• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

 

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Satuan – satuan

Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara

lain:

a. Satuan untuk intensitas cahaya (Iv) adalah kandela (cd)

Intensitas cahaya adalah jumlah energy radiasi yang dipancarkan sebagai

cahaya kesuatu jurusan tertentu. Menurut sejarah, sumber cahaya buatan

adalah lilin (candela).Candela dengan singkatan cd ini merupakan satuan

Intensitas Cahaya (Iv) dari sebuah sumber yang memancarkan energi cahaya

ke segala arah.

b. Satuan untuk Flux Cahaya () adalah lumen (lm)

Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah seluruh

jumlah cahaya yang dipancarkan dalam satuan detik.

c. Satuan untuk Intensitas penerangan atau iluminasi (E) adalah lux (lx)

Intensitas penerangan atau iluminansi di suatu bidang ialah flux cahaya yang

jatuh pada 1 m2 pada suatu bidang Iluminasi.

Berikut adalah tabel besaran cahaya : Satuan – satuan

Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara

lain:

Satuan untuk intensitas cahaya (Iv) adalah kandela (cd)

Intensitas cahaya adalah jumlah energy radiasi yang dipancarkan sebagai

cahaya kesuatu jurusan tertentu. Menurut sejarah, sumber cahaya buatan

adalah lilin (candela).Candela dengan singkatan cd ini merupakan satuan

Intensitas Cahaya (Iv) dari sebuah sumber yang memancarkan energi cahaya

ke segala arah.

(2)

 

Tabel 2.1 : Besaran Cahaya

2.2. Standard dan kebutuhan pencahayaan 2.2.1. Jenis keluarga lampu

Selama ini jenis lampu menurut keluarga besarnya, dibagi menjadi 2 (dua)

kelompok besar, yaitu Lampu Pijar (GLS) dan Lampu Pelepas Gas (LPG).

Beberapa lampu inovasi baru seperti lampu logam halida (metal halide) juga

(3)

 

lampu, menghasilkan jenis varian baru lampu LED. Lampu LED adalah lampu

yang menyala akibat diode yang dialiri listrik. Aplikasi lampu LED sekarang

telah merambah hampir mampu mengganti lampu GLS dan LPG. Penghematan

yang didapatkan sangat signifikan rata-rata bisa lebih besar dari 40%. Cahaya

yang dihasilkan pun lebih nyaman dan enak diterima mata, karena energi

radiasi UV, infrared, dan panas sudah ditiadakan.

Gambar di bawah ini menggambarkan keluarga lampu dari sejak ditemukan

Thomas A. Edisson.

Gambar 2.1 : Alur keluarga lampu

Sedangkan karakteristik pada lampu dapat dikelompokan menjadi beberapa

bagian besar diantaranya : Thomas A. Edisson.

(4)

 

Tabel 2.2 : Karakteristik jenis lampu

Jenis Lampu Lumen / Watt Indeks

Perubahan cahaya Penerapan Umur (jam)

Kisaran Rata-rata

Lampu Pijar 8-18 14 Baik sekali Rumah , Restoran , Penerangan umum

, Penerangan darurat 1000

Lampu Neon 46-60 50 Lapisan w.r.t

yang baik

Kantor , Pertokoan , Rumah sakit ,

Rumah 5000

Lampu Neon Kompak (CFL) 40-70 60 Sangat baik Hotel , Pertokoan , Rumah , Kantor

8000 s.d 10000

Merkuri Tekanan Tinggi

(HPMV) 44-57 50 Cukup

Penerangan umum di pabrik , Garasi , Tempat parker mobil , Penerangan berlebihan / sangat terang

5000

Lampu Halogen 18-24 20 Baik sekali Peraga , Penerangan berlebihan , Area pameran , Area konstruksi

2000 s.d 4000

Sodium Tekanan Tinggi

(HPSV) SON 67-121 90 Cukup

Penerangan umum di pabrik , Gudang , Penerangan jalan

6000 s.d 12000

Sodium Tekanan Rendah

(HPSV) SOX 101-175 150 Buruk

Jalan raya , Terowongan , Kanal , Penerangan jalan

6000 s.d 12000

Perubahan cahaya Penerapan

Kisaran Rata-rata

8-18 14 Baik sekali Rumah , Restoran , Penerangan umum

, Penerangan darurat

46-60 50 Lapisan w.r.t

yang baik

Kantor , Pertokoan , Rumah sakit , Rumah

Lampu Neon Kompak (CFL) 40-70 60 Sangat baik Hotel , Pertokoan , Rumah , Kantor

Merkuri Tekanan Tinggi

44-57 50 Cukup

Penerangan umum di pabrik , Garasi , Tempat parker mobil , Penerangan berlebihan / sangat terang

18-24 20 Baik sekali Peraga , Penerangan berlebihan , Area pameran , Area konstruksi Sodium Tekanan Tinggi

67-121 90 Cukup Penerangan umum di pabrik ,

Gudang , Penerangan jalan

(5)

 

2.2.2. Pemilihan Lampu

Lampu Flouresen dan lampu pelepasan gas lainnya yang mempunyai efikasi

lebih tinggi, harus lebih banyak digunakan.

Lampu pijar memiliki efikasi yang rendah sehingga penggunaannya dibatasi.

Lampu Flouresen menurut jenis temperature warnanya serta cara pemakaiannya

dijelaskan sebagai berikut :

Warm White (Warna putih kekuning-kuningan) dengan temperature warna 3300 K

Cool White (warna putih netral ) dengan temperature warna antara 3300K sampai dengan 5300K

Daylight (warna putih) dengan temperature warna 5300K

Dalam standar SNI, penggunaan temperature warna dari lampu Flouresen yang

dianjurkan untuk Fungsi/jenis ruangan yang ada di perkantoran dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 2.3 : Temperetur warna yang direkomendasikan untuk Perkantoran

Fungsi / Jenis Ruangan

Temperatur Warna

Warm White Cool White Day Light

Ruang Direktur   Ruang Kerja   Ruang Komputer   Ruang Rapat   Ruang Gambar   3300 K

Cool White (warna putih netral ) dengan temperature warna antara 3300K

sampai dengan 5300K

Daylight (warna putih) dengan temperature warna 5300K

Dalam standar SNI, penggunaan temperature warna dari lampu Flouresen yang

dianjurkan untuk Fungsi/jenis ruangan yang ada di perkantoran dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 2.3 : Temperetur warna yang direkomendasikan untuk Perkantoran

Fungsi / Jenis Ruangan

(6)

 

Tabel 2.4 : Fluks cahaya dan Efikasi lampu Flouresen

No

Type dan Daya

Lampu (W)

Fluks Cahaya

(Lumen)

Efikasi (lumen/watt)

