• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen pemeliharaan sapi potong di CV. Argo Liman Desa Mlokomanis Kulon, Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen pemeliharaan sapi potong di CV. Argo Liman Desa Mlokomanis Kulon, Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri TUGAS AKHIR"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah peternakan sapi potong di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging. Hal ini terkait dengan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan gizi yang berkualitas. Kecenderungan perubahan pola hidup masyarakat yang memerlukan protein hewani berupa daging, telur, dan susu menjadi faktor penyebab kurang mampunya peternak sapi potong memenuhi permintaan dari konsumen yang semakin hari semakin meningkat. Banyak didirikan perusahaan-perusahaan penggemukan ( feed lot) dengan harapan dapat meningkatkan produksi sapi potong sehingga kebutuhan pasar akan daging akan terpenuhi dan diharapkan harga daging tidak terlalu tinggi dan dapat dijangkau oleh masyarakat.

Usaha penggemukan sapi potong pada prinsipnya adalah pemeliharaan sapi bakalan dalam suatu kandang yang disediakan peternak supaya terlindungi dari gangguan luar yang merugikan dengan pemberian pakan sesuai kebutuhan dan tentunya harus berkualitas, berupa hijauan dan konsentrat. Menurut Darmono, (1993) dalam pemeliharaan sapi potong ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksinya, antara lain jenis, bangsa, umur, penyediaan pakan baik hijauan dan konsentrat serta kesehatan ternak itu sendiri. Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling mendukung dalam usaha penggemukan (feed lot) sapi potong.

(2)

B. Tujuan Magang 1. Tujuan Umum

Tujuan Magang ini dilaksanakan oleh mahasiswa di CV. Argo Liman adalah sebagai berikut :

a. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman dalam mengelola bidang peternakan secara umum dan khususnya pada usaha penggemukan ( feed lot).

b. Agar mahasiswa dapat menerapkan teori yang telah dipelajari dengan keadaan dilapangan. sehingga diharapkan dapat merupakan bekal bagi mahasiswa dalam terjun ke masyarakat.

c. Memperoleh ketrampilan kerja dan pengalaman kerja yang praktis yakni secara langsung dapat menjumpai, merumuskan serta memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan di bidang peternakan.

d. Agar tercipta hubungan yang baik antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi terkait dan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan sumber daya manusia yang benar-benar bermutu tinggi.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus diadakannya Magang antara lain :

a. Agar mahasiswa mengetahui secara langsung semua kegiatan dan ikut terjun bekerja dalam semua kegiatan yang di perusahaan peternakan sapi potong CV. Argo Liman, Ngadirojo, Wonogiri.

b. Agar mahasiswa dapat mengetahui metode pemeliharaan sapi potong di CV. Argo Liman, Ngadirojo, Wonogiri.

(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengadaan Sapi Bakalan

Sapi potong yang berkembang di Indonesia, merupakan bangsa sapi tropis dan sub tropis, terdiri dari sapi lokal dan sapi impor (Sarwono dan Arianto, 2002). Menurut Sugeng (2000), ciri-ciri bangsa sapi tropis yaitu memiliki gelambir, kepala panjang, dahi sempit, ujung telinga runcing, bahu pendek, garis punggung berbentuk cekung, kaki panjang, tubuh relatif kecil, dengan bobot badan 250-650 kg, tahan terhadap suhu tinggi dan gigitan caplak. Sedangkan bangsa sapi sub tropis tidak memiliki kelaza kepala pendek, ujung telinga tumpul, garis punggung lurus, kaki pendek, bulu panjang dan kasar, tidak tahan terhadap suhu tinggi, banyak minum dan kotorannya basah, cepat dewasa kelamin, bentuk tubuh besar. Jenis sapi yang banyak dipelihara oleh peternak di Indonesia adalah sapi Ongole, sapi Bali, sapi Madura, sapi Aberdeen Angus, sapi Brahman, sapi Brangus (Brahman dan Aberdeen Angus), sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi Simmental (Djarijah, 1996).

Pemilihan bangsa sapi yang akan dipelihara perlu diperhatikan dengan mempertimbangkan lokasi, tujuan peternakan, serta sifat- sifat setiap bangsa sapi dan harus mempertimbangkan harga serta performan dari bakalan tersebut (Santoso, 2005). Peternak lebih memilih sapi Simmental dan peranakan Charolise untuk digemukkan dibanding PO karena pertambahan bobot badan, tingkat konversi pakan, dan presentase karkas lebih tinggi, walaupun harganya relatif mahal (Hadi dan Ilham, 2000).

Menurut Murtidjo (1990) penilaian terhadap keadaan individual sapi potong pada prinsipnya didasarkan pada umur, bentuk tubuh, luas tubuh, daya pertumbuhan dan temperamen. Dianjurkan pula mengetahui sejarah yang berkaitan dengan penyakit. Namun secara praktis pada umumnya penilaian individual dilakukan dengan mengamati bentuk luar sepeti bentuk tubuh umum, ukuran vital dari bagian-bagian tubuh, normal tidaknya pertumbuhan, dan organ kelamin. Prioritas utama untuk memilih sapi bakalan adalah

(4)

bertubuh kurus, berusia remaja (sapi dara) dan sepasang giginya telah tanggal (Sarwono dan Arianto, 2002). Menurut Santoso (2002) sapi yang paling baik untuk digemukkan adalah sapi jantan, karena mempunyai bobot lahir dan pertambahan bobot badan harian yang tinggi.

Bakalan yang akan digemukkan dapat berasal dari sapi lokal atau sapi impor yang belum maksimal pertumbuhannya (Sarwono dan Arianto, 2002). Dapat juga bersumber dari berbagai jenis sapi yang telah ada di Indonesia termasuk sapi perah jantan (Siregar, 2003). Sapi yang sudah lama terdapat di Indonesia dan telah berkembang secara turun temurun dikenal dengan sebutan sapi lokal. Sapi lokal ini tersebar hampir di seluruh daerah Indonesia, tetapi ada pula yang hanya terdapat di daerah tertentu saja (Siregar, 2003).

B. Manajemen Pemberian Pakan

Berdasarkan bahan pakannya, sapi termasuk hewan herbivora, yaitu pemakan tumbuhan. Hampir seluruh pakannya berasal dari tumbuh-tumbuhan. Berdasarkan kondisi fisiologis dan sistem pencernaan pakannya, sapi digolongkan sebagai ruminansia karena pencernaan pakannya di dalam rumen. Pencernaan pada ruminansia bersifat khas, karena terjadi pencernaan secara mekanis di dalam mulut dengan bantuan saliva, pencernaan fermentatif di dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan pencernaan enzimatis pasca rumen (Abidin, 2002).

(5)

Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah atau disuguhkan yang dikenal dengan istilah kereman, pakannya diperoleh dari ladang, sawah serta tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan sebanyak 10 % dari berat badannya. Pakan tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu dan sebagainya (Djarijah, 1996). Menurut Abidin (2002) bahwa salah satu cara untuk mempercepat proses penggemukkan memerlukan kombinasi pakan yang baik antara hijauan dan konsentrat. Perbandingan hijauan dan konsentrat tergantung dari ketersediaan hijauan di lokasi penggemukan. Jika hijauan yang tersedia di lokasi berkualitas rendah, seperti pucuk tebu, perbandingan hijauan dan konsentrat adalah 60 : 40. Jika hijauan berkualitas cukup baik, misalnya rumput gajah, setaria, lamtoro, gamal dan kaliandra perbandingan hijauan dan konsentrat cukup 80 : 20 atau 70 : 30.

