PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN
KARATE NOMOR KATA
(Studi Eksperimen Mahasiswa PJKR UPI Pada Perkuliahan Pembelajaran Karate
Tahun Ajaran 2012/2013)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian Sidang
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program
Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh :
Muhammad Nur Alif 0900169
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pengaruh Penerapan Model
Cooperative
Learning Tipe STAD
Terhadap Proses dan Hasil
Pembelajaran Karate Nomor Kata
Oleh
Muhammad Nur Alif
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Muhammad Nur Alif 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PENGARUH PENERAPAN MODELCOOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN KARATE
NOMOR KATA
(StudiEksperimenMahasiswa PJKR UPIPadaPerkuliahanPembelajaran Karate Tahun Ajaran 2012/2013)
Skripsi ini telahdisahkan dan disetujui oleh:
Pembimbing I
Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd NIP. 196807071992032001
Pembimbing II
Drs. Andi Suntoda S, M.Pd NIP. 195806201986011002
Mengetahui, Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK UPI
ii
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK
Muhammad Nur Alif (0900169). “PENGARUH PENERAPAN MODEL
COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP PROSES DAN
HASIL PEMBELAJARAN KARATE NOMOR KATA”(Studi Eksperimen
Mahasiswa PJKR UPI Pada Perkuliahan Pembelajaran Karate Tahun Ajaran 2012/2013). Pembimbing I Dr.Hj.Tite Juliantine, M.Pd. Pembimbing II Drs. Andi Suntoda S, M.Pd.
Dalam rangka meningkatkan penguasaan keterampilan kata dalam pembelajaran karate diperlukan model pembelajaran yang harus diterapkan oleh seorang pengajar. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model
cooperative learning tipe STAD. STAD merupakan salah satu tipe kooperatif
yang menekankan pada adanya aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model cooperative learningtipe STAD terhadap proses dan hasil pembelajaran karate nomor kata.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa PJKR UPI Bandung yang mengikuti perkuliahan pembelajaran karate tahun ajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak menggunakan teknik random sampling sebanyak 50 mahasiswa yang dibagi ke dalam dua kelompok (eksperimen dan kontrol). Analisi statistik yang digunakan adalah analisis uji t dengan kesamaan dua rata-rata satu pihak.
Hasil pengujian menunjukan bahwa bahwa thitung lebih besar dari ttabel. Kriteria
Dalam hal ini t hitung berada pada daerah penolakan Ho, jadi Ho ditolak dan H1
diterima yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari model cooperative
learning tipe STAD terhadap proses dan hasil pembelajaran karate nomor kata.
iii
ABSTRACT
Muhammad Nur Alif (0900169) “THE INFLUENCE OF STAD
COOPERATIVE LEARNING MODEL APPLICATION TO KARATE
KATA LEARNING OUTCOME” (PJKR UPI Student Experimental Study
at The Karate Class Batch 2012/2013). Mentor I Dr. Hj. Tite Juliantine. M,Pd, Mentor II Drs. Andi Suntoda S. M,Pd.
In order to improve the mastery of Karate Kata learning, takes a teaching method that is applied by physical education teachers. One of them can use STAD cooperative learning model. STAD is one type of cooperative that emphasizes on the activities and interaction among students to motivate each other and help each other in the material master. This study aimed to determine the influence of STAD cooperative learning model application to Karate Kata learning
The method used in this study is the experimental method. The population in this study is PJKR UPI Student at The Karate Class Batch 2012/2013. 50 people samples using random sampling techniques, which are divided into two groups (experimental and control groups). Each group numbered 25 people. Statistical analysis used was t test analysis with an average similarity of the two parties.
The test results showed that Thitung is greater than Ttabel. The criteria In this
case t is in the rejection region H0, so H0 is rejected and H1 is accepted, which
means there is a significant effect of STAD cooperative learning model of the process and outcomes of Karate Kata learning.
Keywords : STAD Cooperative learning model, Learning Outcome, Karate and
vii Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ...Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ...Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ...Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ...Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ...Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ...Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ...Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.2. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.3. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.4. Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined.
1.5. Batasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.6. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN TEORITIS ...Error! Bookmark not defined.
2.1. Hakikat Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.
2.2. Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.
2.3. Model-Model Pembelajaran dalam Pendidikan JasmaniError! Bookmark not defined.
2.4. Model Cooperative Learning... Error! Bookmark not defined.
2.4.1. Pengertian Model Cooperative Learning Error! Bookmark not defined.
2.4.2. Prinsip-Prinsip Cooperative Learning ... Error! Bookmark not defined.
2.4.3. Karakteristik Model Cooperative Learning ... Error! Bookmark not
defined.
2.4.4. Tujuan Cooperative Learning ... Error! Bookmark not defined.
2.4.5. Strategi Model Cooperative Learning ... Error! Bookmark not defined.
2.4.6. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning ... Error!
Bookmark not defined.
2.4.7. Macam-macam Model Cooperative Learning ... Error! Bookmark not
viii
2.5. Model Cooperative Learning Tipe STAD ... Error! Bookmark not defined.
2.5.1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe STAD . Error! Bookmark
not defined.
