• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE PENEMUAN BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SUB MATERI POKOK TRIGONOMETRI KELAS X SMA NEGERI 8 SEMARANG SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2006/2007.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE PENEMUAN BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SUB MATERI POKOK TRIGONOMETRI KELAS X SMA NEGERI 8 SEMARANG SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2006/2007."

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

KOOPERATIF DENGAN METODE PENEMUAN

BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SUB MATERI

POKOK TRIGONOMETRI KELAS X SMA NEGERI 8

SEMARANG SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

2006/2007

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Matematika

oleh Dwi Darmadi

4101403003

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)

iii

ABSTRAK

Darmadi, Dwi. 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif dengan

Metode Penemuan Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada Pembelajaran Matematika Sub Materi Pokok Trigonometri Kelas X SMA Negeri 8 Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi, Jurusan Matematika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama: Drs. Suhito, M. Pd., Pembimbing Pendamping: Drs. Sugiman, M. Si.

Kata kunci: learning together, penemuan, lembar kerja

Pembelajaran matematika saat ini membutuhkan perhatian yang khusus dari para pengajar. Sesuai dengan kurikulum yang menuntut tercapainya suatu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka guru harus dapat menjalankan tugas mengajar dengan sebaik-baiknya supaya peserta didik dapat tuntas belajar matematika. Untuk itu, dibutuhkan suatu alternatif untuk mengembangkan pembelajaran yaitu dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang tepat untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Salah satu pembelajaran matematika yang perlu ditingkatkan adalah pada materi pokok trigonometri. Mempelajari trigonometri memerlukan pemahaman, penalaran dan komunikasi yang lebih tinggi. Supaya diperoleh hasil yang baik, perlu memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi trigonometri.

Model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan lembar kerja siswa memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Pembelajaran Kooperatif dapat menjadikan peserta didik aktif berkomunikasi dengan teman sebaya yaitu dalam kelompok, dengan metode penemuan dapat menjadikan peserta didik lebih banyak berpikir untuk menemukan suatu konsep dan dengan bantuan media LKS dapat membantu peserta didik dalam berlatih dan secara bertahap menemukan konsep yang dipelajari. Dengan kelebihan-kelebihan model pembelajaran tersebut apakah dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi trigonometri? Maka dari itu peneliti melakukan penelitian dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Penemuan Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada Pembelajaran Matematika sub Materi Pokok Trigonometri Kelas X SMA Negeri 8 Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2006/2007”, dan dari judul terdapat permasalahan yakni bagaimanakah Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Penemuan Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMA 8 Semarang tahun pelajaran 2006/ 2007. Dengan teknik pengambilan sampel menggunakan cluster

random sampling diambil sampel sebanyak 2 kelas yaitu peserta didik kelas X F

(4)

iv

(5)

v

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 13 Agustus 2007.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S., M.S Drs. Supriyono, M. Si NIP. 130781011 NIP. 130815345

Penguji Penguji/Pembimbing Utama

Drs. Suparyan, M. Pd Drs. Suhito, M.Pd NIP. 130935364 NIP. 130604210

Penguji/Pembimbing Pendamping

(6)

vi

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini adalah benar-benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2007

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis tujukan kepada:

1) Orang tuaku yang selalu menyayangi dan mencintaiku, doa kalian

selalu menyertai setiap langkahku

2) Adik-adik, kakak dan saudaraku tercinta

3) Teman-teman seperjuanganku, Penddidikan Matematika’03

(8)

viii

MOTTO

1) Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh (Soekarno)

2) Ikhtiar, tawakal, qona’ah, ikhlas dan bersyukur sepanjang hidup (K. H. Ahmad Minan Zuhri bin Asnawi)

3) “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (QS 36:38)

(9)

ix

Alhamdulillahirobbil alamin. Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat, taufik, hidayah dan inayah yang telah diberikan-Nya sehingga selesai skripsi ini. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan kita nabi akhiruzzaman Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan kepada kaumnya.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penulisan dan pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Kasmadi Imam S., M. S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Supriyono, M. Si., Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Suhito, M. Pd., Dosen Wali dan Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

5. Drs. Sugiman, M. Si., Dosen Pembimbing Pendamping yang baik hati dan memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi.

6. Orang tua yang telah memberikan doa dan restu kepadaku.

7. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika Angkatan 2003.

8. Berbagai pihak yang telah membantu saya dalam penelitian dan penulisan skripsi ini yang tak dapat saya sebutkan satu per satu.

Penulis tahu bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Penulis mengharap masukan dan saran dari para pembaca. Akhirnya penulis sampaikan semoga dapat bermanfaat. Amin.

(10)

x

Halaman

ABSTRAK...………. iii

PENGESAHAN...………. v

PERNYATAAN ...………. vi

PERSEMBAHAN...………. vii

MOTTO ...………. viii

KATA PENGANTAR ...………. ix

DARTAR ISI ...………. x

DAFTAR LAMPIRAN...………. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Penegasan Istilah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan Skripsi ... 8

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori... 10

1. Belajar dan Pembelajaran ... 10

2. Strategi Belajar Mengajar ... 13

3. Prestasi Belajar ... 13

(11)

xi

7. Metode Ekspositori ... 16

8. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 17

9. Trigonometri ... 17

B. Kerangka Berpikir... 21

C. Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

B. Variabel Penelitian... 25

C. Metode Pengumpulan Data... 25

D. Rancangan Penelitian... 26

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Hasil Ujicoba Instrumen Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 45

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(12)

xii

Lampiran Halaman

1. Daftar Peserta Didik Kelas Uji Coba ... 59

2. Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 60

3. Soal Uji Coba... 62

4. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 65

5. Lembar Jawaban Soal Uji Coba... 68

6. Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda ... 69

7. Analisis Soal Uji Coba Uraian... 71

8. Perhitungan Validitas Butir Soal ... 72

9. Perhitungan Reliabilitas Soal... 74

10. Contoh Perhitungan Taraf Kesukaran... 76

11. Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 77

12. Daftar Peserta Didik Kelompok Sampel... 79

13. Daftar Nama Kelompok Belajar Kelas Eksperimen ... 80

14. Rencana Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 81

15. LKS I ... 93

16. Jawaban LKS I... 96

17. LKS II ... 99

18. Jawaban LKS II ... 101

19. LKS III ... 101

20. Jawaban LKS III……….. ... 107

21. LKS IV ... 111

(13)

xiii

25. Angket Sikap Peserta Didik ... 133

26. Hasil Angket Sikap Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 136

27. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Instrumen Penelitian... 138

28. Instrumen Penelitian ... 140

29. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian... 142

30. Lembar Jawaban Instrumen Penelitian ... 147

31. Data Awal Prestasi Belajar Peserta Didik... 148

32. Data Akhir Prestasi Belajar Peserta Didik ... 149

33. Uji Normalitas Data Awal Kelompok Eksperimen ... 150

34. Uji Normalitas Data Awal Kelompok Kontrol ... 151

35. Uji Kesamaan Dua Varians Data Awal ... 152

36. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Awal... 153

37. Uji Normalitas Data Akhir Kelompok Eksperimen... 154

38. Uji Normalitas Data Akhir Kelompok Kontrol ... 155

39. Uji Kesamaan Dua Varians Data Akhir... 156

40. Uji Perbedaan Rata-Rata Data Akhir... 157

41. Ketercapaian Ketuntasan Belajar... 158

42. Uji Penguasaan Materi... 159

43. Dokumentasi Penelitian ... 160

44. Surat Ijin Penelitian ... 163

(14)

1

PENDAHULUAN

A.

Alasan Pemilihan Judul

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika

di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.

Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan

penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tujuan

pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut. Tidak lepas dari tujuan tersebut, matematika yang

merupakan salah satu mata pelajaran pada pendidikan menengah atas mempunyai

tujuan meningkatkan kecerdasan dalam berpikir logis, pengetahuan tentang

matematika, keterampilan dalam berhitung dan syarat untuk mengikuti

pendidikan lebih lanjut. Tujuan tersebut menjadikan perlunya pelajaran

matematika pada jenjang-jenjang pendidikan sekolah.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik

mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan

(15)

bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki

kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk

bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Mata pelajaran Matematika secara umum dipandang peserta didik sebagai

pelajaran yang sulit sehingga tujuan pembelajaran yang sesuai dengan standar

kompetensi tidak tercapai. Prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran

matematika kurang memuaskan. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk

meningkatkan prestasi belajar matematika.

Salah satu upaya peningkatan prestasi belajar matematika adalah

penggunaan metode pembelajaran yang tepat dengan materi pembelajaran yang

diajarkan. Sebagai seorang guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang

cocok sehingga prestasi belajar peserta didik maksimal. Pembelajaran

konvensional yang menggunakan metode ekspositori cocok diterapkan pada mata

pelajaran matematika bahkan sub-sub materi pelajaran matematika. Tetapi guru

perlu menggunakan variasi dalam mengajar yaitu menggunakan model

pembelajaran atau metode pembelajaran yang lain sehingga model atau metode

yang dipakai dapat memaksimalkan prestasi belajar matematika.

Aspek yang dinilai dalam evaluasi mata pelajaran matematika pada

jenjang pendidikan menengah atas adalah kognitif, afektif dan psikomotor.

Dengan kata lain aspek-aspek ini merupakan prestasi belajar yang hendak dicapai

dalam pendidikan sekolah. Sejalan dengan kurikulum yang diberlakukan di

sekolah, prestasi belajar matematika dapat ditingkatkan dengan menerapkan

model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar

(16)

kognitif yaitu pemahaman konsep dan penalaran yang diukur dengan sebuah tes.

Aspek afektif dan psikomotorik tidak diteliti karena kemampuan dan keterbatasan

peneliti, sedangkan untuk aspek pemecahan masalah tidak diteliti dan

dievaluasikan karena pada ujian semester mata pelajaran matematika butir soal

tentang materi trigonometri sebagian besar yang dievaluasi adalah pemahaman

konsep dan penalaran. Dengan menerapkan model pembelajaran yang efektif

meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran peserta didik, prestasi belajar

pada materi trigonometri jenjang pendidikan menengah atas dapat ditingkatkan.

SMA Negeri 8 Semarang merupakan sekolah yang terletak di Semarang

bagian barat dan mempunyai prestasi akademik yang baik. Hal itu terbukti bahwa

SMA N 8 Semarang pernah memperoleh peringkat terbaik dari semua SMA

negeri di Semarang dalam hasil ujian nasional matematika pada tahun 2003 dan

bahasa Inggris tahun 2006. Walaupun demikian tetap masih ada peserta didik

yang mempunyai prestasi belajar kurang khususnya pada mata pelajaran

matematika. Pemahaman konsep dan penalaran peserta didik kelas X terhadap

materi pokok trigonometri masih banyak yang kurang baik dan di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Peserta didik lebih cenderung menghafal dari pada

memahami materi trigonometri dan masih ada juga peserta didik yang

menganggap trigonometri itu sulit sehingga motivasi belajarnya kurang. Karena

prestasi belajar matematika peserta didik kelas X SMA Negeri 8 Semarang pada

semester gasal kurang memuaskan maka guru perlu mengubah model

pembelajaran dan menggunakan variasi metode pembelajaran lain yang lebih

(17)

Salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada

materi trigonometri adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan

metode penemuan berbantuan LKS. Dengan adanya pembelajaran kelompok

kecil dengan metode penemuan peserta didik dapat lebih aktif dan bekerja dalam

kelompok kecil untuk mendapatkan pengetahuan baru yang merupakan

penemuan individu serta dengan LKS dapat membantu peserta didik untuk

menemukan suatu sifat atau rumus dalam trigonometri. Dengan meningkatnya

keaktifan peserta didik, diharapkan meningkat pula motivasi belajar sehingga

prestasi belajar peserta didik pada materi trigonometri menjadi lebih baik dan

dicapai hasil yang maksimal. Perlu diteliti apakah model pembelajaran kooperatif

dengan metode penemuan berbantuan lembar kerja dapat meningkatkan keaktifan

peserta didik? Apakah dengan meningkatnya keaktifan peserta didik meningkat

pula motivasi belajarnya? Apakah meningkatnya motivasi belajar peserta didik

dapat meningkatkan prestasi belajar sehingga model pembelajaran menjadi

efektif? Karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, yang akan dibahas

dan diteliti di sini adalah model pembelajaran kooperatif dengan metode

penemuan berbantuan lembar kerja efektif untuk meningkatkan prestasi belajar

peserta didik khususnya pada materi trigonometri. Oleh karena itu model

pembelajaran tersebut diujicobakan di sekolah supaya prestasi belajar peserta

didik pada materi trigonometri meningkat.

Model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan

lembar kerja diberlakukan pada peserta didik kelas X SMA Negeri 8 Semarang

semester 2 khususnya pada sub materi pokok trigonometri. Diharapkan model

(18)

efektif dari pada pembelajaran menggunakan metode ekspositori yang

ditunjukkan dengan perbedaan prestasi belajar peserta didik, yaitu jika rata-rata

prestasi belajar peserta didik yang diberlakukan model pembelajaran kooperatif

dengan metode penemuan berbantuan lembar kerja lebih baik dibandingkan

dengan yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional dengan metode

ekspositori. Oleh karena itu penulis mengajukan judul skripsi “Keefektifan

Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Penemuan Berbantuan LKS

pada Pembelajaran Matematika sub Materi Pokok Trigonometri Kelas X SMA

Negeri 8 Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2006/2007”.

B.

Rumusan Masalah

Dari uraian alasan pemilihan judul tersebut, maka dapat dirumuskan

permasalahan yaitu bagaimanakah keefektifan model pembelajaran kooperatif

dengan metode penemuan berbantuan LKS pada pembelajaran matematika sub

materi pokok trigonometri kelas X semester 2 SMA Negeri 8 Semarang tahun

pelajaran 2006/2007.

C.

Penegasan Istilah

1. Keefektifan

Efektif artinya ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); dapat

membawa hasil yang berguna (KBBI, 1997:250). Keefektifan yang dimaksud

dalam penulisan ini adalah keberhasilan tentang usaha atau tindakan yaitu

keberhasilan dalam model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan

(19)

peserta didik yang diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran

kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS lebih baik

dibandingkan dengan rata-rata prestasi belajar peserta didik menggunakan

model pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Yang dimaksud model pembelajaran kooperatif disini adalah model

Belajar Bersama atau Learning Together yang dikembangkan oleh David

Johnson dan Roger Johnson (1994). Model ini melibatkan peserta didik yang

bekerja dalam kelompok-kelompok beranggotakan empat atau lima orang

heterogen menangani tugas tertentu. Kelompok-kelompok itu menyerahkan

satu hasil kelompok dan menerima pujian serta ganjaran berdasarkan pada

hasil kelompok tersebut. Model ini menekankan pada kegiatan-kegiatan

pembinaan kerjasama tim sebelum peserta didik mulai bekerjasama dan

melakukan diskusi terjadwal di dalam kelompok tentang seberapa jauh

mereka berhasil dalam bekerjasama.

3. Metode Penemuan

Metode penemuan dalam pembelajaran merupakan penemuan yang

dilakukan peserta didik. Metode penemuan disini digabung dengan model

Cooperatif Learning atau Pembelajaran Kooperatif yang berdasar pada teori

bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami

konsep-konsep sulit bila menggunakan model pembelajaran ini.

