No. Daftar FPEB : 343/UN.40.7.D1/LT/2014
PENGARUH PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH
DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP
KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN
(Studi Kasus pada SKPD Pemerintah Kabupaten Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi
Oleh:
Mitha Persia Prahara
1006114
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah dan
Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas
Akuntabilitas Keuangan
(Studi Kasus pada SKPD Pemerintah Kabupaten Bandung)
Oleh
Mitha Persia Prahara
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Mitha Persia Prahara 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH
DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP
KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN
(Studi Kasus pada SKPD Pemerintah Kabupaten Bandung)
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Mitha Persia Prahara 1006114
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
Dr. Ikin Solikin, S.E., M.Si., Ak., CA NIP. 19651012 200112 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
HAK CIPTA
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI BERITA ACARA SIDANG
MOTTO ABSTRAK ABSTRACT
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR GRAFIK ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Maksud Penelitian ... 9
1.4 Tujuan Penelitian ... 9
1.5 Kegunaan Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 11
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.1.1 Definisi Pengelolaan Barang Milik Daerah ... 11 2.4.1 Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan ... 39
2.4.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan ... 40
2.5 Penelitian Terdahulu ... 41
2.6 Kerangka Pemikiran ... 42
2.7 Hipotesis Penelitian ... 46
BAB III OBJEK DAN METODE PENENLITIAN 48 3.1 Objek Penelitian ... 48
3.2 Metode Penelitian ... 48
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ... 49
3.2.2.1 Definisi Variabel ... 49
3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 50
3.3 Populasi dan Sampel ... 53
3.3.1 Populasi ... 53
3.3.2 Sampel ... 54
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 55
3.5 Teknik Analisis Data ... 57
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 58
3.5.2 Konversi Data dari Skala Ordinal ke Interval ... 58
3.5.3 Uji Kualitas Instrumen ... 59
3.5.3.1 Uji Validitas Instrumen ... 59
3.5.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 60
3.5.4 Uji Asumsi Klasik ... 62
3.5.4.1 Uji Normalitas ... 62
3.5.4.2 Uji Heteroskedastisitas ... 62
3.5.4.3 Uji Multikolinieritas ... 63
3.5.5 Pengujian Hipotesis ... 64
3.5.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 64
3.5.5.2 Uji t ... 65
3.5.5.3 Uji F ... 65
3.5.5.4 Koefisien Determinasi ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
4.1 Hasil Penelitian ... 67
4.1.1 Tinjauan Hasil Penelitian 67
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bandung ... 4.1.4.1 Deskripsi Data Variabel Pengelolaan Barang Milik Daerah (X1) ... 81
4.1.4.2 Deskripsi Data Variabel Sistem Pengendalian Intern (X2) ... 95
4.1.4.3 Deskripsi Data Variabel Kualitas Akuntabilitas Keuangan (Y) ... 102 4.2.1 Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan ... 120
4.2.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan ... 123
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 127
5.1 Kesimpulan ... 127 5.2 Saran ... 128
DAFTAR PUSTAKA
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK
Hal Grafik 1.1 Perkembangan Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) Tahun 2008-2012 ... 3 Grafik 1.2 Presentase Kelemahan SPI pada Pemeriksaan LKPD Tahun
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1.1. Kelompok Temuan SPI pada Pemeriksaan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Bandung ... 5
Tabel 2.1. Matriks Penelitian Terdahulu ... 41
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel ... 51
Tabel 3.2. Daftar Populasi Penelitian ... 53
Tabel 3.3. Distribusi Sampel Proporsional ... 55
Tabel 3.4. Pola Skoring ... 56
Tabel 3.5. Interpretasi Skor ... 57
Tabel 4.1. Data Responden ... 73
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Pertama Kuesioner Pengelolaan Barang Milik Daerah ... 75
Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Kedua Kuesioner Pengelolaan Barang Milik Daerah (X1) ... 77
Tabel 4.4. Hasil Uji Validitas Kuesioner Sistem Pengendalian Intern .. 78
Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas Kuesioner Kualitas Akuntabilitas Keuangan ... 79
Tabel 4.6. Hasil Uji Reliabilitas ... 80
Tabel 4.7. Tanggapan Responden Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah ... 81
Tabel 4.8. Tanggapan Responden Tentang Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran ... 84
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan Penyaluran ... Tabel 4.11. Tanggapan Responden Tentang Penggunaan ... 87 Tabel 4.12. Tanggapan Responden Tentang Penatausahaan ... 88 Tabel 4.13. Tanggapan Responden Tentang Pemanfaatan ... 89 Tabel 4.14. Tanggapan Responden Tentang Pengamanan dan
Pemeliharaan ... 90 Tabel 4.15. Tanggapan Responden Tentang Penilaian ... 91 Tabel 4.16. Tanggapan Responden Tentang Pengahpusan ... 92 Tabel 4.17. Tanggapan Responden Tentang Pembinaan, Pengendalian
dan Pengawasan ... 92 Tabel 4.18. Tanggapan Responden Tentang Pembiayaan ... 94 Tabel 4.19. Tanggapan Responden Tentang Tuntutan Ganti Rugi ... 94 Tabel 4.20. Tanggapan Responden Tentang Sistem Pengendalian
Intern (X2) ... 95 Tabel 4.21. Tanggapan Responden Tentang Lingkungan Pengendalian 97 Tabel 4.22. Tanggapan Responden Tentang Penilaian Risiko ... 98 Tabel 4.23. Tanggapan Responden Tentang Kegiatan Pengendalian ... 99 Tabel 4.24. Tanggapan Responden Tentang Informasi dan Komunikasi 101 Tabel 4.25. Tanggapan Responden Tentang Pemantauan ... 101 Tabel 4.26. Tanggapan Responden Tentang Kualitas Akuntabilitas
