PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN
TROUBLESHOOTING PADA SIMULATOR SISTEM
PESAWAT UDARA UNTUK MENINGKATKAN FAULT-FREE
PERFORMANCE
(Suatu Studi Pada Mata Kuliah Praktik Sistem Pesawat Udara di Program Studi Teknik Pesawat Udara STPI- Curug)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Program Studi Pengembangan Kurikulum
Disusun Oleh: Wira Gauthama
NIM 1201063
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN
TROUBLESHOOTING PADA SIMULATOR SISTEM
PESAWAT UDARA UNTUK MENINGKATKAN FAULT-FREE
PERFORMANCE
(Suatu Studi Pada Mata Kuliah Praktik Sistem Pesawat Udara di Program
Studi Teknik Pesawat Udara STPI- Curug)
Oleh Wira Gauthama
S.T Universitas Mercu Buana Jakarta, 2001
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pengembangan Kurikulum
© Wira Gauthama 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2014
Hak Cipta dilindungi undang – undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRAK
Wira Gauthama, Pengembangan Modul Pembelajaran Troubleshooting Pada Simulator Sistem Pesawat Udara Untuk Meningkatkan Fault-Free Performance (Suatu Studi Pada Mata Kuliah Praktik Sistem Pesawat Udara di Program Studi Teknik Pesawat Udara STPI- Curug). Tesis Pada Program Studi Pengembangan Kurikulum SPs Universitas Pendidikan Indonesia.
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya pencapaian fault-free performance
pembelajaran troubleshooting sistem pesawat udara mahasiswa program Diploma III Program Studi Teknik Pesawat Udara (Prodi TPU) Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Curug Tangerang. Sebagai pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar melakukan langkah – langkah kritikal dalam
troubleshooting sistem pesawat udara dengan benar dan tanpa kegagalan yang dipandu oleh modul, pembelajaran ini dipengaruhi oleh faktor kesiapan simulator, kesiapan mahasiswa dan efektifitas modul. Studi pendahuluan memperlihatkan penyebab rendahnya pencapaian tersebut adalah tidak efektifnya modul dalam mengarahkan mahasiswa untuk melakukan troubleshooting dengan benar dan tanpa kegagalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi pembelajaran troubleshooting saat ini, mendesain modul belajar yang mampu meningkatkan fault-free performance, membuat langkah – langkah implementasinya dalam pembelajaran, membuat suatu bentuk penilaian fault-free
performance dan menganalisis dampak penggunaan modul belajar. Dengan
menggunakan metodologi Research and Development, penelitian dilakukan terhadap 56 mahasiswa Diploma III TPU Angkatan ke-11 melalui tiga tahap utama penelitian yaitu studi pendahuluan, tahap perencanaan dan penyusunan modul serta tahap pengembangan dan ujicoba modul sampai ditemukannya modul yang efektif meningkatkan fault-free performance sebagai hasil uji coba lebih luas. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap dosen, studi dokumentasi pada dokumen kurikulum dan modul, kuesioner kepada mahasiswa, tes hasil belajar dan observasi praktik. Temuan penelitian adalah suatu modul pembelajaran yang efektif meningkatkan fault-free performance diperlihatkan dengan perhitungan statistik t-hitung ≥ t-tabel pada uji terbatas dan lebih luas serta
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kata Kunci : fault-free performance, troubleshooting, modul pembelajaran ABSTRACT
Wira Gauthama, The Development of Student Troubleshooting Learning Module of Aircraft System Maintenance Simulator in Increasing the Achievement of Fault-Free Performance (A Study in the Aircraft System Maintenance Practical Learning of Aircraft Maintenance Training Study Programme, STPI Curug-Tangerang). A Thesis in Curriculum Development Study, Postgraduate School of Indonesia University of Education.
This research study is based on a fact of a low student’s achievement in fault-free performance competency in the Aircraft System Maintenance Practical Learning of Aircraft Maintenance Training Study Programme, STPI Curug - Tangerang. As a part of maintenance training with its learning objective is the student’s experiencing how to establish the critical steps in aircraft system troubleshooting process correctly and without any faults, it is affected by the readiness of simulator, readiness of students, and learning module’s efectiveness. The result of prelimenary study shows that the predominant factor of low achievement is that the learning module has a low impact to the ability of students in establishing the troubleshooting steps correctly and without any faults. The specific objectives of this study are to identify the recent learning condition, designing a type of learning module which has an effectiveness to increase the fault-free performance, designing its learning implementation steps, designing an appropriate evaluation, and to analyze the instructional outcome of implemented learning module. By the methodology of Research and Development which is divided into three main phase : prelimenary study, planning and designing phase, and development and tryout phase, 56 students of study programme Diploma III Aircraft Maintenance Training division are involved as the research sample. Data collecting method is established by teacher’s interview, documentation research, students’s questionaire, test results, and observation of practical learning session. The results of study presents that by the result of t-values ≥ t-tables in each phase of modules
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sub-competencies in troubleshooting as the enabling objectives namely the ability of students in identifying the malfunction, determining the malfunction’s severity, elimination the cause, and replacing or repairing discrepants components.
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ....... 1
B.Identifikasi Masalah ... 7
C.Rumusan Masalah ... 9
D.Pertanyaan Penelitian ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 10
1. Tujuan Umum ... 10
2. Tujuan Khusus ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 11
G.Definisi Operasional ... 12
BAB II KAJIAN TEORI ... 13
A.Pengertian dan Konsep Dasar Pembelajaran ... 13
1. Konsep Dasar Pembelajaran ... 13
a. Pembelajaran Individual Berbasis Kompetensi ... 16
b. Pembelajaran Troubleshooting dan Human Performance .. 18
2. Konsep Pembelajaran Untuk Orang Dewasa (Teori Andragogi) ... 21
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Konsep Dasar Modul Pembelajaran ... 24
b. Karakteristik Pengajaran Dengan Menggunakan Modul .... 29
c. Komponen – Komponen Modul Pembelajaran ... 31
d. Langkah Pengembangan Modul ... 35
e. Kriteria Evaluasi Modul ... 39
4. Modul Pembelajaran Troubleshooting ... 40
B.Simulator Perawatan Sistem Pesawat Udara ... 43
1. Konsep Dasar Media Pembelajaran ... 43
2. Karakteristik Simulasi dan Simulator ... 45
a. Karakteristik Simulasi ... 45
b. Karakteristik Simulator ... 47
3. Model Pembelajaran dengan Simulasi ... 49
C.Kompetensi Fault-Free Performance dalam Pembelajaran Troubleshooting di Simulator ... 51
1. Pengertian dan Konsep Dasar Kompetensi ... 52
2. Kompetensi Fault-Free Performance ... 54
a. Fault-Free Performance Dalam Perawatan Pesawat Udara... 54 b. Karakteristik dan Indikator Fault-Free Performance Dalam Simulasi Perawatan Sistem Pesawat Udara ... 56
c. Penyebab Fault-Performance Dalam Pembelajaran Troubleshooting di Simulator ... 58
D.Penelitian Yang Relevan ... 60
E. Kerangka Berpikir ... 60
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 64
A.Metode Penelitian ... 64
B.Prosedur Penelitian ... 65
1. Tahap Studi Pendahuluan (Prelimenary Study) ... 69
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Troubleshooting ...
