• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA DENGAN KELANCARAN PROGRAM TABUR PUJA DI POSDAYA SEJAHTERA, KOTA BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA DENGAN KELANCARAN PROGRAM TABUR PUJA DI POSDAYA SEJAHTERA, KOTA BOGOR"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA

DENGAN KELANCARAN PROGRAM TABUR PUJA

DI POSDAYA SEJAHTERA, KOTA BOGOR

ANNISA NOVIANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Annisa Noviani NIM I34110118

(4)
(5)

ABSTRAK

ANNISA NOVIANI. Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor. Di bawah bimbingan PUDJI MULJONO

Program Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera atau Tabur Puja adalah program dana bergulir yang dikelola oleh Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Program ini diperuntukkan untuk masyarakat khususnya anggota Posdaya yang ingin membuka usaha dan juga menambah modal usaha. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara faktor internal, faktor eksternal dan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja dengan tingkat kelancaran program tersebut. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan adalah tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi, tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran pemanfaatan program dan tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian program.

Kata kunci: faktor eksternal, faktor internal, kelancaran program, partisipasi, posdaya

ABSTRACT

ANNISA NOVIANI. The Relationship between The Level of Participation of Members with Smoothness of The Tabur Puja’s Program at Posdaya Sejahtera, Bogor City. Supervised by PUDJI MULJONO

Saving and credit programs coffers prosperous or Tabur Puja is a revolving fund’s program managed by microfinance institution (LKM). This program is intended for the public, especially members of Posdaya who want to open a business and also increase business capital. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship buffer between internal factors, external factors, the level of participation in the smoothness’s program rate. This Research uses quantitative data supported by qualitative data. The result of this study showed that variables that have a relationship is level of interaction of members and program managers with the level of participation of members in the evaluation stage, the level of participation of members in the implementation stage with a level of smoothnees of utilization of the program, and the level of participation of members in the stage of enjoying the result with the level of smoothness’s program of distribution, utilization, and returns.

Keywords: external factors, internal factors, participation, posdaya, smoothness’s program

(6)
(7)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA

DENGAN KELANCARAN PROGRAM TABUR PUJA DI

POSDAYA SEJAHTERA, KOTA BOGOR

ANNISA NOVIANI Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor

Nama : Annisa Noviani

Judul Skripsi : Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor

Nama : Annisa Noviani

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berjudul “Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor” ini dengan baik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 dengan mengangkat topik partisipasi anggota dalam program dana bergulir dengan lokasi penelitian di Posdaya Sejahtera, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat.

Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian karya ilmiah ini.

2. Ibu Sri Wintarsih dan Bapak Maji selaku orangtua tercinta yang selalu memberikan saran, masukan, dukungan dan doa yang sangat bermanfaat untuk penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Bapak Dr Ir Dwi Sadono MSi selaku dosen penguji utama dan Ir Murdianto MSi selaku dosen penguji akademik.

4. Ayi Sopandi yang telah memberikan dukungan, bantuan dan doa ketika proses penelitian.

5. Teman satu bimbingan yaitu Nidia, Vani dan Linda yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan berbagi pengetahuan.

6. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para teman suka duka dan seperjuangan yaitu Fauziah Fikriani Riadisti Ramadhan, Nadia Itona Siregar, Amanda Yunita, Indah Oktavia Putri dan teman-teman asrama yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini.

7. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada Ibu Masamah selaku Kader Posdaya Sejahtera dan Bapak Madsai selaku ketua Posdaya Sejahtera yang telah membantu selama proses pengumpulan data di lapangan.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum dikatakan sempurna. Maka dari itu, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat menyempurnakan penelitian selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR LAMPIRAN xvii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Masalah Penelitian 2 Tujuan Penelitian 3 Kegunaan Penelitian 3 PENDEKATAN TEORITIS 5 Tinjauan Pustaka 5 Posdaya 5 Partisipasi 6 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi 8 Konsep Dana Bergulir 10 Lembaga Keuangan Mikro (LKM) 11 Kelancaran Program 13 Kerangka Pemikiran 14 Hipotesis Penelitian 16 Definisi Operasional 16 PENDEKATAN LAPANG 21 Metode Penelitian 21 Lokasi dan Waktu 21 Teknik Penentuan Responden dan Informan 21 Teknik Pengumpulan Data 22 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 25

Gambaran Lokasi Penelitian 25

Gambaran Umum Posdaya Sejahtera 25

Gambaran Umum Program Tabur Puja 27

Faktor Internal 28

Usia 28

Tingkat Pendidikan 29

Tingkat Pendapatan 29

Lama Tinggal di Suatu Lingkungan Sosial 30

Faktor Eksternal 31

Tingkat Interaksi Anggota dan Pengelola Program 31

Tingkat Pelayanan Pengelola Program 32

Tingkat Partisipasi Anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 32 Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pengambilan Keputusan 33 Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pelaksanaan 33 Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Evaluasi 34 Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Menikmati Hasil 35 Tingkat Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 35

(14)

Tingkat Kelancaran Pemanfaatan 36

Tingkat Kelancaran Pengembalian 37

Hubungan antara Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Anggota

Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 38

Hubungan antara Usia dengan Tingkat Partisipasi Anggota 39 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi

Anggota 40

Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi

Anggota 41

Hubungan antara Lama Tinggal di Suatu Lingkungan Sosial dengan

Tingkat Partisipasi Anggota 43

Hubungan antara Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Anggota

Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 44

Hubungan antara Tingkat Interaksi Anggota dan Pengelola Program

dengan Tingkat Partisipasi Anggota 44

Hubungan antara Tingkat Pelayanan Pengelola Program dengan

Tingkat Partisipasi Anggota 46

Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota dengan

Tingkat Kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 48 Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap

Pengambilan Keputusan dengan Tingkat Kelancaran Program 48 Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pelaksanaan

dengan Tingkat Kelancaran Program 49

Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Evaluasi

dengan Tingkat Kelancaran Program 51

Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Menikmati

Hasil dengan Tingkat Kelancaran Program 52

Ikhtisar 54

SIMPULAN DAN SARAN 57

Simpulan 57

Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 59 RIWAYAT HIDUP 71

(15)

DAFTAR TABEL

1 Angka persentase jumlah penduduk miskin tahun 2009-2013 1

2 Metode pengumpulan data 23

3 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan klasifikasi usia

di Posdaya Sejahtera tahun 2015 25

4 Data peserta Program Pendidikan Usia Dini (PAUD) Pelangi

di Posdaya Sejahtera tahun 2015 26

5 Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di

Posdaya Sejahtera menurut usia, tahun 2015 28

6 Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di

Posdaya Sejahtera menurut tingkat pendidikan, tahun 2015 29 7 Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di

