• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD DI KOTA BANDUNG."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Hanacundari Sumirah

1105073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015

(2)

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENGEMBANGKAN

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD DI KOTA BANDUNG

Oleh

Hanacundari Sumirah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Hanacundari Sumirah 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran IPA di SD ... 7

B. Metode Pembelajaran Eksperimen ... 9

1. Pembelajaran dengan Metode Eksperimen ... 9

2. Tujuan Metode Eksperimen ... 10

3. Prosedur atau Langkah-langkah Metode Eksperimen ... 10

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Eksperimen .. 11

C. Keterampilan Proses Sains ... 11

D. Penerapan Metode Eksperimen untuk Mengembangkan Ketermpilan Proses Sains Siswa SD di Kota Bandung ... 13

E. Materi Tentang Tanah ... 15

(5)

G. Kerangka Berfikir ... 18

H. Definisi Operasional ... 19

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN ... 20

A. Metode Penelitian ... 20

B. Desain Penelitian ... 21

C. Lokasi Penelitian ... 22

D. Subjek Penelitian ... 22

E. Waktu Penelitian ... 22

F. Instrumen Penelitian ... 23

G. Prosedur Penelitian ... 25

H. Pengolahan dan Keabsahan Data ... 30

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Temuan Penelitian ... 33

B. Pembahasan ... 64

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 68

A. Simpulan ... 68

B. Rekomendasi ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang

lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan

perkembangan intelektual siswa dalam lembaga formal proses reproduksi nilai dan

budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar sejumlah mata

pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam

pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi dijelaskan bahwa :

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelasjahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA adalah salah satu pelajaran yang sangat penting di sekolah dasar. IPA

bukan hanya sekumpulan ilmu dan pengetahuan. IPA juga mengandung cara-cara

untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan. Pembelajaran IPA merupakan studi

tentang masalah-masalah bagaimana manusia mengembangkan satu kehidupan yang

lebih baik, baik dalam arti diri sendiri maupun untuk kepentingan sesamanya. Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) pada hakikatnya merupakan ilmu yang membahas tentang

gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasari oleh fakta dan didapat

melalui percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Pembelajaran pada

hakikatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana

dalam proses tersebut bersifat timbal balik. Pembelajaran pun merupakan kegiatan

investigasi terhadap permasalahan alam disekitarnya, setelah melakukan investigasi

(7)

Tujuan IPA sendiri tidak hanya menekankan pada upaya pencapaian

akademik melainkan juga berorientasi pada penanaman nilai-nilai IPA secara

komprehensif. KTSP menyatakan bahwa “pendekatan pembelajaran yang digunakan

untuk membelajarkan IPA adalah pendekatan yang berorientasi pada siswa”.

Pembelajaran IPA yang fokus kajiannya adalah gejala alam, pada dasarnya harus

dirancang sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan

rasa ingin tahu pada siswa. Diharapkan pembelajaran IPA dapat dikemas dengan baik

dan tidak ada kendala yang berarti.

Pada kenyataannya di lapangan peneliti menemukan bahwa pembelajaran IPA

dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Ketidaktahuan siswa mengenai kegunaan IPA

dalam aplikasi sehari-hari menjadi penyebab mereka lekas bosan dan tidak tertarik

pada pembelajaran IPA, Selain itu keaktifan dalam Keterampilan Proses Sains (KPS)

dalam pembelajaran IPA masih belum terlihat optimal, ada beberapa siswa yang

cenderung pendiam, dan tidak aktif dalam pembelajaran, ada juga siswa yang banyak

melamun, tidak konsentrasi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung, dan

ketika guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa, hanya ada beberapa siswa

saja yang aktif dan berani mengungkapkan pendapat dan bertanya kepada guru. Hasil

pengamatan sejauh ini pembelajaran IPA di SD Negeri yang ada di Kota Bandung

masih belum terlaksana secara baik dan maksimal sesuai dengan tuntutan kurikulum

yang ada. Keadaan ini erat kaitannya dengan beberapa faktor yang merupakan

penghambat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satunya

yaitu penggunaan metode mengajar masih konvensional misalnya ceramah atau

teacher center dimana guru hanya mengejar target kurikulum dan metode mengajar

mengarah pada hapalan, tanpa memperhatikan siswa sudah memahami atau belum.