Tanpa rugi-rugi balast

Efikasi (lumen/watt)

dengan rugi-rugi

ballast (konvensional)

I Flouresen

a Tabung Flouresen Warna Standar:

18 1050 58 38

18 1150 64 42

36 2500 69 54

36 2800 78 61

Warna Super (CRI 85)

18 1350 75 48

16 3300 92 72

b Kompak Flouresen 2 pin – 2 tabung:

5 250 50 24 7 400 57 33 9 600 67 43 11 900 82 56 4 Tabung – PL – C 10 600 60 38 13 100 69 50 18 1200 67 50 18 1150 64 36 2500 69 36 2800 78

Warna Super (CRI 85)

18 1350 75

16 3300 92

b Kompak Flouresen 2 pin – 2 tabung:

5 250 50

(7)

 

Tabel 2.4 : Fluks cahaya dan Efikasi lampu Flouresen (lanjutan)

No

Type dan Daya

Lampu (W)

Fluks Cahaya

(Lumen)

Efikasi (lumen/watt)

Tanpa rugi-rugi balast

Efikasi (lumen/watt) dengan rugi-rugi ballast (konvensional) 26 1800 69 54 c 2 Tabung/Flouresen kompak 9 400 44 13 600 46 18 900 50 25 1200 48 2.2.3. Komponen pencahayaan. a. Armature / Reflektor

Elemen yang paling penting dalam perlengkapan cahaya, selain dari lampu,

adalah reflector. Reflektor berdampak pada banyaknya cahaya lampu

mencapai area yang diterangi dan juga pola distribusi cahayanya. Reflektor

biasanya menyebar (dilapisi cat atau bubuk putih sebagai penutup) atau

specular (dilapis atau seperti kaca).

Tingkat pemantulan bahan reflektor dan bentuk reflektor berpengaruh

langsung terhadap efektivitas dan efisiensi fitting. Reflektor konvensional

yang menyebar memiliki tingkat pemantulan 70-80% apabila baru. Bahan

yang lebih baru dengan daya pemantulan yang lebih tinggi atau semidifusi

13 600

18 900

25 1200

Komponen pencahayaan.

Armature / Reflektor

Elemen yang paling penting dalam perlengkapan cahaya, selain dari lampu,

adalah reflector. Reflektor berdampak pada banyaknya cahaya lampu

(8)

 

memiliki daya pemantulan sebesar 85%. Pendifusi/Diffuser konvensional

menyerap cahaya lebih banyak dan menyebarkannya daripada

memantulkannya ke area yang dikehendaki. Lama kelamaan nilai daya

pantul dapat berkurang disebabkan penumpukan debu dan kotoran dan

perubahan warna menjadi kuning disebabkan oleh sinar UV.

Reflektor specular lebih efektif dimana pemantul ini memaksimalkan optik

dan daya pantul specular sehingga membiarkan pengontrolan cahaya yang

lebih seksama dan jalan pintas yang lebih tajam. Dalam kondisi baru, lampu

ini memiliki nilai pantul sekitar 85-96%. Nilai tersebut tidak berkurang

seperti pada reflektor konvensional yang berkurang karena usia. Bahan yang

umum digunakan adalah alumunium yang diberi perlakuan anoda (nilai

pantul 85-90%) dan lapisan perak yang dilaminasikan ke bahan logam (nilai

pantul 91-95%). Menambah (atau melapisi) alumunium dilakukan untuk

mencapai nilai pantul lebih kurang 88-96%. Lampu harus tetap bersih agar

efektif, reflektor optik kaca tidak boleh digunakan dalam peralatan yang

terbuka di industri dimana peralatan tersebut mungkin akan terkena debu.

b. Gear / Komponen pendukung

Komponen pendukung yang digunakan dalam peralatan pencahayaan adalah

sebagai berikut:

lebih seksama dan jalan pintas yang lebih tajam. Dalam kondisi baru, lampu

ini memiliki nilai pantul sekitar 85-96%. Nilai tersebut tidak berkurang

seperti pada reflektor konvensional yang berkurang karena usia. Bahan yang

umum digunakan adalah alumunium yang diberi perlakuan anoda (nilai

pantul 85-90%) dan lapisan perak yang dilaminasikan ke bahan logam (nilai

pantul 91-95%). Menambah (atau melapisi) alumunium dilakukan untuk

mencapai nilai pantul lebih kurang 88-96%. Lampu harus tetap bersih agar

efektif, reflektor optik kaca tidak boleh digunakan dalam peralatan yang

(9)

 

• Balast

Gambar 2.2 : Ballast Lampu

Ballast pada dasarnya merupakan kumparan hambat (choke coil) yang

berinti besi. Ballast pada lampu TL berfungsi:

Memberikan pemasangan awal pada elektroda guna menyediakan elektron bebas dalam jumlah yang banyak

Memberikan gelombang potensial yang cukup besar untuk mengadakan bunga api antara kedua elektrodanya

Mencagah terjadinya peningkatan arus bunga api yang melebihi batas tertentu bagi setiap ukuran lampu.

Disamping itu ballast berfungsi untuk mengurangi pengaruh perubahan

gerakan sinar yang mengganggu (stroboscopic) dan mengurangi kerugian

sampingan (auxiliary losses). Oleh karena itu setiap lampu TL selalu

memiliki sebuah ballast yang direncanakan untuk daya, tegangan, dan

frekuensi yang disesuaikan dengan lampu TLnya masing-masing.

Jenis ballast terdiri dari :

Gambar 2.2 : Ballast Lampu

Ballast pada dasarnya merupakan kumparan hambat (choke coil) yang

berinti besi. Ballast pada lampu TL berfungsi:

 Memberikan pemasangan awal pada elektroda guna menyediakan elektron bebas dalam jumlah yang banyak

 Memberikan gelombang potensial yang cukup besar untuk mengadakan bunga api antara kedua elektrodanya

 Mencagah terjadinya peningkatan arus bunga api yang melebihi batas tertentu bagi setiap ukuran lampu.

(10)

 

1) Balast resistor.

Pada kondisi kerja yang stabil, balast ini memerlukan pasokan

tegangan dua kali lebih besar dari kebutuhan tegangan lampu. Hal ini

berarti 50% daya listrik diboroskan oleh balast dan akhirnya

penggunaannya menjadi tidak ekonomis.

2) Balast induktif atau choke.

Balast induktif (choke) terdiri dari sejumlah lilitan kawat tembaga

pada inti besi yang dilaminasi, bekerjanya dengan prinsip induktansi

sendiri. Impedansi balast harus dipilih sesuai pasokan tegangan listrik,

frekuensi, jenis dan tegangan lampu, agar arus lampu berada pada

nilai yang tepat. Dengan kata lain, setiap jenis lampu mensyaratkan

tegangan pada chokenya sendiri untuk memperoleh impedansi balast

yang diinginkan.

