1
IMPLEMENTASI INSTRUMEN VALUASI EKONOMI DALAM
MEKANISME PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI PROVINSI BALI
Oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, MS.
Kelompok Ahli Pembangunan Provinsi Bali
PENDAHULUAN
Bali memiliki berbagai program unggulan yang telah direalisasikan pada pelaksanaan pembangunan Bali Mandara jilid I dan dilanjutkan pada pelaksanaan pembangunan Bali Mandara jilid II. Pada intinya semua program unggulan tersebut merupakan pengejawantahan dari pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan yang didalamnya terdapat upaya-upaya untuk mengarusutamakan lingkungan hidup. Program unggulan tersebut antara lain adalah Bali Green Province, Simantri, dan Bali Organik. Prioritas program sesuai amanat pembangunan
nasional adalah program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti pro growth, pro poor, pro-job, dan Prof. Emil Salim (2011) menambahkan pro green economy. Pertumbuhan
ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan penanggulangan pengangguran telah dilaksanakan dan berhasil dengan baik sesuai laporan makro ekonomi Provinsi Bali dalam triwulan kedua tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi Bali mencapai 6,05% pada tahun 2013, pengangguran 1,79%, dan kemiskinan sampai pada bulan Maret 2014 mencapai 4,53%.
Program pro green economy adalah sebuah program pembangunan yang menginternalisasikan segala eksternalitas yang muncul sebagai dampak ativitas pembangunan terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Program pro green economy memiliki keberpihakan besar terhadap lingkungan hidup. Sementara lingkungan hidup memiliki karakteristik: mengandung potensi konflik yang tinggi, kompleksitas, memiliki ketidaktentuan, dan melibatkan banyak pemangku kepentingan. Terkait dengan hal tersebut implementasi pro green economy telah diupayakan di Provinsi Bali namun perlu dioptimalkan untuk perlindungan dan konservasi sumberdaya alam.
2
PERMASALAHAN
1. Sejauh manakah pelaksanaan kegiatan valuasi ekonomi seperti pembayaran jasa lingkungan dan internalisasinya dalam aktivitas pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
2. Apa saja yang diperlukan untuk pelaksanaan valuasi ekonomi, dan dukungan terhadap aktivitas valuasi ekonomi seperti kegiatan workshop, riset, dan desiminasi hasil riset diperlukan untuk perencanaan pengelolaan dan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
DASAR PEMIKIRAN
Paradigma pembangunan telah mengalami perubahan yang mendasar sejak lahirnya Agenda 21 dan pengarusutamaan lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan yang dulunya hanya terfokus kepada pertumbuhan ekonomi semata harus berjalan seimbang dan selaras dengan peningkatan kapasitas sosial budaya dan memiliki keberpihakan terhadap lingkungan (ramah lingkungan). Interaksi dan interdependensi antara lingkungan dengan kegiatan ekonomi dalam sebuah ekosistem belum sepenuhnya mendapatkan perhatian yang baik. Hal tersebut mungkin terjadi karena lingkungan lebih dipandang sebagai sumberdaya milik umum (common property resources) yakni sebagai barang bebas yang tidak memiliki harga. Pada awalnya hanya dengan teori ekonomi dirasa telah mampu mengatasi kelangkaan sumberdaya alam dengan kemajuan teknologi yang terus menerus, tetapi kenyataannya sistem ekonomi tidak akan pernah mampu keluar dari sebuah ekosistem. Aturan yang mengatur dinamika ekosistem dimana di dalamnya terdapat aktivitas manusia yang berlangsung pada akhirnya merupakan fungsi dari hukum biologi dan bukan fungsi dari sistem ekonomi yang diciptakan manusia.
Dalam ilmu ekonomi pembangunan, para ekonom memberi perhatian yang sangat inten pada cara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, khususnya dalam meningkatkan produk nasional bruto (GNP) atau produk domestic bruto (GDP) dan total penyerapan tenaga kerja.
Namun informasi yang termuat dalam GNP atau GDP hanya menangkap barang dan jasa yang ada pasarnya, sedangkan banyak barang dan jasa yang sangat menentukan kesejahteraan manusia tidak terdaftar di pasar, yang salah satu diantaranya adalah jasa lingkungan.
3
Dalam pelaksanaan pembangunan terdapat tiga hal penting dalam kaitannya dengan sumberdaya alam yakni 1) sumberdaya alam dan lingkungan dapat menyediakan jasa yang dapat meningkatkan kesejahteraan manusia baik langsung maupun tidak langsung, 2) penggunaan lingkungan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk pengelolaan limbah sehingga dapat mengurangi kemampuannya dalam menyediakan jasa lainnya seperti untuk input, kenyamanan dan estetika, serta 3) jasa lingkungan yang diberikan oleh sumberdaya alam merupakan modal alam yang memiliki kapasitas dalam menopang kehidupan global yang apabila tidak digunakan secara berkelanjutan akan menurunkan kapasitasnya dalam memberikan jasa yang sama di masa datang (Irham, 2007). Artinya bahwa pertumbuhan ekonomi harus dibatasi sehingga dampak positipnya tidak akan menurunkan kapasitas dan daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan. Dalam sistem ekonomi nilai lingkungan harus diperlakukan sama seperti halnya perlakuan terhadap nilai asset yang lain (tenaga kerja dan modal) yakni sebagai asset ekonomi. Ini berarti pula bahwa jika ekonomi ingin diperbaiki, maka kualitas sumberdaya alam dan lingkungan perlu dipertahankan.
Secara lebih rinci jasa lingkungan hidup dapat diuraikan lebih praktis dalam tujuh aspek sebagaimana disebutkan oleh Newcome et al. (2005) yakni:
1. jasa yang menghasilkan barang;
2. jasa filtrasi dan detoksifikasi, filtrasi dan purifikasi udara, air, dan tanah;
3. jasa pendauran, misalnya pendauran unsur hara, penyerapan karbon, pembentukan tanah;
4. jasa regulasi dan stabilisasi, seperti mekanisme kontrol terhadap hama dan penhyakit, iklim, abrasi, erosi, dan regulasi sumberdaya air;
5. jasa penyediaan habitat, termasuk berlindung dan tempat tinggal manusia;
6. jasa regenerasi dan peroduksi, biomasa untuk makanan, polinasi dan distribusi benih;
7. jasa informasi, seperti peran dalam kegiatan rekreasi, budaya, spiritual, dan keagamaan.
Menyadari terjadinya peningkatan degradasi sumberdaya alam dan lingkungan di Indonesia maka Pemerintah telah menetapkan regulasi yang mencakup berbagai instrumen untuk pengelolaan lingkungan hidup (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009). Dari berbagai instrumen yang diamanatkan terdapat instrumen ekonomi lingkungan yang dapat digunakan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup sehingga dapat meminimalisasi dampak negatip terhadap lingkungan. Pembayaran terhadap jasa lingkungan dapat dilakukan
4
dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan hidup antara lain melalui akuntansi sumberdaya alam, valuasi ekonomi dan termasuk penyusunan PDRB hijau. Implementasi dari cara-cara tersebut di atas merupakan upaya mewujudkan keberpihakan terhadap konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Dapat dikatakan bahwa prinsip utama pembangunan yang berkelanjutan adalah adanya pemahaman pada kebijakan pengelolaan ekonomi yang harus difokuskan pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam hal tersebut kualitas lingkungan dapat menjadi factor pembatas proses pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian usaha pertmbuhan ekonomi yang berkelanjutan hanya mungkin tercapai apabila ada pengelolaan sumberdaya alam dan perlindungan lingkungan yang memadai.
IMPLEMENTASI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DI PROVINSI BALI
Inisiatif pengembangan mekanisme pembayaran jasa lingkungan (green fee) di Indonesia secara sistematis telah dikembangkan oleh instansi pemerintah pusat dan daerah bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat nasional dan internasional. Namun, pola dan mekanisme pengembangan imbal jasa lingkungan tersebut masih memerlukan perhatian yang lebih serius dalam mengintegrasikan mekanisme pembayaran jasa lingkungan tersebut kedalam berbagai aspek aktivitas di masyarakat dalam rangka pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Di Bali, sejatinya pembayaran atau imbal jasa lingkungan sejak lama telah dilaksanakan oleh masyarakat dalam berbagai bentuk kearifan lokal yang terpatri pada falsafah hidup masyarakat Bali. Hal tersebut dapat dilihat pada kehidupan kesehariannya yang masih kental dengan tradisi untuk menyatakan syukur dan terimakasih atas jasa yang telah diberikan sumberdaya alam dan lingkungan dalam mensejahterakan dan memenuhi tuntutan hidup mereka. Namun, tekanan dan himpitan terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup kian meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, prilaku, dan kemajuan teknologi yang akan dapat mempercepat eksploitasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup tersebut.
Terkait dengan hal tersebut di atas maka Pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan berbagai program dan kegiatan untuk melakukan pengelolaan sumberdaya alam secara arif dalam kerangka pembangunan berkelanjutan seperti:
5
1. Program Bali Green Province yang didalamnya terdapat: green economy, green culture, dan clean and green. Program Green Economy memberikan fokus kegiatan pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang memperhatikan kaedah-kaedah lingkungan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Green culture memberikan penekanan pada peningkatan partisipasi masyarakat dan perubahan prilaku masyarakat untuk menuju prilaku hijau (memiliki pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan), dan Clean and Green, membangun berbagai aktivitas menuju Bali yang bersih dan hijau.
2. Program unggulan lainnya yang terkait dengan pengelolaan lingkungan dan Bali Green Province adalah Simantri (Sistem Pertanian Terintegrasi) dan Bali Organik yang keduanya merupakan program untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus melakukan upaya pelestarian dan penyelamatan sumberdaya dan lingkungan hidup.
3. Dalam perhitungan PDRB di Provinsi Bali sudah pernah dikaji untuk menghitung PDRB hijau (tahun 2009) dan diperoleh PDRB hijau perkapita sebesar 7 juta dari PDRB coklat yang besarnya 14 juta. Perhitungan PDRB hijau selain memasukkan input produksi juga menginternalkan komponen deplesi (penyusutan) sumberdaya alam dan komponen degradasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Pada tahun ini perhitungan PDRB hijau akan dilaksanakan kembali untuk mendapatkan informasi tentang kemajuan dan tingkat kesejahteraan masyarakat serta sebagai dasar perencanaan untuk melakukan berbagai upaya mitigasi terhadap degradasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
4. Terkait dengan kebijakan dalam rangka pengelolaan perairan maka telah ditetapkan kawasan Nusa Penida sebagai Kawasan Konservasi Perairan (KKP), sedangkan Kabupaten Buleleng dan Jembrana sedang dalam tahap persiapan menuju Kawasan Konservasi Perairan serta Kota Denpasar dan Kabupaten Badung masih dalam tahap inisiatif.
5. Bali adalah sebuah pulau sebagai sebuah ekosistem. Beberapa akademisi dari perguruan tinggi di Bali telah melakukan riset terkait konservasi, manajemen mitigasi, dan perencanaan ekologis dan kelembagaan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan hidup sebagai komponen sistem dari ekosistem Bali. Hasil-hasil riset tersebut perlu didesiminasikan untuk mendapatkan solusi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang terarah dan terintegrasi.
6
KESIMPULAN
3. Kegiatan valuasi ekonomi seperti pembayaran jasa lingkungan perlu diinternalisasikan dalam aktivitas pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Dalam pelaksanaannya diperlukan regulasi agar daya dukung serta kelestarian sumberdaya alam dan ligkungan hidup tetap terjamin.
4. Dukungan terhadap aktivitas valuasi ekonomi seperti kegiatan workshop, riset, dan desiminasi hasil riset diperlukan untuk perencanaan pengelolaan dan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
REKOMENDASI
1. Perhitungan dalam bentuk PDRB hijau perlu dilaksanakan dalam rangka lebih memantapkan pelaksanaan pembangunan serta perlindungan terhadap sum berdaya alam dan lingkungan hidup
2. Akuntansi sumberdaya alam dan valuasi ekonomi, menjadi tuntutan mendesak manakala dikaitkan dengan MEA dan sebagainya.
Demikianlah hal-hal yang dapat disampaikan terkait perkembangan valuasi ekonomi dan pelaksanaannya di Provinsi Bali.