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa keterampilan proses sains

siswa cenderung rendah, siswa kurang diberi kesempatan untuk mengoptimalkan

panca indera yang ia miliki khususnya dalam hal mengamati. Dari segi aspek

keterampilan proses sains menyimpulkan juga masih rendah, hanya beberapa siswa

yang benar dalam hal meyimpulkan apa yang ditanyakan guru pada saat mengajar.

(8)

beberapa siswa saja yang aktif merespon pertanyaan guru, sedangkan kebanyakan

dari siswa kelas V tersebut masih tergolong malu-malu atau bingung dalam

mengkomunikasikan ide atau gagasan pada saat proses kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Hal ini diakibatkan dari penggunaan metode konvensional yang

dikembangkan guru terhadap pembelajaran, siswa hanya menerima materi

pembelajaran “transfer of knowlage “dari guru bukan siswa yang aktif membangun pengetahuan.

Dengan terjadinya kondisi yang demikian tentunya akan sangat berpengaruh

terhadap ketercapaian dari tujuan pembelajaran dalam hal ini akan berdampak pada

prestasi belajar siswa. Seperti halnya pada saat melakukan pembelajaran, peneliti

memperoleh data hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA, masih terdapat

siswa yang nilainya di bawah KKM, dari 26 siswa hanya 9 siswa (35%) yang nilainya

diatas KKM dan sisanya 17 siswa (65%) yang nilainya masih dibawah KKM. Banyak

faktor yang mampu mempengaruhi kurangnya motivasi siswa untuk mengikuti

pembelajaran, yang salah satunya adalah karena faktor kurang menariknya proses

pembelajaran yang sudah dilaksanakan bagi siswa serta alat belajar yang tidak

bervariasi.

Berdasarkan studi pendahuluan tadi, nampak ada masalah, dari

permasalahan-permasalahan yang muncul, maka ada beberapa hal yang dapat

dilakukan untuk mengatasi hal tersebut antara lain, metode eksperimen, metode

inquiry, model kontruktivisme, dan yang lainnya. Namun dalam penelitian ini peneliti

memutuskan untuk menerapan metode eksperimen yang dapat digunakan sebagai

solusi dalam meningkatkan keterampilan proses sains pada mata pelajaran IPA

tentang tanah. Terbukti dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sri Astuti

(2012), menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode eksperimen dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran

IPA di kelas V Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut ditunjukkan pada siklus I sebesar

76%, siklus II sebesar 88%, dan siklus III sebesar 100%.

Metode eksperimen menurut Djamarah (dalam Heriawan, A., Darmajari., &

(9)

percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar

mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami

sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,

keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami

sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan

menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Berdasarkan uraian diatas

penulis tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul

“PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENGEMBANGKAN

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD DI KOTA BANDUNG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan umum masalah

penelitian ini adalah “bagaimanakah penerapan metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada mata pelajaran

IPA?”

Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus di

buat tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan penerapkan

metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada

pembelajaran IPA materi tanah di SD kelas V?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode

eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada pembelajaran

IPA materi tanah di SD kelas V?

3. Bagaimanakah perkembangan keterampilan proses sains pada mata pelajaran IPA

materi tanah di SD kelas V yang menerapkan metode eksperimen pada proses

pembelajarannya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum penelitian ini

(10)

mengembangkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada mata pelajaran

IPA. Tujuan khusus penelitian ini terdiri dari tiga pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Memperoleh perencanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode

eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada pembelajaran

IPA materi tanah di SD kelas V.

2. Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen

untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada mata pelajaran IPA materi

tanah di SD kelas V.

3. Mendeskripsikan perkembangan keterampilan proses sains (hasil) pada mata

pelajaran IPA materi tanah di SD kelas V yang menerapkan metode eksperimen

pada proses pembelajarannya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi pengembangan teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi mengenai penerapan metode eksperimen pada

pembelajaran IPA di SD kelas V.

b. Memberi informasi dan bukti empiris mengenai perkembangan keterampilan

proses sains siswa berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran eksperimen

2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian bagi guru yaitu:

a. Menambah wawasan atau memperluas wawasan dan kompetensi mengenai

penerapan metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains

siswa SD dalam pembelajaran

b. Meningkatkan keterampilan dalam menerapkan menerapkan metode

pembelajaran sehingga guru dapat melaksanakan pembelajaran lebih bervariasi.

