• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh. Asri Eka Ratih /Akt SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 TESIS L A S PA S C A S A R JA N A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh. Asri Eka Ratih /Akt SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 TESIS L A S PA S C A S A R JA N A"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SE K O L A H PA

SCA S AR JANA

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH DAN

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAHAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TESIS

Oleh

Asri Eka Ratih 097017024/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012

(2)

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH DAN

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAHAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

Asri Eka Ratih 097017024/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAHAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Nama Mahasiswa : Asri Eka Ratih Nomor Mahasiswa : 097017024 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Erlina,SE,M.Si,Ph.D,Ak) (Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,SE,MAFIS,MBA,CPA) (Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE)

Tanggal Lulus : 20 Januari 2012

(4)

Telah Diuji pada

Tanggal : 20 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Erlina,SE, M.Si,Ph.D, Ak Anggota : 1. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis,SE, MAFIS, MBA, CPA 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak

4. Drs. Rasdianto, MA, A

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Penatausahaan Keuangan Daerah dan Pengelolaan Barang Milik Daerah terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapa pun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Januari 2012 Yang membuat pernyataan Asri Eka Ratih

(6)

ABSTRAK

Reformasi Pemerintahan Daerah harus diikuti dengan reformasi kelembagaan dan reformasi manajemen, yang didalamnya termasuk penatausahaan keuangan dan pengelolaan barang milik daerah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah, penatausahaan keuangan daerah dan pengelolaan barang milik daerah terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer, yaitu kuesioner dengan menggunakan teknik judgment sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat pada instansi pemerintah yang melaksanakan kewenangan di tingkat provinsi Kepulauan Riau populasi sebanyak 363 orang dengan populasi target 234 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah Kuasa Pengguna Anggaran(KPA), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) di seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebanyak 210 orang. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan uji kualitas data dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah, penatausahaan keuangan daerah dan pengelolaan barang milik daerah berpengaruh secara simultan terhadap kinerja SKPD. Sedangkan secara parsial penatausahaan keuangan daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.

Kata Kunci : Sistem akuntansi keuangan, Penatausahaan keuangan, Pengelolaan barang milik daerah, Kinerja SKPD

(7)

ABSTRACT

Reform of Local Government must be fouled by institutional reform and management reform, which includes the financial administration and property management areas. The purpose of this study is determine the effect of understanding of regional financial accounting systems,regional financial administration and regional property management on the regional working unit performa in Government of Riau Islands Province.

This study uses primary data by judgment sampling tecnicques. The population in this study are all officials in government institution that carry out the authorities in Riau Islands province are 363 persons with target population are 234 persons. While the sample in this study is the Budget User Authority, the Technical Activities Executive Officer, Financial administration officer across the regional working units are 210 persons. Before hypothesis testing, data quality test and classical assumption test are done before.

The results show that the understanding of the regional financial accounting systems, regional financial administration and regional property management influence the Regional Working Unit Performance simultaneously. While the partial areas of the financial administration did not significanth influence the Regional Working Unit Performance.

Keywords: Financial accounting systems, financial administration, property manag management areas, performance SKPD

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmad, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Penatausahaan Keuangan Daerah dan Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau.”

Tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, SE, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan bertindak sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

4. Ibu Dra. Hj. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan bertindak sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

(9)

5. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

6. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

7. Bapak Drs. Rasdianto MA, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

8. Bapak dan ibu dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara untuk ilmu dan segala bentuk bantuan yang diberikan.

9. Bapak Gubernur Provinsi Kepulauan Riau beserta Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan seluruh Pegawai di Lingkungan Provinsi Kepulauan Riau yang telah banyak membantu dan memberi kemudahan dalam proses penelitian.

10. Kepada suamiku Benny Marten, dan kedua orangtuaku Bapak Asmoro dan Ibu Riati yang telah banyak memberikan bantuan serta motivasi dalam bentuk moril dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

11. Teman-temanku seperjuangan Angkatan 17 Program Magister Akuntansi khususnya Akuntansi Pemerintahan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam perkuliahan.

Akhirnya penulis menghaturkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Suami tercinta Benny Marten, adik-adikku Dwi

(10)

Iswanto, Tri Utari S.Kom, Gusti Lesmana dan keponakan tersayang Divo Putra Afrianta, serta seluruh keluarga atas doa dan pengorbanan yang tidak ternilai harganya dalam memberikan dukungan baik moril dan dan materil dalam keadaan suka maupun duka, dan juga kepada semua pihak, yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, Januari 2012 Penulis,

(ASRI EKA RATIH)

(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : ASRI EKA RATIH

2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 17 Maret 1981

3. Alamat : Jl. Swadaya No. 40 Marindal I Medan 4. Nomor Telepon : 082169968837

5. Agama : Islam

6. Jenis Kelamin : Perempuan

7. Status : Menikah

8. Pekerjaan : Dosen STIE Pembangunan Tanjung Pinang KEPRI

9. Pendidikan :

a. Lulus SD Negeri 067258 Medan Amplas Tahun 1994 bersertifikat b. Lulus SLTP Negeri 22 Medan Tahun 1997 bersertifikat

c. Lulus SMK Swasta YPK (Yayasan Pembinaan Keluarga) Medan Tahun 2000 bersertifikat

d. Lulus Diploma III YPK (Yayasan Pembinaan Keluarga) Medan Tahun 2004 bersertifikat

e. Lulus Sarjana (S1) STIE Nusa Bangsa Medan Tahun 2008 bersertifikat 10. Riwayat Pekerjaan

a. 2004 – 2006 : Staf Export Import di PT. Dutamulti Intioptic Pratama Medan

b. 2006 – 2010 : Guru Akuntansi SMA Negeri I Jemaja Kab. Anambas Kepulauan Riau

c. 2011- Sekarang : Dosen Bantu di STIE Pembangunan Tanjung Pinang Kepulauan Riau

