viii ABSTRAK
Sudarti, Siti. 2012. Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Lintang Karya Nana
Rina dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) . Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas
Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. Tujuan penelitian ini untuk memaparkan alur, tokoh, dan penok ohan; konflik batin yang dialami tokoh utama ; dan implementasi hasil penelitian dalam pembelajaran di SMA.
Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra, sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memaparkan alur, tokoh, dan penokohan, konflik batin tokoh utama , dan juga untuk memaparkan implementasi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA.
Dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa tokoh utama dalam novel ini adalah Lintang, sedangkan tokoh tambahan yang mempunyai kaitan dengan penyebab konflik batin tokoh utama adalah Eyang Sulastri, Bapak (Toto Wibowo), Ibu (Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, dan Katriningsih . Sifat orang tuanya yang keras, kurangnya kemampuan membaca Al-Quran dan sholat, pilihan antara cinta dan cita -cita, sampai perasaan bersalah yang mendalam karena telah berselingkuh, merupakan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam menjalani kehidupannya. Reaksi berupa ucapan atau tingkah laku yang tidak sewajarnya adalah bentuk pelampiasan dari rasa ketakutan, kekec ewaan, dan juga keterpaksaan. Konflik batin tokoh utama berakhir ketika ia mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang dari suaminya.
ix ABSTRACT
Sudarti, Siti. The Main Character’s Inner Conflict in Novel Lintang Written by Nana Rina and the Implementation in the Literature Learning in Senior High Schools (A Psychology Literature Review) . Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.
This research examined the main character’s inner conflict in novel Lintang written by Nana Rina. This research was aimed to explain the plot, characters, and characterization; the inner conflict experienced by the main character; and the implementation of the research results in the learning process in SHS.
This research used psychologic literature approach and descriptive method. This method was used to explain the plot, characters, and characterization, the main character’s inner conflict, and to explain the implementation of the research results in the learning process in SHS.
Based on the data analysis, it could be concluded that the main character of this novel was Lintang, while the additional figures related to the main character’s inner conflict were Eyang Sulastri (Grandma Sulastri), Bapak (Father – Totok Wibowo), Ibu (Mother – Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, and Katriningsih. The inner conflict experienced by the main character in his life was becaus e her parents were strict, her parents seldom read Koran and performed prayers , she was in between two choices – love and dream, and she felt guilty for her adultery. Lintang unusual utterances and behavior were her reactions to express her fear, disappointment, and the fact of being forced. The main character’s inner conflict ended when she got her husband’s attention and affection back.
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG
KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun Oleh: Siti Sudarti
08 1224 055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG
KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun Oleh: Siti Sudarti
081224055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
KONFLIK
BATIN TOKOH UTAMA
DALAM
NOVEL
LINTANG
KARYA NANA RINA DAN
IMPLEMENTASII{YA
DALAM
PEMBELAJARAI{
SASTRA
DI
SMA
(suATU
TTNJAUAT\PSTKOLOGI SASTRA)
Rahmanto, M.I{um. Yoryakartar?T Juh20l2
I)r. Y. Karmin, M.Pd. Yograkarta, 10 Agustus 2012
SKRIPSI
KONFLIK
BATIN TOKOH UTAMA
DALAM
NOYEL
LINTANG
KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASII\IYA
DALAM
PEMBELAJARAN
SASTRA
DI
SMA
(SUATU
TINJAUAN PSIKOLOGI
SASTRA)
Dipersiapkan dan disusun oleh: Siti Sudarti
081224055
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 22 Okober 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
SUSUNAN PANITIA PENGUJI
Nama Lengkap
Ketua
Sekretaris
Anggota
I
Anggota
II
Anggota
III
Dr. Yuliana Setiyaningsih
Rishe Punama Dewi, S.Pd., M.Hum.
Drs. B. Rahmanto, M.Hum.
Dr. Y. Kannin, M.Pd.
Setya Tri Nugrah4 S.Pd., M.Pd.
Yogyakarta, 22 Oktober 2Al2
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhanaku ini untuk orang -orang yang
selalu membuatku semangat, tegar, dan bangga.
Kedua orang tuaku, Bapak Dahlan dan Umi Sri Suharti. Anakmu
ini sangat menyayangi dan mencintaimu.
Kakakku Slamet Sunariyo & Winarsih, dan adikku Supariyono
terkasih.
PERNYATAAI\I KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan di dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakart4 22 Oktober 2012
PenuliF,
z-:.
Ivi MOTTO
Atas segala keberadaanku, dan harapan -harapanku. Aku berutang kepada Ibuku. (Abraham Lincoln)
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
(Mazmur 126: 5)
“Suatu perubahan mempunyai dampak psikologis Terhadap manusia. Untuk yang penakut,
Perubahan pasti sangat menakutkan karena hal-hal justru akan menjadi lebih buruk.
Untuk yang mempunyai harapan, Perubahan menjadi hal menyenangkan
karena pasti akan membuat segalanya menjadi lebih baik. Untuk yang percaya diri, perubahan pasti bisa menjadi inspirasi
karena mereka jadi mempunyai tantangan untuk membuat segalanya menjadi lebih baik”
LEMBAR PER}IYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA
ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAIY AKADEMISYang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
Siti SudartiNomorMahasiswa :081224055
Demi pengembangan ilmu dan pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berjudul:
KONFLIKBATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG
KARYA NANA RINA DAi\t IMPLEMENTASII\TYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
(suATU TTNJAUAN PSTKOLOGT SASTRA)
beserta perangkat yang ada
bila
diperlukan(bila
ada). Dengan demikian sayamemberikan kepad4 Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dat4
mendistribusikan secaraterbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalty kepada saya selama tetap mencantumkan rulma saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 22 Oktober 2012
viii ABSTRAK
Sudarti, Siti. 2012. Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Lintang Karya Nana
Rina dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) . Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas
Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. Tujuan penelitian ini untuk memaparkan alur, tokoh, dan penok ohan; konflik batin yang dialami tokoh utama ; dan implementasi hasil penelitian dalam pembelajaran di SMA.
Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra, sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memaparkan alur, tokoh, dan penokohan, konflik batin tokoh utama , dan juga untuk memaparkan implementasi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA.
Dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa tokoh utama dalam novel ini adalah Lintang, sedangkan tokoh tambahan yang mempunyai kaitan dengan penyebab konflik batin tokoh utama adalah Eyang Sulastri, Bapak (Toto Wibowo), Ibu (Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, dan Katriningsih . Sifat orang tuanya yang keras, kurangnya kemampuan membaca Al-Quran dan sholat, pilihan antara cinta dan cita -cita, sampai perasaan bersalah yang mendalam karena telah berselingkuh, merupakan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam menjalani kehidupannya. Reaksi berupa ucapan atau tingkah laku yang tidak sewajarnya adalah bentuk pelampiasan dari rasa ketakutan, kekec ewaan, dan juga keterpaksaan. Konflik batin tokoh utama berakhir ketika ia mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang dari suaminya.
ix ABSTRACT
Sudarti, Siti. The Main Character’s Inner Conflict in Novel Lintang Written by Nana Rina and the Implementation in the Literature Learning in Senior High Schools (A Psychology Literature Review) . Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.
This research examined the main character’s inner conflict in novel Lintang written by Nana Rina. This research was aimed to explain the plot, characters, and characterization; the inner conflict experienced by the main character; and the implementation of the research results in the learning process in SHS.
This research used psychologic literature approach and descriptive method. This method was used to explain the plot, characters, and characterization, the main character’s inner conflict, and to explain the implementation of the research results in the learning process in SHS.
Based on the data analysis, it could be concluded that the main character of this novel was Lintang, while the additional figures related to the main character’s inner conflict were Eyang Sulastri (Grandma Sulastri), Bapak (Father – Totok Wibowo), Ibu (Mother – Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, and Katriningsih. The inner conflict experienced by the main character in his life was becaus e her parents were strict, her parents seldom read Koran and performed prayers , she was in between two choices – love and dream, and she felt guilty for her adultery. Lintang unusual utterances and behavior were her reactions to express her fear, disappointment, and the fact of being forced. The main character’s inner conflict ended when she got her husband’s attention and affection back.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas limpahan rahmat -Nya, sehingga skripsi yang berjudul Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Lintang Karya Nana Rina dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) dapat terselesaikan oleh penulis. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma.
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu dan memberi dorongan serta dukungannya dalam penulisan skripsi ini.
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.
3. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum., selaku dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran memberi pengarahan, membimbing, serta memberi motivasi sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi ini dengan baik.
4. Bapak Dr. Y. Karmin, M. Pd., selaku dosen Pembimbing II yang dengan sabar, teliti, serta memberi motivasi sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi ini dengan baik.
6.
Robertus Marsidiq, karyawan sekretariat PBSID yang dengan memberikan pelayanan kepada penulis.7.
Kedua orang tuaku tercinta, bapakku Dahlan dan umiku Sri Suharti, serta kedua kakak dan adikku yang selalu memberi motivasi, semangat, dan doanya untukku.8.
Romo Stanislaus Beda Eylannor, CM., yang telah membantu biaya studi danmemberi semangat untuk segera menyelesaikan tugas studi ini.
9.
Teman-temanku, Juwang, Yuni, Pipit,Lis4
dan teman-teman PBSID 2008.Terima kasih atas perhatian, kebersamaan, dan kerjasamanya selama ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Yogyakarta, 22 Oktober 20 12
Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH SKRIPSI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Batasan Istilah ... 5
F. Sistematika Penyajian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
xiii
B. Kajian Teori ... 10
1. Pendekatan Struktural ... 10
a. Alur atau plot... 11
b. Tokoh ... 14
c. Penokohan ... 15
d. Latar ... 17
2. Psikologi Sastra ... 18
3. Psikologi Abraham Maslow ... 18
4. Konflik ... 22
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 23
6. Silabus ... 24
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 28
8. Pembelajaran Sastra di SMA ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33
A. Pendekatan ... 33
B. Metode... 33
C. Teknik Pengumpulan Data ... 34
D. Teknik Analisis Data ... 34
E. Sumber Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG ... 36
A. Analisis Struktural ... 36
1. Alur ... 36
2. Tokoh ... 41
3. Penokohan ... 42
xiv
B. Analisis Psikologi Sastra dalam Novel Lintang... 63
1. Kebutuhan Fisiologis ... 63
2. Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Rasa Aman ... 64
3. Kebutuhan Akan Rasa Cinta dan Rasa Memiliki ... 70
4. Kebutuhan Penghargaan ... 76
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri ... 79
6. Konflik Batin Tokoh Utama ... 81
BAB V IMPLEMENTASI HASIL ANALISIS NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA ... 93
A. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Bahasa ... 94
B. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Perkembangan Psikologi Siswa ... 95
C. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Latar Belakang Budaya ... 96
D. Pengembangan Silabus... 97
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 97
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran ... 98
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran ... 98
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi ... 99
5. Penentuan Jenis Penilaian ... 100
6. Menentukan Alokasi Wakt u... 100
7. Menentukan Sumber Belajar ... 101
8. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 101
BAB VI PENUTUP ... 102
A. Kesimpulan ... 102
xv
C. Saran... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 106
LAMPIRAN Silabus ... 108
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 110
Sinopsis Novel Lintang ... 119
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengalaman merupakan salah satu sumber inspirasi terciptanya karya
sastra, baik novel, cerpen, puisi, maupun karya sastra yang lain. K esedihan,
kebahagiaan, dan kelucuan dalam kehidupan manusia dapat dikisahkan dengan
kata-kata. Misalnya novel Lintang karya Nana Rina yang akan digunakan dalam
penelitian ini.
Menurut Suyitno (1986: 5), sastra di samping merupakan kutub tertentu
dari garis lurus suatu kehidupan, juga merupakan tuangan wadah jiwani manusia
secara utuh. Sastra mencakup hal -hal yang indah, memikat, tragis, dan
menyedihkan. Sastra juga berisi hal -hal yang menyangkut baik buruk hidup
manusia yang penuh dengan konflik batin, dan merupakan terjemahan menawan
perjalanan manusia ketika mengalami dan bersentuhan dengan peristiwa hi dup
dan kehidupan.
Saxby (via Nurgiyantoro, 2005: 4) mengatakan bahwa sastra pada
hakikatnya adalah citra kehi dupan, gambaran kehidupan. Citra kehidupan (image
of life) dapat dipahami sebagai penggambaran secara konkret tentang model -model kehidupan sebagaimana yang dijumpai dalam kehidupan faktual sehingga
mudah diimajinasikan sewaktu dibaca.
Menurut Nurgiyantoro (2005: 4), sastra merupakan gambaran kehidupan
dipadatkan. Dalam sastra tergambar peristiwa kehidupan lewat karakter tokoh
dalam menjalani kehidupan yang dikisahk an dalam alur cerita. Secara prinsipal,
teks sastra berwujud penggalian, pengurutan, penilaian, dan pengendapan dari
berbagai pengalaman kehidupan dan atau kemanusiaan sebagaimana dialami dan
dirasakan penulisnya yang kemudian diungkapkan dengan cara -cara yang indah.