2.5.2. Langkah-Langkah Cooperative Learning Tipe STAD. Error! Bookmark
viii Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.5.3. Keunggulan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipa STAD .
... Error! Bookmark not defined.
2.6. Hakekat Olahraga Karate ... Error! Bookmark not defined.
2.6.1. Sejarah Karate ... Error! Bookmark not defined.
2.6.2. Definisi Karate ... Error! Bookmark not defined.
2.6.3. Pandangan Tentang Olahraga Karate ... Error! Bookmark not defined.
2.6.4. Teknik Dasar Karate (Kihon) ... Error! Bookmark not defined.
2.7. Nomor dalam Olahraga Karate ... Error! Bookmark not defined.
2.7.1. Nomor Kumite (Perkelahian Bebas) ... Error! Bookmark not defined.
2.7.2. Nomor Kata ... Error! Bookmark not defined.
2.8. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam
Pembelajaran Karate nomor Kata ... Error! Bookmark not defined.
2.9. Anggapan Dasar ... Error! Bookmark not defined.
2.10. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
BAB IIIMETODE PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined.
3.1. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.2. Desain dan Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.3. Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.
3.4. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.5. Uji Intrumen ... Error! Bookmark not defined.
3.5.1. UJi Validitas Alat Tes ... Error! Bookmark not defined.
3.5.2. Uji Reliabilitas Alat Tes ... Error! Bookmark not defined.
3.6. Teknik Analisis Data... Error! Bookmark not defined.
3.6.1. Menghitung Rata-Rata (mean) ... Error! Bookmark not defined.
3.6.2. Standar Deviation (Simpangan Baku) ... Error! Bookmark not defined.
3.6.3. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.
3.6.4. Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined.
3.6.5. Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
BAB IVHASIL DANPENGOLAHAN DATA ...Error! Bookmark not defined.
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
ix
4.3. Pengujian Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
4.3.1. Uji Validitas Butir Tes ... Error! Bookmark not defined.
4.3.2. Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined.
4.4. Pengolahaan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
4.4.1. Hasil Penghitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku .. Error! Bookmark
not defined.
4.4.2. Hasil Penghitungan Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.
4.4.3. Hasil Penghitungan Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined.
4.4.4. Hasil Pengujian Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (satu pihak) ... Error!
Bookmark not defined.
4.5. Diskusi Penemuan ... Error! Bookmark not defined.
BAB VKESIMPULAN DANSARAN ...Error! Bookmark not defined.
5.1. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
5.2. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ...Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...Error! Bookmark not defined.
SURAT KEPUTUSAN (SK) ... 73
PROGRAM PEMBELAJARAN ... 74
INSTRUMEN (LEMBAR OBSERVASI) ... 75
HASIL UJI INSTRUMEN ... 76
DATA NILAI PRETEST DAN POSTES ... 77
HASIL ANALISIS DATA ... 78
GERAKAN KATA ... 79
DOKUMENTASI ... 80
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 81
x Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut meliputi : tujuan,
materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus
diperhatikan oleh pengajar dalam memilih dan menentukan model-model
pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Sudjana, (1989: 28)menerangkanbahwa :
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.
Dalam proses belajar tujuan yang diharapkan tidak hanya satu aspek
yang berkembang, melainkan menyeluruh baik terkait dengan pengetahuan
sikap atau pun tingkah laku. Seperti yang disampaikan Syaiful dan Aswan dalam sujana (2004 : 10) bahwa “belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan
tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi”.
Maka dari itu belajar merupakan proses perubahan tingkah laku secara
keseluruhan setelah melakukan interaksi dengan lingkungan dan melalui
tahapan belajar, yang di dalamnya terkandung pengalaman-pengalaman
dan proses pembiasaan dalam upaya memperoleh perubahan tersebut.
Salah satu cara menanamkan prilaku positif dengan nilai-nilai
kehidupan yang ada adalah melalui proses pembelajaran pendidikan
2
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dapat dipelajari siswa. Dalam hal ini, terdapat materi bela diri dalam
pendidikan jasmani. Salah satu materi dalam beladiri adalah karate.
Olahraga bela diri karate sekarang merupakan salah satu cabang
olahraga yang sudah mulai memasyarakat. Hampir semua kalangan sudah
mengenal olahraga yang berasal dari negara Jepang tersebut, banyak orang
mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara kedua terbesar setelah
Jepang yang notabennya adalah negara asli dari lahirnya seni beladiri
karate. Sagitarius (2008:1) menjelaskan bahwa :
Seni beladiri ini pertama kali disebut “Tote” yang berarti seperti “Tangan Cina” kemudian Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote : Tangan Cina) dalam kanji Jepang menjadi “Karate” (Tangan Kosong).
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa karate merupakan seni
beladiri yang menggunakan tangan kosong untuk mempertahankan diri.
