PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD
DI KOTA BANDUNG
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Hanacundari Sumirah
1105073
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD DI KOTA BANDUNG
Oleh
Hanacundari Sumirah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© Hanacundari Sumirah 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Pembelajaran IPA di SD ... 7
B. Metode Pembelajaran Eksperimen ... 9
1. Pembelajaran dengan Metode Eksperimen ... 9
2. Tujuan Metode Eksperimen ... 10
3. Prosedur atau Langkah-langkah Metode Eksperimen ... 10
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Eksperimen .. 11
C. Keterampilan Proses Sains ... 11
D. Penerapan Metode Eksperimen untuk Mengembangkan Ketermpilan Proses Sains Siswa SD di Kota Bandung ... 13
E. Materi Tentang Tanah ... 15
G. Kerangka Berfikir ... 18
H. Definisi Operasional ... 19
BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN ... 20
A. Metode Penelitian ... 20
B. Desain Penelitian ... 21
C. Lokasi Penelitian ... 22
D. Subjek Penelitian ... 22
E. Waktu Penelitian ... 22
F. Instrumen Penelitian ... 23
G. Prosedur Penelitian ... 25
H. Pengolahan dan Keabsahan Data ... 30
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Temuan Penelitian ... 33
B. Pembahasan ... 64
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 68
A. Simpulan ... 68
B. Rekomendasi ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang
lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan
perkembangan intelektual siswa dalam lembaga formal proses reproduksi nilai dan
budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar sejumlah mata
pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam
pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi dijelaskan bahwa :
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelasjahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA adalah salah satu pelajaran yang sangat penting di sekolah dasar. IPA
bukan hanya sekumpulan ilmu dan pengetahuan. IPA juga mengandung cara-cara
untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan. Pembelajaran IPA merupakan studi
tentang masalah-masalah bagaimana manusia mengembangkan satu kehidupan yang
lebih baik, baik dalam arti diri sendiri maupun untuk kepentingan sesamanya. Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) pada hakikatnya merupakan ilmu yang membahas tentang
gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasari oleh fakta dan didapat
melalui percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana
dalam proses tersebut bersifat timbal balik. Pembelajaran pun merupakan kegiatan
investigasi terhadap permasalahan alam disekitarnya, setelah melakukan investigasi
Tujuan IPA sendiri tidak hanya menekankan pada upaya pencapaian
akademik melainkan juga berorientasi pada penanaman nilai-nilai IPA secara
komprehensif. KTSP menyatakan bahwa “pendekatan pembelajaran yang digunakan
untuk membelajarkan IPA adalah pendekatan yang berorientasi pada siswa”.
Pembelajaran IPA yang fokus kajiannya adalah gejala alam, pada dasarnya harus
dirancang sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan
rasa ingin tahu pada siswa. Diharapkan pembelajaran IPA dapat dikemas dengan baik
dan tidak ada kendala yang berarti.
Pada kenyataannya di lapangan peneliti menemukan bahwa pembelajaran IPA
dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Ketidaktahuan siswa mengenai kegunaan IPA
dalam aplikasi sehari-hari menjadi penyebab mereka lekas bosan dan tidak tertarik
pada pembelajaran IPA, Selain itu keaktifan dalam Keterampilan Proses Sains (KPS)
dalam pembelajaran IPA masih belum terlihat optimal, ada beberapa siswa yang
cenderung pendiam, dan tidak aktif dalam pembelajaran, ada juga siswa yang banyak
melamun, tidak konsentrasi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung, dan
ketika guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa, hanya ada beberapa siswa
saja yang aktif dan berani mengungkapkan pendapat dan bertanya kepada guru. Hasil
pengamatan sejauh ini pembelajaran IPA di SD Negeri yang ada di Kota Bandung
masih belum terlaksana secara baik dan maksimal sesuai dengan tuntutan kurikulum
yang ada. Keadaan ini erat kaitannya dengan beberapa faktor yang merupakan
penghambat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satunya
yaitu penggunaan metode mengajar masih konvensional misalnya ceramah atau
teacher center dimana guru hanya mengejar target kurikulum dan metode mengajar
mengarah pada hapalan, tanpa memperhatikan siswa sudah memahami atau belum.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa keterampilan proses sains
siswa cenderung rendah, siswa kurang diberi kesempatan untuk mengoptimalkan
panca indera yang ia miliki khususnya dalam hal mengamati. Dari segi aspek
keterampilan proses sains menyimpulkan juga masih rendah, hanya beberapa siswa
yang benar dalam hal meyimpulkan apa yang ditanyakan guru pada saat mengajar.
