• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diversifikasi Makanan Tradisional Anak Tat BEJO (Biji Karet Jemo Kito) Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Pangan di Provinsi Bengkulu Melalui Pendekat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Diversifikasi Makanan Tradisional Anak Tat BEJO (Biji Karet Jemo Kito) Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Pangan di Provinsi Bengkulu Melalui Pendekat"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)

Diversifikasi Makanan Tradisional Anak Tat BEJO (Biji Karet Jemo Kito) Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Pangan di Provinsi Bengkulu Melalui

Pendekatan Sosial Budaya

Siska Haryani

SMKS AGRO MARITIM MUHAMMADIYAH BENGKULU

“Soal persediaan makanan rakyat ini, bagi kita adalah soal hidup dan mati”

Kalimat diatas merupakan potongan pidato presiden pertama republik Indonesia Ir. Soekarno saat menghadiri agenda peletakan batu pertama pembangunan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 1952. Pidato tersebut sejatinya masih sangat relevan dengan keadaan bangsa Indonesia saat ini. Enam puluh tujuh tahun lalu, semenjak pidato bersejarah itu disampaikan kepada pemuda Indonesia tentang kekhawatiran dan kerisauan Ir. Soekarno terhadap ketahanan pangan bangsa. Bagaimana tidak, karena kondisi pangan terus menghadapi tantangan dan kompleksitas permasalahan yang membutuhkan keseriusan dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia untuk ketahanan pangan.

Secara geografis, wilayah Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa serta jalur vulkanik yang aktif. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis dan tanah yang subur untuk sektor pertanian. Sektor pertanian masih menjadi salah satu kunci dalam pembangunan nasional kedepan (Saheb dkk, 2018). Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi mengatakan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 100 jenis pangan sumber karbohidrat, 100 jenis kacang-kacangan, 250 jenis sayuran, dan 450 jenis buah-buahan (Tamburian., E.G.V.G, 2018).

Melimpahnya keanekaragaman hasil pertanian tersebut saat ini masih belum

(24)

tereksplor secara optimal oleh pemerintah maupun masyarakat seperti potensi hasil samping pertanian.

Biji karet merupakan salah satu hasil samping pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal. Biji karet memiliki proporsi bagian yang dapat dikonsumsi sekitar 57%. Komposisi zat gizi 100 g biji karet yaitu: protein 17,41- 22,50, karbohidrat 6,99 ± 0,01, abu 3,08 - 3,50, lemak 49,50 - 68,53 (Eka dkk, 2010., Fatimah, 2014., Yusuf, 2010 dan Ulya, 2017).

Secara umum biji karet memenuhi aspek-aspek ketahanan pangan berdasarkan FAO (2003) tentang ketahanan pangan yaitu aspek ketersediaan bahan. Provinsi Bengkulu memiliki jumlah tanaman produktif sebesar 81.378 Ha yang diperkirakan mampu menghasilkan biji karet sekitar 8.0041,6 ton/tahun (Eka dkk, 2010). Aspek kedua adalah jangkauan akses penduduk, biji karet cukup mudah didapatkan di provinsi Bengkulu karena hampir disetiap wilayah terdapat perkebunan karet yang luas. Aspek ketiga adalah stabilitas pasokan, tanaman karet merupakan tanman yang dapat menghasilkan biji sepanjang tahun. Aspek keempat adalah pemanfaatan pangan (lazimnya berkaitan dengan budaya pemanfaatan bahan pangan), biji karet dapat dimanfaatkan sebagai diversifikasi bahan baku atau subtitusi berbagai macam olahan makanan.

Diversifikasi pangan bukan suatu hal baru dalam istilah kebijakan pembangunan pertanian. Pada dasarnya, keragaman atau diversifikasi konsumsi pangan diharapkan bukan hanya pada pangan pokok, tetapi pada semua bahan pangan yang dikonsumsi. Salah satunya melalui konsep diversifikasi konsumsi pangan dengan mengganti pangan impor menjadi bahan pangan lokal. Konsep

(25)

diversifikasi ini menekankan pada pendekatan sosial budaya melalui diversifikasi makanan tradisional untuk ketahanan pangan di provinsi Bengkulu pada Gambar 1.

Gambar 1. Konsep diversifikasi dengan pendekatan budaya

Kue tradisional anak tat merupakan salah satu kue tradisional khas Bengkulu berbentuk kecil dengan isian selai nanas ataupun kelapa. Kue ini dapat ditemui dengan mudah disaat perayaan hari besar ataupun pesta pernikahan (Satriya. D, 2015). Bahan dasar pembuatan kue ini adalah tepung terigu yang merupakan bahan impor. Gandum sebagai bahan baku tepung terigu sudah menjadi bahan pangan utama di provinsi Bengkulu bahkan di Indonesia. Sebagian besar penduduk Indonesia telah mengonsumsi olahan tepung terigu sebagai bahan pangan pokok

Kebudayaan

Diversifikasi Ketahanan Pangan

Biji Karet

(26)

kedua setelah beras. Aptindo (2013) memperkirakan permintaan gandum akan melonjak tajam hingga 10 juta ton per tahun dalam satu dekade ke depan.

Diversifikasi pangan dengan memanfaatkan biji karet sebagai subtitusi terigu pada pembuatan kue tradisional Bengkulu anak tat merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu sebagai produk impor.

Pembuatan kue anak tat biji karet ini dilakukan secara eksperimental yang terdiri dari persiapan biji karet dan pengolahan kue anak tat. Persiapanan biji karet dilakukan untuk menghilangkan racun HCN dengan perendaman biji karet selama 24 jam, setelah itu biji karet direbus selama 120 menit, selanjutnya biji karet direndam selama 24 jam dengan pergantian air 6 jam sekali dan biji karet di oven selama 10 menit (Karima,. R, 2015 dan Yatno dkk, 2015). Setelah proses persiapan biji karet, maka selanjutnya biji karet dihaluskan dan kemudian dilanjutkan tahap pembuatan kue anak tat biji karet.

Pengolahan kedua adalah pengolahan biji karet menjadi kue anak tat, komposisi utama pembuatan kue anak tat adalah 50% biji karet dan 50% tepung terigu. Bahan pendukung yaitu: air bersih, gula pasir, soda kue, mentega dan selai kelapa (sebagai isian). Bahan-bahan tesebut kemudian diolah melalui proses pencampuran, pencetakan, pengisian dan pengovenan. Pengolahan dan kenampakan kue anak tat biji karet disajikan pada gambar dibawah ini (Gambar 2 dan Gambar 3).