Pengalaman hidup, dapat menimbulkan kesan suka maupun duka. Setiap peristiwa
yang dialami oleh manusia baik bersama dengan keluarga, saudara, maupun
orang-orang terdekat dapat menjadi sebuah pengalaman hidup yang menarik.
Segala peristiwa yang dialami seseorang dapat dijadikan inspirasi seorang penulis
untuk dikisahkan dalam karyanya baik novel maupun cerita pendek.
Peneliti memilih novel yang berjudul Lintang karya Nana Rina, selain
karena sesuai dengan kehidupan sehari -hari, novel ini dapat dijadikan bahan
pembelajaran sastra di SMA. Permasalahan yang diangkat dalam novel ini , selain
pendidikan, juga permasalahan rumah tangga yang ditulis dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh pembaca.
Novel ini mengisahkan seorang gadis dari sebuah keluarga di Yogyakarta
bernama Lintang. Ia dilukiskan sebagai se orang gadis cantik, anak tunggal, dan
pandai menari. Sejak kecil orang tuanya berharap penuh akan kesuksesan Lintang
hingga dapat membuat orang tu anya bangga karena ia anak tunggal, tetapi Lintang
memilih melanjutkan cita-citanya menjadi insinyur dan melepaskan kekasihnya.
Akhirnya ia menikah dengan seorang dokter yang bernama Aji Suprayogo.
Pernikahannya menimbulkan berbagai konflik batin dalam dirinya, dari sifat
perselingkuhan, dan juga keadaan anaknya yang terlahir dengan fisik kurang
sempurna. Namun keyakinan bahwa seti ap ujian pasti ada jalan keluar
membuatnya kuat dalam menanggung beban hidup.
Penelitian ini akan meneliti konflik batin tokoh, maka pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan psikologis sastra. Sebenarnya sastra dan psikologi
dapat bersimbiosis dalam perannya terhadap kehidupan karena keduanya memiliki
fungsi dalam hidup ini. Keduanya sama -sama berurusan dengan pers oalan
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Keduanya memanfaatkan
landasan yang sama yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai telaah. Oleh
karena itu, pendekatan psikologi dianggap penting penggunaannya dalam
penelitian sastra (Endraswara , 2008: 15).
Hasil dari analisis konflik batin ini akan digunakan sebagai bahan
pembelajaran sastra di SMA. Tujuan pembelajaran itu adalah untuk meningkatkan
kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra khususnya novel Lintang karya
Nana Rina.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas, disusun
rumusan masalah sebagai berikut.
a. Bagaimanakah gambaran unsur alur, tokoh, serta penokohan, yang
membentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana
b. Bagaimanakah konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana
Rina?
c. Bagaimanakah implementasi hasil analisis konflik batin tokoh Lintang
dalam novel Lintang karya Nana Rina dalam pembelajaran sastra di SMA?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan unsur tokoh, penokohan, serta alur yang membentuk
konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina.
b. Mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya
Nana Rina.
c. Mendeskripsikan implementasi hasil analisis konflik batin tokoh utama
pada novel novel Lintang karya Nana Rina dalam pembelajaran sastra di
SMA.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan sumbangan sebagai
berikut.
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kajian sastra,
b. Bagi peneliti sastra, penelitian ini diharapkan dapat m enjadi masukan dan
memberikan informasi mengenai karya sastra, khususnya novel Lintang
karya Nana Rina.
c. Memberikan sumbangan bagi pembelajaran sastra di SMA, khususnya
yang berkaitan dengan hasil penelitian mengenai novel Lintang karya
Nana Rina.
E. Batasan Istilah
Istilah yang perlu dibatasi pengertiannya dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Novel
Novel adalah cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan
manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah -ubah dan
merupakan kesatuan yang dinamis yang bermakna (Faruk via Heru
Santosa, 2010: 47).
b. Konflik
Konflik adalah sesuatu yang dramatis, mengacu pada pertarungan antara
dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi -aksi balasan
(Wellek dan Warren via Nurgiyantoro, 20 07: 122).
c. Alur (plot)
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan -tahapan peristiwa
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku suatu
d. Tokoh
Tokoh adalah orang yang mengalami berbagai peristiwa yang terjadi di
dalam suatu cerita (Wiyanto, 2005: 80).
e. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita ( Jones via Nurgiyantoro, 1995: 165).
f. Latar
Latar atau setting menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu,
dan lingkungan sosial tempat terjadinya peris tiwa-peristiwa yang
diceritakan (Abrams via Nurgiyantoro, 1998: 216) .
g. Psikologi
Psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kedalaman sifat manusia,
selain mempelajari perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku yang
tidak nampak; mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari
kesadaran (Maslow via Walgito, 2010: 91).
h. Psikologi sastra
Psikologi sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mengkaji (mendekati)
sastra dari sudut psikologi. Perhatian pendekatan ini dapat diarahkan
kepada pengarang dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada
F. Sistematika Penyajian
Penyajian hasil penelitian ini disusun menjadi enam bab. Bab I
Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah yang akan di teliti, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sis tematika
penyajian. Bab II berisi landasan teori yang menjelaskan tentang teori yang
digunakan sebagai dasar penelitian, yaitu kajian pustaka dan kajian teori. Bab III,
metodologi penelitian yang berisi uraian tentang pendekatan dan jenis penelitian,
metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sumber data.
Selanjutnya, bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan konflik
batin yang dialami tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. Bab V
berisi tentang implementasi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA.
Bab ini memaparkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) novel
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Dari segi permasalahan yang diungkap, peneliti menemukan beberapa
penelitian serupa yang berhubungan dengan topik penelitian. Penelitian yang
relevan dengan topik ini, yaitu penelitian Maria Devy Bukit Shintawawati (2010),
Linda Wati (2007), dan Fenty Indah Nurhandayani (2006).
Penelitian Maria Devy Bukit Shintawati dalam rangka menyusun
skripsinya yang berjudul Konflik Batin Tokoh Dimas dalam Menghadapi Kemelut
Hidup pada Novel Pacarku Ibu Kosku Karya Wiwik Karyono (Suatu Tinjauan Psikologis) dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA yang disusun pada tahun 2010 menggunakan pendekatan psikologi sastra dan
menggunakan metode deskriptif . Hasil dari penelitian tersebut adalah analisis
tokoh dan latar yang berkaitan erat dengan konflik batin tokoh Dimas akan rasa
cintanya kepada Mbak Dea. Kenyataan hidup yang selalu bertentangan dengan
prinsip hidup tokoh Dimas telah membawanya pada konflik -konflik batin yang
serius. Keinginan kuat Dimas untuk mempertahankan prinsip hidupnya bukan
tanpa konsekuensi. Dimas harus mengalami akibat -akibatnya yang harus
ditanggungnya. Akibat itu adalah akibat psikis.
