• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NON POLAR EKSTRAK ETANOLIK KULIT BATANG SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP SEL T47D Aktivitas Sitotoksik Fraksi Non Polar Ekstrak Etanolik Kulit Batang Sirsak (Annona muricata Linn.) Terhadap Sel T47D.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NON POLAR EKSTRAK ETANOLIK KULIT BATANG SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP SEL T47D Aktivitas Sitotoksik Fraksi Non Polar Ekstrak Etanolik Kulit Batang Sirsak (Annona muricata Linn.) Terhadap Sel T47D."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NON POLAR

EKSTRAK ETANOLIK KULIT BATANG SIRSAK

(

Annona muricata

Linn.) TERHADAP SEL T47D

SKRIPSI

Oleh:

AULIA HANDAYANI

K 100 080 015

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

(2)
(3)

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NON POLAR EKSTRAK ETANOLIK KULIT BATANG SIRSAK (Annona muricata Linn.)

TERHADAP SEL T47D

CYTOTOXIC ACTIVITY OF FRACTION NON POLAR EXTRACT ETHANOLIC SKIN STEM SOURSOP (Annona muricata Linn.) ON CELL

T47D

Peni Indrayudha, Haryoto dan Aulia Handayani Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura, Surakarta

ABSTRAK

Daun sirsak (Annona muricata L.) secara empiris digunakan untuk mengobati kanker. Penelitian sebelumnya menunjukkan ekstrak etil asetat daun sirsak mempunyai efek sitotoksik pada sel U-937 dengan nilai IC50 = 7,8 ± 0,3 µg/mL. Penelusuran atau skrining kandungan kimia dan aktivitasnya pada kulit batang sangat diperlukan untuk mengetahui efek sitotoksik fraksi non polar ekstrak etanolik kulit batang sirsak terhadap sel T47D dan kandungan senyawa yang tersari.

Ekstrak etanol diperoleh dari ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96%, kemudian fraksi heksan diperoleh dengan metode KCV. Uji sitotoksik menggunakan metode MTT dengan berbagai seri konsentrasi fraksi sebesar 125,00; 62,50; 31,25; 15,62; dan 7,81 µg/mL. Pembacaan absorbansi menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm. Data yang diperoleh berupa absorbansi, digunakan untuk menghitung % sel hidup yang selanjutnya digunakan dalam menentukan nilai IC50. Analisis kualitatif kandungan senyawa dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fase diam silika gel GF254 dan fase gerak n-heksan PA : etil asetat PA (9 : 1).

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa fraksi non polar ekstrak etanolik kulit batang sirsak tidak memiliki efek sitotoksik terhadap sel T47D. Konsentrasi tertinggi pada 125 µg/mL menunjukkan % sel hidup = 114,94%. Hasil analisis KLT menunjukkan adanya senyawa saponin, polifenol, flavonoid, dan minyak atsiri.

Kata Kunci : Annona muricata L., sel T47D, metode MTT, sitotoksik, ekstrak etanolik kulit batang sirsak

ABSTRACT

Leaves of the soursop (Annona muricata L.) is empirically used to treat

cancer. Previous research suggests ethyl acetate extract of the soursop is leaves

has a cytotoxic effect on U-937 cells with IC50 values = 7.8 ± 0.3 mg/mL. Search

(4)

the cytotoxic effect of non polar fraction of bark ethanolic extract to T47D cells and the soursop compound content.

Ethanol extracts obtained from extraction using 96% ethanol by maceration method, then hexane fraction obtained by the method of VLC. Cytotoxic test using the MTT method with various concentrations of the fraction by 125.00: 62.50: 31.25: 15.62, and 7.81 µg/mL. Absorbance readings using an ELISA reader at a wavelength of 595 nm then was used to calculate % living cells

was then used to determine IC50 values. Qualitative content analysis of

compounds with thin layer chromatography (TLC) using GF254 silica gel as

stationary phase and n-hexane PA : PA ethyl acetate (9 : 1) as mobile phase. The results show that the non polar fraction of ethanolic extract of the bark of the soursop was no cytotoxic effect on T47D cells. The highest

concentration at 125 µg/mL showed % living cells values = 114.94%. TLC

analysis results indicate the presence of saponin, polyphenols, flavonoids, and essential oils.

