• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PENYULUHAN KELUARGA PADA KORBAN KDRT DI UPT P2TP2A KOTA BANDUNG : Studi Deskriptif Pada Kegiatan Penyuluhan Perempuan Korban KDRT Di UPT P2TP2A Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM PENYULUHAN KELUARGA PADA KORBAN KDRT DI UPT P2TP2A KOTA BANDUNG : Studi Deskriptif Pada Kegiatan Penyuluhan Perempuan Korban KDRT Di UPT P2TP2A Kota Bandung."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM PENYULUHAN KELUARGA PADA KORBAN KDRT

DI UPT P2TP2A KOTA BANDUNG

(Studi Deskriptif Pada Kegiatan Penyuluhan Perempuan Korban KDRT di

UPT P2TP2A Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh:

Dian Kurnia Putri

0901528

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)

PROGRAM PENYULUHAN KELUARGA PADA

KORBAN KDRT

DI UPT P2TP2A KOTA BANDUNG

(Studi Deskriptif Pada Kegiatan Penyuluhan Perempuan

Korban KDRT di UPT P2TP2A Kota Bandung)

Oleh Dian Kurnia Putri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Dian Kurnia Putri 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul "Program Penyuluhan Keluarga Pada Korban KDRT Di UPT P2TP2A Kota Bandung (Studi Deskriptif Pada Kegiatan

Penyuluhan Perempuan Korban KDRT di UPT P2TP2A Kota Bandung)" ini beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,

(4)

ABSTRAK

Dian Kurnia Putri (0901528) Program Penyuluhan Keluarga Pada Korban

KDRT Di UPT P2TP2A Kota Bandung (Studi Deskriptif Pada Kegiatan Penyuluhan Perempuan Korban KDRT Di UPT P2TP2A Kota Bandung)

Maraknya kasus kekerasan pada perempuan, khususnya tindak kekerasan tersebut terjadi di dalam rumah tangga dan dialami oleh perempuan yang sudah menikah. Tujuan penelitian ini pertama, untuk memperoleh data mengenai pemahaman perempuan korban KDRT akan haknya sebagai individu, kedua pelaksanaan penyuluhan pada perempuan korban KDRT, ketiga dampak penyuluhan keluarga pada perempuan korban KDRT.

Konsep yang dijadikan tinjauan teori dalam penelitian ini adalah konsep pendidikan keluarga, konsep penyuluhan, bimbingan keluarga, komponen proses dan tujuan pendidikan luar sekolah, konsep HAM dan konsep KDRT.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah observasi, wawancara, studi kepustakaan dan studi dokumentasi sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah dengan mendeskripsikan data reduksi data dan penarikan kesimpulan, penelitian ini dilaksanakan di UPT P2TP2A Kota Bandung.

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh bahwa pemahaman perempuan korban KDRT akan haknya sebagai individu masih terbatas pada pemahaman pengertian HAM, jenis HAM, lembaga HAM, undang-undang PKDRT, jenis KDRT, dan pidana KDRT. Pelaksanaan penyuluhan keluarga dilaksanakan di lembaga UPT P2TP2A dengan menggunakan pendekatan keagamaan dan person centered. Teknik yang digunakan wawancara dan listening. Materi yang diberikan lebih bersifat kepada pesan ideoligis dan pesan informatif. Dampak yang terjadi pada perempuan korban KDRT setelah mengikuti program penyuluhan keluarga di UPT P2TP2A adalah bertambahnya pengetahuan korban KDRT mengenai HAM dan undang-undang PKDRT, serta bagaimana perempuan korban KDRT lebih mengetahui sikap dan nilai-nilai sebagai seorang istri melalui interaksi didalam keluarga maupun masyarakat.

Adapun rekomendasi yang diberikan adalah sebagai lembaga yang bersifat pada program pemberdayaan perempuan korban KDRT ada baiknya lebih memfokuskan pada materi HAM dan undang-undang PKDRT melalui sosialisasi, iklan, pembagian brosur, dll.

(5)

Dian Kurnia Putri, 2014

ABSTRACT

Dian Kurnia Putri (0901528) The Program Of Family Counseling To Victims

Of Domestic Violence (KDRT) In UPT P2TP2A Of Bandung City (Descriptive Research Through Counseling Activities In Women Victims Of Domestic Violence Upon UPT P2TP2A Of Bandung City)

The increasing of violence cases through women. Especially, the violence activities that happen in household which are perceived to married women. The aim of this research is to get the data about women victim of domestic violence comprehension for their rights as individual, second the process of counseling upon women victim of domestic violence and the third the family counseling impact upon women victim of domestic violence.

The use of method in this research is cualitative method. The technique of collecting data in this research is observation, interview, literature and documentation, whereas the data analysis technique is used to describe reduction data and making conclusion, the research taken place at UPT P2TP2A of Bandung City.