Penelitian Linda Wati dalam skripsinya yang berjudul Konflik Batin Tokoh
pendekatan struktural. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif analisis. Unsur tokoh dan latar pada novel karya Pramoedya Ananta
Toer ini dianalisis untuk menggali konflik batin yang dialami oleh tokoh Midah.
Hasil penelitian pada skripsi ini meliputi tokoh dan alur yang
melatarbelakangi kehidupan tokoh utama yang mengalami konflik batin. Teori
Abraham Maslow digunakan dalam penelitian ini sehingga ditemukan tiga
kebutuhan dasar tokoh utama yang tidak terpenuhi, yaitu kebutuhan fisiologis,
rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki -dimiliki, dan kebutuhan akan rasa kasih
sayang. Tokoh Midah mengalami konflik batin namun tidak sampai menderita
penyakit jiwa dan tidak mengalami shizoprenia karena dia mampu melewati
permasalahan yang menyebabkan k onflik batin selama berada di jalanan Jakarta
dengan penuh ketegaran.
Penelitian Fenty Indah Nurhandayani yang berjudul Unsur-unsur Pembentuk Konflik Batin Tokoh Lasi dalam Novel Belantik Karya Ahmad Tohari (Suatu Pendekatan Psikologi Sastra) yang disusun pada tahun 2006 menggunakan pendekatan psikologi sastra. Unsur pembetuk konflik batin yang dianalisis adalah
unsur penokohan dan latar. Teori yang digunakan adalah teori psikologi Abraham
Maslow yang hanya berkaitan langsung dengan konflik batin tokoh utama . Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa tokoh utama pada novel Belantik mengalami
konflik batin karena kebutuhan akan rasa aman, r asa memiliki dan dimiliki serta
kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan a ktualisasi diri
tidak terpenuhi. Konflik batin yang dialaminya tidak sampai menyebabkan ia
Berdasarkan hasil penelitian di atas, penel iti menyimpulkan bahwa
penelitian tentang analisis konflik batin dan implementasinya dalam pembelaj aran
sudah pernah dilakukan. Namun demikian, penelitian mengenai konflik batin
tokoh utama pada novel Lintang karya Nana Rina (ditinjau dari segi psikologis
sastra) dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA mas ih relevan
untuk diteliti. Sebatas pengetahuan penulis, belum ada penelitian novel ini dengan
pendekatan psikologis sastra, oleh karena itu penulis tertarik untuk menelitinya.
B. Kajian Teori
Berikut ini diuraikan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah
dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah (1) pendekatan struktural yang
mencakup alur, tokoh, penokohan, dan latar, (2) teori psikologis sastra, dan (3)
teori psikologis menurut Abraham Maslow mengenai keb utuhan dasar manusia.
1. Pendekatan Struktural
Menurut Nurgiyantoro (1995: 36 -37), pendekatan struktural merupakan
pendekatan kesusatraan yang menakankan pada kajian hubungan antarunsur
pembangun karya sastra yang bersangskutan. Karya sastra merupakan struktur
yang terdiri dari bagian -bagian yang bermakna. Struktur karya sastra menyaran
pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik ) yang bersifat timbal balik, saling
memengaruhi yang secara bersamaan membentuk kesatuan yang utuh.
Dalam pendekatan sastra ada dua segi yang dapat dijadikan wahana untuk
dianalisis, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang
peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa
dan gaya bahasa, dan lain-lain (secara langsung) turut serta membangun cerita.
Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar karya sastra yang secara
tidak langsung memengaruhi bangunan karya sastra. Unsur ekstrinsik ini meliputi
biografi pengarang, psikologi pengarang dan pembaca, maupun penerapan
psikologi dalam karya, pandangan hidup suatu bangsa, dan sebagainya (Wellek &
Warren via Nurgiyantoro, 1995: 23 -24).
Dalam penelitian ini pendekatan struktural digunakan untuk menganalis is
struktur novel Lintang. Alur, tokoh, penokohan, dan latar merupakan struktur
novel yang akan dianalisis dalam penelitian ini . Analisis struktur novel
selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis konflik batin tokoh utama.
Menurut Nurgiyantoro (1995: 37), pemahaman sebuah karya sastra khususnya
novel dapat dilakukan dengan memaparkan struktur novel. Tujuan pemaparan
struktur novel ini adalah untuk mengetahui fungsi dan keterkaitan antar berbagai
unsur karya sastra yang secara bersama menghadirkan keseluruhan.
a. Alur atau Plot
Dalam sebuah cerita, berbagai peristiwa disajikan dengan urutan tertentu.
Peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita yaitu alur
(Sudjiman, 1991: 29). Kaitannya dengan sebuah teks cerita, alur berhubungan
dengan berbagai hal seperti peristiwa, konflik yang terjadi, dan akhirnya mencapai
klimaks, serta bagaimana kisah itu diselesaikan. Alu r berkaitan dengan masalah
sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita yang padu dan menarik. Alur dan tokoh
sangat berkaitan erat, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Alur (plot) menurut Stanton (2007:26) adalah rangkaian peristiwa
-peristiwa dalam sebuah cerita. Plot merupakan cerita yang berisi urutan kejadian,
namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat , peristiwa yang
satu disebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Istilah alur biasanya terbatas pada
peristiwa-peristiwa kausal, yakni peristiwa yang menyebabkan atau menjadi
dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan
berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal -hal
yang fisik saja seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap
karakter, kilasan-kilasan pandanganny, keputusan -keputusannya, dan segala yang
menjadi variabel pengubah dalam dirinya.
Menurut Abrams (via Wahyuningtyas, 2011: 6) , plot merupakan struktur
peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan
penyajian berbagai peristiwa untuk mencapai efek emosional dan efek artistik
tertentu. Sebuah cerita fiksi, alur atau plot mengandung unsur urutan waktu. Oleh
karena itu, dalam sebuah cerita tentu ada awal kejadian, kejadian -kejadian
berikutnya, dan ada pula akhirnya. Dapat dikatakan bahwa alur adalah suatu
urutan cerita atau peristiwa yang tera tur dan padu. Antara peristiwa yang satu
dengan yang lain, antara peristiwa yang diceritakan lebih dahulu dengan yang
kemudian saling berhubungan dan saling terkait. Kaitan antara peristiwa tersebut
142). Sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal, tahap tengah,dan tahap akhir
(Aristoteles via Nurgiyantoro, 1995: 142 -146).
1) Tahap awal
Tahap awal dari sebuah cerita biasanya disebut sebagai perkenalan. Tahap
ini memperkenalkan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita yang muncul. Sedikit
demi sedikit konflik mulai dimunculkan.