Keuangan (Y) ... 103 Tabel 4.27. Tanggapan Responden Tentang Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan ... 105 Tabel 4.28. Tanggapan Responden Tentang Penilaian Kinerja
Keuangan ... 106 Tabel 4.29. Tanggapan Responden Tentang Sistem Informasi yang
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.30. Tanggapan Responden Tentang Akuntabilitas Kinerja Keuangan yang Dinilai Secara Objektif dan Independen .... 109 Tabel 4.31. Hasil Uji Normalitas ... 110 Tabel 4.32. Hasil Uji Multikolinieritas ... 111 Tabel 4.33. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 112 Tabel 4.34. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Variabel X1 dan
Y ... 115
Tabel 4.35. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Variabel X2 dan Y ... 117 Tabel 4.36. Hasil Perhitungan Uji-F ... 118 Tabel 4.37. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Variabel X1, X2
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3 Angket Penelitian
Lampiran 4 Data Ordinal
Lampiran 5 Data Interval
Lampiran 6 Perhitungan SPSS
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan
(Studi Kasus pada SKPD Pemerintah Kabupaten Bandung) Oleh : Mitha Persia Prahara
Pembimbing : Dr. Ikin Solikin, SE., M.Si., Ak., CA Abstrak
Akuntabilitas keuangan menjadi isu sentral yang mendapat sorotan dari berbagai pihak. Salah satu indikator kualitas akuntabilitas keuangan dilihat dari opini auditor eksternal. Pemerintah daerah yang belum memperoleh opini wajar tanpa pengecualian disebabkan oleh faktor adanya kelemahan sistem pengendalian intern dan pengelolaan barang milik daerah yang belum tertata dengan tertib. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan di Pemerintah Kabupaten Bandung.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) di Pemerintah Kabupaten Bandung. Sampel yang diperoleh sebanyak 38 responden dengan menggunakan teknik simple random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda yang diolah dengan SPSS ver 20.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pengelolaan barang milik daerah berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap kualitas akuntabilitas keuangan di Pemerintah Kabupaten Bandung; (2) sistem pengendalian intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas akuntabiltas keuangan Pemerintah Kabupaten Bandung; (3) pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas akuntabilitas keuangan Pemerintah Kabupaten Bandung.
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
The Influence of Local Assets Management and Internal Control System Toward Quality of Financial Accountability
(Case Study in SKPD of Bandung District Government)
By: Mitha Persia Prahara
Supervisor: Dr. Ikin Solikin, SE., M.Si., Ak., CA Abstract
Financial accountability becomes a central issue that is highlights from various parties. One of the indicators of financial accountability seen from the
external auditor’s opinion. Local Governments who have not obtained an unqualified opinion caused by a weakness of internal control system and local assets management which has not been orderly. The objective of this study is to know the influence of Local Assets Management and Internal Control System towards Quality of Financial Accountability in Bandung District Government.
The research method used is descriptive analysis. Population in this study were all regional working units device in Bandung District Government. Sample obtained were 38 respondents used simple random sampling. The analysis method used is multiple regression analysis.
The results of this research are: (1) there is possitive influence but not significant between local assets management and quality of financial accountability in Bandung District Government; (2) there is possitive and significant influence between internal control system and quality of financial accountability in Bandung District Government; (3) simultaneously local assets management and internal control system are possitive and significant influence toward quality of financial accountability.
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemberlakuan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang selanjutnya
undang-undang tersebut diganti dan disempurnakan dengan Undang-undang
Nomor 32 tahun 2004 dan undang-undang Nomor 33 tahun 2004 telah membawa
dampak perubahan pada pola pengelolaan keuangan di sektor publik termasuk
pemerintahan yang berimplikasi pada tuntutan otonomi yang lebih luas dan
akuntabilitas publik yang nyata yang harus diberikan kepada pemerintah daerah.
Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus bisa menjadi subyek pemberi
informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui
(right to know), hak untuk diberi informasi (right to be informed), serta hak untuk
didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to). (Mardiasmo,
2002:31)
Pada dasarnya, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan
pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah daerah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Salah satu dimensi akuntabilitas publik
2
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemerintahan baik pusat maupun daerah telah menjadi isu sentral yang mendapat
sorotan dari berbagai pihak. Akuntabilitas keuangan merupakan
pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan. Sasarannya adalah laporan keuangan
yang mencakup penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran keuangan instansi
pemerintah (LAN dan BPKP, 2001).
Akuntabilitas keuangan yang berkualitas memuat informasi yang
akurat/handal dan valid yang menggambarkan kinerja instansi pemerintah,
sekaligus sebagai perwujudan pertanggungjawaban pengelolaan dan pengendalian
sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan pada instansi
pemerintah yang bersangkutan (Ismail Mohamad, 2004:278).
