HUBUNGAN ANTARA KOMPENSASI BONUS DENGAN MANAJEMEN LABA
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program tudi Akuntansi
Oleh: Vicensia Ita NIM : 132114038
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTARA KOMPENSASI BONUS DENGAN MANAJEMEN LABA
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program tudi Akuntansi
Oleh: Vicensia Ita NIM : 132114038
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN Motto:
Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki
melimpah. (KAHLIL GIBRAN)
Kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Keluarga Besar di Lampung dan Muntilan, Tangkil
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTNASI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
HUBUNGAN ANTARA KOMPENSASI BONUS DENGAN MANAJEMEN LABA
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015
Dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 21 Juli 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Juli 2017 Yang membuat pernyataan,
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Vicensia Ita
Nomor Induk Mahasiswa : 132114038
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA KOMPENSASI BONUS DENGAN MANAJEMEN LABA
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya untuk memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 31 Juli 2017 Yang mengatakan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh kerena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Johanes Eka Priyatma, M.sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. Albertus Yudi Yuniarto, SE., M.B.A. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Ak., CA. selaku dosen pembimbing akademik.
5. Drs. Gabriel Anto Listianto, M.S.A., Ak. selaku pembimbing yang telah membentu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Yakubus Suyoto dan Ibu Veronika Suci Wuryani, orang tua yang selalu memberi motivasi, dana dan semangat selama penyusunan skripsi.
7. Mbk Sisilia Prptiana yang selalu memberi nasehat dan perhatian kepada penulis.
8. Vinsensius Febri Hantoko pacar yang selalu menemani, mendukung dan memberi semangat kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat penulis (Cepin, Rian, Selvi dan Santi) yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis dan memberikan semangat.
10. Temen-teman MPAT Pak Anto yang mau berbagi ide serta memberi masukan-masukan yang positif kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 31 Juli 2017 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii
HALAMAN PENGESAHAN……….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS………... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS………. vi
HALAMAN KATA PENGANTAR……… vii
HALAMAN DAFTAR ISI……… ix
HALAMAN DAFTAR TABEL………... xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR……….. xiii
ABSTRAK………. xiv
ABSTRACT………... xv
BAB 1 PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang Masalah………... 1
B. Rumusan Masalah………. 3
C. Tujuan Penelitian……….. 3
D. Manfaat Penelitian……….... 3
E. Sistematika Penulisan……… 4
BAB 11 LANDASAN TEORI………. 6
A. Kompensasi Bonus……… 6
1. Pengertian Kompensasi Bonus……… 6
2. Tujuan Kompensasi………. 7
3. Kebijakan Kompensasi……… 8
4. Klasifikasi Kompensasi………... 8
5. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kompensasi.. 9
6. Perencanaan Bonus……….. 10
7. Pengukuran Kompensasi Bonus……….. 10
B. Manajemen Laba………... 11
1. Pengertian Manajemen Laba………... 11
2. Pola Manajemen Laba………. 13
4. Teknik Manajemen Laba………. 18
5. Pengukuran Manajemen Laba………. 19
C. Hubungan Kompensasi Bonus Dengan Manajemen Laba………... 23
D. Penelitian Terdahulu……….. 25
E. Rerangka Konseptual Penelitian……… 26
BAB III METODE PENELITIAN……….. 27
A. Jenis Penelitian………... 27
B. Populasi Sasaran………. 27
C. Teknik Pengumpulan Data………. 27
D. Teknik Analisa Data………... 28
1. Mengumpulkan Data……… 28
2. Menentukan Perusahaan yang Melaporkan Kompensasi Bonus………... 28
3. Menghitung Manajemen Laba……….. 29
4. Melakukan Analisis Statistik Deskriptif…………... 30
5. Mengklasifikasikan Data……….. 31
a. Mengklasifikasikan Data Kompensasi Bonus… 31 b. Mengklasifikasikan Data Manajemen Laba…... 31
6. Melakukan Analisis Tabulasi Silang……… 32
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN………... 34
A. Populasi Sasaran………. 34
B. Profil Perusahaan Sampel………... 35
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……… 38
A. Analisa Data………... 38
1. Pengumpulan Data……… 38
2. Penentuan Perusahaan yang Melaporkan Kompensasi Bonus………... 38
3. Perhitungan Manajemen Laba……….. 41
4. Analisa Statistik Deskriptif………... 43
a. Analisis Statistik Deskriptif Kompensasi Bonus……….. 43
b. Analisis Statistik Deskriptif Manajemen Laba... 46
5. Pengklasifikasian Data………. 48
a. Pengklasifikasian Data Kompensasi Bonus…... 58
b. Pengklasifikasian Data Manajemen Laba…….. 51
6. Melakukan Analisis Tabulasi Silang……… 54
a. Analisis Tabulasi Silang Kompensasi Bonus dan Manajemen Laba……….. 54
B. Pembahasan ……….... 56
BAB VI PENUTUP………... 58
A. Kesimpulan ……….... 58
B. Keterbatasan Penelitian……….. 58
C. Saran ……….. 59
DAFTAR PUSTAKA……….. 60
LAMPIRAN……… 62
LAMPIRAN I Daftar Perusahaan Populasi Sasaran……… 63
LAMPIRAN II Data Kompensasi Bonus……….. 88
LAMPIRAN III Data Manajemen Laba………. 91
LAMPIRAN IV Data Perhitungan Discretionary Acruals ………… 115
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kriteria Pengujian Kekuatan Hubungan……….. 32 Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Sampel………... 34 Tabel 4.2 Profil Perusahaan Sampel………. 35 Tabel 5.1 Penentuan Perusahaan yang Melaporkan Kompensasi
Bonus…... 38
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Manajemen Laba………. 41 Tabel 5.3 Analisis Statistik Deskriptif Kompensasi Bonus………….. 44 Tabel 5.4 Hasil Klasifikasi Kompensasi Bonus……… 46 Tabel 5.5 Analisis Statistik Deskriptif Manajemen Laba……..…….... 46 Tabel 5.6 Hasil Klasifikasi Manajemen Laba………... 48 Tabel 5.7 Data Pengklasifikasian Kompensasi Bonus………... 49 Tabel 5.8 Data Pengklasifikasian Manajemen Laba………. 51 Tabel 5.9 Tabulasi Silang Kompensasi Bonus dan Manajemen Lab… 54 Tabel 5.10 Tabel Koefisien Hubungan Kompensasi Bonus dan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran……….… 26
Gambar 5.1 Histogram Kompensasi Bonus……….. 45
Gambar 5.2 Histogram Manajemen Laba………. 47
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KOMPENSASI BONUS DENGAN MANAJEMEN LABA
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015
Vicensia Ita NIM: 132114038 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kompensasi bonus dan manajemen laba yang diukur dengan discretionary accrual. Penelitian ini penting karena dapat mengetahui seberapa kuat hubungan antara kompensasi bonus dan manajemen laba.
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Jumlah populasi sasaran sebanyak 75 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015. Teknik analisa data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel penelitian adalah menggunakan uji korelasi Phi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompensasi bonus memiliki hubungan yang sangat lemah dan negatif terhadap manajemen laba.