Keywords:Annona muricata L., T47D cells, MTT method, cytotoxic, soursop bark ethanolic extract

PENDAHULUAN

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang frekuensi

kejadiannya paling tinggi di antara kanker-kanker jenis lain yang sering

menyerang wanita. Penderita kanker payudara di Indonesia sebanyak 12,10%,

terbanyak kedua setelah kanker leher rahim (19,18%) (Tjindarbumi dan

Mangunkusumo, 2002). Upaya pencegahan atau pengobatan kanker lebih penting

mengingat frekuensi kejadian cukup tinggi (Nurrochmad et al., 2011).

Secara umum, pengobatan kanker dilakukan dengan cara pembedahan,

penyinaran, kemoterapi, imunoterapi, dan hormon (Mangan, 2003). Bahan alam

juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penemuan senyawa pemusnah

sel kanker (Syarief et al., 2005), salah satu tanaman yang berpotensi sebagai anti

kanker adalah sirsak. Fraksi kloroform ekstrak etanol dari daun srikaya yang

berasal dari genus yang sama memberikan aktivitas sitotoksik dengan nilai LC50

4,5467 µg/mL terhadap sel HeLa (Djajanegara, 2009). Terdapatnya aktivitas pada

ekstrak yang disari dengan pelarut non polar yaitu heksana, maka penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui efek sitotoksik kulit batang sirsak yang difraksinasi

menggunakan pelarut heksan terhadap sel T47D dan untuk mengetahui senyawa

(5)

METODE PENELITIAN I. Bahan dan Alat

1) Bahan

a. Kulit batang sirsak yang diambil dari tanaman sirsak yang terdapat di

Desa Lopait Kecamatan Tuntang Semarang, Jawa Tengah.

b. Heksan

c. Sel T47D (koleksi Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran

UGM), RPMI (Gibco), FBS, antibiotik penicillin-streptomisin dan

fungizone, akuades, natrium bikarbonat, larutan MTT (3-(4,5

dimethytiazol-2-yl), 2,5-diphenyl tetrazolium bromide), PBS, SDS 10%

(Sigma), HCl 1N, DMSO 100%.

d. Bahan untuk uji kualitatif kandungan senyawa secara kromatografi lapis

tipis, pelat silika gel GF254 (fase diam), n-heksan PA, etil asetat PA (fase

gerak), FeCl3 (deteksi polifenol), sitroborat (deteksi flavanoid), vanilin

H2SO4 (deteksi minyak atsiri), dragendrof (alkaloid), dan

liberman-bourchad (deteksi steroid saponin dan terpenoid saponin).

2) Alat

a. Peralatan dalam pembuatan serbuk: kain hitam, blender, dan pengayak

serbuk

b. Peralatan yang digunakan dalam penyarian: peralatan gelas, penangas air,

alat timbang, seperangkat alat maserasi, dan rotary evaporator

c. Alat yang digunakan dalam uji sitotoksik: tangki nitrogen cair,

mikroskop fase kontras (Olympus), sentrifuge, inkubator CO2, Laminair

Air Flow, ELISA reader, haemocytometer, tabung conical steril, tissue

culture flask, plate micro 96 sumuran, mikropipiet, vorteks, timbangan

elektrik, kamera digital Sony DSC-W130 (8,1 megapixel).

d. Peralatan dalam uji kualitatif kandungan senyawa secara kromatografi

lapis tipis : kertas saring, cawan porselin, lampu UV, pipa kapiler, bejana

(6)

II. Jalan Penelitian

1). Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman sirsak dilakukan di Laboratorium Biologi

Farmasi Fakultas Farmasi UMS, untuk memastikan tanaman yang diteliti

adalah tanaman yang dimaksud dengan mencocokkan keadaan morfologi

tanaman berdasarkan kunci-kunci determinasi dalam buku Flora of Java

karangan Backer dan Van den Brink (1965).

2). Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Serbuk

Simplisia kulit batang sirsak yang digunakan dalam penelitian ini

diambil dari tanaman yang sehat dan segar dari Desa Lopait Kecamatan

Tuntang Semarang yang diambil pada bulan Desember 2010. Kulit batang

tersebut dikeringkan di bawah sinar matahari secara tidak langsung dengan

ditutupi kain hitam, setelah kering simplisia tersebut diblender dan diayak.

3). Preparasi Ekstrak dan Fraksinasi

Serbuk kering simplisia kulit batang sirsak ditimbang sebanyak

1,72 kg kemudian dimasukkan ke alat maserasi dan dimaserasi dengan

pelarut etanol 96% sebanyak 7,5 kali simplisia dalam wadah tertutup rapat

dan terlindung cahaya, disimpan selama 1 x 24 jam sambil sesekali diaduk.

Kemudian ekstrak disaring menggunakan corong buchner. Maserasi

dilakukan berulang sebanyak 2 kali. Filtrat etanol yang didapatkan

dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator dan dilanjutkan dengan

penangas air sehingga diperoleh ekstrak kental yang kemudian difraksinasi.

Fraksinasi ekstrak etanol kulit batang sirsak dilakukan dengan metode

kromatografi cair vakum (KCV) dengan fase diam silica GF 60 254 yang

telah diaktifkan 1500C selama 1 jam. Fase diam dimasukkan ke dalam

kolom ± 175 gram. Pada bagian atas fase diam, dituangkan sampel yang

telah diimpregnasi menggunakan silika impreg yang telah diaktifkan 1500C

selama 1 jam. Sampel diimpregnasi dengan cara mencampurkan sampel

dengan silika dengan perbandingan 1 : 2. Selanjutnya dimasukkan kertas

(7)

tidak berubah letak karena penuangan eluen. Adapun eluen yang digunakan

dalam fraksinasi ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Eluen yang digunakan dalam fraksinasi

Eluen Volume eluen

(mL)

Jumlah elusi Heksan Etil asetat Etanol

9 1 - 150 3X

8 2 - 150 4X

7 3 - 150 4X

6 4 - 150 3X

- - 10 150 2X

Kemudian eluen dituangkan, dan proses kromatografi dijalankan.

Hasil elusi (eluen) ditampung dalam botol flakon. Tiap eluen ditotolkan

pada KLT dan dikembangkan dengan menggunakan eluen n-heksan PA :

etil asetat PA (8 : 2), diamati profil yang terbentuk, eluen dengan profil yang

sama disatukan sebagai satu fraksi, fraksi-fraksi diuapkan dari pelarutnya

dengan rotary evaporator, fraksi heksan diuji aktivitas antikankernya.

4). Sterilisasi

a. Sterilisasi laminar air flow cabinet

Sterilisasi LAF dilakukan dengan menyalakan lampu ultraviolet 30

menit sebelum digunakan. Permukaan tempat kerja disterilkan terlebih

dahulu dengan disemprot etanol 70%.

b. Sterilisasi alat

Sterilisasi alat-alat gelas yang akan digunakan dalam penelitian ini

disterilkan dengan autoclave 1210C selama 15-20 menit.

5). Preparasi Sel Kanker Payudara (T47D)

Sel yang cukup, mediumnya dibuang kemudian ditambah PBS,

ditambah tripsin 0,05%, setelah itu diinkubasi. Selanjutnya ditambah media

secukupnya, dipindah dalam tabung konikal. Kepadatan sel T47D dapat

diketahui dengan cara mengambil 10 µL suspensi sel dan dihitung

(8)

6). Pembuatan Larutan Uji

Fraksi non polar ekstrak etanolik 96% kulit batang sirsak sebanyak

10 mg dilarutkan dalam 100 µL DMSO sehingga diperoleh sampel induk

sebesar 100.000 µg/mL. Selanjutnya dibuat 7 seri kadar dari larutan sampel

induk dalam media RPMI.