Manfaat penelitian bagi siswa yaitu :

a. Siswa akan memperbaiki kualitas keterampilan proses sains pada mata pelajaran

(11)

b. Siswa akan mendapatkan motivasi sehingga bisa bersemangat untuk

mengembangkan Keterampilan Proses Sains pada mata pelajaran IPA.

Manfaat penelitian bagi sekolah yaitu :

a. Turut memberi sumbangan dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah dengan

siswa yang mempunyai kemampuan yang baik dalam keterampilan proses sains.

Manfaat penelitian bagi LPTK yaitu :

a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan motivasi untuk peneliti selanjutnya

sehingga memberikan inovasi dalam penerapan metode eksperimen untuk

(12)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian tindakan ini dikembangkan dengan menggunakan metode

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sudah dikenal

lama dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action

Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian

tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru dan dosen di kelas (sekolah dan

perguruan tinggi) tempat ia mengajar yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan

kualitas dan kuantitas proses pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Kelas suatu

kegiatan ilmiah yang terdiri dari Penelitian+Tindakan+Kelas.

a. Penelitan merupakan kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan

metodologi untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk

meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas merupakan sekelompok siswa yang sama dan menerima pelajaran yang

sama dari seorang guru.

Menurut Suharsimi, Arikunto. (dalam Iskandar. Hlm. 20) menyatakan bahwa

“Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersamaan”. Menurut Kunandar (dalam Iskandar. Hlm. 21) Penelitian Tindakan (Action Research) merupakan suatu kegiatan yang dilakuakn

oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (Kolaborasi) yang bertujuan untuk

memperbaiki/meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.

(13)

dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diantaranya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru dan dosen atau pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal dalam proses pembelajaran di kelas. (hlm. 21)

B. Desain Penelitian

Desain Penelitian berisi tahapan kegiatan pembelajaran penelitian tindakan

kelas yang akan dilaksanakan sebanyak tiga siklus dimana tahapan ini adalah tahap

perencanaan, pelaksanaan dan observasi tindakan, ketiga hal ini sangat penting

dilaksanakan karena merupakan hal pokok dalam pelaksanaan penelitian, ketika hasil

pelaksanaan pembelajaran pada siklus atau kegiatan pertama terlihat kurang

memuaskan maka akan diperbaiki pada pertemuan selanjutnya, dan dicarikan

solusi-solusi terbaik untuk kegiatan pembelajaran pada siklus II, begitupun selanjutnya

untuk siklus III.

Desain Penelitian yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas disesuaikan

dengan model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart, Model Kemmis dan

Mc Taggart (dalam Trianto. 2011. hlm 30-31) merupakan pengembangan dari konsep

dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin, hanya saja komponen acting dan observing

dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan,

terjadi dalam waktu yang sama.

Dalam perencanaannya, Kemmis menggunakan system spiral refleksi diri

yang dimulai dengan rencana (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing),

refleksi (reflecting) dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu

ancang-ancang, pemecahan masalah. Pola dasar model PTK menurut Kemmis &

(14)

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral Kemmis & Taggart (dalam

Trianto. 2012.)

C. Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di salah satu SD Negeri yang ada

di Kota Bandung. Sekolah tersebut dijadikan sebagai tempat penelitian karena peneliti

melaksanakan Pendidikan Lapangan Propesi (PLP) di lembaga tersebut. Yang diteliti

adalah tentang penerapan metode eksperimen untuk mengembangkan Keterampilan

Proses Sains pada mata pelajaran IPA kelas V.

D. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini adalah siswa kelas V SD yang

terdiri dari 26 siswa dengan komposisi laki-laki 9 orang dan perempuan 17 orang.

Subjek yang akan diteliti adalah siswa SD Negeri Kota Bandung. Penelitian

dilakukan di kelas V dengan alasan adanya kekurangan dalam keterampilan proses

sains siswa terhadap materi tentang tanah.

E. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2014/2015. Tepatnya pada bulan April 2015, yaitu diadakan pada tanggal 23 April

(15)

hari Kamis tanggal 23 April 2015, siklus II pada hari Senin tanggal 27 April 2015 dan

siklus III pada hari Selasa 12 Mei 2015.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu instrument

pembelajaran dan instrument pengumpulan data. Instrument pembelajaran merupakan

semua perangkat yang menjadi penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran,

sedangkan instrument pengumpulan data merupakan perangkat yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi yang diperlukan.

