• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA : suatu tinjauan psikologi sastra.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA : suatu tinjauan psikologi sastra."

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Sudarti, Siti. 2012. Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Lintang Karya Nana

Rina dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) . Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas

Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. Tujuan penelitian ini untuk memaparkan alur, tokoh, dan penok ohan; konflik batin yang dialami tokoh utama ; dan implementasi hasil penelitian dalam pembelajaran di SMA.

Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra, sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memaparkan alur, tokoh, dan penokohan, konflik batin tokoh utama , dan juga untuk memaparkan implementasi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA.

Dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa tokoh utama dalam novel ini adalah Lintang, sedangkan tokoh tambahan yang mempunyai kaitan dengan penyebab konflik batin tokoh utama adalah Eyang Sulastri, Bapak (Toto Wibowo), Ibu (Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, dan Katriningsih . Sifat orang tuanya yang keras, kurangnya kemampuan membaca Al-Quran dan sholat, pilihan antara cinta dan cita -cita, sampai perasaan bersalah yang mendalam karena telah berselingkuh, merupakan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam menjalani kehidupannya. Reaksi berupa ucapan atau tingkah laku yang tidak sewajarnya adalah bentuk pelampiasan dari rasa ketakutan, kekec ewaan, dan juga keterpaksaan. Konflik batin tokoh utama berakhir ketika ia mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang dari suaminya.

(2)

ix ABSTRACT

Sudarti, Siti. The Main Character’s Inner Conflict in Novel Lintang Written by Nana Rina and the Implementation in the Literature Learning in Senior High Schools (A Psychology Literature Review) . Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.

This research examined the main character’s inner conflict in novel Lintang written by Nana Rina. This research was aimed to explain the plot, characters, and characterization; the inner conflict experienced by the main character; and the implementation of the research results in the learning process in SHS.

This research used psychologic literature approach and descriptive method. This method was used to explain the plot, characters, and characterization, the main character’s inner conflict, and to explain the implementation of the research results in the learning process in SHS.

Based on the data analysis, it could be concluded that the main character of this novel was Lintang, while the additional figures related to the main character’s inner conflict were Eyang Sulastri (Grandma Sulastri), Bapak (Father – Totok Wibowo), Ibu (Mother – Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, and Katriningsih. The inner conflict experienced by the main character in his life was becaus e her parents were strict, her parents seldom read Koran and performed prayers , she was in between two choices – love and dream, and she felt guilty for her adultery. Lintang unusual utterances and behavior were her reactions to express her fear, disappointment, and the fact of being forced. The main character’s inner conflict ended when she got her husband’s attention and affection back.

(3)

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG

KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASINYA

DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun Oleh: Siti Sudarti

08 1224 055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG

KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASINYA

DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun Oleh: Siti Sudarti

081224055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)

SKRIPSI

KONFLIK

BATIN TOKOH UTAMA

DALAM

NOVEL

LINTANG

KARYA NANA RINA DAN

IMPLEMENTASII{YA

DALAM

PEMBELAJARAI{

SASTRA

DI

SMA

(suATU

TTNJAUAT\

PSTKOLOGI SASTRA)

Rahmanto, M.I{um. Yoryakartar?T Juh20l2

I)r. Y. Karmin, M.Pd. Yograkarta, 10 Agustus 2012

(6)

SKRIPSI

KONFLIK

BATIN TOKOH UTAMA

DALAM

NOYEL

LINTANG

KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASII\IYA

DALAM

PEMBELAJARAN

SASTRA

DI

SMA

(SUATU

TINJAUAN PSIKOLOGI

SASTRA)

Dipersiapkan dan disusun oleh: Siti Sudarti

081224055

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 22 Okober 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Lengkap

Ketua

Sekretaris

Anggota

I

Anggota

II

Anggota

III

Dr. Yuliana Setiyaningsih

Rishe Punama Dewi, S.Pd., M.Hum.

Drs. B. Rahmanto, M.Hum.

Dr. Y. Kannin, M.Pd.

Setya Tri Nugrah4 S.Pd., M.Pd.

Yogyakarta, 22 Oktober 2Al2

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhanaku ini untuk orang -orang yang

selalu membuatku semangat, tegar, dan bangga.

Kedua orang tuaku, Bapak Dahlan dan Umi Sri Suharti. Anakmu

ini sangat menyayangi dan mencintaimu.

Kakakku Slamet Sunariyo & Winarsih, dan adikku Supariyono

terkasih.

(8)

PERNYATAAI\I KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan di dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakart4 22 Oktober 2012

PenuliF,

z-:.

I
(9)

vi MOTTO

Atas segala keberadaanku, dan harapan -harapanku. Aku berutang kepada Ibuku. (Abraham Lincoln)

Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.

(Mazmur 126: 5)

“Suatu perubahan mempunyai dampak psikologis Terhadap manusia. Untuk yang penakut,

Perubahan pasti sangat menakutkan karena hal-hal justru akan menjadi lebih buruk.

Untuk yang mempunyai harapan, Perubahan menjadi hal menyenangkan

karena pasti akan membuat segalanya menjadi lebih baik. Untuk yang percaya diri, perubahan pasti bisa menjadi inspirasi

karena mereka jadi mempunyai tantangan untuk membuat segalanya menjadi lebih baik”

(10)

LEMBAR PER}IYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA

ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAIY AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama

Siti Sudarti

NomorMahasiswa :081224055

Demi pengembangan ilmu dan pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berjudul:

KONFLIKBATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG

KARYA NANA RINA DAi\t IMPLEMENTASII\TYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

(suATU TTNJAUAN PSTKOLOGT SASTRA)

beserta perangkat yang ada

bila

diperlukan

(bila

ada). Dengan demikian saya

memberikan kepad4 Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dat4

mendistribusikan secaraterbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalty kepada saya selama tetap mencantumkan rulma saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 22 Oktober 2012

(11)

viii ABSTRAK

Sudarti, Siti. 2012. Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Lintang Karya Nana

Rina dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) . Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas

Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. Tujuan penelitian ini untuk memaparkan alur, tokoh, dan penok ohan; konflik batin yang dialami tokoh utama ; dan implementasi hasil penelitian dalam pembelajaran di SMA.

Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra, sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memaparkan alur, tokoh, dan penokohan, konflik batin tokoh utama , dan juga untuk memaparkan implementasi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA.

Dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa tokoh utama dalam novel ini adalah Lintang, sedangkan tokoh tambahan yang mempunyai kaitan dengan penyebab konflik batin tokoh utama adalah Eyang Sulastri, Bapak (Toto Wibowo), Ibu (Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, dan Katriningsih . Sifat orang tuanya yang keras, kurangnya kemampuan membaca Al-Quran dan sholat, pilihan antara cinta dan cita -cita, sampai perasaan bersalah yang mendalam karena telah berselingkuh, merupakan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam menjalani kehidupannya. Reaksi berupa ucapan atau tingkah laku yang tidak sewajarnya adalah bentuk pelampiasan dari rasa ketakutan, kekec ewaan, dan juga keterpaksaan. Konflik batin tokoh utama berakhir ketika ia mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang dari suaminya.