Based on result finding that the women comprehension as a victim of domestic violence still deficien for their right as individual, and the human right institution, law of domestic violence, kinds of domestic violence, and domestic violence punishment. The implementation of family counseling upon UPT P2TP2A using by religion approach and person centered. The technique for the research is interview and listening. The material tends to ideologic and informative messages. The impact that is occured to women as domestic violence victim after following family counseling program in UPT P2TP2A is increasing their knowledge of domestic violence about human right and the law of KDRT, and how women as a victim know more about attitude and should be act as a wife through interaction upon family and society.

Recommendation in this study to UPT P2TP2A empowering women as victims of domestic violence focus through socialization advertiesment, spreading brochure, etc on human right material and law of domestic violence.

(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Penelitian ... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ... F. Struktur Organisasi Penulisan ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pendidikan Keluarga ... 1. Pengertian Keluarga ... 2. Pendidikan Informal ... B. Konsep Penyuluhan ...

1. Pengertian Penyuluhan ... 2. Prinsip-prinsip Dalam Penyuluhan ... 3. Pendekatan dalam penyuluhan ... 4. Sarana dan Prasarana Dalam Penyuluhan ... 5. Keterampilan yang Dimiliki Penyuluh ... 6. Persiapan Bagi Penyuluh ... 7. Materi Penyuluhan ... C. Bimbingan Keluarga ... 1. Pendekatan Dalam Bimbingan Keluarga ... 2. Proses dan Tahapan Bimbingan Keluarga ... 3. Teknik Bimbingan Keluarga ... 4. Skill Individual Pembimbing ... D. Komponen, Proses dan Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ...

1. Komponen Pendidikan Luar Sekolah ...

2. Proses Pendidikan Luar Sekolah ...

3. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... E. Konsep HAM (Hak Asasi Manusia) ...

1. Pengertian HAM ... F. Konsep KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) ...

1.Pengertian KDRT ... 2.Jenis-jenis KDRT ... 3.Faktor Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga ...

(7)

viii

4.Tujuan Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ... 5.Hak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga ... 6.Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat dalam Menangani

Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga ... 7.Pidana Bagi Pelaku KDRT ...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 1. Lokasi Penelitian ... 2. Subjek Penelitian ... B. Metode Penelitian ... C. Definisi Operasional ... D. Instrumen Penelitian ... E. Teknik Pengumpulan Data ... F. Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 1. Peta Lokasi Penelitian ... 2. Profil UPT P2TP2A Kota Bandung ... B. Gambaran Umum Program Konseling Keluarga ... 1. Latar Belakang ... 2. Waktu Penyelenggaraan ... 3. Data Penyelenggara Konseling Keluarga ... 4. Sasaran Program Konseling Keluarga ... C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 1. Identitas Responden Penelitian ... 2. Pemahaman Perempuan KDRT Akan Haknya ... a. Hak Asasi Manusia ... b. Undang-undang Penghapusan KDRT ... 3. Pelaksanaan Konseling Keluarga Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Perempuan ...

a. Pelaksanaan Penyuluhan Keluarga ... b. Tahapan Penyuluhan Keluarga ... 4. Dampak Yang Terjadi Pada Perempuan Korban KDRT

Setelah Mengikuti Konseling Keluarga ... D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 1. Pemahaman Perempuan KDRT Akan Haknya ... a. Hak Asasi Manusia ... b. Undang-undang Penghapusan KDRT ... 2. Pelaksanaan Konseling Keluarga Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Perempuan ... a. Pelaksanaan Penyuluhan Keluarga ... b. Tahapan Penyuluhan Keluarga ... 3. Dampak Yang Terjadi Pada Perempuan Korban KDRT

Setelah Mengikuti Konseling Keluarga ...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

(8)

ix

B. Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP ...

(9)

x

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

4. 1 Data Penyelenggara Penyuluhan Keluarga ... 4. 2 Identitas Responden Penelitian ... 4. 3 Jawaban Informan Untuk Hak Asasi Manusia ... 4. 4 Jawaban Informan Untuk Undang-Undang Penghapusan KDRT ... 4. 5 Jawaban Informan Untuk Peaksanaan Penyuluhan Keluarga ... 4. 6 Jawaban Informan Untuk Tahapan Penyuluhan Keluarga ... 4. 7 Jawaban Informan Untuk Dampak Penyuluhan Keluarga ...

(10)

xi

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

4.1 Peta Lokasi Penelitian ... 4.2 Struktur Organisasi ...

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gencarnya pembangunan yang dilakukan oleh negara pada hakikatnya memberikan dampak buruk kepada perempuan. Maraknya kasus-kasus yang terjadi terhadap perempuan seperti kekerasan, diskriminasi, traficking, bahkan hingga kasus kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia kini jumlahnya semakin meningkat. Masalah perempuan di Indonesia menjadi sangat kompleks karena penyelesaiannya yang tak kunjung tuntas.