Posdaya Sejahtera menurut tingkat pendapatan per bulan,

tahun 2015 29

8 Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut lama tinggal di suatu lingkungan

sosial, tahun 2015 30

9 Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut tingkat interaksi anggota dan

pengelola program, tahun 2015 31

10 Jumlah dan persentase anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera menurut tingkat pelayanan pengelola

program, tahun 2015 32

11 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap pengambilan

keputusan, tahun 2015 33

12 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap pelaksanaan,

tahun 2015 34

13 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap evaluasi, tahun

2015 34

14 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera pada tahap menikmati hasil, tahun 2015

35 15 Jumlah dan persentase tingkat kelancaran penyaluran pada

Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 36 16 Jumlah dan persentase tingkat kelancaran pemanfaatan pada

Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 37 17 Jumlah dan persentase tingkat kelancaran pengembalian pada

Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 38 18 Jumlah dan persentase anggota menurut usia dengan tingkat

partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015

(16)

19 Koefisien korelasi Spearman (rs) antara usia dengan tingkat

partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 39 20 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pendidikan

dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di

Posdaya Sejahtera, tahun 2015 40

21 Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di

Posdaya Sejahtera 41

22 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di

Posdaya Sejahtera, tahun 2015 42

23 Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di

Posdaya Sejahtera 42

24 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat lama tinggal di suatu lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota

Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 43 25 Koefisien korelasi Spearman (rs) antara lama tinggal di suatu

lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi anggota Program

Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 43

26 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat interaksi anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi

anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 45 27 Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat interaksi

anggota dan pengelola program dengan tingkat partisipasi

anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 45 28 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat pelayanan

pengelola dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur

Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 47

29 Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat pelayanan pengelola program dengan tingkat partisipasi anggota Program

Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 47

30 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015

48 31 Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat partisipasi

anggota pada tahap pengambilan keputusan dengan tingkat

kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 49 32 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi

anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran

Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 50 33 Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat partisipasi

anggota pada tahap pelaksanaan dengan tingkat kelancaran

Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 50

34 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran

(17)

35 Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi dengan tingkat kelancaran

Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 52

36 Jumlah dan persentase anggota menurut tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran

Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, tahun 2015 52 37 Koefisien korelasi Spearman (rs) antara tingkat partisipasi

anggota pada tahap menikmati hasil dengan tingkat kelancaran

Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera 53

DAFTAR GAMBAR

1 Jenjang tingkat partisipasi (Wilcox 1988) 7

2 Kerangka pemikiran hubungan antara tingkat partisipasi dengan kelancaran program

15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sketsa lokasi penelitian 65

2 Kerangka sampling 66

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan menjadi pembahasan yang sangat penting di setiap negara yang ada di dunia. Di Indonesia, pemerintah menempatkan isu kemiskinan dalam prioritas utama. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat dari segala sektor untuk mengurangi angka kemiskinan. Program-program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat tersebut seperti PPK (Program Pengembangan Kecamatan) yang dilaksanakan Departemen Dalam Negeri, P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) yang dilaksanakan Departemen Pekerjaan Umum, P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil) yang dilaksanakan Departemen Pertanian, PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) yang dilaksanakan Departemen Kelautan dan Perikanan, KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yang dilaksanakan Departemen Sosial dan lain-lain. Kebijakan suatu negara yang sedang membangun pada hakikatnya diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Sasaran tersebut dapat diwujudkan di antaranya dengan memberdayakan dan memandirikan masyarakat dalam kehidupan ekonominya.

Upaya tersebut merupakan salah satu pilihan kebijakan yang dilaksanakan yaitu memberi peluang yang lebih besar kepada masyarakat untuk dapat mengakses aset produksi. Salah satu aset produksi yang paling mendasar dalam kegiatan ekonomi adalah dana atau modal. Setiap tahunnya pemerintah menyediakan alokasi dana yang cukup besar untuk program-program tersebut. Jika dilihat hasilnya, upaya pemerintah selama ini dapat dikatakan cukup berhasil. Hasil laporan Badan Pusat Statistik (BPS), data lima tahun terakhir menunjukkan persentase angka penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan tiap tahunnya. Pada Tabel 1 disajikan angka persentase jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2009-2013.

Tabel 1 Angka persentase jumlah penduduk miskin tahun 2009-2013

Tahun Penduduk Miskin

Jumlah Persentase 2009 32,53 14,15 2010 31,02 13,33 2011 29,89 12,36 2012 28,59 11,66 2013 28,07 11,37 Sumber :www.bps.go.id

Hal ini menunjukkan, meski angka penduduk miskin mengalami penurunan tetapi tidak menunjukkan penurunan angka yang signifikan.

(20)

Penyebabnya dikarenakan masih rendahnya kelancaran program yang dilaksanakan dan banyaknya kendala- kendala yang belum dapat diatasi.

Semua program yang dilaksanakan oleh berbagai departemen di pemerintahan tersebut, rata-rata menggunakan konsep dana bergulir. Konsep dana bergulir yaitu meminjamkan dana bantuan atau dana pinjaman yang harus dikembalikan kepada pemerintah untuk masyarakat agar dapat membantu memperkuat modal usaha guna pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil, menengah dan usaha lainnya dalam upaya penanggulangan kemiskinan, pengangguran dan pengembangan ekonomi nasional.

Di sisi lain walaupun masyarakat mendapatkan bantuan modal untuk usaha, tetapi masih ada beban yang ditanggung karena harus mengembalikan dana pinjaman tersebut. Faktanya masih banyak masyarakat yang menjadi lebih miskin dibanding sebelumnya dikarenakan tidak dapat mengembalikan dana bergulir yang sudah digunakan. Hal ini terkadang membuat masyarakat berfikir ulang untuk berpartisipasi dalam program. Tidak adanya partisipasi masyarakat dalam sebuah program secara tidak langsung akan mempengaruhi kelancaran program itu sendiri, banyak program yang partisipasinya tinggi tetapi pengembalian dana masih tetap mengalami kemacetan. Penelitian mengenai partisipasi banyak dilakukan untuk menganalisis pengaruh partisipasi dalam sebuah program, partisipasi dianggap penting dalam keberhasilan suatu program. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam sebuah program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Umumnya masyarakat yang berpartisipasi dalam sebuah program khususnya dana bergulir merupakan masyarakat yang tergolong ekonomi rendah, maka dari itu dengan mengikuti program tersebut masyarakat berharap agar dapat menambah penghasilan mereka. Pada beberapa penelitian mengenai program dana bergulir pada partisipasi masyarakatnya tinggi, tetapi terkadang masalah mindset masyarakat yang menganggap dana yang dipinjamkan merupakan dana hibah yang tidak perlu dikembalikan. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam sebuah program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik.