2) Tahap tengah
Tahap tengah dapat disebut juga sebagai tahap pertikaian. Tahap ini
menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap
sebelumnya menjadi semakin meningkat dan menegangkan. Konflik yang
dikisahkan dapat berupa konflik internal, yaitu konflik yang terjadi dalam diri
seorang tokoh, ataupun konflik eksternal yang merupakan konflik atau
pertentangan yang terjadi antar tokoh ceri ta. Dalam tahap tengah inilah klimaks
ditampilkan, yaitu ketika konflik telah mencapai titik intensitas tertinggi.
3) Tahap akhir
Tahap akhir sebuah cerita dapat disebut juga sebagai tahap peleraian.
Menurut Tasrif (via Wahyuningtyas, 2011: 6) tahapan pada plot dibedakan
menjadi lima, yaitu:
1) Tahapan situation
Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh cerita.
2) Tahap generating circimtances
Tahap ini berisi masalah -masalah dan peristiwa yang menyulut terjadinya
3) Tahap rising action
Tahap ini berarti konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin
berkembang.
4) Tahap climax
Tahap klimaks merupakan tahap yang berisi pertentangan atau konflik yang
terjadi pada tokoh cerita ketika mencapai titik p uncak.
5) Tahap denouement
Tahap ini berisi penyesuaian dari konflik yang terjadi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh
Aristoteles via Nurgiyantoro, yakni menganalisis alur dengan membedakannya
menjadi tiga tahap, yaitu tah ap awal, tahap tengah, dan tahap akhir.
b. Tokoh
Berdasarkan pandangan Lukens, tokoh cerita dapat dipahami sebagai
kumpulan kualitas mental, emosional, dan sosial yang membedakan seseorang
dengan orang lain (via Nurgiyantoro, 2005: 223). Pengertian tokoh menurut
Nurgiyantoro (2005: 418) adalah subjek yang dikisahkan dalam karya sastra.
Menurut Sudjiman (1991: 16—17), tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh
biasanya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang
diinsankan. Tokoh dalam karya sastra hanya bersifat rekaan. Tokoh tersebut bisa
saja ada kemiripan dengan individu tertentu dalam hidup ini, artinya ia memiliki
Dalam sebuah fiksi, tokoh dibedak an menjadi dua dilihat dari segi fungsi
atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, yaitu tokoh utama (sentral)
dan tokoh tambahan (bawahan) (Wahyuningtyas, 2011: 3). Tokoh utama atau
tokoh sentral adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Tokoh utama
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian. Menurut Nurgiyantoro, tokoh utama adalah tokoh
yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (2002: 176).
Sudjiman menyatakan b ahwa tokoh yang memegang peran pimpinan
disebut tokoh utama. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama
bukanlah frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas
keterlibatan tokoh di dalam peristiwa -peristiwa yang membangun ceri ta (1991:
17—18)
Tokoh tambahan atau tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral
kedudukannya dalam sebuah cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk
mendukung tokoh utama. Tokoh ini kemunculannya dalam sebuah cerita lebih
sedikit dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama.
c. Penokohan
Penganalisaan tokoh tidak dapat lepas dari watak yang dimiliki tokoh.
Penokohan menurut Sudjiman merupakan penyajian watak dan penciptaan tokoh,
baik dari ciri-ciri lahir dan sifat serta sik ap batin (1988: 23). Penokohan adalah
pelukisan gambaran yang jelas tentang yang ditampilkan dalam suatu cerita (Jones
via Nurgiyantoro, 2002: 165). Dalam sebuah cerita, kerjasama antara tokoh yang
Dalam sebuah cerita pelukisan tokoh dilakukan dengan cara deskriptif
langsung (teknik analitis, telling) dan tidak langsung (teknik dramatik, showing)
yang kesemuanya itu mesti lewat kata -kata. Teknik analitis adalah pelukisan
tokoh yang dilakukan dengan memberi deskripsi kedirian tokoh yang berupa sifat,
watak, tingkah laku atau ciri fisiknya secara langsung. Sedangkan teknik dramatik
ditunjukkan dengan kehadiran tokoh melalui aktivitas yang dilakukan tokoh, baik
lewat kata atau tingkah laku dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Penampilan
tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik. Berbagai teknik
yang dimaksud adalah cakapan, tingkah laku, pikiran dan perasaan, arus
kesadaran, reaksi tokoh, dan reaksi toko h lain (Nurgiyantoro, 1955: 194—209). 1) Teknik cakapan berkaitan dengan percakapan yang dilakukan oleh tokoh
cerita, biasanya dimaksudkan untuk menggambarkan sifat -sifat tokoh yang
bersangkutan atau sekaligus mencerminkan kehadiran tokoh pelakunya.
2) Tingkah laku berkaitan dengan apa yang dilakukan dalam wujud tindakan dan
tingkah laku. Tingkah laku itu menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat dan sikap
yang mencerminkan kehadiran tokoh.
3) Pikiran dan perasaan berkaitan dengan keadaan dan jalan pikiran se rta
perasaan, apa yang sedang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa
yang sering dipikirkan dan dirasakan tokoh.
4) Arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap
pandangan dan aliran proses mental, di mana tanggapan inder a bercampur
dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan
5) Reaksi tokoh berkaitan dengan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah,
keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain yang berupa “ran gsang’ dari luar dari tokoh yang bersangkutan. Bagaimana tokoh terhadap hal -hal tersebut
dapat dipandang sebagai suatu bentuk penampilan yang mencerminkan sifat
-sifat kedirian tokoh.
6) Teknik reaksi tokoh lain berkaitan dengan reaksi yang diberikan tokoh lain
terhadap tokoh utama yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar dan
lainlain, atau berkaitan dengan penilaian kehadiran tokoh utama oleh tokoh
-tokoh lain.
Dalam penelitian ini, analisis tokoh dan penokohan digunakan untuk
mengetahui sikap, watak, tingkah laku, atau ciri -ciri fisik tokoh secara langsung.
Analisis tokoh dan penokohan juga digunakan untuk menggambarkan aktivitas
yang dilakukan oleh tokoh, baik lewat kata atau tingkah laku dan melalui
peristiwa yang terjadi.
d. Latar
Menurut Abrams (via Nurgiyantoro, 1998: 216), latar atau setting menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial
tempat terjadinya peristiwa -peristiwa yang diceritakan. Nurgiyantoro (1998:
227—234) menyatakan bahwa latar mencakup tiga unsur, yaitu latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjukkan pada lokasi terjadinya
peristiwa dalam karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan
sosial menunjuk pada hal -hal yang berhubungan dengan perilaku sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan.