Dengan demikian, tingkat akuntabilitas laporan keuangan pemerintah
daerah (LKPD) yang dibuat oleh pemerintah daerah menggambarkan tingkat
akuntabilitas keuangan pemerintah daerah. Salah satu indikator kualitas
akuntabilitas keuangan dilihat dari opini auditor eksternal (BPK) atas penyajian
laporan keuangan pemerintah, yang terdiri dari Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Kementrian/Lembaga (LKKL), dan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang komponennya meliputi: Neraca,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Opini BPK secara bertingkat terdiri dari: Tidak Wajar (TW), Tidak
Memberikan Pendapat (TMP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan yang
3
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun perkembangan opini LKPD tahun 2008 sampai dengan 2012
dalam IHPS semester II 2013 tergambar dalam grafik 1.1 sebagai berikut:
Sumber: IHPS II Tahun 2013
Grafik 1.1
Perkembangan Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun 2008- 2012
Berdasarkan grafik di atas dapat kita lihat bahwa dalam kurun waktu lima
tahun terakhir ini terdapat peningkatan jumlah LKPD yang mendapat opini
kategori paling baik yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan yang mendapat
opini kategori paling buruk yaitu Tidak Memberikan Opini (TMP) mengalami
penurunan. Walaupun demikian, selain menunjukan kemajuan terdapat pula
LKPD yang mengalami penurunan kualitas opini dari opini WDP menjadi TW
yaitu Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Kotabaru, dan Kabupaten Minahasa.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) RI
mengungkapkan potret akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah belum
menggembirakan karena target mengacu pada RPJM 2014 mencapai 60% daerah
sudah mendapatkan opini WTP, sementara hasil peneliaian dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) pada tahun 2012 baru 120 Pemerintah Daerah atau 23% yang
4
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LKPD yang memperoleh Opini WDP, pada umumnya laporan keuangan
telah disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material
kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan akun yang dikecualikan.
Belum diperolehnya opini WTP dari BPK menunjukkan bahwa pelaporan
keuangan Pemerintah daerah masih belum sepenuhnya dapat diyakini
kewajarannya oleh BPK yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Adanya kelemahan sistem pengendalian intern;
2. Belum tertatanya barang milik negara/daerah dengan tertib;
3. Tidak sesuainya pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan ketentuan yang berlaku;
4. Penyajian laporan keuangan yang belum sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);
5. Kelemahan dalam sistem penyusunan laporan keuangan;
6. Kurang memadainya kompetensi SDM pengelola keuangan pada pemerintah daerah.
Selama lima tahun terakhir dari tahun 2008 sampai dengan 2012,
Pemerintah Kabupaten Bandung mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian
(WDP). Salah satu penyebab Pemerintah Kabupaten Bandung tidak mendapat
opini Wajar Tanpa Pengecualian yaitu ditemukan kelemahan sistem pengendalian
intern serta ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
mengakibatkan kerugian daerah serta permasalahan mengenai aset daerah (IHPS I
Tahun 2013).
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas 108 LKPD tahun 2012
menunjukkan terdapat 1.367 kasus kelemahan sistem pengendalian intern (SPI)
yang meliputi kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan sebanyak
5
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja sebanyak 549 kasus atau 40%
(549/1.367 x 100%) dan kelemahan struktur pengendalian intern sebanyak 250
kasus atau 18% (250/1.367 x 100%). Presentase kelemahan SPI yang terjadi pada
LKPD disajikan dalam grafik 1.2
Sumber: IHPS II Tahun 2013
Grafik 1.2
Presentase Kelemahan SPI pada Pemeriksaan LKPD Tahun 2012
Temuan BPK atas kelemahan sistem pengendalian intern di Pemerintah
Kabupaten Bandung dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semeter I dapat dilihat
dalam tabel 1.1
Tabel 1.1
Kelompok Temuan SPI pada Pemeriksaan Keuangan Pemerintah Kabupaten Bandung
No Temuan Jumlah
Kasus
1 Kelemahan Sistem Pengendalian Akuntansi dan Pelaporan 6 2 Kelemahan Sistem Pengendalian Pelaksanaan Anggaran dan
Belanja
2
3 Kelemahan Struktur Pengendalian Intern 3
Jumlah 11
Sumber: IHPS I Tahun 2013
Kasus-kasus kelemahan SPI tersebut diantaranya megenai pencatatan
6
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan ketentuan, sistem informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai,
perencanaan kegiatan tidak memadai, entitas tidak memiliki Standard Operating
Procedure (SOP) yang formal untuk suatu prosedur atau keseluruhan prosedur,
serta kelemahan SPI lainnya seperti pelaksanaan belanja di luar mekanisme
APBD, SOP yang ada pada entitas tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati
dan satuan pengawas intern yang tidak memadai atau tidak berjalan optimal.
Sistem Pengendalian Intern menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 60 tahun 2008 adalah
Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Konsep pengendalian dan pengawasan itu sendiri telah lama ada di
pemerintahan Indonesia dan telah mengalami banyak perkembangan.