ABSTRACT
THE RELENTIONSHIP BONUS PLAN WITH EARNINGS MANAGEMENT Empirical Study on Manufacturing Companis Listed
in Indonesia Stock Exchange in 2011-2015
Vicensia Ita NIM: 132114038 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2017
The purpose of the study is to analyze the relationship between bonus plan and earnings management measured by discretionary accruals. This research important because it can know how strong the relationship between bonus plan and earnings management.
The type of this research is empirical studies. This target population is 75 manufacturing companies lisred in the Indonesia Stock Exchange in 2011-2015. The technique of this analysis is using the correlation Phi.
The results showed that the bonus plan had a very weak and negative association on earnings management.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menimbulkan
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sehingga menciptakan persaingan
yang semakin ketat dalam dunia usaha. Berbagai cara akan dilakukan oleh
pelaku ekonomi, baik investor maupun pengusaha untuk dapat
mengembangkan usahanya secara optimal, serta mempertahankan kondisi
perusahaan agar selalu dapat berjalan dengan efektif dan efisien demikian
pula pada perusahaan manufaktur yang go public.
Dalam laporan keuangan, laba adalah salah satu indikator yang
digunakan menaksir kinerja manajemen. Menurut Statement of Financial
Accounting Concept (SFAC) No. 1, dalam menaksir pertanggung jawaban dan
kinerja menejemen yang menjadi perhatian utama adalah informasi
manajemen laba. Manajemen laba kinerjanya dilihat terhadap informasi laba,
menyadari adanya kecenderungan untuk lebih memperhatikan laba. Hal
tersebut dapat menimbulkan perilaku menyimpang manajemen, salah satunya
adalah manajemen laba. Dalam kenyataannya terdapat faktor pendorong
manajer malakukan manajemen laba. Faktor tersebut adalah kompensasi
bonus.
Kompensasi bonus merupakan salah satu penghargaan yang diberikan
dirancang oleh sebuah organisasi adalah untuk memikat karyawan dan
menahan karyawan yang kompeten. Selain itu kompensasi juga dapat
memotivasi para karyawan untuk lebih optimal sehingga tercapai tujuan
organisasi.
Kompensasi bonus diduga mampu mempengaruhi praktik manajemen
laba. Dimana jika kompensasi bonus diberikan oleh perusahaan kepada
manajer dengan mendasarkan kompensasi manajer pada suatu kinerja dalam
mengoperasikan perusahaan, maka manajer akan melakukan praktik
manajemen laba. Manajemen laba kinerjanya dilihat terhadap informasi laba.
Dengan pemberian kompensasi, maka manajer akan berusaha untuk
meningkatkan kinerja mereka untuk kepentingan pemegang saham.
Menurut penelitian Nugroho (2015), Ermayanti (2016), Wijaya dan
Yulius (2014), Sosiawan (2012), dan Tsani (2011), Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa kompensasi bonus tidak berpengaruh dengan manajemen
laba. Menurut penelitian Elfira (2014), Pujiningsih (2011), Hasil penelitian
menunjukan ada pengaruh antara kompensasi bonus dengan manajemen laba.
Hasil dari beberapa penelitian ini masih berbeda hasil yang bervariasi,
yang dapat terjadi karena adanya perbedaan populasi, sampel serta metode
yang digunakan untuk melakukan pengukuran setiap variabel dari penelitian
tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.
Bagaimana hubungan antara kompensasi bonus dengan manajemen laba?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kompensasi bonus dengan
manajemen laba.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan
informasi yang terkait dengan kompensasi bonus dan manajemen laba.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan mampu membantu penulis untuk
mengembangkan wawasan terutama dalam hal yang terkait dengan
E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini terbagi menjadi enam bab yang
masing-masing bab terdiri atas materi-materi sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan gambaran umum mengenai teori-teori
yang mendukung dan penelitian terdahulu sebagai acuan
penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan jenis penelitian, populasi dan sampel
penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional
variabel dan teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menjelaskan gambaran umum perusahaan yang
menjadi data dalam penelitian, cara penelitian menentukan
populasi sasaran, serta profil perusahaan yang menjadi
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai pengujian yang dilakukan,
analisis data, dan temuan empiris yang diperoleh.
BAB VI PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kompensasi Bonus
1. Pengertian Kompensasi Bonus
Kompensasi bonus adalah semua pendapatan yang berbentuk
uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan
sebagai imbalan atau jasa yang diberikan kepada perusahaan. Kompensasi
adalah istilah yang berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial (financial
reward) yang diterima oleh orang-orang malalui hubungan kepegawaian
mereka dengan sebuah organisasi (Elfira, 2014). Menurut Mondy (2005),
dalam Marwansyah (2010: 269) keseluruhan imbalan yang diberikan
kepada para karyawan sebagai balasan atas jasa atau kontribusi mereka
terhadap organisasi.
Manurut Marwansyah (2010), kompensasi adalah penghargaan
atau imbalan langsung maupun tidak langsung, finansial maupun non
finansial yang adil dan layak kepada karyawan, sebagai balas atas
kontribusi jasanya terhadap pencapaian tujuan organisasi. Menurut
Andrew dan Edwin, dalam Elfira (2014) juga menjelaskan hal yang
senada bahwa kompensasi merupakan segala sesuatu yang
dikontribusikan atau dianggap sebagai balas jasa yang adil dan layak
2. Tujuan Kompensasi
Beberapa tujuan dari kompensasi bonus menurut Elfira (2014)
sebagai berikut:
a. Ikatan kerja sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal
antara majikan dan karyawan. Karyawan harus mengerjakan
tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha wajib membayar
kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
b. Kepuasan Kerja
Dengan kompensasi karyawan akan dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh
kepuasan kerja dari jabatannya.
c. Pengadaan Efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan
karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
Tujuan dari program kompensasi akan menunjang operasi yang
menguntungkan, kontinuitas, dan merendam kekacauan (Simamora
2004). Pendapat lain dikemukakan oleh Hoi dan Robin (2003), dalam
Nugroho (2015) bahwa tujuan pemberian kompensasi finansial kepada
direksi akan mendorong perilaku yang diinginkan pemegang saham
3. Kebijakan Kompensasi
Menurut Simamora (2004), kebijakan kompensasi harus
berhubungan dengan faktor-faktor berikut:
a. Tingkat gaji maksimum dan minimum (mempertimbangkan nilai
pekerjaan bagi organisasi, kemampuan organisasi untuk membayar,
peraturan pemerintah, pengaruh serikat kerja, dan tekanan pasar tenaga
kerja).
b. Hubungan umum diantara tingkat-tingkat gaji (yakni, antara
manajemen senior dan manajmen operasi, karyawan operasional, dan
penyelia).
c. Pembagian nilai rupiah keseluruhan kompensasi (yaitu, beberapa
persen untuk gaji pokok, untuk program insentif, dan untuk
tunjangan).
4. Klasifikasi Kompensasi
Menurut Mondy dan Noe, dalam Marwansyah (2010) membagi
kompensasi dalam dua kelompok yaitu:
a. Kompensasi finansial
Kompensasi finansial langsung terdiri atas pembayaran yang diterima
oleh seseorang dalam bentuk upah, gaji, bonus, dan komisi.