Pemberian hijauan dilakukan sekitar 2 jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari. Frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi untuk mengkonsumsi pakan juga meningkatkan kecernaan bahan kering hijauan. Sebaiknya dihindari pemberian hijauan yang sekaligus dan dalam jumlah yang banyak. (Abidin, 2002).

Pemberian air minum merupakan salah satu bagian dari tatalaksana pemeliharaan sapi. Sebagian peternak sering menganggap bahwa kebutuhan air minum sapi telah tercukupi oleh air yang ada di dalam rumput, daun ataupun hijauan lainnya.Anggapan ini tidak benar, sebaiknya air minum untuk sapi harus disediakan ad libitum (tak terbatas) terutama didaerah-daerah kering (Huitema, 1986).

C. Manajemen Perkandangan

(6)

menunjang peternak, baik dalam segi ekonomis maupun segi kemudahan dalam pelayanan. Sehingga diharapkan dengan adanya bangunan kandang ini sapi tidak berkeliaran disembarang tempat dan kotorannyapun dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin (Sugeng, 2003).

Kandang harus dibuat dengan memperhatikan beberapa syarat teknis antara lain :

1. Dibuat dari bahan-bahan berkualitas dan mudah didapatkan.

2. Luas kandang harus dibuat sesuai dengan jumlah sapi agar sapi tidak bedesak-desakan yang memungkinkan timbul perkelahian.

3. Lantai kandang dibuat dengan kemiringan 5-100 mengarah ke saluran air yang langsung dialirkan kesaluran penampungan.

4. Sinar matahari, terutama pagi hari harus dapat masuk kedalam kandang selain dibutuhkan oleh sapi juga membunuh bakteri dan kuman penyebab penyakit.

5. Ventilasi udara harus lancar dan di tempat yang tidak terlalu banyak terpaan angin.

6. Arah angin tidak berlawanan dengan arah muka sapi

7. Atap kandang dibuat dari bahan-bahan yang tidak terlalu panas dan mudah ditemui dan tahan lama dan mampu menjaga kehangatan di dalam kandang agar sapi terasa nyaman dikandang

(Djarijah, 1996).

Kandang secara umum memiliki dua tipe yaitu kandang individu dan kandang koloni (Abidin, 2002). Menurut Sarwono dan Arianto (2002) kandang individu adalah kandang yang terdiri dari satu ruangan atau bangunan dan hanya digunakan untuk memelihara satu ekor ternak. Kandang koloni adalah kandang yang terdiri dari satu ruangan atau bangunan tetapi digunakan untuk ternak dalam jumlah banyak.

(7)

kayu dan tempat minum menggunakan ember (Siregar, 2003). Menurut Sugeng (2003) kandang harus dilengkapi dengan peralatan kebersihan seperti sekop, sapu lidi, sikat, selang air, ember, dan kereta dorong.

D. Pengendalian Penyakit

Penyakit merupakan ancaman yang harus diwaspadai peternak, walaupun serangan penyakit tidak langsung mematikan ternak, tetapi dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berkepanjangan, menghambat pertumbuhan, dan mengurangi pendapatan (Sarwono dan Arianto, 2002). Menurut Sugeng (2003) berbagai jenis penyakit sapi sering terjangkit di Indonesia, baik yang menular ataupun tidak menular. Penyakit menular yang berjangkit pada umumnya menimbulkan kerugian besar bagi peternak. Walaupun penyakit menular tidak langsung mematikan, akan tetapi dapat merusak kesehatan ternak sapi secara berkepanjangan, mengurangi pertumbuhan dan bahkan menghentikan pertumbuhan sama sekali.

Menurut Siregar (2003) setelah 2-3 hari sapi yang telah masuk kedalam kandang penggemukan harus diberi obat cacing. Cacing merupakan salah satu parasit di dalam tubuh sapi yang sangat merugikan. Oleh karena itu sapi-sapi yang akan digemukkan harus terbebas dari cacing yang bersarang di hati maupun yang terdapat di dalam usus.

Pemberian kekebalan tubuh dengan vaksin adalah bentuk perlindungan yang sebaik-baiknya bagi ternak. Munculnya gejala penyakit hendaknya segera dilaporkan pada petugas dinas peternakan untuk mengetahui penyakitnya, bersifat menular atau tidak. Tindakan yang cepat sangat penting artinya dapat segera membasmi suatu penyakit menular (Tatal, 1981).

E. Penanganan Limbah

(8)

menyengat, sehingga perlu penanganan khusus agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan (Sarwono dan Arianto, 2002).

(9)

III. METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Magang

Kegiatan Magang ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2006 di CV. Argo Liman yang beralamat di Desa Mlokomanis Kulon, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

B. Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data yang digunakan dalam Magang di CV. Argo Liman adalah :

1. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan operasional perusahaan yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan magang guna memperoleh informasi dan pengalaman langsung.

2. Metode Wawancara

Dalam memperoleh data mengenai sejarah berdiri CV. Argo Liman dilakukan dengan metode wawancara yaitu dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden. Responden yang dimaksud dalam kegiatan magang ini adalah manager farm, supervisor produksi, staf perusahaan dan karyawan kandang.

3. Kegiatan Magang

Kegiatan magang ini merupakan keikut sertaan mahasiswa dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan sehingga mahasiswa memperoleh pengalaman kerja secara langsung dari kegiatan tersebut.

4. Studi pustaka

Studi pustaka merupakan data yang berhubungan dengan penyusunan laporan dilakukan dengan cara mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan (CV.Argo Liman) data pustaka yang tersedia misalnya buku, jurnal dan majalah ilmiah.

(10)

C. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan ada dua jenis data yaitu :

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Dalam pelaksanaan kegiatan magang ini data primer didapat dari manager farm, staf perusahaan, supervisor produksi dan karyawan kandang.

(11)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum

Lokasi

1. Sejarah Perusahaan

CV. Argo Liman didirikan pada tanggal 12 Maret 2001 di Desa Mlokomanis Kulon, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Peternakan tersebut milik Bapak Ir. H.J. Sudanasto, Dipl. HE. Modal awal peternakan tersebut adalah 50 ekor ternak sapi yang didatangkan dari Australia. Jumlah sapi yang dipelihara saat ini sebanyak 100 ekor.

Hal yang melatarbelakangi berdirinya CV. Argo Liman antara lain, bahwa Kabupaten Dati II Wonogiri mempunyai topografi dan klimatologi yang sesuai untuk pengembangan usaha ternak, seperti penggemukan ternak sapi potong, disamping itu sumber bahan pakan alami tersedia cukup banyak. Ketersediaan bahan pakan alami cukup potensial terutama dari sisa pengolahan hasil pertanian seperti ketela pohon merupakan produk pertanian di Kabupaten Wonogiri yang sangat mendukung perkembangan peternakan sapi potong.