7). Uji Sitotoksik menggunakan Metode MTT

Stok yang telah dibuat tujuh seri konsentrasi yaitu 1000 µg/mL;

500 µg/mL; 250 µg/mL; 125 µg/mL; 62,5 µg/mL; 31,25 µg/mL; 15,625

µg/mL dimasukkan ke dalam microplate 96 sumuran, dengan volume 100

µL/sumuran. Sel diinkubasi dalam inkubator 5% CO2 selama 24 jam pada

suhu 370C. Kemudian ditambah MTT pada masing-masing sumuran

sebanyak 110 µL selanjutnya diinkubasi selama 3,5 jam. Setelah itu reaksi

dihentikan dan penambahan SDS 10% sebanyak 100 µL/sumuran untuk

melarutkan formazan. Hasilnya dibaca dengan ELISA reader pada panjang

gelombang 595 nm.

8). Uji Kandungan Senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis

Fraksi non polar kulit batang sirsak dilarutkan dalam pelarut yang

sesuai. Larutan sampel ditotolkan pada plat KLT, kemudian totolan dielusi

dengan berbagai fase gerak yang sesuai, kemudian dikeringkan. Setelah itu

di bawah sinar UV 254 nm dan 366 nm. Tahap akhir uji KLT, permukaan

plat disemprot dengan berbagai pereaksi semprot.

9). Analisis Data

Data uji sitotoksik yang didapat dihitung dengan menggunakan rumus :

% sel hidup = x100%

% sel hidup yang diperoleh dari masing-masing konsentrasi dibuat

persamaan regresi linier yang berasal dari log konsentrasi vs % sel hidup.

Hasilnya kemudian disubstitusi ke dalam persamaan y = Bx + A dengan

nilai y = 50 dan dianti-logaritma untuk mendapatkan nilai IC50. Abs perlakuan – Abs kontrol media

(9)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Fraksinasi Ekstrak Etanol Kulit Batang Sirsak

Fraksinasi dilakukan terhadap ekstrak etanol dengan rendemen

sebesar 4,04%. Hasil fraksinasi diperoleh fraksi non polar (Gambar 1).

Gambar 1. Fraksi non polar (A) ekstrak etanolik kulit batang sirsak diperoleh dari penggabungan dua kali fraksinasi. B dan C menunjukkan fraksi semi polar dan polar.

2. Deteksi Kandungan Senyawa dalam Fraksi Non Polar Ekstrak Etanolik Kulit

Batang Sirsak

Deteksi dilakukan terhadap senyawa saponin, polifenol, flavonoid,

minyak atsiri, dan alkaloid. Hasil deteksi menunjukkan adanya kandungan

senyawa saponin, polifenol, flavonoid, dan minyak atsiri. Hasil tersebut tidak

menunjukkan adanya senyawa alkaloid (Gambar 2).

       A           B        C 

(10)

Rf = 0,33

A B C D E F G

Gambar 2. Hasil KLT Fraksi Non Polar Ekstrak Etanolik Kulit Batang Sirsak dengan Fase Gerak n-Heksan:Etil Asetat (9:1) dan Fase Diam Silika Gel GF. Hasil Deteksi Menunjukkan

Kandungan Saponin, Polifenol, Flavonoid, dan Minyak Atsiri

Keterangan :

A : Deteksi UV 254 nm B : Deteksi UV 366 nm

C : Deteksi pereaksi semprot Liberman-Bourchad di bawah UV 366 nm (deteksi saponin)

D : Deteksi pereaksi semprot FeCl3 secara visual (deteksi polifenol)

E : Deteksi pereaksi semprot Sitroborat di bawah UV 366 nm (deteksi flavonoid) F : Deteksi pereaksi semprot Vanilin-H2SO4 secara visual (deteksi minyak atsiri)

G : Deteksi pereaksi semprot Dragendroff di bawah UV 366 nm (deteksi alkaloid)

3. Hasil Uji sitotoksik

A B

Gambar 3. Sel kontrol (A) dan sel perlakuan fraksi non polar ekstrak etanolik kulit batang sirsak konsentrasi 125 µg/mL (B). Hasil menunjukkan sel relatif hidup.