(27)

Gambar 2. Diagram alir kue anak tat biji karet

Gambar 3. Hasil kue anak tat biji karet Sumber: Data primer 2019

Setelah menjadi kue anak tat biji karet, dilakukan uji terhadap daya terima konsumen uji organoleptik. Uji organoleptik merupakan hasil reaksi fisikologik

(28)

berupa rangsangan atau tanggapan oleh sekelompok orang yang disebut panelis.

Pengujian kue anat tat biji karet ini menggunakan panelis agak terlatih sebanyak 15 orang dengan pengamatan kesukaan. Parameter yang diamati adalah rasa, aroma dan tekstur dengan skor penilaian 1. Sangat tidak suka, 2. Tidak suka, 3. Biasa, 4.

Suka, 5. Sangat suka (Soekarto, 1985 dalam Suradi. K, 2007). Hasil Uji kesukaan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik organoleptik anak tat biji karet Sumber: Data primer 2019

Gambar grafik diatas (Gambar 4) menunjukkan bahwa rata-rata panelis menyukai produk inovasi kue anak tat biji karet dari segi rasa, aroma dan tekstur.

Hasil analisis dapat disimpulan bahwa kue tradisional anak tat subtitusi biji karet 50% dapat diterima oleh konsumen, sehingga diversifikasi biji karet pada pembuatan kue tradisional anak tat dapat menjadi solusi dalam untuk ketahanan pangan di Provinsi Bengkulu. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Martono, (2011) dalam Indradin dan Irwan, (2016) bahwa faktor kultural atau budaya merupakan salah satu

0 0 1

11

3

0 0

2

10

3

0 0

6

6

3

0 0

8

6

0 1 2 4 6 8 10 12

sangat tidak suka

tidak suka biasa suka sangat suka

Jumlah Panelis

Tingkat Kesukaan

Grafik Uji Organoleptik Anak Tat Biji Karet

Rasa Aroma Tekstur warna

(29)

Faktor yang mendorong perubahan sosial berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat. Semakin luas dan terbukanya penerimaan masyarakat terhadap kultural atau budaya, maka akan berpengaruh kepada perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat. Dalaperlu adanya dukungan dari masyarakat, akademisi serta pemerintah dalam menjalankan dan pengembangan diversifikasi makanan tradisional anak tat BEJO, sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi Bengkulu melalui pendekatan sosial budaya.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Aptindo, 2013. OverviewIndustri tepung Trigu Nasional Indonesia.

www.aptindo.or.id. Diakses 17 oktober 2019.

Eka H.D, Aris T, Nadiah WA. 2010. Potential use of Malaysian rubber (Hevea brasiliensis) seed as food, feed and biofuel. Int Food Res J 17(1): 527-534.

FAO. 2003. World Agriculture: Toward 2015/20130. Chapter 13. Rome, Earthscan.

Fatimah, S., S, Rahmah. A, Ariyani, 2014. Potensi Niji Karet (Havea brasiliensis) Sebagai Bahan Pembuatan Sabun Cuci Tangan Penghilang Bau Karet.

Jurnal Teknologi & Industri.3 (1):2087-6920.

Indraddin dan Irwan, 2016. Strategi dan Perubahan Sosial. Deepublish. . Yogyakarta. 160 halaman.

Karima, R, 2015. Pengaruh Perendaman dan Perebusan terhadap Kadar HCN pada Biji Karet, Jurnal Riset Industri Hasil Hutan. 7(1): 39–44.

Saheb, S., Slamet, Y dan Zuber, A, 2018. Peranan Modal Sosial Bagi Petani Miskin Untuk Mempertahankan Kelangsungan Hidup Rumah Tangga Di Pedesaan Ngawi (Studi Kasus Di Desa Randusongo Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur). Jurnal Analisa Sosiologi, 2(1).

Satriya. D, 2015. Kue Anak Tat (Makanan Tradisional Khas Bengkulu).

http://jelajahbengkulu.blogspot.co.id/2015/09/kue-anak-tat-makanan- tradisional-khas.html. Diakses tanggal 17 oktober 2019.

(31)

Surdi. K, 2007. Tingkat Kesukaan Bakso dari Berbagai Jenis Daging Melalui Beberapa Pendekatan Statistik. Jurnal Ilmu ternak , vol, 7 no. 1, 52-57.

Tamburian., E.G.V.G, 2018. Ini Wujud Pesan Bung Karno Soal Ketahanan Pangan Bangsa. https://www.gesuri.id/kerakyatan/ini-wujud-pesan-bung-karno- soal-ketahanan-pangan-bangsa-b1T2wZdcI. Diakses pada 17 Oktober 2019.

Ulya, N 2017. Sintesis Biodiesel Dari Minyak Biji Karet (Hevea brasiliensis) pada Variasi Suhu Transesterifikasi Dan Rasio (Metanol/Minyak) Pada Waktu 60 Menit. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Yatno, R. Murni, Nelwida, E.N. Yani. 2015. Kandungan Asam Sianida, Bahan Kering Dan Bahan Organik Tepung Biji Karet Hasil Pengukusan. Jurnal Ilmu- Ilmu Peternakan, Vol. 18 (2) : 58 -65.

Yusuf. M , 2010. Sintesis Dan Karakterisasi Biodiesel Dari Minyak Biji Karet (Hevea Brasiliensis) Melalui Proses Estrans (EsterifikasiTransesterifikasi). Skripsi.

Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor . Bogor.

(32)

DIVERSIFIKASI BIJI KARET SEBAGAI PANGAN ALTERNATIF DI PROVINSI BENGKULU UNTUK MENUJU INDONESIA EMAS 2045

Chintia Feronika Rilsi

Jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian SMKS Agro Maritim Muhammadiyah Bengkulu

Indonesia akan menyentuh umur 100 tahun pada 2045 mendatang. Pada tahun 2020-2045, diprediksi bahwa angka penduduk usia produktif dapat mencapai 70%, sedangkan 30%-nya merupakan penduduk dengan usia yang tidak produktif.

Indonesia Emas 2045 telah menjadi impian besar untuk membentuk Indonesia yang mampu bersaing dengan bangsa lain serta dapat menyelesaikan masalah-masalah yang mendasar seperti ketahanan pangan. Pentingnya ketahanan pangan bangsa Indonesia telah disampaikan 68 tahun lalu oleh Ir. Soekarno bahwa “soal persediaan makanan rakyat ini, bagi kita adalah soal hidup dan mati”. Dalam penjabaran Visi Indonesia Emas 2045 disampaikan bahwa ketahanan pangan yang mandiri, berkelanjutan, swasembada karbohidrat, protein dan kesejahteraan merupakan aspek yang sangat penting dalam pembangunan (Kementerian PPN, 2017). Kondisi pangan terus menghadapi tantangan yang dinamis seperti wabah Covid 19 saat ini serta kompleksitas permasalahan lain sehingga dibutuhkan keseriusan dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia.