Keuntungan pemakaian balast ini sebagai berikut :

Rugi daya cukup rendah dibandingkan jenis balast resistor.

Sirkit lebih sederhana dimana balast dihubungkan seri dengan lampu.

Kerugian pemakaian balast ini :

Adanya ketinggalan fasa dari arus terhadap tegangan, sehingga diperlukan koreksi faktor daya.

Arus awal cukup tinggi yaitu 1,5 kali lebih besar dari arus pengenal.

pada inti besi yang dilaminasi, bekerjanya dengan prinsip induktansi

sendiri. Impedansi balast harus dipilih sesuai pasokan tegangan listrik,

frekuensi, jenis dan tegangan lampu, agar arus lampu berada pada

nilai yang tepat. Dengan kata lain, setiap jenis lampu mensyaratkan

tegangan pada chokenya sendiri untuk memperoleh impedansi balast

yang diinginkan.

Keuntungan pemakaian balast ini sebagai berikut :

 Rugi daya cukup rendah dibandingkan jenis balast resistor.

(11)

 

Peka terhadap fluktuasi tegangan (tegangan listrik naik turun, menyebabkan arus masuk ke lampu juga bervariasi).

3) Balast elektronik

Balast ini bekerja pada sistem frekuensi tinggi (High Frequency =

HF). Sistem balast elektronik terintegrasi dalam suatu kotak, dimana

di dalamnya terdapat komponen - komponen elektronik yang terdiri

dari beberapa blok, yaitu low pass filter, konverter AC/DC, generator

HF dan pengendali lampu.

Low pass filter, mempunyai 4 (empat) fungsi :

Membatasi distorsi harmonik. Membatasi radio harmonik.

Memproteksi komponen elektronik terhadap tegangan listrik yang tinggi.

Membatasi arus "inrush".

Konverter AC/DC, terdiri dari jembatan dioda yang berfungsi

mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC. Konverter juga berisi

buffer capacitor yang diperlukan oleh tegangan DC. Buffer capacitor

menentukan bentuk arus lampu dan arus listrik.

Generator HF, berfungsi menguatkan tegangan DC menjadi tegangan

HF. Modulasi dalam suatu frekuensi tinggi dapat mengganggu kendali

jarak jauh infra merah (remote control infra red) yang digunakan pada

TV, Video, Audio, sistem transmisi dan komunikasi data. Oleh karena

itu frekuensi operasi untuk lampu fluoresen HF tidak boleh lebih kecil HF dan pengendali lampu.

Low pass filter, mempunyai 4 (empat) fungsi :

 Membatasi distorsi harmonik.  Membatasi radio harmonik.

 Memproteksi komponen elektronik terhadap tegangan listrik yang tinggi.

 Membatasi arus "inrush".

Konverter AC/DC, terdiri dari jembatan dioda yang berfungsi

(12)

 

dari 18 kHz dan tidak boleh lebih besar dari 36 kHz. Pemilihan

frekuensi kerja biasanya diambil 28 kHz. Disamping standar balast

HF, ada juga balast HF yang bisa diredupkan, yang kemungkinan

dapat memberikan tambahan penghematan energi.

• Ignitors / Starter

Gambar 2.3 : Starter lampu TL

Starter pada lampu TL terdiri dari sebuah balon kaca kecil yang diisi

dengan gas mulia. Di dalam balon terdapat dua elektroda dwi logam

sebagai filamen. Jarak antara kedua elektroda tersebut diatur dengan jarak

tertentu sehingga starternya akan menyala pada tegangan 100-200 V.

Starter berfungsi sebagai saklar penunda waktu (time delay switch) yang

dihubungkan pararel dengan dua kaki lampu TL.

Bila lampu TL dihubungkan pada jaringan tegangan PLN, maka dalam

waktu singkat filamen starter terhubung (menyala) dan kemudian

memutuskannya lagi kalau lampu TL telah menyala dengan stabil. Pada

saat filamen terhubung, suatu arus besar akan mengalir dari jaringan

listrik lewat ballast, kemudian ke elektroda lampu, starter dan kawat

elektroda lainnya, untuk selanjutnya kembali menuju ke jaringan. Adanya Gambar 2.3 : Starter lampu TL

Starter pada lampu TL terdiri dari sebuah balon kaca kecil yang diisi

dengan gas mulia. Di dalam balon terdapat dua elektroda dwi logam

sebagai filamen. Jarak antara kedua elektroda tersebut diatur dengan jarak

tertentu sehingga starternya akan menyala pada tegangan 100-200 V.

Starter berfungsi sebagai saklar penunda waktu (time delay switch) yang

dihubungkan pararel dengan dua kaki lampu TL.

(13)

 

arus ini akan membuat elektroda-elektroda lampu berpijar dan

mengeluarkan elektron-elektron.

Sementara itu tegangan pada starter telah hilang, sehingga starternya

padam dan menjadi dingin. Kedua elektroda dwi logam dalam starter

akan lurus kembali dan memutuskan arus yang sedang mengalir. Karena

adanya pemutusan tiba-tiba ini, dalam ballast akan dibangkitkan suatu

gaya gerak listrik yang cukup tinggi. Tegangan kejut ini seri dengan

tegangan jaringan. Bila dibangkitkan pada saat yang tepat, tegangan pada

kedua filamen lampu TL akan cukup tinggi untuk menyalakan tabung

dengan syarat filamen-filamennya sudah cukup panas.

Pada siklus pertama tabung belum menyala maka peristiwa seperti yang

diuraikan diatas akan terulang, sampai tabung menyala. Setelah lampu TL

menyala, starternya akan pararel dengan lampu. Oleh karena tegangan

menyala lampu lebih rendah dari pada tegangan starter, maka starternya

akan tetap padam.

Untuk mengurangi cetusan-cetusan pada elektroda di logam dapat

dipasang sebuah kondensator kecil pararel dengan starter. Pemasangan

kondensator tersebut juga dapat memperbaiki pemutusan arus dalam

starter dan mengurangi timbulnya gangguan radio.

Ada dua jenis Starter untuk lampu fluoresen, yaitu Glow switch starter

dan Starter elektronik :

tegangan jaringan. Bila dibangkitkan pada saat yang tepat, tegangan pada

kedua filamen lampu TL akan cukup tinggi untuk menyalakan tabung

dengan syarat filamen-filamennya sudah cukup panas.

Pada siklus pertama tabung belum menyala maka peristiwa seperti yang

diuraikan diatas akan terulang, sampai tabung menyala. Setelah lampu TL

menyala, starternya akan pararel dengan lampu. Oleh karena tegangan

menyala lampu lebih rendah dari pada tegangan starter, maka starternya

akan tetap padam.