Kompensasi finansial tidak langsung atau benefits meliputi semua
finansial langsung, seperti tunjangan-tunjangan, asuransi, bantuan
sosial karyawan, dan sebagainya.
b. Kompensasi Non-finansial
Mencakup berbagai bentuk kepuasan yang diterima oleh seseorang
dari pekerjaan itu sendiri, atau yang berupa lingkungan pesikologis
dan atau lingkungan fisik tempat seseorang bekerja.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kompensasi
Menurut Elfira (2014) terdapat lima faktor yang mempengaruhi
tingkat kompensasi yaitu:
a. Penawaran dan permintaan tenaga kerja: Jika pencari kerja
(penawaran) lebih banyak dari pada lowongan pekerjaan (permintaan)
maka kompensasi relatif kecil, begitupun sebaliknya.
b. Kamampuan dan kesediaan perusahaan: Apabila kemampuan dan
kesediaan perusahaan untuk membayar semakin baik maka tingkat
kompensasi akan semakin besar.
c. Serikat buruh atau organisasi karyawan: Apabila serikat buruhnya
kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi semakin besar.
d. Produktivitas kerja karyawan: Jika produktivitas kerja karyawan baik
dan banyak maka kompensasi akan semakin besar.
e. Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keppres: Pemerintah dengan
undang-undang dan keppres menetapkan besarnya batas upah/balas
pengusaha tidak sewenang-wenang menetapkan besarnya kompensasi
atau balas jasa yang diberikan kepada karyawan.
6. Perencanaan Bonus
Ada 3 aspek penting dalam pengelompokan program pemberian
bonus (Elfira, 2014):
1. Dasar kompensasi, yaitu bagaimana pemberian bonus ditentukan.
Dasar yang paling umum adalah :
a. Harga saham
b. Kinerja berbasis biaya, pendapatan, laba atau investasi
c. Balanced scorecard
2. Sumber kompensasi, yaitu darimana pendanaan bonus berasal.
Sumber kompensasi yang paling umum adalah laba dan sumber
perusahaan keseluruhan berdasarkan total laba perusahaan.
3. Cara pembayaran, yaitu bagaimana bonus akan diberikan. Cara umum
adalah tunai dan saham.
7. Pengukuran Kompensasi Bonus
Kompensasi bonus dalam penelitian ini akan diukur dengan
dummy dimana perusahaan yang memberikan kompensasi bonus kepada
manajemen akan diberi nilai 1, sedangkan yang tidak memberikan
B. Manajemen Laba
1. Pengertian Manajemen Laba
‘Menurut Schipper (1989), dalam Sulistyanto (2008) manajemen
laba merupakan campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan
keuangan ekternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Menurut Fisher dan Rosenzweig (1995), dalam Sulistyanto (2008)
manajemen laba adalah tindakan manajer untuk menaikan (menurunkan)
laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelola tanpa
menyebabkan kanaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan
jangka panjang. Menurut Healy dan Wahlen (1999), dalam Sulistyanto
(2008) manajemen laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan
tertentu dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk
mengubah laporan keuangan untuk menyesatkan stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk
mempengeruhi hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi
yang dilaporkan.
Walaupun menggunakan terminologi yang berbeda,
definisi-definisi itu mempunyai benang merah yang menghubungkan satu definisi-definisi
dengan definisi lainnya, yaitu menyepakati bahwa manajemen laba
merupakan aktivitas manajerial untuk mengetahui dan mengintervensi
Menurut Healy dan Wahlen (1999), dalam Sulistyanto (2008)
untuk memahami lebih lanjut apakah manajemen dikategorikan sebagai
kecurangan atau bukan maka perlu telaah lebih mendalam terhadap
definisi-definisi itu sebagai berikut:
1. Manajemen laba dapat dilakukan dengan berbagai macam cara.
Secara umum definisi-definisi diatas menyebutkan bahwa upaya
mempengaruhi laporan keuangan dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara sesuai dengan kepentingan manajer. Manun, beberapa
definisi secara tegas ada yang menekankan bahwa selama apa yang
dilakukan manajer masih dalam ruang lingkup prinsip akuntansi
berterima umum maka akan tetap diakui dan diperbolehkan. Artinya,
manajemen laba sebenarnya merupakan upaya untuk merekayasa
angka-angka dalam laporan keuangan dengan mempermainkan metode
dan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan.
2. Tujuan manajemen laba adalah mengelabuhi pemakai laporan
keuangan.
Selain sebagai penyusun dan penyedia laporan keuangan dari
perusahaan yang dikelola, manajemen juga merupakan salah satu
pemakai informasi itu. Hal ini berarti laporan keuangan tidak hanya
dipersiapkan atau disajikan untuk stakeholder manun juga untuk
pengelola perusahaan itu sendiri, baik untuk membuat keputusan
3. Adanya biaya dan manfaat manajemen laba.
Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang selalu menekankan adanya biaya
(cost) dan manfaat (benefit) dari setiap aktifitas yang dilakukan oleh
seorang yang memperhitungkan sebelum orang itu akan melakukan
apa yang telah direncanakan. Tujuannya, agar orang dapat
meminimalkan biaya yang harus ditanggungnya dan mengoptimalkan
manfaat yang diperoleh dari aktifiras-aktifitas yang dilakukannya.
Oleh sebab itu sebelum melakukan manajemen laba seorang manajer
harus mempertimbangkan biaya dan manfaat yang ditangguang dan
dirasakan.
2. Pola Manajemen Laba
Scott (2000), dalam Sulistiawan (2011: 40-43) membagi
manajemen laba yang mungkin dilakukan oleh para manajer perusahaan
ke dalam empat jenis pola manajemen laba yaitu:
a. Cuci Bersih (Taking a Bath)
Pola ini terjadi pada periode sulit, kondisi buruk yang tidak
menguntungkan apapun pada saat terjadi reorgaisasi, termasuk
pengangkatan CEO baru. Manajer malakukan kerugian, mungkin
dalam jumlah yang besar. Manajer berharap laba pada periode
mendatang dapat meningkat karena berkurangnya beban periode
b. Menurunkan Laba (Income Minimization)
Pola ini dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi
dengan cara seperti pada pola taking a bath. Hal ini dilakukan pada
saat profitabilitas tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian
secara politis sekaligus sebagai upaya menyimpan laba sehingga jika
laba periode mandatang mengalami penurunan drastis dapat diatasi
dengan mengambil simpanan laba periode berjalan.
c. Menaikkan Laba (Income Maximization)
Pola ini dilakukan pada saat laba mengalami penurunan. Kebalikan
dari income minimization, income maximization dilakukan dengan cara
mengambil simpanan laba periode sebelumnya ataupun menarik laba
periode yang akan datang, misalnya dengan menunda pembebanan
biaya. Pola ini dilakukan atas dasar motivasi bonus, motivasi
penghindaran pelanggaran perjanjian utang, pada penawaran saham
perdana dan musiman, ataupun untuk menghindari turunnya harga
saham sacara drastis.