Dalam hal pembelajaran, karate merupakan cabang olahraga yang sudah
mulai masuk ke ranah pendidikan jasmani, hal itu terbukti dengan adanya
kompetensi dasar yang mengharuskan siswa untuk dapat mempraktikan
variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan olahraga bela diri
lanjutan dengan koordinasi yang baik serta nilai keberanian, kejujuran,
menghormarti lawan dan percaya diri. Dengan adanya kompetensi dasar
tersebut, maka seorang guru setidaknya harus mengetahui tentang materi
pembelajaran olahraga beladiri karate walaupun guru tersebut bukan
merupakan seorang praktisi beladiri.Adanya mata kuliah baru tentang
pembelajaran karate di jurusan Pendidikan Olahraga bermaksud agar
seorang guru penjas mampu menguasai dan memahami tentang
karakteristik olahraga beladiri karate baik itu teknik, nilai-nilai yang
terkandung di dalam bela diri karate maupun tentang peraturan
pertandingannya.
Banyak yang beranggapan bahwa belajar beladiri karate sangatlah
3
para pengajar karate yang masih memiliki paradigma bahwa pembelajaran
karate hanya bisa dilakukan dengan model konvensional saja misalnya.
Karena kurangnya inovasi dalam proses pembelajarannya, proses dan hasil
pembelajaran menjadi kurang maksimal. Dalam situasi perkuliahan,hal
tersebut disebabkan oleh kondisi kelas yang kurang kondusif karena
keterbatasan pengajar dan banyaknya mahasiswa yang mengikuti mata
kuliah pembelajaran karate. Sehingga dalam proses pembelajarannya,
pengajar sangat sulit memantau kemampuan dari setiap mahasiswanya.
Ketika hal ini terus berkelanjutan, maka hasil dari pembelajaran menjadi
kurang maksimal.Selain hal tersebut, ketika tidak ada perubahan/inovasi
dalam proses pembelajarannya yang diterapkan, maka proses interaksi
antara mahasiswa menjadi sangat kurang. Tidak terjalinnya kerjasama
untuk menguasai suatu materi yang diberikan oleh pengajar dan proses
saling memotivasi agar tercapainya tujuan pembelajaran menjadi tidak
terlaksana. Sehingga nilai-nilai positif yang terkandung dalam pendidikan
jasmani menjadi tidak tersampaikan secara maksimal. Hal tersebut
dikarenakan proses pembelajaran hanya terpaku pada satu fokus, yaitu
pengajar yang dalam kondisi perkuliahan sangatlah terbatas karena ketidak
sesuaian antara jumlah pengajar dengan jumlah mahasiswa yang ada.
Dalam seni beladiri karate terdapat tiga teknik yang harus dikuasai,
salah satu diantaranya adalah teknik memperagakankata.Kata menurut
Sagitarius (2008:108) :
Merupakan bentuk rangkaian yang terdiri dari serangan dan tangkisan. Kata dalam istilah kita adalah jurus, dalam karate bersifat baku yaitu gerakan dan alur gerakan (embusen) sudah ditetapkan sehingga tidak dapat dirubah atau di modifikasi sesuai keinginan kita”.
Dalam pembelajaran kata harus terdapat keseragaman gerak dalam
proses pembelajarannya, sehingga hasil dari pembelajaran karate bisa
terlihat dari penampilan katayang baik oleh individu-individu yang
4
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memperagakankataterlihat sangat indah. Maka dari itu perlu adanya
kerjasama antara setiap individu yang melakukannya.
Penulis beranggapan bahwa ketika ada perubahan/inovasi dalam proses
pembelajarankata dalam perkuliahan pembelajaran karate, maka bukan hal
yang mustahil jika hasil pembelajaran dalam pembelajaran karate bisa
dimaksimalkan dengan menerapkan model-model pembelajaran yang
ada.Hal tersebut menginspirasi penulis agar dapat menerapkan salah satu
dari model-model pembelajaran. Model yang dilihat dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran karate adalah model cooperative learning tipe
STAD.karena dalam model cooperative learning tipe STAD akan terjadi
pengulangan-pengulangan gerak dalam suatu kelompok yang bertujuan
agar di dalam kelompok tersebut terjalin kerjasama antara anggotanya
sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih baik dan dapat ditampilkan
untuk mendapatkan apresiasi yang baik dari pengajar maupun dari
kelompok lain sehingga terjadinya persaingan yang positif, dengan
munculnya motivasi tersebut secara disadari maupun tidak disadari
mahasiswa akan lebih sering mengulang gerakan sehingga dapat
membantu dalam memperbaiki gerakan kata.
Ketika para mahasiswa dibagi menjadi beberapa tim yang terdiri dari 4
sampai 6 orang anggota, maka proses pembelajaran kata akan lebih
terkontrol, karena sebelumnya para mahasiswa sudah diberi pemahaman
tentang bagaimana cara menampilkan kata dengan indikator-indikator
yang sudah dijelaskan. Ketika terdapat kesalahan gerak misalnya,
mahasiswa dapat saling mengingatkan ketika ada teman satu kelompok
meraka yang melakukan kesalahan dalam menampilkan gerakan kata.