(20)

Lembar Kerja Siswa, disingkat LKS merupakan salah satu bentuk

media pembelajaran yang berupa lembaran kertas. Dengan berbantuan LKS

dapat membantu terlaksananya proses belajar mengajar sehingga

pembelajaran Matematika dapat berjalan lancar dan kompetensi-kompetensi

dasar dalam pembelajaran Matematika dapat tercapai.

5. Trigonometri

Trigonometri merupakan cabang matematika modern yang membahas

tentang sirkulasi dan fungsinya (Tim Penulis MGMP Kota Semarang,

2005:85). Yang dimaksud trigonometri di sini adalah salah satu materi pokok

pelajaran Matematika kelas X semester 2 jenjang pendidikan SMA.

D.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi

belajar matematika pada sub materi pokok trigonometri antara model

pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan lembar kerja dan

model pembelajaran konvensoinal dengan metode ekspositori, serta untuk

mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif dengan metode

penemuan berbantuan lembar kerja pada pembelajaran matematika sub materi

pokok trigonometri kelas X SMA Negeri 8 Semarang semester 2 tahun pelajaran

2006/2007.

(21)

Bagi guru, penelitian ini bermanfaat untuk menambah variasi mengajar

yaitu model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS

dan dapat memilih model pembelajaran yang nantinya diterapkan dalam proses

pembelajaran.

Bagi peserta didik, penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan peserta

didik dalam mengikuti proses belajar mengajar, mampu menerapkan

prinsip-prinsip kerja sama dalam kelompoknya dan dapat termotivasi untuk belajar

matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Manfaat penelitian bagi peneliti adalah:

1. Mendapat pengalaman melakukan analisis kebutuhan, mengembangkan

instrumen dan model pembelajaran.

2. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif dengan metode

penemuan berbantuan LKS pada sub materi pokok trigonometri.

F.

Sistematika Penulisan Skripsi

Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal,

bagian isi, dan bagian akhir skripsi.

1. Bagian Awal Skripsi

Bagian awal skripsi berisi halaman judul, abstrak, pengesahan,

persembahan, motto, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi Skripsi

Bagian isi terdiri atas lima bab yaitu pendahuluan, landasan teori dan

hipotesis, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta penutup.

(22)

Mengemukakan tentang alasan pemilihan judul, permasalahan,

penegasan istilah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika

penulisan skripsi.

Bab II Landasan Teori dan Hipotesis

Berisi teori yang mendasari permasalahan, dan selanjutnya

dikemukakan kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang subjek penelitian, variabel penelitian, metode

pengumpulan data, rancangan penelitian, instrumen penelitian,

analisis instrumen, analisis data, dan hasil uji coba interumen

penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan

Berisi pembahasan dan hasil penelitian.

Bab V Penutup

Mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-saran dari

peneliti.

3. Bagian Akhir Skripsi

(23)

10

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A.

Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar artinya berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.

Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk

hidup belajar (KBBI, 1997:15). Selain itu belajar pernah dipandang sebagai

proses penambahan pengetahuan. Bahkan pandangan ini mungkin hingga

sekarang masih berlaku bagi sebagian orang di negeri ini. Akibatnya,

“mengajar” pun dipandang sebagai proses penyampaian pengetahuan atau

keterampilan dari seorang guru kepada para peserta didiknya.

Pandangan semacam itu tidak terlalu salah, akan tetapi masih sangat

kecil, terlalu sempit, dan menjadikan peserta didik sebagai individu-individu

yang pasif, reseptif (menerima, terbuka dan tanggap terhadap pendapat atau

anjuran). Oleh sebab itu, pandangan tersebut perlu diletakkan pada perspektif

yang lebih wajar sehingga ruang lingkup substansi belajar tidak hanya

mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan (dalam pengertian luas,

yakni keterampilan untuk hidup (life skills)), nilai, dan sikap. Berkaitan

dengan ini, Fontana dalam Suherman (2003:7) mendefinisikan belajar sebagai

suatu proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil

dari pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan

lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan

(24)

bertahan selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian, belajar pada

dasarnya dapat dipandang sebagai suatu proses perubahan positif-kualitatif

yang terjadi pada tingkah laku peserta didik sebagai subyek didik akibat

adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, minat, apresiasi,

kemampuan berpikir logis dan kritis, kemampuan interaktif, dan kreativitas

yang telah dicapainya. Konsep belajar demikian menempatkan manusia yang

belajar tidak hanya pada proses teknis, tetapi juga sekaligus pada proses

normatif. Hal ini amat penting agar perkembangan kepribadian dan

kemampuan belajar (peserta didik, mahasiswa, peserta pelatihan) terjadi

secara harmonis dan optimal. (Depdiknas, 2003:4)

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya

interaksi antara seseorang dan lingkungannya (Arsyad, 2002:1). Sementara

itu, agar proses belajar berlangsung efektif, semua faktor internal (dari dalam

diri peserta didik) dan faktor eksternal (dari luar diri peserta didik) harus

diperhatikan oleh setiap guru. Faktor-faktor internal meliputi antara lain

bakat, kecerdasan (intelektual, emosional, dan spiritual), minat, motivasi,

sikap, dan latar belakang sosial ekonomi dan budaya. Adapun faktor-faktor

eksternal meliputi antara lain tujuan pembelajaran, materi pelajaran, strategi

dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian

kelas, reinforcement (penguatan) yang digunakan guru, iklim sosial dalam

kelas, waktu yang tersedia, sistem dan teknik evaluasi, pandangan dan sikap

(25)

belajar peserta didik. Interaksi antarfaktor tersebut akan berpengaruh pada

kualitas proses dan hasil belajar peserta didik.

Pembelajaran adalah istilah yang kadang-kadang mengundang

kontroversi baik di kalangan para ahli maupun di lapangan, terutama di antara

guru-guru di sekolah. Perbedaan pendapat itu terlihat misalnya, sementara

orang mengatakan bahwa istilah pembelajaran sesungguhnya hanya berlaku di

lingkungan pendidikan masyarakat atau pendidikan luar sekolah, bukan di

lingkungan pendidikan sekolah. Sebaliknya, pihak lain menegaskan, justru

istilah tersebut sangat relevan dalam sistem persekolahan, yakni untuk

membelajarkan peserta didik/mahasiswa. Suyitno (2004) berpendapat

pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam

agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara

peserta didik dengan peserta didik.

Ada pula yang berpendapat bahwa pembelajaran merupakan padanan

kata dari istilah instruction, yang artinya lebih luas dari pengajaran (Sardiman,

1988). Sebaliknya, Belkin and Gray (1978) menyatakan bahwa istilah

teaching mencakup konsep instruction dan kegiatan-kegiatan lain yang

bersifat psikologis, sosial, dan pribadi. Hal ini berarti bahwa instruction

merupakan bagian dari konsep teaching.

Tanpa mengurangi penghargaan terhadap perbedaan pendapat

tersebut, dalam skripsi ini istilah pembelajaran akan diartikan secara luas

sehingga keberadaannya tidak hanya dalam jalur pendidikan luar sekolah,

(26)

2. Strategi Belajar Mengajar

Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru murid di

dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pengertian strategi dalam hal ini

menunjuk kepada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan guru murid di

dalam peristiwa belajar mengajar. Sedangkan rentetan perbuatan guru murid

dalam suatu peristiwa belajar mengajar aktual tertentu dinamakan prosedur

instruksional. (Hisbuan dan Moedjiono. 2006:3)

3. Prestasi Belajar Matematika

Menurut Prof. A. Gozali dalam Suhito (1987:4) mengatakan bahwa:

Prestasi adalah hasil kerja dalam suatu lapangan yang telah dicapai dengan

sangat mengagumkan. Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan sebagai

berikut: Prestasi adalah hasil interaksi antara beberapa faktor yang

mempengaruhi baik dari dalam individu maupun dari luar individu yang

bersangkutan.