d. Perataan Laba (Income Smoothing)
Perataan laba dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang
dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu
besar karena pada umumnya investor labih menyukai laba yang relatif
3. Motivasi Manajemen Laba
Sulistiawan (2011: 31-37), mengatakan bahwa terdapat beberapa
hal yang memotivasi melakukan manajemen laba, yaitu:
a. Motivasi Bonus
Dalam sebuah pejalanan bisnis, pemegang saham akan memberikan
sejuamlah insentif dan bonus sebagai feedback atau evaluasi atas
kinerja manajer dalam menjalankan operasional perusahaan. Insentif
ini diberikan dalam jumlah relatif tetap dan rutin. Sementara, bonus
yang relatif lebih besar nilainya hanya akan diberiakan ketika kinerja
manajer berada di area pencapaian bonus yang telah ditetapkan oleh
pemegang saham. Kinerja manajer salah satunya diukur dari
pencapaian laba usaha. Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan
skema bonus tersebut memotivasi para manajer untuk membarikan
performa terbaiknya sehingga tidak menutup peluang mereka
melakukan tindakan manajemen laba agar dapat menampilkan kinerja
yang baik demi mendapatkan bonus yang maksimal.
b. Motivasi Utang
Selain melakukan kontak bisnis dengan pemegang saham, untuk
kepantingan ekspansi perusahaan, manajer seringkali melakukan
beberapa kontrak bisnis dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah
kreditor. Agar kreditor mampu menginvestasikan dananya di
baik dari perusahaannya. Selain itu, untuk memperoleh hasil
maksimal, yaitu pinjaman dengan jumlah yang besar, perilaku kreatif
dari manajer untuk menampilkan perfoma yang baik dari laporan
keuangan pun seringkali muncul.
c. Motivasi Pajak
Tindakan manajemen laba tidak hanya terjadi pada perusahaan go
public dan selalu untuk kepentigan harga saham, tetapi juga untuk
kepentingan perpajakan. Kepentingan ini didominasi oleh perusahaan
yang belum go public. Perusahaan yang belum go public cenderung
melaporkan dan menginginkan untuk menyajikan laporan laba fiskal
yang lebih rendah dari nilai yang sebenarnya. Kecenderungan ini
memotivasi manajer untuk bertindak kreatif melakukan manajemen
laba agar seolah-olah laba fiskal yang dilaporkan memang lebih
rendah tanpa melanggar aturan dan kebijakan akuntansi perpajakan.
d. Motivasi Penjualan Saham
Motivasi ini banyak dilakukan oleh perusahaan yang akan go public
ataupun sudah go public. Perusahaan yang akan go public akan
melakukan penawaran saham perdananya ke publik atau lebih dikenal
dengan istilah Initial Public Offerings (IPO) untuk memperoleh
tambahan modal usaha dari calon investor. Demikian juga dengan
perusahaan yang sudah go public, untuk kelanjutan dan ekspansi
penawaran kedua, penawaran ketiga, dan seterusnya (seasoned equity
offerings- SEO), melalui penjualan saham kepada pemilik lama (right
issue), maupun malakukan akuisi perusahaan lain. Proses penjualan
saham perusahaan ke publik akan direspon positif oleh pasar ketika
perusahaan penerbit saham dapat “menjual” kinerja yang baik. Salah
satu ukuran kinerja yang dilihat oleh calon investor adalah penyajian
laba pada laporan keuangan perusahaan. Kondisi ini sering kali
memotivasi manajer untuk malakukan manajemen laba dengan
berusaha menampilkan kinerja kauangan yang lebih baik dari
biasanya.
e. Motivasi Pergantian Direksi
Praktik manajemen laba biasanya terjadi pada sekitar periode
pergantian direksi atau CEO, menjelang berakhirnya jabaran, direksi
cenderung bertindak memaksimalkan laba agar performa kinerjanya
tetap terlihat baik pada tahun terakhir ia menjabat. Perilaku ini
ditunjukan dengan terjadinya peningkatan laba yang cukup signifikan
pada periode menjelang berakhirnya masa jabatan. Motivasi utama
yang mendorong perilaku manajemen laba adalah untuk memperolah
bonus yang maksimal pada akhir masa jabatannya.
f. Motivasi Politis
Motivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang
industri strategis perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi menjaga
tetap mendapatkan subsidi, perusahaan-perusahaan tersebut cenderung
menjaga posisi keuanganya dalam keadaan tertentu sehingga prestasi
atau kinerjanya tidak terlalu baik. Jadi, pada aspek politis ini, manajer
cenderung malakukan kreativitas akuntansi untuk menyajikan laba
yang lebih rendah dari nilai yang sebenarnya, terutama selama periode
kemakmuran tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi visibilitas
perusahaan sehingga tidak menarik perhatian pemerintah dan publik
yang dapat menyebabkan meningkatnya biaya politisi perusahaan.
Rendahnya biaya politisi akan menguntungkan manajemen.
4. Teknik Manajemen Laba
Teknik manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000), dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:
a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement (perkiraan)
terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak
tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi
aktiva tak berwujid, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.
b. Mengubah metode akuntansi
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu
transaksi, contoh: merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode
c. Menggeser periode biaya atau pendapatan
Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain:
mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya,
mempercepat atau mengunda pengeluaran promosi sampai periode
berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke
pelanggan, mangatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak
dipakai.
5. Pengukuran Manajemen Laba
Manajemen laba diproksikan dengan menggunakan discretionary
accrual. Discretionary accruals (DA) merupakan tingkat akurat yang
tidak normal. Model yang digunakan untuk menghitung discretionary
accrual adalah model modifikasi Jones (The Modified Jones Model), yang
dihitung dengan cara total accrual (TA) dikurangi dengan non
discretionary accruals (NDA) (Sulistiawan, 2011). Tahap-tahap untuk
menghitung manajemen laba menggunakan Modified Jones Model (MJM)
sebagai berikut:
a. Menentukan nilai total akrual (TA) dengan formulasi:
TAit= NIit− CFOit
Keterangan:
TAit = Total akrual perusahaan i dalam periode t.
Laba bersih adalah garis besar dari laporan laba-rugi. Laba bersih
mencerminkan hak pemilik setelah semua kewajiban yang terkait
dengan beben dan pajak terselesaikan (Prihadi, 2011).
CFOit = Arus kas operasi perusahaan i pada periode t.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas
(principal revenue producing activities) dan aktivitas lain yang bukan
merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. (PSAK 2
Laporan arus kas)
b. Menentukan nilai parameter α1, α2, dan α3 menggunakan Jones Model
(1991), dengan formula:
TAit= α + α ∆Revit+ α PPEit+ εit
Lalu semua variabel tersebut dibagi dengan aset tahun lalu
sebelumnya Ait− , sehingga formulasinya berubah menjadi:
TAit/Ait− = α /Ait− α ∆Revit/Ait− + α PPEit/Ait− + εit
Keterangan:
TAit = Total akrual perusahaan i dalam periode t.
Ait-1 = Total aset total perusahaan i pada periode t-1.