Dengan adanya motivasi dari pengajar, maka akantimbul rasa bersaing
yang positif diantara paramahasiswa, sehingga mereka akan berusaha
dengan keras agar timnya bisa menampilkan gerakan katadengan baik.
Dengan begitu, timbul keinginan dalam diri para mahasiswa untuk dapat
5
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori
konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam
belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual
menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks,
memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu
(Soejadi dalam Isjoni, 2012:15)
Menurut Slavin (2005 : 26), pembelajaran kooperatif menggalakkan
siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini
memungkinkan adanya pertukaran ide dalam suasana yang tidak terancam.
Sedangkan menurut Roger,dkk (dalam Miftahul Huda, 2011:29).
Pembelajarankooperatif merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang diorganisir olehsuatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasisecara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiappembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggotanya yang lain. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya.
Dalam model cooperative learning tipe STADjuga terdapat banyak
hal-hal yang membantu siswa agar lebih mudah menerima materi yang
diberikan. Ketika dalam satu kelas besar siswa dibagi menjadi beberapa
tim, maka dalam tim tersebut akan terjadi interksi yang positif untuk
membangun motivasi diantara para siswa. Salah satu prinsip dasar
motivasi terpenting dalam pembelajaran kooperatif adalah bahwa
tujuan-tujuan kooperatif menciptakan norma-norma kelompok yang mendukung
pencapaian tinggi. Pada dasarnya, argumen terhadap pendapat ini bahwa
intensif kooperatif memotivasi para siswa untuk mencoba saling
berinteraksi satu sama lain untuk melakukan tugas-tugas akademik, dan
oleh sebab itu membuat para siswa merasa bahwa teman sekelas mereka
6
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
normatif ini telah ditemukan dalam kajian-kajian di luar tradisi
pembelajaran kooperatif menjadi unsur yang berpengaruh besar terhadap
pencapaian para siswa (Coleman,1961; Brookover dkk 1979) dalam Slavin
(2005 : 54).
Berdasarkan teori-teori yang sudah dikemukakan di atas sudah
sangat jelas bahwa model cooperative learningtipe STAD dapat
diterapkan dalam pembelajaran olahraga beladiri karate. Karena pada
dasarnya dalam pembelajaran karate, siswa dituntut agar dapat
bekerjasama untuk menguasai materi yang diberikan oleh pengajarnya.Hal
ini yang menjadi dasar pemikiran penulis untuk menerapkan model
cooperative learning dikalangan mahasiswa PJKR yang sedang mengikuti
perkuliahan pembelajaran karate.
Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa model pembelajaran kooperatif
sangatlah penting diterapkan dalam pembelajaran karate, sehingga dapat
mengoptimalkan proses dan hasil pembelajarannya. Dilihat dari latar
belakang yang telah diungkapkan penulis tertarik untuk meneliti tentang “PengaruhPenerapan Model Cooperative Learning Tipe STADTerhadap Proses dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata “.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah penelitian ini
harus dirumuskan terlebih dahulu, sebab jika masalah yang dirumuskan
terlalu umum dan luas akan mengaburkan batas-batas sehingga dapat
menyulitkan peneliti. Oleh karena itu perumusan masalah sangat
diperlukan dalam sebuah penelitian. Secara umum penerapan model
pembelajaran sangatlah dibutuhkan dalam proses pembelajaran karate.
Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, penulis menjelaskan
rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh model cooperative learning tipe STAD
7
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus atau masalah yang telah diungkapkan diatas, maka
secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh penerapan model cooperative learning tipe STAD terhadap
proses dan hasil pembelajaran karate nomor kata.
1.4.Manfaat Penelitian
Jika tujuan penelitin ini tercapai, maka hasil atau manfaat yang didapat
dari penelitian ini diantaranya :
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pikiran untuk
bahan pengajaran dan pembelajaran dalam perkuliahan pembelajaran
karate di program studi PJKR UPI khususnya dan untuk dunia
pendidikan jasmani dan olahraga pada umumnya.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan sistem
model pembelajaran materi karate nomor kata. Agar dapat tercapai
sistem pengajaran yang diharapkan dan berhasil.
1.5.Batasan Penelitian
Atas dasar pertimbangan penulisan maka perlu adanya pembatasan yaitu
ruang lingkup penelitian. Analisis masalah juga membatasi ruang lingkup
masalah agar penelitian lebih lanjut terarah, dengan demikian memperoleh
gambaran yang jelas apabila penelitian itu dianggap selesai dan berakhir.
Adapun pembatasan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang memberikan
pengaruh dan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model cooperative
learning tipe STAD dan yang menjadi variabel terikat adalah proses
dan hasil pembelajaran karate nomor kata.
8
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Populasi penelitian adalah mahasiswa PJKR UPI yang mengikuti
perkuliahan pembelajaran karate yang berjumlah 130 orang.