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Originalitas ... 6

BAB II TINJAUAN ... 7

2.1. Landasan Teori ... 7

2.1.1. Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah ... 7

2.1.2. Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 9

2.1.3. Penatausahaan Keuangan Daerah ... 11

2.1.4. Pengelolaan Barang Milik Daerah ... 16

2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoritical Mapping) ... 17

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 20

3.1. Kerangka Konsep ... 20

3.2. Hipotesis ... 21

BAB IV METODE PENELITIAN ... 22

4.1. Jenis Penelitian ... 22

4.2. Lokasi Penelitian ... 22

4.3. Populasi dan Sampel ... 23

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 26

4.5. Definisi Operasional... 27

4.6. Metode Analisis Data ... 33

4.6.1. Uji Kualitas Data ... 34

4.6.1.1. Uji Validitas ... 34

4.6.1.2. Uji Reliabilitas ... 34

4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 35

4.6.2.1. Uji Normalitas ... 35

(13)

4.6.2.2. Uji Multikolinieritas ... 36

4.6.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 37

4.6.3. Pengujian Hipotesis ... 37

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

5.1. Hasil Penelitian ... 39

5.1.1. Karakteristik Responden ... 39

5.1.2. Statistik Deskriptif ... 46

5.1.3. Uji Response Bias ... 48

5.1.4. Uji Kualitas Data ... 48

5.1.4.1. Uji Validitas ... 48

5.1.4.2. Uji Reliabilitas ... 51

5.1.5. Pengujian Asumsi Klasik ... 51

5.1.5.1. Uji Normalitas ... 51

5.1.5.2. Uji Multikolinearitas ... 53

5.1.5.3. Uji Heteroskedastisitas ... 54

5.1.6. Pengujian Hipotesis ... 55

5.1.6.1. Koefisien Determinasi ... 56

5.1.6.2. Uji F (simultan) ... 57

5.1.6.3. Uji t (Parsial) ... 58

5.2. Pembahasan ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 64

6.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Keterbatasan Penelitian ... 65

6.3. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Review Peneliti Terdahulu ... 19

4.1. Daftar Populasi Target ... 25

4.2. Definisi Operasional & Pengukuran Variabel ... 32

5.1. Organisasi ... 40

5.2. Diklat ... 43

5.3. Jabatan ... 44

5.4. Pendidikan ... 44

5.5. Lama Menjabat ... 45

5.6. Statistic Deskriptif ... 47

5.7. Uji Validitas PSAKD ... 49

5.8. Uji ValiditasPKD ... 49

5.9. Uji Validitas PAD ... 50

5.10. Uji Validitas Kinerja ... 50

5.11. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 52

5.12. Uji Multikolinearitas ... 53

5.13. UjiGlejser ... 55

5.14. Test of Goodness of Fit (R Square) ... 56

5.15. Tipe Hubungan antar Variabel ... 56

5.16. Uji F (simultan) ... 57

5.17. Uji t (Parsial ... 58

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 3.1 Kerangka Konseptual ... 20 5.1. Histogram Uji Normalitas ... 52 5.2. Uji Heteroskedastisitas ... 54

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Rencana Waktu Penelitian

2. Kuesioner

3. Daftar Pengembalian Kuesioner 4. Demograpi Responden

5. Tabulasi Data Penelitian

6. Rekapitulasi Tabulasi Data Masing-Masing Variabel 7. Uji Kualitas Data

8. Statistik Deskriptif 9. Uji Asumsi Klasik 10. Pengujian Hipotesis

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang terhadap pembangunan nasional dari cara pandang yang berorientasi pada pemerataan pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Perubahan cara pandang ini antara lain diwujudkan melalui kebijakan otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diatur dalam satu paket undang – undang yaitu Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang sudah diperbaharui dengan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang sudah diperbaharui pula dengan Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004.

Dikeluarkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 sebagai mana telah diperbaharui dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004 telah memberikan implikasi yang sangat mendasar yang mengarah pada perlu dilakukannya reformasi Pemerintahan Daerah yang diterapkannya cara pandang/paradigma baru dalam pengelolaan keuangan daerah. Reformasi Pemerintahan daerah tersebut harus diikuti dengan reformasi kelembagaan dan reformasi manajemennya. Otomatis bertambah pula urusan yang menjadi

(18)

kewenangan daerah sebagai konsekuensi dari otonomi daerah terutama berkenaan dengan penatausahaan keuangan daerah dan pengelolaan aset daerah. Untuk melaksanakan berbagai urusan yang menjadi kewenangan daerah tersebut diperlukan sarana dan prasarana yang memadai agar urusan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Pengelolaan tersebut meliputi terjadinya kenaikan jumlah maupun nilai kekayaan negara yang dikuasai pemerintah daerah yang sebelumnya dalam penguasaan pemerintah pusat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 51 ayat (2), Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran harus menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya.

Hal ini berarti bahwa setiap SKPD harus membuat laporan keuangan unit kerja yaitu antara lain : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan, sedangkan yang menyusun laporan Arus Kas adalah Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang dijabarkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 merupakan pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Penatausahaan keuangan daerah dalam pelaksanaan APBD mengalami perubahan yang cukup fundamental, diantara perubahan tersebut adalah dilimpahkannya sebagian mekanisme peraturan keuangan di Badan/Biro/bagian Pengelolaan Keuangan Daerah kepada SKPD, lingkup penatausahaan keuangan yang dilimpahkan diantaranya pengujian Surat Permintaan

(19)

Pembayaran (SPP), baik Langsung (LS), Uang Persedian (UP), Ganti Uang (GU), maupun Tambahan Uang (TU) serta penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM).