Secara geografis, wilayah Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa serta jalur vulkanik yang aktif. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis dan tanah yang subur untuk sektor pertanian. Sektor pertanian masih menjadi salah satu kunci dalam pembangunan nasional kedepan (Saheb dkk, 2018). Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi mengatakan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 100 jenis pangan sumber karbohidrat, 100 jenis kacang- kacangan, 250 jenis sayuran, dan 450 jenis buah-buahan (Tamburian, 2018).

Melimpahnya keanekaragaman hasil pertanian tersebut saat ini masih belum tereksplor secara optimal oleh pemerintah maupun masyarakat seperti potensi hasil samping pertanian.

Biji karet merupakan salah satu hasil samping pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal. Biji karet memiliki proporsi bagian yang dapat dikonsumsi sekitar 57%. Komposisi zat gizi 100 g biji karet yaitu: protein 17,41- 22,50, karbohidrat 6,99 ± 0,01, abu 3,08 - 3,50, lemak 49,50 - 68,53 (Eka et a.l, 2010., Fatimah, 2014., Yusuf, 2010 dan Ulya, 2017).

Secara umum biji karet telah memenuhi aspek-aspek ketahanan pangan berdasarkan FAO (2003) pangan yaitu aspek ketersediaan bahan. Berdasarkan data Statistik Perkebunan Indonesia (2017-2019) dan Menurut Eka et al., (2010), Bengkulu memiliki luas tanaman karet produktif 90.863 ha dengan produksi biji karet sekitar 109.035,6 ton/tahun. Aspek kedua adalah jangkauan akses penduduk,

(33)

biji karet cukup mudah didapatkan di provinsi Bengkulu karena hampir disetiap wilayah terdapat perkebunan karet yang luas terutama di daerah Bengkulu Tengah, Utara dan Selatan. Aspek ketiga adalah stabilitas pasokan, tanaman karet merupakan tanaman yang dapat menghasilkan biji sepanjang tahun. Aspek keempat adalah pemanfaatan pangan (lazimnya berkaitan dengan budaya pemanfaatan bahan pangan).

Kurang optimalnya pemanfaatan biji karet sebagai bahan pangan salah satunya dikarenakan masyarakat masih awam metode penghilangan racun asam sianida biji karet. Cara penghilangan racun biji karet sampai aman konsumsi dapat dilakukan melalui perendaman biji karet dengan kapur sirih 0,9% per berat bahan selama 6 jam, setelah itu biji karet direbus 15 menit dan terakhir biji karet direndam dengan air selama 24 jam (Karima, 2015 dan Indrawati dan Ratnawati, 2017). Biji karet tersebut kemudian dapat dimanfaatkan sebagai diversifikasi bahan baku atau subtitusi berbagai macam olahan makanan.

Diversifikasi pangan bukan suatu hal baru dalam istilah kebijakan pembangunan pertanian. Pada dasarnya, keragaman atau diversifikasi konsumsi pangan diharapkan bukan hanya pada pangan pokok, tetapi pada semua bahan pangan yang dikonsumsi. Salah satunya melalui konsep diversifikasi konsumsi pangan dengan mengganti pangan impor menjadi bahan pangan lokal. Dalam hal ini penulis telah melakukan eksperimen penggunaan 30% biji karet pada pembuatan roti tawar, donat, bolu kukus dan kue anak tat seperti Gambar 1 berikut.

Gambar 1. a. roti tawar, b. donat, c. bolu kukus, d. kue anak tat (Data primer, 2020)

Berbagai produk olahan biji karet pada Gambar 1 tersebut, kemudian dilakukan organoleptik produk tersebut. Pengujian organoleptik merupakan pekerjaan tim kerja sama yang diorganisasi secara rapi dan disiplin serta dalam suasana bersemangat dan bersungguh-sungguh tetapi santai. Suasana demikian harus dapat diciptakan agar data penilaian dapat diandalkan sehingga dapat dianalisis dan diinterpretasi. Ada 4 unsur penting yang menyangkut dalam pelaksanaan pengujian organoleptik yaitu meliputi pengolahan pengujian, panel,

a

c d

b b

(34)

seperangkat sarana pengujian, dan bahan yang diuji atau dinilai. Masing-masing unsur perlu disiapkan dengan seksama sebelum pengujian dilaksanakan (Soekarto, 1985).

Proses pelaksanakan suatu penilaian organoleptik diperlukan panel. Dalam penilaian mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi panel bertindak sebagai instrument atau alat. Alat ini terdiri dari orang atau kelompok orang yang disebut panel yang bertugas menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis. Jadi, penilaian makanan secara panel berdasarkan kesan subjektif dari para panelis dengan prosedur sensorik tertentu yang harus dituruti (Soekarto, 1985).

Rasa makanan yang kita kenal sehari-hari sebenarnya bukan satu tanggapan melainkan campuran dari tanggapan cicip, bau, dan trigeminal yang diramu oleh kesan-kesan lain seperti penglihatan, sentuhan, dan pendengaran. Sehingga pada saat menikmati atau merasakan makanan, diwujutkan bersama-sama oleh kelima indera. Peramuan rasa ialah suatu sugesti kejiwaan terhadap makanan yang menentukan nilai pemuasan orang yang memakannya (Soekarto, 1985).

Pembauan disebut juga pencicipan jarak jauh karena manusia dapat mengenal enaknya makanan yang belum terlihat hanya dengan mencium baunya dari jarak jauh. Indera pembau berfungsi untuk menilai bau-bauan dari suatu produk atau komoditi baik berupa makanan atau pangan (Soekarto, 1985).

Tekstur dan kosistensi bahan akan mempengaruhi cita rasa suatu bahan, perubahan tekstur dan viskositas bahan dapat mengubah rasa dan bau yang timbul, karena dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya rasa terhadap sel alfaktori dan kelenjar air liur, semakin kental suatu bahan penerimaan terhadap intensitas rasa, bau dan rasa semakin berkurang. Kenaikan temperatur akan menaikkan rangsangan pada rasa manis tetapi akan menurunkan rangsangan pada rasa asin dan pahit (Soekarto, 1985). Metode pengujian memberikan nilai atau menetapkan nilai mutu sensorik terhadap bahan yang diuji tentang kesukaan atau ketidak sukaan pada jenjang mutu atau tingkat skala hedonik. (Soekarto, 1985).