4. Sampel penelitian adalah mahasiswa PJKR UPI yang mengikuti mata
kuliah pembelajaran karate yang dibagi menjadi kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol yang berjumlah 50 orang. Penulis mengambil
sampel dengan cara random sampling.
5. Instrumen yang digunakan adalah tes keterampilan kataberdasarkan
kriteria penilaian kata menurut WKF(World karate federation) rule of
competition(2011:29).
6. Lokasi penelitian ini adalah kampus UPI Bandung JL. Dr. Setiabudi
No 299 Bandung.
1.6.Definisi Operasional
Untuk menghindari salah penafsiran terhadap operasionalyang digunakan
dalam penelitian ini, maka peneliti menjelaskan istilah – istilah dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Model pembelajaran menurut Sugiyanto(2008) dalam Trianto
(2011:115) adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang pembelajaran
dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran.
2. Model cooperative learning menurut Slavin (2005:34) adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen.
3. Model cooperative learning tipe STAD menurut Slavin
9
belajar yang terdiri atas 4 sampai 6 orang yang berneda-bedat
tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya.
4. Model cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran
karate nomor kata merupakan pembelajaran secara
berkelompok, dimana mahasiswa dibagi ke dalam beberapa
kelompok yang beranggotakan 4 sampai 6 orang untuk
mempelajari gerakan kata yang baik dan benar. Dalam
mempelajari gerakan kata membutuhkan proses kerjasama
dalam kelompok agar hasil dari pembelajaran kata dapat
terlihat secara maksimal.
5. Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin processus
yang berarti berjalan kedepan. Kata ini memiliki konotasi
urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu
sasaran atau tujuan. Proses menurut Chaplin (1972) dalam
sudjana (1989 : 21) adalah suatu perubahan yang menyangkut
tingkah laku atau kejiwaan. Proses pembelajaran kata dengan
menggunakan model cooperative learning tipe STAD dapat
terlihat pada saat mahasiswa berada dalam masing-masing
kelompoknya. Dalam kelompok tersebut diharapkan dapat
terjalin interaksi positif berdasarkan teori kerjasama tim demi
tercapainya hasil pembelajaran kata yang diharapkan sesuai
kriteria yang sudah ditetapkan.
6. Hasil belajar menurut Sudjana (2004: 22) adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Hasil pembelajaran dalam penelitian ini merupakan
peningkatan keterampilan pembelajaran kata dengan
menerapkan model cooperative learning tipe STAD sesuai
dengan kriteria penilaian kata menurut wkf rule competitioan.
7. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
10
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimayati
& Mudjiono dalam Trianto (2011 : 13).
8. Karate menurut Oyama (1996) dalam Sujoto (2002: 1) adalah
suatu teknik untuk membela diri dengan tangan kosong atau
tanpa senjata.
9. Kata menurut Sagitarius (2008: 108) merupakan bentuk
rangkaian yang terdiri dari serangan dan tangkisan. Kata dalam
istilah kita adalah jurus, dalam karate bersifat baku yaitu
gerakan dan alur gerakan (embusen) sudah ditetapkan sehingga
42 Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Metode Penelitian
Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkandata dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Suatu hasil dari
penelitian harus diujimelalui metode yang diterapkan. Sehingga dari
penerapan metode akan diketahuiapakah tujuan penelitian berhasil atau gagal.
Seperti yang dijelaskan oleh Sudjana(2005:25) bahwa “metode penelitian
merupakan rangkaian cara atau kegiatantelaksanaan penelitian yang didasari
oleh asumsi-asumsi dasar, pandanganpandanganfilosofis dan ideologis,
pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Hal inidiperkuat dengan adanya teori
dari para ahli yang mengemukakan metode sebagaisuatu cara untuk
mengetahui pencapaian tujuan penelitian kita, yang diungkapkanoleh
Surakahmad (1990) yang dikutip dari Darsono (2011:52), sebagai berikut:
Metode adalah suatu cara utama yang dipergunakan untukmencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji hipotesa, denganmempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara ini dipergunakan setelahpenyelidikan, perhitungkan kewajarannya, ditinjau dari tujuan penelitian sertadari situasi penelitian.
Dalam suatu penelitian terdapat banyaknya metode penelitian yang
berbedasatu sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh tujuan hingga rumusan
masalah yang akanditeliti. Maka perlu adanya perbandingan lurus antara
rumusan masalah yang hendak diteliti dengan metode penelitian yang
digunakan. Ada beberapa jenis metode penelitian yang sering digunakan,
metode tersebut adalah metode historis, deskriptif dan eksperimen.
Dalam hal ini penulis memilih menggunakan metode penelitian
eksperimen, karen pada dasarnya metode penelitian eksperimen adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mencarihasil penelitian melalui treatment
43
cooperative learning tipe STAD terhadap proses dan hasil pembelajaran karate
nomor kata.