Isu berkembangnya peran perempuan di Indonesia mulai dilihat pada abad ke 18 yang pada saat itu di populerkan oleh R. A Kartini hal tersebut di tandai dengan munculnya para pemimpin perempuan setelah gencarnya isu-isu mengenai emansipasi wanita. Namun hal tersebut ternyata tidak juga mengurangi angka kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang demokratis, masyarakat Indonesia

sebagaimana telah di atur dalam UUD 45 bahwa setiap warga negara memiliki hak dalam berpendapat, beragama, memilih dan di lindungi oleh negara. Namun pada kenyataan yang terjadi masih banyak warga negara Indonesia khususnya kaum perempuan yang dirugikan oleh negara

Salah satu masalah sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia saat ini adalah kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Masalah ini menjadi polemik bagi bangsa Indonesia, karena setiap tahunnya kasus KDRT semakin meningkat. Semakin meningkat kasus tersebut semakin banyak wanita dan anak yang menjadi korban. Semakin meningkatnya kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia tidak terlepas dari banyak faktor.

(12)

2

namun perempuan merupakan individu yang teramat rentan menjadi korban. Pada kasus perempuan sebagai korban, pelaku lebih banyak adalah suami atau mantan suami. Kekerasan dapat terjadi dalam bentuk kekerasan fisik, emosional/ psikologis, seksual, ekonomi dan sosial.

Faktor yang menjadi penyebab kekerasan terhadap perempuan adalah ketidakberdayaan perempuan dalam mengolah skill/kemampuan yang dimilikinya.

Banyak diantara kasus kekerasan yang terjadi diakibatkan lemahnya ekonomi keluarga sehingga hal tersebut sangat memungkinkan suami untuk memukuli atau menyakiti istrinya karena faktor ekonomi yang rendah. Selain itu kurangnya pendidikan, pengetahuan akan hak dan martabatnya sebagai wanita dan tidak adanya keberanian juga menjadi salah satu faktor terbesar munculnya kasus-kasus merugikan yang dialami oleh perempuan.

Komnas Perempuan dan Yayasan Mitra Perempuan memiliki data bahwa sepanjang tahun 2006 angka KDRT di Indonesia dipastikan meningkat dibandingkan tahun 2005. Temuan ini tentu amat mengejutkan mengingat telah diratifikasikannya UU No.23 Tahun 2004 tentang undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Mereka melaporkan hasil penelitian tentang kondisi KDRT di Indonesia. Komnas Perempuan mencatat jumlah sejak tahun 2001 terdapat 3.169 kasus KDRT. Jumlah tersebut meningkat 61% pada tahun 2002 (5.163 kasus). Pada tahun 2003, kasus meningkat kembali 66% menjadi 7.787 kasus, lalu tahun 2004 meningkat 56% (14.020) dan tahun 2005 meningkat 69% (20.391 kasus). Pada tahun 2006 penambahan diperkirakan 70%.

Sebagaimana telah di atur dalam UU No. 23 Tahun 2004 dasar secara tegas mengatur pengertian kekerasan dalam rumah tangga pada Pasal 1 butir 1.

Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulmya kesengsaraan atau penderitaan

secara fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam dalam lingkup rumah tangga.

(13)

3

kasus atau 95,71 persen, artinya ini terjadi sekitar 311 kasus per harinya. Berdasarkan data catatan tahunan Komnas Perempuan sejak 2001, kasus KDRT selalu menjadi kasus kekerasan terhadap perempuan yang paling banyak terjadi. Bentuk KDRT yang kerap terjadi adalah pemukulan, penganiayaan, penyekapan, penelantaran, penyiksaan, bahkan tak jarang menyebabkan kematian.

Kasus KDRT yang terjadi di Jawa Barat seperti yang dikatakan oleh sebuah media online Republika.Co.id, Minggu, 20 Mei 2012, 22:31 WIB Bandung “Kasus trafiking di Kabupaten Bandung cukup tinggi. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat melansir, dalam kurun 2010-2012, di Kabupaten Bandung tercatat 40 kasus trafiking, dan 12 kasus KDRT Dari total 168 kasus di Jawa Barat, dari tahun 2010 hingga tahun 2012," ujar Ketua Divisi Informasi dan Dokumentasi P2TP2A, Dedeh Fardiah. Rinciannya, 2010 sebanyak 90 kasus, tahun 2011 sebanyak 61 kasus, dan tahun 2012 hingga bulan April, sebanyak 17 kasus.”

Jawa Barat merupakan Provinsi terbesar dengan jumlah penduduk yang besar pula, menurut data yang diperoleh dari situs http://regionalinvestment. bkpm.go.id/ jumlah penduduk di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011 berjumlah 43.826.775 dengan jumlah pria sebesar 22.300.388 juta jiwa dan wanita sebesar 21.526.387 juta jiwa. Dengan besarnya jumlah penduduk di Provinsi Jawa Barat sendiri, mengakibatkan sulitnya penangan kasus-kasus yang dialami oleh penduduk jika masih dilakukan secara terpusat, maka pemerintah disetiap daerah-daerah di Provinsi Jawa Barat memiliki kebijakan khusus mengenai kasus-kasus kependudukan, diantaranya adalah kasus kekerasan dalam rumah tangga, dimana wanita yang banyak menjadi korban. Salah satu kota besar di Jawa Barat yang concern dalam menangani kasus KDRT adalah Kota Bandung.