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap aroma, tekstur, rasa, warna menggunakan 25 panelis tidak terlatih. Panel tidak terlatih umumnya untuk menguji kesukaan, demikian juga dalam hal pemilihan anggota, panel tidak terlatih diambil dari luar. Pemilihan yang dilakuakan bukan terhadap kepekaan calon anggota. Pemilihan panelis tidak terlatih lebih mengutamakan segi sosial seperti latar belakang pendidikan, asal daerah, kelas ekonomi dalam masyarakat dan sebagainya (Soekarto, 1985). Data pengujian organoleptik kemudian sajikan secara deskriptif kuantitatif, hasil rata-rata pengujian disajikan pada Gambar 2.

(35)

Gambar 2. Uji organoleptik produk biji karet

Gambar diatas (Gambar 2) menunjukkan bahwa rata-rata skor panelis berada pada nilai 3 (netral). Berdasarkan data diatas juga diketahui bahwa produk pangan dengan penambahan 30% biji karet dapat diterima oleh konsumen. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengembangan dan penerapan teknologi ini untuk memberdayakan masyarakat Bengkulu.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa biji karet merupakan sumber bahan pangan potensial dan perlu pengembangan dalam bentuk penelitan lebih lanjut terhadap pemanfaatan biji karet. Dengan tulisan ini diharapkan teknologi pengolahan biji karet dapat diterapkan oleh seluruh masyarakat Bengkulu dan seluruh masyarakat Indonesia. Selain itu, diharapkan provinsi Bengkulu dapat menjadi provinsi percontohan dalam ketahanan pangan serta menjadi bentuk kontribusi nyata provinsi Bengkulu menuju Indonesia emas 2045.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Rasa Aroma Tekstur Warna

3,88 3,88 4,04

3,72

3,17 3,23 3,3 3,4

2,96 3,04

3,76 3,84

3,86 4,06

3,8 3,8

Bolu kukus Roti tawar Donat Anak tat

(36)

i HAND SANITIZER KITO (HANSTO): INOVASI USAHA HAND

SANITIZER JERUK KALAMANSI KHAS BENGKULU

Disusun oleh:

Sawfrina Novri Fitri Yuliani Mutiara Pratiwi Chenny Amaixe Lupita

Guru Pembimbing:

Deki Haryanto, S.T.P.

SMKS AGRO MARITIM MUHAMMADIYAH BENGKULU BENGKULU

2021

(37)

ii KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan untuk dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tanpa adanya berkat dan rahmat Allah SWT tidak mungkin rasanya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Terlebih penulis ingin mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang mendukung dan membantu penulis untuk menyelesaikan Karta Tulis Ilmiah yang berjudul “Hand Sanitizer Kito (Hansto): Inovasi Usaha Hand Sanitizer Jeruk Kalamansi Khas Bengkulu”

Penulis menyadari bahwa penulisan karyaini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan partisipasi pembaca untuk memberikan masukan baik berupa kritikan maupun saran untuk membuat karya ini menjadi lebih baik dari segi isi baik segi yang lainnya. Penulis mohon maaf bila ada hal yang kurang berkenan dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan selamat membaca

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bengkulu, 20 Februari 2021

Penulis

(38)

iii ABSTRAK

Hansto adalah suatu jenis produk kosmetika ang kerap digunakan sebagai pembersih tangan dengan inovasi aroma jeruk kalamansi khas Bengkulu.

Pembuatan Hansto yaitu dengan pencampuran bahan-bahan yaitu alkohol 70%, hidrogen peroksida (H2O2) 3%, gliserol 98%, aquadest, minyak atsiri jeruk kalamansi. Teknik pengumpulan data pada karya tulis ini dilakukan melalui uji hedonik Hansto serta perhitungan matematis dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Pembuatan Hansto termasuk sederhana serta berdasarkan perhitungan matematis bahwa Hansto sangat berpotensi dijadikan produk usaha.

Kata kunci: hand sanitizer, minyak atsiri kalamansi, peluang usaha

(39)

iv DAFTAR ISI

COVER ... i KATA PENGANTAR ... ii ABSTRAK ... iii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR TABEL ... vi BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan ... 2 1.4 Manfaat ... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3 2.1 Hand Sanitizer ... 3 2.2 Jeruk Kalamansi... 4 2.3 Uji Hedonik ... 4 2.4 Analisis Ekonomi ... 6 BAB III. METODOLOGI ... 8 3.1 Waktu dan Tempat ... 8 3.2 Alat dan Bahan ... 8 3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data... 8 3.4 Pembuatan Hansto ... 8 BAB IV. PEMBAHASAN ... 10

4.1 Gambaran Produk ... 10 4.2 Analisis Daya Terima Konsumen ... 11 4.3 Analisis Pasar... 12 4..4 Analisis SWOT ... 12 4.5 Analisis Ekonomi ... 13 BAB V. PENUTUP ... 16 5.1 Kesimpulan ... 16

(40)

v 5.2 Saran ... 16 DAFTAR PUSTAKA ... 17

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 18

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 20

(41)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hand sanitizer ... 3 Gambar 2. Jeruk kalamansi ... 4 Gambar 3. Pembuatan Hansto ... 10 Gambar 4. Uji Hedonik Hansto ... 11 Gambar 5. A. Desain label, B. Produk Hansto ... 12

(42)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 1 Biaya tetap... 13 Tabel 2. Biaya tidak tetap... 14

(43)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Awal tahun 2019 Indonesia dihebohkan dengan pertama kali masuknya virus Covid-19 di tanah air. Penyebaran Covid-19 telah menjangkit diseluruh provinsi, update tanggal 19 Januari 2021 terdapat kasus positif 927.380, sembuh 753.948, meninggal 26.590. Pandemi yang melanda Indonesia berdampak hampir disegala sektor seperti pendidikan, sosial, perekonomian dan sektor lainya (covid19.go.id, 2021).

Pemerintah jtelah berupaya mencegah dan memutus rantai penyebaran covid-19 melalui penerapan kebiasaan baru atau new normal. Kebiasaan baru menekankan penjagaan protokol kesehatan dalam segala aspek kehidupan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan lainnya. Segala macam upaya pun dilakukan untuk mengurangi prevalensi virus ini, salah satu upaya pencegahan yang dilakukan yaitu dengan menjaga kebersihan seperti menggunakan hand sanitizer.