Faktor lain yang mendorong berdirinya CV. Argo Liman adalah tersedianya tenaga kerja lokal yang cukup banyak, sehingga dengan diberikannya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan cara pemeliharaan ternak sapi dapat menyerap tenaga kerja lokal sebagai tenaga keja lapangan.

Tujuan didirikannya perusahaan penggemukan sapi potong di CV. Argo Liman adalah untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat terutama didaerah Wonogiri dan daerah lain di sekitarnya serta mengurangi ketergantungan pasokan daging dari luar daerah.

Rencana perkembangan CV. Argo Liman ke depan adalah harus menjadi motor penggerak peternakan di daerah sekitar Wonogiri, CV. Argo Liman harus jadi barisan terdepan dalam usaha peternakan

(12)

penggemukan sapi potong dan dengan didirikannya CV. Argo Liman diharapkan akan mendapatkan keuntungan yang maksimal.

2. Kondisi Umum Perusahaan

a. Lokasi Peternakan

CV. Argo Liman melakukan kegiatan usaha yang bergerak di bidang penggemukan sapi potong. CV. Argo Liman berlokasi di Desa Mlokomanis Kulon, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Daerah ini terletak pada dataran tinggi dengan kemiringan kurang dari 3% dan ketinggian 456,47 m diatas permukaan air laut.

Kisaran suhu rata-rata harian adalah antara 26,2 0C sampai dengan 26,4 oC dengan kelembaban antara 64 - 65%. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2002), yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi antara lain faktor temperatur lingkungan dengan kisaran suhu antara 10 – 27 0C serta kelembaban ideal bagi sapi potong adalah 60 – 80 %. Daerah ini memiliki iklim tropis dengan curah hujan 1350 - 1332 mm3/th. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2002), bahwa lokasi ideal untuk penggemukan sapi potong adalah lokasi yang memiliki curah hujan 800 – 1500 mm3/th.

Lokasi usaha jauh dari pemukiman penduduk serta dekat dengan sarana transportasi. Batas wilayah dari CV. Argo Liman ini adalah: Batas wilayah utara : Kelurahan Kasihan

Batas wilayah selatan : Ngadirojo Lor Batas wilayah barat : Ngadirojo Lor

Batas wilayah timur : Mlokomanis Wetan dan Jatimarto

b. Luas Areal Peternakan

(13)

Tabel 1. Bangunan-Bangunan di CV. Argo Liman

Jenis Bangunan Luas Areal Keterangan

m2 %

1. Bangunan Penunjang a. Bangunan Kantor b. Gudang Pakan c. Gudang Permentasi d. Tempat jemuran e. Gudang Besar f. Bangunan Pengendapan g. Bangunan Proses Pupuk h. Saluran Air Kotor i. Saluran Air Hujan j. Menara Air k. Mess

l. KM &

WC 2.

Bangunan Kandang Ternak

a. Ukuran

7,0 x 7,0 m

b. Ukuran

7,0 x 9,0 m

c. Ukuran

9,0 x 18,0 m

d. Ukuran18,

0 x 18,0 m

100 1720 400 1000 1720 840 290 120 102 15 70 5 98 126 1638 324 1,2 20 4,7 11,7 20 9,8 3,4 1,4 1,2 0,2 0,8 0,1 1,1 1,5 19 3,8

Untuk kegiatan administrasi Untuk menyimpan bahan pakan jadi

Diperuntukkan proses

permentasi jerami

Untuk penjemuran jerami dan bahan baku

Untuk penyimpanan bahan baku utama pakan dan tempat proses pembuatan suplemen pakan ternak (konsentrat)

Untuk proses pentirisan limbah kotoran

untuk proses lanjut limbah kotoran untuk dijadikan pupuk organik

Saluran pembawa limbah

kotoran ke bangunan

pengendapan limbah

Penampungan air hujan Penampungan cadangan air Tempat karyawan

Luas lahan total yang

dimiliki 8568 100

(14)

3. Struktur Organisasi

Pimpinan tertinggi di CV. Argo Liman dipegang oleh 2 orang komisaris yaitu Ny. A. Darmityastuti dan Ny. Rini Bambang D. Komisaris membawahi seorang Direktur yang dipegang oleh Daniel Aryodewobroto. Direktur dalam menjalankan tugas, membawahi :

a. Bagian Keuangan, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab : 1. Mencatat jumlah uang yang masuk dan keluar. 2. Membuat jurnal pembukuan keuangan.

b. Bagian Agronomi, membawahi bagian pemeliharaan dan persemaian mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : 1. Mengawasi dan melakukan pencatatan terhadap bibit jati yang

masuk maupun yang keluar.

2. Melakukan transaksi dengan pembeli.

c. Bagian Peternakan, membawahi bagian kandang dan pakan mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

1. Mengawasi dan mengontrol segala aktivitas yang ada di peternakan.

2. Mencatat dan mengontrol jumlah stok bahan baku pakan konsentrat.

(15)

d. Bagian Administrasi, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

1. Mengawasi dan mengontrol semua yang berhubungan dengan administrasi.

2. Mengontrol laporan keuangan setiap bulan.

e. Bagian Pemasaran, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

1. Mengawasi dan melakukan pencacatan terhadap sapi yang masuk maupun yang keluar peternakan.

2. Melakukan transaksi dengan pembeli.

Direktur Daniel Aryodewobroto

Komisaris Ny. A. Darmityastuti Ny. Rini Bambang . D.

Bag. Keuangan Tyas. P., SIP

Bag. Agronomi Ir. Suranto

Ir. Kus Murtantiono

Bag. Administrasi Widayadi,AMk

Bag. Peternakan Ir. Sudanasto,Dipl,HE

Bag. Pemasaran Hary Nugroho

Pemeliharaan Harso Abidin Atmo

Persemaian, dll

Ir. Suranro Kandang TernakSukatno

Tunggal Raharjo

(16)

Gambar 1. Struktur Organisasi Perusahaan

B. Uraian Kegiatan Magang

Kegiatan pemeliharaan sapi potong di CV. Argo Liman dikelompokkan menjadi dua yaitu kegiatan rutin dan kegiatan penunjang. Kegiatan rutin yang dilakukan adalah pemeliharaan, pemberian pakan, penanganan kesehatan, pembersihan tempat pakan dan minum serta pembersihan kandang. Kegiatan penunjangnya adalah penyediaan bahan pakan, pengadaan sapi bakalan serta penanganan limbah.