(14)

 

1) Glow Switch starter.

Starter terdiri dari satu atau dua elektrode bimetal berada didalam

tabung gelas yang tertutup berisi gas mulia. Starter dipasang paralel

terhadap lampu sedemikian sehingga jika starter terhubung maka arus

pemanas awal dapat melalui elektroda-elektroda lampu.

Pada saat pembukaan kembali, arus melalui balast diinterupsi, yang

menyebabkan tegangan puncak pada elektroda-elektroda cukup tinggi

untuk menyalakan lampu. Tegangan puncak minimal yang

dipersyaratkan adalah 800 V dan nilai rata-rata tegangan puncak

antara 1000V dan 1200V.

Jika elektroda lampu tidak cukup panas atau tegangan puncak tidak

cukup tinggi, starter glow switch akan memulai lagi proses penyalaan

sampai lampu menyala. Jika lampu tidak menyala (misalnya pada

akhir umur lampu) starter akan terus berkedip sampai tegangan listrik

putus atau sampai elektroda dari glow switch starter melekat bersama.

Starter dilengkapi dengan kapasitor yang paralel dengan elektrode

starter untuk mencegah interferensi radio.

2) Starter elektronik

Bekerjanya starter elektronik sama seperti starter jenis glow switch

starter. Switsing tidak berasal dari elektroda bimetal tetapi dari

komponen elektronik di dalam balast. Sirkit elektronik dalam starter

memberikan waktu pemanasan awal yang tepat (1,7 detik) untuk untuk menyalakan lampu. Tegangan puncak minimal yang

dipersyaratkan adalah 800 V dan nilai rata-rata tegangan puncak

antara 1000V dan 1200V.

Jika elektroda lampu tidak cukup panas atau tegangan puncak tidak

cukup tinggi, starter glow switch akan memulai lagi proses penyalaan

sampai lampu menyala. Jika lampu tidak menyala (misalnya pada

akhir umur lampu) starter akan terus berkedip sampai tegangan listrik

putus atau sampai elektroda dari glow switch starter melekat bersama.

(15)

 

elektroda lampu dan sesudah itu didapat tegangan pemanas yang tepat

yang menjadikan penyalaan lampu secara optimum.

Starter elektronik mempunyai sirkit integrasi yang membuat starter

tidak bekerja setelah beberapa kali percobaan penyalaan yang tidak

berhasil, maka hal ini disebut keadaan tanpa kedip ("Flicker free").

Starter elektronik juga mempunyai alat pendeteksi pemanasan lebih,

yang memutuskan starter jika terlalu panas. Starter elektronik dapat

memperpanjang umur lampu fluoresen hingga 25%. Umur dari starter

fluoresen dinyatakan dalam jumlah kali penyalaan ("switches"). Pada

saat ini glow switch starter mempunyai umur 15.000 switches atau

lebih, sedang starter elektronik mempunyai umur 100.000 switches

atau lebih.

• Kapasitor

Gambar 2.4 : symbol dan macam-macam kapasitor

kapasitor adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan

listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari memperpanjang umur lampu fluoresen hingga 25%. Umur dari starter

fluoresen dinyatakan dalam jumlah kali penyalaan ("switches"). Pada

saat ini glow switch starter mempunyai umur 15.000 switches atau

lebih, sedang starter elektronik mempunyai umur 100.000 switches

atau lebih.

(16)

 

muatan listrik. Pada rangkaian lampu, kapasitor digunakan untuk koreksi

rugi-rugi balas.

Ada dua jenis instalasi kapasitor untuk lampu fluoresen :

1) Kapasitor paralel kompensasi, digunakan untuk memperbaiki faktor

daya, dan dipasang paralel terhadap jaringan listrik. Dalam hal terjadi

kegagalan kapasitor yang dipasang paralel akibat sirkit terbuka atau

hubung pendek, tidak mempengaruhi kinerja lampu. Pemeriksaan rutin

disarankan untuk arus listrik dan faktor daya.

2) Kapasitor seri digunakan dalam rangkaian kapasitif atau sirkit ganda.

Dalam hal kegagalan kapasitor yang dipasang seri, akan mempunyai

pengaruh pada kinerja lampu.Secara normal setiap instalasi lampu

perlu di kompensasikan dengan kapasitans yang mempunyai nilai

kapasitansi tertentu.

Ada dua jenis kapasitor yang dipergunakan saat ini :

1) Jenis basah (wet).

Kapasitor bentuk basah yang tersedia saat ini adalah jenis "Non PCB

oil" yang dilengkapi dengan pemutus internal untuk menjaga bila

terjadi kegagalan sehingga tidak mengakibatkan kapasitor menjadi

pecah atau kebocoran minyak.

2) Jenis kering (dry).

Kapasitor jenis kering yang tersedia saat ini adalah "kapasitor film

metal". Kapasitor ini relatif baru digunakan dalam industri disarankan untuk arus listrik dan faktor daya.

2) Kapasitor seri digunakan dalam rangkaian kapasitif atau sirkit ganda.

Dalam hal kegagalan kapasitor yang dipasang seri, akan mempunyai

pengaruh pada kinerja lampu.Secara normal setiap instalasi lampu

perlu di kompensasikan dengan kapasitans yang mempunyai nilai

kapasitansi tertentu.

Ada dua jenis kapasitor yang dipergunakan saat ini :

1) Jenis basah (wet).

(17)

 

kering tidak direkomendasikan pada pemakaian instalasi seri karena

kerugian dayanya tinggi.

• Kabel

Gambar 2.5 : kabel listrik

Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel

listrik terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator di sini adalah bahan

pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari bahan thermoplastik atau

thermosetting, sedangkan konduktornya terbuat dari bahan tembaga

ataupun aluminium.

Kabel listrik berdasarkan tegangannya terdiri beberapa kategori, antara

lain : Kabel listrik Tegangan Rendah , Kabel listrik Tegangan Menengah

dan Kabel listrik Tegangan Tinggi.

Kabel listrik terdiri dari beberapa macam , yaitu :

Kabel NYA : kabel yang mempunyai isolasi berupa PVC , dengan inti tembaga tunggal yang pejal. Kabel NYA banyak digunakan dalam

instalasi listrik perumahan, yang merupakan kabel udara dengan

karakteristik tidak tahan terhadap panas. Untuk itu, pemasangan kabel Gambar 2.5 : kabel listrik

Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel

listrik terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator di sini adalah bahan

pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari bahan thermoplastik atau

thermosetting, sedangkan konduktornya terbuat dari bahan tembaga

ataupun aluminium.

(18)

 

NYA harus dilindungi oleh pipa PVC atau pipa aluminium untuk

mencegah terjadinya kerusakan fisik seperti keratin tikus, terbakar dan

lain lain.