1. Instrumen pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Menurut Muslich, M. 2008. hlm 53. Perencanaan pembelajaran atau biasa

disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran

mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.

Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun

yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena

itu, RPP harus mempunyai daya terap (applicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan

yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi

lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan

profesinya. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dimaksud pada penelitian

ini adalah RPP yang digunakan selama pembelajaran berlangsung dengan

menerapkan langkah-langkah metode eksperimen yang ada pada kegiatan inti.

b. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan eksperimen seperti:

1) Tanah Liat

2) Tanah Kebun

3) Tanah Humus

4) Gelas Plastik

5) Air

6) Pengaduk

(16)

8) Tanaman

c. Buku

d. Papan Tulis

e. Penghapus

f. Spidol

g. Lembar Kerja Siswa (LKS)

2. Instrument Pengungkap Data Penelitian

Menurut Trianto. 2011. hlm. 55. Instrument merupakan bagian yang tidak

kalah pentingnya dalam pelaksanaan PTK. Jenis instrument harus sesuai dengan

karakteristik variabel yang diamati. Instrument penelitian digunakan selama tindakan

berlangsung. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk membantu kelancaran

penelitian dan untuk melihat perkembangan proses PTK. Instrument yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

a. Lembar Observasi (Non Tes)

Lembar observasi besifat terstuktur, yaitu sudah terdapat pedoman-pedoman

terinci yang berisi langkah-langkah yang dilakukan sehingga pengamat tinggal

melakukan deskripsi mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh

guru. Lembar Observasi terdiri dari :

1) Lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola Proses Belajar Mengajar

(PBM)

Lembar ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola

PBM. Lembar ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan guru, direkam atau

diungkap melalui observasi dilakukan oleh tiga orang observer (teman sejawat)

2) Lembar Pengamatan Aktivitas siswa dalam Proses Belajar Mengajar (PBM)

Lembar ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam PMB.

Lembar ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan siswa. direkam atau

diungkap melalui observasi dilakukan oleh tiga orang observer (teman sejawat)

b. Lembar Kerja Siswa (Tes)

Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa LKS buatan guru. LKS

(17)

pertanyaan-pertanyaan mengenai percobaan yang telah dilakukan yang harus dijawab oleh siswa.

Pertanyaan-pertanyaan dalam LKS bertujuan untuk mengukur keterampilan proses

sains siswa. Pemilihan materi LKS mengacu pada indikator yang terdapat dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir) dan indikator yang ada dalam

keterampilan proses sains yang akan diukur.

c. Catatan Lapangan

Menurut Trianto. 2011. hlm 55-57. Masalah utama dalam observasi adalah

bagaimana bisa mengingat data lapangan dalam kurun waktu cukup lama, sebab

seringkali tidak mungkin mengobservasi sambil membuat catatan yang rinci, untuk

kemudian mencatatnya dengan rinci dalam bentuk catatan lapangan. Catatan lapangan

berisi rangkuman seluruh data lapangan yang terkumpul selama sehari atau periode

tertentu, yang disusun berdasarkan catatan pendek, catatan harian dan juga mencakup

data terkait yang berasal dari dokumen, rekaman, dan catatan telaah dan pemahaman

terhadap situasi sosial yang bersangkutan.

Catatan : lembar observasi lampiran 3.13, 3.14 dan 3.15 dan tes Lembar Kerja Siswa

(LKS) lampiran 2.7, 2.8 dan 2.9.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan ditempuh terdiri atas III siklus yang saling

berkaitan dan berkesinambungan.

1. Tahap Perencanaan

a. Menyusun Proposal penelitian

b. SK pembimbing

c. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah selaku pimpinan sekolah.

d. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang

akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode pembelajaran

eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains.

e. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis metode pembelajaran

eksperimen untuk meningkatkan keterampilan proses sains

(18)

g. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)

h. Membuat instrument yang digunakan dalam siklus PTK.

