DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan oleh : Ni Ajeng Purbo Retno
0413010016/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN“
JAWA TIMUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh : Ni Ajeng Purbo Retno
0413010016/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN“
JAWA TIMUR
Dengan nama Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Segala puji bagi Tuhan. Rahmat dan Salam untuk Nabi Muhammad SAW, beserta
seluruh keluarganya dan para sahabatnya.
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat-Nya, karena hanya
dengan rahmat dah hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH KARAKTERISTIK
PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA“. Dalam rangka melengkapi
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan skripsi ini
masih banyak kekurangannya, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang ada pada penulis, walaupun demikian dengan
adanya bimbingan serta petunjuk yang diterima dari berbagai pihak maka skripsi
ini dapat terselesaikan.
Atas terwujudnya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran“ Jawa Timur.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSI, selaku Wakil Dekan I Universitas
Pembangunan Nasioanl “Veteran“ Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.
5. Bapak Prof. Dr. H. Soeparlan Pranoto, SE, MM.Ak selaku Dosen Pembimbing
Utama yang telah banyak meluangkan waktu dengan sabar memberi pengarahan
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Ec. Dwi Suhartini, Maks, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
telah banyak meluangkan waktu dengan sabar memberi pengarahan dan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Ec. R. Syarief Hidajat, Msi, selaku Dosen Wali yang memberikan
petunjuk dan waktu luang beliau selama penulis berada di bangku perkuliahan.
8. Seluruh Dosen yang telah memberi banyak bekal ilmu pengetahuan dan suri
tauladan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di UPN “Veteran” Jawa
Timur.
9. Seluruh Asisten Dosen yang telah membimbing dan memberi pengajaran baik
ilmu perkuliahan maupun ilmu kemanusiaan selama penulis menjadi mahasiswa
dan belajar di UPN “Veteran” Jawa Timur.
iii
10.Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Staf Rektorat serta Staf
Perpustakaan yang banyak membantu mengarahkan penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini.
11.Almarhum Bapak, Dr. H. MOH Didik Soepardi, SpP Kolonel Laut (k) Purn. dan
Ibu serta seluruh keluarga besar penulis, yang selalu memberikan motivasi bagi
penulis, baik secara moril maupun materiil.
Sebagai manusia biasa kami menyadari masih banyak ketidaksempurnaan
dalam penyusunan skripsi ini. Maka kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak, Amin.
Surabaya, Desember 2008
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ……….. x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSI ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Rumusan Masalah... 11
1.3. Tujuan Penelitian... 12
1.4. Manfaat penelitian... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 14
2.2. Landasan Teori... 19
2.2.1. Laporan Keuangan... 19
2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan……… 21
2.2.3. Pemakai Laporan Keuangan……….. 24
2.3. Ukuran Perusahaan……… 25
2.4. Rasio Profitabilitas………... 28
2.5. Rasio Leverage Operasi Perusahaan... 29
2.6. Net Profit Margin... 30
2.7. Pengertian Laba…... 31
2.7.2. Target Laba……….. 32
2.8. Perataan Laba... 33
2.8.1. Pengukuran Perataan Laba... 36
2.9. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba…………... 37
2.10. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba... 39
2.11. Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba... 40
2.12. Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Perataan Laba... 42
2.13. Kerangka Pikir... 44
2.13.1. Premis... 44
2.14. Diagram Kerangka Pikir... 46
2.15. Hipotesis... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 47
3.2. Tehnik Penentuan Sampel... 50
3.2.1. Populasi ... 50
3.2.2. Sampel... 51
3.3. Tehnik Pengumpulan Data... 53
3.3.1. Jenis Data... 53
3.3.2. Sumber Data... 53
3.3.3. Pengumpulan Data... 53
3.4. Tehnik Analisis dan Pengujian Hipotesis... 54
3.4.1. Uji Normalitas... 54
3.4.2. Uji Indenpendensi... 54
3.4.3. Regresi Logistik... 55
3.4.3.1. Regresi Logistik Univariate………. 56
3.4.3.2. Regresi Logistik Serentak…..………….. 57
BAB IV HASIL PENELITIN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian……….. 58
4.1.1. Sejarah PT. Bursa Efek Indonesia………. 58
4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan……… 59
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian………. 67
4.2.1. Perataan Laba………. 67
4.2.2. Ukuran Perusahaan……… 70
4.2.3. Rasio Profitabilitas……… 72
4.2.4. Rasio Leverage Operasi Perusahaan………. 73
4.2.5. Net Profit Margin……….. 74
4.3. Analisis Regresi Logistik……… 76
4.3.1. Uji Normalitas ……….. 76
4.3.2. Uji Indenpendensi………. 77
4.3.3. Analisis Regresi Logistik Univariate……… 78
4.3.3.1 Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan (X1) Terhadap Perataan Laba……… 78
4.3.3.2 Pengaruh Variabel Profitabilitas (X2) Terhadap Perataan Laba……… 80
4.3.3.3 Pengaruh Variabel Leverage (X3) Terhadap Perataan Laba……… 81
4.3.3.4 Pengaruh Net Profit Margin (X4) Terhadap Perataan Laba……… 83
4.3.4. Analisis Regresi Multivariate……… 84
4.3.4.1 Uji Serentak……….. 85
4.3.4.2 Koefisien Determinasi……… 86
4.4 Pembahasan…. ……… 86
4.4.1 Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan (X1) Terhadap Perataan Laba secara Univariate………. 87
4.4.2 Pengaruh Variabel Profitabilitas (X2) TerhadapPerataan Laba secara Univariate……….. 88
4.4.3 Pengaruh Variabel Leverage (X3) Terhadap Perataan Laba secara Univariate………. 90
4.4.3 Pengaruh Variabel Net Profit Margin (X4) Terhadap Perataan Laba secara Univariate…. …… 91
viii
4.6. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Ini dan Penelitia
Terdahulu……….. 92
4.7. Keterbatasan Penelitian……….. 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan……… 95
5.2. Saran……….. 96
Gambar 2.1. : Diagram Kerangka Pikir……… 46
Tabel 1.1. : Laba bersih untuk perusahaan manufacture yang beraset di atas
Rp. 1 Triliun tahun 2003 sampai 2006……… 6
Tabel 1.2. : Perataan Laba untuk perusahaan manufacture yang breast
di atas Rp. 1 Triliun tahun 2003 sampai 2006……… 7
Tabel 1.3. : Rasio Leverage pada Perusahaan Manufacture yang
terjadi pada tahun 2003 hingga tahun 2006... 8
Tabel 1.4. : Rasio Profitabilitas Perusahaan Manufacture, mulai tahun
2003 sampai tahun 2006………. 9
Tabel 2.1. : Kode dari Variabel Perataan Laba……… 37
Tabel 4.1. : Data Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur
yang Go Public dan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dari Tahun 2003 Sampai Dengan 2006……… 68
Tabel 4.2. : Kode dari Variabel Perataan Laba……… 69
Tabel 4.3. : Hail Pengkodean Variabel Perataan Laba………. 70