(12)

ix ABSTRACT

Sudarti, Siti. The Main Character’s Inner Conflict in Novel Lintang Written by Nana Rina and the Implementation in the Literature Learning in Senior High Schools (A Psychology Literature Review) . Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.

This research examined the main character’s inner conflict in novel Lintang written by Nana Rina. This research was aimed to explain the plot, characters, and characterization; the inner conflict experienced by the main character; and the implementation of the research results in the learning process in SHS.

This research used psychologic literature approach and descriptive method. This method was used to explain the plot, characters, and characterization, the main character’s inner conflict, and to explain the implementation of the research results in the learning process in SHS.

Based on the data analysis, it could be concluded that the main character of this novel was Lintang, while the additional figures related to the main character’s inner conflict were Eyang Sulastri (Grandma Sulastri), Bapak (Father – Totok Wibowo), Ibu (Mother – Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, and Katriningsih. The inner conflict experienced by the main character in his life was becaus e her parents were strict, her parents seldom read Koran and performed prayers , she was in between two choices – love and dream, and she felt guilty for her adultery. Lintang unusual utterances and behavior were her reactions to express her fear, disappointment, and the fact of being forced. The main character’s inner conflict ended when she got her husband’s attention and affection back.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas limpahan rahmat -Nya, sehingga skripsi yang berjudul Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Lintang Karya Nana Rina dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) dapat terselesaikan oleh penulis. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu dan memberi dorongan serta dukungannya dalam penulisan skripsi ini.

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

3. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum., selaku dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran memberi pengarahan, membimbing, serta memberi motivasi sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi ini dengan baik.

4. Bapak Dr. Y. Karmin, M. Pd., selaku dosen Pembimbing II yang dengan sabar, teliti, serta memberi motivasi sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi ini dengan baik.

(14)

6.

Robertus Marsidiq, karyawan sekretariat PBSID yang dengan memberikan pelayanan kepada penulis.

7.

Kedua orang tuaku tercinta, bapakku Dahlan dan umiku Sri Suharti, serta kedua kakak dan adikku yang selalu memberi motivasi, semangat, dan doanya untukku.

8.

Romo Stanislaus Beda Eylannor, CM., yang telah membantu biaya studi dan

memberi semangat untuk segera menyelesaikan tugas studi ini.

9.

Teman-temanku, Juwang, Yuni, Pipit,

Lis4

dan teman-teman PBSID 2008.

Terima kasih atas perhatian, kebersamaan, dan kerjasamanya selama ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Yogyakarta, 22 Oktober 20 12

Penulis

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH SKRIPSI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Istilah ... 5

F. Sistematika Penyajian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

(16)

xiii

B. Kajian Teori ... 10

1. Pendekatan Struktural ... 10

a. Alur atau plot... 11

b. Tokoh ... 14

c. Penokohan ... 15

d. Latar ... 17

2. Psikologi Sastra ... 18

3. Psikologi Abraham Maslow ... 18

4. Konflik ... 22

5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 23

6. Silabus ... 24

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 28

8. Pembelajaran Sastra di SMA ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Pendekatan ... 33

B. Metode... 33

C. Teknik Pengumpulan Data ... 34

D. Teknik Analisis Data ... 34

E. Sumber Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG ... 36

A. Analisis Struktural ... 36

1. Alur ... 36

2. Tokoh ... 41

3. Penokohan ... 42

(17)

xiv

B. Analisis Psikologi Sastra dalam Novel Lintang... 63

1. Kebutuhan Fisiologis ... 63

2. Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Rasa Aman ... 64

3. Kebutuhan Akan Rasa Cinta dan Rasa Memiliki ... 70

4. Kebutuhan Penghargaan ... 76

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri ... 79

6. Konflik Batin Tokoh Utama ... 81

BAB V IMPLEMENTASI HASIL ANALISIS NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA ... 93

A. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Bahasa ... 94

B. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Perkembangan Psikologi Siswa ... 95

C. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Latar Belakang Budaya ... 96

D. Pengembangan Silabus... 97

1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 97

2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran ... 98

3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran ... 98

4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi ... 99

5. Penentuan Jenis Penilaian ... 100

6. Menentukan Alokasi Wakt u... 100

7. Menentukan Sumber Belajar ... 101

8. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 101

BAB VI PENUTUP ... 102

A. Kesimpulan ... 102

(18)

xv

C. Saran... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN Silabus ... 108

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 110

Sinopsis Novel Lintang ... 119

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengalaman merupakan salah satu sumber inspirasi terciptanya karya

sastra, baik novel, cerpen, puisi, maupun karya sastra yang lain. K esedihan,

kebahagiaan, dan kelucuan dalam kehidupan manusia dapat dikisahkan dengan

kata-kata. Misalnya novel Lintang karya Nana Rina yang akan digunakan dalam

penelitian ini.

Menurut Suyitno (1986: 5), sastra di samping merupakan kutub tertentu

dari garis lurus suatu kehidupan, juga merupakan tuangan wadah jiwani manusia

secara utuh. Sastra mencakup hal -hal yang indah, memikat, tragis, dan

menyedihkan. Sastra juga berisi hal -hal yang menyangkut baik buruk hidup

manusia yang penuh dengan konflik batin, dan merupakan terjemahan menawan

perjalanan manusia ketika mengalami dan bersentuhan dengan peristiwa hi dup

dan kehidupan.

Saxby (via Nurgiyantoro, 2005: 4) mengatakan bahwa sastra pada

hakikatnya adalah citra kehi dupan, gambaran kehidupan. Citra kehidupan (image

of life) dapat dipahami sebagai penggambaran secara konkret tentang model -model kehidupan sebagaimana yang dijumpai dalam kehidupan faktual sehingga

mudah diimajinasikan sewaktu dibaca.

Menurut Nurgiyantoro (2005: 4), sastra merupakan gambaran kehidupan

(20)

dipadatkan. Dalam sastra tergambar peristiwa kehidupan lewat karakter tokoh

dalam menjalani kehidupan yang dikisahk an dalam alur cerita. Secara prinsipal,

teks sastra berwujud penggalian, pengurutan, penilaian, dan pengendapan dari

berbagai pengalaman kehidupan dan atau kemanusiaan sebagaimana dialami dan

dirasakan penulisnya yang kemudian diungkapkan dengan cara -cara yang indah.

Pengalaman hidup, dapat menimbulkan kesan suka maupun duka. Setiap peristiwa

yang dialami oleh manusia baik bersama dengan keluarga, saudara, maupun

orang-orang terdekat dapat menjadi sebuah pengalaman hidup yang menarik.

Segala peristiwa yang dialami seseorang dapat dijadikan inspirasi seorang penulis

untuk dikisahkan dalam karyanya baik novel maupun cerita pendek.