Masalah Penelitian

1. Setiap individu dalam masyarakat mempunyai karakteristik atau ciri yang berbeda setiap orangnya. Dengan perbedaan-perbedaan yang ada pada individu masyarakat itu sendiri apakah akan mempengaruhi tingkat partisipasi itu sendiri, seperti misalnya pada masyarakat yang lebih tinggi pendidikannya apakah tingkat partisipasinya juga akan berbeda dengan yang berpendidikan lebih rendah. Menurut Pangestu seperti dikutip Berampu (2014), karakteristik individu termasuk dalam faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat untuk dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup usia, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan dan lama tinggal di suatu lingkungan sosial. Maka dari itu, sejauhmana faktor internal berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota dalam program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera ?

(21)

2. Faktor eksternal meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran, hubungan ini dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka (Pangestu dikutip Berampu 2014). Keterikatan hubungan antara pihak pengelola program dengan sasaran tentu akan membuat kepercayaan (trust) partisipan terhadap program menjadi lebih kuat, masyarakat sendiri tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Oleh karena itu penting diketahui sejauhmana faktor eksternal berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota dalam program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera ?

3. Dengan adanya faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi partisipasi, tentu hal itu akan berdampak pada kelancaran program itu sendiri. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dapat mempengaruhi kemampuan atau pengetahuannya. Dengan manfaat yang diperoleh, bagaimana hubungan tingkat partisipasi anggota dalam program Tabur Puja dengan kelancaran program itu sendiri?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis sejauhmana faktor internal berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota dalam program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera.

2. Menganalisis sejauhmana faktor eksternal berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota dalam program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera.

3. Menganalisis bagaimana hubungan tingkat partisipasi anggota dengan tingkat kelancaran program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya serta menambah khasanah penelitian mengenai program dana bergulir.

2. Bagi masyarakat, memberi manfaat bagi masyarakat dalam mengoptimalkan program yang diberikan pemerintah demi kebaikan masyarakat itu sendiri. 3. Bagi pemerintah, keberhasilan atau kegagalan program dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam membuat kebijakan baru atau memperbaiki kebijakan yang sudah ada untuk kesejahteraan masyarakat.

4. Bagi swasta, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat suatu program masyarakat.

(22)
(23)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Posdaya

Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) adalah sebuah gerakan untuk menghidupkan modal sosial dan membangkitkan kembali budaya gotong royong di masyarakat serta saling peduli antar tetangga dalam membangun kehidupan berkeluarga, dilakukan secara swadaya serta terbuka untuk kemitraan menuju masyarakat yang mandiri. Tujuan dibentuknya Posdaya adalah untuk menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan kegotongroyongan dalam suatu wadah sosial di masyarakat dan membangkitkan ide-ide kreatif dari proses interaksi antar warga, sehingga anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan saling membantu serta saling bersinergi dalam mengatasi masalah yang dialami warganya terutama pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan dan agama. Posdaya sendiri terbentuk di tingkat RW (Rukun Warga), tetapi ada juga yang terbentuk di tingkat dusun atau dukuh dan bahkan di tingkat Kelurahan atau Desa (P2SDM LPPM IPB dikutip Muljono et al. (2014)).

Satriani dan Muljono (2012) menyatakan bahwa Posdaya merupakan pemberdayaan dari, oleh dan untuk masyarakat. Pengertian ini memiliki maksud bahwa Posdaya sebagai sebuah program yang dibentuk oleh masyarakat, dijalankan oleh masyarakat dan diperuntukkan untuk masyarakat sehingga merupakan program yang bersifat bottom up atau bottom up programe. Posdaya juga dibentuk untuk menumbuhkan kembali semangat gotong royong yang telah memudar, keterlibatan secara langsung dari masyarakat atau pihak-pihak berkepentingan sangat dibutuhkan agar kegiatan dalam Posdaya dapat berjalan dan menumbuhkan kemandirian masyarakat.

Metode pengembangan Posdaya menurut Suyono dan Haryanto dikutip Nuryanti (2013), dilakukan melalui beberapa bentuk kegiatan yaitu (1) pelatihan, dilakukan untuk membekali pengurus dan Kader Posdaya dengan program motivasi dan keterampilan, (2) rapat koordinasi, dilakukan untuk mengetahui perkembangan masing-masing Posdaya, saling berbagi antar pengurus atau kader dan sosialisasi program dan (3) pendampingan, dimaksudkan untuk mengadakan teman diskusi di Posdaya, sumber informasi dan motivator pengembangan Posdaya. Dalam penelitian Muljono et al. dikutip Nuryanti (2013), analisis kinerja Posdaya dilakukan untuk mengukur dampak keberadaan Posdaya sebagai gerakan pemberdayaan masyarakat terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Kinerja Posdaya dapat dikategorikan baik, karena telah menghasilkan beberapa perubahan yaitu (1) Posdaya mampu mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap bentuk-bentuk intervensi pembangunan, (2) Posdaya mampu mendinamisasikan kehidupan masyarakat melalui meningkatnya partisipasi dan komitmen masyarakat dalam pembangunan, (3) kualitas keluarga-keluarga miskin yang ada di wilayah Posdaya mengalami perubahan yang cukup signifikan seperti mampu mengubah mindset bahwa pendidikan itu penting, berani mengemukakan

(24)

ide atau pendapat dalam musyawarah, pentingnya kesehatan dan jumlah balita kurang gizi berkurang, selain itu (4) mulai muncul kegiatan ekonomi masyarakat seperti usaha-usaha kecil dibidang pangan, kerajinan, maupun jasa dan yang terakhir (5) masyarakat mulai menilai penting menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Partisipasi

Theresia et al. (2014), menyimpulkan bahwa partisipasi atau peranserta pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan, yang mencakup pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian (pemantauan, evaluasi, pengawasan), serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai. Uphoff et al. dikutip Ainiya (2014), mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan masyarakat mulai dari pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi. Keempat tahapan partisipasi sebagaimana yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu perencanaan kegiatan.

2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek.

3. Tahap menikmati hasil dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan proyek. Selain itu dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

4. Tahap evaluasi dianggap penting karena partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat member masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

Dusseldorp dikutip Theresia et al. (2014), mengidentifikasi beragam bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat dapat berupa:

1. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat. 2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok.

3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkan sumberdaya masayarakat.

4. Menggerakkan sumberdaya masyarakat.

(25)

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan merupakan perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup mereka. Artinya melalui partisipasi yang diberikan, berarti benar-benar menyadari bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah sendiri, tetapi juga menuntut keterlibatan masyarakat yang akan diperbaiki mutu hidupnya.