3. Tahap Pengembangan dan Uji Coba ... 72
C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 73
D.Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 74
E. Teknik Analisis Data ... 76
F. Waktu Penelitian ... 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78
A.Hasil Penelitian ... 78
1. Hasil Studi Pendahuluan ... 78
a. Kegiatan dan Pandangan Mahasiswa Dalam Pembelajaran Troubleshooting... 79
b. Pandangan dan Kondisi Dosen Dalam Pembelajaran Troubleshooting ... 92
c. Penilaian Dosen Pendamping Terhadap Modul atau Manual Pembelajaran Troubleshooting Saat ini ... 104
2. Perencanaan dan Penyusunan Modul Pembelajaran ... 106
a. Tahap Perencanaan Modul ... 106
b. Perencanaan subjek ujicoba, lokasi dan waktu ujicoba (uji lapangan) ... 110
c. Tahap kegiatan penyusunan draft modul pembelajaran ... 110
d. Tahap Justifikasi Reviewer Modul dan Ahli Materi ... 110
3. Hasil Pengembangan dan Uji Coba Lapangan Modul ... 117
a. Hasil Uji Coba Terbatas ... 117
b. Refleksi Terhadap Hasil Uji Coba Terbatas 1 – 4 ... 133
c. Hasil Uji Coba Lebih Luas ... 142
B.Pembahasan ... 161
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Modul Pembelajaran Troubleshooting pada Pembelajaran
Mata Kuliah Perawatan Sistem Pesawat Udara ... 174
a. Pengembangan Modul Troubleshooting ... 174
b. Implementasi Modul Troubleshooting Dalam Pembelajaran ... 178
c. Penilaian Pencapaian Fault-Free Performance Dalam Troubleshooting ... 183
d. Produk Pengembangan ... 186
e. Karakteristik dan Analisis ... 187
3. Dampak Penggunaan Modul Pembelajaran Troubleshooting Terhadap Fault-Free Performance Mahasiswa ... 190
a. Hasil Belajar Mahasiswa Secara Umum ... 190
b. Peningkatan Fault-Free Performance Mahasiswa ... 192
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 201
A. Simpulan ... 201
B. Rekomendasi ... 203
DAFTAR PUSTAKA ... 204
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Perkembangan dan pengaruh globalisasi transportasi udara dalam dekade
terakhir ini berpengaruh langsung terhadap peningkatan kebutuhan dan kualifikasi
tenaga teknisi pesawat udara. Salah satu pengaruh globalisasi dalam cakupan
regional negara – negara di Asia Tenggara berwujud dalam bentuk ASEAN Single
Aviation Market (ASAM) tahun 2015 atau dikenal sebagai “ASEAN Open Skies”,
yang berdampak langsung terhadap estimasi tambahan tenaga kerja bidang
penerbangan dengan berbagai tingkatan kecakapan dan keterampilan (Sutarmadji,
2012). Kebutuhan ini tentu diharapkan dapat dipenuhi dari sekolah – sekolah
vokasional, baik di tingkat menengah maupun tingkat perguruan tinggi.
Sebagai salah satu perguruan tinggi kedinasan di bawah Kementerian
Perhubungan Republik Indonesia, maka Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia
(STPI) Curug mengemban amanah Undang – Undang Penerbangan No. 1 Tahun
2009 untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan teknisi pesawat udara melalui
program studi teknik pesawat udara selain juga sebagai pendidikan tinggi yang
menjadi bagian dari pendidikan nasional yang diatur dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta UU No. 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi. Program Studi Teknik Pesawat Udara (Prodi TPU) STPI
Curug mempunyai peran signifikan untuk menghasilkan lulusan – lulusan yang
dapat mengisi dan memanfaatkan salah satu peluang bertambahnya kesempatan
kerja sebagai keuntungan dari ASEAN Open Skies di bidang perawatan pesawat
udara.
Pendidikan nasional dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
2
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri. Sebagai pendidikan tinggi, STPI
Curug menyelenggarakan pendidikan vokasi program diploma yang
diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat untuk
mengembangkan keterampilan dan penalaran dalam penerapan Ilmu Pengetahuan
dan atau Teknologi, dengan misi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
serta penelitian teknologi terapan di bidang penerbangan dalam rangka
mencerdaskan bangsa dengan menciptakan sumber daya manusia penerbangan
yang memiliki iman dan taqwa, berkualitas internasional, mampu bersaing,
mandiri dan profesional. Program Studi Teknik Pesawat Udara (Prodi TPU) STPI
Curug berfungsi untuk melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penelitian
teknologi terapan dalam bidang perawatan pesawat udara.
Penerbangan, dalam Undang – Undang No. 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang mempunyai
karakteristik mampu bergerak dalam waktu cepat, menggunakan teknologi tinggi,
padat modal, manajemen yang andal, serta memerlukan jaminan keselamatan dan
keamanan yang optimal, perlu dikembangkan potensi dan peranannya yang efektif
dan efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan
dinamis. Pembinaan penerbangan dilakukan oleh pemerintah dan salah satu
maksud pembinaan tersebut adalah untuk mewujudkan sumber daya manusia yang
berjiwa kedirgantaraan, profesional, dan mampu memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan penerbangan. Peran pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam penerbangan dinyatakan dalam Pasal 58 UU No. 1 tentang
Penerbangan Tahun 2009 yang menyatakan bahwa setiap personel pesawat udara
wajib memiliki lisensi atau sertifikat kompetensi yang sah dan masih berlaku, dan
sertifikat kompetensi tersebut diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan
yang diselenggarakan lembaga yang telah diakreditasi.
Teknisi perawatan pesawat udara merupakan salah satu personel pesawat
3
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Annex 1 Personnel Licencing yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation
Organization, ICAO, (2000, hlm. 4-1) mengemukakan tugas – tugas teknisi
perawatan pesawat udara yang tercakup dalam terminologi “aircraft
maintenance” memperlihatkan cakupan tugas – tugas yang diperlukan dalam
menjamin terlaksananya suatu kelaikan udara yang berkelanjutan (continuing
airwothiness), sehingga seorang calon teknisi harus mampu menampilkan suatu
level pengetahuan tertentu sesuai dengan tanggungjawabnya sebagai pemegang
lisensi perawatan pesawat dan melakukan pekerjaan – pekerjaan perawatan yang
sesuai dengan cakupan tanggungjawab perawatan yang dibebankan kepadanya.
Dalam rangka pemenuhan tujuan mempersiapkan calon teknisi pesawat
udara yang berkualitas, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
mampu menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan yang optimal dan
sesuai dengan kebutuhan industri penerbangan moderen serta kemajuan teknologi
pesawat udara, maka pendidikan dan atau pelatihan tersebut memerlukan suatu
proses pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Berdasarkan pengertian
pembelajaran yang dikemukakan oleh Miarso (2009, hlm. 545) sebagai “usaha
yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi
perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain” yang dapat dilakukan oleh
seseorang atau suatu tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam
merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan, maka
pembelajaran yang berkualitas adalah “pembelajaran yang antara lain adalah
memiliki kesesuaian dengan standar tertentu, kesesuaian dengan kebutuhan
tertentu, kesepadanan dengan karakteristik dan kondisi tertentu, dengan tuntutan
zaman, ketersediaan pada saat dibutuhkan, keterandalan dalam berbagai kondisi,
daya tarik yang tinggi”. Pembelajaran yang efektif menurut Miarso (2009, hlm.