( sel hidup sel mati )

Hasil menunjukkan perubahan konsentrasi tidak mempengaruhi

perubahan % sel hidup karena kemungkinan terjadi kontaminasi dan memicu

pertumbuhan sel T47D. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kontaminasi

(11)

yaitu kurangnya menjaga sterilitas dalam melakukan uji sitotoksik sehingga

bakteri dan jamur dapat tumbuh di dalam media. Hal ini menunjukkan bahwa

fraksi non polar ekstrak etanolik kulit batang sirsak tidak mempunyai efek

sitotoksik terhadap sel T47D.

Hasil relatif berbeda dengan hasil sebelumnya. Pengujian bullatacin yang

merupakan salah satu Annonaceous acetogenin diperoleh % sel hidup sebesar

0,15% pada konsentrasi 1 µg/mL dan 1% pada konsentrasi 1 x 10-9 µg/mL terhadap

sel MCF-7/Adr. Kenaikan konsentrasi ekstrak berbanding terbalik dengan % sel

hidup(McLaughlin et al., 1999).

Tabel 1. Hasil uji sitotoksik fraksi non polar ekstrak etanolik kulit batang sirsak terhadap sel T47D

Konsentrasi (µg/mL)

Log konsentrasi % sel hidup

125,00 2,09 114,94

62,50 1,79 116,63

31,25 1,49 112,21

15,62 1,19 108,84

7,81 0,89 109,68

Gambar 4. Grafik Hubungan Konsentrasi Fraksi Non Polar Ekstrak Etanolik Kulit Batang Sirsak dengan Persentase Sel Hidup T47D

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang dikenal memiliki aktivitas

antikanker yang berperan dalam mekanisme sitotoksik dengan menginduksi

program kematian sel (apoptosis) (Srisadono, 2008).

109,68

7,81 15,62 31,25 62,5 125

% S

Konsentrasi Fraksi vs % Sel Hidup

(12)

Menurut Pinto (2005), sari buah sirsak menghasilkan tannins. Tannins

merupakan salah satu jenis polifenol. Polifenol menghambat terjadinya

karsinogenesis dengan cara menghambat faktor pertumbuhan, aktifasi AP

(activator protein) -1, dan MAP (mitogen-activated protein) kinase sehingga

menurunkan perkembangbiakan dari sel kanker. Selain itu polifenol juga

menghambat metabolisme asam arakidonat yang menyimpang dari kebiasaan

sehingga meningkatkan apoptosis (Lambert, 2005). Tidak semua flavonoid dan

polifenol di kulit batang sirsak bersifat aktif, sehingga fraksi non polar ekstrak

etanolik kulit batang sirsak tidak toksik terhadap sel T47D.

Hal ini mungkin disebabkan juga karena minyak atsiri yang terkandung

dalam fraksi non polar ekstrak etanolik kulit batang sirsak mengandung minyak

atsiri yang tidak berefek sitotoksik antara lain β-caryophyllene, epi-α-cadinol, α

-cadinol yang berasal dari ekstrak etanol daun sirsak (Sausa, 2010). Tidak

tersarinya alkaloid pada fraksi non polar dimungkinkan menjadi penyebab tidak

aktifnya fraksi non polar ekstrak etanolik kulit batang sirsak sehingga tidak

memiliki aktivitas sitotoksik. Alkaloid-alkaloid dalam tanaman sirsak seperti

aporphine dan (-) roemerine merupakan senyawa yang telah dibuktikan

bertanggung jawab terhadap aktivitas sitotoksik (Pinto, 2005).

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

1. Fraksi non polar ekstrak etanolik kulit batang Annona muricata L. tidak

memiliki efek sitotoksik poten terhadap sel T47D.

2. Hasil komatografi lapis tipis (KLT) menunjukan bahwa fraksi non polar

ekstrak etanolik kulit batang Annona muricata L. terdapat senyawa

saponin, polifenol, flavonoid, dan minyak atsiri.

SARAN

1. Penelitian dengan menjaga sterilitas dalam melakukan uji sitotoksik.

2. Penelitian dengan fraksinasi yang berbeda untuk memperoleh hasil yang

(13)

UCAPAN TERIMA KASIH

Kepada LPPM melalui Program Hibah Penelitian Kompetitif.