Organisasi kesehatan internaional WHO merilis formula pembuatan hand sanitizer atau pembersih tang an untuk umum. Hand sanitizer umumnya mengandung Ethyl Alcohol 62 %, pelembut, dan pelembab. Kandungan bahan aktifnya adalah alkohol yang memiliki efektivitas paling tinggi terhadap virus, bakteri, dan jamur. Alkohol sendiri dapat membuat tangan menjadi kering, sehingga handsanitizer harus dilengkapi dengan pelembab, yang menjaga tangan tetap lembut, tidak menjadi kering, tidak seperti larutan alkohol murni yang dapat menyebabkan dehidrasi pada kulit. Hand sanitizer umumnya akan menguap sehingga tidak meninggalkan residu atau membuat tangan lengket (Cahyani, 2014).

Adanya pandemi covid-19 menyebabkan semakin banyak masyarakat yang mulai sadar menggunakan hand sanitizer. Apalagi dengan penetapan era new normal serta kuman dan bakteri sangat cepat melalui sentuhan benda-benda yang sering dipegang, dikarenakan tangan paling sering secara tidak sengaja memegang bagian wajah sehingga proses penularannya lebih cepat jika ada virus atau bakteri. Hand sanitizer dapat ditingkatkan efektivitasnya dengan

(44)

2

penambahan bahan tambahan lain seperti essensial oil atau minyak atsiri yang juga sebagai menambah aroma hand sanitizer.

Jeruk kalamansi (Citrus Microcarpa) adalah jenis buah jeruk yang berkembang pesat di Bengkulu dengan aroma harum yang khas, memiliki rasa yang asam ketika sudah masak, dan pahit ketika masih mentah. Pemerintah, melalui Kementerian Koperasi dan UKM bahkan menjadikan jeruk kalamansi masuk program optimalisasi melalui pendekatan One Village One Product (OVOP). Minyak atsiri kalamansi menjadi salah satu produk samping pengolahan sirup kalamansi yang diekstrak dari kulit buahnya. Selama ini pemanfaatan minyak atsiri kalamansi masih belum optimal sehingga perlu pemanfaatan menjadi produk inovatif lainnya.

Minyak atsiri kalamansi dapat dimanfaatkan menjadi bahan tambahan untuk meningkatkan efektifitas serta memberikan aroma yang khas dan unik.

Berdasarkan kebutuhan hand sanitizer serta potensi minyak atsiri jeruk kalamansi dapat dijadikan sebuah usaha yang menjanjikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara membuat hand sanitizer jeruk kalamansi?

2. Bagaimana peluang usaha hand sanitizer jeruk kalamansi?

1.3 Tujua

Tujuan program business plan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Membuat hand sanitizer jeruk kalamansi berdasarkan standar formula WHO.

2. Menganalisis peluang usaha hand sanitizer jeruk kalamansi.

1.4 Manfaat

Manfaat program business plan yang dimaksud adalah:

1. Menciptakan lapangan pekerjaan berbasis kearifan lokal.

2. Meningkatkan nilai guna serta nilai ekonomi jeruk kalamansi.

3. Mendukung program pemerintah dalam pengendalian covid-19.

4. Mendukung program OVOP pemerintah provinsi Bengkulu.

(45)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hand Sanitizer

Penyakit sering berasal dari mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata secara langsung. Salah satu bentuk penyebaran mikroorganisme pada manusia adalah melalui tangan (Shu, 2013). Tangan adalah salah satu anggota tubuh yang sangat berperan penting dalam beraktivitas sehari-sehari. Masyarakat tidak sadar bahwa pada saat beraktivitas tangan seringkali terkontaminasi dengan mikroorganisme, karena tangan menjadi perantara masuknya mikroba ke saluran cerna, maka kebersihan tangan sangatlah penting. Produk pembersih tangan dapat di rancang dengan berbagai jenis, mulai dari sabun yang dicuci dengan air hingga produk Hand sanitizer gel dengan antiseptik yang tidak memerlukan pencucian dengan air (Ismail, 2013).

Hand sanitizer adalah suatu jenis produk kosmetika yang kerap digunakan sebagai pembersih tangan. Adanya produk hand sanitizer atau gel pembersih tangan memungkinkan masyarakat membersihkan tangan secara lebih cepat dan mudah tanpa memerlukan air. Hand sanitizer yang beredar di pasaran merupakan gel yang diberi zat aditif agen antibakteri, yang sebagian besar berupa triklosan.

Selain hand sanitizer produk konsumer yang mengandung antimikroba triklosan yaitu sabun, produk perawatan pribadi, baju, cat, plastik dan mainan anak-anak (Halden, 2014 dalam Syaiful, 2016).

Gambar 1. Hand sanitizer (tokopedia.com)

(46)

4

2.2 Jeruk Kalamansi

Jeruk merupakan komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi penting dan nilai kesehatan yang berarti karena mengandung nilai gizi yang tinggi.

Buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna untuk kesehatan manusia.

Kandungan vitamin C sangat beragam antarvarietas, berkisar antara 27-49 mg/100 g daging buah. Makin tua buah jeruk, biasanya makin berkurang kandungn vitamin C-nya, tetapi semakin manis rasanya (Junaidi, 2011).

Jeruk kalamansi (Citrusfortunela microcarpa) atau disebut juga calamondin atau calamansi adalah tanaman dalam keluarga Rutaceae, yang telah dikembangkan dan popular di seluruh Asia Tenggara, terutama Filipina. Jeruk kalamansi di rancang sebagai model perdana dari program OVOP (One Village One Product) di Kota Bengkulu pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan tanaman ini mudah di budidayakan di Bengkulu serta memiliki keunggulan dibandingkan dengan jeruk lainnya yaitu: kandungan vitamin C yang tinggi dan kalsium lebih seimbang serta masa panen jeruk kalamansi yang tergolong pendek yaitu enam bulan sejak masa tanam (Junaidi, 2011). Dengan keunggulan yang ada pada jeruk kalamansi, banyak produk olahan yang bisa dihasilkan salah satunya yaitu olahan sirup. Kenampakan jeruk kalaman disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Jeruk kalamansi (qureta.com, 2019)

2.3 Uji Kesukaan (Uji Hedonik)

Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala

(47)

5

hedonik. Skala hedonik dapat diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan, yaitu:

5 = sangat suka 4 = suka

3 = agak suka 2 = tidak suka 1 = sangat tidak suka

Dengan data numerik ini dapat dilakukan analisis secara statistik.

Penggunaan skala hedonik pada prakteknya dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonik sering digunakan untuk menilai secara organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir yang dilakukan oleh panelis.