546) adalah “pembelajaran yang menghasilkan belajar yang bermanfaat dan
bertujuan kepada para mahasiswa melalui pemakaian prosedur yang tepat.” Salah
satu indikator terjadi pembelajaran yang efektif menurut identifikasi yang
4
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berdasarkan kajiannya atas sejumlah penelitian adalah adanya hasil belajar
mahasiswa yang baik.
Hasil belajar yang baik bagi mahasiswa Prodi TPU telah ditetapkan dalam
suatu standar kompetensi tertentu yang berstandar Internasional, maupun standar
nasional dalam bentuk Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Avition
Safety Regulation, CASR) yang diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan RI.
Salah satu kompetensi yang ditentukan adalah kemampuan untuk melakukan
pencarian dan perbaikan terhadap kerusakan pada sistem pesawat udara tanpa
melakukan kesalahan atau yang biasa disebut dengan troubleshooting (AC 65-2,
1998) dengan fault-free performance yang merupakan standar dalam praktik
perawatan di lapangan sehingga perlu dilatihkan dalam pembelajaran.
Pembelajaran troubleshooting dalam kurikulum Prodi TPU diadopsi dari
FAA (Flight Standard Service, AC 147-3A, 2005, hlm. 3,4) termasuk dalam
Teaching Level 3 yang mengarahkan mahasiswa untuk memiliki hands-on
manipulative skill, dan memerlukan media instruksional yang tepat dan memadai untuk memungkinkan mahasiswa dilatih untuk mengembangkan “hands on manipulative skill” yang memadai tersebut untuk mensimulasikan kondisi Return
To Service (RTS), yaitu pengembangan keterampilan yang diperlukan mahasiswa
untuk membuat suatu bagian atau komponen pesawat menjadi laik udara
(airworthy condition). Tujuan pembelajaran troubleshooting adalah agar
mahasiswa memiliki kemampuan untuk melakukan identifikasi terhadap
kerusakan, mengeliminasi kerusakan, memperbaiki serta mengembalikan kondisi
pesawat udara menjadi laik udara sebagai salah satu kompetensi yang diharapkan.
Untuk memenuhi tujuan pembelajaran tersebut, pembelajaran
troubleshooting mahasiswa Prodi TPU dilakukan pada simulator perawatan yang
5
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sifat kritis dan keamanan dari pekerjaan atau pembelajaran praktik tersebut
dengan fault-free performance mengakibatkan perlunya media representasi
kegiatan nyata dalam bentuk simulasi di suatu simulator. Pentingnya pemanfaatan
simulasi diperlukan untuk berbagai tugas perawatan pesawat udara, sehingga
dapat membantu mendesain sistem pelatihan perawatan pesawat udara melalui
analisis interaksi faktor – faktor yang mempengaruhi performansi dan
kemungkinan performansi lain yang muncul saat melakukan pekerjaan sebagai
teknisi (Cacciabue, Mauri dan Owen, 2003, hlm. 229). Kecelakaan pesawat udara
yang disebabkan oleh faktor perawatan memang kecil tetapi berakibat serius. Data
dari Australian Transport Safety Board (ATSB) pada Line Maintenance
(perawatan lini) dalam Cacciabue, Mauri dan Owen (2003, hlm. 229)
mengungkapkan bahwa 95% error dalam bidang perawatan pesawat udara
disebabkan oleh kesalahan manusia. Latihan – latihan perawatan dalam praktik
perawatan sistem pesawat udara untuk mencapai fault free performance
diharapkan dapat mengurangi human error yang terjadi dalam bidang perawatan
di lapangan. Berdasarkan standar dalam AC 147-3A (2005, hlm. Appendiks 3
dan 4), pembelajaran troubleshooting pada semua simulator tersebut memiliki
bobot pembelajaran (Teaching Level) 3.
Hasil pengamatan awal yang dilakukan penulis terhadap hasil pencapaian
(prestasi belajar) mahasiswa dalam pembelajaran troubleshooting di simulator
dengan menggunakan modul yang dipergunakan sekarang memperlihatkan bahwa
pencapaian fault-free performance mahasiswa yang melakukan pembelajaran
troubleshooting tersebut masih rendah. Hal ini terlihat dalam tabel 1.1 di bawah
ini yang merupakan rekapitulasi hasil pencapaian fault-free performance dalam
troubleshooting mata kuliah praktikum simulator perawatan sistem listrik
pesawat udara dalam empat program pendidikan tiga tahun terakhir.
Tabel 1.1 Rekapitulasi Rata – Rata Prosentase Hasil Pencapaian Fault-Free Performance Mahasiswa Prodi TPU (Sumber : Rekapitulasi Laporan Pendidikan Prodi TPU 2009-2012)
Deskripsi Nilai Program Pendidikan
6
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
mengerjakan identifikasi kerusakan dan penggantian atau perbaikan komponen
dengan tanpa kesalahan. Pencapaian sub – sub kompetensi pendukung lebih
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 208.
Hasil pengamatan awal tersebut mengindikasikan bahwa proses
pembelajaran belum mampu menghasilkan pencapaian fault-free performance
yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Sebagai suatu pembelajaran yang
diharapkan dapat membentuk kompetensi utama sebagai seorang calon teknisi
pesawat udara maka perlu dilakukan kajian yang mendalam untuk dapat
mengetahui faktor penyebab utama dan upaya perbaikannya sehingga tujuan
pencapaian kompetensi dapat tercapai.
B.Identifikasi Masalah
Proses pembelajaran troubleshooting di Prodi TPU dipengaruhi oleh
berbagai aspek sebagaimana juga pembelajaran perawatan yang lain. Aspek
pertama adalah lingkungan belajar yang mampu menampilkan lingkungan belajar
troubleshooting yang serepresentatif dan senyata mungkin dengan realitas, dalam
hal ini telah diperankan oleh simulator perawatan sistem pesawat udara. Simulator
yang berfungsi baik dapat memerankan sistem pesawat udara yang sesungguhnya
bagi mahasiswa sehingga mereka akan dikondisikan seperti pada pesawat
sesungguhnya, dengan latihan – latihan yang merepresentasikan kegiatan
troubleshooting di lapangan. Simulator yang tidak berfungsi baik akan
menyebabkan kedalaman dan jumlah latihan yang diperlukan menjadi tidak
7
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Aspek selanjutnya adalah kondisi mahasiswa yang akan melakukan
pembelajaran troubleshooting, mencakup bagaimana penguasaan mereka terhadap
konsep – konsep troubleshooting dan sistem pesawat udara. Aspek ini berkaitan
dengan kesiapan melakukan pembelajaran di simulator. Belajar Troubleshooting
memerlukan akumulasi berbagai pengetahuan dan keterampilan dasar yang telah
dipelajari pada semester – semester sebelumnya, sehingga kesiapan mahasiswa
dalam menguasai materi – materi dasar pembelajaran sangat diperlukan.