beberapa siswa saja yang aktif merespon pertanyaan guru, sedangkan kebanyakan
dari siswa kelas V tersebut masih tergolong malu-malu atau bingung dalam
mengkomunikasikan ide atau gagasan pada saat proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Hal ini diakibatkan dari penggunaan metode konvensional yang
dikembangkan guru terhadap pembelajaran, siswa hanya menerima materi
pembelajaran “transfer of knowlage “dari guru bukan siswa yang aktif membangun pengetahuan.
Dengan terjadinya kondisi yang demikian tentunya akan sangat berpengaruh
terhadap ketercapaian dari tujuan pembelajaran dalam hal ini akan berdampak pada
prestasi belajar siswa. Seperti halnya pada saat melakukan pembelajaran, peneliti
memperoleh data hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA, masih terdapat
siswa yang nilainya di bawah KKM, dari 26 siswa hanya 9 siswa (35%) yang nilainya
diatas KKM dan sisanya 17 siswa (65%) yang nilainya masih dibawah KKM. Banyak
faktor yang mampu mempengaruhi kurangnya motivasi siswa untuk mengikuti
pembelajaran, yang salah satunya adalah karena faktor kurang menariknya proses
pembelajaran yang sudah dilaksanakan bagi siswa serta alat belajar yang tidak
bervariasi.
Berdasarkan studi pendahuluan tadi, nampak ada masalah, dari
permasalahan-permasalahan yang muncul, maka ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut antara lain, metode eksperimen, metode
inquiry, model kontruktivisme, dan yang lainnya. Namun dalam penelitian ini peneliti
memutuskan untuk menerapan metode eksperimen yang dapat digunakan sebagai
solusi dalam meningkatkan keterampilan proses sains pada mata pelajaran IPA
tentang tanah. Terbukti dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sri Astuti
(2012), menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode eksperimen dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran
IPA di kelas V Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut ditunjukkan pada siklus I sebesar
76%, siklus II sebesar 88%, dan siklus III sebesar 100%.
Metode eksperimen menurut Djamarah (dalam Heriawan, A., Darmajari., &
percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar
mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami
sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan
menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Berdasarkan uraian diatas
penulis tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul
“PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD DI KOTA BANDUNG”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan umum masalah
penelitian ini adalah “bagaimanakah penerapan metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada mata pelajaran
IPA?”
Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus di
buat tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan penerapkan
metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada
pembelajaran IPA materi tanah di SD kelas V?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode
eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada pembelajaran
IPA materi tanah di SD kelas V?
3. Bagaimanakah perkembangan keterampilan proses sains pada mata pelajaran IPA
materi tanah di SD kelas V yang menerapkan metode eksperimen pada proses
pembelajarannya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum penelitian ini
mengembangkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada mata pelajaran
IPA. Tujuan khusus penelitian ini terdiri dari tiga pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Memperoleh perencanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode
eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada pembelajaran
IPA materi tanah di SD kelas V.
2. Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen
untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada mata pelajaran IPA materi
tanah di SD kelas V.
3. Mendeskripsikan perkembangan keterampilan proses sains (hasil) pada mata
pelajaran IPA materi tanah di SD kelas V yang menerapkan metode eksperimen
pada proses pembelajarannya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi pengembangan teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi mengenai penerapan metode eksperimen pada
pembelajaran IPA di SD kelas V.
b. Memberi informasi dan bukti empiris mengenai perkembangan keterampilan
proses sains siswa berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran eksperimen
2. Manfaat Praktis
Manfaat penelitian bagi guru yaitu:
a. Menambah wawasan atau memperluas wawasan dan kompetensi mengenai
penerapan metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains
siswa SD dalam pembelajaran
b. Meningkatkan keterampilan dalam menerapkan menerapkan metode
pembelajaran sehingga guru dapat melaksanakan pembelajaran lebih bervariasi.