Perubahan mendasar dalam penatausahaan keuangan dan asset daerah pasca reformasi adalah perubahan sistem akuntansi pemerintah pusat dan daerah. Akuntansi akan mempunyai peran yang nyata dalam kehidupan sosial ekonomi kalau informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dapat mengendalikan perilaku pengambilan kebijakan ekonomi untuk bertindak menuju kesuatu pencapaian tujuan sosial dan ekonomi negara. Sebagai alat kontrol dan alat untuk mencapai tujuan pemerintah. Akuntansi harus dapat berperan dalam mengendalikan roda pemerintahan dalam bentuk pengelolaan keuangan daerah berdasarkan aturan yang berlaku Suwardjono (2005:159).

Terkait dengan hal tersebut maka pemerintah daerah perlu mempersiapkan instrument yang tepat untuk melakukan pengelolaan / manajemen asset secara profesional, transparan, akuntabel, efisien dan efektif mulai dari tahap perencanaan, pendistribusian dan pemanfaatan serta pengawasannya.

Mardiasmo (2002:35) menegaskan bahwa sistem pertanggungjawaban keuangan suatu institusi dapat berjalan dengan baik, bila terdapat mekanisme pengelolaan keuangan yang baik pula. Ini berarti penatausahaan keuangan daerah memiliki posisi strategis dalam mewujudkan manajemen pemerintahan yang akuntabel.

Maka dari itu pemahaman akuntansi dan penatausahaan keuangan daerah adalah suatu hal yang sangat penting dimengerti oleh pemerintah daerah diantaranya

(20)

sekretaris daerah selaku koordinator Pengelola Keuangan Daerah, Kepala SKPKD (Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah) selaku PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) dan Kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) selaku pejabat pengguna anggaran/ pengguna barang, kepala Sub bagian, dinas, badan atau kantor, mengingat tuntutan publik akan transparansi suatu daerah agar dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi moral maupun material demi terciptanya pemerintah yang baik dan transparan.

Pemahaman sistem akuntansi merupakan faktor lain yang perlu dicermati, karena untuk dapat menyajikan informasi keuangan yang memadai dalam bentuk pelaporan keuangan yang dapat dipahami oleh pengguna, maka harus dilakukan oleh personel yang memiliki kompetensi dibidang penatausahaan keuangan daerah, serta harus memahami system akuntansi, khususnya akuntansi keuangan daerah.Newkirk (1986: 24) menegaskan bahwa keberhasilan pengembangan sistem informasi akuntansi keuangan sangat tergantung pada komitmen dan keterlibatan pegawai pemerintah daerah. Pernyataan ini menandakan sistem akuntansi keuangan sebagai alat kontrol perlu dipahami oleh personel atau pegawai unit satuan kerja pemerintah daerah yang berkomitmen, artinya keterlibatan pegawai yang memiliki pemahaman di bidang sistem akuntansi harus didukung oleh komitmen. Agar akuntansi dapat dijadikan salah satu alat dalam mengendalikan roda pemerintahan, akuntansi harus dipahami secara memadai oleh penyedia informasi keuangan.

Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang sistem akuntansi keuangan daerah, penatausahaan

(21)

keuangan daerah dan pengelolaan barang milik daerah dengan judul “Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Penatausahaan Keuangan Daerah, dan Pengelolaan Barang Milik Daerah terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut : “Apakah pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah, penatausahaan keuangan daerah dan pengelolaan barang milik daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD baik secara parsial maupun simultan?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman tentang sistem akuntansi keuangan daerah, penatausahaan keuangan daerah dan pengelolaan barang milik daerah terhadap kinerja SKPD.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan manfaat yang berarti yaitu :

a. Bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat memberikan referensi dalam bidang ilmu akuntansi khususnya akuntansi sektor publik mengenai penatausahaan keuangan dan barang milik daerah;

(22)

b. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dalam bidang penatausahaan keuangan dan barang milik daerah;

c. Bagi pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah Provinsi Kepulauan Riau diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran di dalam sistem keuangan daerah serta implementasi penatausahaan keuangan dan barang milik daerah.

1.5. Originalitas

Berbagai penelitian mengenai aspek yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan daerah telah sering dilakukan oleh para peneliti sebelumnya antara lain Tuasikal (2007) melakukan penelitian tentang pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah di Kabupaten Maluku Tengah.

Penelitiaan ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian sebelumnya oleh Askam Tuasikal dimana perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada independen variable yaitu penatausahaan keuangan, pengelolaan barang milik daerah dan daerah penelitian yaitu Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dengan periode waktu penelitian tahun 2011.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Dalam rangka meningkatkan kinerja SKPD disuatu daerah masalah penatausahaan keuangan dan pengelolaan barang milik daerah, khususnya yang berkaitan dengan penerapan system akuntansi keuangan daerah dan, pemahaman yang memadai tentang system akuntansi keuangan daerah dan prosedur pengelolaan barang milik daerah merupakan salah satu aspek penting, penyajian laporan keuangan daerah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007.

2.1.1. Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah

Kinerja atau prestasi kerja berasal dari pengertian performance. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.

Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.

(24)

Kinerja adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan – kegiatan manajerial (Mahoney et.al, 1963). Menurut (Solikin : 2006) usaha – usaha untuk menerapkan pelaporan kinerja pemerintah dapat ditelusuri sebelum krisis ekonomi 1997/ 1998. Memang secara faktual, peraturan yang berkaitan baru ditetapkan dalam bentuk Inpres 7/ 1999.

Dalam Inpres 7/ 1999 tersebut disebutkan bahwa laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan alat untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Tujuan system akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintah yang baik dan terpercaya.

Kinerja (Performance) diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan.

Prawirosentono (1999:2) mengartikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Tolak ukur kinerja adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit kerja perangkat daerah. Tolak ukur kinerja ditetapkan dalam bentuk standar pelayanan minimal yang ditentukan oleh masing-masing daerah. Pengukuran

(25)

kinerja merupakan wujud akuntabilitas, dimana penilaian yang lebih tinggi menjadi tuntutan yang harus dipenuhi, data pengukuran kinerja dapat menjadi peningkatan program selanjutnya. Didalam pemerintahan daerah kinerja yang harus diukur adalah kinerja SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang milik daerah.