Perempuan seringkali menjadi objek yang di anggap lemah dikalangan masyarakat, oleh karena itu perempuan menjadi sangat rentan untuk dijadikan objek kekerasan. Namun banyak dari perempuan korban yang mengalami tindak

KDRT masih enggan melaporkan serta melakukan pembelaan terhadap dirinya dengan alasan takut oleh suami dan pandangan miring dari masyarakat sekitar.

(14)

4

berbagai pihak, pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis. Undang-undang telah mengatur secara jelas bahwa perempuan yang mengalami tindak KDRT dapat memperoleh hak-haknya sebagai warga Negara Indonesia, namun masih banyak perempuan tindak kekerasan yang tidak berdaya dan tidak memiliki kekuatan dan keberanian untuk menuntut hak-haknya sebagai perempuan.

Sebuah keluarga melaksankan bimbingan dalam keluarga adalah untuk

memberikan pengertian pada pasangan suami dan istri mengenai permasalahan yang sering terjadi pada keluarga modern, memberikan pengertian mengenai perbedaan individual antara suami dan istri serta anggota keluarga yang akan mengakibatkan timbulnya masalah dalam keluarga, adanya perkembangan individu akibat pengaruh lingkungan sekitar yang berdampak pada perilaku seorang individu di dalam keluarga, contohnya tindakan-tindakan kekerasan yang terjadi di dalam keluarga (KDRT).

Selain itu program bimbingan keluarga memberikan sebuah proses pemahaman kepada perempuan agar mengetahui apa saja yang menjadi haknya sebagai perempuan dan sebagai manusia. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian ini karena adanya proses memberikan kekuatan (empowering) dari pihak P2TP2A kepada perempuan korban KDRT ini apakah bermanfaat atau tidak, memberikan dampak atau tidak, dampak disini yaitu perubahan yang terjadi pada perempuan korban KDRT, salah satunya adalah memiliki keberanian untuk menuntut kepada pelaku KDRT/ suami mengenai apa yang menjadi haknya sebagai perempuan.

Pendidikan Luar Sekolah dalam hal ini juga turut serta dalam menyelenggarakan program yang berkonsentrasi pada layanan-layanan

(15)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh penulis dalam program penyuluhan keluarga yang ada di P2TP2A adalah sebagai berikut:

1. Kebanyakan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah perempuan.

2. Tercatat kasus KDRT yang dilaporkan pada pihak P2TP2A Kota Bandung pada setiap tahunnya sebanyak 12 kasus KDRT Dari total 168 Kasus di Jawa Barat, namun Perempuan yang menjadi korban tindak KDRT enggan memperjuangkan haknya karena takut dan malu akan pandangan masyarakat sekitar sehingga banyak dari kasus KDRT yang tertutupi.

3. Semakin kompleksnya masalah rumah tangga keluarga modern sehingga banyak faktor yang mempengaruhi adanya kekerasan dalam rumah tangga, tetapi banyak dari perempuan yang menjadi korban tindak KDRT kurang terbuka mengenai masalah rumah tangga yang dialami kepada orang-orang terdekat, sehingga perempuan yang mengalami kekerasan lebih mempercayai lembaga pelayanan masyarakat untuk menyelesaikan masalah rumah tangga yang dihadapi.

4. Adanya keterkaitan metode konseling yang diselenggarakan di lembaga dengan salah satu mata kuliah Bimbingan Penyuluhan Pendidikan Luar Sekolah yang diterapkan pada ranah keluarga.

5. Kegiatan konseling keluarga di dalam pendidikan nonformal disebut dengan penyuluhan keluarga, untuk selanjutnya peneliti akan menyebutnya sebagai program penyuluhan keluarga atau bimbingan keluarga.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

(16)

6

program penyuluhan keluarga pada perempuan korban tindak KDRT di UPT

P2TP2A?”

Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat dimunculkan pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemahaman perempuan korban KDRT akan haknya sebagai individu?

2. Bagaimanakah pelaksanaan penyuluhan keluarga sebagai upaya pemenuhan hak perempuan yang diselenggarakan oleh pihak UPT P2TP2A Kota Bandung?

3. Bagaimanakah dampak yang terjadi pada perempuan korban KDRT setelah mengikuti penyuluhan keluarga yang diselenggarakan oleh pihak UPT P2TP2A Kota Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya perubahan dalam diri perempuan korban KDRT dalam memperoleh hak-haknya sebagai individu melalui program penyuluhan keluarga yang diselenggarakan oleh UPT P2TP2A Kota Bandung. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pemahaman perempuan korban KDRT akan haknya sebagai individu.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan penyuluhan keluarga sebagai upaya pemenuhan hak perempuan yang diselenggarakan oleh pihak UPT P2TP2A Kota Bandung.

(17)

7

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara praktisi a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk meningkatkan pengetahuan tentang program penyuluhan keluarga sebagai pemenuhan hak perempuan korban tindak KDRT.

b. Bagi lembaga

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi lembaga penyelenggara program penyuluhan keluarga dalam memenuhi hak individu perempuan korban KDRT.

2. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan konsep keilmuan penyuluhan keluarga pada pendidikan nonformal yang khususnya dalam mata kuliah pemberdayaan hukum dan sosial pada perempuan korban KDRT.

F. Struktur Organisasi Skripsi Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan penelitian ini dibagi ke dalam lima bab guna mempermudah pembahasan serta penyusunan penulisan, ke lima bab tersebut terdiri atas:

BAB I Pendahuluan, berisikan uraian-uraian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

BAB II Kajian Pustaka, merupakan konsep yang melandasi permasalahan penelitian dalam penelitian yang dilakukan.

BAB III Metode Penelitian, meliputi metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian, teknik pengumpulan data, lokasi dan subjek penelitian, langkah-langkah penelitian, analisis data, dan validitas data.

(18)

8

(19)

Dian Kurnia Putri, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian yang berlokasi di UPT P2TP2A Kota

Bandung, UPT P2TP2A adalah Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) merupakan unit pelaksana teknis pemberdayaan yang berfokus pada kasus-kasus perempuan korban trafficking, KDRT dan kasus lainnya yang didukung oleh tenaga ahli dan profesional yang berada di Kota Bandung.

2. Subjek Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang dapat merespon, memberikan informasi tentang data penelitian. Sumber data adalah benda, hal atau orang dan tempat dimana peneliti mengamati, membaca dan bertanya mengenai data. Subjek penelitian diambil dengan maksud dan tujuan untuk dapat meneliti lebih jauh sehingga peneliti mendapatkan informasi mengenai program penyuluhan keluarga pada korban KDRT di UPT P2TP2A Kota Bandung. Subjek penelitian dipilih secara selektif dengan maksud atau tujuan tertentu, dimana peneliti memilih informan yang dianggap dapat mewakili dan dipercaya untuk dapat memberikan jawaban pada pertanyaan penelitian yang diberikan. Adapun yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah sebanyak enam orang yang berkaitan dan terlibat langsung dalam pelaksanaan penyuluhan keluarga di UPT P2TP2A ini, yaitu : satu orang ketua pengelola lembaga (yang memiliki jabatan sebagai ketua

lembaga UPT P2TP2A yang bertugas untuk mengatur dan memantau aktifitas kelembagaan), dua orang pembimbing (merupakan dua orang yang bertugas

sebagai pelaksana penyuluhan keluarga yang juga sebagai pembimbing bagi para korban KDRT) dan tiga orang perempuan korban KDRT (merupakan peserta yang mengikuti program penyuluhan keluarga di UPT P2TP2A Kota Bandung).

(20)

46

(2013:297-299) mengatakan bahwa penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, namun situasi sosial (social situation) yang didalamnya terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu, kemudian hasilnya digunakan pada situasi sosial yang memiliki kesamaan pada situasi sosial yang kasusnya

dipelajari. Adapun penentuan subjek pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, dimana mereka dipilih dengan pertimbangan bahwa mereka dianggap dapat dipercaya oleh peneliti dan dapat memberikan informasi data yang diperlukan, sehingga dapat memudahkan peneliti menemukan jawaban penelitian ini.

Ketua pengelola dipilih dikarenakan peneliti bermaksud untuk menggali data dan informasi mengenai pelaksanaan penyuluhan keluarga yang dilaksanakan oleh pembimbing di UPT P2TP2A Kota Bandung. Melalui pembimbing, peneliti bermaksud untuk menggali data dan informasi mengenai pemahaman korban KDRT mengenai HAM dan undang-undang penghapusan KDRT, pelaksanaan penyuluhan keluarga di UPT P2TP2A dan dampak korban KDRT setelah mengikuti penyuluhan keluarga di UPT P2TP2A. Melalui perempuan korban KDRT, peneliti bermaksud untuk menggali data dan informasi mengenai pemahaman HAM dan undang-undang penghapusan KDRT dan dampak setelah mengikuti penyuluhan keluarga di UPT P2TP2A. Selain itu pemilihan responden dengan memilih tiga orang korban KDRT yang mengikuti penyuluhan keluarga ini dipilih berdasarkan latar belakang pendidikan korban KDRT, korban sudah mengikuti penyuluhan minimal sebanyak dua kali, dan korban sudah mampu

mengaplikasikan dampak dari program penyuluhan keluarga di dalam kehidupannya.

B. Metode Penelitian

(21)

47

Dian Kurnia Putri, 2014

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif pada program penyuluhan keluarga pada perempuan korban KDRT di lembaga UPT P2TP2A karena pendekatan kualitatif dirasa lebih cocok digunakan dalam penelitian ini.

Menurut Sugiyono (2011:3) “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Penelitian deskriptif menurut Arikunto (2009:234) “merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk pengumpulan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”.

Menurut Sukmadinata (2009:72) mengemukakan bahwa:

penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia, yang berlangsung pada saat ini atau pada masa lampau. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena, yang memusatkan pada pemecahan masalah yang ada, setelah itu mengolah data, kemudian dijelaskan dan dianalisa. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi objek di lapangan yang alamiah.

Menurut Sugiyono (2011:21) mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif

berdasarkan karakteristik, yaitu:

dilakukan pada kondisi alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instumen kunci; penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka; pendidikan kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk; penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif; penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Metode penelitian kualitatif dilakukan secara intensif, peneliti berperan langsung dilapangan, mencatat apa yang terjadi di lapangan, setelah itu melakukan analisa dengan apa yang terjadi di lapangan dan membuat laporan hasil di lapangan secara mendetail.

(22)

48

Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikirannya.

Hasil akhir dari penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011:31) “harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia”.

C.Definisi Operasional

Dalam pemahaman yang tepat maka penelitian diperlukan definisi operasional yang berisi mengenai judul serta apa yang menjadi fokus dari penelitian yang dilaksankan.

1. Penyuluhan Keluarga

Suatu proses memberikan bantuan kepada individu yang dilakukan secara

berkelanjutan dan sistematis, dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapatkan pelatihan khusus, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungan di keluarganya serta mampu mengarahkan diri dengan baik didalam menyesuaikan diri di lingkungan sekitarnya, khususnya untuk kesejahteraan keluarganya.

2. KDRT

KDRT adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri dan atau sebaliknya yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau keluarga. Selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan korban.

3. Penyuluhan

(23)

49

Dian Kurnia Putri, 2014

D. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2008:102) menyebutkan bahwa “alat ukur dalam penelitian

dinamakan instrument penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

Penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2008:222) “bahwa yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, oleh karena itu peneliti sebagai instrumen harus juga di validasi seberapa jauh peneliti siap melakukan

penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan”. Dengan demikian yang menjadi

instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, yang artinya peneliti sebagai alat untuk merekam informasi selama penelitian dilaksanakan.

Adapun dalam melakukan penelitian, peneliti mempunyai tahapan-tahapan untuk diteliti, yaitu melalui pedoman observasi, pedoman wawancara, dan catatan

lapangan guna mempermudah dan memperluas mengenai tema dan kondisi yang ada.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan triangulasi.

1. Observasi

Menurut Sukmadinata (2009:220) “observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.

Menurut Sukmadinata (2009:220) mengemukakan bahwa:

observasi dapat dilakukan secara partisipasif maupun dengan cara nonpartisipasif. Dalam observasi partisipasif, pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Sedangkan, dalam observasi nonpartisipasif, pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.

(24)

50

mengenai program penyuluhan keluarga pada korban KDRT di UPT P2TP2A Kota Bandung.

2. Wawancara

Menurut Sukmadinata (2009:216) “wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan penelitian deskriptif kuntitatif dan deskriptif kualitatif. Wawancara dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual”.

Selama penelitian berlangsung, peneliti melakukan teknik wawancara dengan pihak ketua pengelola UPT P2TP2A, pembimbing di UPT P2TP2A dan korban KDRT yang menjadi narasumber yang dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan program penyuluhan keluarga pada korban KDRT di UPT P2TP2A Kota Bandung.

3. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan menurut Subana (2005:77) yaitu:

merupakan salah satu kegiatan penelitian yang mencakup memilih teori, mengidentifikasi literatur atau kepustakaan dan menganalisis dokumen, serta menerapkan hasil analisis sebagai landasan teori bagi penyelesaian masalah dalam penelitian yang dilakukan.

Penulis menggunakan studi kepustakaan dalam penelitian ini guna memperoleh konsep dan teori-teori sebagai dasar pemikiran dan sebagai bahan acuan bagi penulis melalui buku-buku, internet, artikel, serta tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan penelitian. Contohnya peneliti mendapatkan teori yang mendukung dalam penelitian seperti: konsep penyuluhan, konsep penyuluhan keluarga, konsep bimbingan keluarga, konsep HAM dan konsep KDRT.

4. Studi Dokumentasi

Menurut Sukmadinata (2009:221) “studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah”.

(25)

51

Dian Kurnia Putri, 2014

dengan membaca, menelaah, serta mengkaji dukomen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Sumber pengumpulan data yaitu berupa foto, petunjuk pelaksanaan, dan data korban KDRT di UPT P2TP2A.

5. Triangulasi

Stainback dalam Sugiyono (2011:330) menyatakan bahwa “tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih kepada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang ditemukan.

Sugiyono juga mengemukakan (2008:241) bahwa “triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada”.

Triangulasi dilakukan agar peneliti mendapatkan data lebih baik dengan menggabungkan data dari data hasil observasi dan data wawancara yang diperoleh, sehingga peneliti menjadi lebih memahami mengenai data yang diperoleh. Adapun triangulasi yang dilakukan adalah melakukam wawancara dengan ketua pengelola UPT P2TP2A, pembimbing UPT P2TP2A dan korban KDRT yang mengikuti program penyuluhan keluarga di UPT P2TP2A.