Peneliti memilih novel yang berjudul Lintang karya Nana Rina, selain

karena sesuai dengan kehidupan sehari -hari, novel ini dapat dijadikan bahan

pembelajaran sastra di SMA. Permasalahan yang diangkat dalam novel ini , selain

pendidikan, juga permasalahan rumah tangga yang ditulis dengan bahasa yang

mudah dipahami oleh pembaca.

Novel ini mengisahkan seorang gadis dari sebuah keluarga di Yogyakarta

bernama Lintang. Ia dilukiskan sebagai se orang gadis cantik, anak tunggal, dan

pandai menari. Sejak kecil orang tuanya berharap penuh akan kesuksesan Lintang

hingga dapat membuat orang tu anya bangga karena ia anak tunggal, tetapi Lintang

memilih melanjutkan cita-citanya menjadi insinyur dan melepaskan kekasihnya.

Akhirnya ia menikah dengan seorang dokter yang bernama Aji Suprayogo.

Pernikahannya menimbulkan berbagai konflik batin dalam dirinya, dari sifat

(21)

perselingkuhan, dan juga keadaan anaknya yang terlahir dengan fisik kurang

sempurna. Namun keyakinan bahwa seti ap ujian pasti ada jalan keluar

membuatnya kuat dalam menanggung beban hidup.

Penelitian ini akan meneliti konflik batin tokoh, maka pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan psikologis sastra. Sebenarnya sastra dan psikologi

dapat bersimbiosis dalam perannya terhadap kehidupan karena keduanya memiliki

fungsi dalam hidup ini. Keduanya sama -sama berurusan dengan pers oalan

manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Keduanya memanfaatkan

landasan yang sama yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai telaah. Oleh

karena itu, pendekatan psikologi dianggap penting penggunaannya dalam

penelitian sastra (Endraswara , 2008: 15).

Hasil dari analisis konflik batin ini akan digunakan sebagai bahan

pembelajaran sastra di SMA. Tujuan pembelajaran itu adalah untuk meningkatkan

kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra khususnya novel Lintang karya

Nana Rina.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas, disusun

rumusan masalah sebagai berikut.

a. Bagaimanakah gambaran unsur alur, tokoh, serta penokohan, yang

membentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana

(22)

b. Bagaimanakah konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana

Rina?

c. Bagaimanakah implementasi hasil analisis konflik batin tokoh Lintang

dalam novel Lintang karya Nana Rina dalam pembelajaran sastra di SMA?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan

sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan unsur tokoh, penokohan, serta alur yang membentuk

konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina.

b. Mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya

Nana Rina.

c. Mendeskripsikan implementasi hasil analisis konflik batin tokoh utama

pada novel novel Lintang karya Nana Rina dalam pembelajaran sastra di

SMA.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan sumbangan sebagai

berikut.

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kajian sastra,

(23)

b. Bagi peneliti sastra, penelitian ini diharapkan dapat m enjadi masukan dan

memberikan informasi mengenai karya sastra, khususnya novel Lintang

karya Nana Rina.

c. Memberikan sumbangan bagi pembelajaran sastra di SMA, khususnya

yang berkaitan dengan hasil penelitian mengenai novel Lintang karya

Nana Rina.

E. Batasan Istilah

Istilah yang perlu dibatasi pengertiannya dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Novel

Novel adalah cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan

manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah -ubah dan

merupakan kesatuan yang dinamis yang bermakna (Faruk via Heru

Santosa, 2010: 47).

b. Konflik

Konflik adalah sesuatu yang dramatis, mengacu pada pertarungan antara

dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi -aksi balasan

(Wellek dan Warren via Nurgiyantoro, 20 07: 122).

c. Alur (plot)

Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan -tahapan peristiwa

sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku suatu

(24)

d. Tokoh

Tokoh adalah orang yang mengalami berbagai peristiwa yang terjadi di

dalam suatu cerita (Wiyanto, 2005: 80).

e. Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita ( Jones via Nurgiyantoro, 1995: 165).

f. Latar

Latar atau setting menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu,

dan lingkungan sosial tempat terjadinya peris tiwa-peristiwa yang

diceritakan (Abrams via Nurgiyantoro, 1998: 216) .

g. Psikologi

Psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kedalaman sifat manusia,

selain mempelajari perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku yang

tidak nampak; mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari

kesadaran (Maslow via Walgito, 2010: 91).

h. Psikologi sastra

Psikologi sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mengkaji (mendekati)

sastra dari sudut psikologi. Perhatian pendekatan ini dapat diarahkan

kepada pengarang dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada

(25)

F. Sistematika Penyajian

Penyajian hasil penelitian ini disusun menjadi enam bab. Bab I

Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah yang akan di teliti, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sis tematika

penyajian. Bab II berisi landasan teori yang menjelaskan tentang teori yang

digunakan sebagai dasar penelitian, yaitu kajian pustaka dan kajian teori. Bab III,

metodologi penelitian yang berisi uraian tentang pendekatan dan jenis penelitian,

metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sumber data.

Selanjutnya, bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan konflik

batin yang dialami tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. Bab V

berisi tentang implementasi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA.

Bab ini memaparkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) novel

(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Dari segi permasalahan yang diungkap, peneliti menemukan beberapa

penelitian serupa yang berhubungan dengan topik penelitian. Penelitian yang

relevan dengan topik ini, yaitu penelitian Maria Devy Bukit Shintawawati (2010),

Linda Wati (2007), dan Fenty Indah Nurhandayani (2006).

Penelitian Maria Devy Bukit Shintawati dalam rangka menyusun

skripsinya yang berjudul Konflik Batin Tokoh Dimas dalam Menghadapi Kemelut

Hidup pada Novel Pacarku Ibu Kosku Karya Wiwik Karyono (Suatu Tinjauan Psikologis) dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA yang disusun pada tahun 2010 menggunakan pendekatan psikologi sastra dan

menggunakan metode deskriptif . Hasil dari penelitian tersebut adalah analisis

tokoh dan latar yang berkaitan erat dengan konflik batin tokoh Dimas akan rasa

cintanya kepada Mbak Dea. Kenyataan hidup yang selalu bertentangan dengan

prinsip hidup tokoh Dimas telah membawanya pada konflik -konflik batin yang

serius. Keinginan kuat Dimas untuk mempertahankan prinsip hidupnya bukan

tanpa konsekuensi. Dimas harus mengalami akibat -akibatnya yang harus

ditanggungnya. Akibat itu adalah akibat psikis.

Penelitian Linda Wati dalam skripsinya yang berjudul Konflik Batin Tokoh

(27)

pendekatan struktural. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif analisis. Unsur tokoh dan latar pada novel karya Pramoedya Ananta

Toer ini dianalisis untuk menggali konflik batin yang dialami oleh tokoh Midah.