Aspek yang memiliki pengaruh penting lain adalah terkait dengan modul
belajar troubleshooting. Pembelajaran troubleshooting di Prodi TPU seharusnya
merupakan pembelajaran individual dengan menggunakan modul sebagai panduan
dalam mempelajari troubleshooting yang disimulasikan pada simulator perawatan
sistem pesawat udara. Sebagai suatu pembelajaran, hasil pembelajaran
troubleshooting yang baik tidak terlepas dari pengaruh berbagai komponen proses
pembelajaran sebagaimana diungkapkan oleh Sanjaya (2011, hlm. 141) yang
terdiri dari komponen tujuan, isi atau materi, metode, media dan evaluasi.
Pembelajaran individual mempergunakan modul pada dasarnya “didesain agar
mampu mengarahkan mahasiswa untuk melakukan interaksi secara mandiri
dengan modul tanpa bantuan teman sejawat atau pengajar”, sebagaimana
dinyatakan oleh Dick, Carey dan Carey (2009, hlm. 223). Modul pembelajaran
troubleshooting yang menjadi panduan bagi mahasiswa Prodi TPU untuk
melakukan kegiatan – kegiatan pembelajaran secara umum tidak memiliki konten
bagaimana suatu kegiatan troubleshooting dilakukan dengan ukuran keselamatan
tertentu dan tidak terdapat mekanisme untuk menguji kemajuan pencapaian
kompetensi mahasiswa secara mandiri.
Berdasarkan latar belakang di atas dan pengamatan awal yang dilakukan,
Penulis mengidentifikasi rendahnya pencapaian fault-free performance
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Kesiapan perlengkapan praktik dan simulasi yang memadai. Simulator
perawatan sistem pesawat udara telah menjadi fasilitas latihan kelengkapan
8
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
optimum melalui sistem perawatan yang digunakan. Kerusakan yang terjadi
dapat menyebabkan beberapa item simulasi tidak dapat dilakukan. Ada kalanya
kerusakan yang terjadi dapat mengganggu keberlanjutan pembelajaran namun
dapat diatasi dengan simulator lain yang dalam kondisi yang baik.
2. Kesiapan mahasiswa untuk melakukan praktik dan simulasi di simulator,
terkait dengan penguasaan materi – materi dasar (pengetahuan dan
keterampilan prasyarat) yang dibutuhkan untuk melakukan pembelajaran
troubleshooting di simulator. Pengetahuan dan keterampilan dasar tersebut
dipelajari pada semester – semester awal sehingga memerlukan waktu bagi
mahasiswa untuk mereviu materi tersebut.
3. Modul pembelajaran tidak menampilkan kegiatan yang merepresentasikan
pencapaian fault-free performance.
Sistematika atau sekuensial dan konten secara umum tidak
menampilkan urutan kegiatan dan materi pembelajaran yang
merepresentasikan kegiatan melatih pencapaian fault-free performance melalui
prosedur kegiatan troubleshooting yang dilakukan. Modul tidak menyediakan
mekanisme untuk mengukur keberhasilan pembelajaran troubleshooting dan
pencapaian fault-free performance melalui kegiatan troubleshooting tersebut
secara mandiri walaupun simulator memiliki karakteristik yang mampu
menyediakan mekanisme tersebut. Dalam interaksi pembelajaran, mahasiswa
masih memerlukan diskusi dengan dosen atau instruktur terutama sekali pada
materi yang memiliki potensi resiko terhadap kerusakan peralatan atau bahaya
bagi pengguna, karena modul pembelajaran yang dipergunakan tidak memiliki
feedback atau umpan balik yang memadai bagi mahasiswa untuk mengukur
apakah tindakan yang mereka lakukan benar atau salah.
Pengamatan awal yang dilakukan tersebut di atas memperlihatkan bahwa
modul yang dipergunakan belum optimal untuk mendukung pencapaian fault-free
performance mahasiswa walaupun pencapaian keterampilan teknis
troubleshooting telah memenuhi batas kriteria keberhasilan minimum yang
9
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Standar yang ditetapkan dalam kurikulum untuk pembelajaran
troubleshooting adalah level 3 pembelajaran, yang menuntut kriteria pembelajaran
troubleshooting yang tinggi karena terkait dengan kemampuan mahasiswa
melakukan perawatan seperti pada sistem pesawat sesungguhnya dan dengan
kemampuan sebagai seorang teknisi yang telah tersertifikasi dengan melakukan
setiap pekerjaan perawatan dengan tingkat keselamatan atau fault-free
performance yang tinggi. Standar tersebut juga memperlihatkan hubungan yang
erat antara kegiatan perawatan dalam troubleshooting dengan fault-free
performance sebagai suatu wilayah yang saling mendukung, sehingga dalam
pendidikan teknisi perawatan pesawat diperlukan suatu bentuk modul
pembelajaran sebagai bahan ajar yang mampu mendukung pembelajaran
troubleshooting di simulator perawatan sistem pesawat udara untuk
mengakomodasi terbentuknya kemampuan teknis troubleshooting bersamaan
dengan kompetensi fault-free performance.
C.Rumusan Masalah
Kemampuan melakukan troubleshooting dengan fault-free performance
bagi mahasiswa Prodi TPU adalah sebagai hasil dari implementasi kurikulum
sebagai suatu proses pembelajaran dan dipengaruhi oleh faktor kesiapan
simulator, kondisi mahasiswa dan modul yang dipergunakan. Pembelajaran
troubleshooting dengan tanpa kegagalan tersebut dipelajari oleh mahasiswa
secara simulasi pada suatu simulator perawatan sistem pesawat udara. Proses
pembelajaran troubleshooting mengharuskan mahasiswa secara mandiri untuk
melakukan interaksi secara aktif dengan modul pembelajaran sebagai bahan ajar
yang menjadi panduan dalam pembelajaran. Dick, Carey dan Carey (2009, hlm.
223) mengemukakan bahwa bahan ajar yang didesain harus memungkinkan siswa
untuk belajar baik informasi dan keterampilan baru secara mandiri tanpa bantuan
teman sejawat ataupun pengajar. Pendapat tersebut menegaskan bahwa
pembelajaran troubleshooting merupakan bentuk dari pembelajaran individual
10
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang tepat dan mengandung pengetahuan, konsep, sikap dan keterampilan yang
dibutuhkan mahasiswa untuk dikuasai secara mandiri untuk mencapai
kemampuan akhir dalam bentuk fault-free performance. Dengan
mempertimbangkan kesiapan media simulator telah dioptimumkan dan kesiapan
belajar mahasiswa dapat ditingkatkan melalui reviu – reviu pada materi yang
relevan, maka berdasarkan latar belakang masalah dan konsep teoritis yang
mendukung munculnya permasalahan tersebut, penulis melakukan pembatasan
dan perumusan masalah agar kajian ini dapat tersusun secara fokus dan sistematis
pada :
“ Modul pembelajaran troubleshooting seperti apakah yang dapat meningkatkan
fault free performance mahasiswa pada suatu simulator perawatan sistem pesawat udara?”
D.Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, penulis mengembangkan
pertanyaan – pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi pembelajaran troubleshooting di simulator perawatan
sistem pesawat udara dengan menggunakan modul di Program Studi Pesawat
yang terjadi saat ini ?