F. Analisis Data

Bogdan dalam Sugiyono (2008:244) menyatakan bahwa:

analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain. Menurut Sugiyono (2011:336) “proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama lapangan dan setelah lapangan”.

Dalam penelitian ini, proses analisis data dilakukan sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono diatas, maka tahapannya meliputi:

1. Analisis Tahap Persiapan

(26)

52

survey awal ke lapangan untuk mengidentifikasi dan menentukan apa yang menjadi permasalahan di lapangan. Tahap selanjutnya peneliti menyusun rancangan penelitian berupa proposal penelitian dan melaksanakan bimbingan kepada dosen pembimbing. Tahap berikutnya adalah peneliti mengurus perizinan kepada pihak yang berwenang untuk memberikan izin mengadakan penelitian di tempat yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

2. Analisis Tahap Pelaksanaan

Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011:337) mengemukakan bahwa:

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus samapi tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalan analisis data yaitu data reduction, data display, dan verification.

Analisis data yang dilakukan peneliti selama di lapangan menggunakan

model Miles dan Hiberman adalah sebagai berikut:

a. Data reduction (reduksi data)

Menurut Sudjana (2008:214) “reduksi data adalah kegiatan merangkum data dalam suatu laporan evaluasi yang sistematis dan di fokuskan pada hal-hal yang inti”.

Dalam tahap ini peneliti melakukan wawancara untuk menggali informasi sehingga mendapatkan data yang diperlukan. Setelah mendapatkan data yang diperoleh data direduksi kemudian data tersebut akan memberikan gambaran yang lebih jelas serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Data display (penyajian data)

Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Menurut Sudjana (2008:215) “penyajian data yaitu merangkum hal-hal

pokok dan kemudian disusun dalam bentuk deskripsi yang naratif dan

sistematis”. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, hubungan antar kategori dan sebagainya.

(27)

53

Dian Kurnia Putri, 2014

Setelah melakukan tahap mereduksi data dan penyajian data, langkah selanjutnya adalah memverivikasi atau penarikan kesimpulan.

Sugiyono (2011:345) menyatakan bahwa:

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, tetapi bisa juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

3. Tahap Pelaporan

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai program penyuluhan keluarga pada korban KDRT di UPT P2TP2A Kota Bandung, pada bab ini penulis

mengemukakan beberapa kesimpulan dan memberikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Pemahaman perempuan korban KDRT akan haknya sebagai individu

Program penyuluhan keluarga yang diselenggarakan oleh UPT P2TP2A merupakan salah satu upaya pemberdayaan hukum dan sosial masyarakat, yang di berikan kepada perempuan. Mengenai pemahaman perempuan korban KDRT akan haknya sebagai individu dan Undang-undang PKDRT masih terbatas. Namun banyak dari perempuan korban KDRT pada dasarnya menyadari bahwa mereka memiliki hak asasi untuk diperjuangkan. Korban yang datang cenderung lebih kepada mencari tempat pertolongan untuk menyelesaikan masalah keluarga yang dihadapinya saja. Adapun terbatasnya pemahaman perempuan korban KDRT akan haknya sebagai individu diantaranya pada aspek-aspek tertentu yaitu jenis HAM, lembaga HAM, Undang-Undang PKDRT, pidana KDRT. Walaupun pada akhirnya setelah mengikuti program penyuluhan keluarga korban KDRT menjadi bertambah pengetahuannya akan HAM dan undang-undang PKDRT

2. Pelaksanaan penyuluhan keluarga sebagai upaya pemenuhan hak

perempuan

Pelaksanaan penyuluhan keluarga memiliki tujuan yaitu memberikan

kekuatan (empowering) kepada perempuan korban KDRT agar lebih berdaya, maka harus disusun strategi dan pembelajaran yang tepat dalam bidang sosial dan

(29)

134

Dian Kurnia Putri, 2014

keluarga ini juga sebenarnya menitikberatkan pada kemampuan dan keterampilan tenaga ahli dalam melayani atau memberikan jasa kepada perempuan korban KDRT untuk memberikan perubahan di dalam kehidupan rumah tangga perempuan korban KDRT. Dari hasil temuan di lapangan pelaksanaan penyuluhan keluarga dilaksanakan di lembaga UPT P2TP2A Kota Bandung. Persiapan yang harus dilakukan oleh pembimbing diantaranya adalah persiapan kepribadian.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan keagamaan dan person centered. Adapun membangun kepercayaan dengan pembimbing dan korban KDRT dilakukan dengan cara menerima dengan baik semua korban KDRT yang datang ke lembaga. Teknik yang digunakan dalam penyuluhan keluarga adalah wawancara dan listening. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan adalah kenyamanan ruangan. Keterampilan yang dimiliki pembimbing diantaranya adalah memiliki pengetahuan yang luas, kemampuan berkomunikasi yang baik, dan berpikir serta berpendapat secara objektif. Materi yang diberikan dalam penyuluhan keluarga lebih bersifat kepada pesan ideoligis dan pesan informatif.