2.1.2. Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Akuntansi keuangan pemerintah daerah merupakan bagian dari akuntansi sektor publik, yang mencatat dan melaporkan semua transaksi yang berkaitan dengan keuangan daerah. Purdy (1993: 47) menegaskan bahwa sebelum seseorang menggunakan data yang diperoleh, orang tersebut perlu memahami fungsi data tersebut, serta harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Sejalan dengan Purdy, Herbert et. al (1984: 4) yang juga menegaskan bahwa secara ekstrim penting bagi sebagian besar manajer (dinas, badan, kantor dan bagian) adalah memahami bagaimana informasi diperoleh, dianalisis, dan dilaporkan. Sebagian besar manajer juga harus memahami bagaimana pencatatan yang dilakukan oleh organisasi lain dalam mempertanggungjawabkan sumber daya yang dikelola. Sedangkan Collier (1997: 7) berpendapat bahwa akuntansi memiliki implikasi terhadap hubungan antara pemegang kekuasaan dan lingkungan organisasi, serta sistem akuntansi manajemen merupakan suatu kekuatan yang mempengaruhi strategi. Ini menandakan bahwa untuk memediasi hubungan antara pemerintah daerah dengan pemangku kepentingan lainnya yang ada di daerah diperlukan suatu media untuk mengkomunikasikan program-program pemerintah. Salah satu media yang dipandang relevan dalam mengkomunikasikan dan dijadikan sebagai alat untuk mengawasi program-program

(26)

pemerintah yang tercermin dalam APBD adalah sistem akuntansi keuangan daerah.

Argumen ini sejalan dengan pandangan Boockholdt, (1996: 455) yang menyatakan bahwa sistem akuntansi menyediakan informasi bagi setiap individu yang ada di dalam dan di luar organisasi.

Zimmerman (2000: 250) menegaskan bahwa menejemen dalam pembuatan keputusan yang terkait dengan anggaran (budget) diperlukan pengetahuan khusus tentang hubungan dengan hubungan lain dalam organisasi. Ini berarti berarti seorang menejer dalam penyusunan anggaran memerlukan pengetahuan atau pemahaman yang cukup tentang sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah. Informasi yang dapat dikatakan memenuhi tujuan tersebut yaitu informasi yang dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki, salah satunya yaitu mudah dipahami.

Setelah dikeluarkannya paket Undang-Undang Keuangan Negara yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka informasi keuangan negara yang meliputi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dilengkapi dengan informasi Neraca, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan, selain informasi mengenai Laporan Realisasi APBN/APBD.

Pelaporan keuangan pemerintah selanjutnya harus mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

(27)

Pengelolaan Keuangan Daerah diatur bahwa Pemerintah Daerah harus membuat sistem akuntansi yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah adalah sistem akuntansi untuk mencatat, menggolongkan, menganalisis, mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 100, yang menetapkan bahwa pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan dilakukan ditingkat SKPD sebagai entitas akuntansi dan Pemda sebagai entitas pelaporan.

2.1.3. Penatausahaan Keuangan Daerah

Yang disebut keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Ruang lingkup keuangan negara yang dikelola langsung oleh Pemerintah Pusat adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan yang dikelola langsung oleh Pemerintah Daerah adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Baik APBN maupun APBD merupakan inti dari akuntansi keuangan pemerintahan. Oleh karena itu kedudukan APBN dan APBD dalam penatausahaan keuangan dan akuntansi pemerintahan sangatlah penting. APBN dan APBD merupakan rencana kegiatan pemerintah yang dinyatakan dalam satuan mata uang dan meliputi rencana pengeluaran dan pemenuhan pengeluaran tersebut.

(28)

Edward (1992:13) menyatakan manajemen keuangan daerah dapat dilakukan dengan baik jika pemerintah daerah dapat mendefinisikan secara jelas tujuan dari manajemen keuangan.

Anthony (2003 : 17) menegaskan bahwa anggaran perlu disiapkan secara detail dan melibatkan manajer pada setiap level organisasi. Keterlibatan manajer dalam penyusunan anggaran khususnya dalam anggaran sector public diharapkan berpengaruh positif terhadap kinerja pelayanan yang diberikan. Dalam konteks penatausahaan keuangan daerah, implementasi program pemerintah daerah yang mengkonsumsi sejumlah sumber daya tertentu dapat dievaluasi melalui kinerja yang dihasilkan oleh setiap satuan kerja.

Penatausahaan keuangan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses Pengelolaan Keuangan Daerah, baik menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 maupun berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Uraian tentang penatausahaan keuangan daerah mencakup hal-hal sebagai berikut: (a) asas umum penatausahaan keuangan daerah; (b) pelaksanaan penatausahaan keuangan daerah; (c) penatausahaan penerimaan; dan (d) penatausahaan pengeluaran.

A. Asas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah

Asas-asas umum Penatausahaan Keuangan Daerah menurut kedua peraturan perundang-undangan tersebut di atas menyebutkan bahwa:

1. Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerima/

pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/

(29)

barang/ kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai peraturan perundang-undangan.

2. Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari surat bukti tersebut.

3. Semua penerimaan dan pengeluaran dana pemerintah daerah harus dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah.

4. Untuk setiap pengeluaran dana atas beban APBD, harus diterbitkan Surat Keputusan Otorisasi (SKO) oleh Kepala Daerah atau surat keputusan lain yang berlaku sebagai surat keputusan otorisasi.

5. Kepala Daerah, wakil kepala daerah, pimpinan DPRD, dan pejabat lainnya dilarang melakukan pengeluaran dana atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan.

B. Pelaksana Penatausahaan Keuangan Daerah

Adapun pejabat pelaksana penatausahaan keuangan daerah antara lain :

1. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) yang diberi wewenang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.

2. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) SKPD yang diberi wewenang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program yang sesuai dengan bidang tugasnya.

(30)

3. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat bukti pemungutan pendapatan daerah.

4. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani bukti penerimaan kas dan bukti penerimaan lainnya yang sah, dan

5. Pembantu bendahara penerimaan dan/atau pembantu bendahara pengeluaran.

C. Penatausahaan Penerimaan

Menurut ketentuan dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang dimaksud dengan penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Semua penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah setelah Kuasa Bendahara Umum Daerah menerima nota kredit.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa untuk kepentingan pelaksanaan APBD dan/atau penatausahaan keuangan daerah, kepala daerah perlu menetapkan pejabat fungsional untuk tugas bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran. Untuk itu bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya dan harus melaporkannya kepada pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran melalui PPKD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

(31)

Penatausahaan atas penerimaan dilaksanakan dengan menggunakan buku kas, buku pembantu per rincian obyek penerimaan dan buku rekapitulasi penerimaan harian. Sedangkan bukti penerimaan dan/atau bukti pembayaran yang diperlukan untuk penatausahaan anggaran adalah:

1. Surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);

2. Surat ketetapan retribusi (SKR);

3. Surat tanda setoran (STS);

4. Surat tanda bukti setoran; dan 5. Bukti penerimaan lainnya yang sah.

D. Penatausahaan Pengeluaran

Arti dari pengeluaran daerah seperti dimaksudkan dalam peraturan perundang-undangan terkait adalah semua arus uang yang keluar dari kas daerah.

Hal-hal yang berhubungan dengan penatausahaan pengeluaran adalah: penyediaan dana, permintaan pembayaran, perintah membayar, pencairan dan pertanggungjawaban penggunaan dana.

2.1.4. Pengelolaan Barang Milik Daerah

Yang dimaksud dengan asset/barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan

(32)

dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya. Barang milik daerah sebagaimana dimaksud diatas terdiri dari :

a) Barang yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang penggunaannya/pemakaiannya berada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/Instansi/lembaga Pemerintah Daerah lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

b) Barang yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah lainnya yang status barangnya dipisahkan. Barang milik daerah yang dipisahkan adalah barang daerah yang pengelolaannya berada pada Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah lainnya yang anggarannya dibebankan pada anggaran Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah lainnya.

Pengelolaan / manajemen asset daerah meliputi beberapa tahap, yaitu : perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, pendistribusian (termasuk penyimpanan), penggunaan, pemeliharaan dan penghapusan. Setiap tahap, mulai dari perencanaan kebutuhan hingga penghapusan asset daerah harus diketahui dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat melalui DPRD. Oleh karena itu, asset daerah yang pada dasarnya merupakan bagian dari asset negara harus dikelola secara optimal dengan memperhatikan prinsip efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas.

(33)

Secara sederhana pengelolaan kekayaan (asset) daerah meliputi tiga fungsi utama, yaitu :

1. Adanya perencanaan yang tepat

2. Pelaksanaan/pemanfaatan secara efisien dan efektif dan 3. Pengawasan (monitoring)

Pada dasarnya, kekayaan daerah dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

1) Kekayaan yang sudah ada (eksis) sejak adanya daerah tersebut. kekayaan jenis meliputi seluruh kekayaan alam dan geografis kewilayahan.

2) Kekayaan yang telah dan akan dimiliki baik yang berasal dari pembelian maupun yang akan dibangun sendiri. Kekayaan jenis berasal dari aktivitas pemerintah daerah yang di danai dari APBD serta kegiatan perekonomian daerah lainnya.

Aset atau barang daerah merupakan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah. Potensi ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan ekonomi yang bisa diperoleh pada masa yang akan datang, yang bisa menunjang peran dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada masyarakat.

Pemahaman akan aset bisa berbeda antara ilmu perencanaan, manajemen keuangan, dan akuntansi. Pengelolaan aset daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, yang kemudian ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.

(34)

2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)

Tuasikal (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman system akuntansi pengelolaan keuangan daerah serta implementasinya terhadap satuan kerja di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial menunjukan bahwa pemahaman system akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Secara simultan menunjukan bahwa pemahaman system akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja.

Haykal (2007) melakukan penelitian tentang analisis peran dan fungsi SKPD dalam pengelolaan keuangan daerah serta pengaruhnya terhadap kinerja SKPD (Studi kasus pada Pemkab Aceh Timur). Hasil penelitian tersebut bahwa perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.

Pangastuti (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi penganggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajemen pemerintah daerah dengan komitmen organisasi sebagai moderator (Studi pada Kabupaten Timor Tengah Utara). Hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial.

Syahrida (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman system akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD di Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa secara parsial pemahaman system akuntansi keuangan daerah berpengaruh secara signifikan

(35)

terhadap kinerja manjerial SKPD, sedangkan pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.

Tinjauan penelitian terdahulu berupa tahun penelitian, nama penelitian, variabel penelitian dan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.1. Review Peneliti Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil

1. Askam Tuasikal, 2007

Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku

1. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai variabel independen.

2. Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah sebagai variabel dependen.

Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah secara parsial dan simultan.

2. Haykal, 2007

Analisis peran dan fungsi SKPD dalam Pengelolaan Keuangan

Daerah serta Pengaruhnya terhadap

Kinerja SKPD (Studi kasus pada Pemkab Aceh Timur)

1. Perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran sebagai variabel independen.

2. Kinerja SKPD sebagai variabel dependen.

Perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.

3. Pangastuti (2008)

Pengaruh Partisipasi Penganggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajemen Pemerintah Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai Moderator (Studi pada Kabupaten Timor Tengah Utara)

1. Pengaruh Partisipasi Penganggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran sebagai variabel independen.

2. Kinerja Manajemen

Pemerintah Daerah sebagai variabel Dependen dan Komitmen Organisasi sebagai Moderator

Partisipasi Penganggaran

berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Manajemen Pemerintah Daerah.