∆Revit = Perubahan penjualan bersih perusahaan i pada periode t.
PPEit = Aset tetap perusahaan i (Property, plant, and equipment)
perusahaan i pada periode t.
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
(PASK 16 Aset tetap)
α , α , α = Parameter yang diperoleh dari persamaan regresi.
εit = Error term perusahaan i pada periode t.
c. Menghitung nilai akrual nondiskresioner (NDA) dengan formulasi:
NDAit= α /Ait− + a ∆Revit/Ait− − ∆Recit/Ait− + α PPEit/Ait−
Keterangan:
NDAit = Akrual nondiskresioner perusahaan i pada periode t.
Akrual nondiskresioner (nondiscretionary accrual) adalah akrual yang
dapat berubah bukan karena kebijakan atau pertimbangan pihak
manajemen, seperti perubahan piutang yang besar karena adanya
tambahan penjualan yang signifikan (Sulistiawan, 2011).
Ait-1 = Total aset total perusahaan i pada periode t-1.
∆Revit = Perubahan penjualan bersih perusahaan i pada periode t.
∆Recit = Perubahan piutang perusahaan i pada periode t.
PPEit = Aset tetap perusahaan i (Property, plant, and equipment)
perusahaan i pada periode t.
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
(PASK 16 Aset tetap)
α , α , α = Parameter yang diperoleh dari persamaan regresi.
Nilai parameter � , � , dan � adalah hasil dari perhitungan pada
langkah ke-2. Isikan semua nilai yang ada dalam formula sehingga
nilai NDA akan bisa didapatkan.
d. Menentukan nilai akrual diskresioner yang merupakan indikator
manajemen laba akrual dengan cara menghitung total akrual dengan
akrual nondiskreioner, dengan formulasi:
DAit= TAit− NDAit
Keterangan:
DAit = Akrual diskresioner perusahaan i pada periode t.
Akrual diskresioner (discretionary accrual) adalah akurual yang dapat
berubah sesuai dengan kebijakan manajemen, seperti pertimbangan
tentang penurunan umur ekonomis aset tetap atau pertimbangan
pemilihan metode depresiasi (Sulistiawan, 2011).
TAit = Total akrual perusahaan i dalam periode t.
Akrual nondiskresioner (nondiscretionary accrual) adalah akrual yang
dapat berubah bukan karena kebijakan atau pertimbangan pihak
manajemen, seperti perubahan piutang yang besar karena adanya
tambahan penjualan yang signifikan (Sulistiawan, 2011).
Sulistyanto (2008), dalam Pratiwi (2016) menyatakan nilai
positif menunjukan bahwa manajemen laba dilakukan dengan income
maximization, maka semakin besar angka manajemen laba semakin
tinggi tingkat manajemen laba. Nilai negatif meunjukan manajemen
laba dilakukan dengan income minimization, maka semakin kecil
angka manajemen laba semakin tinggi tingkat manajemen laba.
Hasil klasifikasi manajemen laba dikategorikan sebagai berikut:
0 Nilai discretionary accruals negatif (income minimization)
1 Nilai discretionary accruals positif (income maximization)
C. Hubungan Kompensasi Bonus Dengan Manajemen Laba
Teori Keagenan atau agency theory merupakan gambaran hubungan
antara pihak yang memiliki wewenang yakni investor yang juga biasa disebut
dengan principal dengan para manajer yang merupakan agent yang diberikan
wewenang. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), dalam Wijaya dan
Yulius (2014) teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan
agent. Teori keagenan itu sendiri juga dapat dilihat sebagai suatu model
agent dan pihak yang lain disebut principal (Wijaya dan Yulius, 2014). Teori
agensi menjelaskan ketika pemilik tidak dapat memonitor secara sempurna
aktivitas manajemen, maka secara potensial manajemen dapat menentukan
kebijakan yang mengarah pada peningkatan level kompensasinya. Besarnya
kompensasi yang diterima oleh pihak manajemen (agent) tergantung pada
besarnya laba profit yang dihasilkan sesuai dengan kontrak yang telah
disepakati dengan pihak pemilik (Sunarto, 2009).
Positive Accounting Theory juga dapat dikaitkan dengan motivasi
yang melandasi adanya motivasi manajer untuk melakukan tindakan oportunis
(Wijaya dan Yulius, 2014). The Bonus Plan Hypothesis pada perusahaan yang
memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih
metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini
sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih
menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak
bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk
mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba berada di
bawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika laba
berada di atas cap, manajer tidak akan mendapat bonus tambahan. Jika laba
bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan
harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya, demikian
bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan
(Watts dan Zimmerman (1986), dalam Priantinah 2009).
Menurut Rivai (2005), dalam Nazir (2014) kompensasi merupakan
sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka
pada perusahaan. Kompensasi menurut Handoko (2008), adalah segala
sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.
Menurut penelitian Pujiati dan Muhammad (2013), kompensasi bonus
dan manajemen laba tidak ada hubungan. Menurut Elfira (2014), kompensasi
bonus memiliki hubungan dengan manjemen laba. Hal ini berarti jika
kompensasi bonus mengalami peningkatan, maka tindakan manajemen laba
juga akan meningkat, begitupun sebaliknya. Menurut Sosiawan (2012),
kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Bahwa
kompensasi bonus tidak selalu menjadikan motivator bagi dewan direksi
untuk melakukan manajemen laba.
D. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan kompensasi bonus dan
manajemen laba yang dilakukan penelitian sebelumnya. Penelitian Nazir
(2014), mengenai pengaruh kompensasi bonus terhadap manajemen laba yang
terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Hasil penelitian menunjukan kompensasi
bonus tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Hal ini berarti,
laba tetap atau konstan. Penelitian Tsani (2011), mengenai pengaruh
kompensasi bonus, laverage, praktik corporate governance terhadap
manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009.
Hasil penelitiannya menunjukan kompensasi bonus tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Hal itu berarti, jika kompensasi bonus mengalami
peningkatan, maka menejeman laba akan tetap atau konsisten.
Elfira (2014), mengenai kompensasi bonus dan manajemen laba
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini berarti jika kompensasi bonus
mengalami peningkatan, maka tindakan manajemen juga akan meningkat,
begitu sebaliknya.
E. Rerangka Konseptual Penelitian
Penelitian ini ingin melihat hubungan antara variabel kompensasi
bonus dengan manajemen laba. Penelitian ini meneliti hubungan antara
variabel sehingga tidak ada perumusan hipotesis dalam penelitian ini karena
kesimpulan yang akan ditarik hanya terbatas pada populasi sasaran. Penelitian
ini melihat hubungan antara kompensasi bonus dan manajemen laba sehingga
rangkaian konseptual dalam penelitian ini seperti digambarkan dibawah ini:
Gambar 2.1 Rerangka Konseptual Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi empiris pada perusahaan manufaktur
yang listing di BEI. Studi empiris adalah penelitian dengan menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari www.idx.cp.id, dan kemudian diolah dan
dianalisis secara menyeluruh.
B. Populasi Sasaran
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kriteria populasi sasaran
yang digunakan dalam penelitian adalah sabagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tahunan
dalam mata uang rupiah.