2. Modul pembelajaran troubleshooting seperti apa yang dapat dipergunakan
mahasiswa di simulator perawatan sistem pesawat udara agar dapat
meningkatkan fault-free performance-nya? Pertanyaan tersebut diurai lebih
rinci dalam pertanyaan – pertanyaan di bawah ini :
a. Bagaimanakah desain modul pembelajaran yang berhubungan dengan
kemampuan troubleshooting dan fault-free performance?
b. Bagaimanakah langkah – langkah implementasi modul pembelajaran
tersebut dapat dilakukan untuk meningkatkan fault-free performance ?
c. Evaluasi modul pembelajaran seperti apa yang dapat mengukur tercapainya
11
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Apakah dampak pengembangan modul pembelajaran troubleshooting terhadap
fault-free performanc troubleshooting mahasiswa?
E.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan beberapa kegiatan kajian sebagai
bagian dari proses untuk mengembangkan suatu bentuk modul pembelajaran
troubleshooting yang bertujuan untuk meningkatkan fault-free performance.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran umum
tentang perumusan suatu bentuk modul pembelajaran troubleshooting yang
sesuai dengan karakteristik pekerjaan perawatan pesawat sehingga pembelajaran
tersebut dapat meningkatkan fault-free performance mahasiswa. Sedangkan
secara spesifik, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kondisi pembelajaran troubleshooting bermodul pada
simulator perawatan sistem pesawat yang dilakukan mahasiswa pada saat ini
dan pengaruhnya terhadap pencapaian fault-free performance.
2. Mendesain dan mengembangkan suatu desain modul belajar troubleshooting
yang mampu meningkatkan fault-free performance, yang terdiri dari kegiatan :
a. Merumuskan suatu desain modul pembelajaran troubleshooting berdasarkan
karakteristik perawatan sistem pesawat udara, karakteristik simulator, dan
karakteristik pembelajaran troubleshooting yang dapat dikembangkan
untuk meningkatkan fault-free performance.
b. Merumuskan dan melakukan langkah – langkah implementasi modul
pembelajaran tersebut dalam pembelajaran troubleshooting.
c. Melakukan kajian bagaimana bentuk evaluasi yang dapat dikembangkan
terhadap modul pembelajaran untuk mengukur pencapaian standar
fault-free performance.
3. Menganalisis dampak implementasi pengembangan modul pembelajaran
troubleshooting terhadap peningkatan fault-free perfromance mahasiswa.
12
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari sudut pandang operasional
dan kebijakan kurikulum yaitu :
1. Dapat dipergunakan oleh mahasiswa pengembang kurikulum sebagai acuan
pembanding dalam mengembangkan modul belajar dengan konten – konten
yang tepat sesuai dengan kompetensi spesifik yang diharapkan sebagai hasil
belajar.
2. Implementasi modul dalam pembelajaran dapat dijadikan upaya untuk
meningkatkan kemampuan dosen pendamping dalam menguasai latihan –
latihan troubleshooting yang spesifik di simulator.
3. Konten – konten spesifik dalam modul terkait keselamatan dan sikap kerja
dapat menempatkan posisi dosen pendamping benar – benar sebagai safety
supervisor sehingga keselamatan mahasiswa pengguna dan peralatan dapat
lebih terjamin.
G.Definisi Operasional
Penelitian ini melibatkan beberapa istilah – istilah operasional kunci yang
perlu didefinisikan terlebih dahulu. Definisi – definisi tersebut adalah :
1. Pembelajaran Troubleshooting : merupakan kegiatan pembelajaran berbentuk
simulasi dan praktik untuk mencari, mengidentifikasi sumber kerusakan serta
melakukan perbaikan atau penggantian yang diperlukan dalam suatu sistem
pesawat udara untuk mengembalikan kondisi pesawat dapat diterbangkan
kembali. Kegiatan tersebut merepresentasikan kegiatan serupa di lapangan
namun dilakukan dalam suatu simulator perawatan sistem pesawat udara.
Modul pembelajaran troubleshooting pada dasarnya merupakan panduan
mahasiswa dalam melakukan praktik troubleshooting pada simulator
perawatan sistem pesawat udara yang mengandung konten berupa kegiatan –
kegiatan troubleshooting sebagaimana konten yang terdapat dalam manual
perawatan sistem pesawat udara sesungguhnya.
13
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran dalam bentuk pekerjaan perawatan atau kegiatan beresiko lain
dengan tanpa kesalahan, dimana dalam keadaan nyata kesalahan tersebut dapat
berakibat fatal terhadap keselamatan peralatan dan manusia. Fault-free
performance merupakan kompetensi sebagai hasil belajar yang diharapkan
setelah mahasiswa melakukan simulasi dan praktik pada suatu sistem pesawat
udara. Pengukuran hasil belajar dilakukan dengan observasi terhadap kegiatan
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah “Research and
Development” atau penelitian dan pengembangan. Pengertian penelitian dan
pengembangan menurut Sukmadinata (2012, hlm. 164) adalah “suatu proses atau
langkah – langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan”. Pengertian tersebut memberikan penjabaran tentang Penelitian dan Pengembangan
sebagai suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi
produk – produk pendidikan. Metode ini didasarkan pada langkah – langkah
penelitian yang mengarah pada siklus, dimana pada setiap langkah yang akan
dilalui atau dilakukan selalau mengacu pada hasil langkah sebelumnya yang sudah
diperbaiki hingga akhirnya diperoleh suatu produk pendidikan yang baru atau
model pembelajaran yang efektif dan kapabel. Borg dan Gall (1989) dalam
Sukmadinata (2011, hlm. 169) mengemukakan tentang 10 (sepuluh) langkah
yang dilakukan dalam Research dan Development tersebut yaitu : (1) research
and information collecting, (2) planning, (3) develop primary form product, (4)
prelimenary field testing, (5) main product revision, (6) main field testing, (7)
operational product revision, (8) operational field testing, (9) final product
revision, (10) dissemination and distribution.
Sukmadinata (2012, hlm. 167) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan
penelitian dan pengembangan, ada beberapa metode yang digunakan, yaitu
metode : deskriptif, evaluatif dan eksperimental. Dihubungkan dengan penelitian
ini, maka metode penelitian deskriptif digunakan dalam studi pendahuluan untuk
menghimpun data tentang kondisi yang ada, yang mencakup : (a) kondisi modul
yang sudah ada sebagai bahan pembanding atau embrio, (b) kondisi pengguna
65
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penghambat pengembangan dan penggunaan modul yang akan dikembangkan
seperti kondisi lingkungan fisik ruangan praktik dan pengelolaan simulator.
Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba pengembangan
modul, melalui serangkaian ujicoba dan dievaluasi pada setiap ujicoba tersebut.
Berdasarkan temuan – temuan kemudian dilakukan penyempurnaan –
penyempurnaan. Metode eksperimen digunakan untuk menguji keefektifitasan
modul dengan membandingkan terhadap suatu kelompok kontrol atau
pembanding. Pembandingan hasil eksperimen pada kedua kelompok akan
menunjukkan tingkat keefektifitasan modul tersebut.