Peternakan CV. Argo Liman ini ikut serta dalam usaha pemberdayaan masyarakat sekitarnya yaitu dengan perekrutan masyarakat sekitar sebagai pekerja kandang atau karyawan. Pada periode sebelumnya, pekerja kandang yang bertugas mencapai puluhan orang, tapi ketika pelaksanaan praktik lapangan pekerja kandang yang bertugas hanya 3 orang untuk setiap harinya. Hal ini dikarenakan populasi ternak yang semakin berkurang sehingga sistem kerja yang dilakukan menggunakan sistem bergilir. Pekerjaan di CV. Argo Liman tidak menjadi pekerjaan utama tetapi menjadi pekerjaan sampingan, karena setiap pekerja kandang hanya bertugas 1 kali dalam jangka waktu 10 hari. Jika ada pekerja kandang yang tidak masuk dapat digantikan oleh pekerja lain dengan sepengetahuan mandor kandang. Dengan sistem kerja seperti ini maka CV. Argo Liman menerapkan sistem upah harian yang diberikan setelah pekerjaan yang dilakukan selesai. Jam kerja yang diterapkan di peternakan ini antara pukul 07.30 – 11.00 WIB dan jam 13.30 – 16.00 WIB, antara pukul 11.00 – 13.30 WIB digunakan untuk istirahat siang.

1. Pengadaan Sapi Bakalan

(17)

diadakan. Jenis ternak yang dipelihara oleh CV. Argo Liman antara lain bangsa sapi PO, Santa cross, Brangus, Simmental. Jumlah sapi yang ada di peternakan tidak menentu karena perputaran pasar yang menuntut sapi yang siap potong akan segera dijual agar tidak menambah biaya perawatan yang menimbulkan kerugian, sebab selalu ada pembeli yang datang ke peternakan CV. Argo Liman.

Ternak sapi yang ada di perusahaan tersebut berumur rata-rata 1,5 – 2 tahun dengan bobot badan rata-rata 200 - 300 kg yang merupakan sapi bakalan, tetapi ada juga sapi dewasa yang berumur lebih dari 2 tahun dengan bobot badannya mencapai 500 Kg. Lama penggemukan sapi 3-4 bulan bahkan ada yang lebih, tetapi bila ada pembeli yang akan membeli dan cukup memberikan keuntungan, maka peternakan ini akan menjualnya meski pemeliharaannya kurang dari 3 bulan. Jumlah ternak yang ada pada saat dilakukan kegiatan magang adalah 100 ekor dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah ternak yang Dipelihara di CV. Argo Liman

No Jenis sapi Jumlah

1 2 3 4

Simmental Brangus

PO Santa Cross

50 30 18 2

Total 100

Sumber : Data Sekunder CV. Argo Liman 2002

Rata-rata pertambahan bobot badan harian yang dapat dicapai bangsa sapi Brangus, Simmental adalah 0,8-1,0 Kg/hari sedangkan untuk sapi PO sebesar  0,5 Kg/hari. Sapi yang ada di CV. Argo Liman penempatannya dicampur antara yang besar dan kecil dengan alasan efisiensi tempat dan waktu serta mudah dalam pendistribusian pakannya. Penimbangan sapi dilakukan 2 kali yaitu pada saat sapi datang dan pada saat sapi keluar atau dijual.

2. Manajemen Pemberian Pakan

(18)

Peternakan CV. Argo Liman melaksanakan pemberian pakan berupa pakan kasar dan pakan penguat.Pakan kasar adalah pakan yang kadar nutrisinya rendah, yakni kandungan nutrisinya tidak sebanding dengan jumlah fisik volume pakan tersebut. Pakan kasar yang digunakan di peternakan ini adalah jerami kering yang mempunyai kandungan serat kasar tinggi. Pakan penguat yang berupa konsentrat adalah pakan yang mengandung nutrisi tinggi dengan kandungan serat kasar yang rendah. Dalam usaha penggemukan sapi potong sangat diperlukan pemberian pakan penguat atau konsentrat agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi, sehingga tercapai bobot badan yang optimal.

Pemberian konsentrat pada ternak sebanyak 2,5% dari bobot badan, dengan perbandingan hijauan dan konsentrat adalah 30 : 70. Pemberian konsentrat dilakukan 2 jam sebelum pemberian hijauan, yaitu pukul 08.00 WIB sedangkan pemberian hijauan pada pukul 10.00 WIB. Jumlah pemberian konsentrat sesuai jatah untuk tiap harinya, dengan rata-rata pemberian konsentrat per hari 9 – 10 kg per ekor untuk sapi yang besar dan 5 – 6 kg untuk sapi yang kecil.

Pakan konsentrat yang digunakan di peternakan ini adalah pakan buatan sendiri atau mencampur secara manual dengan bahan penyusunnya terdiri dari bekatul, ampas bir, kulit kopi, tepung ikan, biofad dan CaCo3. Pada periode sebelumnya pembuatan konsentrat dilakukan dengan bantuan mixer, sehingga campuran yang diperoleh benar-benar homogen. Tetapi pencampuran konsentrat pada saat praktik lapangan dilakukan secara manual, dengan alasan menghemat biaya produksi, karena harga bahan bakar mesin meningkat. Komposisi bahan penyusun ransum dengan rincian seperti pada tabel 3.

Tabel 3. Bahan-bahan penyusun pakan di CV. Argo Liman

(19)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Bekatul Ampas bir Kulit kopi Tepung ikan Biofad CaCo3

48 – 49 41 – 42 5,5 – 6 1,5 – 2 1 – 2 0,5 - 1 Sumber : Data sekunder CV. Argo Liman, 2002

Bekatul adalah sisa penggilingan padi yang berupa kulit bagian dalam padi, bahan ini diperoleh dari tempat penggilingan padi yang ada di Wonogiri. Ampas bir merupakan hasil samping dari pabrik bir yang lebih disukai ternak dalam bentuk basah sehingga di peternakan ini menyediakan untuk jangka waktu 5 hari, bahan ini diperoleh dari Mojokerto dan Tangerang. Kulit kopi merupakan bagian buah kopi yang tidak diolah dan sudah merupakan limbah, bahan ini diperoleh dari Boyolali dan Ambarawa. Tepung ikan memiliki aroma yang tidak enak sehingga penggunaan tepung ikan hanya dalam jumlah sedikit, bahan ini diperoleh dari Rembang dalam bentuk kepala ikan yang kemudian diproses sendiri menjadi tepung ikan. Biofad (Biological Feed Aditif) adalah bahan pakan tambahan, berfungsi meningkatkan daya cerna pakan, terdiri dari koloni mikroba yang berasal dari lambung ternak ruminansia dan dikemas dalam campuran tanah, akar rumput serta daun-daun yang telah membusuk, bahan ini diperoleh dari Purwodadi. Tepung kapur CaCo3 sebagai bahan pakan sumber mineral diperoleh dari Praci.