Kabel NYM : kabel listrik tipe NYM memiliki keunggulan lebih baik daripada kabel NYA, dengan isolasi ganda dapat mencegah kerusakan

dan berfungsi lebih baik. Namun harga kabel NYM cenderung lebih

mahal dibanding dengan NYA. Kabel NYM berinti tembaga lebih dari

satu, dapat dipasang di dalam rumah maupun diluar rumah.

Kabel NYY : kabel listrik jenis NYY ini merupakan kabel luar dan juga kabel bawah tanah yang tahan terhadap air, keratin tikus dan

kerusakan fisik lainnya. Dengan isolasi dari plastik yang kuat dan

berwarna hitam, memiliki inti satu atau lebih. Kabel NYY sangat

bagus digunakan untuk unstalasi dalam tanah.

2.3. Sistem pencahayaan

Sistem pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi :

a. Sistem pencahayaan merata.

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh

ruangan,digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam

ruanganmemerlukan tingkat pencahayaan yang sama.Tingkat pencahayaan

yang merata diperoleh dengan memasang armatur secaramerata langsung

maupun tidak langsung di seluruh langit-langit.

satu, dapat dipasang di dalam rumah maupun diluar rumah.

 Kabel NYY : kabel listrik jenis NYY ini merupakan kabel luar dan juga kabel bawah tanah yang tahan terhadap air, keratin tikus dan

kerusakan fisik lainnya. Dengan isolasi dari plastik yang kuat dan

berwarna hitam, memiliki inti satu atau lebih. Kabel NYY sangat

bagus digunakan untuk unstalasi dalam tanah.

Sistem pencahayaan

Sistem pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi :

(19)

 

b. Sistem pencahayaan setempat.

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak

merata.Ditempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang

memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih

banyak dibandingkan dengansekitarnya.Hal ini diperoleh dengan

mengkonsentrasikan penempatan armatur padalangit-langit di atas tempat

tersebut.

c. Sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat.

Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem

pencahayaansetempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang

dipasang di dekattugas visual.

Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk :

Tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi.

Memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah tertentu.

Pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat yang terhalang tersebut.

Tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yangkemampuan penglihatannya sudah berkurang.

2.4. Kualitas pencahayaan

Kualitas pencahayaan dapat dikelompokan menjadi beberapa bagian diantaranya: Sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat.

Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem

pencahayaansetempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang

dipasang di dekattugas visual.

Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk :

 Tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi.

 Memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah tertentu.

(20)

 

a. Brightness distribution

Menunjukkan jangkauan luminansi (suatu ukuran untuk terang suatu benda)

dalam daerah penglihatan. Suatu ratio kontras yang tinggi diinginkan untuk

penerimaan detail, tetapi penerimaan yang berlebihan dari luminansi dapat

menyebabkan timbulnya masalah. Mata menerima cahaya utama yang sangat

terang sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat

obyek-obyek yang lebih gelap dalam suatu daerah terang.

b. Glare (Silau)

Cahaya yang berlebihan mencapai mata akan menyebabkan silau, dalam hal

ini ada dua kategori:

Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Disamfort Glare). Cahaya ini dapat meningkatkan kelelahan dan menyebabkan sakit kepala. Silau yang menggangu (Disabbility Glare)

Cahaya ini menggangu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya dalam lensa mata

c. Shadows (Bayang-bayang)

Bayang bayang yang tajam adalah akibat dari sumber cahaya buatan

(artificial) yang kecil atau dari cahaya langsung matahari. Keduanya dapat

mengakibatkan ratio terang yang berlebihan dalam jangkauan penglihatan,

detil-detil penting yang tidak begitu jelas

2.5. Dasar Instalasi Listrik

Prinsip-prinsip dasar instalsi listrik yang harus menjadi pertimbangan agar Glare (Silau)

Cahaya yang berlebihan mencapai mata akan menyebabkan silau, dalam hal

ini ada dua kategori:

 Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Disamfort Glare).  Cahaya ini dapat meningkatkan kelelahan dan menyebabkan sakit kepala.  Silau yang menggangu (Disabbility Glare)

 Cahaya ini menggangu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya dalam lensa mata

(21)

 

keandalan,ketercapaian, ketersediaan, keindahan, faktor keamanan dan

ekonomis.

a. Keandalan

Andal secara mekanik dan listrik (instalasi bekerja pada nilai nominal tanpa

menimbulkan kerusakan) keandalan juga menyangkut ketepatan. Ketepatan

pengaman untuk menanggapi jika terjadi gangguan. Untuk pemasangan

instalasi penerangan yang pada suhunya diatas suhu normal adalah lebih andal

jika digunakan kabel berisolasi karet silicon dibandingkan dengan isolasi PVC

b. Ketercapaian

Suatu instalasi yang dipasang harus bisa dioperasikan dengan normal,

pemasangan saklar diletakkan 1,2m dari lantai. Posisi panel tidak terhalagi

oleh benda-benda yang mengganggu di hadapannya.

c. Ketersediaan

Suatu Instalasi harus siap untuk menghadapi perluasan-perluasan atau

penambahan- penambahan yang sewaktu-waktu diperlukan, maka didalam

instalasi (di dalam panel bagi) harus disediakan ataupun tersedia peralatan

pengaman yang belum terhubung dengan beban.

d. Keindahan

Kerapian pemasangan instalasi listrik harus disesuaikan dengan peraturan

yang berlaku. Contoh : Pemasangan beberapa pipa pada permukaan tembok

tampak lebih indah jika dilakukan oleh orang-orang yang terlatih, pemasangan

pipa dengan mengunakan clamp.

jika digunakan kabel berisolasi karet silicon dibandingkan dengan isolasi PVC

Ketercapaian

Suatu instalasi yang dipasang harus bisa dioperasikan dengan normal,

pemasangan saklar diletakkan 1,2m dari lantai. Posisi panel tidak terhalagi

oleh benda-benda yang mengganggu di hadapannya.

Ketersediaan

Suatu Instalasi harus siap untuk menghadapi perluasan-perluasan atau

penambahan- penambahan yang sewaktu-waktu diperlukan, maka didalam

(22)

 

e. Faktor Keamanan

Faktor keamanan adalah aman secara elektrik atau listrik untuk manusia,

ternak,dan barang-barang lainnya. Contoh: Stop kontak yang dipasang yang

akan dipakai anak-anak jika terpaksa dipasang 30 cm diatas lantai harus

menggunakan stop kontak yang aman secara mekanis (tertutup) atau metode

pengoperasian ditekan kedua-duanya dan diputar.

f. Ekonomis

Biaya untuk pemasangan instalasi harus sehemat mungkin karena biaya besar

tidak menjamin mutu suatu instalasi . Contoh: Jika arus yang akan melalui

penghantar diperkirakan 15 A, kabel yang akan dipasang adalah NYA 2.5

mm2,instalasi tersebut bisa saja dipasang penghantar NYA 6 mm2. tetapi

secara ekonomis tidak menguntungkan.