Panelis adalah sekelompok penguji yang digunakan untuk mengukur atau menilai sifat karakteristik suatu produk pertanian atau makanan dengan menggunakan indera. Panelis dapat dipilih dari orang-orang yang dianggap mampu dan tersedia di industri atau laboratorium yang bersangkutan sebagai bagian dari tugas-tugasnya sehari-hari.

Berdasarkan tingkat sensivitas dan tujuan dari setiap pengujian, dikenal beberapa macam panelis, yaitu :

1. Panelis Ahli.

Seorang panelis ahli mempunyai kelebihan sensoris, dimana dengan kelebihan ini dapat digunakan untuk mengukur dan menilai sifat karakter secara tepat. Dengan sensivitas tinggi, seorang panelis ahli dapat menentukan mutu suatu bahan secara cepat dan tepat.

2. Panelis Terlatih

Panelis terlatih dalam suatu pengujian jumlahnya lebih besar dari panelis ahli agar data penilaiannya dapat dianalisis dengan statistik. Panelis ini merupakan pilihan dan seleksi yang kemudian lolos pada evaluasi kemampuan.

Tingkat sensivitas panelis ini tidak setinggi panelis ahli.

3. Panelis Agak Terlatih

Panelis agak terlatih merupakan kelompok dimana anggotanya bukan merupakan hasil seleksi tetapi umumnya terdiri dari individu-individu yang secara

(48)

6

spontan mau bertindak sebagai penguji. Yang termasuk panelis agak telatih contohnya mahasiswa atau staf peneliti. Dengan memberikan penjelasan tentang sampel dan sifat-sifat yang akan dinilai serta memberikan sekedar latihan, kelmpok ini sudah berfungsi sebagai alat analisis.

4. Panelis Tidak Terlatih

Panelis tidak terlatih dipakai untuk menguji tingkat kesukaan pada suatu produk atupun menguji kemampuan untuk mempergunakan suau produk. Karena menyangkut tingkat kesukaan maka semakin besar jumlah anggota panelis hasilnya akan semakin baik. Panelis terlatih ini merupakan panelis yang digunakan dalam penelitian ini (Wahyuningtias, 2010).

2.4 Analisis Ekonomi

Total biaya (total cost) adalah jumlah dari biaya-biaya tetap dan biaya- biaya variabel (Agustina, 2020).

1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap merupakan biaya-biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh volume produksi. Beberapa yang termasuk biaya tetap adalah biaya gedung, biaya tanah, biaya mesin dan peralatan.

2. Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel merupakan biaya-biaya yang besarnya tergantung (biasanya secara linier) terhadap volume produksi. Biaya-biaya yang tergolong biaya variabel diantaranya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung

TC = FC + VC Dimana :

TC = Biaya total FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel

BEP (Break Event Point) atau titik balik modal adalah suatu kondisi usaha yang tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian. BEP dihitung mengunakan persamaan berikut:

(49)

7

BEP = FC

H – VC Dimana,

BEP = Jumlah penjualan pada titik pulang pokok FC = Biaya tetap

H = Harga jual perunit VC = Biaya tidak tetap perunit

R/C ratio menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh atas biaya yang dikeluarkan. Jika R/C lebih dari 1 berarti usaha tersebut layak diusahakan.

R/C = TR/TC Dimana,

R/C = Perbandingan antara total pendapatan dan penerimaan TR = Total penerimaan

TC = Total Biaya

(50)

8

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat

Pembuatan Hansto dilakukan di ruang produksi SMKS Agro Maritim Muhammadiyah Bengkulu pada bulan Januari 2021.

3.2 Bahan dan Alat Bahan

 Alkohol 70%

 Hidrogen peroksida (H2O2) 3%

 Gliserol 98%

 Aquadest

 Minyak atsiri jeruk kalamansi

 Botol spray 100ml

Alat

 Pengaduk

 Gelas beaker 250 ml

 Wadah 1liter

 Gelas ukur

 Erlenmeyer 500 ml

3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis

Teknik pengumpulan data pada kerya tulis ini meliputi uji hedonik, analisis ekonomis, serta studi pustaka yang disajikan dalam bentuk matematis dan deskriptif.

3.4 Pembuatan Hansto

Langkah-langkah pembuata Hansto sesuai mengacu pada standar panduan dari WHO.

1. Menyiapkan dan mengukur semua bahan sesuai dengan takaran.

2. Memasukkan alkohol 70% pada jerigen/botol bersih.

(51)

9

3. Memasukan hidrogen peroksida 3% ke dalam jerigen/botol berisi alcohol 70%.

4. Selanjutnya, memasukan gliserin 98% ke dalam jerigen/botol. Perlu diperhatikan bahwa cairan gliserin lengket dan kental, jadi pastikan jangan ada yang tertinggal di gelas ukur dengan cara membilasnya menggunkan aquades.

5. Menambahkan minyak atsiri kalamansi.

6. Menambahkan aquades kedalam jerigen/botol sampai campuran 1 liter.

7. Selama proses pencampuran harus dilakukan pengadukan sampai bahan tercampur merata.

8. Simpan Hansto tersebut selama 72 jam untuk memastikan tidak ada kontaminasi mikroorganisme dari wadah botol.

9. Mengemas Hansto dalam botol spray.

10. Hansto siap digunakan.

(52)

10

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Produk

Kondisi pandemi covid-19, kebiasaan baru menekankan penjagaan protokol kesehatan dalam segala aspek kehidupan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan lainnya. Hand sanitizer sudah mnejadi bagian dari kebiasaan baru masyarakat dalam upaya menjaga kebersihan dari kuman dan bakteri pada tangan.

Hand sanitizer Kito (Hansto) merupakan inovasi pembersih tangan berbentuk cair dengan menggunakan standar formula WHO serta penambahan minyak atsiri jeruk kalamansi untuk meningkatkan daya efektifitas serta memberikan aroma yang khas dan unik. WHO telah merilis satndar formula hansanitizer yaitu alkohol 60% sebanyak 833 ml, gliserin 98% sebanyak 14,5 ml, hidrogen peroksida 3% sebanyak 41,7 ml, aquadest ditambahkan hingga larutan mencapai 1 liter (sekitar 110 ml atau hingga mencapai batas 1 liter pada gelas ukur). Pembuatan Hansto dalam volume 1 liter pada Gambar 3 berikut:

Gambar 3. Pembuatan Hansto

(53)

11

4.2 Analisis Daya Terima Konsumen

Metode analisis daya terima konsumen menggunkan uji hedonik atau uji kesukaan untukmelihat mutu dan keelayakan Hansto. Uji Hedonik merupakan sebuah pengujian dalam analisa sensori organoleptik yang digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan kualitas diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan penilaian atau skor terhadap sifat tertentu dari suatu produk dan untuk mengetahui tingkat kesukaan dari suatu produk.