4. Cut Faizah Syahrida (2009)

Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

1. Pemahaman Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah dan Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai variabel independen.

2. Kinerja SKPD sebagai Variabel Dependen.

Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi berpengaruh terhadap Kinerja SKPD secara signifikan.

(36)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti mengidentifikasi 3 variabel indepanden yaitu pemahaman system akuntansi keuangan daaerah (X1), penatausahaan keuangan daerah (X2) dan pengelolaan barang milik daerah (X3), yang diperkirakan mempengaruhi baik simultan maupun parsial terhadap kinerja SKPD (Y). Kerangka Konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemahaman Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah (X1)

Penatausahaan Keuangan Daerah

(X2)

Kinerja SKPD (Y)

Pengelolaan Barang Milik Daerah

(X3)

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

(37)

Keterkaitan antara variabel dependen dengan variabel independen adalah Kinerja SKPD (Y) sebagai variabel dependen diperkirakan baik secara simultan maupun parsial dipengaruhi oleh beberapa variable independen X yaitu Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X1), Penatausahaan Keuangan Daerah (X2), dan Pengelolaan Barang Milik Daerah (X3) dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Semakin tinggi/rendah pemahaman system akuntansi keuangan daerah, maka semakin tinggi/rendah kinerja SKPD.

b. Semakin tepat/tidak tepat penatausahaan keuangan daerah, maka semakin tinggi/rendah kinerja SKPD.

c. Semakin tepat/tidak tepat pengelolaan barang milik daerah, maka semakin tinggi/rendah kinerja SKPD.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teori dan review peneliti terdahulu, serta kerangka konseptual yang diuraikan diatas maka hipotesis dari masalah penelitan ini adalah

“Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Penatausahaan Keuangan Daerah dan Pengelolaan Barang Milik Daerah mempunyai pengaruh terhadap Kinerja SKPD, baik secara simultan maupun parsial”.

BAB IV

METODE PENELITIAN

(38)

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal yaitu untuk melihat hubungan beberapa variable yang belum pasti, Umar (2008) menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain,dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen, dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependen secara langsung.

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau, alasan dipilihnya lokasi penelitian pada Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau karena peneliti berdomisili di Provinsi Kepulauan Riau dan dikarenakan dilingkungan Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau masih terdapat beberapa SKPD yang belum dapat dan masih sulit menyesuaikan perubahan peraturan dalam pengelolaan keuangan daerah termasuk penatausahaan keuangan dan pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hal ini terbukti dengan masih terlambatnya menyampaikan Rencana Kerja Anggaran (RKA) yang berdampak pada terlambatnya pengesahaan APBD. Begitu juga dengan keterlambatan pelaporan SPJ masing-masing SKPD yang menjadi tanggungjawabnya kepada PPKD selaku BUD.

Adapun waktu penelitian yakni selama 2 minggu (5 September 2011 s.d 19

(39)

September 2011). Jumlah SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 30 SKPD. Dimana masing-masing SKPD akan disebarkan kepada Pengguna Anggaran (Kuasa Pengguna Anggaran), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK).

Ruang lingkup dalam penelitian dibatasi pada 3 variabel independen yang diperkirakan berpengaruh terhadap kinerja SKPD yaitu pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah, penatausahaan keuangan daerah, dan pengelolaan barang milik daerah. Adapun jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Alat pengumpulan data dilakukan dengan memberikan lembaran kuesioner secara langsung, instrument dalam kuesioner berisi pertanyaan/pernyataan yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat pada instansi pemerintah yang melaksanakan kewenangan di tingkat provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah Pengguna Anggaran (Kuasa Pengguna Anggaran), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), dan Pejabat Penatausahaan Keuangan di seluruh SKPD sebanyak 30 SKPD dengan populasi sebanyak 363 orang.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara judgment sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Indriantoro, 2002).

Judgment sampling artinya bahwa penentuan sampel mempertimbangkan hal-hal tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian.

(40)

Dalam penelitian ini peneliti mempertimbangkan jarak kantor dan lokasi kantor yang berada di satu pulau saja. Dari 363 orang yang dapat dijadikan sampel dan memenuhi syarat sebanyak 234 orang. Daftar sampel yang memenuhi syarat dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1. Daftar Populasi Target

No Nama Instansi Sampel

KPA PPTK PPK

1 Dinas Pendidikan 1 10 1

2 Dinas Kesehatan 1 7 1

3 Dinas Pekerjaan Umum 1 9 1

4 Dinas Perhubungan 1 10 1

5 Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan 1 10 1

6 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 1 14 1

7 Dinas Pendapatan Daerah 1 3 1

8 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1 10 1

9 Dinas Kelautan dan Perikanan 1 5 1

10 Dinas Pariwisata 1 3 1

11 Dinas Kebudayaan 1 1 1

12 Dinas Sosial 1 5 1

13 Dinas Pertambangan dan Energi 1 8 1

14 Dinas Pemuda dan Olah Raga 1 5 1

15 Dinas Komunikasi dan Informatika 1 14 1

16 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 1 5 1

17 Dinas Koperasi dan UKM 1 2 1

18 Inspektorat 1 2 1

19 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 1 6 1

20 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 1 2 1

21 Badan Lingkungan Hidup 1 5 1

22 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 1 3 1

23 Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah 1 1 1

24 Badan Kepegawaian Daerah, Pendidikan dan Pelatihan 1 9 1

25 Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah 1 3 1

26 Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah 1 6 1

27 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 1 3 1

28 Sekertariat Daerah Provinsi 1 7 1

29 Satuan Polisi Pamong Praja 1 1 1

30 Sekertariat DPRD Provinsi 1 5 1

Jumlah 30 174 30

(41)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan data primer.