(20)

dan pemberian konsentrat hanya dengan cara penarikan karung konsentrat kemudian meratakannya. Tempat pakan tersebut terbuat dari beton yang halus, ukurannya sesuai panjang kandang lebar 100 cm dan dalamnya 35 cm.

b. Jerami

Jerami yang digunakan di peternakan CV. Argo Liman adalah jerami kering. Pemberian jerami kering untuk tiap ekor adalah 4-5 kg per hari. Jerami diberikan dua kali sehari yaitu pagi pada pukul 10.00 WIB dan sore hari pada pukul 15.30 WIB. Sebelum jerami kering diberikan tempat jerami sudah bersih, pembersihannya dilakukan setelah selesai pemberian konsentrat. Pembersihan tempat jerami dilakukan dengan cara membuang sisa jerami keluar kandang kemudian dikumpulkan dengan gerobak. Pendistribusian jerami ke masing-masing tempat jerami menggunakan gerobak seperti halnya pada konsentrat. Lamanya pendistribusian jerami tergantung jarak kandang ke tempat penyimpanan jerami dan banyaknya jerami yang diambil.

c. Pemberian Air Minum

Pemberian air minum untuk sapi yang dipelihara di peternakan CV. Argo Liman disediakan secara ad libitum. Pada pagi hari setelah pemberian konsentrat bak air minum diisi dengan penuh. Kebutuhan air minum untuk ternak di CV. Argo Liman dipenuhi dari air sumur dengan kedalaman kurang lebih 22 meter yang ditampung pada bak penampung air yang dinaikkan dengan tenaga Water Jet Pump berjumlah dua buah

3. Manajemen Perkandangan

(21)

kandang jepit, timbangan ternak serta tempat untuk menaikkan dan menurunkan ternak.

a. Kandang

Peternakan CV. Argo Liman mempunyai 31 kandang yang dibagi menjadi 3 blok yaitu blok 1, 2 dan 3. Tipe kandang yang ada di peternakan ini sebagian besar merupakan tipe koloni, yaitu kandang nomor 1 – 6 dan kandang nomor 12 – 31, sedangkan kandang nomor 7–11 merupakan kandang individu. Penempatan sapi pada kandang koloni dicampur antara yang besar dan yang kecil dengan alasan efisiensi tempat, tenaga kerja, serta mudah pendistribusian konsentrat dan jerami. Sedangkan ternak yang ditempatkan di kandang individu adalah sapi jantan dewasa, sapi yang akan digemukan serta sapi liar yang susah dijinakkan.

b. Konstruksi kandang

Kontruksi kandang pada peternakan CV. Argo Liman terbuat dari beton dan ada sebagian yang terbuat dari bambu serta besi. Atap kandang terbuat dari asbes dengan sudut kemiringan 20o. Tinggi kandang di peternakan ini mempunyai ukuran yang berbeda – beda pada tiap bloknya, untuk blok 1 tingginya 4 m, blok 2 tingginya 3 m, dan untuk blok 3 tingginya 3,5 m. Dinding kandang ini mempunyai tinggi 180 cm, yang dibangun mengelilingi kandang sebagai pembatas bagian tepi. Kandang dibuat setengah terbuka sehingga ventilasi kandang baik dan pergantian udara dalam kandang tidak terhambat. c. Lantai kandang

Lantai kandang terbuat dari semen dengan kemiringan rata–rata 3,5o. Tekstur permukaannya dibuat kasar agar tidak licin, kemiringan lantai tersebut menuju ke selokan sehingga dalam pembersihan kotoran ternak mudah. Selokan tersebut dibagun dibagian samping kandang. Masing–masing selokan tersebut diarahkan ke saluran utama yang menuju ke tempat penampungan kotoran.

(22)

Peralatan yang ada di kandang terdiri dari sekop, ember, selang air, kereta dorong, ganco dan gerobag. Peralatan tersebut digunakan untuk mempermudah dalam tata laksana pemeliharaan seperti pembersihan lantai kandang, pembersihan tempat pakan dan minum, serta pengangkutan pakan ke kandang. Sedangkan perlengkapannya antara lain adalah tempat bongkar muat sapi, timbangan sapi, tempat pakan, tempat minum dan bak penampung air

.

e. Gudang pakan

Gudang pakan yang ada terdiri dari 2 gudang besar, yaitu gudang pakan dan gudang jerami. Gudang pakan berfungsi untuk menyimpan bahan pakan dan tempat pembuatan konsentrat, mempunyai ukuran panjang 70 m, lebar 24 m, dan tingginya 4 m. Dinding gudang terbuat dari semen dengan tinggi 3 m, sedangkan dinding bagian atas terbuat dari bambu yang dianyam. Atap gudang menggunakan asbes yang bergelombang. Lantainya terbuat dari semen cor. Gudang ini mempunyai kapasitas 1.000 ton pakan.

4. Sanitasi Kandang

(23)

Sanitasi lingkungan dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan sekitar kandang, antara lain jalan, tempat penampungan air, saluran air hujan dan halaman dari sisa pakan yang berserakan dan rumput yang tumbuh liar disekitar kandang. Kegiatan sanitasi lingkungan ini dilakukan secara insidental yaitu apabila lingkungan dirasa sudah kotor.

Pembersihan tempat pakan dilakukan sebelum dilaksanakan pemberian konsentrat. Sedangkan pembersihan tempat minum dilakukan setelah pemberian konsentrat selesai, yang dilakukan jika tempat minum sudah terlihat sangat kotor dan berwarna hijau tua. Pembersihan tempat minum sebatas menguras dan membuang air yang kotor. Pembersihan lorong kandang Gang way dibersihkan setiap hari, dilakukan dengan cara mendorong sisa–sisa pakan yang tercecer dilantai hingga terkumpul menjadi satu kemudian diangkut dengan gerobak.

5. Penanganan Kesehatan

Penanganan kesehatan yang dilakukan seperti vaksinasi pada sapi yang sehat dan pengobatan secara intensif pada ternak pun sangat terbatas hanya dilakukan saat sapi terserang suatu penyakit saja. Perlakuan terhadap ternak pada saat sakit yaitu dipindahkan ke kandang karantina agar mudah pengawasannya. Penanganan pada sapi sakit yang sudah parah dilakukan oleh dokter hewan.

Adapun jenis penyakit yang sangat kerap menyerang sapi adalah kembung dan salah satu penyakit yang menjadi faktor kematian tertinggi.karena tanda-tandanya sulit teridentifikasi dan jarang diketahui oleh banyak peternak dan untuk penanganan dengan memanggil dokter hewan yang telah dipercaya perusahaan peternakan.

(24)

pencegahan penyakit adalah dengan pemberian vitamin. Penanganan ternak saat terluka karena benturan dilakukan langsung oleh pekerja kandang dengan cara pemberian obat yaitu:

1. Penisilin oil dengan cara pemberian melalui injeksi intramuskuler. 2. Gusanex merupakan obat luar dengan penyemprotan langsung

terhadap ternak yang terluka.

Pemberian obat cacing pada peternakan ini diberikan pada sapi bakalan pada saat sapi tiba di peternakan.

6. Pengolahan Limbah

Limbah dari sisa-sisa kotoran dan pakan yang ada dipeternakan CV. Argo Liman ini merupakan campuran antara limbah yang baru dengan limbah periode sebelumnya. Banyaknya feses yang dihasilkan tidak terdapat data yang valit karena feses tersebut dialirkan dari kandang langsung ke tempat penampungan. Limbah ini diproses menjadi pupuk kompos. Pembuatan pupuk kompos dilakukan setahun sekali atau jika ada pesanan dari pihak–pihak tertentu. Produksi pupuk kompos yang dilakukan setahun sekali dimaksudkan untuk efisiensi biaya produksi sehingga produksi kompos yang dihasilkan dapat diserap pasar dalam jumlah yang besar.