Sugiyono (2010:56), menjelaskan bahwa Penelitian eksperimen adalah
penelitian langsung yang dilakukan terhadap suatu objek untuk menentukan
pengaruh suatu variabel terhadap variabel tertentu dengan pengontrolan yang
ketat. Hal tersebut diperkuat oleh oleh Arikunto (2002:4) yang menerangkan
bahwa
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yg bisa mengganggu.
Dari uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa eksperimen adalah
suatu penelitain secara langsung untuk mendapatkan informasi atau jawaban
dari objek dengan perlakuan (treatment) tertentu yang diberikan pada objek
tersebut.
3.2.Desain dan Prosedur Penelitian
Sugiyono (2012:3) mengemukakan “metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu.”Pelaksanaanya peneliti membuat 2 kelompok, yang pertama kelompok eksperimen dan yang kedua kelompok kontrol. Kedua kelompok
tersebut diberi pretest dan posttest yang sama, perbedaannya pada kelompok
eksperimen memperoleh perlakuan dengan menggunakan model cooperative
learning tipe STAD sedangkan pada kelompok kontrol tidak memperoleh
perlakuan.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan desain
44
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sugiyono (2012: 112) menggambarkan sebagai berikut:
R O1 X1 R O2
R O3 X2 R O4
Gambar 3.1
Desain Penelitian Pretest-Postest Control Group Design (Sugiyono, 2012: 112)
Keterangan:
R : Kelompok eksperimen dan kontrol
O1&O3 : Tes Awal (Pre-test)
O2 : Tes Akhir (Post-test) kelompok eksperimen
O4 : Tes Akhir (Post-test) kelompok kontrol
X1 : Treatment Kel Eksperimen
X2 : Treatment Kel Kontrol
Dari desain yang telah dikemukakan di atas, tes dilakukan dua kali O1 dan
O3 sebagai tes awal dan sesudah diberikan perlakuan dilakukan O2 dan O4
sebagai tes akhir.Tanda X adalah kelompok yang diberikan perlakuan yaitu
penerapan model cooperative learning tipe STAD.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan
memperagakan kata 1 (Heian Sodan) yang diukur ialah penguasaan gerak
dasar karate dalam kata (kihon) sesuai dengan kriteria penilaian kata yang
telah ditetapkan. Adapun prosedur penelitian dalam upaya pengambilan data,
45
Gambar 3.2
Langkah-Langkah Penelitian (Sugiyono 2012:70)
Adapun prosedur dari rancangan penelitian tersebut di atas dari sebelum
penelitian sampai akhir penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tahapan I
A. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian
POPULASI
SAMPEL
TES AWAL
TES KETERAMPILAN KATA
KELOMPOK A
(TRETMENT)
Model Cooperative Learning Tipe STAD
KELOMPOK B
(KONTROL)
Model Konvensional
TES AKHIR
TES KETERAMPILAN KATA
46
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Menentukan tempat yang akan dijadikan tempat pelaksanaan
penelitian.
C. Menghubungi pihak jurusan dan dosen mata kuliah pembelajaran
karate
D. Membuat surat izin penelitian
E. Menentukan sampel penelitian.
F. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Tahapan II
A. Memberikan pretest pada sampel penelitian untuk mengetahui
keadaanawal..
B. Memberikan perlakuan pada sampel penelitian yaitu dengan
menerapkanmodel cooperative learning dan menerapkan model
pembelajaran konvesional pada kelompok control.
C. Memberikan post test pada sampel penelitian untuk mengetahui
apakah adapeningkatan hasil belajar terhadap materi yang
disampaikan setelahdiberikan perlakuan.
3. Tahapan III
A. Mengolah dan menganalisis data hasil post test
B. Menganalisis hasil penelitian
C. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pengolahan datauntuk menjawab permasalahan penelitian
3.3.Populasi dan Sampel
Dalam sebuah penelitian untuk memperoleh sebuah data, maka
diperlukansebuah data yang disebut populasi. Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiriatas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.(Sugiyono, 2012:80).
47
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa
PJKR yang sedang mengikuti perkuliahan pembelajaran karate yang
berjumlah 130 orang mahasiswa dari populasi tersebut akan dijadikan sampel
sebanyak 50 mahasiswa dengan perhitungn 40% dari seluruh populasi yang
ada. Tentang pengambilan sampel sesuai dengan pendapat Arikunto (2002:
134), bahwa “.... jika subyeknya banyak (lebih dari 100 orang), sampel dapat diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih,...”.
Tabel 3.1
Prosentase Populasi dan Sampel
POPULASI SAMPEL PROSENTASE
Mahasiswa PJKR 2011 yang mengikuti mata kuliah
pembelajaran karate (sebanyak 130 orang)
50 orang 40 %
Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah teknik random
sampling. Sugiyono (2009: 120) menjelaskan tentang teknik random
sampling yaitu: “teknik pengambilan sampel secara acak tapi memberikan
peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel”. Prosedur random sampling yaitu dengan cara mengundi
calon sampel. Dengan demikian setiap subyek dari populasi mendapat
kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.