3. Perusahaan yang memiliki data lengkap mengenai informasi kompensasi
bonus, piutang, aktiva tetap, total aktiva, total pendapatan, laba usaha, dan
arus kas operasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan, mempelajari, dan menganalisis data sekunder dalam bentuk
tulisan atau dokumentasi seperti laporan keuangan perusahaan yang
diterbitkan oleh perusahaan. Selain itu menggunakan studi pustaka dengan
mengolah data, artikel, jurnal, maupun sumber tertulis yang berkaitan dengan
topik penelitian.
D. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia.
Mengumpulkan data untuk kompensasi bonus yaitu kompensasi bonus dan
total tunjangan. Kemudian mengumpulkan data untuk manajemen laba
yaitu piutang, aktiva tetap, total aktiva, total pendapatan, laba usaha, dan
arus kas operasi.
2. Menentukan Perusahaan yang Melaporkan Kompenasi Bonus
Kompensasi bonus dalam penelitian ini dilihat dari kompensasi bonus
yang diberikan perusahaan dalam laporan catatan atas laporan keuangan
3. Menghitung Manajemen Laba a. Menghitung Total Piutang
Total piutang dalam penelitian ini dengan menjumlahkan piutang.
b. Menghitung Aktiva Tetap
Aktiva tetap dalam penelitian ini dengan menjumlahkan aktiva tetap.
c. Menghitung Total Aktiva
Total aktiva dalam penelitian ini dengan menjumlahkan aktiva lancar
dan aktiva tetap.
d. Menghitung Total Pendapatan
Total pendapatan dalam penelitian ini dengan menjumlahkan
pendapatan.
e. Menghitung Laba Bersih
Laba bersih dalam penelitian ini dengan menjumlahkan laba sebelum
bunga dan pajak.
f. Menghitung Arus Kas Operasi
Arus kas operasi dalam penelitian ini dengan menjumlahkan arus kas
operasi.
Tahap untuk menentukan nilai diskresioneri dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Tentukan nilai total akrual, yaitu perbedaan antara laba usaha dengan
b. Setelah mendapat nilai total akrual langkah selanjutnya mencari
variabel Y dengan cara total akrual dibagi aset awal tahun.
c. Menghitung variabel X1 dengan cara nilai 1 dibagi aset awal tahun.
d. Menghitung variabel X2 dengan cara selisih penjualan tahun ini dengan
tahun lalu (perubahan penjualan) dibagi dengan aset awal tahun.
e. Menghitung variabel X3 dengan cara total aktiva tetap tahun ini dibagi
dengan aset awal tahun.
f. Tahap berikutnya mencari nilai akrual nondiskresioner, namun sebelum
itu terlebih dahulu harus ditentukan nilai parameter dengan melakukan
regresi per tahun per industri.
g. Setelah mendapat nilai parameter maka baru bisa menghitung akrual
nondiskresioner dengan mengikuti rumus yang ada di BAB II.
h. Tahap terakhir adalah menentukan nilai akrual diskresioner yang
merupakan indicator manajemen laba akrual didapat dengan cara
mengurangi variabel Y dengan akrual nondiskresioner.
4. Melakukan Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistic deskriptif dilakukan dengan menganalisis histogram
untuk mengetahui sebaran data, serta sebagai dasar klasifikasi data.
Histogram adalah grafik yang berbentuk batang yang menggambarkan
nilai data, dimana tiap nilai menempati suatu jumlah arena yang sama
2016). Oleh karena dalam penelitian ini ada dua variabel maka deskripsi
dilakukan satu per satu atas kedua variabel dalam penelitian.
a. Manganalisis Statistik Deskriptif Kompensasi Bonus
Statistik deskriptif dengan menggunakan histogram.
b. Menganalisis Statistik Deskriptif Manajemen Laba
Statistik deskriptif dengan menggunakan histogram.
5. Mengklasifikasikan Data
a. Mengklasifikasikan Data Kompensasi Bonus
Pada penelitian ini, kompensasi bonus diukur dengan menggunakan
variabel dummy (Wijaya dan Yulius, 2014).
0 = Perusahaan yang tidak memberikan kompensasi bonus
1 = Perusahaan yang memberikan kompensasi bonus
b. Mengklasifikasikan Data Manajmen Laba
Klasifikasi manajemen laba untuk mengetahui tingkat manajemen
laba. Kategori yang digunakan adalah sebagai berikut:
1 = Sangat Rendah
2 = Rendah
3 = Tinggi
6. Melakukan Analisis Tabulasi Silang
Analisis tabulasi silang pada prinsipnya menyajikan data dalam
bentuk yang meliputi baris dan kolom dan data untuk penyajian crosstabs
adalah data bersekala nominal atau kategori (Ghozali, 2013).
a. Hubungan Kompensasi Bonus dan Manajemen Laba
Melakukan crosstabs kompensasi bonus dengan manajemen laba.
Koefisien hubungan menggunakan koefisien Phi. Nilai koefisien Phi
berkisar dari 0 hingga +1,0. Phi paling baik digunakan untuk tabel
berukuran 2x2 karena koefisiennya dapat melebihi +1,0 apabila
digunakan untuk tabel yang lebih besar. (Cooper and Scheindler 2006,
dalam Prasetya 2016). Ukuran yang digunakan untuk interpretasi
koefisien korelasi seperti yang tertera pada tabel dibawah ini
(Sugiyono, 2001).
Tabel 3.1 Pedoman untuk Interpretasi Koefisien Korelasi
Sumber: Sugiyono, 2001.
Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear
dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefisien korelasi positif,
maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya, jika nilai
variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Lemah 0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat
jika koefisien korelasi negatif , maka kedua variabel mempunyai
hubungan terbalik. Artinya, jika nilai variabel X tinggi, maka nilai
variabel Y akan menjadi rendah dan berlaku sebaliknya. (Sarwono,
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Populasi Sasaran
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang secara konsisten terdaftar di PT Bursa
Efek Indonesia (www.idx.co.id) di tahun 2011-2015. Subyek penelitian
adalah seluruh perusahaan manufaktur yang secara konsisten terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, sedangkan objek penelitian ini adalah laporan
keuangan yang diungkapkan oleh perusahaan dalam website BEI. Populasi
sasaran dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015. Kriteria
populasi sasaran dapat dijelaskan dengan tabel berikut:
Table 4.1 Kriteria Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan manufaktur secara konsisten terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2011-2015.
127
Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan annual report tahun 2011-2015.