Tabel 4.4. : Data Rasio Ukuran Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Go Public dan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dari tahun 2003 samapai dengan 2006……….. 71
Tabel 4.5. : Data Rasio Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Go Public dan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dari Tahun 2003 Sampai Dengan 2006………. 72
Tabel 4.6. : Data Leverage Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public
dan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Tahun 2003
x
dari Tahun 2003 Sampai Dengan 2006………. 75
Tabel 4.8. : Hasil Uji Normalitas... 76
Tabel 4.9. : Hasil Uji Pearson Chi-Square……… 77
Tabel 4.10. : Hasil Uji Parsial Variabel X1………. 78
Tabel 4.11. : Hasil Uji Parsial Variabel X1 Tanpa Konstanta……… 79
Tabel 4.12. : Hasil Uji Parsial Variabel X1………. 80
Tabel 4.13. : Hasil Uji Parsial Variabel X2 Tanpa Konstanta………... 80
Tabel 4.14. : Hasil Uji Parsial Variabel X3……… 82
Tabel 4.15. : Hasil Uji Parsial Variabel X3 Tanpa Konstanta……….. 82
Tabel 4.16. : Hasil Uji Parsial Variabel X4……… 83
Tabel 4.17. : Hasil Uji Parsial Variabel X4 Tanpa Konstanta……… 84
Tabel 4.18. : Hasil Uji Regresi Logistik Multivariate………. 85
Lampiran 1 : Perhitungan Indeks Perataan Laba
Lampiran 2 :Rekapitulasi Data Penelitian
Input Regresi Logistik
Lampiran 3 : Hasil Uji Normalitas NPar Test
Lampiran 4 : Hasil Uji Independensi
Lampiran 5 : Hasil Uji Regresi Logistik Secara Univariate
(Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba)
Lampiran 6 : Hasil Uji Regresi Logistik Secara Univariate
(Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Perataan Laba)
Lampiran 7 : Hasil Uji Regresi Logistik Secara Univariate
(Pengaruh Rasio Leverage Terhadap Perataan Laba)
Lampiran 8 : Hasil Uji Regresi Logistik Secara Univariate
(Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Perataan Laba)
Lampiran 9 : Hasil Uji Regresi Logistik Secara Multivariate
BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
Ni Ajeng Purbo Retno
ABSTRAKSI
Laporan keuangan menggambarkan kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan, sehinga pihak yang bersangkutan baik oleh pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan dapat memanfaatkan laporan perkembangan keuangan untuk kepentingan masing-masing. Seorang investor contohnya, ia selalu membutuhkan laporan keuangan akan laba perusahaan dimana ia akan meng-investasikan sahamya pada perusahaan tersebut. Dalam hal ini para investor harus jeli membaca sebuah laporan keuangan, karena akan menentukan proses pengambilan keputusan. Suatu keputusan dapat dibuat tanpa didasarkan pada informasi apapun, akan tetapi pengambilan keputusan yang dibuat dengan jalan demikian akan mempunyai resiko kegagalan yang tinggi. Dilemanya, adalah perekayasaan laba atau perataan laba yang dilakukan secara sengaja oleh para manajer perusahaan. Dari para penelitian sebelumnnya mereka mengungkapkan tujuan para manajer itu melakukan perataan laba antara lain untuk kebutuhkan internal perusahaan, yakni untuk mengurangi terjadinya fluktuasi laba antar periode. Mereka meratakan angka pada laba sesuai dengan target yang hendak mereka capai. Dengan demikian para investor akan selalu memandang baik pada perusahaan yang tingkat fluktuasi labanya sedikit atau konstan antar periodenya. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu.
Dalam penelitian kali ini, peneliti akan menguji beberapa karakteristik perusahaan yang dapat mempengaruhi suatu manajer perusahaan melakukan praktek perataan laba. Karakteristik perusahaan tersebut adalah Ukuran Perusahaan (X1), Profitabilitas (X2),
Leverage Operasi (X3), dan Net Profit Margin (X4), dimana karakteristik tersebut merupakan variabel bebas, sedangkan Perataan Laba (Y) sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan konsolidasi perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia dan memiliki asset di atas Rp. 1 Triliyun. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 11 perusahaan manufaktur dengan 4 periode waktu akuntansi 2003 – 2006 dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik, dengan
pengukuran indeks perataan laba menggunakan indeks eckel.
Hasil uji regresi logistik univariate menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), leverage opearsi (X3) dan net profit margin (X4) berpengaruh secara univariate perataan laba, dan perusahaan akan berpeluang untuk melakukan perataan laba.
Keywords : Perataan Laba, Perusahaan Manufaktur, Keputusan Investasi, Perusahaan, Laporan Keungan Konsolidasi
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan hasil dari kegiatan operasional yang
dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun eksternal
perusahaan. Salah satu parameter perusahaan yang paling sering dilakukan untuk
mengukur peningkatan atau penurunan kinerja pada perusahaan adalah laba. Laba
yang meningkat dari periode sebelumnya mengindikasikan bahwa kinerja
perusahaan adalah bagus dan hal ini dapat mempengaruhi peningkatan harga saham
perusahaan. Parawiyati dan Baridwan dalam Subekti (2005) menyebutkan bahwa
pentingnya informasi laba telah disebutkan dalam Statement of Accounting
Concepts (SFAC) No.1 bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen, juga untuk
membantu mengestimasi kemampuan laba yang representative serta untuk
mengukur risiko dalam investasi atau kredit.
Pasar modal memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi, sejalan
dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan pasar modal dalam
penyediaan dana jangka panjang, yaitu sebagai perantara bagi pihak surplus dan
pihak defisit dana. Pasar modal adalah juga sebagai lembaga pemupukan modal dan
mobilisasi dana, dimana pasar modal akan memberikan hasil seperti yang
diharapkan, apabila pasar modal itu efisien. Pasar modal yang efisien dapat
mendukung perkembangan ekonomi, karena adanya alokasi dana dari sektor yang
struktur permodalan di dunia usaha, karena dunia usaha dapat mengatur kombinasi
sumber pembiayaan sedemikian rupa sehingga mencerminkan paduan sumber
pembiayaan jangka panjang dan jangka pendek (Jusuf, 2002) dalam Suwito dan
Herawaty (2005).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, untuk mencapai tujuannya laporan
keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan
peristiwa yang lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara
kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Dalam penyusunan
laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam
mencerminkan kondisi perusahaan secara riil. Perusahaan harus menyusun laporan
keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas (PSAK No. 1), sehingga
laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan ekuitas
disusun berdasarkan dasar akrual, sedangkan laporan arus kas berdasarkan dasar
kas.
Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali perhatian pengguna laporan
keuangan hanya ditujukan kepada informasi laba, tanpa memperhatikan bagaimana
laba tersebut dihasilkan. Hal ini mendorong manajemen perusahaan untuk
melakukan beberapa tindakan yang disebut manajemen atas laba (earning
management) atau manipulasi laba (earnings manipulation). Ashari et al (1994)
dalam Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bahwa terdapat indikasi tindakan
perataan laba dan laba operasi merupakan sasaran umum yang digunakan untuk
penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan, dan keadaan ini sangat
mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Penelitian lain yang dilakukan
di Indonesia oleh Illmainir (1993), Zuhroh (1997) dalam Jin dan Machfoedz (1998),
memperoleh bukti bahwa praktek perataan laba telah terdapat pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan mengindikasikan bahwa faktor-faktor yang
mendorong praktek perataan laba diantaranya adalah leverage operasi, ukuran
perusahaan, keberadaan perencanaan bonus dan sektor industri.
Menurut Beidlman (1973) dalam Salno dan Baridwan (2000), berpendapat
bahwa perataan penghasilan seharusnya memperluas pasar saham perusahaan dan
membawa pengaruh yang menguntungkan nilai saham perusahaan. Sebaliknya, Lev
dan Kunitzky (1974) dalam Salno dan Baridwan (2000) menyatakan bahwa kondisi
tersebut tidak dapat dengan sendirinya membuktikan bahwa para pemegang saham
lebih menyukai perataan penghasilan.
Perataan laba dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh
manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan
target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun
secara riil melalui transaksi (Koch, 1981) dalam Suwito dan Herawaty (2005).
Menurut Atmini (2000) tindakan perataan laba mempunyai dua tipe yaitu
perataan laba yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen dan perataan laba
yang terjadi secara alami. Perataan laba secara alami terjadi sebagai akibat dari
proses menghasilkan suatu aliran laba yang merata, sementara perataan laba yang
disengaja dapat terjadi akibat teknik perataan laba riil atau teknik perataan laba
Perataan laba riil adalah perataan laba yang terjadi apabila manajemen
mengambil tindakan untuk menyusun kejadian-kejadian ekonomi sehingga
menghasilkan aliran laba yang rata. Perataan laba artifisial adalah perataan laba
yang terjadi apabila manajemen memanipulasi saat pencatatan akuntansi untuk
menghasilkan aliran laba yang rata (Atmini, 2000 dikutip dari Eckel, 1981 dalam
Zuhroh, 1996).
Brayshaw dan Eldin (1989) mengungkapkan bahwa manajemen perusahaan
diuntungkan dengan praktek perataan laba. Suwito dan Herawaty (2005),
menyatakan bahwa motivasi perataan laba lebih banyak menguntungkan pemegang
saham dan pengguna eksternal utamanya serta manajer itu sendiri. Heyworth dalam
Belkoui (1993) memberikan penjelasan bahwa motivasi perataan laba adalah untuk
memperbaiki hubungan antara manajemen perusahaan dengan para kreditur,
investor, dan pekerja.
Dipandang dari sisi manajemen, Heyworth (1953) yang didukung Ashari et
al (1994) dan Zuhroh (1996) mengungkapkan bahwa manajer yang termotivasi
untuk melakukan perataan laba pada dasarnya ingin mendapat berbagai keuntungan
ekonomi dan psikologis.
Penelitian Defond (1993) dalam Veronica dan Bachtiar (2003) menemukan
bahwa ukuran perusahaan berkorelasi secara positif dengan manajemen laba.
Perusahaan besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan
manajemen laba, karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus
mampu memenuhi ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya. Selain itu
semakin besar perusahaan, semakin banyak estimasi dan penilaian yang perlu
kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar
saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3
kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size)
dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan
kepada total asset perusahaan, seperti yang dinyatakan oleh Jin dan Machfoedz
(1998).
Moses (1987) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar
memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil karena
perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan yang lebih
ketat dari pemerintah dan masyarakat umum/general public).
Secara eksplisit, usaha untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba
merupakan hipotesis dalam berbagai penelitian mengenai konsekuensi ekonomi dari
pilihan akuntansi. Sedangkan usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu
bentuk manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan
jumlah laba periode sebelumnya. Dimana Fluktuasi atas laba dan tidak dapat
diprediksinya laba yang akan datang merupakan sebab penentu resiko pasar atas
saham. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan laba
yang baik, mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba atau
manipulasi laba.
Namun demikian, praktek perataan laba, jika dilakukan dengan sengaja dan
dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau
akurat yang memadai mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dan risiko dari
portofolio mereka. Penelitian yang tidak menyetujui adanya praktik perataan laba
antara lain dilakukan oleh Hector (1989) dalam Jin dan Machfoedz (1998) yang
menyatakan bahwa perataan laba sebagai penyalahgunaan yang umum dalam
pelaporan keuangan seharusnya diwaspadai oleh pemakainya. Berikut ini laba
bersih untuk perusahaan manufacture yang beraset di atas Rp. 1 Triliun tahun 2003
sampai 2006.
Tabel 1.1. Laba bersih untuk perusahaan manufacture yang beraset di atas
Rp. 1 Triliun tahun 2003 sampai 2006
Net Income (Rp. Miliar) No Kode Nama Perusahaan
2003 2004 2005 2006
1 TLKM Telokomunikasi Indonesia 4,372 5,024 5,782 9,222
2 ASII Astra Internasional 3,696 3,986 4,489 2,992
3 HMSP HM Sampoerna 1,211 1,726 2,405 3,002
4 UNVR Unilever Indonesia 989 1,093 1,199 1,373
5 UNTR United Tractors 389 834 809 842
6 SMGR Semen Gresik (Persero) 267 370 706 1,058
7 ANTM Aneka Tambang 167 521 711 809
8 INTP Indocement Tunggal Perkasa 712 183 538 558
9 KLBF Kalbe Farma 279 334 435 540
10 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam 157 268 365 374 11 TSPC Tempo Scan Pacific 260 270 250 240
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi dari BEI
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada perusahaan
Telokomunikasi Indonesia, diikuti Astra Internasional, HM Sampoerna, Unilever
Indonesia, United Tractors, Semen Gresik (Persero) Aneka Tambang, Indocement
Asam, dan Tempo Scan Pacific dan Sari Husada. Dari tabel diatas menunjukkan adanya
fluktuasi dari laba yang diperoleh mulai tahun 2003 hingga tahun 2006.
Berikut ini perataan laba untuk perusahaan manufacture yang beraset di atas Rp.
1 Triliun tahun 2003 sampai 2006.
Tabel 1.2. Perataan Laba untuk perusahaan manufacture yang beraset di atas
Rp. 1 Triliun tahun 2003 sampai 2006
Perataan Laba (%) Kode Nama Perusahaan
2003 2004 2005 2006
TLKM Telokomunikasi Indonesia -0,50 1,59 1,32 0.36
ASII Astra Internasional 0,37 3,29 3,51 0,36
HMSP HM Sampoerna -0,15 0,38 0,80 0,73
UNVR Unilever Indonesia 0,58 0,69 1,51 0,86
UNTR United Tractors -0,95 0,36 -15,09 1,40
SMGR Semen Gresik (Persero) -0,59 0,40 0,34 0,41
ANTM Aneka Tambang 0,74 0,20 0,41 2,97
INTP Indocement Tunggal Perkasa -0,17 -0,08 0,14 4,28
KLBF Kalbe Farma 0,59 0,70 0,73 1,12
PTBA Tambang Batubara Bukit Asam 1,03 0,28 0,49 8,30
TSPC Tempo Scan Pacific -1,93 2,83 -0,43 -1,90
Sumber : Data diolah Lampiran 1
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perataan laba mengalami
fluktuasi, hal ini dikarenakan laba yang dihasilkan dan penjualan yang dilakukan
perusahaan juga mengalami fluktuasi. Ini dapat dilihat pada PT. Telokomunikasi
Indonesia, Tbk yang Net Income-nya mengalami fluktuasi dari tahun 2003 sampai
dengan tahun 2006. Hal inilah kemungkinan yang menyebabkan perusahaan
melakukan praktek perataan laba. Demikian juga untuk perusahaan lainnya yang
Berikut ini Table Rasio Leverage yang terjadi pada perusahaan manufacture.
