi Jiwa Kewirausahaan Pada Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), hlm. 8-9.

(7)

usaha bisnis. Dengan kesadaran ini, maka para wirausahawan muda akan muncul dan berbagai bisnis kreatif juga semakin banyak.7

Banyak sekolah tidak mengajarkan ketrampilan bisnis dan mengatur keuangan, sehingga banyak yang lulus sekolah mencari pekerjaan, padahal “pekerjaan” yang bagus adalah mencari “ peluang bisnis” dan “investasi”. Sekolah penting, namun sekolah hidup jauh lebih penting.Disekolah ujian hanya dua kali per semester.Di dunia usaha setiap hari adalah ujian.Disekolah ujian bersifat personal, di bisnis ujian bersifat kelompok.8

Survei menunjukkan bahwa para pemilik bisnis kecil meyakini bahwa mereka bekerja lebih keras, menghasilkan lebih banyak uang, dan merasa lebih bahagia daripada bekerja untuk orang lain atau perusahaan lain. Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh Gallup Organization menemukan bahwa 86 persen dari para pemilik bisnis kecil lebih memilih memiliki perusahaan sendiri jika harus memulai dari nol.

Sebelum mendirikan usaha bisnis apapun, setiap calon wirausahawan harus mempertimbangkan manfaat – manfaat dari kepemilikan bisnis kecil.9

Pondok pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat tradisional dan berciri khusus, baik system pendidikan, sistem belajar maupun tujuan serta fungsinya. Saat ini

7Ibid., hlm. 137.

8Yusuf Suhardi, Kewirausahaan, ( Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 25

9 Thomas W. Ziemmer et. al. Kewirausahaan Dan Manajemen Usaha Kecil, (Jakarta:

Salemba Empat,2008), hlm 11.

(8)

jumlah pesantren di Indonesia tidak kurang dari 7.000 buah dengan jumlah santri sekitar 11 juta orang dan jumlah tenaga pendidik sekitar 150 ribu orang.10

Ketahanan pondok pesantren disebabkan karena jiwa dan semangat kewiraswastaan yang tinggi, maka cukup banyak pondok pesantren yang mengajarkan life skill atau kewirausahaan kepada santrinya sebagai bekal santrinya ketika terjun ke dalam masyarakat.Fenomena ini nampaknya terdapat di salah satu pondok pesantren di Jawa Timur yaitu pondok pesantren Sidogiri.Pondok pesantren tersebut merupakan salah satu pondok pesantren salafiyah yang mempunyai lembaga ekonomi yang cukup banyak.Hal tersebut dikarenakan telah ditanamkan jiwa kewirausahaan di pondok pesantren tersebut. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang dikemukakan oleh Saifullah Naji,dalam hal penguatan ekonomi seperti: berkembangnya BMT di 140 cabang di seluruh Indonesia, pendistribusian air minum dengan merek santri, kopontren dengan manajemen modern yang tersebar mencapai 120 cabang di Indonesia, pengolahan limbah sampah,pelatihan maupun diklat kewirausahaan(enterpreneurship) yang sudah terencana, dan lain sebagainya.11

10 Hariadi, Farid Ma‟ruf. “Arah Baru Pengelolaan Pondok Pesantren”,dalamEpisteme Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, vol. 3, Juni 2008.

11Yasmadi..Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid terhadap Pendidikan Tradisional. (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 13

(9)

2. Penelitian yang relevan

Skripsi tahun 2010 mahasiswa STAIN Pekalongan jurusan Tarbiyah, Karto Jumoro yang berjudul “ Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan Di SMK Idaman Warungpring Kabupaten Pemalang”, menyimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di SMK Idaman belum berjalan secara optimal karena banyak kelemahan dalam proses dalam proses pembelajaran teoti dan praktikum. 12

Skripsi yang berjudul“ pengaruh Manajemen Keirausahaan dalam Konsep Pemasaran Terhadap Konsumen Lembaga Pendidikan di SD Muhammadiyah Bendan 2 Pekalongan”, menunjukkan hasil bahwa adanya korelasi positif yang signifikan. Dari hasil penelitian angket menunjukan bahwa kosumen SD Muhamadiyah 2 Bendan Pekalongan sangat berpengaruh dengan konsep pemasaran di SD Muhammadiyah 2 Bendan Pekalongan. Hal ini ditunjukkan dengan rata – rata sebesar 26,85 dengan obyek penelitian melalui beberapa factor penting yang dimiliki sekolah tersebut.13

Dari kedua skripsi tersebut memiliki tema yang hamper sama yaitu yang satu membahas tentang pendidikan kewirausahaan di sebuah Sekolah Kejuruan dan yang lain mengkaji pengaruh manajemen kewirausahaan dalam konsep pemasaran terhadap konsumen. Perbedaan yang sangat signifikan antara penelitian ini dengan kedua penelitian

12Karto Jumoro, “ Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan di SMK Idaman Warungpring Kabupaten Pemalang”, skripsi, (STAIN Pekalongan,2010).