Manfaat penelitian bagi siswa yaitu :
a. Siswa akan memperbaiki kualitas keterampilan proses sains pada mata pelajaran
b. Siswa akan mendapatkan motivasi sehingga bisa bersemangat untuk
mengembangkan Keterampilan Proses Sains pada mata pelajaran IPA.
Manfaat penelitian bagi sekolah yaitu :
a. Turut memberi sumbangan dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah dengan
siswa yang mempunyai kemampuan yang baik dalam keterampilan proses sains.
Manfaat penelitian bagi LPTK yaitu :
a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan motivasi untuk peneliti selanjutnya
sehingga memberikan inovasi dalam penerapan metode eksperimen untuk
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian tindakan ini dikembangkan dengan menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sudah dikenal
lama dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action
Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian
tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru dan dosen di kelas (sekolah dan
perguruan tinggi) tempat ia mengajar yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan
kualitas dan kuantitas proses pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Kelas suatu
kegiatan ilmiah yang terdiri dari Penelitian+Tindakan+Kelas.
a. Penelitan merupakan kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas merupakan sekelompok siswa yang sama dan menerima pelajaran yang
sama dari seorang guru.
Menurut Suharsimi, Arikunto. (dalam Iskandar. Hlm. 20) menyatakan bahwa
“Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersamaan”. Menurut Kunandar (dalam Iskandar. Hlm. 21) Penelitian Tindakan (Action Research) merupakan suatu kegiatan yang dilakuakn
oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (Kolaborasi) yang bertujuan untuk
memperbaiki/meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.
dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diantaranya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru dan dosen atau pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal dalam proses pembelajaran di kelas. (hlm. 21)
B. Desain Penelitian
Desain Penelitian berisi tahapan kegiatan pembelajaran penelitian tindakan
kelas yang akan dilaksanakan sebanyak tiga siklus dimana tahapan ini adalah tahap
perencanaan, pelaksanaan dan observasi tindakan, ketiga hal ini sangat penting
dilaksanakan karena merupakan hal pokok dalam pelaksanaan penelitian, ketika hasil
pelaksanaan pembelajaran pada siklus atau kegiatan pertama terlihat kurang
memuaskan maka akan diperbaiki pada pertemuan selanjutnya, dan dicarikan
solusi-solusi terbaik untuk kegiatan pembelajaran pada siklus II, begitupun selanjutnya
untuk siklus III.
Desain Penelitian yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas disesuaikan
dengan model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart, Model Kemmis dan
Mc Taggart (dalam Trianto. 2011. hlm 30-31) merupakan pengembangan dari konsep
dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin, hanya saja komponen acting dan observing
dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan,
terjadi dalam waktu yang sama.
Dalam perencanaannya, Kemmis menggunakan system spiral refleksi diri
yang dimulai dengan rencana (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing),
refleksi (reflecting) dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu
ancang-ancang, pemecahan masalah. Pola dasar model PTK menurut Kemmis &
Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral Kemmis & Taggart (dalam
Trianto. 2012.)
C. Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di salah satu SD Negeri yang ada
di Kota Bandung. Sekolah tersebut dijadikan sebagai tempat penelitian karena peneliti
melaksanakan Pendidikan Lapangan Propesi (PLP) di lembaga tersebut. Yang diteliti
adalah tentang penerapan metode eksperimen untuk mengembangkan Keterampilan
Proses Sains pada mata pelajaran IPA kelas V.
D. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini adalah siswa kelas V SD yang
terdiri dari 26 siswa dengan komposisi laki-laki 9 orang dan perempuan 17 orang.
Subjek yang akan diteliti adalah siswa SD Negeri Kota Bandung. Penelitian
dilakukan di kelas V dengan alasan adanya kekurangan dalam keterampilan proses
sains siswa terhadap materi tentang tanah.
E. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2014/2015. Tepatnya pada bulan April 2015, yaitu diadakan pada tanggal 23 April
hari Kamis tanggal 23 April 2015, siklus II pada hari Senin tanggal 27 April 2015 dan
siklus III pada hari Selasa 12 Mei 2015.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu instrument
pembelajaran dan instrument pengumpulan data. Instrument pembelajaran merupakan
semua perangkat yang menjadi penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran,
sedangkan instrument pengumpulan data merupakan perangkat yang digunakan untuk
memperoleh data dan informasi yang diperlukan.
1. Instrumen pembelajaran
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Menurut Muslich, M. 2008. hlm 53. Perencanaan pembelajaran atau biasa
disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran
mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun
yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena
itu, RPP harus mempunyai daya terap (applicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan
yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi
lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan
profesinya. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dimaksud pada penelitian
ini adalah RPP yang digunakan selama pembelajaran berlangsung dengan
menerapkan langkah-langkah metode eksperimen yang ada pada kegiatan inti.
b. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan eksperimen seperti:
1) Tanah Liat
2) Tanah Kebun
3) Tanah Humus
4) Gelas Plastik
5) Air
6) Pengaduk
8) Tanaman
c. Buku
d. Papan Tulis
e. Penghapus
f. Spidol
g. Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Instrument Pengungkap Data Penelitian
Menurut Trianto. 2011. hlm. 55. Instrument merupakan bagian yang tidak
kalah pentingnya dalam pelaksanaan PTK. Jenis instrument harus sesuai dengan
karakteristik variabel yang diamati. Instrument penelitian digunakan selama tindakan
berlangsung. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk membantu kelancaran
penelitian dan untuk melihat perkembangan proses PTK. Instrument yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
a. Lembar Observasi (Non Tes)
Lembar observasi besifat terstuktur, yaitu sudah terdapat pedoman-pedoman
terinci yang berisi langkah-langkah yang dilakukan sehingga pengamat tinggal
melakukan deskripsi mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh
guru. Lembar Observasi terdiri dari :
1) Lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola Proses Belajar Mengajar
(PBM)
Lembar ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola
PBM. Lembar ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan guru, direkam atau
diungkap melalui observasi dilakukan oleh tiga orang observer (teman sejawat)
2) Lembar Pengamatan Aktivitas siswa dalam Proses Belajar Mengajar (PBM)
Lembar ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam PMB.
Lembar ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan siswa. direkam atau
diungkap melalui observasi dilakukan oleh tiga orang observer (teman sejawat)
b. Lembar Kerja Siswa (Tes)
Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa LKS buatan guru. LKS
pertanyaan-pertanyaan mengenai percobaan yang telah dilakukan yang harus dijawab oleh siswa.
Pertanyaan-pertanyaan dalam LKS bertujuan untuk mengukur keterampilan proses
sains siswa. Pemilihan materi LKS mengacu pada indikator yang terdapat dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir) dan indikator yang ada dalam
keterampilan proses sains yang akan diukur.
c. Catatan Lapangan
Menurut Trianto. 2011. hlm 55-57. Masalah utama dalam observasi adalah
bagaimana bisa mengingat data lapangan dalam kurun waktu cukup lama, sebab
seringkali tidak mungkin mengobservasi sambil membuat catatan yang rinci, untuk
kemudian mencatatnya dengan rinci dalam bentuk catatan lapangan. Catatan lapangan
berisi rangkuman seluruh data lapangan yang terkumpul selama sehari atau periode
tertentu, yang disusun berdasarkan catatan pendek, catatan harian dan juga mencakup
data terkait yang berasal dari dokumen, rekaman, dan catatan telaah dan pemahaman
terhadap situasi sosial yang bersangkutan.
Catatan : lembar observasi lampiran 3.13, 3.14 dan 3.15 dan tes Lembar Kerja Siswa
(LKS) lampiran 2.7, 2.8 dan 2.9.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan ditempuh terdiri atas III siklus yang saling
berkaitan dan berkesinambungan.