Tabel 1.3 Rasio Leverage pada Perusahaan Manufacture yang terjadi pada
tahun 2003 hingga tahun 2006.
Sumber Data : diolah
Rasio Leverage (%)
No Kode Nama Perusahaan
2003 2004 2005 2006
1 TLKM Telokomunikasi Indonesia 58.194 55.215 52.393 51.746
2 ASII Astra Internasional 50.715 49.624 60.385 54.373
8 INTP Indocement Tunggal Perkasa 55.313 50.219 46.571 37.147
9 KLBF Kalbe Farma 58.197 50.959 39.314 23.356 10 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam 32.625 28.789 27.352 25.745 11 TSPC Tempo Scan Pacific 15.610 15.981 20.141 18.042
Leverage operasi adalah suatu indicator perubahan laba bersih yang
diakibatkan oleh besarnya volume penjualan. Menurut Zuhroh dalam Suwito dan
Herawaty (2005) meneliti faktor-faktor yang dapat dikaitkan dengan terjadinya
praktik perataan laba dengan kesimpulan bahwa leverage operasi perusahaan saja
yang memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan
di Indonesia. Oleh karena itu peneliti hendak membuktikan pendapat dari peneliti
sebelumnya tentang pengaruh leverage operasi terhadap praktek perataan laba ini.
Dari hasil perolehan data menunjukkan bahwa pada tahun 2003 perusahaan
United Tractors memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu 73.990%. Adanya
fluktuasi yang terjadi pada rasio leverage operasi tersebut kemungkinan
Rasio profitabilitas perusahaan adalah rasio yang diukur berdasarkan
perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Suwito dan
Herawaty (2005).
Berikut adalah Tabel Rasio Profitabilitas Perusahaan Manufacture dari
tahun 2003 hingga tahun 2006.
Tabel 1.4 Rasio Profitabilitas Perusahaan Manufacture, mulai tahun 2003
sampai tahun 2006
Sumber Data : diolah
Rasio Profitabilitas (%)
No Kode Nama Perusahaan
2003 2004 2005 2006
1 TLKM Telokomunikasi Indonesia 12.105 10.892 12.857 14.647
2 ASII Astra Internasional 16.134 13.808 8.921 6.407
3 HMSP HM Sampoerna 13.795 17.225 19.967 27.887
4 UNVR Unilever Indonesia 37.956 40.080 37.489 37.215 5 UNTR United Tractors 5.656 16.244 9.880 8.271
6 SMGR Semen Gresik (Persero) 5.678 7.839 13.896 17.494
7 ANTM Aneka Tambang 5.235 13.357 13.149 21.297
8 INTP Indocement Tunggal Perkasa 6.607 1.187 7.020 6.176
9 KLBF Kalbe Farma 13.187 12.341 13.513 14.629 10 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam 10.111 17.600 16.447 15.627 11 TSPC Tempo Scan Pacific 16.605 15.152 12.653 10.994
Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat profitabilitas yang terendah terjadi
pada PT. Indocement Tunggal Perkasa, yakni sebesar 1.187%, sesuai pada
pernyataan peneliti terdahulu, bahwa “Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang
rendah akan cenderung melakukan praktek perataan laba, karena ini akan
berpengaruh pada keputusan para investor untuk melakukan investasi pada
Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa PT. Indocement Tunggal Perkasa
mengalami tingkat profitabilitas terendah, hal inilah kemungkinan bagi perusahaan
untuk melakukan praktek perataan laba.
Berdasarkan fenomena di atas dan juga adanya perbedaan pendapat dan
persepsi oleh para peneliti terdahulu, tentang setuju atau tidaknya sebuah praktek
perataan laba, serta adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian dari satu peneliti
dengan peneliti yang lain, maka mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Perataan Laba
Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Suwito dan Herawaty (2005), Ashari, et al (1994), Jin dan Machfoedz (1998), Imam
Subekti (2005), Salno dan Baridwan (2000) serta beberapa peneliti lainnya, namun
peneliti mencoba mengembangkan model penelitian pada obyek yang berbeda.
Objek penelitian yang dilakukan Suwito dan Herawaty (2005) adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan praktek
perataan laba, dan penelitian Ashari, et al mengamati seluruh perusahaan yang
berada di Singapore yang melakukan praktek perataan laba, penelitian Jin dan
Machfoedz menggunakan obyek seluruh perusahaan publik yang telah melakukan
pencatatan sahamnya pada tahun 1990, kemudian Imam Subekti menggunakan
obyek seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ), serta
Zaki dan Salno menggunakan obyek seluruh perusahaan publik yang telah terdaftar
di pasar modal (BEJ), sedangkan penelitian sekarang menggunakan obyek hanya
yang telah diteliti juga oleh peneliti terdahulu tersebut. Mengapa hanya
menggunakan empat varibel saja, karena adanya keterbatasan data yang diperoleh
oleh pneliti. Dengan alasan ingin meneliti apakah karakteristik-karakteristik
perusahaan yang menurut peneliti terdahulu dapat menyebabkan perusahaan
melakukan praktek peratan laba itu, sama signifikannya atau tidak dengan
perusahaan manufaktur yang tumbuh dan berkembang di negara Indonesia apabila
dikondisikan di negara Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnnya maka
permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Karakteristik Perusahaan yang terdiri dari: ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage dan net profit margin memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia?
2. Manakah diantara variabel Karakteristik Perusahaan yang terdiri dari: ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage dan net profit margin yang berpengaruh
secara dominan terhadap perataan laba pada perusahaan Manufaktur di Bursa
1.3. Tujuan Penelitian
Berhubungan dengan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk meneliti secara empiris Karakteristik Perusahaan yang meliputi : ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage, net profit margin memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk meneliti secara empiris pengaruh yang dominan diantara variabel ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage, net profit margin terhadap perataan laba
pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitan
Manfaat dari penelitian yang telah dilakukan ini dapat penulis bedakan
menjadi:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian terdahulu sehubungan
dengan perataan laba serta kualitas pengungkapan, terutama pada perusahaan
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam
pengambilan keputusan investasi, terutama dalam menilai kualitas laba yang
dilaporkan dalam laporan keuangan.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk melengkapi hasil penelitian
sebelumnya dan dapat memberikan suatu bukti empiris mengenai ketiadaan
atau keberadaan perataan laba pada laporan keuangan perusahaan publik di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan bagi penyusunan skripsi
yang akan datang. Yang mana penelitian yang sama sebelumnya telah dilakukan,
hanya saja yang membedakan adalah waktu dan obyek penelitiannya. Dan penelitian
ini sebelumnya telah dilakukan oleh:
1. Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005), “Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”.
a. Perumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio
profitabilitas perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, net profit margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di BEJ.
b. Hipotesis
Ada pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas
perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, net profit margin
perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh
c. Kesimpulan
Tidak ada pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas
perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, net profit margin
perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh
perusahaan yang terdaftar di BEJ.
2. Imam Subekti (2005) “Asosiasi Antara Praktik Perataan Laba Dan Reaksi
Pasar Modal Di Indonesia”.
a. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengamati reaksi
pasar terhadap informasi laba yang telah diumumkan baik oleh perusahaan
peratan laba maupun non perataan laba.
b. Hipotesis
1. Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan abnormal return adalah berbeda antara perusahaan perataan laba dengan perusahaan non
perataan laba.
2. Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan volume perdagangan
saham adalah berbeda antara perataan laba dengan perushaan non
perataan laba.
berbeda antara perusahaan perataan laba dengan perusahaan non
perataan laba.
4. Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan volume perdagangan
saham pada perusahaan yang menunjukkan positive earnings surprise
adalah berbeda antara perusahaan perataan laba dengan perusahaan
non perataan laba.
5. Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan abnormal return pada perusahaan yang memiliki negative earnings surprise adalah berbeda antara perusahaan perataan laba dengan perusahaan non perataan laba.
6. Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan volume perdagangan
saham pada perusahaan yang memiliki negative earnings surprise
adalah berbeda antara perusahaan perataan laba dengan perusahaan
non perataan laba.
c. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi pasar modal Indonesia tidak
berbeda untuk perusahaan yang melakukan perataan laba maupun yang
tidak melakukan perataan laba.
3. Jin dan Machfoedz (1998) “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktek
Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”.
a. Perumusan Masalah
Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, sektor industri, dan
b. Hipotesis
1. Terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang menjual
sahamnya di Bursa Efek Jakarta.
2. Perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.
3. Perataan laba dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas perusahaan.
4. Perataan laba dipengaruhi oleh sektor industri
5. Perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan. c. Kesimpulan
Ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor industri tidak mempengaruhi
praktek perataan laba, kecuali leverage operasi perusahaan yang mempengaruhi perataan laba.
4. Salno dan Baridwan (2000) “Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing): Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia”.
a. Perumusan Masalah
Peneliti ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perataan
penghasilan dan kaitannya dengan kinerja (return dan risiko) saham perusahaan publik di Indonesia.
b. Hipotesis
1. Besaran perusahaan, NPM, kelompok usaha, dan klasifikasi
2. Tidak ada perbedaan return antara perusahaan perata penghasilan dan perusahaan bukan perata penghasilan.
3. Tidak ada perbedaan risiko antara perusahan perata penghasilan dan
perusahaan bukan perata penghasilan.
c. Kesimpulan
1. Faktor-faktor besaran perusahaan, net profit margin, kelompok usaha, dan winner/losser stocks secara signifikan tidak berpengaruh terhadap perataan penghasilan.
2. Tidak ada perbedaan return antara kelompok perata dan kelompok bukan perata penghasilan.
3. Tidak ada perbedaan risiko antara kelompok perata dan kelompok
bukan perata penghasilan.
5. Nasuhiyah Ashari, Hian Chye Koh, Soh Leng Tan, and Wei Har Wong (1994)
“Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Singapore”
a. Perumusan Masalah
Penelitian dilakukan untuk menenliti faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi praktek perataan laba.
b. Hipotesis
1. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.
3. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh sektor industri.
4. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh kondisi geografis antara
perusahaan di Malaysia dengan perusahaan di Singapore.
c. Kesimpulan
1. Tidak ada pengaruh signifikan dari ukuran perusahaan terhadap
praktek perataan laba.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat profitabilitas
perusahaan terhadap praktek perataan laba.
3. Terdapat pengaruh signifikan dari sektor industri terhadapt praktek
perataan laba.
4. Terdapat pengaruh yang signifikan oleh perbedaan geografis terhadap
praktek perataan laba.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Niswonger et al. (1999: 18), Laporan Keuangan digunakan untuk
mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan saat ini dan untuk memperkirakan
hasil operasi serta arus kas di masa mendatang.
Menurut Horngren et al. (1997: 3), Laporan Keuangan adalah
dokumen-dokumen yang melaporkan kegiatan bisnis pribadi atau organisasi ke dalam
satuan moneter, jadi yang dimaksud laporan keuangan adalah dokumen usaha
orang-orang dan organisasi-organisasi di luar usaha tersebut (Horngen et al.
1997: 3).
Laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai “alat penguji”
dari pekerjaan pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya
sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan posisi
keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisis tersebut pihak-pihak
yang berkepentingan mengambil suatu keputusan. Dengan demikian untuk posisi
keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan perlu
adanya laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 1993: 1).
Laporan Keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi, laporan ini menampilkan
sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.
Laporan Keuangan yang sering disajikan adalah (1) Neraca, (2) Laporan
Laba Rugi, (3) Laporan Arus Kas, (4) Laporan Ekuitas Pemilik atau Pemegang
Saham. Selain itu catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga
merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan (Kieso et al. 2000: 3).
Laporan keuangan melaporkan prestasi histories dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat
proyeksi dan peramalan untuk masa depan (Weston and Copeland 1995: 24). Jadi
laporan-laporan akuntansi tidak mencatat niali-nilai ekonomis. Sebaliknya,
merupakan sekumpulan input yang penting yang digunakan dalam menghitung
nilai-nilai ekonomis.
Beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan
keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan kemajuan
perusahaan secara periodik. Transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang
bersifat finansial dicatat, digolong-golongkan dan diringkas dengan cara
setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk
kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau
mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.
2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan
Dalam PSAK No. 1, tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam
rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: aktiva, kewajiban,
laba rugi. Laporan ekuitas pemilik, neraca, dan laporan arus kas. Urut-urutan
penyusunan dan sifat data yang terdapat dalam laporan-laporan tersebut adalah:
1. Laporan laba rugi, adalah laporan yang melaporkan pendapatan dan beban
selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan (matching concept). Konsep menandingkan beban dan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut. Laporan laba rugi juga melaporkan
kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi.
2. Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan bersih (net income atau net profit). Jika beban melebihi pendapatan maka disebut rugi bersih (net loss). 3. Laporan ekuitas pemilik, melaporkan ekuitas pemilik dalam jangka waktu
tertentu. Laporan tersebut disiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba
bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini.
Demikian juga laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan
neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di
neraca.
4. Neraca, adalah suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada
tanggal tertentu. Seksi aktiva disusun berdasarkan urutan cepat lambatnya
aktiva tersebut dikonversi menjadi kas atau digunakan dalam operasi. Kas
berada diurutan pertama, diikuti oleh piutang, pelengkapan, asuransi dibayar
seperti tanah, bangunan dan peralatan. Dan pada seksi kewajiban, utang usaha
merupakan satu-satunya kewajiban.
5. Laporan arus kas, laporan ini terdiri dari tiga seksi atau bagia: (a) arus kas dari
aktifitas operasi, seksi ini melaporkan ikhtisar penerimaan dan pembayaran
kas yang menyangkut perusahaan, (b) arus kas dari aktifitas investasi, seksi ini
melaporkan transaksi kas untuk pembelian dan penjualan aktiva tetap atau
permanen. (c) arus kas dari aktifitas pendanaan, seksi ini melaporkan aktifitas
kas dari investasi oleh pemilik, peminjam dana, dan pengambilan uang oleh
pemilik (Niswonger, 1999: 18).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, untuk mencapai tujuannya
laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh
transaksi dan peristiwa yang lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang
bersangkutan. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih
karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi perusahaan secara
riil. Perusahaan harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali
laporan arus kas, sehingga laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan
laba rugi, dan laporan ekuitas disusun berdasarkan dasar akrual, sedangkan
2.2.3. Pemakai Laporan Keuangan
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun
perkembangan suatu perusahaan adalah:
1. Pemilik Perusahaan, sangat berkepentingan terhadap posisi laporan keuangan
perusahaannya, dimana laporan keuangan tersebut diperlukan untuk menilai
hasil-hasil yang telah dicapai dan untuk menilai kemungkinan hasil-hasil yang
akan dicapai dimasa yang akan datang sehingga bisa menaksir bagian
keuntungan yang akan diterima dan perkembangan harga saham yang
dimilikinya.
2. Manager Perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan perusahaannya
periode yang lalu, akan dapat menyusun rencana yang lebih baik,
memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lebih tepat. Yang paling penting disini bagi manajemen
adalah bahwa laporan keuangan tersebut merupakan alat untuk
mempertanggung-jawabkan para pemilik perusahaan yang telah diberikan
kepadanya.
3. Para Investor (Penanam modal jangka panjang) berkepentingan terhadap
prospek keuntungan dimasa mendatang dan perkembangan perusahaan
selanjutnya, untuk mengetahui jaminan investasinya dan untuk mengetahui
4. Para Kreditur, posisi atau keadaan keuangan perusahaan food and beverage
akan dapat diketahui melalui penganalisaan laporan keuangan perusahaan
tersebut.
5. Para Kreditur Jangka Panjang, disamping ingin mengukur perusahaan untuk
membayar hutangnya dan beban-bebannya, juga untuk mengetahui apakah
kredit yang akan diberikan itu cukup mendapat jaminan perusahaan tersebut,
yang digambarkan atau terlihat pada kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.
6. Para Investor, berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan
dalam rangaka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, apakah
perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh
keuntungan atau “rate of return” yang cukup baik.
7. Pemerintah, dimana perusahaan tersebut berdomisili, sangat berkepentingan
dengan laporan keuangan perusahaan tersebut, disamping untuk menentukan
besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan yang sangat
diperlukan oleh biro pusat statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Tenaga Kerja untuk dasar perencanaan pemerintah. (Munawir, 1993: 2).
2.3. Ukuran Perusahaan
Perusahaan itu bermacam-macam besarnya tetapi tidak ada ukuran standar
atau kecil. Semakin besar suatu perusahaan maka semakin banyak alternatif
sumber pembelanjaan yang dipilih oleh perusahaan tersebut. Ada kecenderungan
bahwa semakin besar perusahaan semakin besar pula jumlah utang yang dimiliki.
Hal ini disebabkan karena perusahaan yang berukuran besar lebih mudah
memperoleh pinjaman dari pihak eksternal dibandingkan dengan perusahaan yang
lebih kecil. (Awat, 1999: 124).
Keown, et al. (1991: 240) menyatakan bahwa ada tiga cara mengukur
usaha yaitu: nilai buku, nilai likuidasi dan nilai pasar. Walaupun metode penilaian
skala usaha berdasarkan nilai buku kurang handal karena nilai aktiva yang tercatat
dalam neraca tidak mencerminkan nilai pasar, tetapi metode inilah yang dipilih
dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Besar kecilnya aktiva dapat dijadikan indikator bagi kesempatan
pengembangan badan usaha pada waktu yang akan datang (Awat, 1999: 124)
dan
2. Kedua metode yang lain memerlukan informasi pasar yang akurat atau
tergantung pada preferensi resiko masing-masing investor.
Sehubungan dengan penggunaan nilai buku sebagai dasar pengukuran
keuangan, Ross,et al. (1993: 46) mengemukakan:
“Yang terbaik di dunia, manajer keuangan memiliki banyak informasi
semua informasi pasar yang diinginkan. Angka akuntansi sering hanya diakui
sebagai pemikiran tak berarti dari kenyataan ekonomi, padahal seringkali angka
akuntansi tersebut sebagai informasi terbaik yang tersedia.”
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat
dilihat dari tingkat penjualan, jumah tenaga kerja atau jumlah aktiva yang dimiliki
perusahaan. Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuannya
dalam menanggung resiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang
dihadapi perusahaan yang berkaitan dengan operasinya. Ukuran perusahaan akan
berpengaruh terhadap kemampuannya dalam memperoleh dana yang dibutuhkan.
Ukuran besarnya suatu perusahaan menggambarkan kondisi tingkat kekayaan
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Kemampuan perusahaan untuk
melakukan kegiatan operasional, baik yang rutin maupun yang tidak rutin, sangat
dipengaruhi oleh jumlah kekayaan yang dimilikinya.
Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap tanggapan investor
pasar modal atas saham perusahaan bersangkutan. Saham perusahaan besar
biasanya mendapatkan lebih banyak perhatian dari para analis pasar modal
sehingga investor-investor cenderung memiliki harapan yang sama atas return
saham-saham perusahaan besar. Konsekuensinya, saham-saham perusahaan besar
menjadi relatif jarang diperdagangkan karena volume perdagangan semakin
rendah saat harapan-harapan investor atas saham bersangkutan tidak berbeda
saham semakin panjang. Sebaliknya, saham-saham perusahaan kecil akan relatif
lebih likuid dan lebih pendek dalam periode kepemilikan karena harapan-harapan
investor yang berbeda-beda terhadap return saham perusahaan kecil.
Pada penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan jumlah nilai
kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan (total aktiva). Data-data yang digunakan
adalah data total aktiva pada akhir tahun. Penggunaan data tahunan dimaksudkan
untuk mencapai konsistensi dengan data-data variabel lainnya.
2.4. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian
bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa
profitabilitas ini Barlian dan Sundjaja (2001: 86).
Adapun rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu
perusahaan menurut Barlian dan Sundjaja (2001: 86):
Earnings After Tax
Return on Assets (ROA) = × 100 % Total Assets
Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini
mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan
Menurut Halim (2000: 159), analisis return on assets mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset atau kekayaan yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk
mendanai asset tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa return on asset adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi suatu
perusahaan dalam mengelola seluruh kekayaannya dalam menghasilkan laba.
2.5. Rasio Leverage Operasi Perusahaan
Rasio leverage menurut Husnan (1993: 219) yang mengukur seberapa banyak dana yang disupply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan
dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan, mempunyai beberapa implikasi.
Pertama, para pemberi akan melihat kepada modal sendiri, yang merupakan dana
yang disupply oleh pemilik perusahaan, untuk melihat batas keamanan pemberi
kredit. Kedua, dengan menggunakan utang, pemilik mendapatkan manfaat untuk
mendapatkan dana tanpa harus kehilangan kendali atas perusahaan. Ketiga,
apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari pada beban
bunga atas proporsi dana yang dibelajai dengan pinjaman, maka keuntungan bagi
pemilik modal sendiri menjadi besar.
dana pinjaman digunakan dalam perusahaan. Kedua mengukur resiko utang dari
laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban tetap utang bisa ditutup oleh laba
perusahaan. Kedua kelompok rasio ini bersifat saling melengkapi dan umumnya
para analisis menggunakan keduanya.
Para kreditur lebih menyenangi rasio utang yang rendah, karena semakin
rendah rasio utang semakin besar pula perlindungan yang diperoleh para kreditur
dalam keadaan likuidasi. Sebaliknya perusahaan lebih menyukai rasio yang tinggi
dengan pertimbangan dapat memperbesar tingkat keuntungan (Barlian dan
Sundjaja, 2001: 83).
Jumlah Hutang
Rasio Leverage = × 100 %
Total Aktiva
2.6. Net Profit Margin
Net Profit Margin adalah margin laba atas penjualan yang dihitung dari perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih (Barlin dan
Sundjaja, 2001: 86). Net profit margin menunjukkan setiap rupiah penjualan menghasilhan laba bersih (earning after tax). Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan seberapa besar kemampuan manajemen dalam menghasilkan
pendapatan untuk mengendalikan kegiatan operasi dan pinjaman perusahaan.
yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya
tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau
kombinasi kedua hal tersebut atau secara umum bisa menunjukkan
ketidakkonsistenan manajemen.
Adapun rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu
perusahaan menurut Barlin dan Sundjaja (2001: 86):
Net Operating after Taxes
Net Profit Margin = x 100 %
Total Penjualan
2.7. Pengertian Laba
Secara teknis akuntansi, laba adalah selisih bersih antara pendapatan
ditambah utang dan biaya ditambah rugi. Dengan kata lain, laba adalah selisih
bersih penghasilan dikurangi biaya dan rugi. Laba sebenarnya mengandung
makna bersih atau netto yaitu sebagai net income atau penghasilan bersih untuk suatu periode. Laba yang diakumulasi selama beberapa periode disebut dengan
Definisi laba atau profit dalam akuntansi konvensional oleh para akuntan merupakan kelebihan pendapatan (surplus) dari kegiatan usaha, yang dihasilkan dengan mengaitkan (matching) antara pendapatan (revenue) dengan beban terkait dalam suatu periode yang bersangkutan (biasanya dalam waktu tahunan).
2.7.1. Perencanaan Laba
Dalam perencanaan laba, kita harus menetapkan strategi, yaitu salah satu
dari berbagai cara untuk mencapai sasaran, namun kita juga harus menentukan
tujuan, yaitu target yang dapat dikuantifikasi dan dikembangkan dari analisa
terhadap situasi sekarang dan yang akan datang. Laba dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan pendapatan (harga jual atau volume penjualan) dan mengurangi
biaya, menghilangkan pengulangan pekerjaan serta ketidakkonsistenan. (Shim,
2001: 40).
2.7.2. Target Laba
Perencanaan laba menetapkan target laba yang juga mempertimbangkan
penjualan dan biaya yang diharapkan untuk tahun ke depan dan periode yang
lebih lama manager harus memonitor secara teratur kemajuan dalam memenuhi
rencana laba, sehingga bila ada penyesuaian yang harus dilakukan dalam usaha
Tujuan dalam rencana laba harus jelas, dapat dikuantifikasi, sesuai,
praktis, kuat, realistis, dan dapat dicapai disamping juga harus tertulis selain itu
tujuan yang sering diubah tidak hanya artinya dan tidak boleh saling berlawanan.
2.8. Perataan Laba
Perataan laba dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh
manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan
target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun
secara riil melalui transaksi (Koch, 1981) dalam Suwito dan Herawaty (2005).
Tindakan perataan laba yang sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam batasan
Generally Accepted Accounting Principle, mengarah pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan.
Menurut Atmini (2000) dalam Suwito dan Herawaty (2005) tindakan
perataan laba mempunyai dua tipe yaitu perataan laba yang dilakukan secara
sengaja oleh manajemen dan perataan laba yang terjadi secara alami. Perataan
laba secara alami terjadi sebagai akibat dari proses menghasilkan suatu aliran laba
yang merata, sementara perataan laba yang disengaja dapat terjadi akibat teknik
perataan laba riil atau teknik perataan laba artifisial.
Perataan laba riil adalah perataan laba yang terjadi apabila manajemen
mengambil tindakan untuk menyusun kejadian-kejadian ekonomi sehingga
yang terjadi apabila manajemen memanipulasi saat pencatatan akuntansi untuk
menghasilkan aliran laba yang rata, menurut Atmini (2000) dalam Suwito dan
Herawaty (2005).
Menurut Ronen dan Sadan (1981) dan Barnea dalam Belkoui (1993)
dalam Suwito dan Herawaty (2005) perataan laba dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu:
1. Manajemen dapat menetapkan waktu terjadinya peristiwa tertentu
untuk mengurangi perbedaan laba yang dilaporkan.
2. Manajemen dapat mengalokasikan pendapatan dan beban tertentu pada
periode akuntansi yang berbeda.
3. Manajemen dengan kebijaksanaannya mengelompokkan item laba
tertentu ke dalam kategori yang berbeda.
Brayshaw dan Eldin (1989) dalam Suwito dan Herawaty (2005)
mengungkapkan bahwa manjemen perusahaan diuntungkan dengan praktek
perataan laba. Mulyani dan Carmel (2003) menyatakan bahwa motivasi perataan
laba lebih banyak menguntungkan pemegang saham dan pengguna eksternal
utamanya serta manajer itu sendiri. Heyworth dalam Belkoui (1993) dalam
Suwito dan Herawaty (2005) memberikan penjelasan bahwa motivasi perataan
laba adalah untuk memperbaiki hubungan anatara manajemen perusahaan dengan
para kreditur, investor, dan pekerja. Dipandang dari sisi manajemen, Heyworth
Herawaty (2005) mengungkapkan bahwa manajer yang termotivasi untuk
melakukan praktek perataan laba pada dasarnya ingin mendapat berbagai
keuntungan ekonomi dan psikologis.
Sedangkan Dye (1988) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menyatakan
bahwa perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal,
dengan tujuan:
1. Menjelaskan kondisi yang diperlukan untuk melakukan manajemen laba.
2. Mengidentifikasikan pengaruh atas permintaan internal dan eksternal atas
manajemen l;aba pada kebijakan pengumuman laba perusahaan yang optimal.
3. Menjelaskan manfaat dan kerugian bagi pemegang saham akibat dilakukannya
manipulasi laba.
Adapun tujuan perataan laba menurut Foster (1986) adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar, bahwa perusahaan tersebut
memiliki resiko yang rendah.
2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba
di masa mendatang.
3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.
4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen.
Tindakan Perataan Laba diuji dengan Indeks Eckel (1981). Eckel menggunakan Coefficient Variantion (CV) variabel penghasilan dan variabel penjualan bersih. Indeks Perataan Laba dihitung sebagai berikut (Eckel, 1981)
dalam Suwito dan Herawaty (2005):
CV ∆ I
Indeks Perataan Laba =
CV ∆ S
Notasi:
∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode
∆I = Perubahan penghasilan bersih / laba dalam satu periode
(S) antara tahun n dengan n – 1
n = Banyaknya tahun yang diamati
Berdasarkan rumus Indeks Eckel dapat disimpulkan bahwa IC < 1 atau CV
∆S > CV ∆I berarti perusahaan tersebut telah melakukan praktik perataan laba,
sebaliknya perusahaan dengan IC > 1 atau CV ∆S < CV ∆I berarti perusahaan
tersebut tidak melakukan praktik perataan laba (Juniarti dan Corolina, 2005),
maka kode dari variabel perataan laba adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1: Kode dari Variabel Perataan Laba (Y)
Variabel Perataan Laba (Y) Kode
Perusahaan melakukan praktik perataan laba
(IC < 1) 1
Perusahaan tidak melakukan praktik perataan laba
(IC > 1) 0
2.9. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar
kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam
3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium
didasarkan kepada total asset perusahaan menurut Machfoedz (1998) dalam Suwito dan Herawaty (2005).
Teori corporate finance (keuangan perusahaan) menurut Husnan (1996: 15) teori ini menjelaskan bagaimana keputusan-keputusan keuangan yang diambil
oleh “manajer keuangan” (yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan
kebijakan dividen) dimaksudkan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik
perusahaan. Ini ditunjukkan oleh meningkatnya nilai perusahaan atau harga saham
(bagi perusahaan yang go public).
Moses (1987) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bukti
bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih
besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan yang lebih besar
menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan
masyarakat umum/general public).
Hasil lainnya ditemukan oleh Albertch dan Richardson (1990) dalam
Suwito dan Herawaty (2005), bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih beasr
memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar
2.10.Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba
Teori Pengharapan (expectacy theory) menyatakan bahwa individu mengubah perilaku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan dari suatu
kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu hasil yang diharapkan dapat berupa
intrinsic (seperti penghargaan atau harga diri), maupun ekstrinsic (upah atau promosi) (Victor H. Vroom, 1964 dalam Robbins, 2003: 229).
Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja
dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi tentang kinerja
suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil
keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh perusahaan dimasa
yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan untuk
memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva
yang disamakan dengan kas dimasa yang akan datang.
Rasio profitabilitas perusahaan adalah rasio yang diukur berdasarkan
perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan.
Profitabiltas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya
perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Penelitian
yang dilakukan Ashari et al. (1994) menemukan bukti bahwa perusahaan dengan
tingkat profitabilitas rendah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk
2.11.Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba
Teori akuntansi positif (positif accounting theory), Watts and Zimmerman (1986) dalam Julia dan Carmel (2005) beranggapan bahwa perilaku manajer atau
pembuat laporan keuangan dalam proses pembuatan laporan keuangan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor perilaku manajer dalam pengaturan
tingkat keuntungan dikenal dengan tiga hipotesis, yaitu:
a. The Bonus Plan Hypothesis
Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer
perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser
laba dari masa depan ke masa kini seingga dapat menaikkan laba saat ini.
Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih
tinggi untuk masa kini.
b. The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)
Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditur bahkan perusahaan akan terancam melanggar
c. The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis)
Pada perusahaan yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan
lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang
dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga
dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul
dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian
media dan konsumen.
Kondisi leverage sangat mempengaruhi penilaian pemakai laporan keuangan. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi mengakibatkan suatu perusahaan kesulitan memperoleh dana tambahan. Hal ini dikarenakan
kreditur menolak memberikan pinjaman lebih banyak, sebab kreditur memerlukan
jaminan atas dana yang dipinjamkan. Kondisi demikianlah yang mendorong
pemilik perusahaan untuk meminta manajer melaporkan bahwa perusahaan
mempunyai leverage yang menguntungkan berdasarkan situasi perekonomian yang ada. Dan tuntutan pemilik ini seringkali “memaksa” manajer untuk
melakukan tindakan perataan laba. Minimal untuk mengurangi tuntutan tersebut.
Leverage operasi adalah suatu indikator perubahan laba bersih yang diakibatkan oleh besarnya volume penjualan. Ashari et al. (1994) berhasil
membuktikan bahwa leverage operasi merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya perataan laba. Zuhroh dalam Suwito dan Herawaty (2005)
laba dengan kesimpulan bahwa hanya leverage operasi perusahaan saja yang memiliki pengaruh terhadap praktek perataan laba yang dilakukan
perusahaan di Indonesia.
2.12.Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Perataan Laba
Teori yang melandasi pengaruh net profit margin terhadap perataan laba adalah Pecking Order Theory (Myers, 1984) teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai serta pendanaan yang diambil oleh perusahaan. Teori ini menyatakan bahwa:
1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan).
2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dividen yang
ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen
secara drastis.
3. Kebijakan dividen yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi
profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga,
mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi
kebutuhan dana untuk investasi.
4. Apabila pendanaan dari luar (exsternal financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling “aman” terlebih dahulu.
Praktek perataan laba telah dikenal sebagai praktek yang logis dan
rasional, perataan laba juga merupakan fenomena yang umum dilakukan di
banyak negara.
Perataan laba merupakan perilaku yang rasional didasarkan pada asumsi
tersebut maka motivasi yang mempengaruhi pilihan manajer atas kebijakan
tertentu adalah memaksimumkan kepentingannya.
Sedangkan kepentingan manajer tergantung pada nilai perusahaan, dan
manajer percaya bahwa pasar mendasarkan pada angka akuntansi. Fluktuasi atas
laba dan tidak dapat diprediksinya laba yang akan datang merupakan sebab
penentu resiko atas saham. Sesuai pernyataan Beidlman (1973) bahwa perataan
laba penghasilan seharusnya memperluas pasar saham perusahaan dan membawa
pengaruh yang menguntungkan nilai saham perusahaan (Salno dan Baridwan,
1999 : 2)
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkam bahwa tingkah laku manajer
untuk mendapatkan laba yang baik mendorong manajer melakukan manajemen