2. Psikologi Sastra
Karya sastra merupakan cerminan kehidupan nya ta. Aspek-aspek
kehidupan manusia dijadikan sebagai objek utama psikologi sastra, sebab semata
-mata dalam diri manusia itulah, sebagai tokoh -tokoh kejiwaan dicangkokkan dan
diinvestasikan (Ratna, 2004: 343). Endraswara mengemukakan bahwa psikologi
sastra merupakan sebuah interdisipliner antara psikologi dan sastra (2008: 16).
Mempelajari psikologi sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam.
Aspek dalam yang acap kali bersifat subjektif, yang membuat pemerhati sastra
menganggapnya berat. Psikologi sastra merupakan cabang ilmu sastra yang
mendekati sastra dari sudut pandang psikologi. Perhatiannya diarahkan k epada
pengarang dan pembaca (psi kologi komunikasi sastra) ataupun teks sastra itu
sendiri. Pendekatan psikologi terhadap sebuah teks sastra da pat dilangsungkan
secara deskriptif belaka, namun sering mendekati suatu penafsiran sastra
(Hartoko dan Rahmanto, 1986: 126—127).
Guna menjawab penyebab terjadi nya konflik batin tokoh Lintang , akan
digunakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham M aslow. Teori ini
digunakan sebagai dasar penelitian terhadap novel Lintang.
3. Psikologi Abraham Maslow
Psikologi menurut Maslow (via Walgito, 2010: 91) haruslah manusiawi,
yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah -masalah kemanusiaan.
perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku y ang tidak nampak; mempelajari
ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran. Maslow melandasi teori
kepribadiannya dengan motivasi sebagai penggerak tingkah laku manusia.
Motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam individu sebagai hasil kesatuan
terpadu yang memiliki tujuan atau keinginan tertentu, yaitu mewujudkan
kebutuhan-kebutuhan manusiawi sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
tidak sadar.
Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia memiliki tingkatan,
tingkatan kebutuhan manusia yang dimaksud, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan
rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan harga
diri, dan kebutuhan aktual isasi diri (Naisaban, 2004: 278—279). Kebutuhan dasar dan universal tersebut jika disusun dalam diagram, tampak sebagai berikut.
Kebutuhan yang ada di bawah pemuasnya lebih mendesak daripada
kebutuhan yang ada di atasnya. Maslow menambahkan bahwa individu tidak akan 1. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki
4. Kebutuhan akan penghargaan
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
berusaha meloncat ke pemuasan kebutuhan yang ada ke tingkat atas, sebelum
kebutuhan yang ada di bawah terpuaskan. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini,
kelima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow akan diuraikan karena
berkaitan dengan konflik batin tokoh utama . Kelima kebutuhan ini berkaitan erat
dalam membentuk konflik batin tokoh utama.
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan -kebutuhan yang paling
dasar, kuat dan jelas terhadap makanan, minuman, seks, tidur, dan oksigen,
merupakan sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya
karena berkaitan langsung dengan pemeliha raan biologis dan kelangsungan hidup
(Maslow via Goble, 1987 : 71). Kebutuhan ini paling primer, karena telah ada dan
terasa sejak manusia dilahirkan ke bumi ini. Kebutuhan fisiologis merupakan
kebutuhan yang paling dasar, paling kuat dan jelas di antara s ekian banyak
kebutuhan yang harus dipenuhi.
b. Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang mendorong
individu untuk memperoleh ketenteraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan
lingkungannya. Menurut Maslow (via Goble 1987: 73) kebutuhan ini terpuaskan
pada orang-orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara terbaik untuk
memahaminya ialah dengan mengamati anak -anak atau orang dewasa yang
mengalami gangguan neurotik. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan
menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkannya. Terpenuhinya
kebutuhan akan rasa aman, orang akan berkembang dan jauh dari rasa tertekan.
c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki
Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang
mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional
dengan individu lain baik dengann sesama jenis maupun lawan jenis, dalam
lingkungan keluarga atau l ingkungan sekelompok dalam masyarakat. Kebutuhan
ini muncul dalam bentuk merasa diterima dalam keanggotaan kelompok,
mengalami rasa kekeluargaan, persahabatan antardua orang, kekaguman, dan
kepercayaan (Naisaban, 2004: 279).
d. Kebutuhan akan penghargaan
Setelah kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki telah terpenuhi, maka
mulai terbentuklah dorongan untuk kebutuhan akan penghargaan. Menurut
Maslow, setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yaitu
harga diri dan penghargaan dari orang la in. Harga diri meliputi kebutuhan akan
kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain sangat berarti
dalam kehidupan manusia, dengan penghargaan itu manusia merasa berarti dan
diakui keberadaannya serta kemampuannya. Adanya penghargaan, membuat
manusia lebih percaya diri menghadapi hidup (Globe, 1987: 77) .
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang muncul setelah semua
dikemukakan oleh Maslow, yaitu sebagai perkembangan yang paling tinggi dan
penggunaan semua bakat individu, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas
individu. Maslow berpendapat (via Goble, 1987: 77) bahwa manusia perlu
mengembangkan potensi dalam dirinya. Pemaparan tentang kebutuhan psikologis
untuk menumbuhkan, mengembangkan , dan menggunakan kemampuannya
disebut aktualisasi diri. Manusia berhak menjadi apa sa ja sesuai dengan
kemampuannya. Kepercayaan diri akan muncul apabila setiap rintangan dapat
dihadapi dengan sukses. Sukses akan membawa kegembiraan, dan kegembiraan
akan menumbuhkan kepercayaan pada diri. Dengan kepercayaan diri dan hati
yang tenang, persoalan akan dapat mudah terselesaikan.
4. Konflik
Konflik merupakan pertentangan antara dorongan -dorongan yang
berlawanan, tetapi ada sekaligus ada bersama -sama pada diri seseorang.
Pertentangan atau konflik batin menur ut Deradjat (1985: 26—27) adalah terdapatnya dua dorongan atau lebih, yang berlawanan atau bertentangan satu
sama lain, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama. Kecemasan
merupakan manifestasi dari pertentangan atau konflik batin ini.