(25)
Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap mengenai informasi piutang, aktiva tetap, total aktiva, total pendapatan, laba usaha, dan arus kas operasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
(2)
Perusahaan manufaktur yang mengunakan mata uang US $ (25)
B. Profil Perusahaan Sampel
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel, terdapat 75 Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berikut merupakan profil
singkat 75 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini:
Tabel 4.2 Profil Perusahaan Sampel NO Kode
Emiten
Nama Emiten 1 ADES Akasha Wira International Tbk 2 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk 3 ALDO Alkindo Naratama Tbk
4 ALKA Alaska Industrindo Tbk
5 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk 6 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
7 ASII Astra International Tbk 8 AUTO Astra Auto Part Tbk
9 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk 10 BATA Sepatu Bata Tbk
11 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk 12 BRNA Berlina Tbk
13 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk 14 BUDI Budi Acid Jaya Tbk
15 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
16 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 17 DLTA Delta Djakarta Tbk
18 DPNS Duta Pertiwi Nusantara 19 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk 20 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 21 GGRM Gudang Garam Tbk 22 GJTL Gajah Tunggal Tbk 23 HDTX Pan Asia Indosyntec Tbk
Tabel 4.2 Profil Perusahaan Sampel (Lanjutan) NO Kode
Emiten
Nama Emiten 30 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 31 INCI Intan Wijaya International Tbk) 32 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 33 INDS Indospring Tbk
34 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 35 JECC Jembo Cable Company Tbk 36 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
37 KAEF Kimia Farma Tbk 38 KBLM Kabelindo Murni Tbk
39 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk 40 KDSI Kedaung Setia Industrial Tbk
41 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 42 KICI Kedaung Indag Can Tbk
43 KLBF Kalbe Farma Tbk 44 LION Lion Metal Works Tbk
45 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk 46 LMSH Lionmesh Prima Tbk
47 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 48 MBTO Martina Berto Tbk
49 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 50 MLIA Mulia Industrindo Tbk 51 MYTX Apac Citra Centertex Tbk 52 NIPS Nippres Tbk
53 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 54 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk 55 PYFA Pyridam Farma Tbk
56 RMBA Bentoel International Investama Tbk 57 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
58 SCCO Supreme Cable Manufacturing Commerce Tbk
Tabel 4.2 Profil Perusahaan Sampel (Lanjutan) NO Kode
Emiten
Nama Emiten 66 SRSN Indo Acitama Tbk
67 STAR Star Petrochem Tbk 68 TCID Mandom Indonesia Tbk 69 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 70 TRST Trias Sentosa Tbk
71 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk 72 ULTJ Ultrajaya Milk Industry Tbk 73 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 74 UNVR Unilever Indonesia Tbk
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Data mengenai kompensasi bonus yang berupa variabel dummy dapat
dilihat pada bagian lampiran II. Data mengenai manajemen laba dapat
dilihat pada bagian lampiran III. Data mengenai perhitungan manajemen
laba dapat dilihat pada bagian lampiran IV. Hasil olah data dapat dilihat
pada bagian lampiran .
2. Penentuan Perusahaan yang Melaporkan Kompensasi Bonus
Hasil penentuan perusahaan yang melaporkan kompensasi bonus seperti
pada tebel dibawah ini:
Tabel 5.1 Penentuan Perusahaan yang Melaporkan Kompensasi Bonus
Sumber: data sekunder yang diolah, 2017 NO Kode
Emiten
2012 2013 2014 2015
1 ADES 1 1 1 1
2 AKPI 0 0 0 0
3 ALDO 0 0 0 0
4 ALKA 0 0 0 0
5 ALMI 0 0 0 0
6 AMFG 1 1 1 1
7 ASII 1 1 1 1
8 AUTO 1 1 1 1
9 BAJA 0 0 0 0
Tabel 5.1 Penentuan Perusahaan yang Melaporkan Kompensasi Bonus (Lanjutan)
NO Kode Emiten
Tabel 5.1 Penentuan Perusahaan yang Melaporkan Kompensasi Bonus (Lanjutan)
NO Kode Emiten
2012 2013 2014 2015 49 MLBI 1 1 1 1 50 MLIA 0 0 0 0 51 MYTX 0 0 0 0 52 NIPS 1 1 1 1 53 PICO 1 1 1 1 54 PSDN 1 1 1 1 55 PYFA 1 1 1 1 56 RMBA 1 1 1 1 57 ROTI 1 1 1 1 58 SCCO 1 1 1 1 59 SIAP 0 0 0 0 60 SIMA 0 0 0 0 61 SIPD 0 0 0 0 62 SMCB 1 1 1 1 63 SMGR 1 1 1 1 64 SMSM 1 1 1 1 65 SPMA 1 1 1 1 66 SRSN 1 1 1 1 67 STAR 0 0 0 0 68 TCID 0 0 0 0 69 TOTO 0 0 0 0 70 TRST 1 1 1 1 71 TSPC 0 0 0 0 72 ULTJ 1 1 1 1 73 UNIT 0 0 0 0 74 UNVR 1 1 1 1 75 YPAS 1 1 1 1 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
Keterangan:
0 = Perusahaan yang tidak memberikan kompensasi bonus
3. Penghitungan Manajemen Laba Manajemen laba dihitung dengan rumus:
DAit AKPI = ����/���− − NDAit
DAit AKPI = ����/���− − NDAit
= (-0.002740) – (-0.025485) = (0.022745)
Hasil perhitungan tingkat manajemen laba dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Manajemen Laba
Sumber: data sekunder yang diolah, 2017 NO Kode
Emiten
Discretionary Accruals (DA)
2012 2013 2014 2015
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Manajemen Laba (Lanjutan)
Sumber: data sekunder yang diolah, 2017 NO Kode
Emiten
Discretionary Accruals (DA)
2012 2013 2014 2015
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Manajemen Laba (Lanjutan)
Sumber: data sekunder yang diolah, 2017
4. Analisis Statistik Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program IBM
SPSS Statistics 16. Hasil pengujian statistik deskriptif variabel kompensasi
bonus dan manajemen laba dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Analisis Statistik Deskriptif Kompensasi Bonus
Tabel berikut ini merupakan hasil pengujian statistik deskriptif
variabel kompensasi bonus. NO Kode
Emiten
Discretionary Accruals (DA)
2012 2013 2014 2015
Tabel 5.3 Analisis Statistik Deskriptif Kompensasi Bonus
Sumber: Data sekunder yang olah, 2017
Berdasarkan tabel 5.3 terdapat 300 data valid dan tidak ada data
missing. Data missing 0 menjelaskan bahwa tidak ada data yang bernilai
nol/ terlewatkan/ hilang. Range adalah perbedaan jarak antara nilai
maksimum dan minimum sebesar 1,00 yang menunjukan sebaran data
kompensasi bonus. Pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa pembagian
kompensasi bonus pada populasi sasaran perusahaan manufaktur yang
terendah adalah 0,00. Sedangkan, pembagian kompensasi bonus pada
populasi sasaran perusahaan manufaktur yang tinggi adalah 1,00. Pada
tabel 5.3 juga dapat dilihat nilai rata-rata kompensasi bonus adalah
sebesar 0,5867. Kompensasi bonus menunjukan nilai 1 untuk
perusahaan yang memberikan bonus kepada manajer dan nilai 0 untuk
perusahaan yang tidak memberikan bonus bagi manajer diperusahaan
tersebut.