Produk kompos yang dibuat dipeternakan CV. Argo Liman memiliki komposisi bahan–bahan tertentu. Bahan utamanya menggunakan limbah feses ternak yang sudah bercampur dengan air kencing serta limbah sisa pakan, sedangkan untuk bahan tambahannya menggunakan serbuk gergaji kayu, abu sekam atau abu jerami, stardec dan kalsit. Proses pengolahan pupuk kompos adalah sebagai berikut :

1. Kotoran diangkat dari

penampungan limbah ke areal pengomposan. 2. Limbah kotoran ditebar 3,0 x 3,0 x 0,25 m

3. Diatasnya ditaburi dengan bahan tambahan berupa serbuk gergaji, abu sekam atau jerami, stardec, dan kalsit.

(25)

5. Pembalikan dilakukan setiap 3 hari sekali. 6. Hari ke 30 sudah menjadi pupuk kompos. 7. Penyaringan pupuk kompos.

8. Pengemasan.

Hasil dari pengolahan kompos adalah pupuk yang berbentuk halus, berwarna hitam dan tidak berbau. Selain dijual untuk konsumen produk kompos ini juga digunakan untuk pembenihan atau penyemaian bibit jati super dan sengon.

C. Evaluasi Kegiatan Magang

Kegiatan pemeliharaan dipeternakan CV. Argo Liman ini sepenuhnya dilakukan oleh 10 anak kandang, dengan sistem bergilir setiap 10 hari masuk sekali dan 2 orang yang setaip 3 hari masuk, 3 hari libur. Jumlah kandang yang ada dipeternakan ini sebanyak 31 dan dikelompokkan menjadi 3 blok.

1. Pengadaan Sapi Bakalan

Pemilihan bakalan yang baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha penggemukan sapi potong (Abidin, 2002). Bakalan yang memiliki penampilan produksi baik akan menghasilkan produk yang maksimal dengan pengelolaan yang optimal. Sapi bakalan yang ada di CV. Argo Liman diperoleh dari impor juga pasar-pasar lokal di daerah sekitar Wonogiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono dan Arianto (2002) bahwa sapi bakalan yang akan digemukkan dapat berasal dari pasar hewan lokal.

(26)

digemukkan adalah sapi-sapi yang berumur 2-2,5 tahun, karena selain pertumbuhan ternak mencapai tingkat optimum, efisiensi penggunaan pakannya pun cukup tinggi.

2. Manajemen Pemberian Pakan

Untuk sapi yang sehat pada umumnya memerlukan jumlah pakan yang cukup dan berkualitas, baik dari segi kondisi pakan maupun nutrisi yang dikandungnya. Nutrisi di dalam pakan ternak merupakan unsur penting unuk menjamin kesehatan sapi, pertumbuhan badan yang optimal, dan kesuburan dalam reproduksi (Akoso, 1996).

a. Konsentrat

(27)

Konsentrat yang digunakan adalah buatan sendiri dengan mencampur secara manual. Menurut Siregar (2003), pencampuran konsentrat dapat dilakukan dengan tenaga mekanis atau mixer dan secara manual, tetapi pencampuran bahan pakan secara manual memerlukan teknik tertentu agar dapat diperoleh campuran yang homogen. Pemilihan bahan untuk konsentrat harus memperhatikan segi kualitas dan kuantitasnya seperti yang dijelaskan oleh Siregar (2003), bahwa hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan komponen konsentrat yaitu bahannya tersedia sepanjang tahun, bernilai gizi tinggi, harganya relatif murah, dan terbatas atau hanya sedikit mengandung zat anti nutrisi.

Sapi yang digemukkan memerlukan banyak energi untuk pembentukan daging, sehingga komposisi ransum harian harus berimbang agar diperoleh manfaat gizi secara optimal yaitu dengan takaran yang tepat untuk setiap komponen nutrisi seperti protein, TDN, vitamin dan mineral yang disesuaikan dengan jenis hewan, umur, dan sasaran atau tujuan pemeliharaan. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi sapi potong dapat dilihat dalam tabel 4.

Tabel 4. Kebutuhaan Nutrisi Sapi Potong BB (Kg) PBBH (Kg/ekor /hari) Minimal konsumsi BK (Kg/ekor/hari) Kosentra t (% dlm ransum) Total PK (%) Total TDN (%) Total Ca (%) Total P (%) 300 400 450 500 0,9 1,0 1,0 0,9 8,0 9,4 10,3 10,5 45-55 45-53 45-55 45-55 10,0 9,4 9,3 9,1 72 72 72 72 0,25 0,22 0,19 0,18 0,22 0,21 0,19 0,18 Sumber: Data Sekunder CV. Agro Liman 2002

b. Jerami

(28)

dan ternak ruminan lainnya sangat membutuhkan serat kasar, sebab bila kebutuhan serat kasar ini tidak terpenuhi akan menimbulkan gangguan pencernaan. Serat kasar dapat membantu pencernaan untuk bekerja dengan baik, membuat rasa kenyang dan mendorong kelancaran getah kelenjar pencernaan keluar.

c. Pemberian air minum

Air mutlak diperlukan dalam usaha penggemukan sapi potong, karena berpengaruh langsung pada kehidupan ternak. Menurut Akoso (1996), bahwa air merupakan kebutuhan mutlak bagi sapi, terutama pada masa pertumbuhan, masa laktasi dan pada saat suhu udara panas. Air yang ada dalam tubuh sapi berfungsi untuk mengatur suhu badan, membantu proses pencernaan, mengangkut sari makanan keseluruh bagian tubuh dan mengeluarkan sisa makanan.

Pemberian air minum untuk ternak sapi harus jernih, bersih, sehat dan dalam keadaan yang cukup atau berlebih. Pemberian air minum untuk sapi tidak terbatas. Menurut Akoso (1996) air minum sebaiknya disediakan sesaat sebelum makan untuk menghindari terjadinya kembung perut. Apabila didalam pakan konsentrat ditambahkan garam, untuk menjaga konsumsi protein, maka kebutuhan air akan lebih banyak lagi, karena akan dipakai untuk mengeluarkan garam tersebut.

3. Manajemen Perkandangan

a. Kandang

(29)

koloni, dengan penempatan sapi pada kandang ini dicampur antara yang besar dan yang kecil. Hal ini akan menyebabkan terjadi kompetisi dalam merebutkan pakan yang selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhannya yaitu sapi yang kuat akan pesat pertumbuhannya sedangkan sapi yang lemah akan lambat pertumbuhannya.