Menurut Nurgiyantoro (1995 : 124), konflik terbagi menjadi dua, yaitu
konflik fisik (internal conflict) dan konflik sosial (external conflict). Konflik fisik
adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita atau konflik
yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Misalnya saja hal itu terjadi akibat
adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda,
Konflik sosial merupakan konflik yang disebabkan adan ya kontak sosial
antar manusia. Pada sebuah novel, konflik so sial terjadi antara seorang tokoh
dengan sesuatu yang di luar dirinya, baik dengan lingkungan alam maupun
dengan tokoh yang lain. Kedua macam konflik ini saling berkaitan dan saling
menyebabkan terjadinya satu dengan ya ng lain dan dapat juga terjadi secara
bersamaan. Dalam sebuah cerita, konflik dan klimaks dalam alur dilihat
berdasarkan subtansi peristiwa -peristiwa yang dikisahkan. Konflik menentukan
sebuah cerita akan terasa monoton atau mencekam penuh dengan ketegangan.
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenal
tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajara n adalah kurikulum untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (BNSP, 2006: 5). S edangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5). Di dalam
mendiknas (2006: 5), Kurikulum Tingkat Sa tuan Pendidikan (KTSP) jenjang
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah
berpedoman pada Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) serta
panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP. Pelaksanaan kurikulu m
didasarkan pada potensi perkembangan dan kondidi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran sastra
membaca, memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan. Untuk
kompetensi dasarnya adalah menganalisis unsur -unsur intrinsik dan ekstrinsik
novel Indonesia/ terjemahan. Pada kelas XII semester 1, dengan s tandar
kompetensi mendengarkan, yaitu menanggapi pembacaan penggalan novel dari
segi vokal, intonasi, dan penghayatan serta menjelaskan unsur -unsur intrinsik dari
pembacaan penggalan novel.
Penelitian ini memilih kurikulum kelas XI semester 1, yaitu memah ami
berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan. Pada standar kompetensi
tersebut, pembelajaran novel dapat diimplementasikan dan siswa dapat
mempelajari serta memahami unsur intrinsik novel sehingga siswa dapat
menganalisis unsur intrinsik dan dap at mengaitkan dengan kehidupan sehari -hari.
6. Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dasar dan kompetensi
dasar ke dalam materi pembelajaran/bahan kajian , kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Depdik nas, 2006: 7). Pada
KTSP 2006, prinsip pengembangan silabus meliputi : secara ilmiah, relevan,
sistematis, konsisiten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, serta
menyeluruh. Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara
mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah,
kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada Pusat Kegiatan Guru,
a. Prinsip ilmiah, yaitu keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi
muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan
secara keilmuan.
b. Maksud dari prinsip relevan, yaitu cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran
dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta
didik.
c. Sistematis, maksudnya bahwa kompone n-komponen silabus saling
berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Prinsip konsisten, berkaitan dengan adanya hubungan yang konsisten
(ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
e. Memadai yang dimaksud di sini adalah cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk
menunjang pencapaian kompetensi dasar.
f. Aktual dan kontekstual berkaitan dengan cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian harus
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel merupakan keseluruhan komponen silabus harus dapat
mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik , serta dinamika
h. Menyeluruh merupakan prinsip yang terkahir, yaitu komponen silabus
mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan
psikomotorik).
Sebuah silabus memiliki komponen -komponen yang sangat penting,
diantaranya identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,
pengalaman belajar, indikator, penilaian, aloka si waktu, dan sumber bahan/alat .
Berdasarkan hal tersebut, berikut ini akan uraikan langkah -langkah dalam
mengembangkan silabus pembelajaran.
a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Dalam mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu atau tingkat kesulitan
materi.
2) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam suatu
mata pelajaran.
3) Keterkaitan standar kompetensi dan komperensi dasar antar mata pelajaran.
b. Mnegidentifikasi Materi Pokok
Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan hal sebag ai berikut.
1) Potensi peserta didik
2) Relevansi dengan karakteristik daerah
3) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
4) Alokasi waktu
c. Mengembangkan Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar merupakan kegia tan mental dan fisik yang dilakukan
peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Rumusan pengalaman
belajar mencerminkan pengelolaan pe ngalaman belajar peserta didik.
d. Merumuskan Indikator Keberhasilan Belajar
Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan
tanda-tanda, perbuatan atau respon yang ditampilkan oleh peserta didik. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan
peserta didik, dan dirumu skan dalam kata kerja operasional yang terukur atau
dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
penilaian.
e. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan da ta tentang proses dan hasil belajar peserta didik
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan
berdasarkan indikator yang telah dirumuskan. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kegiatan siswa, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Hal -hal yang perlu diperhatikan dalam
1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi
2) Penilaian menggunakan acuan kriteria
3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan
4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut
5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran.
f. Menentukan Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian,
maksudnya perkiraan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik
untuk mempelajari suatu materi pembelajaran. Dalam menentukan alokasi waktu,
perlu memperhatikan minggu efektif per semester, alokasi waktu per mata
pelajaran, dan juga jumlah kompetensi per s emester.
g. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik,
narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentua n sumber
belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi
pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembel ajaran (RPP) merupakan panduan langkah
-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. RPP
disusun untuk setiap pertemuan. Komponen -komponen yang penting dalam
belajar, indikator pencapaian hasil belajar, strategi pembelajaran, sumber
pembelajaran, alat dan bahan, langkah -langkah kegiatan pembelajaran, dan
evaluasi.
Menurut Muslich (2007: 53), langkah-langkah menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, yaitu:
a. Ambil satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan
dalamm pembelajaran.
b. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit
tersebut.
c. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi tersebut.
d. Tentukan alokasi waktu yan g diperlukan untuk mencapai indikator
tersebut.
e. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran
tersebut.
f. Tentukan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yantelah dirumuskan.
g. Pilih metode pembelajaran yang dapat mendukung materi dan tujuan
pembelajaran.
h. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan
rumusan tujuan pembelajaran yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan
awal, inti, dan penutup.
i. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari satu
dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan
pada satuan tujuan pembelajaran atau jenis pembelajaran.
j. Sebutkan sumber atau media belajar yang akan digunakan dalam
pembelajaran secara konkret untuk setipa pertemuan.
k. Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang
akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar satu
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
8. Pembelajaran Sastra di SMA
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik berkomunikasi bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesastraan manusia Indonesia (Depdiknas, 2006: 231). Sast ra diciptakan
tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga memberikan sumbangan bagi pendidikan
khususnya pembelajaran sastra di SMA. Pembelajaran sastra dapat memberikan
sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Pengajaran sastra dapat
membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat,
yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,
mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Moody via
Rahmanto, 1988: 16).
Mengacu pada tujuan umum pembelajaran sastra tersebut maka pengajaran
sastra diharapkan dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan
secara utuh. Hal ini didukung pula adanya kelonggaran untuk memilih bahan
dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sehingga perlu diseleksi yang
memiliki nilai positif bagi siswa.
Pemilihan bahan pengajaran sastra harus memperhatikan tiga aspek.