Uji kesukaan Hansto menggunakan 25 panelis tidak terlatih dengan aspek enilaian meliputi aroma, warna dan tekstur. Skala penilaian pada uji ini terdiri dari 5. Sangat suka, 4 = suka, 3 = agak suka, 2 = tidak suka dan 1 = sangat tidak suka. Hasil pengujian disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Uji Hedonik Hansto

Berdasarkan hasil uji hedonik didapatkan bahwa rata-rata skor panelis 3,4 - 4,4 yang berarti menyukai Hansto dari aspek aroma, takstur dan warna.

Dengan demikian produk Hansto dapat dinyatakan dapat diterima oleh konsumen sehingga layak untuk dipasarkan.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Aroma Warna Tekstur

4,4

4

3,4

Hansto

(54)

12

4.3 Analisis Pasar

Hand sanitizer saat ini telah menjadi kebutuhan kebiasaan baru atau new normal. Permintaan hand sanitizer juga semakin meningkat. Produk Hansto memiliki ciri aroma yang segar dan khas jeruk kalamansi sehingga menjadi keunggulan dibanding produk komersil lainnya. Kemasan hansto didesain dengan nuansa kebudayaan Bengkulu menggunakan batik basurek serta identik jeruk kalamansi. Desain label dan Hansto disajikan pada Gambar 5.

A B Gambar 5 . A. Desain label, B. Produk Hansto

Strategi pemasaran produk Hansto dilakukan menggunakan metode online dan offline (Putri, F.I, 2020). Metode online dengan memanfaatkan akun media sosial seperti facebook, instagram dan media sosial lainnya. Metode offline yaitu dengan penjualan ditempat wisata, menitipkan di toko-toko serta bekerjasama dengan instansi pemerintah atau swasta untuk pemasaran produk Hansto.

4.4 Analisis SWOT

1. Kekuatan:

 Aroma unik khas jeruk kalamansi

 Sebagai antiseptik pembunuh kuman dan bakteri

 Belum ada produk yang sama

 Formula standar WHO

(55)

13

 Penggunaan alat, bahan dan pembutan sederhana 2. Kelemahan

 Sedikit lebih mahal dibanding dengan produk komersil sejenis.

 Apabila digunakan berlebihan akan menyebabkan masalah pada kulit.

 Perlu pengujian lebih lanjut terkait pengaruh penambahan minyak atsiri jeruk kalamansi terhadap efektifitas handsanitizer.

3. Ancaman

 Produk komersil sejenis yang lebih murah 4. Peluang

 Dapat dipasarkan diberbagai daerah, rumah sakit, atau instansi- instansi.

 Mendukung program pemerintah Bengkulu yaitu OVOP.

 Membuka lapangan pekerjaan.

 Kebutuhan hansanitizer tinggi.

4.5 Analisis Ekonomi (Produksi 1 liter Hansto) Tabel 1. Biaya tetap

No Nama alat Jumlah Harga satuan

(Rp) TOTAL

1 Gelas ukur 1 75.000 75.000

2 Gelas beker 1 75.000 75.000

3 Wadah 1 liter 1 15.000 15.000

4 Pengaduk 1 10.000 10.000

Total FC Rp. 175.000

Estimasi umur pakai 1 tahun = 365 hari

Biaya beban pakai alat =Rp.175.000 / 365 hari = Rp 479,4 = Rp 500

(56)

14

Tabel 2. Biaya tidak tetap

No Bahan-bahan Jumlah

Harga satuan (Rp)

TOTAL (Rp)

1 Aquadest 100 ml 4.000/L 400

2 Gliserol 98% 14,5 ml 50.000/100 ml 7.250

3 Alkohol 70% 833,3 ml 20.000/L 16.667

4 Hidrogen peroksida 3% 41,7 ml 90.000/100 ml 37.530 5 Botol spray 100 ml 10 botol 5.000/botol 50.000 6” Atsiri kalamansi 5 ml 30.000/50 ml 3.000

Total VC Rp. 114.847

Perhitungan ekonomis Hansto :

1. Biaya total = Biaya tetap + Biaya tidak tetap

= Rp. 500 + Rp. 114. 847

= Rp. 115. 347

2. HPP = Biaya total / jumlah produk

= Rp. 115. 347 / 16 botol (60 ml)

= Rp. 7.209,2/botol 3. Mark up 150% = 150/100 x HPP

= 1,5 x 7.209,2

= Rp. 10.813,3 4. Harga Jual = Mark Up+ HPP

= Rp. 10.813,3 + Rp. 7.209,2

= Rp.18.022,05 dibulatkan menjadi Rp.

20.000

5. Omset = Harga jual x total produksi

= Rp. 20.000 x 16 botol

= Rp. 320.000

(57)

15

6. Penerimaan bersih = Penerimaan total – biaya total = Rp. 320.000 - Rp. 115. 347

= Rp 204.653

7 R/C = Penerimaan total / Biaya total = Rp 320.000 / Rp. 115. 347

= 2,7 karena lebih dari 1 maka usaha Hansto layak untuk dijalankan.

Berdasarkan analisis ekonomi Hansto, didapatkan bahwa dari segi matematis keuntungan serta kelayakan usaha cukup menjanjikan. Keuntungan usaha dapat tingkatkan bergantung dengan jumlah produksi Hansto. Jika diasumsikan dalam satu bulan memproduksi 500 botol maka akan mendapatkan omset Rp. 10.000.000.

(58)

16

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pembuatan Hansto yaitu dengan pencampuran bahan-bahan yaitu Alkohol 70%, Hidrogen peroksida (H2O2) 3%, Gliserol 98%, Aquadest, Minyak atsiri jeruk kalamansi.

2. Berdasarkan penyajian karya tulis in didapatkan bahwa produk inovasi hansto memiliki peluang usaha yang sangat besar yang sangat potensial.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan uji lebih lanjut terkait dengan pengaruh penambahan minyak atsiri kalamansi terhadap efektifitas hansto.

(59)

17

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, N. F, 2020. Produk Kreatif dan Kewirausahaan. KittoBook. Malang.

Cahyani, N.M.E, 2014. Daun Kemangi (Ocinum Cannum) Sebagai Alternatif Pembuatan Hand sanitizier. Kemas 9 (2) : 136-142.

Covid19.id, 2021. Peta Sebaran Covid 19. https://covid19.go.id/peta sebaran covid19. Diakses pada 17 Januari 2021.