Produk yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk cetakan berupa
modul pembelajaran troubleshooting yang diharapkan dapat mengarahkan
mahasiswa dapat meningkatkan kompetensi melakukan troubleshooting tanpa
kegagalan. Sukmadinata (2012, hlm. 166) menyatakan bahwa pembuatan modul
atau bahan ajar yang baik menuntut penelitian dan pengembangan. Pengembangan
modul dalam penelitian ini terkait dengan beberapa aspek, antara lain jenjang
pendidikan, mata kuliah atau kurikulum, persyaratan sertifikasi personil
perawatan pesawat udara, aspek dari modul yang dikembangkan (sekuens,
prosedur, konten), kemampuan simulator yang dipergunakan serta kualifikasi
dosen pendamping. Dalam proses untuk menemukan bentuk modul yang sesuai
dengan kebutuhan – kebutuhan tersebut, suatu studi pendahuluan perlu dilakukan
di lapangan terkait kondisis pembelajaran yang berlangsung di simulator yang
dilakukan mahasiswa
.
B.Prosedur Penelitian
Pada dasarnya prosedur dalam penelitian ini menggunakan Research and
Development merujuk kepada teori Borg dan Gall (1989) dalam Sukmadinata
(2012, hlm. 169) yang mengemukakan sepuluh langkah yang harus ditempuh
66
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting) :
termasuk di dalam kegiatan penelitian ini adalah reviu literatur, dokumen dan
observasi di lapangan dan di laboratorium pembelajaran simulator.
Pengumpulan informasi tentang persyaratan pekerjaan perawatan serta data –
data lapangan awal termasuk pembelajaran troubleshooting serta pencapaian
fault-free performance pada kondisi saat ini yang memperlihatkan apakah perlu
pengembangan modul dan menunjang isi dari modul yang dikembangkan.
2. Perencanaan (planning) : termasuk di dalamnya menyusun rencana penelitian
meliputi kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian,
merumuskan tujuan penelitian pengembangan modul, menyusun langkah –
langkah penelitian, kemungkinan pengujian modul dalam lingkup terbatas.
3. Mengembangkan draft dari modul (develop primary form product):
mempersiapkan bentuk modul awal yang dikembangkan yang mencakup
konten, interaksi dan prosedur modul pembelajaran.
4. Uji coba lapangan awal (primary field testing) : melibatkan mahasiswa dan
instruktur yang melakukan unit pembelajaran troubleshooting pada suatu
simulator perawatan yang sesuai dan dilakukan pada kelas tertentu. Selama uji
coba dilakukan pengamatan, wawancara dan penyebaran angket.
5. Merevisi hasil uji coba (main product revision) : dilakukan terhadap hasil uji
coba terbatas (lapangan awal) mengenai implementasi modul praktik
troubleshooting dan hasilnya akan menjadi bahan ujicoba yang lebih luas.
6. Ujicoba model lebih luas (main field testing) : melibatkan kelas dan subjek
lebih banyak. Data kuantitatif hasil pretes dan postes dikumpulkan dan
hasilnya dievaluasi sesuai tujuan. Uji cobalebih luas akan dilaksanakan untuk
dua kelas Diploma III Teknik Pesawat Udara dengan simulator yang memiliki
karakteristik sama.
7. Penyempurnaan hasil uji coba model lebih luas (operational product revision) :
67
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dilakukan peneliti bekerjasama dengan dosen pendamping pembelajaran
troubleshooting.
8. Ujicoba modul yang melibatkan lebih banyak lagi kelas dan subjek
(operational field testing).
9. Perbaikan model akhir (final product revision), berdasarkan hasil uji coba
model lebih luas dengan mempertimbangkan masukan – masukan dari dosen
pendamping.
10. Diseminasi dan implementasi. Pada langkah ini dilakukan publikasi
keberhasilan ujicoba modul dan kemungkinan hasil penelitian diterbitkan
dalam jurnal.
Berdasarkan sepuluh langkah di atas dengan mempertimbangkan saran
dosen pembimbing, keterbatasan waktu yang ada dan kesesuaian dengan batasan
dan tujuan penelitian, prosedur penelitian tersebut selanjutnya direncanakan untuk
melaksanakan langkah – langkah 1,2,3,4,5,6, dan 7 yang dikelompokkan menjadi
tiga kelompok langkah utama, yaitu : (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan dan
desain modul, dan (3) ujicoba modul. Pada kelompok langkah utama ke-3 yaitu
ujicoba modul, berdasarkan pendapat Sukmadinata (2012, hlm. 187) bahwa “untuk penelitian penyusunan tesis, kegiatan penelitian dan pengembangan dapat dihentikan sampai dihasilkan draft final”, maka ujicoba modul direncanakan
selesai sampai dengan ditemukannya suatu bentuk draft akhir modul pembelajaran
troubleshooting yang telah diujicoba terbatas dan lebih luas. Dampak dari
penelitian dan pengembangan modul tersebut yaitu pencapaian fault-free
performance diharapkan sudah terukur pada ujicoba terbatas dan lebih luas.
Pernyataan ini didasarkan pada pendapat Sukmadinata (2012, hlm. 187) yang
menyatakan bahwa “dampak dari penerapan model sudah ada, baik pada ujicoba
terbatas maupun ujicoba lebih luas, karena selama pelaksanaan pembelajaran ada
68
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengembangan modul pembelajaran troubleshooting sebagaimana terlihat pada
69
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 3.1. Langkah – Langkah Pengembangan Modul Pembelajaran
TroubleshootingDengan Metode “Research and Development”
Langkah – langkah penelitian di atas dapat diuraikan secara lebih rinci
pada penjelasan sebagai berikut :
1. Tahap Studi Pendahuluan (Prelimenary Study)
Pada tahap kegiatan yang dilakukan adalah penjajagan awal yang secara umum
bertujuan untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang apa dan
bagaimana variabel penelitian tersebut. Studi pendahuluan ini mencakup :
a. Studi kepustakaan yang mengkaji teori – teori, konsep dan dokumen yang
berkaitan. Studi ini bertujuan untuk :
1) menghimpun dan mengkaji teori dan konsep – konsep yang mendasari
pengembangan modul pembelajaran troubleshooting.
2) mengkaji dokumen kurikulum pembelajaran troubleshooting di simulator
dan dokumen standar pekerjaan perawatan pesawat udara.
3) Menghimpun dan mengkaji konsep – konsep tentang fault-free performance
dalam perawatan pesawat udara.
4) mengkaji konsep perawatan sistem pesawat udara yang terkait serta
penelitian – penelitan yang terkait dengan pembelajaran di simulator.
b. Studi lapangan. Dalam studi ini dilakukan kegiatan menghimpun data dan
mendapatkan gambaran umum tentang kondisi pembelajaran troubleshooting
di simulator perawatan sistem pesawat di Program Studi Teknik Pesawat Udara
STPI Curug untuk melihat bagaimana proses pembelajaran troubleshooting,
penggunaan modul pembelajaran troubleshooting yang tersedia, penggunaan
Fasilitas pendukung
Hasil kajian kepustakaan dan studi lapangan
Draft awal modul siap ujicoba lapangan
70
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
simulator dalam pembelajaran troubleshooting, dan fasilitas pembelajaran lain
yang mendukung, sebagai pertimbangan untuk mengembangkan modul
pembelajaran troubleshooting yang tepat untuk meningkatkan fault-free
performance mahasiswa.
Hasil studi pendahuluan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
mengembangkan modul pembelajaran troubleshooting yang tepat sebagai
panduan mahasiswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran troubleshooting
secara mandiri dan dapat meningkatkan fault-free performance sesuai dengan
standar dalam kurikulum.
2. Tahap Perencanaan dan Penyusunan Modul Pembelajaran
Troubleshooting
Dalam tahap ini terdapat tiga langkah utama kegiatan yang dilakukan,
mengacu pada Sukmadinata (2012, hlm.173) yang meliputi rancangan produk
yang dihasilkan, serta proses pengembangannya, yaitu :
a. Tahap perencanaan modul, mengacu pada konsep Sukmadinata (2012, hlm.
173) yaitu rancangan produk yang akan dikembangkan minimal mencakup :
(1) tujuan dari penggunaan produk (modul pembelajaran), (2) siapa pengguna
modul pembelajaran tersebut, (3) deskripsi dari komponen – komponen modul
dan penggunaannya.
b. Perencanaan subjek ujicoba dan lokasi ujicoba (uji lapangan), baik untuk
ujicoba awal, ujicoba lebih luas dan pengujian produk akhir, perhitungan
biaya, orang – orang yang akan membantu, alat dan bahan serta perkiraan
waktu yang diperlukan.
c. Tahap kegiatan penyusunan draft modul pembelajaran, mengacu pada
langkah – langkah pengembangan bahan ajar (instructional materials) dalam
bentuk modul sebagaimana yang dikemukakan oleh Russel (1974) dalam
71
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengembangan oleh Dick, Carey and Carey (2009, hlm. 236). Langkah
penyusunan ini bersinggungan dengan langkah pengembangan modul dalam
langkah ujicoba dan evaluasi sehingga dapat diintegrasikan menjadi langkah – langkah penyusunan dan pengembangkan yang integral. Aliran langkah kegiatan penyusunan ini menjadi patokan dalam penyusunan dan
penyempurnaan modul pada langkah – langkah penelitian berikutnya. Secara
lebih rinci langkah – langkah penyusunan suatu modul pembelajaran
berdasarkan Russel (1974) dalam Vembrianto (1975, hlm. 63) adalah :
1) Merumuskan tujuan – tujuan.
Tujuan yang dirumuskan dalam langkah ini adalah tingkah laku atau
kemampuan akhir (terminal behaviour) seperti apa yang diharapkan dengan
modul pembelajaran. Jika tujuan sudah ditentukan dengan tepat maka langkah – langkah untuk mencapai tujuan tersebut dapat ditentukan dengan tepat. Dalam pembelajaran troubleshooting dengan modul pembelajaran ini tujuan
yang ditetapkan adalah mahasiswa dengan melaksanakan pembelajaran
troubleshooting mampu meningkatkan fault-free performance sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Indikator pencapaian tujuan tersebut tercakup dalam
standar FAA-S-8081-26, -27 dan -28.
2) Menyusun Criterion Item.
Penyusunan kriteria ini digunakan untuk mengukur apakah mahasiswa
sudah memiliki perubahan tingkah laku yang diharapkan. Penyusunan kriteria
ini berfungsi ganda yaitu dalam tahap penyusunan modul untuk mengetahui
bagian – bagian mana pada modul yang perlu disempurnakan dan sebagai
evaluasi saat modul dipergunakan. Berdasarkan batasan tersebut, criterion item
dalam pengembangan modul ini bersumber dari standar FAA-S-8081-26, -27
dan -28 dan dapat dikembangkan dan disempurnakan berdasarkan hasil
ujicoba.
72
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Analisis dilakukan untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan
seperti apa yang telah dimiliki siswa sehingga tidak terjadi pengulangan dan
duplikasi kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi tersebut perlu
dilakukan entry test (pre tes).
4) Melakukan pengurutan sekuensial pembelajaran dan pemilihan media.
Tujuan langkah ini adalah untuk menyusun dan menyajikan bahan dan
sumber – sumber pembelajaran secara optimal. Fungsi media membantu
mahasiswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah dirumuskan dengan
semaksimal mungkin memberikan pengalaman belajar langsung bagi
mahasiswa dalam mempelajari sesuatu (troubleshooting). Sekuensial modul
pembelajaran dalam penyusunan ini diarahkan pada sekuensial pick format
(Kroes, Watkins dan Delp, 1993) berdasarkan fakta bahwa sekuens ini
umumnya dipergunakan pada troubleshooting chart dalam manual perawatan
pesawat udara.
5) Melakukan uji coba modul
Uji coba modul berfungsi untuk mendapatkan feedback yaitu informasi
yang diperlukan untuk memperbaiki diskrepansi apa yang dicapai oleh
mahasiswa dan apa yang seharusnya dicapai. Feedback dapat berbentuk
tertulis, lisan ataupun pengamatan tingkah laku.
6) Mengevaluasi modul
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui efektifitas modul. Efektifitas
dalam cakupan ini adalah efektifitas pembelajaran mahasiswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran dengan menggunakan modul tersebut.
Langkah – langkah tersebut memperlihatkan suatu irisan dengan langkah
pengembangan modul secara horisontal yaitu (langkah 5) uji coba modul dan
(langkah 6) evaluasi modul. Untuk mengintegrasikan langkah – langkah tersebut
73
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menjadi bagian dari pengembangan secara horisontal yaitu pada langkah utama
ke-3 Uji coba modul yang dikembangkan. Hasil uji coba kemudian dievaluasi
untuk dilakukan perbaikan dan penyempurnaan seperlunya.
3. Tahap pengembangan dan ujicoba
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan ujicoba modul di laboratorium
perawatan sistem pesawat udara khususnya di simulator perawatan sistem pesawat
udara dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan draft modul pembelajaran
troubleshooting pada simulator dengan fitur troubleshooting. Untuk kepentingan
penelitian ini berdasarkan kondisi yang ada, yaitu jumlah simulator yang terbatas
dan tidak semua akademi teknik penerbangan memiliki simulator yang sejenis
sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan uji coba lebih luas di akademi
atau sekolah tinggi yang lain, maka uji coba terbatas dan uji coba lebih luas
dilakukan di lingkungan prodi TPU STPI Curug. Uji coba lebih luas tetap
dilakukan dalam prodi yang sama namun dengan melibatkan jumlah mahasiswa
yang lebih banyak. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada ujicoba modul
tersebut dilakukan pada tahap – tahap :
a. Uji coba terbatas.
Uji coba terbatas dilaksanakan di dua kelas program studi Diploma III
Teknik Pesawat Udara yang sedang berlangsung, yaitu program DIII TPU
Angkatan ke-11 A dan 11B yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol dan eksperimen dengan masing – masing sampel 10
mahasiswa. Observasi dilakukan pada pembelajaran dengan draft modul yang
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi dilakukan terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran, dan analisis data dilakukan berdasarkan hasil
observasi, hasil tes dan hasil angket. Hasil evaluasi tersebut diharapkan dapat
memberikan item – item perbaikan terhadap konten modul untuk mencapai
74
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Uji coba lebih luas.