2.6. Kriteria perancangan

a. Perhitungan Tingkat Pencahayaan

- Tingkat Pencahayaaan Rata-rata (Erata-rata).

Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan pada umumnya didefinisikan

sebagai

tingkat pencahayaan rata-rata pada bidang kerja. Yang dimaksud dengan

bidang kerja ialah bidang horisontal imajiner yang terletak 0,75 meter di atas

lantai pada seluruh ruangan. Tingkat pencahayaan rata-rata Erata-rata(lux),

dapat dihitung dengan persamaan :

Biaya untuk pemasangan instalasi harus sehemat mungkin karena biaya besar

tidak menjamin mutu suatu instalasi . Contoh: Jika arus yang akan melalui

penghantar diperkirakan 15 A, kabel yang akan dipasang adalah NYA 2.5

mm2,instalasi tersebut bisa saja dipasang penghantar NYA 6 mm2. tetapi

secara ekonomis tidak menguntungkan.

Kriteria perancangan

Perhitungan Tingkat Pencahayaan

Tingkat Pencahayaaan Rata-rata (Erata-rata).

(23)

 

Erata-rata = ……….. (2.1)

dimana :

Ftotal= Fluks luminus total dari semua lampu yang menerangi bidang kerja

(lumen)

A = luas bidang kerja (m2).

kp = koefisien penggunaan .

kd = koefisien depresiasi (penyusutan).

- Koefisien Penggunaan (kp).

Sebagian dari cahaya yang dipancarkan oleh lampu diserap oleh armatur,

sebagian dipancarkan ke arah atas dan sebagian lagi dipancarkan ke arah

bawah. Faktor penggunaan didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks

luminus yang sampai di bidang kerja terhadap keluaran cahaya yang

dipancarkan oleh semua lampu.

Besarnya koefisien penggunaan dipengaruhi oleh faktor :

1. Distribusi intensitas cahaya dari armatur.

2. Perbandingan antara keluaran cahaya dari armatur dengan keluaran cahaya dari lampu di dalam armatur.

3. Reflektansi cahaya dari langit-langit, dinding dan lantai.

4. Pemasangan armatur apakah menempel atau digantung pada langit-langit, 5. Dimensi ruangan.

Besarnya koefisien penggunaan untuk sebuah armatur diberikan dalam bentuk

tabel yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat armatur yang berdasarkan hasil kddd = koefisien depresiasi (penyusutan). = koefisien depresiasi (penyusutan).

Koefisien Penggunaan (kp Koefisien Penggunaan (kp Koefisien Penggunaan (k ).

Sebagian dari cahaya yang dipancarkan oleh lampu diserap oleh armatur,

sebagian dipancarkan ke arah atas dan sebagian lagi dipancarkan ke arah

bawah. Faktor penggunaan didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks

luminus yang sampai di bidang kerja terhadap keluaran cahaya yang

dipancarkan oleh semua lampu.

Besarnya koefisien penggunaan dipengaruhi oleh faktor :

Distribusi intensitas cahaya dari armatur.

(24)

 

pengujian dari instansi terkait. Merupakan suatu keharusa n dari pembuat

armatur untuk memberikan tabel kp, karena tanpa tabel ini perancangan

pencahayaan yang menggunakan armatur tersebut tidak dapat dilakukan

dengan baik.

- Koefisien Depresiasi (penyusutan) (kd).

Koefisien depresiasi atau sering disebut juga koefisien rugi-rugi cahaya atau

koefisien pemeliharaan, didefinisikan sebagai perbandingan antara tingkat

pencahayaan setelah jangka waktu tertentu dari instalasi pencahayaan

digunakan terhadap tingkat pencahayaan pada waktu instalasi baru.

Besarnya koefisien depresiasi dipengaruhi oleh :

1. Kebersihan dari lampu dan armatur.

2. Kebersihan dari permukaan-permukaan ruangan.

3. Penurunan keluaran cahaya lampu selama waktu penggunaan.

4. Penurunan keluaran cahaya lampu karena penurunan tegangan listrik.

Besarnya koefisien depresiasi biasanya ditentukan berdasarkan estimasi.

Untuk

ruangan dan armatur dengan pemeliharaan yang baik pada umumnya

koefisien

depresiasi diambil sebesar 0,8.

- Jumlah armatur yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan tertentu.

pencahayaan setelah jangka waktu tertentu dari instalasi pencahayaan

digunakan terhadap tingkat pencahayaan pada waktu instalasi baru.

Besarnya koefisien depresiasi dipengaruhi oleh :

Kebersihan dari lampu dan armatur.

Kebersihan dari permukaan-permukaan ruangan.

Penurunan keluaran cahaya lampu selama waktu penggunaan.

Penurunan keluaran cahaya lampu karena penurunan tegangan listrik.

Besarnya koefisien depresiasi biasanya ditentukan berdasarkan estimasi.

(25)

 

Untuk menghitung jumlah armatur, terlebih dahulu dihitung fluks luminus

total yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan yang

direncanakan, dengan menggunakan persamaan :

FTotal = …………. (2.2)

Kemudian jumlah armature dihitung dengan :

NTotal = ………. (2.3)

Dimana :

F1 = Fluks luminous satu buah lampu.

n = Jumlah lampu dalam satu armature.

- Tingkat pencahayaan oleh komponen cahaya langsung.

Tingkat pencahayaan oleh komponen cahaya langsung pada suatu titik pada

bidang kerja dari sebuah sumber cahaya yang dapat dianggap sebagai sumber

cahaya titik, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

Ep = ………… (2.4)

Kemudian jumlah armature dihitung dengan :

NTotal = ………. (2.3)

Dimana :

F1 = Fluks luminous satu buah lampu.

n = Jumlah lampu dalam satu armature.

(26)

 

Dimana :

I = intensitas cahaya pada sudut (candela)

h = tinggi armature diatas bidang kerja (meter)

Gambar 2.6 : Titik P menerima komponen langsung dari sumber cahaya titik.

Jika terdapat beberapa armatur, maka tingkat pencahayaan tersebut

merupakan

penjumlahan dari tingkat pencahayaan yang diakibatkan oleh masing-masing

armature dan dinyatakan sebagai berikut :

Etotal = Ep1+ Ep2+ Ep3+ ………(lux) ……… (2.5)

b. Kebutuhan Daya

Daya listrik yang dibutuhkan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan

rata-rata tertentu pada bidang kerja dapat dihitung mulai dengan persamaan (2.2)

yang digunakan untuk menghitung armatur. Setelah itu dihitung jumlah lampu

yang dibutuhkan dengan persamaan:

Gambar 2.6 : Titik P menerima komponen langsung dari sumber cahaya titik.