Untuk menentukan kelompok mana yang diberi treatment (perlakuan)
yang terdiri dari 25 orang siswa yang diberi treatment (perlakuan) dan 25
orang siswa sebagai kelompok control maka terlebih dahulu dilakukan tes
awal yaitu tes hasil lompatan pada lompat jauh, untuk kemudian dilakukan
penyusunan rangking dan penjodohan dengan tujuan membentuk yang lebih
48
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.4.Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes sebagai alat
pengumpulan datanya.Tes adalah suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk
memperoleh data yangobjektif tentang hasil belajar siswa. (Nurhasan dan
Hasanudi, 2007 : 3) dalam Sugih (2011:52). Tes dalampenelitian ini berupa
tes rangkaian gerak kata 1 (heian Sodan) sebagai alatpengumpulan datanya.
A. Kriteria Penilaian
a. Bentuk Kuda-Kuda
Zenkutsu Dachi
1. Berat badan berada di kaki depan.
2. Kaki belakang lurus
3. Kaki depan dan belakang tidak pada satu garis
Kokutsu Dachi
4. Berat badan bertumpu di kaki belakang
5. Kaki depan dan belakang berada dalam satu garis
b. Bentuk Pukulan
1. Kepalan tangan rapat tidak berongga
2. Bentuk lengan lurus ke arah sasaran
3. Posisi badan tegak menghadap kedepan
4. Posisi tangan yang tidak aktif berada di atas pinggang
5. Pukulan bertenaga (Power pukulan)
c. Bentuk Tangkisan
Gedan Barai
1. Tangan lurus satu kepal di atas lutut kaki depan
Age Uke
2. Posisi tangan menangkis di atas kepala
3. Lengan ditekuk 90o
Sotouke
4. Bentuk tangan rapat terbuka dengan jempol ditekuk
5. Lengan ditekuk 90o
d. Keseragaman Gerak
49
2. Kesamaan ritme gerak
3. Kembali keposisi awal pada saat selesai menampilkan kata
4. Gerakan dilakukan tanpa aba-aba
5. Ekspresi saat menampilkan kata
B. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Keterampilan Kata
KRITERIA PENILAIAN KATA NILAI
A. Bentuk Kuda-Kuda
Zenkutsu Dachi
1. Berat badan berada di kaki depan. 1
2. Kaki belakang lurus 1
3. Kaki depan dan belakang tidak pada satu garis 1
Kokutsu Dachi
4. Berat badan bertumpu di kaki belakang 1
5. Kaki depan dan belakang berada dalam satu garis 1
Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria A 5
B. BENTUK PUKULAN
1. Kepalan tangan rapat tidak berongga 1
2. Bentuk lengan lurus ke arah sasaran 1
3. Posisi badan tegak menghadap kedepan 1
4. Posisi tangan yang tidak aktif berada di atas pinggang 1
5. Pukulan bertenaga (Power pukulan) 1
Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria B 5
C. BENTUK TANGKISAN
Gedan Barai
1. Tangan lurus satu kepal di atas lutut kaki depan 1
Age Uke
2. Posisi tangan menangkis di atas kepala 1
3. Lengan ditekuk 90o 1
50
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Bentuk tangan rapat terbuka dengan jempol ditekuk 1
5. Lengan ditekuk 90o 1
Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria C 5
D. KESERAGAMAN GERAK
1. Tidak mendahului teman satu regunya ketika menampilkan kata 1
2. Kesamaan ritme gerak 1
3. Kembali keposisi awal pada saat selesai menampilkan kata 1
4. Gerakan dilakukan tanpa aba-aba 1
5. Ekspresi saat menampilkan kata 1
Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria D 5
TOTAL SKOR 20
3.5. Uji Intrumen
Data yang diperoleh dari hasil tes setelah pembelajaran, selanjutnya
diolah dan dianalisis untuk menguji instrumen penelitian ini. Tujuan yang
ingin dicapai dengan analisis data ini adalah untuk menyederhanakan data ke
dalam bentuk yang dapat dimengerti dan ditafsirkan, sehingga
hubungan-hubungan yang ada dalam masalah penelitian ini dapat dimengerti dan diuji.
Adapun labgkah-langkah untuk menganalisis data sebagai berikut :
3.5.1. UJi Validitas Alat Tes
Arikunto (2002:211 )menyatakan bahwa“validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. ”Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur, sebuah item (butirsoal) dikatakan valid apabila
mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, skor pada item
menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah.
Pengujian alat pengumpul data pada penelitian ini dilakukan dengan
cara analisis butir tes. Jika diuraikan, langkah kerja yang dilakukan dalam
rangka mengukur validitas instrumen tes adalah sebagai berikut :
51
2) Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya
lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa
kelengkapan pengisisan butir tes.
3) Memberikan skor (scoring) terhadap butir-butir yang perlu diberi
skor.
4) Membuat tabel pembantu untuk mendapat skor-skor pada butir
yang diperoleh untuk setiap sampel. Dilakukan untuk
mempermudah perhitungan/pengolahan data selanjutnya.