Hasil penelitian pada skripsi ini meliputi tokoh dan alur yang

melatarbelakangi kehidupan tokoh utama yang mengalami konflik batin. Teori

Abraham Maslow digunakan dalam penelitian ini sehingga ditemukan tiga

kebutuhan dasar tokoh utama yang tidak terpenuhi, yaitu kebutuhan fisiologis,

rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki -dimiliki, dan kebutuhan akan rasa kasih

sayang. Tokoh Midah mengalami konflik batin namun tidak sampai menderita

penyakit jiwa dan tidak mengalami shizoprenia karena dia mampu melewati

permasalahan yang menyebabkan k onflik batin selama berada di jalanan Jakarta

dengan penuh ketegaran.

Penelitian Fenty Indah Nurhandayani yang berjudul Unsur-unsur Pembentuk Konflik Batin Tokoh Lasi dalam Novel Belantik Karya Ahmad Tohari (Suatu Pendekatan Psikologi Sastra) yang disusun pada tahun 2006 menggunakan pendekatan psikologi sastra. Unsur pembetuk konflik batin yang dianalisis adalah

unsur penokohan dan latar. Teori yang digunakan adalah teori psikologi Abraham

Maslow yang hanya berkaitan langsung dengan konflik batin tokoh utama . Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa tokoh utama pada novel Belantik mengalami

konflik batin karena kebutuhan akan rasa aman, r asa memiliki dan dimiliki serta

kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan a ktualisasi diri

tidak terpenuhi. Konflik batin yang dialaminya tidak sampai menyebabkan ia

(28)

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penel iti menyimpulkan bahwa

penelitian tentang analisis konflik batin dan implementasinya dalam pembelaj aran

sudah pernah dilakukan. Namun demikian, penelitian mengenai konflik batin

tokoh utama pada novel Lintang karya Nana Rina (ditinjau dari segi psikologis

sastra) dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA mas ih relevan

untuk diteliti. Sebatas pengetahuan penulis, belum ada penelitian novel ini dengan

pendekatan psikologis sastra, oleh karena itu penulis tertarik untuk menelitinya.

B. Kajian Teori

Berikut ini diuraikan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah

dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah (1) pendekatan struktural yang

mencakup alur, tokoh, penokohan, dan latar, (2) teori psikologis sastra, dan (3)

teori psikologis menurut Abraham Maslow mengenai keb utuhan dasar manusia.

1. Pendekatan Struktural

Menurut Nurgiyantoro (1995: 36 -37), pendekatan struktural merupakan

pendekatan kesusatraan yang menakankan pada kajian hubungan antarunsur

pembangun karya sastra yang bersangskutan. Karya sastra merupakan struktur

yang terdiri dari bagian -bagian yang bermakna. Struktur karya sastra menyaran

pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik ) yang bersifat timbal balik, saling

memengaruhi yang secara bersamaan membentuk kesatuan yang utuh.

Dalam pendekatan sastra ada dua segi yang dapat dijadikan wahana untuk

dianalisis, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang

(29)

peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa

dan gaya bahasa, dan lain-lain (secara langsung) turut serta membangun cerita.

Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar karya sastra yang secara

tidak langsung memengaruhi bangunan karya sastra. Unsur ekstrinsik ini meliputi

biografi pengarang, psikologi pengarang dan pembaca, maupun penerapan

psikologi dalam karya, pandangan hidup suatu bangsa, dan sebagainya (Wellek &

Warren via Nurgiyantoro, 1995: 23 -24).

Dalam penelitian ini pendekatan struktural digunakan untuk menganalis is

struktur novel Lintang. Alur, tokoh, penokohan, dan latar merupakan struktur

novel yang akan dianalisis dalam penelitian ini . Analisis struktur novel

selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis konflik batin tokoh utama.

Menurut Nurgiyantoro (1995: 37), pemahaman sebuah karya sastra khususnya

novel dapat dilakukan dengan memaparkan struktur novel. Tujuan pemaparan

struktur novel ini adalah untuk mengetahui fungsi dan keterkaitan antar berbagai

unsur karya sastra yang secara bersama menghadirkan keseluruhan.

a. Alur atau Plot

Dalam sebuah cerita, berbagai peristiwa disajikan dengan urutan tertentu.

Peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita yaitu alur

(Sudjiman, 1991: 29). Kaitannya dengan sebuah teks cerita, alur berhubungan

dengan berbagai hal seperti peristiwa, konflik yang terjadi, dan akhirnya mencapai

klimaks, serta bagaimana kisah itu diselesaikan. Alu r berkaitan dengan masalah

(30)

sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita yang padu dan menarik. Alur dan tokoh

sangat berkaitan erat, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Alur (plot) menurut Stanton (2007:26) adalah rangkaian peristiwa

-peristiwa dalam sebuah cerita. Plot merupakan cerita yang berisi urutan kejadian,

namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat , peristiwa yang

satu disebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Istilah alur biasanya terbatas pada

peristiwa-peristiwa kausal, yakni peristiwa yang menyebabkan atau menjadi

dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan

berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal -hal

yang fisik saja seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap

karakter, kilasan-kilasan pandanganny, keputusan -keputusannya, dan segala yang

menjadi variabel pengubah dalam dirinya.

Menurut Abrams (via Wahyuningtyas, 2011: 6) , plot merupakan struktur

peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan

penyajian berbagai peristiwa untuk mencapai efek emosional dan efek artistik

tertentu. Sebuah cerita fiksi, alur atau plot mengandung unsur urutan waktu. Oleh

karena itu, dalam sebuah cerita tentu ada awal kejadian, kejadian -kejadian

berikutnya, dan ada pula akhirnya. Dapat dikatakan bahwa alur adalah suatu

urutan cerita atau peristiwa yang tera tur dan padu. Antara peristiwa yang satu

dengan yang lain, antara peristiwa yang diceritakan lebih dahulu dengan yang

kemudian saling berhubungan dan saling terkait. Kaitan antara peristiwa tersebut

(31)

142). Sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal, tahap tengah,dan tahap akhir

(Aristoteles via Nurgiyantoro, 1995: 142 -146).

1) Tahap awal

Tahap awal dari sebuah cerita biasanya disebut sebagai perkenalan. Tahap

ini memperkenalkan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita yang muncul. Sedikit

demi sedikit konflik mulai dimunculkan.

2) Tahap tengah

Tahap tengah dapat disebut juga sebagai tahap pertikaian. Tahap ini

menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap

sebelumnya menjadi semakin meningkat dan menegangkan. Konflik yang

dikisahkan dapat berupa konflik internal, yaitu konflik yang terjadi dalam diri

seorang tokoh, ataupun konflik eksternal yang merupakan konflik atau

pertentangan yang terjadi antar tokoh ceri ta. Dalam tahap tengah inilah klimaks

ditampilkan, yaitu ketika konflik telah mencapai titik intensitas tertinggi.

3) Tahap akhir

Tahap akhir sebuah cerita dapat disebut juga sebagai tahap peleraian.

Menurut Tasrif (via Wahyuningtyas, 2011: 6) tahapan pada plot dibedakan

menjadi lima, yaitu:

1) Tahapan situation

Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh cerita.

2) Tahap generating circimtances

Tahap ini berisi masalah -masalah dan peristiwa yang menyulut terjadinya

(32)

3) Tahap rising action

Tahap ini berarti konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin

berkembang.