1. Tahap Perencanaan
a. Menyusun Proposal penelitian
b. SK pembimbing
c. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah selaku pimpinan sekolah.
d. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode pembelajaran
eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains.
e. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis metode pembelajaran
eksperimen untuk meningkatkan keterampilan proses sains
g. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)
h. Membuat instrument yang digunakan dalam siklus PTK.
2. Tahap Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan Tindakan Kelas ini terdiri dari tiga siklus dan akan dilakukan
sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. Langkah-langkah yang peneliti
laksanakan adalah sebagai berikut :
1. Siklus I
Tabel 3.1
Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I
No. Kegiatan Bulan April Minggu ke-
1 2 3 4
1. Perencanaan
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan menerapkan langkah-langkah
metode pembelajaran eksperimen
b. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai
dengan indikator yang ingin dicapai
c. Merencanakan alat dan bahan yang diperlukan
dalam pembelajaran
d. Membuat lembar observasi aktivitas guru, lembar
obsevasi aktivitas siswa dan catatan lapangan
√
2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
dilaksanakan berdasarkan RPP yang dibuat pada
siklus I yang meliputi, pembukaan, kegiatan inti
dan penutup. Dalan pelaksanaan pembelajaran
pada penelitian ini terdapat langkah-langkah
metode eksperimen diantaranya :
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran eksperimen
yang akan dilakukan
c. Menjelaskan alat dan bahan yang akan
dipergunakan dalam kegiatan eksperimen
d. Menjelaskan fungsi alat dan bahan yang akan
dipergunakan dalam kegiatan eksperimen
e. Membimbing dan memfasilitasi siswa untuk
memulai percobaan dengan bimbingan guru
f. Mendiskusikan kesimpulan hasil percobaan
3. Observasi
observasi dilakukan pada waktu tindakan sedang
berjalan. Pada tahap ini peneliti melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal yang
diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan
tindakan berlangsung serta meminta observer
untuk mengamati dan mencatat proses
pembelajaran terutama aktivitas guru dan siswa
selama pembelajaran. Selain observasi dilakukan
juga tes berupa Lembar Kerja Siswa (LKS)
√
4. Refleksi
Setelah peneliti melaksanakan pembelajaran
dengan diamati oleh observer, maka peneliti
melakukan refleksi. Data diperoleh dari lembar
observasi aktivitas guru dan siswa sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran eksperimen.
Peneliti dan observer melakukan tanya jawab
guna menemukan masalah yang timbul dalam
pembelajaran dengan penerapan metode
eksperimen hal ini dimaksud untuk melakukan
perbaikan pada siklus II, sehingga diharapkan
pada siklus II lebih baik dan ada peningkatan lagi
keterampilan proses sains siswanya.
2. Siklus II
Tabel 3.2
Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II
No. Kegiatan Bulan April Minggu ke-
1 2 3 4
1. Perencanaan
Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) berdasarkan dari hasil
refleksi yang telah dilakukan pada siklus I dan
merencanakan alat dan bahan yang akan
digunakan pda pembelajaran siklus II
√
2. Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran dengan metode
pembelajaran eksperimen dengan memperhatikan
perencanaan yang disusun sebelumnya sesuai
dengan hasil refleksi pada siklus I.
√
3. Observasi
Peneliti dibantu oleh para observer yang bertugas
mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa
pada saat proses pembelajaran.
√
4. Refleksi
Peneliti dibantu oleh para observer melakukan
refleksi terhadap pelaksanaan siklus II untuk
memperbaiki di siklus selanjutnya, serta untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan ketika
pelaksanaan siklus.
3. Siklus III
Tabel 3.3
Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus III
No. Kegiatan Bulan Mei Minngu ke-
1 2 3 4
1. Perencanaan
Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) berdasarkan dari hasil
refleksi yang telah dilakukan pada siklus II dan
merencanakan alat dan bahan yang akan
digunakan pda pembelajaran siklus III
√
2. Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran dengan metode
pembelajaran eksperimen dengan memperhatikan
perencanaan yang disusun sebelumnya sesuai
dengan hasil refleksi pada siklus II.