Lokasi peternakan yang cukup dekat dengan jalan raya akan memperlancar transportasi sehingga menghemat biaya produksi. Lokasi kandang membujur dari barat ke timur tidak menjadi masalah, karena bentuk atap kandang yang semi terbuka maka sinar matahari tetap dapat masuk ke kandang dan ventilasi udara tidak terhambat. Abidin (2002), menyatakan bahwa sinar matahari, terutama pada pagi hari, harus dapat masuk secara langsung ke dalam kandang. Sinar matahari yang mengandung vitamin D sangat baik untuk pertumbuhan badan sapi potong. Disamping itu, bisa membunuh kuman – kuman penyakit yang hidup di dalam kandang.

b. Konstruksi kandang

Kontruksi kandang di CV. Argo Liman terbuat dari bahan yang berbeda–beda, diantaranya adalah beton, bambu, dan besi. Pembuatan dari bahan yang berbeda–beda tersebut dengan alasan untuk efisiensi biaya kandang, karena dalam pembuatan kandang tidak sekaligus jadi semua tetapi secara bertahap. Atap kandang berasal dari bahan asbes dengan kemiringan 200, bahan dari asbes ini cukup baik untuk atap karena tahan lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugeng (1999), bahwa genting dan asbes cukup baik untuk atap sebab tahan lama, udara luar bisa masuk kandang melalui celah-celahnya, dan tidak begitu menyerap panas, namun harga asbes cukup mahal.

c. Lantai kandang

(30)

tidak mudah jatuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugeng (2003) bahwa lantai kandang tidak boleh licin, jika terlalu licin bisa menyebabkan ternak mudah tergelincir atau jatuh sehingga mengakibatkan patah tulang.

d. Peralatan dan perlengkapan kandang

Peralatan yang ada dipeternakan ini cukup lengkap dan sudah memenuhi persyaratan karena sudah terdapat alat pencampur pakan, pemecah bahan dan penghalus bahan, hal ini sudah sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne (1993), bahwa gudang pakan sebaiknya dilengkapi dengan alat pencampur bahan pakan (mixer), alat penggiling (feed mill) dan alat pemotong atau pencacah rumput (chopper). Tetapi dalam pelaksanaanya peralatan yang ada di dalam gudang pakan jarang digunakan dengan alasan menghemat biaya produksi karena harga bahan bakar mesin semakin meningkat.

e. Gudang pakan

Gudang pakan di peternakan CV. Argo liman ini berukuran panjang 70 m, lebar 24 m dengan tinggi atap 4 m yang berfungsi sebagai gudang bahan pakan dan tempat proses pencampuran bahan pakan. Williamson dan Payne (1993), menyatakan bahwa besarnya gudang pakan tergantung pada besarnya peternakan, jenis makanan yang disimpan dan jenis alat yang digunakan, dibuat sedemikian rupa sehingga tikus atau binatang pengerat lainnya tidak dapat masuk.

4. Sanitasi Kandang

Sanitasi merupakan usaha untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan serta mencegah penyakit. Selanjutnya dinyatakan bahwa kebanyakan ternak tidak tahan jika ditempatkan dalam kandang yang basah dan kotor maka harus selalu dicegah jangan ada genangan– genangan air di dalam kandang.

(31)

bibit penyakit. Seperti yang dikemukakan oleh Abidin (2002), bahwa untuk mencegah berkembangnya bibit penyakit, memelihara kesehatan perlu diperhatikan secara rutin. Sarwono dan Arianto (2002) juga berpendapat bahwa untuk menjaga kesehatan sapi, kandang harus dibersihkan. Di peternakan ini tidak dilakukan pemandian sapi, sapi–sapi yang ada kelihatan kotor sehingga dapat menimbulkan penyakit pada ternak. Menurut Sugeng (2000), bahwa sapi yang kulitnya bersih menyebabkan air keringatnya akan keluar dengan lancar, pengaturan panas didalam tubuh menjadi lebih sempurna, dan parasit kulit atau gatal – gatal tidak mudah menghinggapinya.

Untuk tindakan preventif perlu dilakukan pengobatan dengan obat cacing, pemberian vaksinasi dan antibiotika sesuai kasus yang terjadi, dan aktif menjaga kebersihan lingkungan.

5. Penanganan Kesehatan

Kesehatan pada ternak merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemeliharaan ternak sapi potong. Sapi yang sakit tidak mampu memberikan produksi yang maksimal dan sapi yang terjangkit penyakit menular produksi dagingnya tidak dapat dipasarkan karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Hal tersebut tentu saja sangat perlu diperhatikan dalam penggemukan sapi potong.

Vaksinasi perlu dilakukan guna tercipta kekebalan tubuh dan ada tindakan pengobatan atau tindakan pengeluaran cacing dengan obat – obatan kimia atau bahan lain yang dilakukan tiap 4 bulan sekali dengan dosis yang sesuai Sugeng (2000). Di peternakan ini pelaksanaan vaksinasi, pemberian obat cacing dan vitamin hanya dilakukan pada saat sapi bakalan tiba di peternakan. Hal ini dapat dibenarkan oleh Abidin (2002), bahwa pembarian vaksinasi cukup dilakukan satu kali untuk setiap bakalan karena sapi – sapi tersebut hanya dipelihara dalam kurun waktu relatif singkat, yaitu sekitar 3 – 4 bulan.

(32)

Seperti yang apa yang telah dikatakan oleh Abidin (2002), bahwa penanganan limbah perlu direncanakan dengan sebaik – baiknya, bahkan bisa diupayakan untuk memperoleh pengahasilan tambahan seperti mengolah kotoran sapi menjadi kompos yang nilai kegunaannya lebih tinggi. Limbah yang ada di peternakan ini dibuat menjadi pupuk kompos dengan proses yang cukup panjang tetapi tidak rumit. Limbah sapi yang merupakan hasil samping dari usaha peternakan merupakan tambang emas yang sering disebut dengan istilah (Emas Hitam) apabila dimanfaatkan dengan baik dan benar. Dipeternakan CV. Argo Liman ini dilakukan proses pembuatan pupuk kompos dari pemanfaatan kotoran sapi. Untuk membuat pupuk kompos menggunakan bahan sebagai berikut:

Bahan utama : limbah kotoran ternak : 822,5 kg/ton Bahan tambahan : serbuk geraji kayu : 50 kg/ton abu sekam/jerami : 100 kg/ton

biofat / stardec : 2,5 kg/ton

kalsit : 25 kg/ton

Limbah yang ada di tiap kandang dikumpulkan dalam bak penampungan kotoran sehingga kotoran yang baru dengan kotoran periode sebelumnya bercampur menjadi satu.

(33)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil Magang di peternakan sapi potong CV. Argo Liman dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kegiatan pemeliharaan di peternakan CV. Argo Liman dibedakan menjadi kegiatan rutin dan kegiatan penunjang.

2. Pemberian pakan sapi potong di CV. Argo Liman meliputi 70% konsentrat dan 30 % jerami kering ( hijauan ).

3. Pengadaan sapi bakalan diperoleh dari pasar-pasar lokal di daerah sekitar Wonogiri yang tidak rutin dilakukan, jika dirasa perlu penambahan ternak baru dilakukan pembelian sapi bakalan.

4. Pemberian vaksinasi, obat cacing dan vitamin hanya dilakukan sekali pada saat sapi tiba di peternakan.

5. Tipe kandang di CV. Argo Liman menggunakan tipe kandang koloni semi terbuka dan ada sebagian kandang individu.

6. Pembersihan kandang di peternakan CV. Argo Liman dilakukan secara bergilir satu hari hanya satu kandang yang dibersihkan.

7. Penanganan limbah di CV. Argo Liman di tampung dalam bak penampungan dan dibuat pupuk kompos, pembuatannya setahun sekali dan jika ada pesanan dari pihak-pihak tertentu.