Perkembangan terkini mengenai sistem pengendalian intern pada pemerintahan
sesuai dengan Pasal 58 ayat 1 Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja,
tranparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku
Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern
di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Dari penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penyelenggaran sistem pengendalian intern di lingkungan
7
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keuangan, maka semakin baik penerapan sistem pengendalian intern akan
semakin baik pula kualitas akuntabilitas keuangan.
Dalam pemeriksaan laporan keuangan, BPK RI menyoroti permasalahan
mengenai pengelolaan barang milik daerah dalam akun yang dikecualikan untuk
opini atas pemeriksaan LKPD. Pengelolaan barang milik daerah merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan keuangan dan secara umum terkait
dengan administrasi pembangunan daerah khususnya yang berkaitan dengan nilai
aset, pemanfaatan aset, pencatatan nilai aset dalam neraca maupun dalam
penyususnan prioritas dalam pembangunan.
Bupati Bandung Dadang M Naser mengakui, persoalan aset membuat
Pemerintah Kabupaten Bandung kesulitan meraih opini sempurna dari BPK.
Rumitnya persoalan aset tidak bisa dilepaskan dari kepindahan ibu kota
Kabupaten Bandung dari Balonggede ke Baleendah dan Soreang. Begitu juga
hasil pemekaran Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Bandung Barat yang
masih meninggalkan permasalahan aset. Belum lagi persoalan aset lahan
Arcamanik dari hasil pemekaran Kabupaten Bandung dengan Kota Bandung.
Berdasarkan catatan BPK, persoalan aset itu menyangkut aset tetap yang belum
tertib, penyajian aset tetap yang belum didukung dengan daftar rincian, pencatatan
ganda, dan penomoran atau kodefikasi yang belum dilakukan. (Koran-sindo.com,
2011)
Banyaknya kasus-kasus seperti di atas sangat jelas menggambarkan
8
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maka pemerintah perlu menyiapkan pengelolaan/manajemen barang daerah
tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah.
Siklus pengelolaan barang milik daerah menurut Permendagri ini meliputi:
perencanaan kebutuhan dan penganggaran; pengadaan; penerimaan, penyimpanan
dan penyaluran; penggunaan; penatausahaan; pemanfaatan; pengamanan dan
pemeliharaan; penilaian; penghapusan; pemindahtanganan; pembinaan,
pengawasan dan pengendalian; pembiayaan; dan tuntutan ganti rugi.
Pengelolaan barang milik daerah ditujukan untuk menjamin keberlanjutan
dari pemerintah daerah, maka pemerintah dituntut untuk dapat mengembangkan
dan mengoptimalkan pengelolaan aset/barang milik daerah. Sehingga pengelolaan
barang daerah yang baik dapat menciptakan kualitas laporan keuangan yang baik
dan akan berdampak pada peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan
pemerintah itu sendiri.
Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan
pengelolaan barang milik daerah, sistem pengendalian intern dan akuntabilitas
keuangan. Seperti penelitian yang dilakukan Maya Maulidia Wiraputri (2012)
yang menunjukkan bahwa pengelolaan berpengaruh pada kualitas laporan
keuangan, namun pengelolaan barang milik daerah terhadap akuntabilitas dengan
kualitas laporan keuangan sebagai variabel intervening tidak berpengaruh
signifikan. Kemudian penelitian Deden Taesar Noor Ikhsan (2011) yang
9
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemerintah terhadap Akuntabilitas Publik Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
Sedangkan pnelitian Aristanti Widyaningsih (2009) menunjukkan hubungan yang
kuat antara efektivitas sistem akuntansi keuangan daerah dan pengendalian intern
dengan kualitas akuntabilitas keuangan.
Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
penulis tertarik untuk mengkaji melalui penelitian dengan judul: Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan (Studi Kasus Pada SKPD Pemerintah Kabupaten Bandung).
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pengelolaan barang milik daerah terhadap kualitas
akuntabilitas keuangan di Pemerintah Kabupaten Bandung?
2. Bagaimana pengaruh sistem pengendalian intern terhadap kualitas
akuntabilitas keuangan di Pemerintah Kabupaten Bandung?
3. Bagaimana pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem
pengendalian intern secara simultan terhadap kualitas akuntabilitas keuangan
10
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.3 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai
pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Sistem Pengendalian Intern
terhadap kualitas Akuntabilitas Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di Pemerintah Kabupaten Bandung.
1.4 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Pengaruh pengelolaan barang milik daerah terhadap kualitas akuntabilitas
keuangan di Pemerintah Kabupaten Bandung
2. Pengaruh sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan
di Pemerintah Kabupaten Bandung.
3. Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern
secara simultan terhadap kualitas akuntabilitas keuangan di Pemerintah
Kabupaten Bandung.
1.5 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna dan
dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, baik kegunaan teoritis
maupun kegunaan praktis.
11
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Memberikan bukti empiris yang berguna bagi pengembangan keilmuan,
yakni sebagai bahan kajian dan menambah referensi dalam penelitian
akuntansi mengenai pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem
pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah
daerah agar memperhatikan pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah dan
sistem pengendalian intern sehingga dapat meminimalisir masalah-masalah
yang berhubungan dengan pengelolaan barang milik daerah dan kelemahan
sistem pengendalian intern sebagai bentuk upaya peningkatan kualitas
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Dalam melakukan sebuah penelitian yang pertama kali diperhatikan adalah
obyek penelitian yang akan diteliti. Dimana objek penelitian tersebut terkandung
masalah yang akan dijadikan bahan penelitian untuk dicari pemecahannya.
Sugiyono (2009: 38) mendefinisikan obyek penelitian sebagai “suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.” Berdasarkan uraian tersebut, yang menjadi obyek dalam
penelitian ini adalah pengelolaan barang milik daerah, sistem pengendalian intern
dan akuntabilitas Publik.
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana kerja yang terstruktur dalam proses
penelitian ilmiah. Menurut Husein Umar (2002: 36) definisi desain penelitian
adalah
49
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perencanaan tersebut tercakup hal-hal yang akan dilakukan periset mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya secara operasional sampai pada analisis akhir.
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitis.
Menurut M Nazir (2003: 54) penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan
kuantitatif bertujuan untuk menyajikan gambaran secara terstruktur, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan anatar variabel yang diteliti
selanjutnya dianalisis secara statistik untuk diambil kesimpulan.
Sehubungan dengan jenis penelitian ini, maka metode penelitian yang
digunakan adalah metode survey. Data dikumpulkan dari sampel yang telah
ditentukan, data variabel diperoleh dengan alat pengeumpulan data yaitu melalui
kuesioner.
3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel 3.2.2.1Definisi Variabel
Sugiyono (2012: 38) menjelaskan bahwa “variabel penelitian pada
dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk diteliti sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya.” Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan Barang Milik Daerah
Pengelolaan barang milik daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan
50
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penganggaran; pengadaan; penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;
penggunaan; penatausahaan; pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan;
penilaian; penghapusan; pemindahtanganan; pembinaan, pengawasan dan
pengendalian; dan tuntutan ganti rugi. (Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah,
2010:160 ; Permendagri Nomor 17 Tahun 2007)
2. Sistem Pengendalian Intern
Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60
Tahun 2008)
3. Kualitas Akuntabilitas Keuangan
Akuntabilitas keuangan yang berkualitas memuat informasi yang akurat/andal
dan valid yang menggambarkan kinerja instansi pemerintah, sekaligus
sebagai perwujudan pertanggungjawaban pengelolaan dan pengendalian
sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan pada instansi
51
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.2.2.2Operasionalisasi Variabel
Agar penelitian ini dapat dikatakan sesuai dengan yang diharapkan, maka
perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian
ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1
1. Menyusun Daftar Rencana Tahunan Barang dengan memperhatikan data barang. 2. Berpedoman pada standarisasi
sarana dan prasarana kerja pemerintah daerah serta standar harga yang ditetapkan Keputusan Kepala Daerah.
1
2
Ordinal
2. Pengadaan 1. Pelaksanaan pengadaan menggunakan sistem
1. Penerimaan barang dituangkan dalam berita acara dan disertai dengan dokumen yang jelas. 2. Diselenggarakan administrasi
penyimpanan dalam gudang. 3. penyaluran dilaksanakan atas
dasar SPPB.
5,6
7,8
9
Ordinal
4. Penggunaan Status penggunaan barang milik daerah berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah.
10 Ordinal
5. Penatausahaan 1. Kegiatan pembukuan 2. Kegiatan inventarisasi 3. Pelaporan barang milik daerah
11,12 13 14,15
Ordinal
6. Pemanfaatan Pemanfaatan barang milik daerah dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD.
16,17 Ordinal
7. Pengamanan dan Pemeliharaan
1. Pengamanan berupa sertifikasi dan bukti kepemilikan.
2. Pemeliharaan berpedoman pada DKPBMD.
18
19
52
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8. Penilaian Melibatkan penilai independen
yang bersertifikat di bidang penilaian aset.
20 Ordinal
9. Penghapusan Penghapusan dilakukan ketika barang sudah tidak dalam penguasaan, alih kepemilikan, serta terjadi pemusnahan berdasarkan persetujuan dan keputusan kepala daerah.
21 Ordinal
10. Pemindahtanganan Pemindahtanganan BMD berupa tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan
22 Ordinal
11. Pembinaan,
Pengendalian dan Pengawasan
1. Pembinaan dilakukan melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan dan supervisi.
2. Dilakukan inspeksi dan mengadakan pemeriksaan secara berkala.
3. Dilakukan pemantauan dan penertiban BMD serta audit
12. Pembiayaan Pembiayaan dibebankan pada APBD
29 Ordinal
13. Tuntutan Ganti Rugi Tuntutan ganti rugi sesuai dengan undang-undang.
1. Integritas dan nilai etika 2. Komitmen terhadap kompetensi 3. Struktur organisasi
4. wewenang dan tanggung jawab 5. Kebijakan sumber daya
2. Penilaian risiko 1. Penetapan tujuan instansi 2. Penetapan tujuan kegiatan
3. Kegiatan pengendalian 1. Review kinerja
2. Pembinaan sumber daya manusia
3. Pengendalian fisik atas aset 4. Pemisahan fungsi
5. Otorisasi transaksi dan aktivitas 6. Pencatatan yang akurat dan
tepat waktu
7. Pembatasan akses terhadap sumber daya.
5. Pemantauan 1. Pemantauan yang berkelanjutan 2. Evaluasi terpisah
53
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Akuntabilitas program dan aktivitas pemerintahan
perbedaan antara anggaran dan realisasi.
2. Pengungkapan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Pengungkapan sebab-sebab adanya perbedaan realisasi anggaran tahun sekarang dan tahun lalu.
4. Penyampaian akuntabilitas kinerja keuangan tepat waktu.
2
1. Penilaian kinerja keuangan dari aspek kehematan penggunaan sumber dana.
2. Penilaian kinerja keuangan dari aspek efisiensi penggunaan sumber dana.
3. Penilaian kinerja keuangan dari aspek efektivitas penggunaan sumber dana.
4. Penilaian atas pencapaian tujuan yang telah dibiayai,
telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Dalam penyajian data keuangan terdapat netralitas dalam pengungkapannya.
1. Adanya penilaian yang objektif dan independen terhadap akuntabilitas kinerja keuangan. 2. Tindak lanjut terhadap laporan
penilaian atas akuntabilitas.
Populasi menurut Sugiyono (2012: 80) adalah “wilayah generalisasi yang
54
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”
Populasi dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang ada di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung yang berjumlah 59
SKPD.
Tabel 3.2
Daftar Populasi Penelitian
No SKPD Jumlah
1. Inspektorat 1
2. Sekretariat 2
3. Kantor 2
4. Dinas 14
5. Badan 9
6. Kecamatan 31
Jumlah 59
Sumber: www.bandungkab.go.id 3.3.2 Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2012:81) adalah “bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Apa yang dipelajari dari
sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling yaitu
“teknik pengambilan sampel yang memeberikan peluang yang sama bagi setiap
unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012: 82).
Teknik probability sampling yang digunakan adalah simple random sampling.
Menurut Sugiyono (2012: 82) simple random sampling dikatakan simple
55
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Metode yang
digunakan untuk menentukan jumlah sampel ini adalah menggunakan rumus
Slovin (Sevilla et. al., 1960:182), dengan rumus sebagai berikut:
dimana:
n : jumlah sampel N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Jumlah sampel yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan di atas maka sampel minimal yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 38 responden. Setelah jumlah
seluruh sampel didapatkan, maka ditentukan jumlah sampel untuk setiap SKPD
yang dihitung secara proporsional. Dengan jumlah sampel sebanyak 38
responden, maka menurut Harun Al Rasyid (1993:80) penentuan sampel dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:
ni = ukuran sampel yang harus diambil Ni = ukuran populasi ke-i
N = populasi
56
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Table 3.3.
Distribusi Sampel Proporsional
No SKPD Jumlah Sampel
1. Inspektorat 1 1
2. Sekretariat 2 1
3. Kantor 2 1
4. Dinas 14 9
5. Badan 9 6
6. Kecamatan 31 20
Jumlah 59 38
Sumber: Data Penelitian, Tahun 2014
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data didasarkan pada jenis data yang dipergunakan
dalam penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan data primer, Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer. Husein Umar (2003: 60) menyatakan bahwa
data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, misalnya dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara, pengisian kuesioner, atau bukti transaksi seperti tanda bukti pembelian barang dan karcis parkir. Data ini semua merupakan data mentah yang kelak akan diproses untuk tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Data primer diperoleh melalui penelitian lapangan yaitu dengan
mengadakan memberikan daftar pertanyaan (kuesioner) serta mengumpulkan
catatan dan dokumen yang berhubungan dengan objek yang sedang diteliti.
“Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
57
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil jawaban kuesioner dengan menggunakan skala likert yang telah
disusun selanjutnya dilakukan pengujian secara kuantitatif. Adapun pemberian
skor menggunakan skala likert sebagai berikut:
Tabel 3.3 Pola Skoring
No. Pilihan Skor
1. Selalu 5
2. Sering 4
3. Kadang-kadang 3
4. Hampir tidak pernah 2
5. Tidak pernah 1
(Sumber: Sugiyono, 2010:105 diolah)
Untuk menentukan kriteria pengklasifikasian variabel X dan variabel Y
menurut Husein Umar (2003: 201), rentang skor dicari dengan rumus sebagai
berikut:
RS = (m - n) b Keterangan:
RS = Rentang Skor m = Skor tertinggi item n = Skor terendah item b = Jumlah kelas
Skor item tertinggi = 5 x 38 = 190
Skor terendah = 1 x 38 = 38
Rentang skor = (190 – 38) / 5 = 30,4
Berikut ini adalah kriteria yang diperoleh dari interpretasi skor
58
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.4
Interpretasi Skor
Hasil Kategori
38 – 68,4 Tidak Baik/Tidak Efektif 68,5 – 98,8 Kurang Baik/Kurang Efektif 90,9 – 129,2 Cukup Baik/Cukup Efektif 121,3 – 159,6 Baik/Efektif
159,7 - 190 Sangat Baik/Sangat Efektif
Interpretasi skor di atas akan digunakan sebagai pedoman untuk
menginterpretasikan hasil penelitian dari jawaban kuisioner yang telah diisi oleh
para responden. Setelah itu, hasil jawaban akan dianalisis untuk mendeskripsikan
hasil jawaban yang berkaitan dengan variabel pengelolaan barang milik daerah,
sistem pengendalian intern dan akuntabilitas publik.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan. Setelah data yang
diperlukan diperoleh, kemudian dilakukan pengklasifikasian dan pengelolaan data
dengan menyusun data yang didapat dari hasil kuesioner.
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Sugiyono (2012: 147) analisis statistik deskriptif adalah “statistik
yang digunakan untuk menganalisis data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
59
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengenai kondisi demografi responden (umur, jenis kelamin, jabatan, pendidikan
terakhir, lama menjabat pekerjaan sekarang dan lamanya bekerja) dan deskripsi
mengenai variabel-variabel penelitian dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi absolut yang menunjukkan angka minimum, maksimum, rata-rata,
median dan standar deviasi (Imam Ghazali, 2005)
3.5.2 Transformasi Data dari Skala Ordinal ke Interval
Dalam pengolahan data secara statistik dan data nonmetrik menggunakan
skala nonparametrik, sedangkan data metrik menggunakan statistika parametrik.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuesioner yang alternatif jawaban dalam
skala ordinal, sedangkan penulis menggunakan statistik parametrik. Akibatnya
data yang menggunakan skala ordinal harus dialihkan menjadi skala interval.
William L.Hays (1969) menemukan metode untuk mengalihkan skala ordinal
menjadi skala interval, metode ini bernama Method Succesice Interval (MSI).
Langkah - langkah dalam menerapkan metode ini sebagai berikut :
1. Tentukan frekuensi tiap skor pertanyaan. Semua item pertanyaan dapat
dihitung frekuensi jawabannya dan berapa responden yang menjawab untuk
mendapat masing- masing skor
2. Tentukan proporsi tiap skor jawaban dengan membagi frekuensi dengan
jumlah responden.
60
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif dari tiap skor dengan
menggunakan tabel distribusi normal.
5. Tentukan nilai densitas yang diambil dari nilai Z setiap skor dengan
menggunakan tabel Densitas atau menghitung niali fungsi kepadatan dengan
menggunakan rumus:
√
6. Tentukan nilai skala untuk setiap Z dengan rumus :
NS =
7. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus:
NT = NS + ( 1 + | NSim | ) dimana NSim adalah harga mutlak NS yang paling
kecil dari skor yang tersedia.
3.5.3 Uji Kualitas Instrumen 3.5.3.1Uji Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168) validitas adalah “suatu ukuran
untuk menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”.
Pengujian validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item
instrumen dalam suatu faktor dengan skor faktor yang bersangkutan, kemudian
mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Hasil dari koefisien korelasi
61
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrumen menggunakan koefisien korelasi Product Moment Pearson dengan
rumus sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }
(Suharsismi Arikunto, 2006: 170)
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan
X = Skor tiap butir soal untuk setiap responden uji coba
Y = Skor total tiap responden uji coba
N = Jumlah responden uji coba
Untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang digunakan adalah :
1 Jika nilai rhitung lebih besar (>) dari nilai rtabel maka item angket dinyatakan
valid dan dapat dipergunakan, atau
2 Jika nilai rhitung lebih kecil (<) dari nilai rtabel maka item angket dinyatakan
tidak valid dan tidak dapat dipergunakan.
Penentuan nilai minimum untuk nilai rtabel yang digunakan menurut
Sugiyono (2010: 188) agar uji validitas dari masing-masing item agar dapat
dikatakan valid apabila r = 0,3 atau lebih. Jika korelasi antar item dengan skor
total kurang dari 0,3 maka item tersebut dinyatakan tidak valid.
62
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:178) “Reliabilitas menunjuk pada satu
pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.” Pengujian ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data menunjukkan tingkat
ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi alat tersebut dalam
mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilakukan
pada waktu yang berbeda. Untuk menguji realibilitas penulis menggunakan teknik
Cronbach’s Alpha dengan rumus sebagai berikut:
( ) ∑
(Husein Umar, 2008: 58)
Keterangan:
= Realibilitas instrrumen
= Jumlah item/butir pertanyaan
= Varians total
∑ = Jumlah varian butir
Jumlah varian butir ditetapkan dengan cara mencari nilai varian tiap butir,
kemudian jumlahkan seperti yang dirumuskan berikut ini:
∑
∑
Di mana:
n = Jumlah responden
63
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nilai korelasi r11 dibandingkan dengan tabel r Product Moment Pearson.
Jika nilainya lebih kecil, instrumen tidak reliabel (Umar Husein, 2008:61) atau
menurut Ghozali (2007) suatu instrumen dapat dikatakan reliable jika nilai alpha
cronbach > 0,6 dan sebaliknya dikatakan tidak reliable jika alpha cronbach < 0,6.
3.5.4 Uji Asumsi Klasik
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi
klasik. Untuk itu peneliti menggunakan alat bantu program statistik untuk menguji
hasil output. Berdasarkan hasil output itulah dilakukan anlisis terhadap
asumsi-asumsi klasik tersebut.
3.5.4.1Uji Normalitas
Uji Normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen,
independen, atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak.