√
3. Observasi
Peneliti dibantu oleh para observer yang bertugas
mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa
pada saat proses pembelajaran.
√
4. Refleksi
Peneliti dibantu oleh para observer melakukan
refleksi terhadap pelaksanaan siklus III untuk
memperbaiki di siklus selanjutnya, serta untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan ketika
pelaksanaan siklus.
H. Pengolahan dan Keabsahan Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan menjadi dua kelompok
data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang
berisikan informasi atau dinyatakan dengan kata-kata.
a. Analisis Data Kualitatif
Aktivitas dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman (dalam
Sutopo, 2010, hlm. 7) yang telah dimodifikasi oleh peneliti sebagai berikut:
1) DataReduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu
dicatat secara teliti.Mereduksi data berarti merangkum, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, serta membuang yang tidak perlu.
2) Klasifikasi Data
Data yang telah diperoleh dari lapangan dikelompokkan berdasarkan aktivitas
guru dan aktivitas siswa kedalam jenis-jenis kegiatan pembelajaran berupa kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
3) Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk teks
yang bersifat naratif dan grafik.
4) Analisis Data
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menafsirkan kegiatan pembelajaran yang
sudah baik dan belum baik sesuai rencana.Kegiatan yang belum baik dicari
penyebabnya dan memberikan solusi untuk memperbaikinya.
5) Penarikan Kesimpulan
Kegiatan ini dilakukan untuk menyimpulkan hasil pengolahan data.
b. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes berupa LKS untuk mengetahui sejauh
mana perkembangan keterampilan proses sains siswa. Adapun pengolahan data
kuantitatifnya adalah sebagai berikut:
Skor yang diperoleh siswa dalam tes yang berupa LKS kemudian diubah
dalam bentuk presentase yang menggunakan rumus:
(Aqib, Zainal, dkk, 2009, hlm 40)
2)Penghitungan Data Rata-rata Nilai Kelas
� =
∑�� (Aqib, Zainal, dkk, 2009, hlm 40)Keterangan :
� = Nilai rata-rata kelas
∑x = Jumlah nilai yang diperoleh peserta tes
n = Jumlah peserta tes
3)Mengolah Data Lembar Kerja Siswa mengenai KPS
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan bertujuan untuk mengetahui
pencapaian keterampilan proses sains siswa. Pencapaian KPS siswa dilihat dari IPK
(Indeks Prestasi Kelompok), disamping itu pun ketuntasan belajar IPA dapat
ditentukan berdasarkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah
ditetapkan sekolah yakni 70. Menghitung IPK untuk menentukan kategori pencapaian
KPS menggunakan rumus sebagai berikut:
Panggabean, 1989 (Sa’adah, 2011)
Keterangan :
IPK = Indeks Pencapaian Kelompok
Mean = Rata-rata Kelas
SMI = Skor maksimum jika soal benar semua
Untuk menentukan kategori IPK pada capaian KPS dari segi
intelektual/kognitif mengacu pada Tabel 3.1 berikut ini. Nilai = u a
a a X 100
IPK = Mea
Tabel 3.4 . Klasifikasi Persentase IPK
Presentase Kategori
>90% Sangat Terampil
75% - 89% Terampil
55% - 74% Cukup Terampil
31% - 54% Kurang Terampil
<30% Sangat Kurang Terampil
Panggabean, 1989 (Sa’adah) b. Keabsahan Data
Keabsahan data pada penelitian kualitatif membuktikan nilai kebenaran data
dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa dan filed notes. Dalam penelitian ini
keabsahan data dibuktikan dengan tiga hal, yaitu :
1) Alat pengumpul data berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang
bersifat terbuka.
2) Alat pengumpul data berupa LKS disusun sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi dan mengacu pada indikator Keterampilan Proses Sains.
3) Teknik Triangulasi Data
“Triangulasi, yaitu pengecekan data dari berbagai sumber” (Sugiyono, 2013,
hlm. 372). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa triangulasi
merupakan kegiatan membandingkan data kualitatif dari satu sumber dengan sumber
yang lainnya. Oleh sebab itu, untuk menguji kredibilitas data kualitatif, maka data
filed notes, lalu dicek dengan hasil observasi aktivitas guru dan siswa dari observer
dan peneliti (guru).