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan

yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai

tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (KBBI, 1997: 787). Matematika

adalah Ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan

prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan (KBBI, 1997: 637). Dengan memperhatikan pengertian-pengertian

prestasi belajar matematika, dapat disimpulkan prestasi belajar matematika

adalah hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan pembelajaran

matematika. Prestasi belajar di sini ditunjukkan dengan nilai hasil evaluasi

(27)

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Suatu pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif berdasarkan

teori bahwa peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami

konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan

temannya. Peserta didik bekerja dalam kelompok yang beranggotakan empat

orang untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

Pembelajaran ini menekankan pada hakikat sosial dalam belajar dan

penggunaan kelompok sejawat untuk memodelkan cara berpikir yang sesuai

dan saling mengemukakan dan meluruskan kekeliruan pengertian atau

miskonsepsi-miskonsepsi diantara mereka itu sendiri. (Mohamad Nur dan

Prima Retno, 2000:8)

Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di

mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan

kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap keberagaman, dan pengembangan

keterampilan sosial. (Ibrahim, 2000:7)

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling banyak

diterapkan dan dievaluasi yaitu model Belajar Bersama atau Learning

Together. Model Belajar bersama dikembangkan oleh David Johnson dan

Roger Johnson (1994). Model ini melibatkan peserta didik yang bekerja

dalam kelompok-kelompok beranggotakan empat atau lima orang heterogen

menangani tugas tertentu. Kelompok-kelompok itu menyerahkan satu hasil

(28)

kelompok tersebut. Model ini menekankan pada kegiatan-kegiatan pembinaan

kerjasama tim sebelum peserta didik mulai bekerjasama dan melakukan

diskusi terjadwal di dalam kelompok tentang seberapa jauh mereka berhasil

dalam bekerjasama. (Mohamad Nur dan Prima Retno, 2000:30)

5. Metode Penemuan

Metode penemuan merupakan cara belajar mengajar berdasarkan

peranan guru murid di dalam mengolah pesan yaitu pengolahan pesan oleh

peserta didik sendiri. Metode penemuan merupakan bagian dari strategi

belajar mengajar yang membutuhkan pengetahuan prasyarat sehingga peserta

didik dapat aktif dalam mengolah pesan dan menemukan sendiri suatu konsep

atau pengetahuan yang dipelajari. Metode penemuan dapat memperlancar

proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu output yang terjadi secara

alami yaitu dari penemuan dan pemikiran peserta didik.

Metode penemuan terbimbing sering disebut diskoveri (discovery learning), sedangkan penemuan tak terbimbing disebut inkuari (inquiry learning). Dalam metode penemuan terbimbing, para peserta didik diberi bimbingan singkat untuk menemukan jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh peserta didik. Dalam metode penemuan tak terbimbing, para peserta didik secara mandiri harus malakukan terkaan, dugaan, perkiraan, coba-coba, atau usaha lain yang sesuai dengan pengetahuan siapnya melalui berbagai cara.

Perencanaan penggunaan metode penemuan adalah sebagai berikut.

1. Aktivitas peserta didik untuk belajar mandiri perlu ditingkatkan. 2. Hasil akhir harus ditemukan sendiri oleh peserta didik.

3. Materi prasyarat harus sudah dimiliki oleh peserta didik. 4. Guru hanya sebagai pengarah atau pembimbing.

Kelebihan metode penemuan adalah sebagai berikut. 1. Peserta didik aktif dalam kegiatan belajar. 2. Peserta didik memahami benar bahan pelajaran. 3. Menimbulkan rasa puas bagi peserta didik.

(29)

5. Melatih peserta didik belajar mandiri.

Kelemahan metode penemuan adalah sebagai berikut. 1. Menyita waktu banyak.

2. Menyita pekerjaan guru.

3. Tidak semua peserta didik mampu melakukan penemuan. 4. Tidak berlaku untuk semua topik.

5. Untuk kelas yang besar sangat merepotkan guru. (Amin Suyitno, 2004: 6)

6. Pembelajaran Konvensional

Berdasarkan KBBI (1997), konvensional artinya berdasarkan konvensi

atau kesepakatan umum (seperti adat, kebiasaan, kelaziman). Pembelajaran

konvensional adalah proses atau cara belajar yang dilakukan oleh guru dan

peserta didik berdasarkan kesepakatan umum atau pembelajaran yang

biasanya dilakukan. Dalam pembelajaran matematika, yang biasa dilakukan

adalah pembelajaran dengan metode ekspositori.

7. Metode Ekspositori

Metode ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang

guru kepada peserta didik di dalam kelas dengan cara berbicara di awal

pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab (Suyitno,

2004:4). Pada metode ekpositori dominasi guru banyak berkurang, karena

tidak terus menerus bicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan

materi dan contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Dalam

metode ekspositori peserta didik tidak hanya mendengar dan membuat

catatan. Guru bersama peserta didik berlatih menyelesaikan soal latihan dan

peserta didik bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat menjelaskan

pekerjaan peserta didik secara individual atau klasikal. Dalam sistem ini guru

(30)

sistematik dan lengkap sehingga peserta didik tinggal menyimak dan

mencernanya secara teratur dan tertib.

8. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu

pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga

pembelajaran matematika. LKS berupa lembaran kertas yang berisi informasi

maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta

didik). LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan

peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode

terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan.

Karena LKS merupakan stimulus (bimbingan) guru dalam

pembelajaran yang disajikan secara tertulis, maka dalam penulisannya perlu

memperhatikan kriteria media grafis sebagai media visual, khususnya tentang

visualnya untuk menarik perhatian peserta didik. Sedangkan isi pesan, di

samping memperhatikan unsur-unsur penulisan media grafis, juga

memperhatikan hirarki materi (matematika), juga pemilihan

pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efektif dan efisien. (Isti Hidayah dan

Sugiarto, 2006:8)

9. Trigonometri

Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata

“trigono” berarti segitiga dan “metron” berarti ukuran. Menurut asalnya

trigonometri merupakan cabang dari ilmu yang menyelidiki gerak

benda-benda angkasa seperti matahari, bulan, bintang-bintang termasuk menghitung

(31)

digunakan dalam bidang astronomi, navigasi dan penyelidikan lainnya. Pada

saat ini trigonometri merupakan cabang matematika modern yang membahas

tentang sirkulasi dan fungsinya.

A. Pengukuran Sudut

1. Derajat

1 putaran = 3600 10 = 60 menit 1 menit = 60 detik

2. Radian

Ukuran radian =

jari jari

busur panjang

π

2 r

r

π

2 putaran

1 = =

contoh : Tentukan ukuran sudut pusat dalam radian jika:

Panjang busur 20 cm dan jari-jari 5 cm

Jawab :

Sudut pusat = 4radian 5

20 r s

= =

3. Mengubah ukuran derajat ke ukuran radian

Besar sudut satu putaran penuh adalah 360o atau 2π radian.

a o π

180

a

= rad atau

a rad = (57,3 . a)o B. Perbandingan Trigonometri

1. Perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku

(32)

Terdapat 6 istitah perbandingan

trigonometri yaitu: sin, cos, tan, cosec,

sec, dan cot yang didefinisikan

sebagai berikut:

sin r b

θ= ; cosec b r θ= cos r a

θ= ; sec a r θ= tan a b

θ= ; cot b a

θ=

2. Perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut khusus

Sudut Dasar

α 0 30 45 60 90

sin α 0 0

2 1 = 2 1 1 2 1 = 2 2 1 3 2 1 1 4 2 1 =

cos α 4 1

2 1 = 3 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1

= 0 0

2 1

=

tg α =

α cos α sin 0 3 1

1 3 ∞

3. Nilai perbandingan trigonometri di berbagai kuadran

Kuadran

Nilai

I II III IV

Sin (+) (+) (-) (-) Cos (+) (-) (-) (+)

Tan (+) (-) (+) (-)

Cosec (+) (+) (-) (-)

Sec (+) (-) (-) (+)