13 Uswatun Khasanah, “ Pengaruh Manajemen Kewirausahaan Dalam Konsep pemasaran terhadap Kosumen Lembaga Pendidikan di SD Muhammadiyah 2 Bendan Pekalongan”, skripsi, (STAIN Pekalongan, 2009).

(10)

diatas adalah penelitian ini meneliti tentang wirausaha ditinjau dari aspek bagaimana implementasi pendidikannya, yaitu mendeskripsikan proses pembelajaran dan penanaman jiwa wirausaha di Pondok Pesantren Al Falah Badak, serta berbagai masalah yang mewarnai jalannya proses pendidikan tersebut.

3. Kerangka Berfikir

|

Pendidikan kewirausahaan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar para santri putra dan santri putri secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memajukan dan menumbuhkan budi pekerti ( kekuatan batin,

Pend. Kewirausahaan

Suasana belajar

Tercipta lapangan kerja, bisnis baru

SUKSES Mengembangkan potensi

diri

Proses pembelajaran

Memajukan Jiwa kewirausahaan

Menumbuhkan Jiwa kewirausahaan

(11)

karakter), pikiran (intelek), agar tercipta anak didik yang kelak tumbuh menjadi seorang yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan menggabungkan sumber – sumber daya yang diperlukan sehingga sumber – suber daya itu bisa dikapitalisasikan demi meraih kesuksesan.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian mengandung prosedur dan cara melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah penelitian. Peran metodologi sangat diperlukan untuk menghimpun data dalam penelitian. Dengan kata lain, metode penelitian akan memberikan petunjuk tentang bagaimana penelitian dilakukan. Yang dimaksud dengan metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang sedang diselidiki atau diteliti.14

1. Desain Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penenlitian yang berorientasi pada gejala-gejala

14 Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 39

(12)

yang bersifat alamiah karena orientasinya demikian, maka sifat naturalistic dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan harus terjun di lapangan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana yang dikumpulkan berupa pendapat , tanggapan, informasi, konsep-konsep dan keterangan yang berbentuk uraian dalam mengungkapkan masalah.

b. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Kata deskriptif berasal dari Bahasa inggris, descriptive, yang berarti bersifat menggambarkan atau melukiskan dalam hal ini dapat dalam arti sebenarnya(harfiah), yaitu berupa gambar – gambar atau foto-foto yang didapat dari data lapangan atau peneliti menjelaskan hasil penelitian dengan gambar – gambar dan dapat pula berarti menjelaskannya dengan kata- kata.15

Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah jenis penelitian lapangan (field research) yaitu suatu penelitian dimana peneliti berangkat ke „lapangan‟ untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomenon dalam suatu keadaan alamiah atau „in situ‟.16 c. Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini meliputi:

15 Husaini Purnomo dan Purnomo setiady Akbar, metodologi Penelitian social edisi kedua,(Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2011), hlm. 129.

16 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif( Bandung; PT. remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 26.

(13)

1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan atau narasumber. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari pendiri Pondok Pesantren AL Falah Badak Belik Pemalang, dewan guru dan para santri di Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang.

2. Data Sekunder yaitu data yang mendukung dalam pembahasan ini antara lain dokumen dari Pond ok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang dan buku – buku perpustakaan yang terkait dalam pembahasan ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Interview atau Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan wawancara tak terstruktur.Wawancara dengan Pendiri Pondok Pesantren , Dewan Guru dan para santri bertujuan untuk mencari jawaban lebih mendalam tentang Implementasi Pendidikan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Al falah Badak Belik Pemalang.

b. Observasi

Observasi adalah alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala – gejala yang diselidiki. Teknik

(14)

ini digunakan untuk menangkap fenomena dari segi pengertian subjek berdasarkan pegamatan peneliti.17

Teknik ini digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, perhatian, perilaku tak sadar, kebahasaan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang.Serta untuk mengobservasi bagaimanan implementasi pendidikan karakter dalam menumbuhkan kaemampuan kerjasama siswa.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek peneitian, maupun melalui dokumentasi.Dalam melakukan dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.18

Dokumentasi ini digunakan unuk mengetahui data-data yang berupa catatan atau tulisan yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang.

d. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasi, dalam memberikan interprestasi data yang diperoleh, akan digunakan metode deskriftif kualitatif, yaitu suatu metode

17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis ( Jakarta: Rieneka Cipta, 2006), hlm. 227.

18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm. 135

(15)

penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang.19

Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai sesuatu yang jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaktif pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.20

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan penjelasan dan pemahaman pokok – pokok masalah yang akan dibahas, maka penulis menyusun sistematika skripsi sebagai berikut:

Bab I: Berisi Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Studi Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Skripsi.

Bab II: Berisi Landasan teoritis meliputi tentang : Pendidikan Kewirausahaan yaitu berisi tentangPengertian Pendidikan Kewirausahaan, Tujuan Pendidikan Kewirausahaan, Manfaat Pendidikan Kewirausahaan, Indicator Keberhasilan Pendidikan Kewirausahaan, Karakteristik

19 Sugiyono, Metode Penelitian PendidikanPendekatan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung;Alfabeta,2008), hlm. 82.

20Ulber Silalahi, M etode Penelitian Sosial, Cet. 3(Bandung, PT. Refika Aditama, 2012) hlm. 339.

(16)

Wirausaha,Pembelajaran Yang Menumbuhkan Sikap Wirausahawan, hambatan – hambatan dalam proses produksi.

Bab III :Berisi hasil penelitian Tentang Implementasi Pendidikan Kewirausahaan Di Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang yang meliptuti: Gambaran umum pondok pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang, meliputi: Sejarah Berdirinya Pondok Pesantrenal Falah Badak Belik Pemalang, Identitas Pondok Pesantren, Struktur Kepengurusan, Tata Tertib Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang, Data Tenaga Pengajar Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang, Data Santri Pondok Pesantrenal Falah Badak Belik Pemalang, Kegiatan Pondok Pesantrenal Falah Badak Belik Pemalang, Keadaan Pondok Pesantrenal Falah Badak Belik Pemalang, dan Implementasi Pendidikan Kewirausahaan Di Pondok Pesantrenal Falah Badak Belik Pemalang , Faktor-Faktor Yang Menghambat dan Mendukung Implementasi Pendidikan Kewirausahaan Di Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang

Bab IV :Berisi Analisis Hasil Penelitian Tentang Implementasi Pendidikan Kewirausahaan Di Pondok Pesantren Al Falah Badak Belik Pemalang, yang meliputi: Analisis Implementasi Pendidikan Kewirausahaan Di Pondok Pesantren Al Falah, Analisis Factor Penghambat dan Factor Pendukung Implementasi Pendidikan Kewirausahaan Di Pondok Pesantren Al Falahbadak Belik Pemalang,

Bab V Penutup, berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

Referensi

Dokumen terkait

Uraian tugas kepala ruangan yang ditentukan oleh Depkes (1994) dalam melaksanakan fungsi perencanaan adalah (1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta tenaga

Badan/Lembaga Amil Zakat tersebut melakukan promosi melalui iklan di media massa dan media sosial yang memberikan informasi kepada masyarakat.. Badan/Lembaga Amil Zakat

menghubungi kami untuk meminjam buku yang ada diperpustakaan, terus kami sistem portal sehingga pengguna (mahasiswa, dosen dan pegawai) dapat mencari judul buku dari rumah

Wのバルクバンド構造を考慮レW(100)表面からの電界

Pilihan tersebut dapat di rangking (misalnya dari yang terbaik sampai dengan yang terburuk; dari awal hingga terakhir) dan dinomorkan 1,2,3 dan berikutnya. Skala interval

Berton et al (2009) juga mengemukan jika persepsi terhadap barang mewah menjadi faktor penentu niat beli dari konsumen, dimana dibagi menjadi dua yaitu: persepsi

Data Primer yang diperoleh dari penelitian adalah berupa wawancara dengan karyawan PT Astra Otoparts Tbk Astra Niaga Domestik Division..

Profit yang diperoleh dari Walker and Company dari lini buku anak-anak setiap tahun tidak memberikan keuntungan yang maksimal karena perencanaan laba yang kurang