Filed Notes
Observer Peneliti
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana dideskripsikan
pada Bab IV, penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut.
1. Perencanaan dengan menerapkan metode eksperimen pada materi Tanah di kelas
V SD di kota Bandung pada dasarnya disusun dengan sistematika yang sama
dengan RPP yang biasa dibuat oleh guru. Namun demikian, RPP yang disusun
dengan menerapkan metode eksperimen memiliki ciri khas dalam kegiatan
intinya, yaitu memuat langkah-langkah yang ada pada metode eksperimen,
langkah-langkah tersebut adalah : menjelaskan tujuan eksperimen, memahami
masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen, menjelaskan tentang alat-alat
serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus
dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat, selama
eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu
memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya
eksperimen dan setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil
penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya
jawab. Perencanaan dalam penelitian ini mengalami perubahan dan perbaikan
secara bertahap berdasarkan hasil refleksi. Perencanaan untuk setiap siklus pada
umumnya sama, tetapi ada beberapa perbedaan. Perbedaan pada setiap siklus
tergantung dari hasil observasi serta refleksi dari siklus sebelumnya. Sehingga
perencanaan pembelajaran pada siklus selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Perencanaan ini juga dijadikan sebagai acuan selama penelitian berlangsung.
2. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode eksperimen pada
mata pelajaran IPA materi Tanah di kelas V SD Negeri di Kota Bandung dapat
meningkatkan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran. Aktivitas yang
dilakukan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen
kemudian siswa menyimpulkan hasil eksperimen yang telah dilakukan dan
mengkomunikasikan dengan membuat laporan hasil pengamatan. Adapun
aktivitas yang dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran diantaranya,
menjelaskan tujuan eksperimen yang akan dilakukan, menjelaskan alat dan bahan
yang akan digunakan dalam kegiatan eksperimen, membimbing siswa dalam
kegiatan eksperimen dan langkah terakhir mengumpulkan hasil eksperimen,
mendiskusikan dan mengevaluasi, agar kegiatan tersebut mempunyai makna dan
siswa dapat mengetahui secara benar kesimpulan dari kegiatan eksperimen yang
telah dilakukan pada pembelajaran IPA.
3. Perkembangan keterampilan proses sains siswa setelah diterapkannya metode
eksperimen dapat dikatakan meningkat. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil
tes LKS yang mencakup indikator keterampilan proses sains di setiap siklusnya.
Perolehan persentase keterampilan proses sains hasil tes LKS Keterampilan
proses sains siswa maupun persentase hasil belajar siswa meningkat dari siklus I
sampai dengan siklus III. Pada siklus I persentase keterampilan proses sains siswa
pada aspek keterampilan mengamati 44% dengan kategori kurang terampil, untuk
pencapaian aspek keterampilan menyimpulkan sebesar 52% dengan kategori
kurang terampil. Untuk pencapaian aspek keterampilan mengkomunikasikan
sebesar 54% dengan kategori kurang terampil. Pada siklus II mengalami
peningkatan yakni untuk aspek keterampilan mengamati meningkat menjadi 83%
dengan kategori terampil, untuk aspek menyimpulkan menjadi 75% dengan
kategori terampil serta aspek keterampilan mengkomunikasikan menjadi 73%
dengan kategori cukup terampil. Dan pada siklus III untuk aspek mengamati
menjadi 98% kategori sangat terampil, untuk aspek keterampilan menyimpulkan
sebesar 87% kategori terampil serta aspek keterampilan mengkomunikasikan
sebesar 83% kategori terampil. Selain itu persentase hasil belajar pun mengalami
peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus III. Pada siklus I hasil ketuntasan
belajar mencapai 38%, pada siklus II 77% dan untuk siklus III meningkat menjadi
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada pelaksanaan penelitian
tindakan kelas dengan menggunakan penerapan metode eksperimen untuk
mengembangkan keterampilan proses sains siswa maka peneliti akan memberikan
saran untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas khususnya untuk mata pelajaran
IPA disekolah dasar sebagai berikut.