3. Dampak yang terjadi pada perempuan korban KDRT setelah mengikuti

penyuluhan keluarga

Dampak merupakan tujuan akhir dari program pendidikan luar sekolah. Pelaksanaan program penyuluhan ini memberikan pengaruh kepada perempuan korban KDRT, adapun dampak yang terjadi pada perempuan korban KDRT setelah mengikuti penyuluhan keluarga ini dilihat dari adanya perubahan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan pada ranah kognitif diantaranya adalah bertambahnya pengetahuan mengenai pengertian HAM, dan Undang-undang PKDRT. Karena program penyuluhan ini merupakan upaya

pemberdayaan hukum dan sosial masyarakat, maka perubahan yang terjadi pada perempuan korban KDRT ini diantaranya adalah bertambahnya pemahaman

(30)

135

dan lebih mengetahui mengenai sikap dan nilai yang terdapat di dalam keluarga dan masyarakat mengenai perannya sebagai seorang istri. Pada ranah psikomotor, perempuan korban KDRT mampu membelajarkan orang lain, sedikitnya mereka mampu membimbing atau membantu saudara atau teman terdekatnya yang juga mengalami kasus KDRT, atau jika memang mereka tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut mereka merekomendasikan untuk datang ke berbagai layanan

masyarakat seperti lembaga UPT P2TP2A Kota Bandung.

B.Rekomendasi

Setelah mengkaji hasil penelitian mengenai program penyuluhan keluarga pada korban KDRT di UPT P2TP2A Kota Bandung, penulis mengemukakan saran/rekomendasi bagi semua pihak, diantaranya:

1. Bagi UPT P2TP2A Kota Bandung

Sebagai lembaga yang bersifat memberdayakan perempuan korban KDRT ada baiknya lebih memfokuskan pada materi HAM dan undang-undang PKDRT agar perempuan menjadi lebih tahu mengenai adanya undang-undang yang mengatur penghapusan KDRT dan HAM. Sosialisasi mengenai HAM dan undang-undang PKDRT tidak hanya diberikan kepada ibu-ibu kader saja, mengingat hal tersebut bisa dijadikan pencegahan terjadinya kasus kekerasan yang kerap terjadi pada perempuan jika pemahaman tersebut diberikan sebagai pendidikan pra nikah.

2. Bagi pemerintah

Pemerintah sudah selayaknya lebih memfokuskan kepada kasus-kasus yang banyak merugikan bagi kaum perempuan, maka sudah selayaknya pemerintah ikut serta dalam mengurangi angka kekerasan yang terjadi kepada perempuan untuk lebih tegas dan juga melakukan:

a. Merumuskan kebijakan tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga;

(31)

136

Dian Kurnia Putri, 2014

c. Menyelenggarakan advokasi dan sosialisasi tentang kekerasan dalam rumah tangga;

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Ali, Zainal. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Anggota IKAPI. (2007). Hak Asasi Perempuan Instrumen Hukum Untuk Mewujudkan Keadilan Gender. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Faisal, S. (1981). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.

Makhfudi, et al. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas/ Teori dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Mardikanto, T. (1993). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

M. Subana dan Sudrajat. (2005). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia

Sudjana, Djuju. (2004). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah & Teori Pendukung Serta Asas. Bandung: Falah Production.

Sudjana, Djuju. (2008). Evaluasi Pendidikan Luar Sekolah. bandung: Rosdakarya

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), cetakan ke tujuh belas. Bandung: Alfabeta

Syaodih, N. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

(33)

138

Dian Kurnia Putri, 2014

Sumber Lain:

Antaranews. Setiap Hari ada 311 Kasus KDRT. Antara News [Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com/berita/setiap-hari-ada-311-kasus-kdrt. (01 Desember 2012)

Republika Online. (2012). Tinggi Kasus Trafiking di Kabupaten Bandung.

Republika. [Online]. Tersedia:

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional-tinggi-kasus-trafiking-di-kabupaten-bandung. (30 November 2012)

Website:

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pelelangan pekerjaan paket tersebut diatas, maka Pokja memerlukan klarifikasi dan verifikasi terhadap Dokumen Penawaran dan Kualifikasi saudara

Writing is considered as a means of communication. It involves a complex process where people have to use certain grammatical rules in organizing facts. It also tends to involve

Sebagaimana dapat diketahui bahwa PT Dan Liris Sukoharjo adalah suatu perusahaan yang bergerak pada bisnis produksi tekstil yang oleh karenanya PT Dan Liris

Selain itu, penemuan daripada kajian ini juga diharap dapat membantu Majlis Daerah Segamat dan Jabatan Kerja Raya Segamat dalam merancang pelan pembangunan lalu

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti, yaitu penerapan model pembelajaran AIR melalui media lagu bertema sejarah untuk

Dengan adanya peraturan yang mewajibkan koperasi mempunyai NPWP (nomor pokok wajib pajak), dengan kata lain koperasi juga harus membuat pembukuan sesuai dengan

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salahsatu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. ©Irma