Jika terdapat beberapa armatur, maka tingkat pencahayaan tersebut

merupakan

penjumlahan dari tingkat pencahayaan yang diakibatkan oleh masing-masing

armature dan dinyatakan sebagai berikut :

(27)

 

NLampu = NArmatur x n ……….(2.6)

Daya yang dibutuhkan untuk semua armatur dapat dihitung dengan

persamaan:

WTotal = NLampu x W1. ………(2.7)

dimana :

W1 = daya setiap lampu termasuk Balast (Watt),

Dengan membagi daya total dengan luas bidang kerja, didapatkan kepadatan

daya

(Watt/m2) yang dibutuhkan untuk sistem pencahayaan tersebut.

Kepadatan daya ini kemudian dapat dibandingkan dengan kepadatan daya

maksimum yang direkomendasikan dalam usaha konservasi energi, misalnya

untuk ruangan kantor 15Watt/m2.

Tabel 2.5 : Daya Listrik Maksimum untuk Pencahayaan yang Diijinkan

Jenis Ruangan Bangunan Daya Pencahayaan (Watt/m2) (termasuk rugi-rugi balast)

Ruang kantor 15 Lobby 10 Tangga 10 Ruang parkir 5 Ruang perkumpulan 20 Industri 20 dimana :

W1 = daya setiap lampu termasuk Balast (Watt),

Dengan membagi daya total dengan luas bidang kerja, didapatkan kepadatan

daya

(Watt/m2 (Watt/m2

(Watt/m ) yang dibutuhkan untuk sistem pencahayaan tersebut.

Kepadatan daya ini kemudian dapat dibandingkan dengan kepadatan daya

maksimum yang direkomendasikan dalam usaha konservasi energi, misalnya

untuk ruangan kantor 15Watt/m2 untuk ruangan kantor 15Watt/m2 untuk ruangan kantor 15Watt/m .

(28)

 

Untuk konsumsi daya listrik lampu jenis Flouresen dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 2.6 : Konsumsi daya listrik lampu

Jenis Lampu Konsumsi Daya Daya (W) Konvensional Balast (W) Low Cost Balast (W) Electronic ballast (W) Tabung Flouresen 10 20 15 24 18 28 24 20 20 30 26 22 32 28 32 42 38 36 46 42 40 40 50 46 58 72 67 64 65 79 74 Dua tabung Flouresen kompak 2 pin/4 pin non integrated 5 10 6,5 7 12 8 9 14 10 11 16 14,5 18 24 20 28 31 28 Tabung Flouresen 15 24 18 28 24 20 30 26 22 32 28 32 42 38 36 46 42 40 50 46 58 72 67 65 79 74

(29)

 

Tabel 2.6 : Konsumsi daya listrik lampu (lanjutan)

Jenis Lampu Konsumsi Daya Daya (W) Konvensional Balast (W) Low Cost Balast (W) Electronic ballast (W) 36 46 40 Empat tabung Flouresen kompak Electronic Integrated 9 9 11 11 15 15 20 20 23 23 Dua tabung Flouresen kompak Integrated 9 9 13 13 18 18 25 25 kompak Electronic Integrated 15 20 23 Dua tabung Flouresen kompak Integrated 9 9 13 13 18 18 25 25

(30)

 

2.7. Perencanaan dan perhitungan

a. Prosedur perhitungan dan optimasi pemakaian daya listrik

Prosedur umum perhitungan besamya pemakaian daya listrik untuk sistem

pencahayaan buatan dalam rangka penghematan energi sebagai berikut :

tentukan tingkat pencahayaan rata-rata (lux) sesuai dengan fungsi ruangan. tentukan sumber cahaya (jenis lampu) yang paling efisien (efikasi tinggi)

sesuai dengan penggunaan termasuk renderasi warnanya.

tentukan armatur yang efisien.

tentukan tata letak armatur dan pemilihan jenis, bahan, dan warna permukaan ruangan (dinding, lantai, langit-langit).

hitung jumlah Fluks luminus (lumen) dan jumlah lampu yang diperlukan. tentukan jenis pencahayaan, merata atau setempat.

hitung jumlah daya terpasang dan periksa apakah daya terpasang per meter persegi tidak melampaui angka maksimum yang telah ditentukan.

rancang sistem pengelompokan penyalaan sesuai dengan letak lubang cahaya yang dapat dimasuki cahaya alami siang hari.

rancang sistem, pengendalian penyalaan yang dapat menyesuaikan atau memanfaatkan pencahayaan alami secara maksimal yang masuk ke dalam

ruangan.

 tentukan armatur yang efisien.

 tentukan tata letak armatur dan pemilihan jenis, bahan, dan warna permukaan ruangan (dinding, lantai, langit-langit).

 hitung jumlah Fluks luminus (lumen) dan jumlah lampu yang diperlukan.  tentukan jenis pencahayaan, merata atau setempat.

 hitung jumlah daya terpasang dan periksa apakah daya terpasang per meter persegi tidak melampaui angka maksimum yang telah ditentukan.

 rancang sistem pengelompokan penyalaan sesuai dengan letak lubang cahaya yang dapat dimasuki cahaya alami siang hari.

(31)

 

(32)

 

b. Pemeliharaan Lampu

Pemeliharaan lampu bertujuan untuk :

- Menjaga tingkat luminans pada atau di atas nilai yang direkomendasikan. - Mengurangi biaya modal dan operasi.

- Menjamin bahwa instalasinya sendiri dan interior umumnya mempunyai penampilan yang memuaskan.