DAFTAR ACUAN

Backer, C. A. D. & Brink, R. C. B. D. D., 1965, Flora of Java (Spermatophytes

Only), NVP Noordhaff, Groningen the Netherlands.

Djajanegara, I. & Wahyudi, P., 2009, Pemakaian Sel HeLa dalam Uji Sitotoksitas Fraksi Kloroform dan Etanol Ekstrak Daun Annona sqamosa. Jurnal

Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol. 7, No. 1, hal. 7-11.

Lambert, J. D., Hong, J., Yang, G., Liao, J., & Yang, C. S., 2005, Inhibition of carcinogenesis by polyphenols: evidence from laboratory investigations,

Am J Clin Nutr, 81(suppl):284S–91S.

Mangan, Y., 2003, Cara Bijak Menaklukan Kanker, 3-6, Agro Media Pustaka, Jakarta.

McLaughlin, J. L., Alali, F. Q., & Liu, X. X., 1999, Annonaceous Acetogenins : Recent Progress, Journal of Natural Products, 62, 504-540.

Nurrochmad, A., Lukitaningsih, E., & Meiyanto, E., 2011, Anti cancer activity of rodent tuber (Thyphonium flagelliforme (lodd.) Blume on human breast cancer t47d cells, International Journal of Phytomedicine, Vol. 3, 138-146.

Pinto, A. C. Q., Cordiero, M. C. R., Andrade, S. R. M., Ferraira, F. R., Filgueiras, H. A. C., Alves, R. E., & Kinpara, D. I., 2005, Annona spesies, International Centre for Underutilized Crops, University of Southampton, Southampton.

Sausa, O. V., Vieira, G. D. V., Pinho, J. J. R. G., Yamamoto, C. H., & Alves, M. S., 2010, Antinociceptive and Anti-Inflammatory Activities of the Ethanol Extract of Annona muricata L. Leaves in Animal Models, International Journal of Molecular Sciences, 11, 2067-2078.

Srisadono, 2008, Skrining Awal Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle Linn) Sebagai Antikanker dengan Metode Brine Shrimp Lathaly Test (BLT),

Karya Ilmiah, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.

Syarief, W. R., Aisyah, C., Elviana, E., & Fidiasari, E. R., 2005, Farmakognosi

(14)

Tjindarbumi, D. & Mangunkusumo, R., 2002, Cancer in Indonesia, Present and Future, Jpn J Clin Oncol., 32 (Supplement 1), S17-S21

Gambar

Tabel 1. Eluen yang digunakan dalam fraksinasi
Gambar 1. Fraksi non polar (A) ekstrak etanolik kulit batang sirsak diperoleh dari penggabungan dua kali fraksinasi
Gambar 2. Hasil KLT Fraksi Non Polar Ekstrak Etanolik Kulit Batang Sirsak dengan Fase
Tabel 1. Hasil uji sitotoksik fraksi non polar ekstrak etanolik kulit batang sirsak terhadap sel T47D

Referensi

Dokumen terkait

Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan Konseling Di Sekolah: Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Umum (SMU).. Jakarta: Kerjasama Koperasi Karyawan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS (PRAKTEK BERPASANGAN) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG KOPERASI PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV

Pada penulangan breast wall digunakan 84 tulangan pokok dengan diameter 32 mm jarak 150 mm dan untuk tulangan begel baik arah memanjang dan melintang

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada indikasi kesalahan klasifikasi pada data testing VDA disebabkan karena dari awal pengelompokan provinsi ke dalam kelas

Untuk mengetahui pengaruh green product , brand personality dan perceived quality menjadi faktor yang diteliti terhadap minat beli produk kecantikan NaavaGreen..

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan (1) Terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan pembelajaran Giving Question and Getting Answer dan Question Student Have

Analisis Siklus Waktu Proses Pengangkutan Tebu Circle time maut-angkut tebu merupakan suatu siklus maut-angkut tebu dari muat tebu ke trailer atau truk menggunakan

Setelah identifikasi bakteri pada proses pengomposan daun meranti, selanjutnya dilakukan penelitian tahap kedua, yaitu aplikasi di lapangan dengan menggunakan fungi