Jika data ternyata tidak berdistribusi normal, analisis nonparametik dapat
digunakan. Jika data berdistribusi normal, analisis parametik termasuk
model-model regresi dapat digunakan. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau
tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah
grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji kenormalan juga
bisa dilakukan dengan Uji Kolmogorov Smirnov, apabila signifikansi > 5% maka
data bersifat distribusi normal dan sebaliknya jika data < 5% maka data tidak
64
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.5.4.2Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homokedastisitas. Penelitian ini menggunakan metode grafik
plot untuk menilai ada atau tidaknya heterokedastisitas. Metode grafik plot
dilakukan dengan cara mendiagnosa diagram residual plot (studenzized)
dibandingkan dengan hasil prediksi. Jika titik-titik sebar membentuk pola tertentu
dan teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit maka telah terjadi
heteroskedastisitas.
3.5.4.3Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinearitas menguji apakah model regresi yang ditemukan
ada korelasi antara variabel independen. Model regresi dikatakan baik jika tidak
terjadinya korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen tersebut
berkolerasi maka variabel dikatakan tidak orthogonal, yaitu variabel independen
yang nilai korelasi antar sesama independen nol. Menurut Husein Umar
(2008:81), multikolinearitas dapat diukur dengan menggunakan Coefficient
Correlations SPSS dan juga dari besaran Variance Inflation Factor (VIF). Untuk
menghitung VIF menggunakan rumus :
65
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dan juga dapat diketahui berdasarkan besaran TOLERANCE. Untuk
menghitungnya dapat menggunakan rumus:
TOL = (1-R²)
Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF dan menunjukan
adanya kolinearitas yang tinggi. Dasar pengambilan keputusan bila dilihat dari
tolerance > 0,1 atau sama dengan VIF < 10, ini menunjukan bahwa tidak ada
multikolinearitas antar variabel dalam model regresi.
3.5.5 Pengujian Hipotesis
3.5.5.1Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple
regression) yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh/hubungan variabel
independen dan variabel dependen. Model analisis regresi berganda dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
Y = Akuntabilitas Publik = Konstanta
b1, b2, = Koefisien Regresi
X1 = Pengelolaan Barang Milik Daerah X2 = Sistem Pengendalian Intern
66
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Ho : ρ < 0, pengelolaan barang milik daerah tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan
Ha : ρ > 0, pengelolaan barang milik daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan.
2. Ho : ρ < 0, sistem pengendalian intern tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan
Ha : ρ > 0, sistem pengendalian intern berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kualitas Akuntabilitas Keuangan.
3. Ho : ρ < 0, pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern
secara simultan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas
Akuntabilitas Keuangan.
Ha : ρ > 0, pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern
secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas
Akuntabilitas Keuangan.
3.5.5.2Uji t
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji ini
menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen. Tingkat pengaruh yang signifikan juga didasarkan pada α 5%
atau melihat nilai thitung > ttabel. Sebaiknya jika thitung < ttabel maka pengaruh yang
terjadi tidak signifikan. Pengujian ini dilakukan untuk mengui signifikansi
67
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.5.5.3Uji F
Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Apabila
hasilnya signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi.
Uji ini menggunakan α 5%. Dengan ketentuan, jika Fhitung > Ftabel maka hipotesis
yang diajukan dapat diterima. Pengujian ini dilakukan untuk pengujian
signifikansi hipotesis ketiga.
3.5.5.4Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengetahui tinggi rendahnya
pengaruh suatu variabel lainnya. Hal ini muncul dari anggapan bahwa semakin
tinggi derajat hubungan yang ada cenderung diakibatkan oleh adanya pengaruh
dari salah satu atau beberapa yang kuat pula. Sehingga kecenderungannya,
semakin kuat derajat hubungan akan semakin kuat pula pengaruh yang ada.
Sudjana (2001: 246) koefisien determinasi dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
KD = r² x 100%
Keterangan: KD = Koefisien Determinasi,
r² = Koefisien korelasi yang dikuadratkan
68
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Jika nilai Kd = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y).
2) Jika nilai Kd = 1, berarti variasi (naik-turunnya) variabel dependen (Y)
adalah 100% dipengaruhi oleh variabel independen (X).
3) Jika nilai Kd berada antara 0 sampai 1 (0 ≤ Kd ≤ 1), maka besarnya
pengaruh variabel independen adalah sesuai dengan nilai Kd itu sendiri,
M itha Persia Prahara, 2014
Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengelolaan barang milik daerah memberikan pengaruh yang positif namun
tidak signifikan terhadap kualitas akuntabilitas keuangan. Artinya, apabila
pengelolaan barang milik daerah mengalami peningkatan maka kualitas
akuntabilitas juga akan meningkat, namun hasil penelitian ini hanya berlaku
untuk sampel yang diambil dan tidak dapat digeneralisasikan untuk populasi.
2. Sistem pengendalian intern memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kualitas akuntabilitas keuangan. Artinya, apabila sistem
pengendalian intern mengalami peningkatan maka kualitas akuntabilitas juga
akan meningkat, karena hasil pegujiannya signifikan maka hasil penelitian
dapat digeneralisasikan untuk populasi.
3. Pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern secara
simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas akuntabilitas
keuangan Pemerintah Kabupaten Bandung. Maka, apabila pengelolaan barang
milik daerah dan sistem pengendalian intern telah dilakukan dengan sangat