Indriantoro dan Supomo (1999) menyebutkan data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Jenis penelitian adalah penelitian survey. Penelitian survey adalah metode pengumpulan data primer berdasarkan komunikasi antara peneliti dan responden dimana data penelitian berupa subjek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman, karakteristik subjek penelitian secara individu atau secara kelompok (Indrintoro dan Supomo, 2002). Untuk mendapatkan data dari responden maka penulis menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner yang akan diantar langsung oleh penulis dengan 1 tahap yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner kemasing-masing SKPD dan ditunggu selama 12 hari.

4.5. Defenisi Operasional

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan defenisi variabel operasional yang akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun kuesioner penelitian, defenisi operasional dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah :

Kinerja SKPD (Y) adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

(42)

yang diberikan kepadanya mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, investigasi, evaluasi dan staffing di setiap SKPD. Pengukuran variabel ini menggunakan instrument kuesioner dengan skala 5 point yang dikembangkan oleh Mahoney et.al., (1963-1965). “ Development of Managerial Performance a Reseacrh Approach”, kuesioner ini diukur menggunakan skala interval dengan skor

sebagai berikut :

Angka 1,2 = Kinerja dibawah rata-rata Angka 3 = Kinerja rata-rata

Angka 4,5 = Kinerja diatas rata-rata Dengan indikator :

a. Perencanaan b. Pengkoordinasian c. Evaluasi

d. Pengawasan e. Pemilihan staf

f. Kinerja secara menyeluruh.

2. Variabel independen dalam penelitian ini adalah :

Pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah (X1), yang merupakan pemahaman para pengguna anggaran tentang sistem pencatatan akuntansi serta penatausahaan keuangan dan asset daerah. Kuesioner pemahaman sistem akuntansi di adaptasi dari replikasi peneliti terdahulu oleh Syahrida (2009) yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

(43)

Tahun 2006. Kuesioner ini akan diukur menggunakan skala interval dengan skor sebagai berikut :

Angka 1 = Sangat Tidak Paham (STP) Angka 2 = Tidak Paham (TP)

Angka 3 = Netral (N) Angka 4 = Paham (P)

Angka 5 = Sangat Paham (SP) Dengan indikator :

a. Memahami system dan prosedur akuntansi penerimaan kas b. Memahami system dan prosedur akuntansi pengeluaran kas c. Memahami system dan prosedur akuntansi aset tetap d. Memahami sistem dan prosedur akuntansi selain kas e. Memahami sistem pencatatan double entry

f. Memahami prosedur yang harus dilakukan untuk menjembatani kas basis ke akrual basis.

Penatausahaan keuangan daerah (X2) adalah tata buku yang merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis di bidang keuangan berdasarkan prinsip-prinsip, standar-standar tertentu serta prosedur-prosedur tertentu sehingga dapat memberikan informasi aktual di bidang keuangan.

Penatausahaan keuangan daerah mencakup (a) asas umum penatausahaan keuangan daerah; (b) pelaksanaan penatausahaan keuangan daerah; (c) penatausahaan penerimaan; dan (d) penatausahaan pengeluaran. Pengukuran variable ini

(44)

menggunakan instrument kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukan bahwa sejauh mana pemahaman pihak bersangkutan mengenai penatausahaan keuangan daerah. Kuesioner penatausahaan keuangan daerah juga diadaptasi dari peneliti terdahulu oleh Syafrida (2009) yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.

Kuesioner ini akan diukur menggunakan skala interval dengan skor sebagai berikut : Angka 1 = Sangat Tidak Paham (STP)

Angka 2 = Tidak Paham (TP) Angka 3 = Netral (N)

Angka 4 = Paham (P)

Angka 5 = Sangat Paham (SP) Dengan indikator :

a. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD.

b. Pelaksanaan pemungutan pendapatan daerah.

c. Penyusunan laporan keuangan.

d. Penatausahaan Pendapatan e. Penatausahaan belanja.

f. Laporan Semester I dan prognosis, serta laporan keuangan SKPD g. Melakukan pengawasan terhadap proses pengelolaan keuangan SKPD Pengelolaan asset/barang milik daerah (X3) adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak

(45)

maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya. Lingkup pengelolaan aset/barang milik daerah meliputi : Perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindah tanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Pengukuran variable ini menggunakan instrument kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukan bahwa sejauh mana pemahaman pihak bersangkutan mengenai pengelolaan barang milik daerah.

Kuesioner pengelolaan barang milik daerah akan di desain sendiri oleh penulis berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007, kuesioner ini akan diuji pra test sebelum disebarkan kepada responden, Kuesioner ini akan diukur dengan skala likert dengan skor sebagai berikut :

Angka 1 = Sangat Tidak Paham (STP) Angka 2 = Tidak Paham (TP)

Angka 3 = Netral (N) Angka 4 = Paham (P)

Angka 5 = Sangat Paham (SP) Dengan indikator :

a. Mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran milik Negara untuk lembaga yang dipimpin.