Https://www.qureta.co m/post/jer uk-kalamansi- punya-sejuta-manfaat-bagi- kesehatan. Diakses pada 30 Januari 2021.

Https://www.tokopedia.com/ cyanmart/antis-ha nd-sanitizer- pembersih-tangan- aroma-jeruk-nipis-spray. Diakses pada 30 Januari 2021.

Ismail, I, 2013. Formulasi Kosmetik (Produk Perawatan Kulit dan Rambut).

Makassar: Alauddin University Press.

Junaidi, A. 2011. Pengembangan Produk Unggulan Jeruk Kalamansi Kota Bengkulu dengan Pendekatan OVOP. INFOKOP 19.: 163-183.

Putri, F.I, 2020. 5 Strategi Pemasaran untuk Bisnis yang Krisis Saat Pandemi Covid-19. https://www. suara.com/lifestyle /2020/04/1 6/083916/5 - strategi- pemasaran-untuk-bisnis-yang-krisis-saat-pandemi-covid- 19?page=all. Diakses pada 30 Januari 2021.

Shu, M, 2013. Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer dengan Bahan Aktif Triloksan 0,5% dan 1%. Universitas Surabaya. 2 (1).

Syaiful, S.D, 2016. Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.) Sebagai Sediaan Hand Sanitizer.

Universitas Islam Alauddin Maksar, Makasar.

Wahyuningtias, D, 2010. Uji Organoleptik Hasil Jadi Kue Menggunakan Bahan Non Instant Dan Instant. Binus Business Review. 1(1): 116-125.

(60)

18

DAFTAR RIWAYAT HIDUP a. Peserta pertama (ketua)

 Nama : Sawfrina Novri Fitri Yuliani

 NISN : 0038056050

 TTL : Bengkulu, 30 November 2003

 Jurusan : Agribisnis Penggolahan Hasil Pertanian

 Nama sekolah : SMKS Agro Maritim

 Agama : Islam

 Alamat rumah : Ds. Pekik Nyaring Blok IV Kec.

Pondok

Kelapa Kab. Bengkulu Tengah Prov. Bengkulu

 No. Telp : 089671523000 b. Peserta kedua

 Nama : Mutiara Pratiwi

 NISN : 0030357885

 TTL : Kepahiang, 10 Juli 2003

 Jurusan : Agribisnis Penggolahan Hasil Pertanian

 Nama sekolah : SMKS Agro Maritim

 Agama : Islam

 Alamat rumah : Ds. pensiunan, RT 12/RW 003 Kec.

Kepahiang Kab. Kepahiang Prov. Bengkulu

 No. Telp : 085268730944 c. Peserta ketiga

 Nama : Chenny Amaixe Lupita

 NISN : 0031312778

 TTL : Bengkulu, 14 Mei 2003

 Jurusan : Agribisnis Penggolahan Hasil Pertanian

 Nama sekolah : SMKS Agro Maritim

 Agama : Islam

 Alamat rumah : ds.Pagar gading, Bengkulu Selatan

 No. Telp : 081271564938

(61)

19

d. Guru Pembimbing

 Nama : Deki Haryanto

 NBM : 1 374 250

 TTL : Labuhan Ratu IV, 17 Oktober 1997

 Jabatan : Guru jurusan APHPt

 Nama sekolah : SMKS Agro Maritim

 Agama : Islam

 Alamat rumah : Jl. WR. Supratman, Unib Belakang Kota Bengkulu

 No. Telp : 081279138517

(62)

20

LAMPIRAN-LAMPIRAN Dokumentasi pembuatan Hansto

Proses Pembuatan Hansto

Uji Hedonik Hansto

Produk Hansto

(63)

21

Rekapitulasi Data Uji Hedonik

Panelis Penilaian

Aroma Warna Tekstur

1 4 4 3

2 4 4 3

3 4 4 3

4 4 4 3

5 4 4 3

6 4 4 3

7 5 4 3

8 5 4 3

9 5 4 3

10 4 4 4

11 4 4 4

12 5 4 4

13 5 4 5

14 4 4 4

15 5 4 3

16 4 4 4

17 4 4 4

18 4 4 3

19 5 4 3

20 4 4 3

21 5 4 4

22 4 4 4

23 5 4 3

24 5 4 3

25 4 4 3

Rata-rata 4,4 4 3,4

(64)

22

Borang Uji Kesukaan

Nomor/Nama Panelis :.../...

Tanggal :...

Produk : handsanitizer

Dihadapan saudara disajikan sampel handsanitizer. Saudara diminta untuk menilai sampel tersebut berdasarkan tingkat kesukaan saudara terhadap parameter warna, aroma, tekstur/kekentalan, secara keseluruhan dengan skala hedonik sebagai berikut :

5 = sangat suka 4 = suka

3 = agak suka 2 = tidak suka 1 = sangat tidak suka

No. Produk Parameter

Warna Aroma Tekstur

1. Handsanitizer

Komentar: :

...

...

...

...

...

...

*Pilih salah satu

Gambar

Gambar 1. Konsep diversifikasi dengan pendekatan budaya
Gambar 2. Diagram alir kue anak tat biji karet
Gambar 4. Grafik organoleptik anak tat biji karet  Sumber: Data primer 2019
Gambar 1. a. roti tawar, b. donat, c. bolu kukus, d. kue anak tat (Data primer,  2020)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi, angket, tes, dan wawancara yang telah dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, baik dalam siklus I maupun siklus II,

Angin dengan kecepatan besar (badai) yang terjadi di atas permukaan laut bisa membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar di sepanjang pantai jika badai tersebut cukup kuat

menyampaikan keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f kepada Notaris yang bersangkutan dengan tembusan

Praktek sekarang ini, Cover Note notaris ini dibuat sebagai pegangan Bank, bahwa benar-benar telah dilakukan penandatanganan semua akta (proses secara notarial)

Cholid Narbuko, Abu Achmadi (1997: 119) Variabel bebas adalah kondisi-kondisi atau karatristik-karatristik yang oleh penulis dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan

Berdasarkan teori Dwi Faktor tersebut maka pada saat seorang dosen memiliki motivasi yang baik dalam dirinya maka dosen akan terpacu untuk mengajukan jabatan fungsional negeri demi

Dengan Tugas Akhir yang penulis buat, diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu acuan dalam optimasi pipa bawah !aut pada Lapangan Produksi Gas Tunu Kalimantan

Mata kuliah yang dapat diambil adalah mata kuliah baru yang akan diselenggarakan pada semester yang bersangkutan dengan memperhatikan ketentuan tentang persyaratan