(34)

B. Saran

1. Pembuatan ransum lebih diperhatikan dari segi komposisi bahan-bahan yang digunakan dan pada sistem pemberiannya.

2. Kebersihan kandang harus mendapat perhatian yang lebih agar kesehatan ternak dapat terjamin sehingga pertumbuhan ternak tersebut dapat maksimal.

3. Tenaga kerja sebaiknya diperhatikan kesejahteraannya.

4. Penanganan pada sapi yang sakit perlu diperhatikan agar resiko kematian tidak terlalu besar.

5. Tidak membeli bibit yang terlalu muda karena pertumbuhannya tidak maksimal yang menimbulkan kerugian

6. Adapun yang lain dengan tidak falitnya pencampuran pakan hanya dengan perkiraan.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z.,2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Yogyakarta. Akoso, B.T., 1996. Kesehatan Sapi. Kanius. Yogyakarta.

Blakely, J. dan D. H. Bade, 1992. Ilmu Peternakan Edisi ke 4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta Djarijah, A.S,1996.Usaha Ternak Sapi.Kanisius.Yogyakarta

Hadi, P. U., dan N. Ilham, 2000. Peluang Pengembangan Usaha Pembibitan Ternak Sapi Potong di Indonesia dalam Rangka Swasembada Daging,2005. Direktorat Pembibitan, Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan. Jakarta.

Huitema, H., 1986. Peternakan di Daerah Tropis Arti Ekonomi dan Kemampuannya. Gramedia. Jakarta.

Murtidjo, B. A., 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta. ____________ , 1993. Memelihara Domba. Kanisius. Yogyakarta.

Santosa, U. 2002. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya. Jakarta.

_________. 2005. Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sarwono, B. dan Arianto H. B., 2003. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar. 2003. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta

Srigandono, B,. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sugeng, Y. B., 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Tatal, Z. B., 1981. Ranci Sapi. Bhrata Karya Aksara, Jakarta.

(36)
(37)

Gambar 1. Pemberian Konsentrat

(38)

Gambar 4. Pembersihan Kandang

(39)

Gambar 6. Gudang Pakan

(40)

PEN JEM UR AN KM. KARYAWAN GU DA NG PE NY IM PA NA N D AN PE MB UA TA N BA HA N B AK U P AK AN TE RN AK KARAN TINA 01 KD-12 KD-13 KD-14 KD-15 KD-16 KD-17 TE MP AT PR OS ES LIM BA H K OT OR AN PR OS ES TA MP UN G LIM BA H K OT OR AN

PROSES NETRALISASI AIR LIMBAH KD-11 GU DA NG KO NS EN TR AT GU DA NG JER AM I.F ER KD-04 KD-02 KD-06 KD-03 KD-01 KD-05 KD-09

KD-10 KD-08 KD-07

[image:40.595.114.347.482.728.2]

AMPALAN KARAN TINA 02 KD-30 KD-28 KD-24 KD-26 PROSES TAMPUNG LIMBAH KOTORAN DAN NETRALISASI AIR LIMBAH TEMPAT PROSES LIMBAH KOTORAN KD-22 KOLAM IKAN KD-20 KD-21 KD-19 KD-23 KD-25 KD-18 KD-31 KD-29 KD-27 PR OS ES PE RM EN TA SI JER AM I BA HA N B AK U KANTOR PIN TU

Gambar 8. Gudang Jerami

(41)

BONAGUNG

DESA NGADIROJO LOR

DES A N GAD IRO JO L OR GEDUNG SEKOLAHAN BATAS DESA JAM JEMBATAN LAPANGAN GEDUNG TK KELURAHAN

MASJID SUNGAI DAM KEPIL

POCONG KETERANGAN : JATEN RT 02 DES A M ANJ UNG U TEMPURAN

JL. JATIP URO BULU REJO SOKO KIDUL PENCIL DAM KEPIL PONDOK JATEN RT I SOKO LOR MLOKOMANIS NGASINAN KELURAHAN KASIHAN DE SA M LO KO MA NI S W ET AN

(42)

Kerjo Lor

Gemawang Kerjo Kidul

Kec. nguntoronadi

Gedong Pondok

Mlokomanis Wetan Kel. Mlokomanis Kulon

Ngadirojo Kidul Ngadirojo Lor

Kel. Kasihan

Kec. Sidoharjo

Jatimanto

KAB KARANGANYAR

(43)

SILOHARJ O JATI PURNO

KAB. PACITAN

LAUT INDONESIA DI . YOGYAKARTA

ANTORO WURYANTORO

ESOMOKO BATUWARNO

GIRITONT RO ARJ WOYO BATURATNO NGUNTOROHADI

TISTOMOYO J ATI ROT O

LAPANGAN MASJ ID KANTOR LURAH

KETERANGAN : KAB. PONOROGO

PURWANTORO

KISMANTORO JAT IPURNO WONOGIRI MANYARAN

SELOGIRI

SOLO KAB. KARANGANYAR

NGADI ROJ O GI RIMARTO

KAB. MAGETAN

BULUKERTO

SLOGOHIMO

(44)
(45)
(46)

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI POTONG DI CV. ARGO LIMAN

DESA MLOKOMANIS KULON, KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

TUGAS AKHIR

Oleh :

FENDRA WIBOWO H 340 3016

PROGRAM D III FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(47)
[image:47.595.115.517.156.713.2]

Lampiran 7. Ukuran Tiap Kandang Tabel 5. Ukuran Tiap Kandang.

No. Kandang Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m) Luas

(m2) Keterangan

(48)

Gambar

Tabel 1. Bangunan-Bangunan di CV. Argo Liman
Tabel 2. Jumlah ternak yang Dipelihara di CV. Argo Liman
Tabel 4.  Kebutuhaan Nutrisi Sapi Potong
Gambar 8. Gudang Jerami
+2

Referensi

Dokumen terkait

Faktor risiko yang terkait dengan asfiksia bayi baru lahir adalah cairan ketuban bermekonium sedang, presentasi sungsang, berat lahir <2.500 g, sedasi intrapartum dengan morfin

Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu simulasi dari Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu simulasi dari beberapa

Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia: Telaah Kritis Terhadap Konsepsi Al- Qur‟an, (Cet.. Merujuk pada hakekat khalifah dan konsep amanah yang dibebankan kepada

Berdasarkan hasil sidik ragam, perlakuan waktu pemberian bokashi (B) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 hari, umur 30 hari, umur 45 hari,

Dikatakan emboli paru masif jika trombus menyumbat lebih dari 50% vaskularisasi daerah pulmo atau jika terdapat dua atau lebih lobar vessel yang tersumbat oleh trombus

kasus-kasus tanah, masalah hukum di kalangan masyarakat. Adanya peningkatan usaha-usaha penggalangan massa oleh kekuatan sosial politik.. 2) Dari informasi yang diperoleh

VII, Nomor 35, 15 Nubuwwah 1392 HS/November 2013 10 ini, dan semua yang terjadi ini telah diberitahukan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as dan beliau tampilkan di hadapan kita dan untuk

Informasi keuangan di atas disusun untuk memenuhi Peraturan OJK No.48/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017 tentang Transparansi Kondisi Keuangan BPR, Surat Edaran OJK No.39