(46)

b. Mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan, dan pemindahtanganan barang milik daerah yang telah disetujui oleh gubernur/bupati/walikota atau DPRD.

c. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah.

d. Menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT)

e. Pencatatan/pembukuan barang milik daerah dalam Kartu Inventaris Barang, merekapitulasi pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah dalam DBMD.

f. Melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah ke dalam DBP/DBKP menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

Tabel 4.2. Defenisi Operasional & Pengukuran Variabel

Variabel Penelitian

Defenisi Operasional

Pengukuran Variabel

Indikator Skala

Pengukuran Dependen

Variabel Kinerja SKPD (Y)

Hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menggunakan skala 5 point untuk

menunjukan

tingkat kinerja dengan

pengelompokan skor 1,2 untuk kinerja dibawah rata-rata, skor 3 untuk kinerja rata- rata, skor 4,5 untuk kinerja diatas rata-rata.

a. Perencanaan b. Pengkordinasian c. Evaluasi d. Pengawasan e. Pemilihan staf

f. Kinerja secara

menyeluruh

Interval

Independen Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Variabel

Pemahaman para pengguna anggaran tentang sistem pencatatan akuntansi

Menggunakan skala 5 point untuk

menunjukan pemahaman sistem akuntansi

a. Memahami akuntansi penerimaan kas

b. Memahami akuntansi pengeluaran kas

c. Memahami akuntansi aset tetap

Interval

(47)

Daerah (X1)

serta

penatausahaan keuangan dan asset daerah.

keuangan daerah yaitu memberikan nilai pada angka 1 untuk sangat tidak paham, angka 2 untuk tidak paham, angka 3 untuk netral, angka 4 untuk paham, dan angka 5 untuk sangat paham.

d. Memahami akuntansi selain kas

e. Memahami sistem

pencatatan double entry f. Memahami prosedur

yang harus dilakukan untuk menjembatani kas basis ke akrual basis

Penatausahaan Keuangan Daerah (X2)

Segala pengurusan administrasi dan pengurusan kebendaharaw an untuk menerima,

menyimpan, membayar atau

mengeluarkan uang dan barang serta berkewajiban mempertangg ungjawabkan kepada kepala daerah.

Menggunakan skala 5 point untuk

menunjukan penatausahaan keuangan daerah yaitu memberikan nilai pada angka 1 untuk sangat tidak paham, angka 2 untuk tidak paham, angka 3 untuk netral, angka 4 untuk paham, dan angka 5 untuk sangat paham.

a. Penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD.

b. Pelaksanaan

pemungutan pendapatan daerah.

c. Penyusunan laporan keuangan.

d. Penatausahaan Pendapatan e. Penatausahaan

belanja.

f. Laporan semester I dan prognosis, serta laporan keuangan SKPD g. Melakukan

pengawasan terhadap proses pengelolaan keuangan SKPD

Interval

Pengelolaan Barang Milik Daerah (X3)

Semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun yang tidak

bergerak.

Menggunakan skala 5 point untuk

menunjukan pengelolaan

barang milik daerah yaitu memberikan

angka 1 untuk sangat tidak paham, angka 2 untuk tidak paham, angka 3 untuk netral, angka 4 untuk paham, dan angka 5 untuk sangat paham.

a. Mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran

b. Mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan, dan pemindahtanganan barang milik daerah yang telah disetujui oleh gubernur/bupati/walikota atau DPRD.

c. Melakukan pengawasan dan

pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah.

d. Menyusun dan

menyampaikan LBPS dan LBPT

e. Pencatatan Kartu Inventaris Barang barang milik daerah f. Melakukan pendaftaran dan

pencatatan ke dalam DBP/DBKP menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

Interval

(48)

4.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Sebelum dilakukan analisis regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji kualitas instrumen pengamatan, uji normalitas data dan uji asumsi klasik. Pengolahan data menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social Sciense) versi 15.0.

Model analisis regresi berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + ε

Dimana : Y = Kinerja SKPD a = Konstanta b1,b2,b3 = Koefisien regresi

X1 = Pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah X2 = Penatausahaan keuangan daerah

X3 = Pengelolaan barang milik daerah ε = Error term

4.6.1. Uji Kualitas Data 4.6.1.1. Uji Validitas

Uji Validitas menunjukan seberapa jauh ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2000). Validitas juga berhubungan dengan tujuan pengukuran. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata dan benar (Erlina, 2008). Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl

(49)

Pearson dengan ketentuan : jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner dikatakan tidak valid.

(Ghozali, 2005).

4.6.1.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat seberapa besarnya suatu pengukur mengukur dengan stabil dan konsisten terhadap situasi apapun (Erlina, 2008). Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu instrument dapat dikatakan reliable jika nilai alpha cronbach > 0,6, dan sebaliknya dikatakan tidak reliable jika alpha cronbach < 0,6 (Ghozali,2005).

4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan mengunakan analisis regresi berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas, linieritas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross section. Oleh karena itu, pengujian autokorelasi tidak perlu dilakukan.

4.6.2.1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan analisis grafik dan uji statistik. Pengujian normalitas dengan analisis grafik dapat dengan

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Tabel 4.1. Daftar Populasi Target
Tabel 5.1. Organisasi
Tabel 5.11. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
+2

Referensi

Dokumen terkait

Orsaken till detta kan vara, förutom den 100-procentiga odling av effektiva &#34;fånggrödor&#34;, dels att förhållandet mellan tillfört och skördat kväve blev synnerligen gynnsamt

Desain penelitian yang dijadikan kerangka acuan dalam melakukan penelitian ini adalah two group pretest-posttest design.. Metode penelitian yang digunakan adalah

Diantara pemikirannya adalah mengenai konsep falah, hayyah thayyibah, dan tantangan ekonomi umat Islam, kebijakan moneter, lembaga keuangan syariah yang lebih ditekankan kepada

men!ai,atan#ulitn)amen5aripeerjaandima#a#earan!ini4Ban)a#eali5alonpeerja )an!  ,erein!inanuntu,eerja

Pada percobaan TTS (Total Suspended Solid) ini yang bertujuan untuk mengetahui kadar zat padat tersuspensi dalam sampel yang diambil dari sungai didekat PT Wings Surya

disarankan untuk arus listrik dan faktor daya. 2) Kapasitor seri digunakan dalam rangkaian kapasitif atau sirkit ganda. Dalam hal kegagalan kapasitor yang dipasang seri,

Merendam sampel ayam broiler dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) varietas putih yang telah diencerkan dengan aquades selama 30 menit..

3 ABDA Asuransi Bina Dana Arta Tbk 4 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 5 ADES Akasha Wira International Tbk 6 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk 7 ADMF Adira Dinamika