Pertama bahasa, bahasa yang digunakan dalam novel harus ada pada t araf
kemampuan bahasa siswa. Novel yang bahasanya sulit dimengerti maupun
bahasanya terlalu mudah dimengerti tidak akan menarik siswa. Bahan pengajaran
yang dipilih hendaknya tidak hanya memperhitungkan kosa kata dan tata bahasa,
tetapi harus mempertimban gkan situasi dan pengertian wacana termasuk
ungkapan dan referensi yang ada.
Kedua psikologi, dalam memilih bahan pengajaran sastra harus
memperhatikan tahap-tahap perkembangan psikologi karena tahap -tahap ini
berpengaruh terhadap minat dan keengganan ana k didik dalam banyak hal. Tahap
perkembangan psikologis yang dimaksud sebagai berikut: tahap pengkhayal (8
sampai 9 tahun), imajinasi anak belum banyak diisi ha -hal yang nyata tetapi masih
penuh dengan berbagai macam fantasi; tahap romantik (10 sampai 12 tahun), anak
mulai meninggalkan fantasi dan mengarah ke realitas; tahap realistik (13 sampai
16 tahun), anak sudah benar -benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat
pada realitas. Mereka terus berusaha meneliti fakta -fakta untuk memahami
masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Tahap terakhir adalah tahap generalisasi
(16 tahun dan selanjutnya). Pada tahap ini anak sudah tidak berminat lagi pada
hal-hal praktis saja tetapi berminat untuk menemukan konsep -konsep abstrak
pemikiran filsafati untuk menentukan keputusan -keputusan moral (Moody via
Rahmanto, 1988: 31).
Ketiga adalah latar belakang budaya. Biasanya siswa akan mudah tertarik
pada karya-karya dengan latar belakang kehidupan mere ka. Guru hendaknya
memahami apa yang diminati oleh siswa, sehingga dapat menyajikan suatu karya
sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan
pembayangan yang dimiliki oleh para siswa.
Menjadikan novel sebagai salah satu bahan pem belajaran khususunya
novel Lintang, dapat melatih keteram pilan berbahasa siswa. Siswa dapat berlatih
memahami karya sastra dengan membaca dalam hati secara intensif, belajar
menyimak isi novel ketika siswa lain membacakannya. Siswa juga dapat berlatih
berbicara dengan menceritakan kembali ataupun memberikan tanggapan
mengenai isi novel baik yang telah dibacanya sendiri atau yang telah diceritakan
oleh siswa lain. Dengan membuat sinopsis novel, siswa dapat melatih
33 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
struktural dan psikologis sastra. Pendekatan struktural digunakan untuk
menganalisis unsur alur, tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Lintang karya
Nana Rina. Kutha Ratna (2004: 61), menge mukakan mengemukakan bahwa
pendekatan psikologis sastra pada dasarnya berhubungan de ngan tiga gejala
utama, yaitu: pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan pertimbangan bahwa
pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya
sastra. Dengan kedua pendekatan tersebut akan diungkapkan struktur novel dan
konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina.
B. Metode
Metode memiliki pengertian cara -cara, strategi untuk memahami realitas,
langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat (Kutha
Ratna, 2004: 34). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara
mendeskripsikan fakta -fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Berdasarkan
metode tersebut, peneliti akan menggali konflik batin yang dialami oleh Lintang
C. Teknik Pengumpulan Data
Sudaryanto (1993: 26) mengemukakan bahwa teknik merupakan
penjabaran dari metode dalam sebuah penelitian, yang disesuaikan dengan alat
dan sifat. Pengumpulan data pada penelitian ini diawali peneliti membaca novel
Lintang secara teliti kemudian mencatat hal-hal yang berkaitan dengan struk tur novel, yaitu alur, tokoh, penokohan, dan latar. Data-data yang merupakan bagian
dari keseluruhan novel Lintang yang berkaitan dengan masalah dan telah dicatat
kemudian diidentifikasi berdasarkan kesamaan masalah yang akan dikupas, yaitu
konflik batin tokoh utama.
D. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen (via Moleong, 2006: 248) analisis data
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja de ngan data,
mengorganisasikan data, memilah -milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan . Peneliti
menganalisis data dengan jalan bekerja dengan data itu sendiri. Data yang
diperoleh diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut.
1. Membaca novel Lintang karya Nana Rina.
2. Menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan tokoh, penokohan, dan
alur yang terdapat pada novel Lintang.
4. Mengidentifikasi data yang diperoleh sesuai dengan objek yang diteliti, dalam
hal ini konflik batin yang dialami oleh tokoh utama yaitu Lintang dalam novel
Lintang karya Nana Rina.
5. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan, agar data lebih jelas.
E. Sumber Data
Suharsimi Arikunto (1989: 102) menyatakan bahwa sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian
ini, yaitu:
Judul Buku : Lintang
Pengarang : Nana Rina
Penerbit : Mara Pustaka
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 274
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yang dikaitkan dengan
penelitian pembelajaran siswa adalah novel Lintang. Data penelitian ini ialah hasil
36 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ANALISIS KONFLIK BATIN
TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG
Bab empat ini mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan secara keseluruhan. Analisis permasalahan akan difokuskan dari dua sudut, yaitu sudut sastra dan sudut psikologi. Dari sudut sastra, analisis akan difokuskan pada analisis struktur novel, yaitu alur, tokoh, penokohan, dan latar . Analisis psikologi novel Lintang akan didasarkan pada teori Abraham Maslow terhadap konflik batin tokoh utama. Dalam pembahasan ini kedua pendekatan tersebut akan saling melengkapi.
A. Analisis Struktural
Sebelum meneliti novel Lintang secara psikologis, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis akan meneliti novel tersebut secara struktural terlebih dahulu. Struktur karya sastra yang akan diteliti, yaitu alur , tokoh, penokohan, dan latar yang berkaitan dengan konflik batin yang dialami tokoh utama.
1. Alur
merupakan salah satu unsur terpenting dalam membentuk karya sastra. Menurut Aris Toteles alur terbagi menjadi tiga, yaitu tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. a. Tahap awal
Tahap awal sebuah cerita juga disebut sebagai perkenalan. Tahap ini memperkenalkan situasi latar dan tokoh -tokoh cerita yang muncul. Sedikit demi sedikit konflik mulai dimunculkan . Tahap perkanalan pada novel ini dimulai dari perkenalan nama tokoh yang terdapat dalam novel. Awal cerita pada novel ini di mulai dari tokoh utama masih kecil. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
(1) Lintang namaku. Aku tak tahu, mengapa orang tuaku memberi nama itu. Ane