Kompensasi_Bonus
N Valid 300
Missing 0
Mean .5867
Range 1.00
Minimum .00
Pada analisis deskriptif diperoleh bentuk histogram dari
kompensasi bonus, dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 5.1 Histogram Kompensasi Bonus Sumber: data sekundar yang diolah, 2017
Berdasarkan gambar 5.1, kompensasi bonus yang berada pada
titik 0,00 yaitu 124 perusahaan. Kompensasi bonus yang berada pada
titik 1,00 yaitu 176 perusahaan. Sumbu horizontal menunjukan tingkat
kompensasi bonus yang diproksikan dengan dummy. Sumbu vertikal
menunjukan frekuensi jumlah perusahaan. Gambar 5.1, menjadi dasar
untuk mengklasifikasikan nilai kompensasi bonus menjadi 2 kategori,
dengan kriteria sebagai berikut.
0 = Perusahaan yang tidak memberikan kompensasi bonus
1 = Perusahaan yang memberikan kompensasi bonus
Tabel 5.4 Hasil Klasifikasi Kompensasi Bonus
Sumber: data sekunder yang diperoleh, 2017
b. Analisis Statistik Deskriptif Manajemen Laba
Berdasarkan data perhitungan pada tabel 5.2, sebagian besar
data pada tahun 2012 – 2015 bernilai positif, sedangkan data bernilai negatif hanya sebagian kecil ditahun 2012, 2013, dan 2014. Data yang
bernilai positif memiliki arti bahwa perusahaan melakukan peningkatan
(income maximization), maka semakin besar angka manajemen laba
semakin tinggi manajemen laba. Data yang bernilai negatif memiliki arti
bahwa perusahaan melakukan penurunan laba (income minimization),
maka semakin kecil angka manajemen laba semakin tinggi tingkat
manajemen laba. Berikut histogram untuk melihat sebaran data
manajemen laba.
Kriteria Jumlah Persen
Perusahaan yang tidak melaporkan kompensasi bonus
124 41.3
Perusahaan yang
melaporkan kompensasi bonus
176 58.7
Gambar 5.2 Histogram Manajemen Laba Sumber: data sekunder yang diolah, 2017
Berdasarkan gambar 5.2, dari 300 perusahaan terdapat 47
perusahaan yang memiliki angka manajemen laba yang negatif dan
sebanyak 253 perusahaan yang memiliki angka manajemen laba positif.
Sumbu horizontal pada gambar 5.2, merupakan tingkat manajemen laba
yang diproksikan dengan discretionary accruals. Sumbu vertikal
menunjukan frekuensi jumlah perusahaan. Manajemen laba bersekala
rasio, semakin menjauhi 0 berarti tingkat manajemen laba semakin
tinggi.
Manajemen laba dengan cara income minimization dan income
maximization memiliki arah yang berbeda dalam mengukur tingkat
manajemen laba. Gambar berikut ini akan mempermudah dalam
- (negatif) + (positif)
Income Minimization 0 Income Maximization
Gambar 5.3 Pengukuran Manajemen Laba
Gambar 5.3 merupakan gambar garis bilangan yang akan
mempermudah dalam memahami perbedaan arah dalam mengukur
tingkat manajemen laba. Income minimization terletak pada sisi kiri (-)
pada garis bilangan, maka semakin kecil angka manajemen laba tingkat
manajemen laba semakin tinggi. Income maximization terletak disisi
sebelah kanan (+) pada garis bilangan, maka semakin besar angka
manajemen laba tingkat manajemen laba semakin tinggi. Klasifikasi
manajemen laba menjadi income minimization (kategori 0) dan income
maximization (kategori 1).
5. Pengklasifikasian Data
a. Pengklasifikasian Data Kompensasi Bonus
Elfira (2014) menyatakan jika kompensasi bonus mengalai peningkatan,
maka tindakan manajemen laba juga akan meningkat, begitu pula
sebaliknya. Kompensasi bonis pada tahun tertentu yang akan diukur
dengan dummy. Hasil dari klasifikasi kompensasi bonus dikategorikan
sebagai berikut:
1 = terdapat pemberian kompensasi bonus kepada manajemen.
0 = tidak dapat pemberian kompensasi bonus kepada manajemen
Tabel 5.7 Data Pengklasifikasian Kompensasi Bonus NO Kode Emiten 2012 2013 2014 2015
1 ADES 1 1 1 1
2 AKPI 0 0 0 0
3 ALDO 0 0 0 0
4 ALKA 0 0 0 0
5 ALMI 0 0 0 0
6 AMFG 1 1 1 1
7 ASII 1 1 1 1
8 AUTO 1 1 1 1
9 BAJA 0 0 0 0
Tabel 5.7 Data Pengklasifikasian Kompensasi Bonus (Lanjutan)
NO Kode Emiten 2012 2013 2014 2015
36 JPRS 0 0 0 0
37 KAEF 0 0 0 0
38 KBLM 0 0 0 0
39 KBRI 1 1 1 1
40 KDSI 1 1 1 1
41 KIAS 1 1 1 1
42 KICI 1 1 1 1
43 KLBF 0 0 0 0
44 LION 1 1 1 1
45 LMPI 0 0 0 0
46 LMSH 1 1 1 1
47 LPIN 0 0 0 0
48 MBTO 1 1 1 1
49 MLBI 1 1 1 1
50 MLIA 0 0 0 0
51 MYTX 0 0 0 0
52 NIPS 1 1 1 1
53 PICO 1 1 1 1
54 PSDN 1 1 1 1
55 PYFA 1 1 1 1
56 RMBA 1 1 1 1
57 ROTI 1 1 1 1
58 SCCO 1 1 1 1
59 SIAP 0 0 0 0
60 SIMA 0 0 0 0
61 SIPD 0 0 0 0
62 SMCB 1 1 1 1
63 SMGR 1 1 1 1
64 SMSM 1 1 1 1
65 SPMA 1 1 1 1
66 SRSN 1 1 1 1
67 STAR 0 0 0 0
68 TCID 0 0 0 0
69 TOTO 0 0 0 0
70 TRST 1 1 1 1
Tabel 5.7 Data Pengklasifikasian Kompensasi Bonus (Lanjutan)
NO Kode Emiten 2012 2013 2014 2015
71 TSPC 0 0 0 0
72 ULTJ 1 1 1 1
73 UNIT 0 0 0 0
74 UNVR 1 1 1 1
75 YPAS 1 1 1 1
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
Keterangan
1 = Perusahaan yang melaporkan kompensasi bonus
0 = Perusahaan yang tidak melaporkan kompensasi bonus
b. Pengklasifikasian Data Manajemen Laba
Tabel dibawah ini merupakan hasil data pengklasifikasian manajemen
laba.
Tabel 5.8 Data Pengklasifikasian Manajemen Laba NO Kode
Emiten
Discretionary Accruals
(DA)
Tabel 5.8 Data Pengklasifikasian Manajemen Laba (Lanjutan) NO Kode
Emiten
Discretionary Accruals
(DA)
Tabel 5.8 Data Pengklasifikasian Manajemen Laba (Lanjutan)
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
Keterangan
0 = Manimization income (Nilai discretionary accrual negatif) 1 = maximization income (Nilai discretionary accrual positif)
NO Kode Emiten
Discretionary Accruals
(DA)
6. Melakukan Analisis Tabulasi Silang
Analisis tabulasi silang (crosstabes) dilakukan untuk menentukan
hubungan kompensas