Cotg (+) (-) (+) (-) Keterangan:

B

b r

a C

A

(33)

(+) = positif

(-) = negatif

4. Rumus perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut di semua

kuadran Rangkuman: θ cotg θ) (90 tan θ sin θ) (90 cos θ cos θ) (90 sin 0 0 0 = − = − = − θ cotg θ) (90 tan θ sin θ) (90 cos θ cos θ) (90 sin 0 0 0 − = + − = + = + θ tan θ) (180 tan θ cos θ) (180 cos θ sin θ) (180 sin 0 0 0 − = − − = − = − θ tan θ) (180 tan θ cos θ) (180 cos θ sin θ) (180 sin 0 0 0 = + − = + − = + θ cotg θ) (270 tan θ sin θ) (270 cos θ cos θ) (270 sin 0 0 0 = − − = − − = − θ cotg θ) (270 tan θ sin θ) (270 cos θ cos θ) (270 sin 0 0 0 − = + = + − = + θ tan θ) (360 tan θ cos θ) (360 cos θ sin θ) (360 sin 0 0 0 − = − = − − = − θ tan θ) (360 tan θ cos θ) (360 cos θ sin θ) (360 sin 0 0 0 = + = + = + θ tan θ) ( tan θ cos θ) ( cos θ sin θ) ( sin − = − = − − = −

C. Rumus Sinus dan Kosinus

1. Aturan Sinus

C sin c B sin b A sin a = =

2. Aturan Kosinus C

b a

c

(34)

C cos . 2ab b

a c

B cos . 2ac c a b

A cos . 2bc c

b a

2 2 2

2 2 2

2 2 2

− + =

− + =

− + =

B.

Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika merupakan proses atau kegiatan guru mata

palajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para peserta didik.

Pembelajaran matematika, di dalamnya terkandung upaya guru untuk

menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, bakat, minat,

dan kebutuhan peserta didik tentang matematika yang amat beragam agar terjadi

interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik

dengan peserta didik dalam mempelajari matematika tersebut.

Pada umumnya peserta didik masih banyak mengalami kesulitan dalam

mempelajari matematika. Hambatan-hambatan yang bersifat psikologis,

sosiologis ataupun fisiologis yang terjadi dalam proses pembelajaran matematika

mengakibatkan hasil belajar peserta didik kurang maksimal bahkan dapat menjadi

buruk. Kesulitan belajar juga dialami peserta didik dalam mempelajari

trigonometri yang merupakan salah satu materi pokok pelajaran matematika SMA

kelas X semester 2.

Peranan guru dalam pembelajaran matematika sangat penting. Guru,

dalam mengajarkan matematika perlu menggunakan model pembelajaran yang

tepat. Model pembelajaran tersebut memuat suatu strategi pembelajaran yang

dapat mengatasi kesulitan belajar peserta didik sehingga dicapai hasil belajar yang

maksimal. Strategi pembelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran

(35)

menggunakan model pembelajaran kooperatif yang memuat strategi pembelajaran

berdasarkan pengaturan guru dan peserta didik yaitu adanya kelompok-kelompok

kecil di dalam kegiatan belajar mengajar. Penerapan pembelajaran kooperatif

dalam pembelajaran matematika dapat menjadikan peserta didik aktif dan

diharapkan kesulitan belajar peserta didik pada materi pokok trigonometri dapat

berkurang. Walaupun demikian, dalam prakteknya guru masih banyak

menggunakan metode ekspositori dalam mengajarkan matematika. Pada

umumnya guru menganggap metode ekspositori sangat efisien dan efektif

digunakan dalam pembelajaran matematika. Pada metode ekspositori peserta

didik belajar lebih aktif dengan adanya latihan soal yang diberikan.

Model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan

LKS merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengajar

matematika. Pembelajaran kooperatif dapat menjadikan peserta didik aktif

bertanya, berdiskusi dan menyelesaikan pekerjaannya. Dengan metode penemuan

peserta didik dapat berpikir tingkat tinggi dan proses pengolahan pesan yang

bersifat deduktif dengan alat bantu LKS yang melatih peserta didik mengerjakan

soal matematika. Pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan

LKS efektif digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi

pokok trigonometri.

Berikut ini (gambar 1) dijelaskan kerangka berpikir penelitian yang lebih

rinci: Trigonometri merupakan salah satu materi pelajaran matematika yang

dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu melalui proses belajar mengajar. Dalam

PBM tersebut dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang dikenai

(36)

kelompok yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan metode

ekspositori. Data awal kedua kelompok sampel ini mempunyai kesamaan varians,

rata-rata sama, dan berdistribusi normal. Dalam akhir PBM, kedua kelompok

diberikan tes yang sama sehingga diperoleh prestasi belajar. Dari rata-rata prestasi

belajar kedua kelompok tersebut dibandingkan dan dianalisis sehingga diketahui

perbedaan rata-rata antara kedua kelompok tersebut.

Gambar 1, Kerangka Berpikir Penelitian

C.

Hipotesis

Hipotesis dalam skripsi ini adalah rata-rata prestasi belajar peserta

didik dengan perlakuan model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan

berbantuan LKS lebih baik dari rata-rata prestasi belajar peserta didik dengan

model pembelajaran konvensional yang menggunakan metode ekspositori.

TRIGONOMETRI

PBM

TES

Prestasi Belajar (Rata-rata)

Dikenai Model

Pembelajaran Kooperatif

Dikenai Model Pembelajaran Konvensional

TES

Prestasi Belajar

(Rata-rata)

(37)

24

METODE PENELITIAN

A.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam skripsi ini adalah peserta didik kelas X SMA N 8

Semarang tahun pelajaran 2006/2007, yang terdiri dari 9 kelas.

2. Sampel

Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling yaitu

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi itu. Secara

acak memilih satu kelas sebagai kelas kontrol yaitu kelas X-I yang terdiri dari

37 peserta didik dan satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas X-F

yang terdiri dari 36 peserta didik serta satu kelas digunakan sebagai kelas uji

coba yaitu kelas X-H sebanyak 35 peserta didik.

Sampel dipilih dengan cluster random sampling karena peserta didik

mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama, yang menjadi objek

penelitian duduk pada tingkat kelas yang sama yaitu kelas X dan pembagian

kelas X SMA N 8 Semarang tidak berdasarkan strata ataupun peringkat

melainkan peserta didik yang memiliki peringkat tinggi, sedang dan rendah

masing-masing tersebar secara merata di setiap kelas, sehingga tidak terdapat

kelas unggulan, favorit dan bukan unggulan atau favorit. Sampel yang diambil

(38)

B.

Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran

kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS dan model

pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori.

2. Variabel terikat

Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah prestasi belajar peserta

didik pada sub materi pokok trigonometri kelas X semester 2 SMA Negeri 8

Semarang.

C.

Metode Pengumpulan Data

1. Metode Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui

atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang

sudah ditentukan (Arikunto, 2003:53). Dalam penelitian ini diberikan sebuah

tes untuk mengukur prestasi belajar yang meliputi aspek kognitif yaitu

pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi peserta didik. Sebelum tes

diberikan kepada peserta didik, tes tersebut terlebih dahulu diujicobakan

untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari tiap-tiap butir tes. Kemudian

tes tersebut dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data awal peserta didik

(39)

3. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi dengan jalan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis dan rasional mengenai

fenomena-fenomena yang diselidiki (Arifin, Zainal. 1991:49). Observasi

digunakan untuk mengetahui tingkah laku peserta didik dan guru yaitu

bagaimana tanggapan, keaktifan dan motivasi peserta didik ketika diajar guru

dan bagaimana pelaksanaan model pembelajaran yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran.

D.