2. Tahap Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan Tindakan Kelas ini terdiri dari tiga siklus dan akan dilakukan

sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. Langkah-langkah yang peneliti

laksanakan adalah sebagai berikut :

1. Siklus I

Tabel 3.1

Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I

No. Kegiatan Bulan April Minggu ke-

1 2 3 4

1. Perencanaan

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dengan menerapkan langkah-langkah

metode pembelajaran eksperimen

b. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai

dengan indikator yang ingin dicapai

c. Merencanakan alat dan bahan yang diperlukan

dalam pembelajaran

d. Membuat lembar observasi aktivitas guru, lembar

obsevasi aktivitas siswa dan catatan lapangan

2. Pelaksanaan

a. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I

dilaksanakan berdasarkan RPP yang dibuat pada

siklus I yang meliputi, pembukaan, kegiatan inti

dan penutup. Dalan pelaksanaan pembelajaran

pada penelitian ini terdapat langkah-langkah

metode eksperimen diantaranya :

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran eksperimen

(19)

yang akan dilakukan

c. Menjelaskan alat dan bahan yang akan

dipergunakan dalam kegiatan eksperimen

d. Menjelaskan fungsi alat dan bahan yang akan

dipergunakan dalam kegiatan eksperimen

e. Membimbing dan memfasilitasi siswa untuk

memulai percobaan dengan bimbingan guru

f. Mendiskusikan kesimpulan hasil percobaan

3. Observasi

observasi dilakukan pada waktu tindakan sedang

berjalan. Pada tahap ini peneliti melakukan

pengamatan dan mencatat semua hal yang

diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan

tindakan berlangsung serta meminta observer

untuk mengamati dan mencatat proses

pembelajaran terutama aktivitas guru dan siswa

selama pembelajaran. Selain observasi dilakukan

juga tes berupa Lembar Kerja Siswa (LKS)

4. Refleksi

Setelah peneliti melaksanakan pembelajaran

dengan diamati oleh observer, maka peneliti

melakukan refleksi. Data diperoleh dari lembar

observasi aktivitas guru dan siswa sesuai dengan

langkah-langkah pembelajaran eksperimen.

Peneliti dan observer melakukan tanya jawab

guna menemukan masalah yang timbul dalam

pembelajaran dengan penerapan metode

eksperimen hal ini dimaksud untuk melakukan

perbaikan pada siklus II, sehingga diharapkan

(20)

pada siklus II lebih baik dan ada peningkatan lagi

keterampilan proses sains siswanya.

2. Siklus II

Tabel 3.2

Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II

No. Kegiatan Bulan April Minggu ke-

1 2 3 4

1. Perencanaan

Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) berdasarkan dari hasil

refleksi yang telah dilakukan pada siklus I dan

merencanakan alat dan bahan yang akan

digunakan pda pembelajaran siklus II

2. Pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran dengan metode

pembelajaran eksperimen dengan memperhatikan

perencanaan yang disusun sebelumnya sesuai

dengan hasil refleksi pada siklus I.

3. Observasi

Peneliti dibantu oleh para observer yang bertugas

mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa

pada saat proses pembelajaran.

4. Refleksi

Peneliti dibantu oleh para observer melakukan

refleksi terhadap pelaksanaan siklus II untuk

memperbaiki di siklus selanjutnya, serta untuk

mengetahui kelebihan dan kekurangan ketika

pelaksanaan siklus.

(21)

3. Siklus III

Tabel 3.3

Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus III

No. Kegiatan Bulan Mei Minngu ke-

1 2 3 4

1. Perencanaan

Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) berdasarkan dari hasil

refleksi yang telah dilakukan pada siklus II dan

merencanakan alat dan bahan yang akan

digunakan pda pembelajaran siklus III

2. Pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran dengan metode

pembelajaran eksperimen dengan memperhatikan

perencanaan yang disusun sebelumnya sesuai

dengan hasil refleksi pada siklus II.

3. Observasi

Peneliti dibantu oleh para observer yang bertugas

mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa

pada saat proses pembelajaran.

4. Refleksi

Peneliti dibantu oleh para observer melakukan

refleksi terhadap pelaksanaan siklus III untuk

memperbaiki di siklus selanjutnya, serta untuk

mengetahui kelebihan dan kekurangan ketika

pelaksanaan siklus.

(22)

H. Pengolahan dan Keabsahan Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan menjadi dua kelompok

data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang

berisikan informasi atau dinyatakan dengan kata-kata.

a. Analisis Data Kualitatif

Aktivitas dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman (dalam

Sutopo, 2010, hlm. 7) yang telah dimodifikasi oleh peneliti sebagai berikut:

1) DataReduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

dicatat secara teliti.Mereduksi data berarti merangkum, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, serta membuang yang tidak perlu.

