• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTESIS MEMBRAN ELEKTROLIT SELULOSA ASETAT DARI DAUN PANDAN LAUT (Pandanus tectorius) DENGAN PEMLASTIS DIMETIL FTALAT UNTUK APLIKASI BATERAI ION LITIUM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SINTESIS MEMBRAN ELEKTROLIT SELULOSA ASETAT DARI DAUN PANDAN LAUT (Pandanus tectorius) DENGAN PEMLASTIS DIMETIL FTALAT UNTUK APLIKASI BATERAI ION LITIUM."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

i

SINTESIS MEMBRAN ELEKTROLIT SELULOSA ASETAT DARI DAUN PANDAN LAUT (Pandanus tectorius) DENGAN PEMLASTIS DIMETIL

FTALAT UNTUK APLIKASI BATERAI ION LITIUM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains Kimia

Oleh:

APRILIYANI DWI IRIYANTI NIM 12307144034

PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan

kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

(QS. Al-Baqarah (2): 28)

“... Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”

(QS. Ali „Imran (3): 173)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Alhamdulillah syukur kepada-Mu, akhirnya tugas akhir skripsi ini terselesaikan. Karya tulis ini saya persembahkan untuk:

1. Orangtuaku (bapak Iriyanto dan ibu Giyati), terimakasih atas dukungan, do’a, nasehat dan semua hal yang telah diberikan baik seca ra materi maupun non materi.

2. Kakakku (mbak Vera dan mas Joko) terimakasih atas do’a, dan dukungannya.

3. Sahabat-sahabatku dalam Kawanan Wanita Bahagia (Ariqah, Dhaulika, Fia, Ifa, Kara, Nado, Sita, Tika, Titik, dan Zainab) terimakasih atas motivasi dan bantuannya.

4. Teman satu perjuangan skripsi, Nur Syarifah Sukarno. Terimakasih atas bantuan, kerjasama dan kebersamaannya dalam mengerjakan skripsi. 5. Demas Aji, mbak Utha, mbak Wija, Mutia, Tiara, Ratna terimakasih atas

bantuannya.

6. Teman-teman mahasiswa Kimia swadana angkatan 2012 terimakasih telah memberikan dukungan dan motivasinya.

(7)

vii

SINTESIS MEMBRAN ELEKTROLIT SELULOSA ASETAT DARI DAUN PANDAN LAUT (Pandanus tectorius) DENGAN PEMLASTIS DIMETIL

FTALAT UNTUK APLIKASI BATERAI ION LITIUM Oleh :

Apriliyani Dwi Iriyanti NIM. 12307144034

Pembimbing: Prof. Dr. Endang Widjajanti LFX dan Marfuatun, M.Si

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh DMP terhadap nilai konduktivitas serta mengetahui karakter membran elektrolit selulosa asetat.

Subjek penelitian ini adalah selulosa asetat hasil sintesis dari daun pandan laut sedangkan objeknya adalah konduktivitas, gugus fungsi, dan foto permukaan dari membran elektrolit selulosa asetat. Selulosa diisolasi dari daun pandan laut dan diasetilasi dengan asam asetat anhidrida dengan menggunakan katalis asam sulfat pekat. Pembuatan membran menggunakan metode casting larutan polimer dengan pen-doping-an garam litium 35% dan penambahan pemlastis DMP dengan komposisi 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30%. Nilai konduktivitas membran didapatkan dari Elkahfi 100, analisis gugus fungsi menggunakan FTIR, dan analisis foto permukaan menggunakan mikroskop optik.

Semakin tinggi komposisi DMP, konduktivitas membran cenderung meningkat dan konduktivitas optimum diperoleh pada komposisi DMP 25% Sebesar 2,44x10-2 Scm-1. Berdasar analisis FTIR menunjukkan adanya gugus O-H, C=O, dan C=C aromatik. Foto permukaan menunjukkan membran yang paling homogen adalah pada komposisi DMP 25%.

(8)

viii

SYNTHESIS OF CELULOSE ACETATE ELECTROLYTE MEMBRANE FROM PANDAN LAUT (Pandanus tectorius) LEAVES WITH DIMETHIL

PHTHALATE AS PLASTICIZER FOR APPLICATION OF LITHIUM-ION BATTERY

By :

Apriliyani Dwi Iriyanti Number of Student:12307144034

Supervisor: Prof. Dr. Endang Widjajanti LFX and Marfuatun,M.Si

ABSTRACT

This research aimed to determine effect of DMP plasticizer toward conductivity cellulose acetate electrolyte membrane, and its character.

Subject of the research was cellulose acetate from pandan laut leaves and the object were conductivity, the functional group, and surface photo of cellulose acetate electrolyte membrane. Cellulose was obtained by isolation of pandan laut leaves. It was acetylized using anhydride acetate acid and concentrated sulfuric acid as a catalyst. The cellulose acetate electrolyte membrane was synthesized by polymer solution-cast method, in which was doped 35% LiCl. DMP was added which were 10%, 15%, 20%, 25%, 30%. The conductivity membrane was observed by Elkahfi 100, the functional group by FTIR, and surface photo by optic microscope.

The higher concentrate of DMP was added, the conductivity electrolyte membrane tend to increase. The highest conductivity of cellulose acetate electrolyte membrane was 2.44x10-2 Scm-1 at 25% dimethyl phthalate. Observed by FTIR analysis is obtained O-H, C=O, and C=C(aromatic) group. The surface photo shows that membrane is most homogeneous at 25% DMP

.

(9)

ix

KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

karunia, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini mampu penulis selesaikan.

Sholawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai hari kiamat.

Skripsi berjudul “Sintesis membran elektrolit selulosa asetat dari daun pandan laut (Pandanus tectorius) dengan pemlastis Dimetil Ftalat untuk aplikasi baterai ion litium” telah dapat diselesaikan dengan baik sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana sains yang telah ditetapkan oleh

Jurusan Pendidikan Kimia di Universitas Negeri Yogyakarta. Pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang

telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D selaku Ketua dan Koordinator

Tugas Akhir Skripsi Program Studi Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia,

Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kelancaran pelayanan

dan urusan akademik.

3. Ibu Eddy Sulistyowati Apt, Ms selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Prof. Dr. Endang Widjajanti LFX selaku dosen pembimbing utama yang

telah memberikan waktu, bimbingan, pengarahan, saran, dan ilmu yang sangat

(10)

x

5. Ibu Marfuatun, M.Si selaku dosen pembimbing pendamping yang telah

memberikan waktu, bimbingan, pengarahan, saran, dan ilmu yang sangat

bermanfaat selama penulisan skripsi ini.

6. Bapak Heru Pratomo Al. M.Si selaku penguji utama, atas pertanyaan, kritik,

dan saran yang diberikan.

7. Ibu Dr. Isana Supiah YL. selaku penguji pendamping, atas pertanyaan, kritik,

dan saran yang diberikan.

8. Seluruh Dosen, Staf, dan Laboran Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

yang telah banyak membatu selama perkuliahan dan penelitian.

9. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak

demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, Oktober 2016

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ……… vii

ABSTRACT ……….. viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C.Batasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A.Kerangka Teori ... 7

1. Tanaman Pandan Laut ... 7

2. Selulosa ... 8

3. Selulosa Asetat ... 9

4. Litium Klorida (LiCl) ... 12

5. Baterai Ion Litium... 12

(12)

xii

7. Karakterisasi Membran Selulosa Asetat ... 14

a. Analisis FTIR ... 14

b. Foto Permukaan dengan Mikroskop Optik... 15

c. Uji Konduktivitas ……….. 16

8. Penelitian Relevan ... 17

9. Kerangka Berpikir... 18

BAB III METODE PENELITIAN A.Subjek dan Objek Penelitian ... 20

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 21

C.Prosedur Penelitian ... 21

D.Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil penelitian... 28

1. Karakter Selulosa dan Selulosa Asetat Hasil Sintesis ……….……. 28

2. Uji Konduktivitas dengan Elkahfi 100 ………. 30

3. Gugus fungsi Membran Elektrolit Selulosa Asetat ……….. 30

4. Foto Mikroskop Optik ……….. 32

B. Pembahasan ... 33

1. Isolasi Selulosa dan Sintesis Selulosa Asetat... 34

2. Pembuatan Membran Elektrolit Selulosa Asetat... 38

3. Uji konduktivitas……….. 39

4. Karakterisasi Membran Elektrolt Selulosa Aset………….………. 40

a. Gugus Fungsi Membran Selulosa Asetat………. 40

b. Analisi Foto Permukaan dengan Mikroskop Optik ……... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hubungan Derajat Substitusi dan Persen Asetil Selulosa Asetat... 10

Tabel 2. Absorpsi Inframerah Beberapa Gugus Fungsi Organik... 15

Tabel 3. Puncak serapan spektrum FTIR standar... 26

Tabel 4. Sifat Fisik Selulosa dan Selulosa Asetat dari Pandan Laut …...… 28

Tabel 5. Interprestasi Gugus Fungsi Spektrum FTIR Selulosa dan Selulosa Asetat Hasil Sintesis... 29