Rancangan Penelitian

1. Rancangan Eksperimen

Sampel terdiri dari 2 kelompok yang dipilih secara random. Kelompok

satu adalah kelompok eksperimen dan kelompok dua adalah kelompok

kontrol. Kelompok eksperimen dikenai model pembelajaran kooperatif

dengan metode penemuan berbantuan LKS, sedangkan kelompok kontrol

dikenai model pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori.

Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengukur pemahaman dan penalaran

peserta didik sehingga diperoleh perbedaan ataukah persamaan prestasi

belajar dari kedua kelompok. Untuk mengetahuinya digunakan statistik yang

sesuai sehingga dapat diketahui keefektifan model pembelajaran kooperatif

dengan metode penemuan berbantuan LKS.

2. Analisis Awal

Analisis awal dilakukan untuk membuktikan bahwa kelompok

(40)

sama. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah nilai matematika pada

LHBS (Laporan Hasil Belajar Siswa) kelas X semester 1.

a. Uji Normalitas

Data awal yang diperoleh dengan dokumentasi ini diuji

normalitasnya dengan hopotesis sebagai berikut:

H0 = Data berdistribusi normal

H1 = Data tidak berdistribusi normal

Suatu sampel acak berukuran n telah diambil dengan rata-rata = x

dan simpangan baku = S, maka kurva normal yang cocok atau sesuai

dengan data tersebut (untuk keperluan ini data harus disusun dalam daftar

distribusi frekuensi yang terdiri atas k buah kelas interval) ialah:

2 2 1

S x x

-.e 2π S

n

y ⎟⎠

⎞ ⎜ ⎝ ⎛ −

=

Untuk keperluan pengujian, kita harus menghitung frekuensi teoritik

Ei dan mengetahui frekuensi nyata atau hasil pengamatan Oi. Frekuensi Oi

jelas didapat dari sampel, masing-masing menyatakan frekuensi dalam

tiap kelas interval. Harga Ei, frekuensi teoritik, didapat dari hasil kali

antara n dengan peluang atau luas dibawah kurva normal untuk interval

yang bersangkutan. Selanjutnya statistik χ2 dihitung dengan

Rumus:

(

)

= −

= k

1

i i

2 i i 2

E E O

χ

dan untuk menentukan kriteria pengujian digunakan distribusi chikuadrat

dengan dk =(k-3) dan taraf α. Kriteria yang digunakan adalah H0

(41)

Hasil perhitungan uji normalitas data awal adalah sebagai berikut:

a) Untuk kelompok eksperimen

Dari hasil perhitungan diperoleh χ2= 0,661. Sedangkan pada tabel

nilai χ2tabel = 7,81 (dengan dk = 3 dan taraf nyata α= 0,05). Karena

2

χ <χ2tabel maka berada pada daerah penerimaan Ho, berarti data

berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 33.

b) Untuk kelompok kontrol

Dari hasil perhitungan diperoleh χ2= 2,72. Sedangkan pada tabel nilai

2

χ tabel = 7,81 (dengan dk = 3 dan taraf nyata α= 0,05). Karena

2

χ <χ2tabel maka berada pada daerah penerimaan Ho, berarti data

berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 34.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki apakah kedua sampel

mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan

dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 : sampel homogen

H1 : sampel tidak homogen

Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai

berikut:

Fhitung =

terkecil varians

terbesar varians

(42)

Kemudian dari perhitungan tersebut dikonsultasikan dengan Ftabel

dengan α = 5% dengan dk pembilang = banyaknya data dengan varians

terbesar dikurangi dengan satu dan dk penyebut = banyaknya data dengan

varians yang terkecil dikurangi satu. Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima.

Yang berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama atau

dikatakan homogen.

Dari hasil perhitungan didapat s12 = 37,67 dan s22 = 43,91 diperoleh F = 1,166 dengan derajat kebebasan untuk pembilang = 36, penyebut=35,

dan α= 0,05 dari daftar F(0,025)(36,35) = 1,75. Jelas Fhitung < Ftabel, maka Ho

diterima, yang berarti tidak ada perbedaan varians antara kedua kelompok

tersebut. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 35.

c. Uji Kesamaan Rata-rata

Yang diuji adalah

⎩ ⎨ ⎧ ≠ = 2 1 1 2 1 0 : H : H μ μμ μ 2 1 n 1 n 1 2 1 s x x t + −

= , dengan

2 n n s ) 1 n ( s ) 1 n ( s 2 1 2 2 2 2 1 1 2 − ++ − − =

Kriteria pengujian yang berlaku adalah: Ho terima jika α 1

-1 21

2

1 t t

t < <

α

dan tolak Ho jika t mempunyai harga-harga lain, dengan α

2 1

-1

t didapat dari

daftar distribusi t dengan dk =. (n1+n2 −2) dan peluang (1 2 ) 1α

− .

(Sudjana, 2002: 239)

Dari hasil perhitungan diperoleh t = 0,036. Untuk α= 5%, dengan dk

= 36 + 37 – 2 = 71, diperoleh t(0.975)(71) = 1,996. Karena - ttabel < thitung <

(43)

tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan. Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 36.

3. Pelaksanaan Eksperimen

Eksperimen dapat dilaksanakan setelah diketahui kelompok sampel

mempunyai kondisi dan kemampuan awal sama yaitu homogen, rata-rata

sama dan berdistribusi normal. Pada pelaksanaan eksperimen dilakukan tes

yang berfungsi sebagai alat ukurnya.

4. Pelaksanaan Tes Akhir

Setelah materi trigonometri selesai diajarkan maka dilakukan tes akhir.

Pelaksanaan tes pada hari yang sama dan secara berturutan antara

kelompok-kelompok sampel. Selanjutnya dilakukan skoring dan analisis data penelitian.

E.

Instrument Penelitian

1. Materi dan Bentuk Tes

Materi tes yang diambil adalah materi yang digunakan sebagai skripsi

yaitu materi pokok trigonometri SMA kelas X semester 2.

Bentuk tesnya adalah objektif dan uraian. Bentuk tes objektif dipilih

karena memudahkan peserta didik dalam menjawab soal dan memudahkan

dalam pengkoreksiannya. Bentuk tes objektif yaitu pilihan ganda. Bentuk

uraian digunakan untuk mengetahui penalaran dan komunikasi peserta didik.

2. Metode Penyusunan Perangkat

a. Melakukan pembatasan materi yang diujikan

b. Menentukan tipe soal

(44)

d. Menentukan waktu pengerjaan soal

e. Menentukan komposisi atau jenjang

f. Membuat kisi-kisi soal

g. Menulis petunjuk pengerjaan soal, bentuk lembar jawaban, kunci jawaban

dan penentuan skor.

h. Menulis butir soal

i. Mengujicobakan instrument

j. Menganalisis hasil uji coba dalam hal validitas, reliabilitas, daya pembeda

dan taraf kesukaran soal.

k. Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang dilakukan.

3. Analisis Instrumen

a. Taraf Kesukaran Butir Soal

1. Taraf kesukaran untuk soal pilihan ganda

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak

terlalalu sukar. Soal yang terlalu sukar membuat peserta didik sulit

berkembang dan putus asa mengerjakannya. Sebaliknya soal yang

terlalu mudah akan dianggap enteng dan peserta didik tidak akan

bersemangat mengerjakannya lagi karena merasa sudah menguasai di

luar batas. Besarnya taraf kesukaran adalah mulai dari 0 sampai

dengan 1. Suatu soal dengan indeks atau taraf kesukaran 0 berarti soal

tersebut sukar dan indeks kesukaran 1 berarti soal tersebut mudah.