2) Klasifikasi Data

Data yang telah diperoleh dari lapangan dikelompokkan berdasarkan aktivitas

guru dan aktivitas siswa kedalam jenis-jenis kegiatan pembelajaran berupa kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

3) Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk teks

yang bersifat naratif dan grafik.

4) Analisis Data

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menafsirkan kegiatan pembelajaran yang

sudah baik dan belum baik sesuai rencana.Kegiatan yang belum baik dicari

penyebabnya dan memberikan solusi untuk memperbaikinya.

5) Penarikan Kesimpulan

Kegiatan ini dilakukan untuk menyimpulkan hasil pengolahan data.

b. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes berupa LKS untuk mengetahui sejauh

mana perkembangan keterampilan proses sains siswa. Adapun pengolahan data

kuantitatifnya adalah sebagai berikut:

(23)

Skor yang diperoleh siswa dalam tes yang berupa LKS kemudian diubah

dalam bentuk presentase yang menggunakan rumus:

(Aqib, Zainal, dkk, 2009, hlm 40)

2)Penghitungan Data Rata-rata Nilai Kelas

� =

∑� (Aqib, Zainal, dkk, 2009, hlm 40)

Keterangan :

� = Nilai rata-rata kelas

x = Jumlah nilai yang diperoleh peserta tes

n = Jumlah peserta tes

3)Mengolah Data Lembar Kerja Siswa mengenai KPS

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan bertujuan untuk mengetahui

pencapaian keterampilan proses sains siswa. Pencapaian KPS siswa dilihat dari IPK

(Indeks Prestasi Kelompok), disamping itu pun ketuntasan belajar IPA dapat

ditentukan berdasarkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah

ditetapkan sekolah yakni 70. Menghitung IPK untuk menentukan kategori pencapaian

KPS menggunakan rumus sebagai berikut:

Panggabean, 1989 (Sa’adah, 2011)

Keterangan :

IPK = Indeks Pencapaian Kelompok

Mean = Rata-rata Kelas

SMI = Skor maksimum jika soal benar semua

Untuk menentukan kategori IPK pada capaian KPS dari segi

intelektual/kognitif mengacu pada Tabel 3.1 berikut ini. Nilai = u a

a a X 100

IPK = Mea

(24)

Tabel 3.4 . Klasifikasi Persentase IPK

Presentase Kategori

>90% Sangat Terampil

75% - 89% Terampil

55% - 74% Cukup Terampil

31% - 54% Kurang Terampil

<30% Sangat Kurang Terampil

Panggabean, 1989 (Sa’adah) b. Keabsahan Data

Keabsahan data pada penelitian kualitatif membuktikan nilai kebenaran data

dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa dan filed notes. Dalam penelitian ini

keabsahan data dibuktikan dengan tiga hal, yaitu :

1) Alat pengumpul data berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang

bersifat terbuka.

2) Alat pengumpul data berupa LKS disusun sesuai dengan indikator pencapaian

kompetensi dan mengacu pada indikator Keterampilan Proses Sains.

3) Teknik Triangulasi Data

“Triangulasi, yaitu pengecekan data dari berbagai sumber” (Sugiyono, 2013,

hlm. 372). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa triangulasi

merupakan kegiatan membandingkan data kualitatif dari satu sumber dengan sumber

yang lainnya. Oleh sebab itu, untuk menguji kredibilitas data kualitatif, maka data

filed notes, lalu dicek dengan hasil observasi aktivitas guru dan siswa dari observer

dan peneliti (guru).

Filed Notes

Observer Peneliti

(25)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana dideskripsikan

pada Bab IV, penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut.

1. Perencanaan dengan menerapkan metode eksperimen pada materi Tanah di kelas

V SD di kota Bandung pada dasarnya disusun dengan sistematika yang sama

dengan RPP yang biasa dibuat oleh guru. Namun demikian, RPP yang disusun

dengan menerapkan metode eksperimen memiliki ciri khas dalam kegiatan

intinya, yaitu memuat langkah-langkah yang ada pada metode eksperimen,

langkah-langkah tersebut adalah : menjelaskan tujuan eksperimen, memahami

masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen, menjelaskan tentang alat-alat

serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus

dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat, selama

eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu

memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya

eksperimen dan setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil

penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya

jawab. Perencanaan dalam penelitian ini mengalami perubahan dan perbaikan

secara bertahap berdasarkan hasil refleksi. Perencanaan untuk setiap siklus pada

umumnya sama, tetapi ada beberapa perbedaan. Perbedaan pada setiap siklus

tergantung dari hasil observasi serta refleksi dari siklus sebelumnya. Sehingga

perencanaan pembelajaran pada siklus selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Perencanaan ini juga dijadikan sebagai acuan selama penelitian berlangsung.

2. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode eksperimen pada

mata pelajaran IPA materi Tanah di kelas V SD Negeri di Kota Bandung dapat

meningkatkan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran. Aktivitas yang

dilakukan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen

(26)

kemudian siswa menyimpulkan hasil eksperimen yang telah dilakukan dan

mengkomunikasikan dengan membuat laporan hasil pengamatan. Adapun

aktivitas yang dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran diantaranya,

menjelaskan tujuan eksperimen yang akan dilakukan, menjelaskan alat dan bahan

yang akan digunakan dalam kegiatan eksperimen, membimbing siswa dalam

kegiatan eksperimen dan langkah terakhir mengumpulkan hasil eksperimen,

mendiskusikan dan mengevaluasi, agar kegiatan tersebut mempunyai makna dan

siswa dapat mengetahui secara benar kesimpulan dari kegiatan eksperimen yang

telah dilakukan pada pembelajaran IPA.

3. Perkembangan keterampilan proses sains siswa setelah diterapkannya metode

eksperimen dapat dikatakan meningkat. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil

tes LKS yang mencakup indikator keterampilan proses sains di setiap siklusnya.

Perolehan persentase keterampilan proses sains hasil tes LKS Keterampilan

proses sains siswa maupun persentase hasil belajar siswa meningkat dari siklus I

sampai dengan siklus III. Pada siklus I persentase keterampilan proses sains siswa

pada aspek keterampilan mengamati 44% dengan kategori kurang terampil, untuk

pencapaian aspek keterampilan menyimpulkan sebesar 52% dengan kategori

kurang terampil. Untuk pencapaian aspek keterampilan mengkomunikasikan

sebesar 54% dengan kategori kurang terampil. Pada siklus II mengalami

peningkatan yakni untuk aspek keterampilan mengamati meningkat menjadi 83%

dengan kategori terampil, untuk aspek menyimpulkan menjadi 75% dengan

kategori terampil serta aspek keterampilan mengkomunikasikan menjadi 73%

dengan kategori cukup terampil. Dan pada siklus III untuk aspek mengamati

menjadi 98% kategori sangat terampil, untuk aspek keterampilan menyimpulkan

sebesar 87% kategori terampil serta aspek keterampilan mengkomunikasikan

sebesar 83% kategori terampil. Selain itu persentase hasil belajar pun mengalami

peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus III. Pada siklus I hasil ketuntasan

belajar mencapai 38%, pada siklus II 77% dan untuk siklus III meningkat menjadi

(27)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada pelaksanaan penelitian

tindakan kelas dengan menggunakan penerapan metode eksperimen untuk

mengembangkan keterampilan proses sains siswa maka peneliti akan memberikan

saran untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas khususnya untuk mata pelajaran

IPA disekolah dasar sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik, sebaiknya guru membuat

perencanaan pembelajaran yang matang, agar pembelajaran dapat berjalan lebih

optimal. Selain itu penerapan metode eksperimen bisa dijadikan inovasi dan

alternatif dalam pembelajaran IPA yang dapat guru lakukan untuk mampu

mengembangkan keterampilan proses sains, dengan mengarahkan siswa terlibat

secara langsung dalam membangun pengetahuan baru, tidak hanya menjadi

subjek pasif dalam pembelajaran IPA ataupun dalam membangun pengetahuan

yang ingin mereka dapatkan, karena dari pengetahuan yang ditemukan sendiri

dapat membuat ingatan pada diri siswa lebih panjang dan hasil belajar siswa pun

dapat meningkat.

2. Bagi Sekolah

Sekolah seharusnya mendukung dan memotivasi guru untuk menerapkan model,

metode dan strategi pembelajaran yang inovatif dengan menyediakan sumber

belajar yang relevan dengan perkembangan kognitif siswa, sekolah dasar yang

berada pada fase konkrit. Sehingga rekonstruksi mereka dalam membangun

pengetahuan lebih baik lagi. Ataupun penulis sering melihat sumber belajar yang

dibiarkan berdebu tanpa dipakai oleh siswanya, semoga ke depannya dapat

didayagunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi siswanya.

3. Bagi Siswa

Dengan tekhnlogi yang saat ini sudah sangat berkembang siswa diharapkan dapat

memanfaatkannya untuk hal yang positif seperti mempelajari contoh-contoh

kegiatan eksperimen untuk siswa Sekolah Dasar, jangan malas membaca, karena

(28)

jika ingin mendapatkan pengetahuan baru, jangan hanya menunggu guru yang

memberikan pengetahuan tersebut. Tapi kita harus mencoba menggali

pengetahuan yang ingin kita dapat itu. Melalui media belajar buku, media

elektronik, media cetak ataupun lingkungan dimana siswa berada sebagai sumber

belajar kita.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dalam penerapan metode eksperimen disarankan tidak hanya menggunakan

invetigasi/penemuannya melalui percobaan saja, namun dengan inovasi dari

berbagai macam media pembelajaran, seperti buku, video dsb. Sehingga

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, Dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk guru SD, SLB, TK.

Bandung. CV Yrama Widya.

Astuti, D. S. (2012). Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan

Pemahaman Siswa Pada Materi Sifat-sifat Cahaya Dalam Pembelajaran IPA.

Skripsi Jurusan PGSD FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Depdikdas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata

Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Heriawan, A., Darmajari., & Senjaya, A. (2012). Metodologi Pembelajaran Kajian

Teoritis Praktis. Serang-Banten : LP3G (Lembaga Pembinaan dan

Pengembangan Profesi Guru)

Iskandar. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : GP Press Group

Mulyana, E.H. (2013). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Upi

Bandung : Tidak diterbitkan

Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.

Jakarta : Bumi Aksara

Nasution, N, dkk. (2008). Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Nendra. S. (2011). Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa tentang Pengaruh

Kegiatan Manusia Terhadap Keseimbangan Lingkungan dalam Pembelajaran

(30)

Rositawaty, S., & Muharam, Aris. (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 5

Untuk Kelas V SD/MI. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional

Ramdan, S. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry untuk

Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Ranah Kognitif

Siswa pada Pembelajaran Fisika. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA

UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Retnasari, D. (2014). Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada

Pembelajaran IPA Tentang Sifat-sifat Cahaya Dengan Penerapan Metode

Eksperimen. Skripsi Jurusan PGSD FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Indeks

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sulistyowati. E, & Wisudawati. A.W, (2014). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta

: Bumi Aksara.

Sunariah, E. R. (2012). Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar IPA Pada Pembelajaran IPA Tentang Energi Dan Perubahannya.

Skripsi Jurusan PGSD FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Sutopo, A. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan Nvivo. Jakarta :

Kencana Prenada Media Group.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara

(31)

Trianto. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Prestasi

Pustakaraya

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Gambar

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral Kemmis & Taggart  (dalam
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Tabel 3.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus III
+2

Referensi

Dokumen terkait

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL CHANGE /CRITERIA=PIN(.05)

Peneliti menginginkan pendapat anda mengenai “ PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL, GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA.. KARYAWAN

Hasil penelitian menunjukkan potensi produksi rata-rata 7,53 ton/ha, produktifitas rata-rata 5,43 ton/ha, nisbah luas panen dengan luas irigasi rata-rata 2,13, dan Aras

Dengan menggunakan akses internet melalui Ponsel maka informasi akan didapatkan dimana saja tidak mengenal waktu dan tempat dan tentunya informasi akan sampai dengan cepat. Untuk

[r]

Masalah yang timbul seperti tidak memilikinya database yang ditujukan untuk kerapihan data, penginputan data yang masih menggunakan manual sehingga pencatatan akan lebih lama.

Kesalahan Leksiko-Semantik Dina Karangan Narasi Siswa Kelas VII- C SMP Laboraturium Percontohan UPI Taun Ajaran 2013-2014.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penelitian lanjutan tersebut juga bermanfaat untuk mengetahui apakah pola ketergantungan untuk semua larutan asam berbentuk sama dengan pola ketergantungan pada larutan