4) Tahap climax

Tahap klimaks merupakan tahap yang berisi pertentangan atau konflik yang

terjadi pada tokoh cerita ketika mencapai titik p uncak.

5) Tahap denouement

Tahap ini berisi penyesuaian dari konflik yang terjadi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh

Aristoteles via Nurgiyantoro, yakni menganalisis alur dengan membedakannya

menjadi tiga tahap, yaitu tah ap awal, tahap tengah, dan tahap akhir.

b. Tokoh

Berdasarkan pandangan Lukens, tokoh cerita dapat dipahami sebagai

kumpulan kualitas mental, emosional, dan sosial yang membedakan seseorang

dengan orang lain (via Nurgiyantoro, 2005: 223). Pengertian tokoh menurut

Nurgiyantoro (2005: 418) adalah subjek yang dikisahkan dalam karya sastra.

Menurut Sudjiman (1991: 16—17), tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh

biasanya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang

diinsankan. Tokoh dalam karya sastra hanya bersifat rekaan. Tokoh tersebut bisa

saja ada kemiripan dengan individu tertentu dalam hidup ini, artinya ia memiliki

(33)

Dalam sebuah fiksi, tokoh dibedak an menjadi dua dilihat dari segi fungsi

atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, yaitu tokoh utama (sentral)

dan tokoh tambahan (bawahan) (Wahyuningtyas, 2011: 3). Tokoh utama atau

tokoh sentral adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Tokoh utama

merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian

maupun yang dikenai kejadian. Menurut Nurgiyantoro, tokoh utama adalah tokoh

yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (2002: 176).

Sudjiman menyatakan b ahwa tokoh yang memegang peran pimpinan

disebut tokoh utama. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama

bukanlah frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas

keterlibatan tokoh di dalam peristiwa -peristiwa yang membangun ceri ta (1991:

17—18)

Tokoh tambahan atau tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral

kedudukannya dalam sebuah cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk

mendukung tokoh utama. Tokoh ini kemunculannya dalam sebuah cerita lebih

sedikit dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama.

c. Penokohan

Penganalisaan tokoh tidak dapat lepas dari watak yang dimiliki tokoh.

Penokohan menurut Sudjiman merupakan penyajian watak dan penciptaan tokoh,

baik dari ciri-ciri lahir dan sifat serta sik ap batin (1988: 23). Penokohan adalah

pelukisan gambaran yang jelas tentang yang ditampilkan dalam suatu cerita (Jones

via Nurgiyantoro, 2002: 165). Dalam sebuah cerita, kerjasama antara tokoh yang

(34)

Dalam sebuah cerita pelukisan tokoh dilakukan dengan cara deskriptif

langsung (teknik analitis, telling) dan tidak langsung (teknik dramatik, showing)

yang kesemuanya itu mesti lewat kata -kata. Teknik analitis adalah pelukisan

tokoh yang dilakukan dengan memberi deskripsi kedirian tokoh yang berupa sifat,

watak, tingkah laku atau ciri fisiknya secara langsung. Sedangkan teknik dramatik

ditunjukkan dengan kehadiran tokoh melalui aktivitas yang dilakukan tokoh, baik

lewat kata atau tingkah laku dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Penampilan

tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik. Berbagai teknik

yang dimaksud adalah cakapan, tingkah laku, pikiran dan perasaan, arus

kesadaran, reaksi tokoh, dan reaksi toko h lain (Nurgiyantoro, 1955: 194—209). 1) Teknik cakapan berkaitan dengan percakapan yang dilakukan oleh tokoh

cerita, biasanya dimaksudkan untuk menggambarkan sifat -sifat tokoh yang

bersangkutan atau sekaligus mencerminkan kehadiran tokoh pelakunya.

2) Tingkah laku berkaitan dengan apa yang dilakukan dalam wujud tindakan dan

tingkah laku. Tingkah laku itu menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat dan sikap

yang mencerminkan kehadiran tokoh.

3) Pikiran dan perasaan berkaitan dengan keadaan dan jalan pikiran se rta

perasaan, apa yang sedang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa

yang sering dipikirkan dan dirasakan tokoh.

4) Arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap

pandangan dan aliran proses mental, di mana tanggapan inder a bercampur

dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan

(35)

5) Reaksi tokoh berkaitan dengan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah,

keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain yang berupa “ran gsang’ dari luar dari tokoh yang bersangkutan. Bagaimana tokoh terhadap hal -hal tersebut

dapat dipandang sebagai suatu bentuk penampilan yang mencerminkan sifat

-sifat kedirian tokoh.

6) Teknik reaksi tokoh lain berkaitan dengan reaksi yang diberikan tokoh lain

terhadap tokoh utama yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar dan

lainlain, atau berkaitan dengan penilaian kehadiran tokoh utama oleh tokoh

-tokoh lain.

Dalam penelitian ini, analisis tokoh dan penokohan digunakan untuk

mengetahui sikap, watak, tingkah laku, atau ciri -ciri fisik tokoh secara langsung.

Analisis tokoh dan penokohan juga digunakan untuk menggambarkan aktivitas

yang dilakukan oleh tokoh, baik lewat kata atau tingkah laku dan melalui

peristiwa yang terjadi.

d. Latar

Menurut Abrams (via Nurgiyantoro, 1998: 216), latar atau setting menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial

tempat terjadinya peristiwa -peristiwa yang diceritakan. Nurgiyantoro (1998:

227—234) menyatakan bahwa latar mencakup tiga unsur, yaitu latar tempat, latar

waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjukkan pada lokasi terjadinya

peristiwa dalam karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan

(36)

sosial menunjuk pada hal -hal yang berhubungan dengan perilaku sosial

masyarakat di suatu tempat yang diceritakan.

2. Psikologi Sastra

Karya sastra merupakan cerminan kehidupan nya ta. Aspek-aspek

kehidupan manusia dijadikan sebagai objek utama psikologi sastra, sebab semata

-mata dalam diri manusia itulah, sebagai tokoh -tokoh kejiwaan dicangkokkan dan

diinvestasikan (Ratna, 2004: 343). Endraswara mengemukakan bahwa psikologi

sastra merupakan sebuah interdisipliner antara psikologi dan sastra (2008: 16).

Mempelajari psikologi sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam.

Aspek dalam yang acap kali bersifat subjektif, yang membuat pemerhati sastra

menganggapnya berat. Psikologi sastra merupakan cabang ilmu sastra yang

mendekati sastra dari sudut pandang psikologi. Perhatiannya diarahkan k epada

pengarang dan pembaca (psi kologi komunikasi sastra) ataupun teks sastra itu

sendiri. Pendekatan psikologi terhadap sebuah teks sastra da pat dilangsungkan

secara deskriptif belaka, namun sering mendekati suatu penafsiran sastra

(Hartoko dan Rahmanto, 1986: 126—127).