Semakin kecil taraf kesukaran berarti soal semakin sulit demikian juga

(45)

Untuk menentukan taraf kesukaran soal pilihan ganda digunakan

rumus sebagai berikut:

JS B P= ,

dimana:

P = indeks kesukaran

B = Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu bengan benar

JS = jumlah seluruh peserta tes

Klasifikasi taraf kesukaran untuk soal pilihan ganda yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

2. Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang

3. Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

(Arikunto, Suharsimi. 2001:207)

2. Taraf kesukaran untuk soal uraian

Perhitungan tingkat kesukaran untuk soal uraian adalah dengan

menghitung berapa persen peserta tes yang gagal menjawab benar atau

ada di bawah batas lulus. Batas lulus yang dimaksud adalah setengah

dari skor maksimal dari masing-masing butir. Klasifikasi tingkat

kesukaran untuk soal uraian adalah sebagai berikut:

1. Jika jumlah peserta tes yang gagal mencapai 27%, termasuk gagal.

2. Jika jumlah peserta tes yang gagal antara 28% sampai dengan 72%,

termasuk sedang.

3. Jika jumlah peserta tes yang gagal 72% ke atas, termasuk sukar.

(46)

b. Daya Pembeda

1. Daya pembeda soal pilihan ganda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi)

dengan peserta didik yang bodoh (berkemampuan rendah). Daya

pembeda dapat ditunjukkan dengan angka yang disebut indeks

diskriminasi, disingkat D (d besar). Untuk menghitung indeks

diskriminasi maka terlabih dahulu peserta tes atau peserta didik

dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok pandai atau upper group

dan kelompok bodoh atau lower group. Untuk membagi kelompok itu

maka peserta didik diurutkan dari yang memperoleh skor tertinggi

sampai yang terendah sehingga separuh peserta didik yaitu yang

memperoleh skor tinggi menjadi kelompok atas dan yang lain menjadi

kelompok bawah. Selanjutnya untuk menentukan indeks diskriminasi

digunakan rumus sebagai berikut:

B A B

B

A

A P P

J B J B

D= − = − ,

di mana:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

(47)

PA= A

A

J B

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

(indeks kesukaran kelompok atas)

PA= A

A

J B

= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(indeks kesukaran kelompok bawah)

Indeks diskriminasi negatif berarti peserta kelompok bawah yang

menjawab soal dengan benar lebih banyak dibandingkan kelompok

atas. Butir soal dengan indeks diskriminasi negatif adalah butir soal

yang jelek. Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai

indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7. Berikut ini klasifikasi daya

pembeda:

D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor).

D : 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory).

D : 0,40 – 0,70 : baik (good).

D : 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent).

D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua soal yang mempunyai

nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

(Arikunto, Suharsimi. 2001:211)

2. Daya pembeda soal uraian

Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal

uraian adalah dengan menghitung perbedaan dua buah rata-rata (mean)

yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata dari

kelompok bawah untuk tiap-tiap item. Berikut rumus yang digunakan

(48)

⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ − + − =

∑ ∑

1) (ni ni x x MH) (ML t 2 2 2 1 keterangan:

MH = rata-rata dari kelompok atas

ML = rata-rata dari kelompok bawah

2 1

x = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas

2 2

x = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah

ni = 27% x N, dengan N = banyaknya peserta tes.

Jika harga t > ttabel dengan dk = (n1 + n2 – 2), maka daya pembeda

butir soal uraian itu signifikan.

(Arifin, Zainal. 1991:141)

c. Validitas

Untuk menentukan validitas digunakan rumus korekasi product

moment dengan angka kasar sebagai berikut:

} Y) ( -Y }{N X) ( -X {N Y) X)( ( -XY N r 2 2 2 2 XY Σ Σ Σ Σ Σ Σ Σ

= , dimana

rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yang dikorelasikan.

(Arikunto, Suharsimi. 2001:72)

d. Reliabilitas

Reliabilitas dapat dicari dengan rumus yang dikemukakan oleh

Kuder dan Richardson yaitu rumus K-R. 20 sebagai berikut:

⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = 2 2 11 S Σpq S 1 n n

(49)

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar dari varians).

(Arikunto, Suharsimi. 2001:100)

Untuk mencari reliabilitas soal uraian atau keseluruhan perlu juga

dilakukan analisis butir soal seperti halnya soal bentuk objektif. Skor pada

masing-masing butir soal dicantumkam pada kolom item menurut apa

adanya. Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha sebagai berikut:

⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜

⎜ ⎝ ⎛

− ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

=

2

t 2 i 11

σ σ

1 1 n

n r

dimana:

r11 = reliabilitas yang dicari,

2

i

σ = jumlah varians skor tiap-tiap item,

2 t

σ = varians total.

(Arikunto, Suharsimi. 2001:108)

4. Analisis Akhir

a. Uji Normalitas

H0 = Data berdistribusi normal

H1 = Data tidak berdistribusi normal

Rumus: =

(

)

i

2 i i 2

E E O

(50)

Kriteria yang digunakan: H0 diterima jika x2 < x2tabel

(Sudjana, 2002:291)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki apakah kedua sampel

mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan

dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 : sampel homogen

H1 : sampel tidak homogen

Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai berikut:

Fhitung =

terkecil varians

terbesar varians

(Sudjana, 2002: 250)

Kemudian dari perhitungan tersebut dikonsultasikan dengan Ftabel dengan

α = 5% dengan dk pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi dengan

satu dan dk penyebut = banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika

Fhitung < Ftabel maka H0 diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut

mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen.

c. Uji Hipotesis

Uji Perbedaan Rata-rata (Uji Pihak Kanan)

Yang diuji adalah

⎩ ⎨ ⎧ > = 2 1 1 2 1 0 : H : H μ μμ μ

Dalam hal σ12, maka statistik yang digunakan ialah statistik t dengan

rumus: 2 1 n 1 n 1 2 1 s x x t + −

= , dengan

(51)

Kriteria pengujian yang berlaku adalah : terima Ho jika t<t1-α dan tolak

Ho jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar

distribusi t ialah (n1 +n2 −2) dengan peluang (1−α).

Jika σ1 ≠σ2, maka statistik yang digunakan adalah statistik t’.

2 2 2 1 2 1 n s n s 2 1 x x t' + − =

Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah: tolak hipotesis Ho jika

2 1 2 2 1 1 w w t w t w t' + +

≥ dan terima Ho jika terjadi sebaliknya, dengan

) 1 (n ), -(1 1 2 2 2 2 1 2 1

1 n ,t t 2

s w , n s

w = = = α . Peluang untuk penggunaan daftar

distribusi t ialah (1−α) sedangkan dk-nya masing-masing (n1−1) dan

). 2 (n2

(Sudjana, 2002: 243)

d. Uji Penguasaan Materi

Uji penguasaan materi digunakan untuk mengetahui apakah peserta

didik telah menguasai materi yang diajarkan. Peserta didik dikatakan telah

menguasai materi atau konsep jika memenuhi ketuntasan belajar yaitu

telah mencapai skor 62% atau mendapat nilai 62. KKM pada mata

pelajaran matematika di sini yang digunakan adalah μ0= 62.

Hipotesis yang digunakan adalah

⎩ ⎨ ⎧ > ≤ 0 1 0 0 μ μ : H μ μ : H

Rumus yang digunakan adalah

(52)

dengan x = rata-rata hasil belajar,

s = simpangan baku,

n = banyak peserta didik.

Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika thitung ≥ ttabel dengan taraf nyata

α = 5%, peluang = (1 - α) dan dk = (n-1). (Sudjana, 2001:231)

F.

Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Validitas Soal

Dari hasil analisis uji coba instrumen dapat diketahui bahwa 10 item

dari 20 item soal pilihan ganda yang diujicobakan layak untuk dipakai yaitu

dengan kriteria valid. Soal yang termasuk kategori valid adalah soal nomor 4,

5, 6, 7, 8, 9, 15, 16, 17 dan 20. Karena butir-butir soal tersebut mempunyai rxy

lebih dari rtabel. Perhitungan analisis uji coba validitas soal pilihan ganda dapat

dilihat pada lampiran 8.