Berikut contoh perhitungan perencanaan lampu :

- Contoh 1 :

Jenis aktivitas perkantoran ruang kerja

Data : Luas area = 100 m2 Panjang = 10 m Lebar = 10 m Tinggi langit-langit = 2,8 m Bidang kerja = 0,8 m Ditentukan :

Illuminans rata-rata = 350 lux

Jenis luminer terbenam dengan louvre dengan lampu flouresent (TL)

Jenis lampu TL 2 x 36 W

Fluks luminous lampu 2 x 2.500 lumen

Reflektansi langit = 0,8

Reflektansi dinding = 0,5 Contoh 1 :

Jenis aktivitas perkantoran ruang kerja

Data : Luas area = 100 m2 Panjang = 10 m Lebar = 10 m Tinggi langit-langit = 2,8 m Bidang kerja = 0,8 m Ditentukan :

(33)

  Dihitung : Indeks ruang = Koefisien penggunaan (Kp) = 0,67 Koefisien depresiasi (Kd) = 0,7 Jumlah luminer (N) = Konfigurasi konfigurasi = 5 x 3 Daya / m2 = Kondisi baru : Kd = 1 N = - Contoh 2: Ditentukan :

Illuminans rata-rata = 350 lux

Jenis lampu TL/ super

Jenis lampu TL 2 x 36 W

Fluks luminous lampu 2 x 3.100 lumen

Reflektansi langit = 0,8 Reflektansi dinding = 0,5 Reflektansi lantai = 0,3 Dihitung : Indeks ruang = Daya / m2 = Kondisi baru : Kd = 1 d = 1 d N = Contoh 2: Ditentukan :

lluminans rata-rata = 350 lux

Jenis lampu TL/ super

(34)

  Koefisien penggunaan (Kp) = 0,67 Koefisien depresiasi (Kd) = 0,7 Jumlah luminer (N) = Konfigurasi konfigurasi = 4 x 3 Daya / m2 = Kondisi baru : Kd = 1 N = Daya/m2 = = - Contoh 3: Ditentukan :

Illuminans rata-rata = 500 lux

Jenis luminer terbenam dengan louvre dengan lampu flouresent (TL)

Jenis lampu TL 2 x 36 W

Fluks luminous lampu 2 x 2.500 lumen

Reflektansi langit = 0,8 Reflektansi dinding = 0,5 Reflektansi lantai = 0,3 Dihitung : Indeks ruang = Kddd = 1 = 1 N = Daya/m2 = = Contoh 3: Ditentukan :

lluminans rata-rata = 500 lux

Jenis luminer terbenam dengan louvre dengan lampu flouresent (TL)

(35)

  Koefisien penggunaan (Kp) = 0,67 Koefisien depresiasi (Kd) = 0,7 Jumlah luminer (N) = Konfigurasi konfigurasi = 7 x 3 Daya / m2 = Kondisi baru : Kd = 1 N = Daya / m2 = - Contoh 4: Ditentukan :

Illuminans rata-rata = 500 lux

Jenis luminer terbenam dengan louvre dengan lampu flouresent (TL)

Jenis lampu TL 2 x 36 W - super

Fluks luminous lampu 2 x 3100 lumen

Reflektansi langit = 0,8 Reflektansi dinding = 0,5 Reflektansi lantai = 0,3 Dihitung : Indeks ruang = Kddd = 1 = 1 N = Daya / m2 = Contoh 4: Ditentukan :

lluminans rata-rata = 500 lux

Jenis luminer terbenam dengan louvre dengan lampu flouresent (TL)

(36)

  Koefisien penggunaan (Kp) = 0,67 Koefisien depresiasi (Kd) = 0,7 Jumlah luminer (N) = Konfigurasi konfigurasi = 6 x 3 Daya / m2 = Kondisi baru : Kd = 1 N = Daya / m2 =

2.8. Penentuan Intensitas Penerangan 2.8.1. Metode pengukuran

Pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya

dapat langsung dibaca.Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik,

kemudian energi listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan

jarum skala.Untuk alat digital, energi listrik diubah menjadi angka yang dapat

dibaca pada layar monitor.

2.8.2. Penentuan titik pengukuran

Penerangan setempat yaitu obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan.

Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang

ada. Kddd = 1 = 1

N =

Daya / m2 =

Penentuan Intensitas Penerangan

Metode pengukuran

Pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya

dapat langsung dibaca.Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik,

(37)

 

Penerangan umum yatu titik potong garis horizontal panjang dan lebar

ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu

tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:

a. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi.

titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak

setiap 1(satu) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan

umum untuk luas ruangan kurang dari 10 meter persegi seperti gambar

berikut :

Gambar 2.8 : Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas kurang dari 10 m2

b. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi.

titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak

setiap 3 (tiga) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan

umum untuk luas ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi

seperti berikut : berikut :

Gambar 2.8 : Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas kurang dari 10 m2

kurang dari 10 m2 kurang dari 10 m

(38)

 

Gambar 2.9 : Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas antara 10 m2 – 100 m2

c. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi

titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6

meter.Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk

ruangan dengan luas lebih dari 100 meter persegi gambar berikut :

Gambar 2.10 : Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas lebih dari 100 m2

Gambar 2.9 : Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas antara 10 m2

antara 10 m2

antara 10 m – 100 m – 100 m – 100 m22

c. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi

titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6

meter.Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk

(39)

 

2.8.3. Persyaratan pengukuran

- Ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondisi tempat pekerjaan dilakukan.

- Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan 2.8.4. Tata cara

- Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor. - Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran

untuk intensitas penerangan setempat atau umum.

- Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.

- Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan setempat, dan untuk intensitas penerangan umum.

- Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan. untuk intensitas penerangan setempat atau umum.

Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat

sehingga didapat nilai angka yang stabil.

Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas

penerangan setempat, dan untuk intensitas penerangan umum.

(40)

 

Gambar

Tabel 2.1 : Besaran Cahaya
Gambar  di  bawah  ini  menggambarkan  keluarga  lampu  dari  sejak  ditemukan  Thomas A
Tabel 2.2 : Karakteristik jenis lampu
Tabel 2.3 : Temperetur warna yang direkomendasikan untuk Perkantoran
+7

Referensi

Dokumen terkait

laki dan seorang perempuan yang masing-masing dari keduanya telah menyentuh yang lain dengan cara yang haram (yakni keduanya telah berzina), kemudian nyatalah (kehamilan)

Di daerah dengan ketinggian di atas 1200 m dpl dijumpai ibu dengan kehamilan yang pertama sebanyak 22 orang, ibu dengan kehamilan yang kedua sebanyak 15 orang,

Freenas pada TMC Semarang, dapat disimpulkan bahwa menggunakan sistem operasi Freenas pihak admin TMC Semarang selaku penanggung jawab semua data record CCTV

Aktivitas mengikuti tambahan jam belajar pendidikan agama Islam di beberapa sekolah dan salah satunya yaitu SMAN 4 Palangka Raya dilaksanakan untuk menambah dan

Aktivitas di lahan sangat fleksibel, mudah beradaptasi dan kepada cuaca yang tidak menentu Bahan dan alat yang diperlukan untuk produksi perlu ditatadan dihitung

Mayoritas tingkat pengetahuan remaja putri di salah satu SLTP di Kabupaten Jember tentang penangan keputihan adalah cukup, yakni 52 % pada kelompok remaja awal dan

Ketidaksiapan beberapa Rumah Sakit dalam menanggulangi bencana gempa bumi, tsunami, wabah penyakit dan bencana lainnya menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi

Angiofibroma nasofaring juvenille adalah tumor jinak pembuluh darah di nasofaring yang secara histologik jinak namun secara klinis bersifat ganas, karena