1. Bagi Guru
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik, sebaiknya guru membuat
perencanaan pembelajaran yang matang, agar pembelajaran dapat berjalan lebih
optimal. Selain itu penerapan metode eksperimen bisa dijadikan inovasi dan
alternatif dalam pembelajaran IPA yang dapat guru lakukan untuk mampu
mengembangkan keterampilan proses sains, dengan mengarahkan siswa terlibat
secara langsung dalam membangun pengetahuan baru, tidak hanya menjadi
subjek pasif dalam pembelajaran IPA ataupun dalam membangun pengetahuan
yang ingin mereka dapatkan, karena dari pengetahuan yang ditemukan sendiri
dapat membuat ingatan pada diri siswa lebih panjang dan hasil belajar siswa pun
dapat meningkat.
2. Bagi Sekolah
Sekolah seharusnya mendukung dan memotivasi guru untuk menerapkan model,
metode dan strategi pembelajaran yang inovatif dengan menyediakan sumber
belajar yang relevan dengan perkembangan kognitif siswa, sekolah dasar yang
berada pada fase konkrit. Sehingga rekonstruksi mereka dalam membangun
pengetahuan lebih baik lagi. Ataupun penulis sering melihat sumber belajar yang
dibiarkan berdebu tanpa dipakai oleh siswanya, semoga ke depannya dapat
didayagunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi siswanya.
3. Bagi Siswa
Dengan tekhnlogi yang saat ini sudah sangat berkembang siswa diharapkan dapat
memanfaatkannya untuk hal yang positif seperti mempelajari contoh-contoh
kegiatan eksperimen untuk siswa Sekolah Dasar, jangan malas membaca, karena
jika ingin mendapatkan pengetahuan baru, jangan hanya menunggu guru yang
memberikan pengetahuan tersebut. Tapi kita harus mencoba menggali
pengetahuan yang ingin kita dapat itu. Melalui media belajar buku, media
elektronik, media cetak ataupun lingkungan dimana siswa berada sebagai sumber
belajar kita.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam penerapan metode eksperimen disarankan tidak hanya menggunakan
invetigasi/penemuannya melalui percobaan saja, namun dengan inovasi dari
berbagai macam media pembelajaran, seperti buku, video dsb. Sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, Dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk guru SD, SLB, TK.
Bandung. CV Yrama Widya.
Astuti, D. S. (2012). Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa Pada Materi Sifat-sifat Cahaya Dalam Pembelajaran IPA.
Skripsi Jurusan PGSD FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan
Depdikdas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata
Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
Heriawan, A., Darmajari., & Senjaya, A. (2012). Metodologi Pembelajaran Kajian
Teoritis Praktis. Serang-Banten : LP3G (Lembaga Pembinaan dan
Pengembangan Profesi Guru)
Iskandar. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : GP Press Group
Mulyana, E.H. (2013). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Upi
Bandung : Tidak diterbitkan
Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta : Bumi Aksara
Nasution, N, dkk. (2008). Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Nendra. S. (2011). Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa tentang Pengaruh
Kegiatan Manusia Terhadap Keseimbangan Lingkungan dalam Pembelajaran
Rositawaty, S., & Muharam, Aris. (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 5
Untuk Kelas V SD/MI. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional
Ramdan, S. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Ranah Kognitif
Siswa pada Pembelajaran Fisika. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA
UPI Bandung : Tidak Diterbitkan
Retnasari, D. (2014). Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada
Pembelajaran IPA Tentang Sifat-sifat Cahaya Dengan Penerapan Metode
Eksperimen. Skripsi Jurusan PGSD FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Indeks
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sulistyowati. E, & Wisudawati. A.W, (2014). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta
: Bumi Aksara.
Sunariah, E. R. (2012). Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Pada Pembelajaran IPA Tentang Energi Dan Perubahannya.
Skripsi Jurusan PGSD FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan
Sutopo, A. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan Nvivo. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara
Trianto. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Prestasi
Pustakaraya
Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.