Tabel 6. Nilai Konduktivitas Membran elektrolit selulosa asetat pada berbagai Komposisi DMP... 30

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tanaman pandan laut (Pandanus tectorius)... 8

Gambar 2. Struktur Selulosa ... 8

Gambar 3. Struktur Selulosa Asetat …... 9

Gambar 4. Reaksi Sintesis Selulosa Asetat ... 10

Gambar 5. Struktur Baterai Ion Litium ... 13

Gambar 6. Struktur Dimetil Ftalat…….……… 14

Gambar 7. Grafik linier data Elkahfi-100 Hubungan Kuat Arus (I) dengan Tegangan (V)………..………. 27

Gambar 8. Selulosa dan selulosa asetat ... 28

Gambar 9. Spektrum FTIR Selulosa dan Selulosa Asetat dari Daun Pandan Laut... 29

Gambar 10. Spektrum FTIR membran elektrolit selulosa asetat blangko dan penambahan DMP 25%... 31

Gambar 11. Penampang Mikroskop Optik Membran Elektrolit Selulosa Asetat dengan Variasi Konposisi DMP... 32

Gambar 12. Reaksi Bleaching Selulosa ... 34

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian ... 49

Lampiran 2. Penentuan Derajat Asetil… ... 53

Lampiran 3. Grafik Uji Konduktivitas ... 54

Lampiran 4. Perhitungan Konduktivitas ……….. 56

Lampiran 5. Gambar spektra FTIR ……….. 58

Lampiran 6. Gambar Foto Mikroskop Optik ………... 60

Lampiran 7. Dokumentasi ……… 61

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.

Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat meningkatnya

penggunaan perangkat elektronik. Sebuah laporan baru dari Emarketer

(id.techinasia.com) tahun 2014 menyatakan bahwa akan terdapat dua miliar

pengguna smartphone aktif di seluruh dunia pada tahun 2016 dan akan terus

meningkat hingga tahun 2018. Berdasarkan data tersebut, dengan meningkatnya

pengguna smarthphone atau handphone tentunya semakin meningkat pula

konsumsi baterai. Baterai menghasilkan sumber energi untuk peralatan tersebut.

Baterai banyak dikembangkan dalam hal efisiensi yang meliputi

pengembangan sistem penyimpanan energi, salah satunya adalah baterai ion

litium. Baterai ion litium merupakan rangkaian elektrokimia yang terdiri dari

anoda, katoda, dan elektrolit sebagai komponennya. Baterai jenis ini banyak

digunakan karena sifatnya yang dapat diisi ulang, mudah dan fleksibel dalam

penggunaanya. Namun disamping kelebihannya, baterai ion litium mempunyai

kelemahan pada elektrolitnya. Elektrolit yang digunakan pada baterai ion litium

merupakan elektrolit cair dan bersifat tidak terbiodegradasi (Dhika Yetty, 2012).

Sifat elektrolit yang tidak terbiodegradasi dan berbentuk cairan akan

mempunyai dampak pencemaran lingkungan. Selain itu cairan elektrolit akan

mudah terbakar jika baterai mengalami kebocoran (Rikukawa dan Sanui, 2000).

Oleh karena itu, diperlukan suatu elektrolit yang bersifat ramah lingkungan. Salah

(17)

2

Membran elektrolit merupakan elektrolit berupa padatan yang bersifat

ramah lingkungan dan dapat terbiodegradasi. Membran elektrolit banyak

dikembangkan karena memiliki banyak keuntungan yaitu dapat mereduksi

kebocoran cairan elektrolit dan memiliki rentang aplikasi terhadap sumber daya

baterai (Bambang R, Akhirudun, dan Ratna, 2004). Salah satu bahan polimer yang

dapat digunakan adalah selulosa asetat.

Selulosa asetat merupakan turunan dari selulosa yang dapat diperoleh dari

reaksi esterifikasi yang salah satunya menggunakan asam asetat anhidrida

(Cequeira, Filho, dan Meireles, 2007). Selulosa asetat memiliki keunggulan dalam

sifat fisik sehingga banyak digunakan sebagai serat untuk tekstil, plastik, filter

rokok, dan membran (Indra Surya, 2013). Selain itu selulosa asetat juga bersifat

dapat diuraikan, tidak mudah terbakar dan dapat diperbaharui (Mohebby, Talaii,

dan Najafi, 2007).

Selulosa asetat mudah diproduksi melalui proses esterifikasi. Selulosa

yang digunakan untuk sintesis selulosa asetat dapat diisolasi dari

tumbuhan-tumbuhan terutama pada batang maupun daun. Indonesia yang merupakan negara

dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang melimpah, tentunya banyak

tanaman yang berpotensi tinggi mengandung selulosa, salah satunya adalah

pandan laut (Pandanus tectorius).

Pandan laut merupakan tanaman yang mudah tumbuh di kawasan pantai

Indonesia. Pemanfaatan tanaman pandan laut sebatas pada daunnya yang

(18)

3

limbah. Daun pandan laut mengandung selulosa sebesar 81,6% yang dapat

diperoleh dari pelarutan alkali dan bleaching (Sheltami, dkk, 2012).

Sebagai membran, selulosa asetat memiliki beberapa keuntungan yaitu

diantaranya mudah diproduksi dan bahan mentahnya merupakan sumber yang

dapat diperbaharui (Dwi, Tri, dan Sari, 2009). Namun tidak semua jenis polimer

dapat dikembangkan menjadi membran elektrolit. Menurut Meyer, dkk dalam

(Marfuatun, 2011), salah satu syarat dari membran elektrolit ialah mempunyai

konduktivitas ion yang tinggi yaitu lebih dari 10-5 Scm-1.

Pembuatan membran elektrolit selain dibutuhkan konduktivitas yang

tinggi juga diperlukan pula sifat mekanik yang lentur dan fleksibel. Oleh karena

itu dalam pembuatan membran elektrolit dibutuhkan bahan tambahan berupa

pemlastis. Pemlastis diharapkan dapat meningkatkan sifat fisik maupun

konduktivitas membran elektrolit. Dimetil Ftalat atau Dimethyl phthalate (DMP)

merupakan bahan pemlastis yang dapat meningkatkan kerapatan suatu membran

sehingga dapat berpengruh pada elastisitas yang dihasilkan (Ali Muhammad,

Soliha, dan Fauzia, 2006).

Pada penelitian ini, dalam pembuatan membran elektrolit selulosa asetat

dari daun pandan laut dilakukan beberapa tahapan yaitu isolasi selulosa dari daun

pandan laut, yang selanjutnya dilakukan proses asetilasi untuk memperoleh

selulosa asetat, pen-doping-an garam LiCl dan penambahan bahan pemlastis DMP

dengan metode casting larutan polimer. Metode casting larutan polimer

digunakan karena menghasilkan konduktivitas tinggi dibandingkan dengan

(19)

4

elektrolit selulosa asetat hasil sintesis dilakukan dengan menggunakan

spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infrared) untuk mengidentifikasi

gugus fungsi yang ada pada membran. Elkahfi 100 digunakan untuk mengetahui

nilai konduktivitas pada membran, dan analisis foto permukaan menggunakan

mikroskop optik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dalam

penelitian ini masalah yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Membran elektrolit yang digunakan pada baterai ion litium dalam bentuk

cairan yang tidak mudah terdegradasi sehingga perlu dikembangkan membran

elektrolit berupa padatan yang mudah terdegradasi.

2. Pemanfaatan daun pandan laut di Indonesia yang belum optimal.

C. Batasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disampaikan, maka penelitian

ini memiliki batasan masalah antara lain:

1. Sintesis selulosa asetat dilakukan dengan asetilasi selulosa dari daun pandan

laut.

2. Pen-doping-an garam litium menggunakan metode casting larutan polimer dan

garam litium yang digunakan adalah LiCl.

3. Jenis pemlastis yang ditambahkan dalam pembuatan membran adalah DMP

(20)

5

4. Karakteristik menggunakan Elkahfi 100, FTIR,dan mikroskop optik.

D. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam

penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana pengaruh komposisi DMP terhadap nilai konduktivitas membran

elektrolit selulosa asetat dari daun pandan laut?

2. Bagaimana karakter membran elektrolit selulosa asetat hasil pen-doping-an

berdasarkan spektra FTIR, dan foto permukaan?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh komposisi pemlastis DMP terhadap nilai konduktivitas

membran selulosa asetat dari daun pandan laut.

2. Mengetahui karakter membran selulosa asetat berdasarkan spektrum FTIR,

dan foto permukaan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah:

1. Memberikan solusi dalam pemanfaatan selulosa dari bahan alam seperti daun

pandan laut.

2. Meningkatkan nilai ekonomi dari daun pandan laut.

(21)

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori

1. Tanaman Pandan Laut

Pandanus tectorius atau disebut juga pandan laut banyak dijumpai dan

menjadi pemandangan umum di daerah pantai. Asal mula tanaman ini dari

Australia Timur dan Kepulauan Pasifik. Berikut merupakan klasifikasi dari

pandan laut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Pandanales

Family : Pandanaccae

Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus tectorius

Jenis pandan ini merupakan salah satu sumber daya yang dipergunakan

secara luas untuk produksi tenun, makanan, dan obat-obatan. Pandan laut telah

banyak digunakan bagian daunnya untuk bahan kerajinan tangan seperti anyaman

tas, topi, meja dan kursi (Giesen, dkk, 2006).

Daun pandan laut (Pandanus tectorius) memiliki komponen kimia antara

lain selulosa 37,3±0,6%, hemiselulosa 34,4±0,2%, pentosa 15,7±0,5%, lignin dan

abu 24,3±0,8%, dan ekstraktif 2,5±0,02 (Sheltami, dkk, 2012). Adapun ciri fisik

(22)

7

Gambar 1. Tanaman pandan laut

2. Selulosa

Selulosa merupakan polisakarida yang terdiri atas satuan glukosa yang

terikat dengan ikatan β-1,4-glykosidik dengan rumus (C6H10O5)n dengan n adalah derajat polimerasinya. Struktur kimia inilah yang membuat selulosa bersifat

kristalin dan tidak mudah larut, sehingga tidak mudah didegradasi secara kimia

atau mekanis. Ketersediaan selulosa dalam jumlah besar akan membentuk serat

yang kuat, tidak larut dalam pelarut organik dan berwarna putih.

Terdapat dua sumber utama selulosa yaitu tumbuhan dan serat selulosa

yang dihasilkan oleh bakteri atau disebut bacterial cellulose (BC). Serat selulosa

dari tumbuhan memilik keunggulan yaitu jumlah bahan baku yang sangat

melimpah dan mudah didapat. Struktur selulosa ditunjukkan pada Gambar 2.

(23)

8 3. Selulosa asetat

Selulosa asetat merupakan asam sintetik ester selulosa yang berupa

padatan putih. Selulosa yang digunakan untuk pembuatan selulosa asetat harus

memiliki kemurnian yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan

selulosa asetat ialah pemurnian selulosanya (Khairil Anwar, 2006). Struktur

selulosa asetat dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur Selulosa Asetat (Nurhayati dan Rinta K, 2014)

Dietrich Fengel dan Gerd Wegener (Dian Cipta S, 2012) menyatakan

bahwa kereaktifan gugus –OH pada selulosa menyebabkan masuknya gugus asetil. Jenis dan sifat selulosa asetat tergantung pada derajat substitusinya atau

derajat asetilnya. DS menyatakan banyaknya gugus –OH pada selulosa yang tergantikan oleh gugus asetil. Menurut (Indra Surya, dkk, 2013), berdasarkan

DS-nya selulosa asetat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Selulosa monoasetat dengan DS 0<DS<2 larut dalam aseton.

2. Selulosa diasetat dengan DS 2,0-2,8 dengan kandungan % asetilasinya 35 – 43,5%.

3. Selulosa triasetat dengan DS 2,8-3,5 mempunyai kandungan asetil

43,5-44,8%.

Derajat asetil merupakan ukuran jumlah asam asetat yang diesterifikasi

(24)

9

substitusinya. Menurut Fengel (Indra Surya, dkk, 2013), bahwa hubungan antara

derajat substitusi dengan derajat asetil dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hubungan DS dan Derajat Asetil Selulosa Asetat No. Derajat

substitusi

Derajat asetil (%)

Pelarut yang lazim

Aplikasi

1 0,6-0,9 13,0-18,7 Diklorometan - 2 1,2-1,8 22,2-32,2 Metoksietanol Plastik 3 2,2-2,7 36,5-42,2 Aseton Benang, Film 4 2,8-3,0 43,0-44,8 Kloroform Kain pembungkus

Pada sintesis selulosa asetat terdiri dari tahap penggembungan (swelling)

tahap asetilasi dan tahap hidrolisis (Wafiroh, 2012). Umumnya hidrolisis

dilakukan paada suhu 40oC-50oC agar struktur selulosa tidak rusak. Waktu

hidrolisis akan berpengaruh terhadap kadar asetil yang diperoleh (Febri Rufian P.,

2006). Berdasarkan Galuh Yuliani (Muhammad Lindu, Tita, dan Ismi Erna 2010),

waktu hidrolisis optimum selulosa membutuhkan waktu esterifikasi selama 20

jam dengan suhu 40 oC.

Menurut (Nurhayati dan Rinta Kusumawati, 2014) reaksi sintesis selulosa

asetat dari selulosa dapat dilihat pada Gambar 4:

Gambar 4. Reaksi Sintesis Selulosa Asetat

Selulosa asetat banyak dimanfaatkan salah satunya sebagai membran.

(25)

10

pemisah selektif antara dua fasa karena bersifat semipermiabel. Berdasarkan

asalnya, membran dapat diklasifikasikan menjadi membran polimer, membran

anorganik, dan membran biologi (Widayanti, 2013). Membran polimer

merupakan jenis membran yang dapat diaplikasikan sebagai membran elektrolit.

Meyer, Aurora dan Zhang dalam (Marfuatun, 2011), menyatakan suatu membran

dapat diaplikasikan menjadi membran elektrolit jika memenuhi syarat antara lain

mempunyai kekuatan mekanik yang cukup tinggi untuk menahan tekanan antara

katoda dan anoda, bersifat inert dan mempunyai konduktivitas yang tinggi.

4. Litium klorida (LiCl)

Litium merupakan logam pertama dari golongan alkali. Litium tidak dapat

ditemukan di alam dalam keadaan bebas, namun dalam bentuk senyawa. Litium

yang bersenyawa hanya ditemukan 0,0007% dalam kerak bumi, biasanya

ditemukan dalam batuan api dan dalam air mineral. Sumber utama litium

diperoleh dari mineral spedumen, LiAlSi2O6. Litium terdapat dalam air laut

hingga kira-kira 0,1 ppm massa. Litium memiliki densitas setengah dari air, litium

merupakan unsur yang paling kecil rapat massanya dibandingkan dengan semua

unsur padatan pada temperatur dan tekanan kamar. (Kristian H. Sugiyarto, 2003:

86-89). Litium mempunyai standar potensial reduksi paling negatif daripada

unsur-unsur lain yaitu:

Li+ (aq)+ e  Li (s) Eo = -3,05 V

Densitas muatan litium sangat besar dibandingkan logam alkali lainnya

(26)

11

bahkan LiCl banyak larut dalam pelarut dengan polaritas rendah seperti etanol dan

akuades sehingga ikatan senyawa litium mempunyai tingkat kovalensi yang cukup

tinggi. (Kristian H. Sugiyarto, 2003: 86-89).

LiCl merupakan garam kristalin yang sering digunakan sebagai bahan

elekrolit cair dalam baterai ion litium (Bambang Prihandoko, 2010). Bentuk dari

LiCl berupa kristal putih yang terdapat dalam bentuk hidrat. LiCl memiliki titik

lebur yang sangat tinggi yaitu lebih dari 600oC dan kelarutannya yang sangat baik

dalam akuades (Nourma Sari, 2012). LiCl dapat diperoleh dari reaksi litium

karbonat dengan asam klorida. Adapun reaksinya sebagai berikut:

Li2CO3(s)+ HCl(aq)  2 LiCl(s) + CO2(g) + H2O(l)

Selain itu litium dapat diperoleh dari larutan litium klorida melelui reaksi

elektrolisis. Berikut merupakan reaksi elektrolisis dari larutan LiCl:

Katoda: Li+ (aq) + 2 e- → 2Li(s) Anoda: 2Cl‾(aq) → Cl2 (g)+ 2e-

2Li+(aq) + 2Cl-(aq) →2Li(s)+ Cl2 (g)

5. Baterai ion litium

Baterai ion litium termasuk dalam kategori baterai sekunder atau

rechargeable battery. Baterai ion litium memiliki 3 lapisan yang terdiri dari

elektrode positif, elektrode negatif, dan lapisan pemisah. Baterai ion litium dibuat

menggunakan litium kobalt oksida (LiCoO2) atau litium mangan oksida

(27)

12

larutan organik yang dioptimasi untuk karbon khusus sebagai larutan elektrolit

(Prayogo dan Wibowo, 2010). Adapun struktur dari baterai ion litium disajikan

pada Gambar 5.

Gambar 5. Struktur Baterai Ion Litium

Proses penghasilan listrik pada baterai ion litium sebagai berikut: Jika

anoda dan katoda dihubungkan, maka elektron mengalir dari anoda menuju

katoda, bersamaan dengan itu listrik pun mengalir. Pada bagian dalam baterai,

terjadi proses pelepasan ion litium pada anoda, kemudian ion tersebut berpindah

menuju katoda melalui elektrolit. Pada katoda bilangan oksidasi kobalt berubah

dari 4 menjadi 3 karena masuknya elektron dan ion litium dari anoda (Dyah P.

dan Hari S., 2012)

Reaksi yang terjadi pada saat penggunaan baterai (Marfuatun, 2011) ialah

sebagai berikut:

Kutub positif : Li1-xCoO2 +xLi+ + xe LiCoO2

Pemisah : Li+ Polimer

Kutub negatif : C6Lix 6C +xLi+ +xe- Lithium Cobalt Oxide CoIVO

2 +Li+ + e LiCoO2 Material Karbon

Li C6 6C +xLi+ +xe

-Collector Current (Al) Collector

(28)

13 6. Dimetil Ftalat

Dimetil Ftalat merupakan pemlastis yang bersifat dapat larut dalam

alkohol, eter, dan kloroform, tetapi tidak dapat larut dalam air. sifat fisik DMP

adalah tidak berwarna dan tidak berbau. DMP memiliki rumus molekul

C6H4(COOCH3)2 dengan bobot molekul 166,14 g/mol. DMP sering digunakan

sebagai pemlastis pada industri plastik polyvinyl chloride (PVC) untuk

menghasilkan plastik polyvinyl chloride yang lebih lentur dan fleksibel (Science

Lab.com, 2006). Struktur DMP dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Struktur Dimetil Ftalat

7. Karakterisasi Membran Selulosa Asetat a. Analisis gugus fungsi dengan FTIR

Spektrometri Infra merah merupakan suatu metode pengamatan interaksi

dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang

tertentu. Daerah panjang gelombang yang digunakan pada alat spektrofotometer

ini adalah pada daerah infra merah pertengahan yaitu pada panjang gelombang

2,5-50 mikro meter atau pada bilangan gelombang 4000-200 cm-1 (Hardjono

Sastroamidjojo, 2007:45). Informasi adsorpsi inframerah beberapa gugus fungsi

(29)

14

Tabel 2. Absorpsi Inframerah Beberapa Gugus Fungsi Organik

Senyawa Gugus fungsi Bilangan Gelombang (cm-1)

Alkil C-H 2850-2960

Aromatik C-H

C=C

~3030 1640-1680 Alkohol atau fenol O-H 3250-3450

Ester C=O 1735-1750

Asam Karboksilat C=O O-H

1710-1780 2500-3500

Litium C-X 500-400

Absorpsi energi pada beberapa frekuensi dapat dideteksi oleh spektrometer

infra merah dengan memplot jumlah radiasi inframerah yang diteruskan melalui

cuplikan sebagai fungsi frekuensi radiasi yang disebut spektrum inframerah.

Spektrum tersebut akan memberikan informasi gugus fungsional suatu molekul

(Sumar Hendrayana, 1994: 2).

b. Foto Permukaan dengan Mikroskop Optik

Mikroskop merupakan alat bantu yang dapat mengamati bentuk dalam

ukuran kecil (mikroskopis). Mikroskop optik merupakan mikroskop yang

menggunakan cahaya dalam sistem lensa dapat memperbesar tampilan hingga

perbesaran 1000 kali. Informasi yang dapat diperoleh dari analisa menggunakan

mikroskop optik berupa bentuk, ukuran, warna, indeks bias, sudut, dan elongasi

(30)

15 c. Uji konduktivitas

Suatu material dapat dibedakan menjadi tiga yaitu isolator,

semikonduktor, dan konduktor. Bahan organik umumnya bersifat konduktor

karena memiliki kandungan air yang sangat tinggi. Konduktivitas merupakan

suatu bahan yang dapat menghantarkan arus listrik. Konduktivitas bergantung

pada sifat material, susunan kimia, serta dimensinya. Sifat konduktivitas pada

suatu material dapat diubah-ubah dengan menambahkan material lain yang biasa

disebut dengan doping yang dapat meningkatkan pembawa mayoritas elektron

atau lubang (hole) pada suatu material (Nurlaily, 2009).

Elkahfi 100 merupakan salah satu alat yang digunakan dalam mengukur

konduktivitas membran yang dirancang untuk mengukur karakterisasi arus

tegangan (IV). Terdiri dari sebuah sumber tegangan dan pikoamperemeter IV

Meter Elkahfi 100 dapat mengukur arus mulai dari 100 pA sampai 3,5 mA. Pada

saat pengukuran, data hasil pengukuran diolah dengan menggunakan software

Elkahfi 100 yang terkoneksi dengan PC (Personal Computer). Elkahfi 100

menggunakan metode two probe (Santi Yuli Astuti, 2011). Metode two probe

merupakan teknik pengukuran untuk mengetahui resistivitas pada bahan

semikonduktor. Cara kerja dalam metode ini dengan menyentuhkan dua titik

kontak yang beraliran listrik pada sampel dengan jarak antar titik kontak yang

telah diatur, kemudian diplotkan pada grafik arus terhadap tegangan. Rumus

resistivitas dapat ditentukan dari bentuk sampel. Sampel thick sheet, merupakan

(31)

16

dibandingkan dengan jarak antar probe. Wina Indra Lavina (Nourma Sari, 2012:

16), rumus yang digunakan yaitu:

ρ= x R dan σ ...(1)

keterangan : ρ = Resistivitas bahan (Ω m) R = hambatan (Ohm)

t = ketebalan membran (m)

σ = konduktivitas bahan (S cm-1)

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang relevan mengenai aplikasi selulosa asetat untuk membran

elektrolit baterai ion litium sudah mulai dilakukan. Sheltami, dkk (2012)

mengenai “Extraction Of Cellulose Nanocrystals From Mengkuang Leaves

(Pandanus tectorius)”. Ekstraksi selulosa pandan laut menggunakan pelarut basa

(4% NaOH) dan bleaching dengan NaOCl2 pada pH 4,5 menghasilkan selulosa

sebesar 81,6%.

Arniz Hanifa (2015) mengenai “Sintesis dan Karakterisasi Membran Selulosa Asetat dari Limbah Cair Tahu untuk Aplikasi Baterai Ion Litium”. Pembuatan membran menggunakan dua metode yaitu metode coating dan casting

larutan polimer. Pada metode casting larutan polimer menghasilakan sifat

mekanik yang lebih baik dari metode coating. Pembuatan membran tersebut

didoping dengan garam LiCl dengan konsentrasi 35%. Metode casting larutan

(32)

17

Endang WL., Marfuatun, dan Demas (2016) mengenai “ Conductivity of Cellulose Acetate Membranes from Pandan Duri Leaves (Pandanus tectorius) for

Li-ion Battery”. Kondutivitas membran elktrolit selulosa asetat maksimal diperoleh pada pen-doping-an konsentrasi garam LiCl 35%.

David Mecerreyes, dkk (2004) mengenai “Porous polybenzimidazole Membranes Doped with Phosphoric Acid: Highly Proton-Conducting Solid

Electrolytes”. Perbedaan penambahan pemlastis akan meningkatkan kerapatan

pori. Pori-pori membran yang tinggi akan memberikan konduktivitas ion

sebesar 5 × 10-2 Scm-1 pada larutan asam fosfat.

C. KERANGKA BERFIKIR

Dengan meningkatnya penggunaan barang elektronik, meningkat pula

industri baterai ion litium. Baterai ion litium yang berkembang sekarang bersifat

tidak ramah lingkungan. Karena pada umumnya membran elektrolit yang

digunakan pada baterai ion litium merupakan elektrolit yang berupa cairan dan

bersifat tidak terbiodegradasi. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dari

baterai ion litium. Sehubungan dengan ini maka diperlukan solusi untuk membuat

membran yang bersifat ramah lingkungan dan bersumber dari bahan yang ramah

lingkungan dan mudah untuk di dapatkan. Salah satunya dengan menggunakan

selulosa asetat yang merupakan turunan dari selulosa. Selulosa diperoleh dari

daun pandan laut.

Pandan laut merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh di daerah pesisir

(33)

18

pandan laut mengandung selulosa sebesar 81,6% yang dapat diperoleh dari

pelarutan alkali dan bleaching.

Selulosa yang diperoleh dari daun pandan laut kemudian diesterifikasi

dengan menambahkan asam asetat anhidrida dengan katalis H2SO4 sehingga

diperoleh selulosa asetat. Pada tahap asetilasi menggunakan waktu swelling

selulosa 1 jam untuk mengetahui derajat asetil tertinggi. Selulosa asetat hasil

sintesis selanjutnya dikembangkan menjadi membran polimer elektrolit

menggunakan metode casting larutan polimer. Doping garam litium

menggunakan garam LiCl yang selanjutnya dilakukan penambahan pemlastis

DMP untuk meningkatkan sifat mekanik membran elektolit. Membran elektrolit

yang dihasilkan berbentuk padatan yang bersifat ramah lingkungan serta

memiliki konduktivitas yang tinggi.

Berdasarkan hat tersebut, akan dilakukan sintesis membran selulosa asetat

dari daun pandan laut (Pandanus tectorius) untuk aplikasi membran baterai ion

litium dengan penambahan pemlastis DMP. Selulosa yang diperoleh dari daun

pandan laut diasetilasi membentuk selulosa asetat yang selanjutnya ditentukan

derajat asetilnya sehingga dapat diketahui jenis selulosa asetat dan pelarut yang

tepat untuk melarutkan selulosa asetat. Selulosa asetat yang diperoleh kemudian

digunakan untuk sintesis membran dengan pen-doping-an garam LiCl konsentrasi

35% menggunakan metode casting larutan polimer dan penambahan pemlastis

DMP dengan komposisi 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30%. Hasil isolasi, asetilasi

dan preparasi membran elektrolit dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer

(34)

19 BAB III

METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah membran elektrolit selulosa asetat dari daun

pandan laut.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini meliputi konduktivitas, gugus fungsi, dan foto

permukaan dari membran elektrolit selulosa asetat.

B. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan meliputi: a. Pipet volum

b. Hotplate stirrer

c. Neraca analitik

d. Gelas ukur

e. Termometer

f. Gelas beker

g. Erlenmeyer

h. Buret

i. Magnetic stirrer

j. pH meter

k. FTIR

l. Mikroskop optik

m. Elkahfi

n. Penyaring Buchner

o. Kertas saring

p. Pengaduk

q. Pipet tetes

r. Labu ukur

(35)

20 2. Bahan yang digunakan

a. Daun pandan laut

b. Natrium hidroksida (Merck)

c. Asam sulfat pekat (Merck)

d. Etanol 96% (Merck)

e. Asam asetat glasial (Merck)

f. Asam asetat glasial 67% (Merck)

g. Asam Asetat anhidrida (Merck)

h. Akuades

i. Asam klorida (Merck)

j. LiCl (Merck)

k. Indikator fenolftalein

l. Dimetil ftalat (Merck)

m. NaOCl

n. Kertas pH

C. Prosedur Penelitian

1. Isolasi Selulosa dari Daun Pandan Laut

Selulosa dapat diperoleh dari daun pandan laut dengan prosedur berikut:

a. Memotong daun pandan laut menjadi bagian-bagian kecil dan menghilangkan

duri dan bagian duri.

(36)

21

c. Merendam daun pandan laut di dalam air selama 3 hari dengan mengganti air

rendaman secara berkala.

d. Merebus daun pandan laut selama 20 menit dan mengeringkannya.

e. Melarutkan daun pandan laut dalam NaOH 2M selama 2 jam pada suhu

kamar dan dilanjutkan pada suhu 80 oC dan menyaringnya.

f. Melarutkan daun pandan laut dalam NaOCl 0,5% selama 24 jam pada suhu

kamar dan menyaring.

g. Mencuci dengan aquades beberapa kali hingga pH netral.

h. Mengeringkan dan menimbang serbuk selulosa.

2. Sintesis Selulosa Asetat

Asetilasi selulosa untuk memperoleh selulosa asetat dapat dilakukan

dengan prosedur sebagai berikut:

a. Memasukkan selulosa sebanyak 10 gram ke dalam Erlenmeyer kemudian

menambahkan 24 mL asam asetat glasial dan mengaduk pada suhu 40 oC

dengan waktu 1 jam.

b. Menambahkan H2SO4 pekat sebanyak 0,1 mL dan asam asetat glasial

sebanyak 60 mL kemudian mengaduk selama 45 menit pada suhu kamar.

c. Menambahkan asam asetat anhidrit sebanyak 27 mL (suhu 15oC) pada

campuran (suhu 18oC).

d. Menambahakan H2SO4 pekat 1 mL dan asam asetat glasial sebanyak 60 mL

ke dalam campuran kemudian mengaduk dengan waktu asetilasi selama 0,5

(37)

22

e. Menambahakan asam asetat 67% (v/v) sebanyak 30 mL ke dalam campuran

tetes demi tetes selama 2 jam pada suhu kamar dan melanjutkan pengadukan

selama 15 jam pada suhu kamar.

f. Menambahakan akuades tetes demi tetes dan diaduk hingga diperoleh

endapan yang berbentuk serbuk.

g. Menyaring endapan dengan penyaring Buchner. Mencuci sampai netral dan

mengeringkan selulosa yang dihasilkan.

3. Penentuan derajat asetil

Penentuan derajat asetil dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

a. Menimbang selulosa asetat sebanyak 0,5 gram dan memasukkan ke dalam

labu erlenmeyer 250 mL.

b. Menambahkan 20 mL alkohol 75% dan mengaduk campuran pada suhu 50°C

selama 30 menit.

c. Menambahkan NaOH 0,5 M sebanyak 20 mL ke dalam campuran dan

mengaduknya selama 15 menit pada suhu 50-60 °C.

d. Mengaduk campuran selama 3 hari pada suhu ruang.

e. Menetesi campuran dengan indikator fenolftalein dan mentitrasi dengan HCl

0,5 M.

f. Menambahkan HCl 1 mL ke dalam campuran titrasi dan mengaduk terus

menerus selama 22 jam.

g. Mentitrasi kembali campuran dengan NaOH 0,1 M dengan menambahakan

(38)

23

4. Pen-doping-an selulosa asetat dengan metode casting larutan polimer a. Melarutkan selulosa asetat sebanyak 0,9 gram dengan asam asetat glasial.

b. Menambahkan DMP dengan variasi 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% ke dalam

selulosa asetat yang telah larut.

c. Menambahkan garam LiCl 35 % kemudian mengaduk campuran selama 24

jam.

d. Mencetak campuran tersebut ke dalam cawan petri dan membiarkan pelarut

menguap hingga diperoleh membran elektrolit.

5. Tahap karakterisasi Selulosa Asetat dan Membran Selulosa Asetat a. Uji Konduktivitas Menggunakan Elkahfi 100.

Uji konduktifitas digunakan untuk mengetahui seberapa baik sampel dapat

menghantarkan arus listrik. Elkahfi 100 merupakan alat untuk menguji daya

hantar sampel. Metode yang digunakan merupakan metode two probe yaitu

metode pengukuran untuk mengetahui resistivitas pada bahan semikonduktor.

Metode ini dilakukan dengan menyentuhkan dua jarum kontak yang telah dialiri

arus. Dua jarum yang disentuhkan dan diatur jaraknya kurang lebih 0,5 cm.

Sampel dengan ukuran 1 cm x 1 cm dimasukkan ke plat kaca dan dijepit dua

kutub beraliran listrik kemudian dianalisis Metode ini akan memperoleh data

berupa arus (I) dan tegangan (V). Alat ini berada di laboratorium Elektro dan

(39)

24 b. Foto permukaan dengan mikroskop optik

Foto permukaan suatu membran dapat diamati menggunakan mikroskop

optik. Pengamatan menggunakan mikroskop optik dilakukan dengan perbesaran

100 kali dengan lensa Nikon. Mikroskop optik ini berada di laboratorium Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

(FMIPA UNY).

c. Analisa Gugus Fungsi dengan FTIR

FTIR dapat menganalisa gugus fungsi suatu sampel baik dalam bentuk

serbuk. Analisa FTIR berupa serbuk berada di laboratorium terpadu Universitas

Islam Indonesia (UII). Metode yang digunakan dalam preparasi sampel adalah

dengan menggunakan pellet KBr. Adapun tahapan preparasi sampel sebagai

berikut:

1) Sampel padat yang akan dianalisis dicampur terlebih dahulu dengan serbuk

KBr (5%-10% sampel dalam serbuk KBr), haluskan dengan mortar.

Campuran yang sudah homogen dan dibuat pellet dengan alat mini hand

press.

2) Pelet KBr ditempatkan pada tempat sampel. Sampel dianalisis dengan

menggunakan FTIR pada daerah 400-4000cm-1, sehingga diperoleh spektrum

FTIR. FTIR digunakan untuk melihat puncak serapan dari gugus fungsi yang

(40)

25 D. Teknik Analisis Data

1. Penetuan Derajat asetil.

Penentuan derajat asetil bertujuan untuk mengetahui kandungan asetil

yang terdapat dalam selulosa asetat hasil sintesis dari serat daun pandan laut

sehingga golongan selulosa asetat tersebut dapat diketahui. Derajat asetil dihitung

dengan persamaan:

Derajat Asetil (%) = (3)

Keterangan :

A = Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi sampel B = Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi blangko C = Volume HCL yang diperlukan untuk titrasi sampel D = Volume HCL yang diperlukan untuk titrasi blangko Ma = Molaritas sampel HCL

Mb = Molaritas sampel NaOH N = derajat asetil

W = Massa sampel

2. Karakterisasi Gugus Fungsi

Analisis spektrum FTIR dapat dilakukan dengan cara menginterpretasi dan

membandingkan spektrum FTIR hasil sintesis. Puncak serapan spektrum FTIR

[image:40.595.114.515.532.645.2]

standar ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Puncak serapan spektrum FTIR standar

Bilangan Gelombang (cm-1) Jenis Gugus Fungsi 3650-3600 -OH alcohol

3000-2850 C-H alkan 1750-1730 C=O (ester) 1600-1475 C=C (somatis)

(41)

26 3. Penentuan Nilai Konduktivitas

Konduktivitas listrik merupakan kemampuan suatu bahan untuk

menghantarkan arus listrik. Data elkahfi 100 diperoleh data berupa besaran arus

[image:41.595.187.503.216.313.2]

dan tegangan kemudian dibuat grafik linier seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik linier data Elkahfi-100 hubungan Kuat Arus (I) dengan Tegangan (V)

Berdasarkan Gambar 7 gradien garis (m) merupakan nilai konduktansi (G=1/R).

Menghitung nilai konduktivitas dari alat elkahfi 100 dapat dicari dengan

persamaan sebagai berikut:

ρ 

eterangan:

ρ = resistivitas (Ω cm) t = tebal membran (cm)

R = resistensi (ohm)

m

Y= mx+c

(42)

27 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Karakter Selulosa dan Selulosa Asetat Hasil Sintesis

Hasil pengamatan terhadap sifat fisik selulosa dan selulosa asetat yang

[image:42.595.112.523.411.577.2]

dihasilkan dari daun pandan laut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sifat Fisik Selulosa dan Selulosa Asetat dari Pandan Laut No. Sifat yang diamati Hasil pengamatan

Selulosa Selulosa asetat 1. Bentuk Serbuk berserat Serbuk halus

2. Warna Putih kecoklatan Putih

3. Tekstur Kasar dan ringan Halus dan ringan 4. Bau Tidak berbau Tidak berbau 5. Kelarutan dalam air Tidak larut Tidak larut

Adapun gambar dari selulosa dan selulosa asetat hasil sintesis dapat dilihat pada Gambar 8.

(a) (b)

Gambar 8. (a) Selulosa, dan (b) Selulosa Asetat

Untuk spektrum FTIR selulosa dan selulosa asetat dari daun pandan laut

[image:42.595.266.508.437.578.2]
(43)
[image:43.595.112.522.86.413.2]

28 (a) 6 0 4 ,5 7 9 0 2 ,2 0 1 0 4 7 ,6 2 1 1 6 0 ,7 3 1 2 4 2 ,2 9 1 3 7 8 ,8 3 1 4 3 0 ,6 5 1 5 0 7 ,1 9 1 6 3 9 ,5 6 1 7 5 1 ,8 0 2 9 2 1 ,6 1 3 4 5 9 ,5 6 25 30 35 40 45 50 55 60 % T ra n sm it ta n ce 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 Wavenumbers (cm-1) (b)

Gambar 9. Spektrum FTIR (a) Selulosa, dan (b) Selulosa Asetat dari Daun Pandan Laut

Adapun interpretasi gugus fungsi spektrum FTIR selulosa dan selulosa

asetat dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Interprestasi Gugus Fungsi Spektrum FTIR Selulosa dan Selulosa Asetat Hasil Sintesis

No Jenis gugus fungsi Bilangan gelombang

Selulosa (cm-1) Selulosa asetat(cm-1)

1. -OH ulur 3426,54 3459,56

2. C=O ester - 1751,80

3. C-H tekuk 1427,76 1430,65

4. C-O ulur 1059,40 1047,62

[image:43.595.113.521.558.662.2]
(44)

29 2. Uji Konduktivitas dengan Elkahfi 100

Berdasarkan penelitian, harga konduktivitas membran elektrolit selulosa

asetat dengan variasi konsentrasi garam litium 35% serta penambahan DMP

[image:44.595.111.520.219.325.2]

dengan berbagai variasi komposisi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 6. Nilai Konduktivitas Membran elektrolit selulosa asetat pada berbagai Komposisi DMP

Komposisi DMP Konduktivitas (Scm-1)

0% 5,08x10-3

10% 2,171x10-2

15% 9,46x10-3

20% 8,41x10-3

25% 2,44x10-2

30% 2,17x10-2

3. Gugus Fungsi Membran Elektrolit Selulosa Asetat

Spektrum membran elektrolit selulosa asetat blangko dengan membran

elektrolit selulosa asetat DMP 25% dapat dilihat pada Gambar 10.

[image:44.595.125.501.458.625.2]
(45)

30

Interpretasi gugus fungsi spektrum FTIR membran elektrolit selulosa

[image:45.595.253.501.533.671.2]

asetat dengan DMP25% dan membran blangko dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Interprestasi Gugus Fungsi Spektrum FTIR Membran Elektrolit Selulosa Asetat dengan DMP 25% dan Membran Blangko

No Gugus Fungsi

Membran blangko Membran elektrolit selulosa asetat dengan

DMP 25% Bilangan gelombang

(cm-1)

Bilangan gelombang (cm-1)

1. -OH ulur 3439,08 3431,39

2. C=O 1638,94 1638,26

3. C=O ester - 1737,69

4. C-H Tekuk 1382,26 1380,06

5. C-O-C 1250,69 1126,78

C-O ester 1054,75 1051,88

6. Li- 620,89 604,01

7. C=C aromatik - 1436,51

4. Foto Mikroskop Optik

Foto permukaan membran elektrolit dengan pemlastis DMP dalam

berbagai variasi komposisi dapat dilihat pada Gambar 11.

(46)

31

DMP 20% DMP 25%

[image:46.595.114.504.81.415.2]

DMP 30% Blangko

Gambar 11. Penampang Mikroskop Optik Membran Elektrolit Selulosa Asetat dengan Variasi Komposisi DMP

B. Pembahasan

1. Isolasi Selulosa dan Sintesis Selulosa Asetat

Selulosa yang digunakan merupakan hasil ekstraksi dari daun pandan laut.

Pandan laut yang telah dibersihkan, dihilangkan bagian tengah dan duri yang ada

kemudian dikeringkan dan digiling hingga halus. Setelah didapatkan serat yang

halus, kemudian dilakukan penghilangan kandungan gula pentosa, tanin, dan zat

pigmen dalam daun dengan perendaman air selama 3 hari dan kemudian

(47)

32

hemiselulosa dan lignin atau delignifikasi dengan cara direndam dengan NaOH

dan NaOCl.

Adanya lignin dalam senyawa tersebut ditandai dengan adanya larutan

yang berwarna hitam pekat (black liquor). Indikasi hilangnya lignin dalam sampel

dapat diidentifikasi dari sampel filtrat yang berwarna jernih dan dengan cara

ditetesi asam sulfat pekat, jika lignin sudah hilang dari sampel maka filtrat tidak

menghasilkan endapan. Karena lignin dalam asam sulfat akan membentuk

gumpalan (Dhika Yetty, 2012).

Setelah perendaman dengan NaOH, proses selanjutnya ialah pemutihan

(bleaching) dengan menggunakan larutan NaOCl dan penambahan NaOH padat.

Penambahan NaOH padat akan mempercepat jalannya proses bleaching, karena

senyawa NaOCl bekerja optimum pada pH 7 (netral). Selain itu penambahan

NaOH membantu proses pelarutan lignin yang masih tersisa. Pada proses ini

terjadi reaksi :

OCl-(aq) + H2O(aq)  OH-(aq) + HOCl(aq)

HOCl merupakan senyawa yang tidak stabil sehingga akan mengoksidasi zat lain

membentuk klor bebas.

HOCl(aq) + H+(aq) + Cl-(aq)  Cl2(aq) + H2O(l)

Menurut Yetty (Demas Aji, 2016), klor yang dihasilkan akan mengoksidasi

pigmen daun pandan laut sehingga mengubah warna menjadi lebih putih. Reaksi

(48)
[image:48.595.166.445.93.258.2]

33

Gambar 12. Reaksi Bleaching Selulosa

Selulosa yang dihasilkan berwarna putih kecoklatan dan berserat. Selulosa

yang didapat diidentifikasi gugus fungsi menggunakan spektrofotometer FTIR.

Berdasarkan Tabel 5 memperlihatkan puncak serapan pada daerah 3426,54 cm-1

menandakan adanya vibrasi regang –OH, puncak daerah 1427,76 cm-1 menandakan C-H, dan pada puncak serapan 1059,40 cm-1 menandakan C-O ulur.

Setelah dapat dipastikan sampel yang diperoleh merupakan selulosa, kemudian

selulosa disintesis menjadi selulosa asetat melalui proses asetilasi. Hasil isolasi

daun pandan laut didapatkan selulosa seperti pada Gambar 8.

Proses pembuatan selulosa asetat dilakukan melalui 3 tahap. Tahap

pertama adalah menambahkan asam asetat glasial yang bertujuan untuk menarik

air yang masih tersisa di dalam selulosa yang tidak diharapkan. Adanya air pada

selulosa akan mengganggu jalannya proses asetilasi. Selain itu, asam asetat glasial

menyebabkan terjadinya swelling (penggembungan) pada serat-serat selulosa.

Adanya penggembungan dapat memperluas permukaan selulosa yang dapat Selulosa

Selulosa

Selulosa

(49)

34

membantu peningkatan reaktivitas selulosa terhadap reaksi asetilasi (Muhammad

Lindu, Tita, dan Ismi Erna 2010).

Tahap kedua adalah asetilasi dengan penambahan anhidrida asetat dengan

katalis asam sulfat. Reaksi asetilasi berlangsung secara eksoterm, sehingga

pencampuran selulosa asetat dengan asam asetat anhidrida dikondisikan pada

suhu rendah yaitu 15oC-18oC. Pengadukan dilakukan pada suhu ruang agar tidak

terjadi depolimerasi rantai selulosa. Depolimerasi mengakibatkan selulosa

berubah menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga akan mengakibatkan

produk asetilasi yang dihasilkan menurun.

Asam sulfat bereaksi dengan anhidrida asetat membentuk asetil sulfat,

yang kemudian bereaksi dengan selulosa membentuk selulosa asetat. Proses

asetilasi dapat terjadi reaksi berikut:

2H2SO4(l) + (CH3CO)2O(l)  2CH3COOSO3H(l) + H2O(l)

Asam sulfat bereaksi dengan selulosa menggantikan gugus –OH dengan gugus – OSO3H. Dalam proses ini asam sulfat tidak tersisa dalam larutan dan telah

bereaksi dengan selulosa dan menghasilkan produk sebagai berikut (Asrining P,

2010):

Rsel (OH)3(l) +H2SO4(l) +3(CH3CO)2O(l) Rsel H2SO4 + 4CH3COOH(l)

(CH3COO)2

Pada proses asetilasi ini, gugus sulfat akan lepas dan digantikan oleh gugus asetil.

Tahap ketiga adalah hidrolisis dimana larutan direaksikan dengan asam

asetat 67% (Cynthia L dan Senny, 2007). Penambahan larutan asam asetat 67%

(50)

35

anhidrida menjadi asam asetat (Wafiroh, 2012). Proses ini dilakukan selama 22

jam. Besarnya kadar asetil yang dihasilkan tergantung pada lamanya proses

hidrolisis. Semakin lama proses hidrolisis maka semakin lama terjadinya proses

deasetilasi sehingga semakin kecil kadar asetil yang dihasilkan.

Larutan hasil hidrolisis direndam pada air es sehingga akan terlihat

endapan putih. Kemudian endapan disaring menggunakan Buchner dan dicuci

dengan aquades hingga netral. Tujuan dari proses tersebut untuk menghilangakan

zat pengotor dan asam asetat yang masih tersisa. Endapan hasil penyaringan

dikeringkan pada udara terbuka hingga didapatkan serbuk putih.

Pada dasarnya reaksi dalam sintesis selulosa asetat merupakan pergantian

satu, dua, atau tiga gugus hidroksil dalam unit glukosa dengan adanya katalis

asam. Gugus-gugus hidroksil pada selulosa dapat diesterifikasi dengan asam

karboksilat menghasilkan suatu gugus ester (Tresnawati, 2006). Sampel yang

dihasilkan dianalisis menggunakan FTIR.

Berdasarkan Gambar 8 dan Tabel 4 memperlihatkan hasil analisis dengan

FTIR adanya perbedaan serapan antara selulosa dan selulosa asetat, yaitu pada

puncak serapan 1751,80 cm-1 menandakan adanya C=O ester dan 1242,29 cm-1

puncak serapan C-O-C ester. Puncak serapan tersebut manandakan gugus asetil

(51)

36

2. Pembuatan Membran Elektrolit Selulosa Asetat

Pencetakan membran elektrolit selulosa asetat menggunakan metode

casting larutan polimer, yaitu semua bahan dilarutkan hingga homogen dan

dicampur kemudian di bentuk pada suatu cetakan hingga pelarut menguap habis.

Pen-doping-an selulosa asetat dengan garam litium bertujuan untuk

mengikat ion-ion litium ke dalam matriks polimer. Pada penelitian ini

menggunakan LiCl dengan konsentrasi 35%. Penambahan pemlastis DMP

bertujuan untuk meningkatkan elastisitas membran agar tidak rapuh.

Selulosa asetat hasil sintesis yang berwarna putih dilarutkan dalam asam

asetat glasial, kemudian ditambahakan DMP, selanjutnya ditambahkan garam

litium yang telah dilarutkan dalam akuades sebelumnya. Pengadukan dilakukan

selama 24 jam untuk memperoleh larutan yang homogen. Larutan yang telah

homogen dicetak dalan cawan petri dengan metode casting larutan polimer.

Membran elektrolit selulosa asetat yang dihasilkan berwarna coklat kekuningan.

Pengadukan dilakukan selama 24 jam untuk memperoleh larutan yang

homogen. Hal ini dibuktikan dengan ketebalan membran elektrolit yang

dihasilkan. Dalam penelitian ini membran elektrolit selulosa asetat memiliki

(52)

37 3. Uji konduktivitas

Konduktivitas membran elektrolit selulosa asetat ditentukan menggunakan

alat konduktometer Elkahfi 100. Alat ini menggunakan metode two probe untuk

mengukur resistivitas membran. Hubungan antara kuat arus dan tegangan yang

dihasilkan akan diperoleh persamaan grafik, gradien garis menunjukkan nilai

konduktansi (G). Grafik hubungan konduktivitas terhadap kuat arus pada berbagai

komposisi DMP secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3 . Sedangkan untuk

grafik hubungan komposisi DMP terhadap konduktivitas dapat dilihat pada

Gambar 13.

Gambar 13. Grafik Hubungan Komposisi DMP terhadap Konduktivitas Membran Elektrolit Selulosa Asetat

Berdasarkan Gambar 14 terlihat bahwa dengan penambahan DMP

menaikan konduktivitas membran elektrolit selulosa asetat. Hal tersebut sesuai

dengan penelitian David Mecerreyes, dkk (2004) bahwa keberadaan DMP sebagai

parogen membuat porositas membran berukuran besar. Porositas yang besar

tersebut membuat kemampuan adsorbsi litium juga besar sehingga dapat

meningkatkan konduktivitas membran elektrolit selulosa asetat. Konduktivitas

[image:52.595.119.507.340.488.2]
(53)

38

4. Karakterisasi Membran Elektrolit Selulosa Asetat a. Gugus Fungsi Membran Elektrolit Selulosa Asetat

Pada penelitian ini, untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada membran

elektrolit selulosa asetat dapat dianalisa dengan menggunakan FTIR. Berdasarkan

spektrum FTIR, pada Gambar 10 dapat dilihat perbedaan membran elekrolit

selulosa asetat sebelum dan sesudah penambahan DMP. Perbedaan serapan

frekuensi dari kedua membran elektrolit selulosa asetat dapat dilihat pada Tabel 5.

Perbedaan terjadi pada membran blangko dan membran elektrolit pada

pergeseran bilangan gelombang serapan –OH ulur yaitu dari 3439,08 cm-1 menjadi 3431,39 cm-1. Hal ini terjadi karena adanya DMP yang mempunyai gugus

benzena tersubstitusi ortho. Adanya posisi ortho pada gugus benzena akan

mengakibatkan pergeseran bilangan gelombang yang lebih kecil pada serapan – OH ulur (Hardjono Sastrohamidjojo, 1992: 38). Adanya gugus benzena pada

DMP juga menyebabkan adanya perbedaan pergeseran bilangan gelombang pada

bilangan gelombang 1436,51 cm-1 terjadi serapan puncak C=C aromatis yang

menandakan DMP telah masuk pada sistem membran elektrolit selulosa asetat.

Perbedaan juga terjadi pada serapan gugus C=O. Membran dengan

penambahan DMP 25% menunjukkan adanya serapan gugus C=O pada bilangan

gelombang 1737,69 cm-1. Jika dihubungkan dengan konduktivitasnya membran

elektrolit dengan komposisi DMP 25% memiliki konduktivitas optimum. Hal

tersebut terjadi karena ikatan C=O mengakibatkan tingginya kepolaran membran

elektrolit sehingga konduktivitas yang dihasilkan oleh membran elektrolit juga

(54)

39

b. Analisis Foto Permukaan dengan Mikroskop Optik

Analisis foto permukaan dilakukan guna mengetahui homogenitas

membran. Seluruh membran elektrolit selulosa asetat dilakukan analisa foto

permukaan agar dapat dilihat pengaruh penambahan DMP dengan membran

elektrolit selulosa asetat tanpa DMP. Foto permukaan membran elektrolit selulosa

asetat dapat dilihat pada Gambar 11.

Berdasarkan pengamatan foto permukaan terdapat beberapa bagian yaitu

bintik putih yang menandakan selulosa asetat, lapisan putih menandakan DMP,

dan noda hitam mengidentifikasi adanya LiCl, karena LiCl apabila terkena udara

lembab dengan cepat akan tertutup oleh lapisan tebal hitam akibat reaksinya

dengan oksigen yang diikuti reaksi lanjut dengan gas karbon dioksida membentuk

litium karbonat dan dapat membentuk oksida hitam apabila terkena air (Kristian

H. Sugiyarto).

Berdasarkan Gambar 11, membran elektrolit selulosa asetat dengan

komposisi DMP 0% selulosa asetat dan DMP jarang terlihat di permukaan

membran. Sedangkan untuk LiCl tersebar mengisi bagian permukaan membran.

Membran dengan komposisi DMP 10% terlihat masih adanya selulosa asetat yang

tidak merata, pada komposisi DMP 15%, 20%, dan 30% terlihat masih adanya

bagian lapisan DMP dan LiCl yang tidak merata, sedangkan untuk DMP 25%

permukaan membran terlihat halus merata.

Komposisi DMP berpengaruh pada homogenitas membran elektrolit yang

dihasilkan. Membran elektrolit selulosa asetat dengan DMP 15%, 20%, dan 30%

(55)

40

masih ditemukan lapisan selulosa asetat, LiCl, maupun DMP. Sedangakan pada

komposisi 25% campuran terlihat homogen. Hal tersebut sesuai dengan

penelitian Ali Muhammad, Soliha, Fauzia (2006) kenaikan komposisi DMP akan

meningkatkan kerapatan atau homogenitas karena pemlastis membentuk ikatan

hidrogen antara selulosa asetat, namun dalam kondisi tertentu, ketika jumlah

selulosa asetat berkurang maka kerapatan atau homogenitas akan menurun.

Selulosa asetat berperan penting dalam terjadinya ikatan hidrogen.

Berkurangnya jumlah selulosa asetat maka jumlah atom O dalam membran juga

berkurang sehingga mengakibatkan kemungkinan adanya interaksi tarik menarik

antara atom O dengan atom hidrogen yang terikat dalam satu molekul maupun

antar molekul akan menurun, akibatnya jumlah ikatan hidrogen dalam membran

akan lemah sehingga mengakibatkan kerapatan membran menurun. Jika

dihubungkan dengan konduktivitasnya, berkurangnya atom O akan

memperlambat mobilitas Li+ sehingga konduktivitas yang dihasilkan menurun

akibat menurunnya kerapatan membran.

Membran elektrolit dengan homogenitas tinggi (DMP 25%) memiliki

konduktivitas yang tinggi pula. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa berdasarkan

Marfuatun (2011) konduktivitas ionik pada membran elektrolit disebabkan oleh

adanya konformasi dari rantai polimer yang membentuk suatu lapisan-lapisan

yang memungkinkan adanya mobilitas ion Li+ melalui proses loncatan.

Berdasarkan hal tersebut, homogenitas yang tinggi memungkinkan jarak antar

molekul menjadi dekat sehingga mobilitas ion Li+ untuk melakukan loncatan

(56)

41 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan komposisi pemlastis DMP memberikan nilai konduktivitas

yang cenderung meningkat. Nilai konduktivitas membran selulosa asetat

optimum pada komposisi DMP 25% yaitu sebesar 2,44x10-2 Scm-1.

2. Berdasarkan hasil analisis FTIR membran elektrolit selulosa asetat dengan

penambahan DMP menunjukkan penurunan frekuensi serapan gugus –OH pada daerah 3439,08 cm-1 menjadi 3431,39 cm-1 adanya frekuensi serapan

gugus C=C aromatik pada daerah 1436,51 cm-1 dan frekuensi serapan

gugus C=O pada daerah 1737,69 cm-1. Homogenitas tertinggi membran

elektrolit selulosa asetat diperoleh pada komposisi DMP 25%.

B. Saran

Dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas membran elektrolit

selulosa asetat hasil sintesis, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut antara

lain:

1. Perlu dikembangkan metode-metode lain dalam sintesis selulosa asetat

maupun pembuatan membran elektrolit selulosa asetat agar mendapatkan

(57)

42

2. Perlu dilakukan karakteristik lebih lanjut pada membran elektrolit selulosa

asetat untuk mengetahui detail karakteristik lain pada membran elektrolit

selulosa asetat.

3. Perlu optimalisasi waktu pengadukan pada proses pembuatan membran

(58)

43 Daftar Pustaka

Ahmad Arban Khori. (2007). Pengaruh Penambahan Pemlastis Polietilen Glikol 400, Dietilen Glikol, dan Dimetil Ftalat terhadap Proses Biodegradasi Bioplastik Poli-Β-Hidroksialkanoat pada Media Cair dengan Udara Terlimitasi. Skripsi: hal 20-23.

Ali Muhammad Y S., Soliha L., Fauzia R T. (2006). Modifikasi Membran Selulosa Asetat sebagai Membran Ultrafiltrasi: Studi Pengaruh Komposisi Terhadap Kinerja Membran. Laporan PKM-P. Universitas Jember.

Asrining Prahastuti. (2010). Perancangan Pabrik Selulosa Asetat dari Selulosa dan Asetat Anhidrid dengan Proses Asetilasi Kapasitas 25.500 Ton Per Tahun.

Laporan Tugas Perancangan Pabrik. Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Arniz Hanifa. (2015). Sintesis dan Karakterisasi Membran Selulosa Asetat dari Limbah Cair Tahu untuk Aplikasi Baterai Ion Litium. Jurnal student UNY. Vol.4 (7): hal 1-8.

Bambang R., Akhiruddin M., Ratna S D. (2011). Baterai Cerdas dari Elektrolit Polimer Kitosan-PVA dengan Penambahan Amonium Nitrat. Jurnal

pengolahan hasil perikanan Indonesia. Vol. 16 (2): hal 70-77.

Cequeira, D. A., Filho, G. R., and Meireles, M. S. (2007). Otimization of Sugarcane Bagasse Cellulose Acetylation. Carbohydrate Polymers. 69: hal 578-582.

Cut Meurah Rosnelly. (2003). Pengaruh Rasio Aditif Polietilen Glikol terhadap Selulosa Asetat pada Pembuatan Membran Selulosa Asetat Secara Inversi Fasa. Jurnal rekayasa kimia dan lingkungan. Universitas Syiah kuala. 1:hal 1.

Cynthia L Radiman dan Senny Widyaningsih. (2007). Pembuatan Selulosa Asetat dari Pulp Kenaf. Jurnal molekul. Vol. 2 (1): hal 13-16.

Dhika Yetty. (2012). Sintesis Selulosa Asetat dari Kulit Jagung untuk Aplikasi Baterai Ion Litium. Jurnal Student UNY. Vol. 2(1): hal 9-16.

Dian Cipta Sari. (2012). Sintesis Selulosa Asetat dari Jerami Padi untuk Aplikasi Baterai Ion Litium. Jurnal Student UNY. 1(3) No. 3: hal 14-21.

(59)

44

Dyah Purwaningsih dan Hari Sutrisno. (2012). Pengembangan Material Lil+Xmn2-Xo4 untuk Aplikasi Elektroda Positif Baterai Litium. Prosiding

seminar nasional penelitian, pendidikan dan penerapan MIPA. FMIPA

UNY: K-3.

Eli Rohaeti. (2005). Kajian tentang poliuretan dan karakterisasinya. Prosiding seminar nasional penelitian, pendidikan dan penerapan MIPA, FMIPA UNY. Yogyakarta, K1-19.

Endang W Laksono, Marfuatun, Demas Aji. (2016). Conductivity of Cellulose Acetate Membran from Pandan Duri (Pandanus tectorius) For Li-Ion Battery. MATEC Web of Converenes Vol. 64(04001): hal 1-4.

Emerketer. (2014). Jumlah Pengguna Smartphone di Indonesia. Diakses dari https://id.techinasia.com/jumlah-pengguna-smartphone-di-indonesia-2018. Pada tanggal 22 januari 2016, Jam 11:30 WIB.

Febri R Palsa. (2006). Pencirian Membran Selulosa Asetat Berbahan Dasar Selulosa Bakteri dari Limbah Nanas. Skripsi. Institut Pertanian Bogor: FMIPA IPB.

Foster, Bob. (2007). Fisika Dasar. Jakarta: Gramedia

Giesen, W., Wulffraat, S., Zieren, M. and Scholten, L. (2006). Mangrove Guide

Book for Southe

Gambar

Gambar 2. Struktur Selulosa
Gambar 3. Struktur Selulosa Asetat (Nurhayati dan Rinta K, 2014)
Tabel 1. Hubungan DS dan Derajat Asetil Selulosa Asetat
Gambar 5. Struktur Baterai Ion Litium
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi hasil sintesis selulosa asetat dari limbah cair tahu, mengetahui pengaruh metode pendopingan dan pengaruh konsentrasi

maka semakin besar konduktasi membran selulosa asetat, hal ini dapat dijelaskan dengan adanya aliran ion-ion ataupun elektron yang merupakan pembawa aliran arus

maka semakin besar konduktasi membran selulosa asetat, hal ini dapat dijelaskan dengan adanya aliran ion-ion ataupun elektron yang merupakan pembawa aliran arus

PANI-selulosa sebagai bahan pengisi (elektrolit padat) dilakukan dengan memadatkan sampel dalam model baterai sederhana dan diukur tegangan dan arus yang dihasilkan

Karakterisasi yang dilakukan terhadap membran adalah analisis gugus fungsi dan uji konduktivitas serta membandingkan nilai voltase baterai berbahan dasar elektrolit polimer

Karakterisasi yang dilakukan terhadap membran adalah analisis gugus fungsi dan uji konduktivitas serta membandingkan nilai voltase baterai berbahan dasar elektrolit polimer

maka semakin besar konduktasi membran selulosa asetat, hal ini dapat dijelaskan dengan adanya aliran ion-ion ataupun elektron yang merupakan pembawa aliran arus

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun pandanus tectorius, asam asetat glasial, asam asetat anhidrida,. katalis asam sulfat, LiCl,