Menurut Koentjaraningrat dikutip Mushofiah (2002), partisipasi masyarakat dalam pembangunan pembangunan dibagi menjadi dua tipe dengan prinsip yang berbeda, yaitu:

1. Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama pada proyek pembangunan khusus. Pada tipe ini masyarakat diajak, dipersuasi, diperintahkan atau dipaksa oleh pihak lain dari berbagai instansi pemerintah. Keikutsertaan masyarakat yang berdasarkan keyakinan bahwa hal tersebut akan member manfaat bagi dirinya, maka keikutsertaannya dilakukan dengan semangat dan spontan tanpa mengharapkan sesuatu, akan tetapi jika masyarakat diperintah dan dipaksa, maka keikutsertaannya dinilai sebagai bentuk kerja rodi. Contohnya adalah partisipasi masyarakat dalam pelebaran jalan, membuat saluran irigasi, membuat jembatan desa dan sebagainya.

2. Partisipasi sebagai individu diluar aktivitas–aktivitas bersama dalm pembangunan. Pada tipe ini keikutsertaan masyarakat timbul tanpa adanya unsur paksaan atau diperintah oleh atasan, tetapi atas dasar kemauan mereka sendiri. Contoh dari tipe ini adalah partisipasi Bimas, menjadi akseptor KB, menabung uang di Tabanas dan sebagainya.

Dilihat dari tingkatan atau tahapan partisipasi, Wilcox dikutip Theresia et al. (2014) mengemukakan adanya 5 (lima) tingkatan, seperti yang disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Jenjang tingkat partisipasi (Wilcox 1988)

1. Memberikan informasi (Information).

2. Konsultasi (Consultation), yaitu menawarkan pendapat, sebagai pendengar yang baik untuk memberikan umpan-balik, tetapi tidak terlibat dalam implementasi ide dan gagasan tersebut.

Substantial Participation Degree of control Supporting Acting together Deciding together Consultation Information

(26)

3. Pengambilan keputusan bersama (Deciding together), dalam arti memberikan dukungan terhadap ide, gagasan, pilihan-pilihan, serta mengembangkan peluang yang diperlukan guna pengambilan keputusan.

4. Bertindak bersama (Acting together), dalam arti tidak sekadar ikut dalam pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dan menjalin kemitraan dalam pelaksanaan kegiatannya.

5. Memberikan dukungan (Supporting independent community interest), dimana kelompok-kelompok lokal menawarkan.

Slamet dikutip Theresia et al. (2014), menyatakan bahwa tumbuh kembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu:

1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Beberapa kesempatan yang dimaksud disini adalah (a) kemauan politik dari penguasa untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan, baik dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pemeliharaan dan pemanfaatan pembangunan sejak ditingkat pusat sampai jajaran birokrasi bawah, (b) kesempatan untuk memeroleh informasi pembangunan, (c) kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya (alam dan manusia) untuk pelaksanaan pembangunan, (d) kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang tepat, termasuk peralatan/perlengkapan penunjangnya, (e) kesempatan untuk berorganisasi, termasuk memperoleh dan menggunakan peraturan, perijinan dan prosedur kegiatan yang dilaksanakan dan (f) kesempatan mengembangkan kepemimpinan yang mampu menumbuhkan bahkan menggerakkan dan mengembangkan serta memelihara partisipasi masyarakat.

2. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi, yang dimaksud dengan kemampuan disini adalah (a) kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun, (b) kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki dan (c) kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber daya dan kesempatan (peluang lain) yang tersedia optimal.

3. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Kemauan untuk berpartisipasi utamanya ditentukan sikap mental yang dimiliki masyarakat untuk membangun atau memperbaiki kehidupannya yang menyangkut: (a) sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat pembangunan, (b) sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya, (c) sikap untuk selalu memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas diri, (d) sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah dan tercapainya tujuan pembangunan dan (e) sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya.

Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Berdasarkan Handayani dikutip Radjabaycolle (2013), menyatakan bahwa faktor internal individu terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan lama tinggal. Faktor eksternal yaitu dukungan tokoh

(27)

masyarakat, tingkat dukungan masyarakat sekitar, tingkat ketersediaan fasilitas, sumber informasi/komunikasi. Dalam penelitian Nuryanti (2013), faktor internal yang mempengaruhi partisipasi yaitu usia, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pengalaman berposdaya, motivasi berposdaya dan kekosmpolitan. Faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi yaitu peran media massa, peran tokoh masyarakat, peran pendamping. Fitriyanti (2014), menyatakan faktor internal yaitu meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan. Faktor eksternal yaitu keaktifan pemimpin formal dan informal, intensitas komunikasi, intensitas sosialisasi kegiatan, keaktifan fasilitator.

Menurut Pangestu dikutip Berampu (2014), suatu program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Faktor Internal, yaitu mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama tinggal di suatu lingkungan sosial.

 Usia

Usia merupakan lama hidup seseorang terhitung dari tahun dilahirkan hingga tahun saat ini ia hidup. Usia diharapkan dapat mempengaruhi partisipasi individu atau kelompok untuk menyampaikan pendapat atau idenya. Usia juga menentukan seseorang untuk dapat mengambil keputusan. Usia tua dianggap memiliki pengalaman yang lebih banyak sehingga cenderung memiliki pendapat yang lebih besar (Ainiya 2014).

 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diterima seseorang yang memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta pengalaman baik secara formal maupun informal. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi partisipasi, karena pengetahuan yang luas yang dimiliki individu cenderung memberikan pendapat yang lebih banyak, sehingga tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi (Ainiya 2014).

 Tingkat Pendapatan

Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh individu setelah bekerja. Pendapatan dibagi menjadi pendapatan harian, mingguan dan bulanan. Tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi partisipasi, karena tingkat pendapatan yang tinggi cenderung akan memberikan partisipasi berupa dana, sementara individu yang memiliki pendapatan rendah cenderung akan ikut berpartisipasi dalam bentuk tenaga atau pikiran. Individu yang memiliki pendapatan rendah cenderung memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan yang bertujuan untuk mensejahterakan dirinya (Ainiya 2014).

 Lama Tinggal di Suatu Lingkungan Sosial

Murray dan Lappin dikutip Aprianto (2008), menyatakan bahwa faktor internal lain yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama tinggal. Semakin lama tinggal disuatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana dia tinggal.

(28)

2. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran, hubungan ini dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut.

Menurut Arifah dikutip Aprianto (2008), faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi selain pelayanan yaitu metode kegiatan. Metode kegiatan yang dua arah atau interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang. Hal ini dikarenakan dengan metode yang dua arah antar penyuluh dan yang disuluh akan lebih terjalin hubungan erat, sehingga akan dapat meningkatkan partisipasi dalam suatu kegiatan.

Konsep Dana Bergulir

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.05/2009 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir pada Kementerian Negara/Lembaga, dana bergulir adalah dana yang dialokasikan oleh Kementerian Negara/Lembaga/ Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil, menengah dan usaha lainnya yang berada dibawah pembinaan Kementerian Negara/Lembaga.

Dalam Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 dijelaskan bahwa Dana Bergulir merupakan dana yang dipinjamkan untuk dikelola dan digulirkan kepada masyarakat oleh pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran yang bertujuan meningkatkan ekonomi rakyat dan tujuan lainnya. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut:

1. Dana tersebut merupakan bagian dari keuangan negara/daerah. Dana bergulir dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APDB) dan luar APBN/APBD seperti dari masyarakat atau hibah dari luar negeri. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dana bergulir yang berasal dari luar APBN, diakui sebagai kekayaan negara/daerah jika dana itu diberikan dan/atau diterima atas nama pemerintah/pemerintah daerah.

2. Dana tersebut dicantumkan dalam APBN/APBD dan/atau laporan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan semua pengeluaran negara/daerah dimasukkan dalam APBN/APBD. Oleh sebab itu alokasi anggaran untuk dana bergulir dapat dicantumkan dalam APBN/APBD awal atau revisi APBN/APBD (APBN-P atau APBD Perubahan).

3. Dana tersebut harus dikuasai, dimiliki dan/atau dikendalikan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA). Pengertian dikuasai dan/atau dimiliki mempunyai makna luas yaitu PA/KPA mempunyai hak kepemilikan atau penguasaan atas dana bergulir, sementara dikendalikan maksudnya adalah PA/KPA mempunyai kewenangan dalam melakukan pembinaan, monitoring, pengawasan atau kegiatan lain dalam rangka pemberdayaan dana bergulir.

(29)

4. Dana tersebut merupakan dana yang disalurkan kepada masyarakat ditagih kembali dari masyarakat dengan atau tanpa nilai tambah, selanjutnya dana disalurkan kembali kepada masyarakat/kelompok masyarakat demikian seterusnya (bergulir).

5. Satuan kerja melakukan pengelolaan dana melakukan pengendalian penagihan dana dari masyarakat, menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat/kelompok masyarakat, melaporkan dan mempertanggungjawabkan dana tersebut.

Setiawan dan Rejekiningsih (2009), menjelaskan bahwa kegiatan dana bergulir dibagi menjadi empat pola pelaksanaan yaitu:

1. Pola Subsidi Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM) yang dilakukan sejak tahun 2000-2003.

2. Pola Agribisnis yang meliputi dua subpola yaitu:

a. Subpola Pengembangan Komoditas Unggulan dengan plafon dana masing-masing sebesar 1 miliar yang dilakukan sejak tahun 2005.

b. Subpola Peningkatan Produksi dengan plafon masing-masing sebesar 50 juta yang dilakukan sejak tahun 2005.

3. Pola Modal Awal Padanan (MAP) merupakan stimulan terhadap UKM melalui sentra-sentra produksi. Pola ini disalurkan melalui KSP dan telah dilaksanakan sejak tahun 2000-2004 dengan besaran plafon 150 juta sampai 250 juta.

4. Pola Syariah yang dilakukan sejak tahun 2003 sampai tahun 2004. Pola ini merupakan kelanjutan dari eksP2KER melalui BMT/Kopontren yang dilakukan sejak tahun 2000 dengan plafon masing-masing sebesar 50 juta. Fokus pola ini adalah pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan

Nugraha (2014), menjelaskan gagasan pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan dana bergulir mulai dipikirkan ketika muncul kesadaran bahwa masyarakat miskin itu bukan the have not (tidak memiliki) melainkan the have little (sedikit memiliki). Mereka adalah economically active poor yang lebih memerlukan aksebilitas pada service provider (dalam hal ini lembaga keuangan) daripada belas kasihan.

Mahfudz (2006), menyatakan upaya pemerintah untuk meningkatkan akses pembiayaan serta mempercepat proses income generating dan pengembangan usaha mikro dan usaha kecil dituangkan melalui peluncuran program penguatan finansial dengan berbasis pada partisipasi masyarakat melalui berbagai dana bergulir (revolving fund). Dana bergulir tersebut ada yang bersifat kelola individual maupun kelompok (sistem tanggung renteng). Dalam konteks penjabaran pengucuran dana bergulir dilapangan tidak terlepas peran aktif Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi (KSP/USP Koperasi) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Artinya, dana-dana bergulir yang dikucurkan melalui program ini cenderung melibatkan KSP/USP Koperasi dan LKM sebagai executive agent, bahkan melakukan fungsi consulting dan controling.

Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik

(30)

melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelola simpanan, maupun pemberi jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan (Baskara dikutip Ainiya (2014)).

Ismail et al. (2014), menyatakan secara umum Lembaga Keuangan Mikro (LKM) didefinisikan sebagai lembaga penyedia pelayanan usaha ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah (miskin), yang tidak memiliki akses pada perbankan berskala besar. Di Indonesia, LKM memiliki bentuk yang beragam dan heterogen. Dalam hal ini LKM dapat digolongkan ke dalam bentuk formal, semi-formal dan insemi-formal. LKM semi-formal adalah lembaga keuangan mikro yang beroperasi di bawah aturan main perbankan, seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR). LKM semi-formal dikenal dengan lembaga keuangan mikro yang beroperasi di bawah peraturan pemerintah selain aturan perbankan, seperti koperasi, BMT, pegadaian dan berbagai program kredit pemerintah. Dan LKM informal adalah lembaga keuangan mikro yang beroperasi di luar aturan main pemerintah, seperti rentenir, kelompok simpan-pinjam dan arisan.

Keunggulan LKM dibandingkan dengan perbankan besar adalah fleksibilitas dalam pelayanan keuangan terhadap nasabah kecil. Fleksibilitas ini mencakup ketentuan pemberian jasa pelayanan keuangan yang cepat, sering kali tanpa agunan dan persyaratan administrasi yang sederhana. Sifat operasional yang dekat nasabah kecil memungkinkan LKM dapat menilai kelayakan usaha mikro secara baik sehingga mampu memberikan kredit tanpa agunan. Namun, ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh LKM. Pertama, keterbatasan kemampuan LKM dalam memobilisasi tabungan masyarakat sehingga membatasi mereka dalam penyaluran kredit kepada usaha mikro. Masalah kesulitan dalam memobilisasi tabungan ini terutama akibat kerangka hukum LKM yang berbenturan dengan peraturan perbankan. Kedua, masih rendahnya profesionalisme dan tata kelola bisnis sehingga menghambat perkembangan LKM.

Ismawan dan Budianto dikutip Ismail et al. (2014), mengemukakan bahwa terdapat empat model pendekatan lembaga keuangan mikro di antaranya sebagai berikut:

1. Saving Led Microfinance

Model ini bertumpu dari mobilisasi keuangan (tabungan) yang mendasarkan diri pada kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat miskin (pengusaha mikro) itu sendiri. Bentuk ini bertumpu pada anggota dan keanggotaan dan partisipasinya terhadap kelembagaan mempunyai makna yang sangat penting. Aspek yang menonjol dalam pendekatan ini adalah soal pendidikan dan kemandirian, yaitu anggota dididik untuk menggunakan uang secara hati-hati dan terencana melalui tabungan. Dengan kata lain model pendekatan ini sumber modalnya berasal dari tabungan para anggota, seperti koperasi dan BMT.

2. Credit Led Microfinance

Sumber pendanaan dari model pendekatan LKM ini terutama bukan diperoleh dari mobilisasi tabungan masyarakat miskin, melainkan berasal dari sumber-sumber lain yang memang ditujukan untuk pengembangan usaha mikro. Hal ini dikarenakan pengumpulan tabungan dari masyarakat miskin membutuhkan waktu yang lama. Dengan ketersediaan dana yang mencukupi memungkinkan

(31)

melakukan kegiatan pelayanan mikro kepada pengusaha mikro lebih banyak dan cepat. Oleh sebab itu, dalam rangka mengumpulkan dana secara cepat dan lebih banyak, LKM model pendekatan ini mencari investor yang bersedia memberikan pendanaan. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan model Saving Led Microfinance, dimana sumber modal awal yang digunakan bukan berasal dari tabungan anggotanya.

3. Micro Banking

Model pendekatan dari LKM ini adalah sector perbankan yang didesain untuk melakukan pelayanan keuangan mikro. Contoh dari model ini adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

4. Linkage Model

Model pendekatan melalui linkage yang pada prinsipnya memanfaatkan kelembagaan yang telah ada. Dalam hal ini ada dua macam linkage, pertama linkage antar-lembaga keuangan (perbankan atau lembaga pembiayaan lain) yang berhubungan dengan LKM. Contohnya linkage antara bank-bank umum dan BPR, linkage antara Permodalan Nasional Madani (PNM) dan BPR. Kedua, antara lembaga keuangan (bank) dan kelompok swadaya masyarakat. Linkage ini biasa disebut Pola Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK-SM). PHBK-SM merupakan terobosan yang memungkinkan bank melayani masyarakat kecil (melalui kelompok) yang tidak memiliki jaminan fisik dan kelembagaan formal.

Kelancaran Program

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dikutip Kuryono (2012), lancar adalah tidak tersendat-sendat atau tidak tersangkut-sangkut. Kelancaran memiliki arti yang sangat penting dalam setiap pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan akan terlaksana apabila ada kelancaran pekerjaan tersebut. Kelancaran merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan terlaksana dengan baik dan maksimal.

Menurut Setiawan dan Rejekiningsih (2009), program dana bergulir dianggap sukses jika mencapai Tri Sukses, yaitu sukses penyaluran, sukses pemanfaatan, sukses pengembalian, serta terwujudnya peningkatan dan pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat. Mahfudz (2006), sukses penyaluran sendiri dapat dilihat dari pemerataan distribusi penyaluran dana bergulir dimana distribusi penyaluran dana terhadap anggota harus mempertimbangkan aspek pemerataan, kecepatan prosedur penyaluran dana bergulir, ketepatan sasaran penyaluran dana bergulir, keberlanjutan penyaluran dan bergulir dan perkembangan dana bergulir yang disalurkan. Sukses pemanfaatan dilihat dari kehadiran dana bergulir dalam menstimulasi peningkatan dan perkembangan usaha, dalam bentuk peningkatan produksi, peningkatan penjualan, peningkatan pendapatan, atau peningkatan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan Sukses pengembalian dapat dilihat ketepatan pelunasan anggota, keterjangkauan angsuran pengembalian dan adanya sanksi yang diberikan kepada anggota yang menunggak.

Pada penelitian Usman (2013), menunjukkan bahwa faktor internal yang menyebabkan kemacetan pinjaman bergulir dalam PNPM Mandiri meliputi

(32)

pengambilan keputusan, data keuangan, serta analisis kredit yang menunggak. Faktor utamanya kemacetan dalam faktor internal yaitu pemantauan kredit yang buruk, disposisi kredit yang premature dan data keuangan dan jaminan yang lemah. Sedangkan faktor eksternal yang memiliki pengaruh dalam menyebabkan kemacetan pinjaman bergulir PNPM Mandiri yaitu kegagalan dalam pengelolaan manajemen dan usaha, karakter dan itikat yang buruk dan penyalahgunaan tujuan kredit. Penyalahgunaan tujuan kredit memiliki kontribusi terbesar yang menjadi penyebab kemacetan pinjaman.

Kerangka Pemikiran

Partisipasi atau peranserta adalah suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan, yang mencakup pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai. Partisipasi masyarakat dalam suatu program berhubungan dengan beberapa faktor, faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri anggota program yang dapat mempengaruhi individu untuk berpartisipasi.

Faktor internal yang diduga berhubungan dengan partisipasi, yaitu mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama tinggal disuatu lingkungan sosial. Dari perbedaan-perbedaan yang terdapat pada anggota Program Tabur Puja ini dilihat apakah ada hubungan dengan tingkat partisipasi anggota terhadap program tersebut.

Faktor eksternal yang diduga berhubungan dengan partisipasi, meliputi tingkat interaksi anggota dan pengelola program dan tingkat pelayanan pengelola program. Hubungan positif yang terjalin antara anggota program dengan pengelola program diduga dapat mempengaruhi partisipasi karena anggota program akan dengan sukarela terlibat dalam program tersebut. Hal ini dapat dilihat apakah faktor eksternal dan faktor internal memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi anggota program.

Partisipasi anggota Program Tabur Puja diukur dengan empat tahapan partisipasi, yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap menikmati hasil. Tingkat partisipasi anggota program dilihat pada masing-masing tahapan. Diduga semakin tinggi tingkat partisipasi pada setiap tahapan maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi pada program, dari tingkat partisipasi anggota terhadap program dapat dilihat hubungan dengan kelancaran program itu sendiri. Kelancaran sebuah program dana bergulir dapat dilihat dari tingkat kelancaran program tersebut, yaitu lancar penyaluran, lancar pemanfaatan dan lancar pengembalian.

Kelancaran program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera diukur dengan kelancaran penyaluran yang terdiri dari pemerataan distribusi penyaluran dana

(33)

bergulir dimana distribusi penyaluran dana terhadap anggota harus mempertimbangkan aspek pemerataan, kecepatan prosedur penyaluran dana bergulir dan ketepatan sasaran penyaluran dana bergulir. Kelancaran pemanfaatan dilihat dari kehadiran dana bergulir dalam menstimulasi peningkatan dan perkembangan usaha, dalam bentuk peningkatan produksi, peningkatan penjualan, peningkatan pendapatan, atau peningkatan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan kelancaran pengembalian dapat dilihat ketepatan pelunasan anggota, keterjangkauan angsuran pengembalian dan adanya sanksi yang diberikan kepada anggota yang menunggak.

Keterangan: : hubungan

Gambar 2 Kerangka pemikiran hubungan antara tingkat partisipasi dengan kelancaran program

(X3). Faktor Eksternal

X3.1 Tingkat interaksi anggota dan pengelola program

X3.2 Tingkat pelayanan pengelola program

(X1). Tingkat Partisipasi Anggota

X1.1 Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan X1.2 Tingkat partisipasi pada tahap

pelaksanaan

X1.3 Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi

X1.4 Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil

(Y). Tingkat Kelancaran Program

Y1. Tingkat kelancaran penyaluran Y2. Tingkat kelancaran

pemanfaatan Y3. Tingkat kelancaran

pengembalian

(X2). Faktor Internal

X2.1 Usia

X2.2 Tingkat pendidikan X2.3 Tingkat pendapatan X2.4 Lama tinggal di suatu

(34)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat dirumuskan suatu hipotesis yang akan diujikan. Hipotesis tersebut adalah:

1. Terdapat hubungan nyata antara faktor internal program dengan tingkat partisipasi anggota dalam Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera.

2. Terdapat hubungan nyata antara faktor eksternal program dengan tingkat partisipasi anggota dalam Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera.

3. Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi anggota program dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera.

Definisi Operasional

Definisi konseptual dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi atau peranserta adalah suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan

secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan, yang mencakup pengambilan keputusan, pelaksanaan, pengendalian, serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai.

2. Posdaya adalah forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu.

3. Kelancaran program adalah suatu yang dapat mendorong kegiatan program yang dilaksanakan berpengaruh pada pencapaian hasil yang diinginkan.

Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

A. Faktor internal adalah yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama tinggal disuatu lingkungan sosial.

(1) Usia adalah lama hidup anggota program pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak hari kelahiran yang dinyatakan dalam tahun. Usia diukur menggunakan skala ordinal, yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

- Rendah : usia muda <37 tahun (skor 1) - Sedang : usia sedang 37- 47 tahun (skor 2) - Tinggi : usia tua >47 tahun (skor 3)

(2) Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti anggota program sampai dengan saat penelitian. Tingkat pendidikan menggunakan skala ordinal, yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

- Rendah : <7 tahun (skor 1) - Sedang : 7-9 tahun (skor 2) - Tinggi : >9 tahun (skor 3)

(35)

(3) Tingkat pendapatan adalah sejumlah uang yang didapat dan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya setelah bekerja. Tingkat pendapatan menggunakan skala ordinal, yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

- Rendah : < Rp1 336 000 ,00 (skor 1) - Sedang : Rp1 336 000,00– Rp2 640 000 ,00 (skor 2) - Tinggi :> Rp2 640 000,00 (skor 3)

(4) Lama tinggal di suatu lingkungan sosial adalah lama tinggalnya anggota program di wilayah tersebut dari lahir hingga sekarang. Lama tinggal di suatu lingkungan sosial menggunakan skala ordinal, yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

- Rendah : pendatang (skor 1) - Tinggi : warga asli (skor 2)

B. Faktor eksternal adalah faktor yang berada diluar individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Faktor eksternal meliputi tingkat interaksi anggota dan pengelola program dan tingkat pelayanan pengelola program.

(1) Tingkat interaksi anggota dan pengelola program adalah hubungan yang terjalin antara anggota program dengan pengelola program. Tingkat interaksi anggota dan pengelola program menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya:

- Tidak : skor 2 - Ya : skor 1

akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor 6 - 8

- Sedang : skor 9 - 10 - Tinggi : skor 11 - 12

(2) Tingkat pelayanan pengelola program adalah tingkat kepuasan anggota dalam pelayanan yang diberikan oleh pengelola program terhadap anggota program. Tingkat pelayanan pengelola program menggunakan skala ordinal, yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

- Rendah : tidak (skor 1) - Tinggi : ya (skor 2)

C. Tingkat partisipasi adalah suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan anggota program secara aktif dan sukarela dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan. Tingkat partisipasi terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap menikmati hasil.

(1) Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan adalah kehadiran dan keaktifan anggota dalam pengambilan keputusan pada kegiatan perencanaan program. Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya:

- Tidak : skor 1 - Ya : skor 2

akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor 4-5

- Sedang : skor 6-7 - Tinggi : skor 8

(36)

(2) Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan adalah keikutsertaan anggota pada kegiatan program yang menambah pengetahuan dan keterampilannya. Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya:

- Tidak : skor 1 - Ya : skor 2

akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor 6-8

- Sedang : skor 9-10 - Tinggi : skor 11-12

(3) Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi adalah kehadiran dan keaktifan anggota dalam menyampaikan pendapat pada evaluasi program. Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya:

- Tidak : skor 1 - Ya : skor 2

akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor 4-5

- Sedang : skor 6-7 - Tinggi : skor 8

(4) Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil adalah anggota dapat menikmati hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya:

- Tidak : skor 1 - Ya : skor 2

akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor 5-6

- Sedang : skor 7-8 - Tinggi : skor 9-10

D. Tingkat kelancaran program adalah ada atau tidaknya hambatan dalam proses berjalannya program yang dilaksanakan. Kelancaran program dilihat lancar penyaluran, lancar pemanfaatan dan lancar pengembalian.

(1) Tingkat kelancaran penyaluran adalah adanya pemerataan pada distribusi, cepatnya prosedur penyaluran dana dan ketepatan sasaran. Tingkat kelancaran penyaluran menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya:

- Tidak : Skor 1 - Ya : Skor 2

akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor 5-6

- Sedang : skor 7-8 - Tinggi : skor 9-10

(2) Tingkat kelancaran pemanfaatan adalah pemanfaatan dana pinjaman yang dilakukan anggota program untuk modal membuka atau mengembangkan usahanya. Tingkat kelancaran pemanfaatan menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya:

(37)

- Ya : Skor 2

akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor 5-6

- Sedang : skor 7-8 - Tinggi : skor 9-10

(3) Tingkat kelancaran pengembalian adalah adanya ketepatan pelunasan dana pinjaman, keterjangkauan angsuran pengembalian dan adanya sanksi yang diberikan kepada anggota program yang menunggak. Tingkat kelancaran pengembalian menggunakan skala ordinal, dengan pengukurannya:

- Tidak : Skor 1 - Ya : Skor 2

akumulasi skor dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: - Rendah : skor 8-10

- Sedang : skor 11-13 - Tinggi : skor 14-16

(38)
(39)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Kombinasi ini lebih memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survai, dalam survai informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Kuesioner akan diberikan kepada responden yaitu anggota Program Tabur Puja. Pada pendekatan kualitatif menggunakan wawancara mendalam kepada informan. Metode lain yang digunakan juga adalah observasi lapang di lokasi penelitian untuk melihat fenomena aktual yang terjadi dan juga menganalisis dokumen yang ada seperti data profil lokasi penelitian maupun program penelitian.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Posdaya Sejahtera, Kampung Batuhulung, RT 03 RW 06, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Lokasi tersebut dipilih karena Posdaya Sejahtera merupakan salah satu 5 Posdaya pertama yang melaksanakan Program Tabur Puja di daerah bogor, selain Posdaya Bersama, Posdaya Gugahsari, Posdaya Mandiri Terpadu dan Posdaya Harapan Maju. Dari hasil survey yang dilakukan, Posdaya Sejahtera merupakan Posdaya yang paling bagus dan aktif dalam menjalankan program Tabur Puja dibandingkan 4 Posdaya lainnya.

Penelitian dilaksanakan dalam waktu tiga bulan, terhitung mulai Maret 2015 sampai dengan Mei 2015. Kegiatan penelitian meliputi pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi dan perbaikan laporan skripsi.

Teknik Penentuan Responden dan Informan

Pada pengambilan responden dalam penelitian ini digunakan Simple Random Sampling (sampel acak sederhana). Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), Simple Random Sampling atau sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

(40)

sampel. Populasi pada penelitian ini adalah anggota program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, Kota Bogor, sebanyak 121 KK. Unit analisis penelitian ini adalah individu. Terpilihnya responden pada program Tabur Puja merupakan faktor kebetulan (chance), bebas subyektivitas si peneliti atau subyektivitas orang lain. Pertama, untuk pemilihan sampel disediakan terlebih dahulu kerangka sampling (Lampiran 2) yang didapatkan dari informan yaitu pihak KPI (Koperasi Posdaya Indonesia). Kerangka sampling tersebut berisi nomor urut, nama dan alamat dari anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Untuk responden sendiri ditentukan dengan cara dikocok, lalu diambil 55 responden dari 121 populasi sampling. Siregar (2012), penentuan jumlah sampel minimal dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

Keterangan: n : Jumlah sampel N: Jumlah populasi

e : Nilai kritis (batas ketelitian)

Nilai kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 persen sehingga diperoleh responden sebanyak 55 KK, jumlah tersebut dirasakan sudah mencukupi reliabilitas dan validitas penelitian ini. Informan yang potensial dalam pengumpulan infomasi adalah ketua Posdaya, Kader, ketua kelompok dan Asisten Kredit (AK). Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner yang telah disusun kepada responden yang terpilih dari hasil pengocokan, serta dilakukannya wawancara mendalam kepada informan.

Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan untuk menggali fakta, data dan informasi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif serta observasi lapang dalam upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Data kuantitatif diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) untuk responden. Data kualitatif diperoleh dengan metode wawancara mendalam terhadap informan. Pada Tabel 2 disajikan metode pengumpulan data penelitian di Posdaya Sejahtera.

Untuk menguatkan kuesioner sebagai salah satu instrumen maka dilakukan uji reliabilitas. Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen tersebut diuji coba pada sampel yang setara dengan responden yaitu anggota Program Tabur Puja di Posdaya Gugahsari, Kelurahan Margajaya,

(41)

sebanyak 20 orang. Aturan dalam penentuan alpha yaitu jika nilai alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna, jika nilai alpha 0.70 < alpha < 0.90 maka reliabilitas tinggi, jika nilai alpha 0.50 < alpha < 0.70 maka reliabilitas moderat dan jika nilai alpha < 0.50 maka reliabilitas rendah. Hasil uji reliabililitas pada kuesioner penelitian ini menunjukkan nilai alpha 0.70 < alpha <0.90 yaitu 0.806, artinya kuesioner memiliki reliabilitas yang tinggi.

Tabel 2 Metode pengumpulan data Data yang

dibutuhkan

Metode Pengumpulan

Data Jenis Data

Pengolahan Data

Gambaran umum wilayah

Data sekunder Buku monograf kelurahan

Analisis dokumen Profil program Data primer dan

data sekunder

Wawancara dan dokumen tertulis

Analisis dokumen Faktor internal Data primer Hasil kuesioner SPSS 16 Faktor eksternal Data primer Hasil kuesioner dan

wawancara SPSS 16 Tingkat partisipasi Data primer Hasil kuesioner dan

wawancara SPSS 16 Tingkat kelancaran Data primer Hasil kuesioner dan

wawancara SPSS 16

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data kuantitatif yang diperoleh melalui kuesioner. Kuesioner yang dikumpulkan kemudian diolah melalui tiga tahapan, yaitu (1) editing data, (2) pengkodean data dan (3) pengolahan data yang disajikan dalam bentuk tabel. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Statistical Product and Service Solution (SPSS) for windows versi 16.0. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan uji statistik yaitu uji korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan antar variabel yang berskala ordinal. Variabel yang diuji adalah faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera, faktor eksternal dengan tingkat partisipasi anggota Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera dan tingkat partisipasi anggota dengan tingkat kelancaran Program Tabur Puja di Posdaya Sejahtera. Data kualitatif dari hasil wawancara mendalam disajikan secara deskriptif dan tulisan tematik untuk mendukung dan memperkuat analisis data kuantitatif. Disajikan juga sktesa Posdaya Sejahtera yang menggambarkan wilayah Posdaya (Lampiran 1) dan catatan harian peneliti selama proses penelitian (Lampiran 3).

(42)

Gambar

Gambar 2  Kerangka pemikiran hubungan antara tingkat partisipasi dengan  kelancaran program
Tabel 2  Metode pengumpulan data   Data yang
Tabel 3  Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan klasifikasi usia di Posdaya  Sejahtera tahun 2015
Tabel  4    Data  peserta  Program  Pendidikan  Anak  Usia  Dini  (PAUD)  Pelangi  di  Posdaya Sejahtera tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

l\renetapkan Dosen Penasehat Akademik Tahap Saiana pada Prograrn Stud Sariana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya TA 2016/20'17 sebagaimana

Perbedaan tersebut terjadi pada karakter jumlah tanaman yang tumbuh mengalami penurunan setelah diberi perlakuan kolkisin, terjadi pemendekan tinggi tanaman, lingkar

Pada penelitian ini, peneliti akan menggali bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh dewasa awal dalam mengambil keputusan untuk belum menikah di

ANALISIS LIBQUAL +TM PADA LAYANAN SIRKULASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS (IPA). U NIVERSITAS P ENDIDIKAN I NDONESIA |

2. Terdapat hubungan bermakna antara kadar adiponektin plasma dengan hipertensi pada stroke iskemik akut, dimana penderita hipertensi dengan kadar. adiponektin plasma

[r]

Bila digambarkan dalam model maka dapat ditampilkan hubungan dari hasil uji validitas antara budaya organisasi, kepemimpinan, kepuasan kerja, dan kinerja

Hal ini dikarenakan aroma kopi yang mengundang selera membuat konsumen menginginkannya lagi, walaupun pada awalnya tidak berniat melakukan pembelian ulang, namun dengan