Ujicoba lebih luas dilakukan dengan penelitian eksperimen akan
dilaksanakan dengan jumlah mahasiswa yang lebih banyak dan masih dalam
lingkup prodi Teknik Pesawat Udara dengan simulator dengan fitur
troubleshooting sejenis. Mahasiswa yang menjadi sampel untuk Uji Coba lebih
luas berjumlah 36 orang yang terdiri dari 18 orang dari program D III TPU
Angkatan ke-11 A dan 18 mahasiswa dari program D III TPU Angkatan ke-11
B dalam masing – masing kelompok eksperimen dan kontrol. Evaluasi
dilakukan terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan draft modul
yang sudah mengalami perbaikan dan melakukan perbandingan hasil pre tes
dan pos tes. Pengembangan modul pembelajaran yang dikembangkan dalam
penelitian ini diuji coba melalui pendekatan eksperimen untuk menilai
bagaimana pengaruh penggunaannya dalam meningkatkan fault-free
performance mahasiswa. Untuk memperkuat hasil observasi, dilakukan suatu
performance monitoring yang cermat dan teliti pada saat proses pembelajaran.
Hasil observasi dan tes pada tahap uji coba ini menjadi bahan untuk perbaikan
dan penyempurnaan modul.
C.Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Program Studi Teknik Pesawat Udara jenjang
Diploma III pada program D III TPU Angkatan ke-11 A dan B. Untuk kebutuhan
penelitian ini maka keseluruhan populasi program D III TPU 11 A dan B yang
berjumlah 56 mahasiswa dijadikan sampel. Untuk uji coba terbatas, mahasiswa
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
dengan masing – masing 10 mahasiswa. Untuk uji coba lebih luas, jumlah
mahasiswa diperbanyak untuk masing – masing kelompok menjadi 18 mahasiswa
setiap kelompok sehingga semua anggota populasi terlibat dalam penelitian.
75
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
maka mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok praktik dengan jumlah per
kelompok 4 – 5 mahasiswa per simulator per kelompok.
D.Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Secara garis besar teknik pengumpulan data pada pelaksanaan penelitian
ini terdiri dari observasi, wawancara, studi dokumenter, dan tes hasil belajar
sesuai dengan tiga tahapan kegiatan yaitu studi pendahuluan, perencanaan modul
pembelajaran, serta pengembangan dan ujicoba.
Pada tahap studi pendahuluan pengumpulan data menggunakan lembar
observasi, wawancara dan studi dokumenter. Pada tahap perencanaan modul
pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumenter. Pada tahap pengembangan
dan uji coba model pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi
dan tes hasil belajar.
1. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap dosen atau instruktur pendamping dan
laboran laboratorium simulator perawatan sistem pesawat untuk mendapatkan
data proses pembelajaran troubleshooting. Wawancara dilakukan dengan
format panduan wawancara terstruktur yang telah disusun agar pertanyaan
yang diajukan sesuai dengan tujuan.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati langsung proses pembelajaran
troubleshooting yang dilakukan mahasiswa baik pada saat studi pendahuluan,
uji coba, dan asesmen praktik akhir. Tujuan observasi adalah untuk
mendapatkan data sebanyak mungkin tentang apa dan bagaimana proses
penggunaan modul pembelajaran troubleshooting yang digunakan oleh
mahasiswa dan dilakukan secara kontinyu sampai didapatkan data yang
memadai.
76
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Studi dokumentasi bertujuan untuk mengkaji dokumen – dokumen yang
dapat memberikan data yang relevan dengan permasalahan penelitian.
Berdasarkan hal tersebut, fokus studi dokumentasi ini adalah dokumen
kurikulum, dokumen standar perawatan, manual – manual perawatan dan
dokumen terkait dengan pengembangan modul pembelajaran troubleshooting.
4. Kuesioner
Metode kuesioner menggunakan kumpulan pertanyaan tertulis yang
diberikan kepada mahasiswa untuk dijawab secara tertulis. Kuesioner dalam
penelitian ini merupakan instrumen pendukung untuk mendapatkan data
pelaksanaan penelitian terhadap proses pembelajaran troubleshooting dengan
menggunakan modul pembelajaran yang telah didesain.
5. Tes hasil belajar
Cakupan kegiatan pembelajaran troubleshooting baik yang dikemukakan
oleh Kroes, Watkins dan Delp (1993) maupun Kinnison (2004, hlm. 255)
memperlihatkan bahwa kegiatan tersebut memerlukan dan menghasilkan
semua aspek kemampuan manusia sebagai hasil belajar, yaitu aspek kognitif,
keterampilan dan sikap. Berdasarkan pandangan tersebut, maka dikembangkan
instrumen untuk dapat mengukur semua aspek tersebut secara optimal. Tes
hasil belajar dalam pembelajaran troubleshooting ini dikatagorikan sebagai
performance-based test berdasarkan tujuan penelitian adalah untuk mengukur
fault-free performance dan tes untuk mengukur hasil belajar aspek kognitif
dikembangkan dalam bentuk tes objektif pilihan ganda. Performance-based
test yang disebut dengan proficiencies atau kemahiran ini cocok untuk
diterapkan pada lingkungan pembelajaran dengan simulasi kerja, sebagaimana
yang diungkapkan oleh Hodges (2002, hlm. 42) sebagai “ Performance-based
tests can be measured by developing a simulated work task, project, or case
study. Most common in the corporate environment is the simulated work task”.
Bentuk tes ini sebenarnya adalah suatu bentuk observasi tingkah laku yang
77
Wira Gauthama,2014
Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menggunakan behavioral check list. Hodges menekankan bahwa behavioral
checklist ini didesain untuk menguji kemampuan mahasiswa untuk melakukan
suatu pekerjaan dengan benar pada suatu situasi simulasi dan berhasil baik
untuk suatu kegiatan pengukuran kemahiran fisik yang mengandung unsur –
unsur tugas diskrit dan sekuensial, sebagaimana suatu pembelajaran
troubleshooting. Bentuk tes ini akan dipergunakan dalam instrumen penelitian
dengan menggunakan indikator pembelajaran troubleshooting yang telah
diidentifikasi sebelumnya.
E.Teknik Analisis Data
Sesuai dengan tahapan pada proses pengumpulan data yang dilakukan,
proses analisis data dilakukan terhadap data yang dikumpulkan dalam tahapan
tersebut, yaitu : studi pendahuluan, perencanaan, serta pengembangan dan ujicoba.
1. Hasil Studi Pendahuluan
Dilakukan deskripsi kualititatif agar diperoleh gambaran kecenderungan
tentang pelaksanaan pembelajaran troubleshooting dan efektifitas modul,
dibandingkan dengan dilapangan serta tuntutan kurikulum
2. Perencanaan Modul
Analisis data hasil studi studi awal adalah analisis kualitatif untuk
memperoleh draf awal modul.
3. Pengembangan dan Uji Coba
Data yang diperoleh dari hasil observasi selama mahasiswa
menggunakan modul, baik pada tahap uji coba terbatas maupun ujicoba luas.
Hasil ini dikomunikasikan dan didiskusikan dengan dosen pendamping untuk
penyempurnaan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran troubleshooting
selanjutnya. Hasil kuesioner mahasiswa dianalisis dan dihitung persentasenya
untuk menentukan pandangan mahasiswa tentang pembelajaran