Butir soal yang valid untuk soal uraian adalah butir nomor 1, 2, 4, 5, dan

7. Sedangkan butir soal yang tidak valid adalah butir 3 dan 6. Perhitungan

analisis uji coba validitas soal uraian dapat dilihat pada lampiran 8.

2. Reliabilitas

Soal uji coba yang diberikan sebanyak 20 butir soal pilihan ganda. Dari

perhitungan hasil analisis uji coba didapat r11 adalah 0.421. Dengan α = 5 %

dan n = 35 diperoleh rtabel = 0.334. Karena r11 > rtabel, maka dapat disimpulkan

bahwa soal uji coba tersebut reliabel. Perhitungan analisis uji coba reliabilitas

(53)

Dari perhitungan analisis reliabilitas soal uraian diperoleh rxx =0,435.

Karena rxx kurang dari 1 maka uji coba soal uraian dikatakan reliabel.

Perhitungan analisis uji coba reliabilitas soal uraian dapat dilihat pada

lampiran 9.

3. Taraf Kesukaran

Dari hasil uji coba, 20 butir soal pilihan ganda yang termasuk dalam

kategori:

1) Mudah adalah : 1, 2, 5, 6, 9 dan 20

2) Sedang adalah : 3, 7, 8, 14 dan15

3) Sukar adalah : 4, 10, 11, 12, 13, 16, 17, 18 dan 19.

Untuk soal uraian yang termasuk dalam kategori mudah adalah butir nomor 2

dan 3. Sedangkan butir soal uraian nomor 1, 4, 5, 6 dan 7 termasuk dalam

kategori sedang. Perhitungan analisis taraf kesukaran butir soal dapat dilihat

pada lampiran 10.

4. Daya Pembeda

Untuk menginterpretasikan daya pembeda dapat digunakan tolak ukur

sebagai berikut:

D: 0,00 – 0,20 : jelek

D: 0,20 – 0,40 : cukup

D: 0,40 – 0,70 : baik

D: 0,70 – 1,00 : baik sekali

D: negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai

(54)

Dari hasil analisis daya pembeda soal uji coba, 20 butir soal pilihan

ganda yang termasuk dalam kategori:

1) Sangat jelek : 1, 2, 10, 12, 13 dan 19

2) Jelek : 3, 9, 11, 16, 17 dan 18

3) Cukup : 5, 6, 7, 8, 14, 15 dan 20

4) Baik : 4

Untuk semua butir soal uraian kriteria daya pembeda adalah tidak punya daya

pembeda yang signifikan. Perhitungan daya pembeda hasil uji coba tes dapat

dilihat pada lampiran 11.

5. Penentuan Instrumen

Instrumen yang dipakai dalam eksperimen adalah butir soal yang

memiliki kriteria validitas isi, validitas butir dan reliabel.

Berdasarkan hasil perhitungan, maka instrumen yang dipakai dalam

penelitian adalah butir soal pilihan ganda nomor: 4, 5, 6, 7, 8, 9, 15, 16, 17

(55)

42

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian dan pembahasan di sini adalah hasil studi lapangan untuk

memperoleh data dengan teknik tes setelah dilakukan suatu pembelajaran pada

kelompok eksperimen yang berbeda dengan pembelajaran yang biasa dilakukan

oleh guru mata pelajaran pada kelas tersebut. Sebagai kelompok eksperimen

adalah peserta didik kelas X F yang diberi perlakuan model pembelajaran

kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS dan sebagai kelompok

kontrol adalah peserta didik kelas X I yang diberi pembelajaran konvensional

dengan metode ekspositori. Variabel yang diteliti adalah prestasi belajar

matematika pada materi pokok trigonometri kelas X SMA Negeri 8 Semarang.

Setelah gambaran pelaksanaan penelitian dijelaskan, dilanjutkan dengan

pengujian hipotesis menggunakan statistik t dengan pengujian normalitas dan

kesamaan varians sebagai uji prasyaratnya.

1. Pelaksanaan Pembelajaran

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang terdiri dari satu

kelompok eksperimen. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29

Maret 2007 sampai dengan 26 April 2007, pada peserta didik kelas X F SMA

8 Semarang. Sebelum kegiatan penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu

menentukan materi, mempersiapkan LKS dan menyusun rencana

pembelajaran. Materi pokok yang dipilih adalah trigonometri dengan sub

(56)

perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut khusus, nilai perbandingan

trigonometri sudut di berbagai kuadran, rumus perbandingan trigonometri

sudut-sudut di semua kuadran dan aturan trigonometri pada segitiga.

Pembelajaran pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran kooperatif

dengan metode penemuan berbantuan LKS. Pelaksanaan pembelajaran di sini

terdiri dari 5 tahap utama yaitu: guru mengorientasikan atau memperkenalkan

peserta didik pada situasi masalah, mengorganisir peserta didik untuk belajar

dengan cara membagi kelas menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari 4

hingga 5 orang, peserta didik belajar sesuai dengan kemampuan

masing-masing dengan bantuan LKS dengan metode penemuan, guru membantu

mengembangkan kemampuan peserta didik (sebagai fasilitator) dan peserta

didik menyajikan hasil penemuannya, yang terakhir peserta didik

menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Pembelajaran di kelas kontrol yaitu pembelajaran secara konvensional

dengan metode ekspositori dan penemuan. Pelaksanaan pembelajaran secara

konvensional seperti dilakukan guru biasanya dengan tahap-tahap yaitu: guru

mengorientasikan atau memperkenalkan peserta didik pada situasi masalah

dengan ceramah, mengorganisir peserta didik untuk mempersiapkan kondisi

fisiknya, guru membantu mengembangkan kemampuan peserta didik (sebagai

fasilitator), peserta didik menyelesaikan soal-soal, dan peserta didik

menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama guru.

(57)

Dari perhitungan data kelompok eksperimen setelah perlakuan dengan

mean 65,35; simpangan baku = 11,98; nilai tertinggi = 85; nilai terendah =

43; banyak kelas interval = 6, dan panjang kelas interval = 8 diperoleh χ2hitung

= 6,9630. Dengan banyaknya data 36, dan dk = 3, diperoleh χ2tabel = 7,815,

dengan demikian χ2hitung < χ2tabel, ini berarti nilai akhir prestasi belajar

matematika kelompok eksperimen berdistribusi normal. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 37.

Hasil perhitungan untuk kelompok kontrol setelah perlakuan dengan

mean = 58,58; simpangan baku = 11,78; nilai tertinggi = 83; nilai terendah =

33; banyaknya kelas interval = 6, dan panjang kelas interval = 9, diperoleh

hitung 2

χ = 2,7208. Dengan banyaknya data 37, taraf nyata 5%, dan dk = 3,

diperoleh χ2tabel = 7,815. Dengan demikian χ2hitung < χ2tabel. Ini berarti nilai

prestas

Gambar

Gambar 1, Kerangka Berpikir Penelitian
tabel maka berada pada daerah penerimaan Ho, berarti data
 = 7,815. Dengan demikian tabelχ2hitung
 Prasyarat : Perhatikan gambar(1)!  x = absis, y = ordinat dan r = jarak, maka YGambar (1)
+2

Referensi

Dokumen terkait

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan peningkatan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu pembelajaran eksperimen yang menggunakan pembelajaran

berbantuan CD pembelajaran, kelas eksperimen II menerapkan model TPS berbantuan media alat peraga dan kelas kontrol menerapkan pembelajaran langsung. Perlakuan yang diberikan

Perbedaan hasil belajar ini dikarenakan perbedaan perlakuan yang diberikan yaitu pada kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Skripsi dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Lingkaran

Langkah-langkah penggunaan model pembelajaran discovery learning atau penemuan terbimbing berbantuan LKS yang dipergunakan adalah sebagai berikut: (a) penyajian

penelitian dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks Berbantuan LKS Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII.. MTs

Skripsi dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Hasil Belajar. Matematika Siswa Kelas

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar peserta didik kelompok eksperimen yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT