11
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi
Berdasarkan latar belakang tentang persepsi pasangan usia muda dalam penggunaan alat kontrasepsi maka dapat di jelaskan pengertian tentang persepsi adalah sebagai berikut:
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap suatu rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dalam diri individu (Walgito dalam Sunaryo, 2004).
Persepsi menurut Rakhmat dalam Muwarti (2014) persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan dari informasi tersebut.
yang diamati, baik yang ada di luar maupun dalam diri
individu.
2.1.2 Macam-Macam Persepsi
Terdapat dua jenis persepsi menurut Maramis dalam Sunaryo (2004) yaitu:
1. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari luar diri individu. 2. Self perception, yaitu persepsi yang terjadi karena
adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu.
2.1.3 Aspek-Aspek Persepsi
Menurut Baron dan Bryne dalam Sunaryo (2004) persepsi mengandung tiga komponen yang membentuk sikap, yaitu :
1. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan suatu objek.
2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap suatu objek.
3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan
dengan kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek.
2.1.4 Syarat Terjadinya Persepsi
Persepsi dapat terjadi karena adanya syarat-syarat yang harus terpenuhi, menurut Walgito dalam Sunaryo (2004) syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut:
b) Adanya perhatian sebagai langkah utama untuk mengadakan persepsi.
c) Adanya alat indra sebagai pengarah yang menerima stimulus.
d) Saraf sensoris sebagai alat yang meneruskan stimulus ke otak, dari otak stimulus dibawa melalui saraf motoris sabagai alat untuk mengadakan respon.
2.1.5 Proses Terjadinya Persepsi.
Persepsi dapat terjadi karena adanya suatu proses di dalam diri setiap individu, proses tersebut terjadi melalui tiga tahap, yaitu:
a) Proses fisik (kealaman): objek menjadi stimulus yang kemudian dibawa oleh reseptor atau alat indra
b) Proses fisiologis: stimulus dibawa oleh saraf sensoris menuju otak
c) Proses psikologis: proses dalam otak dibawa oleh saraf motoris untuk mengadakan persepsi.
Jadi, syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik, fisiologis, dan psikologis. Proses terjadinya suatu persepsi dapat dilihat pada gambar 1.
objek stimulus reseptor
Gambar 1. Bagan Proses Persepsi Sumber: (Sunaryo, 2004)
Sehingga, melalui tahapan-tahapan proses tersebut persepsi dapat terjadi.
2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi dapat terjadi karena adanya faktor-faktor yang mendorong terjadinya proses tersebut. Menurut Kozier dalam Sunaryo (2004) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan persepsi, diantaranya:
a. Variabel demografis seperti: usia, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Suku merupakan klasifikasi dari setiap kelompok dasar yang dibedakan oleh adat, karakteristik, bahasa, atau faktor pembeda lain yang sejenis. Melanggar aturan budaya menghasilkan rasa bersalah dan rasa malu.
b. Variabel sosio-psikologis, yaitu faktor sosial dan emosional. Faktor sosial dapat berasal dari lingkungan
keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Faktor emosional dapat berasal dari diri individu.
c. Tekanan sosial, merupakan pengaruh dari orang lain yang mampu mempengaruhi persepsi seseorang mengenai suatu hal.
d. Cues of action, berupa isyarat internal atau eksternal misalnya perasaan lemah, gejala yang tidak menyenangkan atau anggapan seseorang terhadap kondisi orang terdekat yang menderita suatu penyakit.
Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi diatas secara garis besar dapat di bagi menjadi faktor internal dan eksternal. Internal seperti faktor demografi, psikologis dan emosional. Faktor eksternal seperti tekanan sosial.
2.2 Pernikahan Usia Muda 2.2.1 Pengertian Pernikahan
Ahmad dan Heriyanti dalam Priyanti (2013) mendefinisikan pengertian perkawinan adalah sebagai sebuah ikatan antara laki-laki dan perempuan atas dasar persetujuan dari kedua belah pihak yang saling berhubungan dengan masyarakat, dimana terdapat norma atau aturan untuk mengikat dan menghalalkan hubungan antara kedua belah pihak.
2.2.2 Pengertian Usia Muda
Usia muda merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Batasan usia muda berbeda-beda tergantung pada sosial budaya setempat. Menurut departemen kesehatan, usia muda berkisar antara usia 10-19 tahun dan belum menikah. Diantara usia tersebut sudah menunjukkan tanda-tanda seksualnya. Terdapat 3 kategori yang perlu diperhatikan, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi usia muda adalah suatu masa dimana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai ia mencapai kematangan.
3. Terjadi pergantian dari ketergantungan sosial ekonomi
yang penuh kepada orang tua menjadi lebih mandiri.
Disamping itu menurut Sarwono dalam Priyanti (2013), terdapat beberapa pengertian usia muda, salah satunya adalah pengertian dari usia muda untuk masyarakat Indonesia yang mengemukakan bahwa batasan usia muda adalah diantara usia 11-24 tahun dan belum menikah melalui pertimbangan sebagai berikut: 1. Usia 11 tahun merupakan usia mulai terlihatnya
tanda-tanda seksual sekunder pada seseorang.
2. Banyak masyarakat Indonesia menganggap usia 11 tahun sudah dianggap dewasa menurut adat maupun agama setempat, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak.
3. Pada usia tersebut mulai terdapat tanda-tanda tercapainya identitas diri.
4. Pada usia 24 tahun merupakan batas usia maksimal untuk memberi kesempatan kepada mereka yang sampai pada usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua secara ekonomi serta belum mempunyai hak penuh sebagai orang dewasa baik
2.2.3 Batasan Usia Perkawinan
menaikkan usia agar dapat memenuhi batas usia minimal tersebut (Sarwono dalam Priyanti, 2013).
2.2.4 Perkawinan Usia Muda
Perkawinan usia muda adalah perkawinan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan dimana para pihaknya masih sangat muda dan belum memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam melakukan perkawinan (Bahar, 2013).
Sedangkan menurut BKKBN dalam Bahar (2013), perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan di bawah usia. Dimana batas usia dewasa bagi laki-laki 25 tahun dan bagi perempuan 20 tahun. Sedangkan dari segi kesehatan, perkawinan usia muda yang ideal untuk perempuan adalah di atas 20 tahun, sebab perempuan yang menikah di bawah umur 20 tahun berisiko terkena kanker leher rahim, karena pada usia remaja sel-sel leher rahim belum matang, maka jika terpapar Human Papiloma Virus (HPV) pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker.
tua, kemauan anak, pendidikan, adat dan budaya (Bowner dan Spanier dalam Astuty, 2013).
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Fitra dalam Astuty (2013) bahwa faktor yang mempengaruhi perkawinan usia muda adalah faktor pengetahuan, pendidikan, dorongan orang tua, pergaulan bebas, dan budaya.
1. Faktor Pengetahuan
Faktor paling utama yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks sebelum nikah adalah untuk membaca buku porno dan menonton film porno. Sehingga jika terjadi kehamilan akibat hubungan seks sebelum menikah, maka jalan yang diambil adalah menikah di usia muda. Namun, ada beberapa remaja yang berpandangan bahwa menikah muda agar terhindar dari perbuatan dosa, seperti seks sebelum nikah. Hal tersebut tanpa didasari oleh pengetahuan mereka tentang akibat menikah pada usia muda.
2. Faktor Pendidikan
beluk pernikahan, sehingga cenderung untuk cepat berkeluarga dan melahirkan anak. Selain itu tingkat pendidikan keluarga juga dapat mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda. Perkawinan usia muda juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan cenderung untuk mengawinkan anaknya dalam usia yang masih muda. 3. Faktor Pergaulan Bebas
Suasana Keluarga yang penuh konflik akan berpengaruh negatip terhadap kepribadian dan kebahagiaan remaja yang pada akhirnya, mereka melampiaskan perasaan jiwa dalam berbagai pergaulan dan perilaku yang menyimpang.
Kehidupan anak yang kurang mendapat perhatian, kasih sayang dan pemantauan dari orang tua. Sehingga mengakibatkan mereka melakukan pergaulan secara bebas yang berdampak rusaknya karakter pemuda sebagai makhluk Tuhan.
terkendali sehingga memberanikan diri melakukan hubungan seksual hanya demi penunjukkan rasa cinta atau penasaran (Hairi, 2015).
4. Faktor budaya
Perkawinan usia muda terjadi karena orang tua yang khawatir jika anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan tanpa melihat usia mereka. Faktor adat dan budaya, di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah dijodohkan orang tuanya dan segera dinikahkan sesaat setelah anak tersebut mengalami masa menstruasi. Padahal pada umumnya, anak perempuan mulai mendapat haid pada usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia minimal sebuah pernikahan yang diamanatkan UU (Hairi, 2015).
2.2.6 Dampak Perkawinan Usia Muda
seorang perempuan masih sangat lemah. Jika dia hamil, maka akibatnya akan mudah keguguran karena rahimnya belum begitu kuat, sehingga sulit untuk terjadi perlekatan janin di dinding rahim. Selain itu, kemungkinan mengalami kelainan kehamilan dan kelainan waktu persalinan.
Selain hal tersebut dampak perkawinan usia muda menurut Rosaliadevi dalam Priyanti (2013) diantaranya:
1. Dampak Biologis
Anak secara biologis memiliki alat reproduksi yang masih dalam proses menuju kematangan, sehingga belum siap untuk menghadapi hubungan seks dengan lawan jenisnya, kehamilan sampai kelahiran. Jika dipaksakan maka akan terjadi trauma atau perobekan yang luas serta infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya hingga membahayakan jiwa anak.
2. Dampak Psikologis
hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti akan keputusan hidupnya. Selain hal tersebut, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan serta hak untuk anak untuk bermain.
3. Dampak Sosial
Fenomena sosial berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun dan hanya akan melestarikan budaya buruk yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.
3.3 Alat Kontrasepsi
3.3.1 Pengertian Alat Kontrasepsi
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang telah matang dengan sel sperma (BKKBN, 2012).
3.3.2 Cara Kerja Alat Kontrasepsi
Menurut Sudarmo dalam Affandi (2012) menyatakan bahwa prinsip kerja kontrasepsi adalah mencegah pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan cara:
a. Menekan keluarnya sel telur dari indung telur (ovulasi) b. Menghalangi masuknya sperma ke dalam saluran
kelamin wanita hingga menuju ovum
c. Menghalangi nidasi yang merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium
3.3.3 Macam-macam alat kontrasepsi 3.3.3.1 Kondom
Kondom merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari karet dengan cara disarungkan pada kelamin laki-laki ketika akan bersenggama.
1. Jenis-jenis Kondom
Jenis-jenis kondom menurut Hartanto dalam Affandi (2012) dapat dibedakan berdasarkan bahan dasar pembuatan kondom, diantaranya:
a) Kondom yang terbuat dari kulit biasanya terbuat dari membran usus biri-biri, tidak meregang atau mengkerut, dapat meneruskan panas tubuh sehingga dianggap tidak mengurangi sensitifitas dalam senggama. Harga jenis kondom ini lebih mahal dari semua jenis kondom.
b) Kondom yang terbuat dari lateks paling banyak dipakai, lebih murah dan elastis. c) Kondom yang terbuat dari plastik lebih tipis,
dapat menghantarkan panas tubuh, dan lebih mahal dari kondom lateks.
Jenis-jenis kondom berdasarkan tipenya dapat dibedakan menjadi:
a. Kondom biasa
b. Kondom berkontur (bergerigi) c. Kondom beraroma
e. Kondom pria dan wanita: 2. Cara Kerja
Kondom bekerja dengan cara menghalangi pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi wanita.
3. Efektifitas
Kondom akan efektif apabila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom tidak efektif beresiko terjadinya kegagalan kontrasepsi. Adapun angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
4. Keuntungan
5. Keterbatasan
Kondom memiliki keefektivitas yang tidak terlalu tinggi, mengurangi kenikmatan dalam hubungan seks karena tidak ada sentuhan langsung antara kulit dengan kulit, serta harus selalu tersedia setiap kali berhubungan.
6. Kontra indikasi
Kondom tidak sesuai untuk pria yang mengalami alergi terhadap bahan dasar kondom, menginginkan kontrasepsi jangka panjang, serta tidak mau terganggu dengan persiapan untuk melakukan hubungan seksual. 7. Efek Samping
Kondom dapat tertinggal dalam vagina selama beberapa waktu, sehingga menyebabkan wanita mengalami keputihan yang banyak dan berbau, serta resiko terjadinya infeksi ringan.
8. Cara Penggunaan
sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karet dengan menggeser gulungan tersebut kearah pangkal penis. Pemasangan dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina. Kondom dilepas sebelum penis melembek. Hanya untuk sekali pakai.
3.3.3.2 Kontrasepsi Suntik KB
Suntik KB merupakan kontrasepsi berbentuk cairan, yang berisi hormon progesteron saja atau kombinasi dari progesteron dan estrogen dan disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara periodik (Irianto, 2014).
Gambar 3: Kontrasepsi Suntik KB Sumber: (Wordpress, 2012) 1. Jenis kontrasepsi suntikan:
b) Kontrasepsi suntik golongan progestin dengan campuran estrogen propionat misalnya cyclofem dapat diberikan setiap satu bulan sekali.
2. Cara kerja
Pemberian progesteron dapat mempengaruhi pengeluaran hormon dari glandula pituitaria yang mengatur ovulasi dan
menyebabkan lendir serviks menjadi lebih kental sehingga lebih sulit ditembus oleh spermatozoa. 3. Efektifitas
Efektifitasnya dari suntik KB cukup tinggi dengan angka kegagalan kurang dari 0,1 per 100 wanita dalam 1 tahun penggunaan. 4. Keuntungan
5. Keterbatasan
Terjadinya perubahan pola haid, amenore, spoting. Adanya gangguan mual, sakit
kepala, nyeri payudara ringan. Terlambat kembalinya kesuburan setelah berhenti menggunakan suntik KB serta permasalahan berat badan.
6. Kontra indikasi
Suntik KB tidak boleh diberikan pada Ibu penderita kanker payudara, kanker kelamin, perdarahan pervaginam, hamil, penyakit hati akut, tumor jinak, jantung, epilepsy, tuberculosis, hipertensi, serta depresi.
7. Efek Samping
Adanya gangguan haid, menoragia, keluhan mual, sakit kepala, mastalgia dan berat badan yang bertambah.
8. Cara penggunaan
tergantung pada macam obat yang digunakan, yaitu bisa setiap satu bulan atau tiga bulan sekali.
3.3.3.3 Pil Kontrasepsi
Pil kontrasepsi merupakan kontrasepsi hormonal yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan cara diminum (Irianto, 2014).
Gambar 4: Pil KB
Sumber: (Wordpress, 2013) 1. Jenis-jenis pil kontrasepsi
a. Pil Kombinasi yang mengandung estrogen dan progesteron dan diminum setiap hari b. Minipil yang hanya mengandung progesteron
saja dan diminum setiap hari
d. Pil Normofasik yaitu pada 7 hari pertama diberikan estrogen, kemudian disusul pil kombinasi selama 15 hari
e. Pil Trifasik merupakan pil kontrasepsi yang lebih alamiah dan diminum dalam 3 fase siklus haid dan bisa diminum pada hari kelima menstruasi
f. After Morning Pills yaitu pil yang berisi estrogen tinggi dan diminum di pagi hari
setelah melakukan koitus pada malam harinya
2. Cara Kerja
Menekan ovulasi, mencegah implantasi, serta mengakibatkan lendir serviks menjadi kental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
3. Efektifitas
4. Keuntungan
Efektifitas pil KB cukup tinggi apabila dikonsumsi sesuai aturannya, kesuburan dapat kembali dengan cepat setelah berhenti pemakaian, tidak mengganggu hubungan suami istri, melancarkan siklus menstruasi
5. Keterbatasan
Mahal dan membosankan karena harus dikonsumsi setiap hari.
6. Kontra Indikasi
Tidak dianjurkan untuk perempuan hamil, menyusui eksklusif, perdarahan, hepatitis, jantung, stroke, kencing manis, kanker payudara dan wanita yang tidak mau menggunakan pil secara teratur tiap hari.
7. Efek Samping a. Ringan
Berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan tidak teratur, mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat,
b. Berat
Dapat terjadi trombo-embolisme, mungkin karena terjadi peningkatan aktifitas faktor-faktor pembekuan atau karena pengaruh vaskuler secara langsung. Memungkinkan timbulnya karsinoma servik uteri.
8. Cara Penggunaan
Pil di minum berdasarkan jenis pil dan petunjuk mengonsumsinya.
3.3.3.4 Implan
Implan merupakan metode kontrasepsi yang mengandung progestin dengan masa kerja panjang serta dosis yang rendah untuk wanita (Irianto, 2014).
Gambar 5: Kontrasepsi Implan Sumber: (Wordpress, 2010)
a. Implan yang terdiri dari 6 kapsul silastik, setiap kapsul mengandung lenovogestrel 36 mg (Norplant)
b. Implan yang terdiri dari 2 kapsul silastik, setiap kapsul mengandung lenovogestrel 75 mg (Jadena)
c. Implan yang terdiri dari 1 kapsul silastik, setiap kapsul mengandung 3-ketodesogestrel 68 mg
2. Cara kerja
Implan bekerja dengan cara menekan ovulasi dan mencegah lepasnya sel telur dari indung telur. Mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma tidak mudah masuk kedalam rahim. Menipiskan endometrium sehingga tidak siap untuk midasi.
3. Efektifitas
Efektifitasnya 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan (Affandi, 2012).
4. Keuntungan
biaya ringan, tidak mengganggu hubungan suami istri.
5. Keterbatasan
Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, tidak mencegah infeksi menular seksual, klien tidak dapat menghentikan sendiri penggunaan alat kontrasepsi, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
6. Kontra indikasi
Wanita hamil, Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya, penderita penyakit hati, kanker payudara, hipertensi, dan jantung.
7. Efek samping
Gangguan menstruasi, perubahan berat badan, pusing, infeksi pada luka insisi, gangguan pertumbuhan rambut.
8. Cara Penggunaan
3.3.3.5 Intra Uterine Devices (IUD)
Intra uterine devices (IUD) atau spiral atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam rongga rahim (Irianto, 2014).
Gambar 6: Kontrasepsi IUD Sumber: (Wordpress, 2011) 1. Macam-macam IUD
Berdasarkan bentuknya IUD dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. IUD dengan bentuk terbuka (open device), misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7, Marguies, Spring Cooil, Multiload, Nova-T, dan lainnya.
b. IUD dengan bentuk tertutup (closed device), misalnya Ota ring, Antigon, Grafenberg, Hall-stone ring, dll.
Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasi.
3. Efektifitas
Efektifitas IUD sangat tinggi untuk mencegah kehamilan dalam jangka waktu 3-10 tahun. Angka kegagalan IUD yaitu 0,6-0,8 kehamilan per 100 wanita.
4. Keuntungan
IUD dapat meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap risiko kehamilan, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran, kesuburan cepat kembali setelah IUD dicabut/ di buka. IUD dapat mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang serta tidak mengganggu laktasi.
5. Keterbatasan
6. Kontra indikasi
IUD tidak dapat digunakan pada wanita yang mempunyai infeksi pelvis, menderita penyakit hubungan seksual selama 3 bulan terakhir, serta adanya kanker leher rahim.
7. Efek samping
IUD Dapat menyebabkan infeksi panggul apabila pemasangan tidak tepat, dapat terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah pemasangan, terdapat perubahan siklus haid, sakit kepala, serta resiko ekspulsi.
8. Cara penggunaan
Prinsip pemasangan IUD adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid.
Tubektomi merupakan prosedur bedah dengan mengikat atau memotong saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma (Irianto, 2014).
Gambar 7: Tubektomi Sumber: (BKKBN, 2015) 1. Jenis-jenis tubektomi
a. Minilaparotomi
b. Laparoskopi
2. Cara Kerja
Dengan mengklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
3. Efektifitas
Sangat efektif dalam mencegah kehamilan hingga 99%, segera efektif post-operatif.
Tidak mengganggu asi, angka kegagalan hampir tidak ada, tidak mengganggu hubungan suami istri.
5. Keterbatasan
Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi), dilakukan oleh dokter yang terlatih.
6. Kontra indikasi
Hamil, diabetes, hipertensi, penyakit jantung dan paru-paru, stroke.
7. Efek Samping
a. Risiko trauma internal sedikit lebih tinggi b. Kemungkinan infeksi serius sedikit tinggi 8. Cara Penggunaan
a. Minilaparotomi
Minilaparotomi dilakukan melalui
suatu insisi suprapubik kecil dengan panjang 3-5 cm, kemudian tuba di cari tindakan pada tuba ialah lidasi dan eksisi serta reseksi sebagian dapat dilakukan segera setelah melahirkan.
Laparoskopi merupakan suatu pemeriksaan endoskopik dari bagian dalam rongga peritoneum dengan alat laparoskop yang dimasukkan melalui dinding anterior abdomen tindakan pada tuba ialah oklusi dengan cincin falope atau kauterisasi.
3.3.3.7 Vasektomi MOP (Medis Operatif Pria)
[image:34.516.84.448.169.633.2]Vasektomi merupakan sterilisasi pada laki-laki dengan memotong saluran mani (vas deverens) (Irianto, 2014).
Gambar 8: Vasektomi Sumber: (Wordpress, 2013) 1. Jenis Vasektomi
a. Vasektomi tanpa pisau bedah b. Vasektomi dengan implan vasclip c. Vasektomi laser
Sterilisasi yang dilakukan pada laki-laki dengan cara memotong saluran mani (vas deverens) kemudian kedua ujungnya di ikat, sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar penis (uretra), tetap dapat terjadi ejakulasi namun hanya semacam lendir yang tidak mengandung sperma saja yang keluar.
3. Efektivitas
Efektifitas dibantu dengan menggunakan kondom terjadi kehamilan pada 1 per 100 perempuan sedangkan bila tanpa dibantu menggunakan kondom yaitu 2-3 per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan. 4. Keuntungan
Proses Vasektomi menggunakan tehnik operasi kecil yang sederhana, jarang dijumpai komplikasi, hasil yang diperoleh hampir 100% efektif, biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat, bila pasangan suami istri menginginkan keturunan lagi, kedua ujung vas deferens dapat disambung kembali (operasi rekanalisasi).
Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3 bulan setelah prosedur.
6. Kontra indikasi
Hernia inguinalis, filariasis,
undersensus testikularis, anemia berat, gangguan pembekuan darah.
7. Efek samping
Hampir tidak ada resiko trauma internal, infeksi serius, serta kematian yang berhubungan dengan anestesi
8. Cara Penggunaan
a. Vasektomi tanpa pisau bedah
Prosedur ini tidak menggunakan pisau bedah tanpa ada sayatan yang dibuat melainkan hanya dua tusukan kecil dilakukan di masing-masing sisi untuk mengambil vas deferens dan kemudian mengklem, menutup atau mengikat dan menempatkan kembali ketempatnya.
Prosedur ini, vas deferens ditutup dengan alat yang disebut vasclip. Vas deferens tidak dipotong sehingga mengurangi potensi rasa sakit.
c. Vasektomi laser
Dalam metode ini laser digunakan untuk menutup vas deferens sehingga rasa sakit dan ketidaknyamanan minimal.
Berdasarkan latar belakang yang terjadi, maka di ambilah penelitian mengenai “Persepsi Pasangan Usia Muda Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi”, berikut adalah kerangka teori:
[image:38.516.86.446.159.539.2]
Gambar 9: Bagan Kerangka Konsep
Persepsi merupakan suatu proses diterimanya rangsang melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga pasangan usia muda yang menikah diusia kurang dari 20 tahun mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang penggunaan alat kontrasepsi, yang meliputi: kondom, suntik, pil kontrasepsi, implan, AKDR, MOW, MOP.