Guna menjawab penyebab terjadi nya konflik batin tokoh Lintang , akan

digunakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham M aslow. Teori ini

digunakan sebagai dasar penelitian terhadap novel Lintang.

3. Psikologi Abraham Maslow

Psikologi menurut Maslow (via Walgito, 2010: 91) haruslah manusiawi,

yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah -masalah kemanusiaan.

(37)

perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku y ang tidak nampak; mempelajari

ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran. Maslow melandasi teori

kepribadiannya dengan motivasi sebagai penggerak tingkah laku manusia.

Motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam individu sebagai hasil kesatuan

terpadu yang memiliki tujuan atau keinginan tertentu, yaitu mewujudkan

kebutuhan-kebutuhan manusiawi sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan

tidak sadar.

Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia memiliki tingkatan,

tingkatan kebutuhan manusia yang dimaksud, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan

rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan harga

diri, dan kebutuhan aktual isasi diri (Naisaban, 2004: 278—279). Kebutuhan dasar dan universal tersebut jika disusun dalam diagram, tampak sebagai berikut.

Kebutuhan yang ada di bawah pemuasnya lebih mendesak daripada

kebutuhan yang ada di atasnya. Maslow menambahkan bahwa individu tidak akan 1. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis

2. Kebutuhan akan rasa aman

3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki

4. Kebutuhan akan penghargaan

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri

(38)

berusaha meloncat ke pemuasan kebutuhan yang ada ke tingkat atas, sebelum

kebutuhan yang ada di bawah terpuaskan. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini,

kelima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow akan diuraikan karena

berkaitan dengan konflik batin tokoh utama . Kelima kebutuhan ini berkaitan erat

dalam membentuk konflik batin tokoh utama.

a. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan -kebutuhan yang paling

dasar, kuat dan jelas terhadap makanan, minuman, seks, tidur, dan oksigen,

merupakan sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya

karena berkaitan langsung dengan pemeliha raan biologis dan kelangsungan hidup

(Maslow via Goble, 1987 : 71). Kebutuhan ini paling primer, karena telah ada dan

terasa sejak manusia dilahirkan ke bumi ini. Kebutuhan fisiologis merupakan

kebutuhan yang paling dasar, paling kuat dan jelas di antara s ekian banyak

kebutuhan yang harus dipenuhi.

b. Kebutuhan rasa aman

Kebutuhan rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang mendorong

individu untuk memperoleh ketenteraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan

lingkungannya. Menurut Maslow (via Goble 1987: 73) kebutuhan ini terpuaskan

pada orang-orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara terbaik untuk

memahaminya ialah dengan mengamati anak -anak atau orang dewasa yang

mengalami gangguan neurotik. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan

(39)

menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkannya. Terpenuhinya

kebutuhan akan rasa aman, orang akan berkembang dan jauh dari rasa tertekan.

c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki

Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang

mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional

dengan individu lain baik dengann sesama jenis maupun lawan jenis, dalam

lingkungan keluarga atau l ingkungan sekelompok dalam masyarakat. Kebutuhan

ini muncul dalam bentuk merasa diterima dalam keanggotaan kelompok,

mengalami rasa kekeluargaan, persahabatan antardua orang, kekaguman, dan

kepercayaan (Naisaban, 2004: 279).

d. Kebutuhan akan penghargaan

Setelah kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki telah terpenuhi, maka

mulai terbentuklah dorongan untuk kebutuhan akan penghargaan. Menurut

Maslow, setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yaitu

harga diri dan penghargaan dari orang la in. Harga diri meliputi kebutuhan akan

kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,

ketidaktergantungan, dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain sangat berarti

dalam kehidupan manusia, dengan penghargaan itu manusia merasa berarti dan

diakui keberadaannya serta kemampuannya. Adanya penghargaan, membuat

manusia lebih percaya diri menghadapi hidup (Globe, 1987: 77) .

e. Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang muncul setelah semua

(40)

dikemukakan oleh Maslow, yaitu sebagai perkembangan yang paling tinggi dan

penggunaan semua bakat individu, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas

individu. Maslow berpendapat (via Goble, 1987: 77) bahwa manusia perlu

mengembangkan potensi dalam dirinya. Pemaparan tentang kebutuhan psikologis

untuk menumbuhkan, mengembangkan , dan menggunakan kemampuannya

disebut aktualisasi diri. Manusia berhak menjadi apa sa ja sesuai dengan

kemampuannya. Kepercayaan diri akan muncul apabila setiap rintangan dapat

dihadapi dengan sukses. Sukses akan membawa kegembiraan, dan kegembiraan

akan menumbuhkan kepercayaan pada diri. Dengan kepercayaan diri dan hati

yang tenang, persoalan akan dapat mudah terselesaikan.

4. Konflik

Konflik merupakan pertentangan antara dorongan -dorongan yang

berlawanan, tetapi ada sekaligus ada bersama -sama pada diri seseorang.

Pertentangan atau konflik batin menur ut Deradjat (1985: 26—27) adalah terdapatnya dua dorongan atau lebih, yang berlawanan atau bertentangan satu

sama lain, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama. Kecemasan

merupakan manifestasi dari pertentangan atau konflik batin ini.

Menurut Nurgiyantoro (1995 : 124), konflik terbagi menjadi dua, yaitu

konflik fisik (internal conflict) dan konflik sosial (external conflict). Konflik fisik

adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita atau konflik

yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Misalnya saja hal itu terjadi akibat

adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda,

(41)

Konflik sosial merupakan konflik yang disebabkan adan ya kontak sosial

antar manusia. Pada sebuah novel, konflik so sial terjadi antara seorang tokoh

dengan sesuatu yang di luar dirinya, baik dengan lingkungan alam maupun

dengan tokoh yang lain. Kedua macam konflik ini saling berkaitan dan saling

menyebabkan terjadinya satu dengan ya ng lain dan dapat juga terjadi secara

bersamaan. Dalam sebuah cerita, konflik dan klimaks dalam alur dilihat

berdasarkan subtansi peristiwa -peristiwa yang dikisahkan. Konflik menentukan

sebuah cerita akan terasa monoton atau mencekam penuh dengan ketegangan.

5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenal

tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajara n adalah kurikulum untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu (BNSP, 2006: 5). S edangkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5). Di dalam

mendiknas (2006: 5), Kurikulum Tingkat Sa tuan Pendidikan (KTSP) jenjang

pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah

berpedoman pada Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) serta

panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP. Pelaksanaan kurikulu m

didasarkan pada potensi perkembangan dan kondidi peserta didik untuk

menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran sastra

(42)

membaca, memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan. Untuk

kompetensi dasarnya adalah menganalisis unsur -unsur intrinsik dan ekstrinsik

novel Indonesia/ terjemahan. Pada kelas XII semester 1, dengan s tandar

kompetensi mendengarkan, yaitu menanggapi pembacaan penggalan novel dari

segi vokal, intonasi, dan penghayatan serta menjelaskan unsur -unsur intrinsik dari

pembacaan penggalan novel.

Penelitian ini memilih kurikulum kelas XI semester 1, yaitu memah ami

berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan. Pada standar kompetensi

tersebut, pembelajaran novel dapat diimplementasikan dan siswa dapat

mempelajari serta memahami unsur intrinsik novel sehingga siswa dapat

menganalisis unsur intrinsik dan dap at mengaitkan dengan kehidupan sehari -hari.

6. Silabus

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dasar dan kompetensi

dasar ke dalam materi pembelajaran/bahan kajian , kegiatan pembelajaran, dan

indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Depdik nas, 2006: 7). Pada

KTSP 2006, prinsip pengembangan silabus meliputi : secara ilmiah, relevan,

sistematis, konsisiten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, serta

menyeluruh. Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara

mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah,

kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada Pusat Kegiatan Guru,

(43)

a. Prinsip ilmiah, yaitu keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi

muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan

secara keilmuan.

b. Maksud dari prinsip relevan, yaitu cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran

dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat

perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta

didik.

c. Sistematis, maksudnya bahwa kompone n-komponen silabus saling

berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

d. Prinsip konsisten, berkaitan dengan adanya hubungan yang konsisten

(ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok,

pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

e. Memadai yang dimaksud di sini adalah cakupan indikator, materi pokok,

pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk

menunjang pencapaian kompetensi dasar.

f. Aktual dan kontekstual berkaitan dengan cakupan indikator, materi pokok,

pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian harus

memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam

kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

g. Fleksibel merupakan keseluruhan komponen silabus harus dapat

mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik , serta dinamika

(44)

h. Menyeluruh merupakan prinsip yang terkahir, yaitu komponen silabus

mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan

psikomotorik).

Sebuah silabus memiliki komponen -komponen yang sangat penting,

diantaranya identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,

pengalaman belajar, indikator, penilaian, aloka si waktu, dan sumber bahan/alat .

Berdasarkan hal tersebut, berikut ini akan uraikan langkah -langkah dalam

mengembangkan silabus pembelajaran.

a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Dalam mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu atau tingkat kesulitan

materi.

2) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam suatu

mata pelajaran.

3) Keterkaitan standar kompetensi dan komperensi dasar antar mata pelajaran.

b. Mnegidentifikasi Materi Pokok

Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar

kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan hal sebag ai berikut.

1) Potensi peserta didik

2) Relevansi dengan karakteristik daerah

3) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual

(45)

4) Alokasi waktu

c. Mengembangkan Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar merupakan kegia tan mental dan fisik yang dilakukan

peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan

pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik. Pengalaman belajar

memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Rumusan pengalaman

belajar mencerminkan pengelolaan pe ngalaman belajar peserta didik.

d. Merumuskan Indikator Keberhasilan Belajar

Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan

tanda-tanda, perbuatan atau respon yang ditampilkan oleh peserta didik. Indikator

dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan

peserta didik, dan dirumu skan dalam kata kerja operasional yang terukur atau

dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat

penilaian.

e. Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, dan menafsirkan da ta tentang proses dan hasil belajar peserta didik

yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan

berdasarkan indikator yang telah dirumuskan. Penilaian dilakukan dengan

menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan

kegiatan siswa, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk,

penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Hal -hal yang perlu diperhatikan dalam

(46)

1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi

2) Penilaian menggunakan acuan kriteria

3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan

4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut

5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang

ditempuh dalam proses pembelajaran.

f. Menentukan Alokasi Waktu

Alokasi waktu adalah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian,

maksudnya perkiraan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik

untuk mempelajari suatu materi pembelajaran. Dalam menentukan alokasi waktu,

perlu memperhatikan minggu efektif per semester, alokasi waktu per mata

pelajaran, dan juga jumlah kompetensi per s emester.

g. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek atau bahan yang digunakan untuk

kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik,

narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentua n sumber

belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi

pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembel ajaran (RPP) merupakan panduan langkah

-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. RPP

disusun untuk setiap pertemuan. Komponen -komponen yang penting dalam

(47)

belajar, indikator pencapaian hasil belajar, strategi pembelajaran, sumber

pembelajaran, alat dan bahan, langkah -langkah kegiatan pembelajaran, dan

evaluasi.

Menurut Muslich (2007: 53), langkah-langkah menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran, yaitu:

a. Ambil satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan

dalamm pembelajaran.

b. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit

tersebut.

c. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi tersebut.

d. Tentukan alokasi waktu yan g diperlukan untuk mencapai indikator

tersebut.

e. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran

tersebut.

f. Tentukan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran

yantelah dirumuskan.

g. Pilih metode pembelajaran yang dapat mendukung materi dan tujuan

pembelajaran.

h. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan

rumusan tujuan pembelajaran yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan

awal, inti, dan penutup.

i. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari satu

(48)

dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan

pada satuan tujuan pembelajaran atau jenis pembelajaran.

j. Sebutkan sumber atau media belajar yang akan digunakan dalam

pembelajaran secara konkret untuk setipa pertemuan.

k. Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang

akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar satu

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

8. Pembelajaran Sastra di SMA

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik berkomunikasi bahasa Indonesia dengan baik dan

benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil

karya kesastraan manusia Indonesia (Depdiknas, 2006: 231). Sast ra diciptakan

tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga memberikan sumbangan bagi pendidikan

khususnya pembelajaran sastra di SMA. Pembelajaran sastra dapat memberikan

sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Pengajaran sastra dapat

membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat,

yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,

mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Moody via

Rahmanto, 1988: 16).

Mengacu pada tujuan umum pembelajaran sastra tersebut maka pengajaran

sastra diharapkan dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan

secara utuh. Hal ini didukung pula adanya kelonggaran untuk memilih bahan

(49)

dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sehingga perlu diseleksi yang

memiliki nilai positif bagi siswa.

Pemilihan bahan pengajaran sastra harus memperhatikan tiga aspek.

Pertama bahasa, bahasa yang digunakan dalam novel harus ada pada t araf

kemampuan bahasa siswa. Novel yang bahasanya sulit dimengerti maupun

bahasanya terlalu mudah dimengerti tidak akan menarik siswa. Bahan pengajaran

yang dipilih hendaknya tidak hanya memperhitungkan kosa kata dan tata bahasa,

tetapi harus mempertimban gkan situasi dan pengertian wacana termasuk

ungkapan dan referensi yang ada.

Kedua psikologi, dalam memilih bahan pengajaran sastra harus

memperhatikan tahap-tahap perkembangan psikologi karena tahap -tahap ini

berpengaruh terhadap minat dan keengganan ana k didik dalam banyak hal. Tahap

perkembangan psikologis yang dimaksud sebagai berikut: tahap pengkhayal (8

sampai 9 tahun), imajinasi anak belum banyak diisi ha -hal yang nyata tetapi masih

penuh dengan berbagai macam fantasi; tahap romantik (10 sampai 12 tahun), anak

mulai meninggalkan fantasi dan mengarah ke realitas; tahap realistik (13 sampai

16 tahun), anak sudah benar -benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat

pada realitas. Mereka terus berusaha meneliti fakta -fakta untuk memahami

masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Tahap terakhir adalah tahap generalisasi

(16 tahun dan selanjutnya). Pada tahap ini anak sudah tidak berminat lagi pada

hal-hal praktis saja tetapi berminat untuk menemukan konsep -konsep abstrak

(50)

pemikiran filsafati untuk menentukan keputusan -keputusan moral (Moody via

Rahmanto, 1988: 31).

Ketiga adalah latar belakang budaya. Biasanya siswa akan mudah tertarik

pada karya-karya dengan latar belakang kehidupan mere ka. Guru hendaknya

memahami apa yang diminati oleh siswa, sehingga dapat menyajikan suatu karya

sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan

pembayangan yang dimiliki oleh para siswa.

Menjadikan novel sebagai salah satu bahan pem belajaran khususunya

novel Lintang, dapat melatih keteram pilan berbahasa siswa. Siswa dapat berlatih

memahami karya sastra dengan membaca dalam hati secara intensif, belajar

menyimak isi novel ketika siswa lain membacakannya. Siswa juga dapat berlatih

berbicara dengan menceritakan kembali ataupun memberikan tanggapan

mengenai isi novel baik yang telah dibacanya sendiri atau yang telah diceritakan

oleh siswa lain. Dengan membuat sinopsis novel, siswa dapat melatih

(51)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

struktural dan psikologis sastra. Pendekatan struktural digunakan untuk

menganalisis unsur alur, tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Lintang karya

Nana Rina. Kutha Ratna (2004: 61), menge mukakan mengemukakan bahwa

pendekatan psikologis sastra pada dasarnya berhubungan de ngan tiga gejala

utama, yaitu: pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan pertimbangan bahwa

pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya

sastra. Dengan kedua pendekatan tersebut akan diungkapkan struktur novel dan

konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina.

B. Metode

Metode memiliki pengertian cara -cara, strategi untuk memahami realitas,

langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat (Kutha

Ratna, 2004: 34). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analisis. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara

mendeskripsikan fakta -fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Berdasarkan

metode tersebut, peneliti akan menggali konflik batin yang dialami oleh Lintang

(52)

C. Teknik Pengumpulan Data

Sudaryanto (1993: 26) mengemukakan bahwa teknik merupakan

penjabaran dari metode dalam sebuah penelitian, yang disesuaikan dengan alat

dan sifat. Pengumpulan data pada penelitian ini diawali peneliti membaca novel

Lintang secara teliti kemudian mencatat hal-hal yang berkaitan dengan struk tur novel, yaitu alur, tokoh, penokohan, dan latar. Data-data yang merupakan bagian

dari keseluruhan novel Lintang yang berkaitan dengan masalah dan telah dicatat

kemudian diidentifikasi berdasarkan kesamaan masalah yang akan dikupas, yaitu

konflik batin tokoh utama.

D. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (via Moleong, 2006: 248) analisis data

kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja de ngan data,

mengorganisasikan data, memilah -milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan . Peneliti

menganalisis data dengan jalan bekerja dengan data itu sendiri. Data yang

diperoleh diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1. Membaca novel Lintang karya Nana Rina.

2. Menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan tokoh, penokohan, dan

alur yang terdapat pada novel Lintang.

(53)

4. Mengidentifikasi data yang diperoleh sesuai dengan objek yang diteliti, dalam

hal ini konflik batin yang dialami oleh tokoh utama yaitu Lintang dalam novel

Lintang karya Nana Rina.

5. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan, agar data lebih jelas.

E. Sumber Data

Suharsimi Arikunto (1989: 102) menyatakan bahwa sumber data dalam

penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian

ini, yaitu:

Judul Buku : Lintang

Pengarang : Nana Rina

Penerbit : Mara Pustaka

Tahun Terbit : 2012

Jumlah Halaman : 274

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yang dikaitkan dengan

penelitian pembelajaran siswa adalah novel Lintang. Data penelitian ini ialah hasil

(54)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ANALISIS KONFLIK BATIN

TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG

Bab empat ini mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan secara keseluruhan. Analisis permasalahan akan difokuskan dari dua sudut, yaitu sudut sastra dan sudut psikologi. Dari sudut sastra, analisis akan difokuskan pada analisis struktur novel, yaitu alur, tokoh, penokohan, dan latar . Analisis psikologi novel Lintang akan didasarkan pada teori Abraham Maslow terhadap konflik batin tokoh utama. Dalam pembahasan ini kedua pendekatan tersebut akan saling melengkapi.

A. Analisis Struktural

Sebelum meneliti novel Lintang secara psikologis, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis akan meneliti novel tersebut secara struktural terlebih dahulu. Struktur karya sastra yang akan diteliti, yaitu alur , tokoh, penokohan, dan latar yang berkaitan dengan konflik batin yang dialami tokoh utama.

1. Alur

(55)

merupakan salah satu unsur terpenting dalam membentuk karya sastra. Menurut Aris Toteles alur terbagi menjadi tiga, yaitu tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. a. Tahap awal

Tahap awal sebuah cerita juga disebut sebagai perkenalan. Tahap ini memperkenalkan situasi latar dan tokoh -tokoh cerita yang muncul. Sedikit demi sedikit konflik mulai dimunculkan . Tahap perkanalan pada novel ini dimulai dari perkenalan nama tokoh yang terdapat dalam novel. Awal cerita pada novel ini di mulai dari tokoh utama masih kecil. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

(1) Lintang namaku. Aku tak tahu, mengapa orang tuaku memberi nama itu. Ane

Referensi

Dokumen terkait

Namun ada yang menarik dari peubah laten KEG_EKSL ini, karena nilai koefisien jalur KEG_EKSL mengalami ganti tanda, dari model awal yang memiliki nilai positif

Sektor pertanian mengarah kepada rumahtangga pertanian berpendapatan rendah di desa dengan melalui faktor produksi tenaga kerja bukan penerima upah nonpertanian sedangkan

Muzani, Syaiful, Reaktualisasi Teologi Mu'tazilah Bagi Pembaharuan Umat Islam; Lebih Dekat Dengan Harun Nasution, dalam Jurnal Ilmu dan Kebudayaan,.. Ulumul Qur'an, Nomor

Memperoleh Gelar Ahli Madya Bidang Komunikasi Terapan. Disusun

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dalam hal ini untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai objek yang menjadi fokus penelitian dalam penulisan hukum ini

Tema penelitian yang penulis bahas dalam skripsi ini adalah bagaimana bentuk-bentuk pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta

Thus, consensus sequences, specific localization of GgVLG mRNA in the germ cells, amino acid sequence similarity and phylogenic analysis all suggest that GgVLG is the giant

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul STUDI KOMPLEKS NI(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN DAN NI(II)-HYDANTOIN SEBAGAI SENSITIZER PADA DYE SENSITIZED