5) Menghitung jumlah skor butir yang diperoleh oleh masing-masing
responden.
6) Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap
butir tes.
Untuk menguji validitas tiap butir tes maka skor-skor yang ada
pada butir yang dimaksud (X) dikorelasikan dengan skor total (Y).
Sedangkan untuk mengetahui indeks korelasi alat pengumpul data
digunakan persamaan korelasi product moment dengan angka kasar
yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu :
X : skor tiap butir angket dari tiap responden
Y : skor total
∑X : jumlah skor tiap butir angket dari tiap responden
∑Y : jumlah skor total seluruh butir angket dari tiap responden N : banyaknya data
7) Membandingkan nilai koefisien korelasi product moment hasil
perhitungan (rhitung) dengan nilai koefisien korelasi yang terdapat
dalan tabel (rtabel).
52
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Nilairhitung yang diperoleh akan dikonsultasikan dengan harga
rproduct moment pada tabel pada taraf signifikansi 0,05. Bila
rhitung> rtabel maka item tersebut dinyatakan valid.
3.5.2. Uji Reliabilitas Alat Tes
Reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2002: 221) adalah suatu
instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik, Pengujian
reliabilitas menggunakan rumus korelasi product moment yaitu dengan
mengkorelasikan prolehan skor antara nomor-nomor butir tes gasal dengan
genap. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
∑ ∑ ∑ √{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
Setelah diperoleh koefisien korelasi berdasarkan butir tes gasal dan
genap, untuk menghitung tingkat reliabilitas seluruh tes digunakan rumus
Spearman Brown sebagai berikut :
Keterangan :
ri : Reliabilitas internal seluruh instrumen
rb : Korelasi product moment antara butir tes gasal dan genap (rxy))
Tabel 3.3
Interprestasi derajat reliabilitas
Rentang Nilai Klasifikasi
0,000-0,200 Derajat reliabilitas sangat rendah 0,200-0,400 Derajat reliabilitas rendah
0.400-0,600 Derajat reliabilitas cukup 0,600-0,800 Derajat reliabilitas tinggi 0,800-1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
(Suharsimi arikunto, 2002:
53
Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan rumus tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Memberikan skor terhadap instrumen yang diperoleh oleh sampel b. Buat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor item yang
diperoleh.
c. Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing sampel.
d. Menghitung kuadrat jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing sampel.
e. Menghitung varians masing-masing item dan varians total.
Tabel 3.4
Contoh Format Tabel Perhitungan Varians dan Varians Total
No. Sampel X X2
f. Menghitung koefisen Alfa
g. Membandingkan nilai koefisien Alfa dengan nilai koefisien korelasi
product moment yang terdapat dalam tabel.
h. Membuat kesimpulan, jika nilai hitung ri> r xy, maka instrumen
dinyatakan reliabel
Hasil perhitungan ri dibandingkan dengan r tabel pada taraf nyata α = 5 %.
Kriteria adalah sebagai berikut:
Jika r hitung> r tabel, maka item pertanyaan dikatakan reliabel.
Jika r hitung
r tabel, maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.Secara teknis pengujian reliabilitas di atas dilakukan dengan
menggunakan bantuan aplikasi program Microsoft Office Excel 2007.
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data maksudnya adalah mengolah data hasil eksperimen.
Selanjutnya diolah dan dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian ini.
Tujuan analisis data ini adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk
yang dapat dimengerti dan ditafsirkan.
3.6.1. Menghitung Rata-Rata (mean)
Menghitung skor rata-rata kelompok sampel menggunakan rumus
54
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
̅ ∑
̅ = skor rata-rata yang dicari ∑ = jumlah nilai data
n = jumlah sampel
3.6.2. Standar Deviation (Simpangan Baku)
Standar deviation (simpangan baku) adalah suatu nilai yang menujukan
tingkat (derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan
reratanya, simbol simpangan baku populasi (σ atau σn) sedangkan untuk
sampel (s, sd atau σn-1)
Rumus untuk kelompok kecil :
S
=
∑ ̅
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:
S = simpangan baku yang dicari
n = jumlah sampel
n∑ ̅ = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
3.6.3. Uji Normalitas
Penulis menggunakan uji normalitas ini adalah untuk mengetahui
normal tidaknya suatu distribusi data. Hal ini penting diketahui berkaitan
dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang akan dipergunakan. Penulis
menggunakan uji normalitas dengan metode lilifors. Langkah kerja uji
normalitas dengan metode lilifors menurut Ating Somantri dan Sambas Ali
Muhidin (2010: 89) sebagai berikut:
1. Susunlah data dari kecil ke besar
2. Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).
3. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.
55
7. Bandingkanempirical proportion dengan theoritical proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.
8. Carilah selisih terbesar di luar titik observasi.
Untuk melakukan uji normalitas untuk kedua variabel tersebut
dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel.
3.6.4. Uji Homogenitas
Peneliti menggunakan uji homogenitas kesamaan dua varians adalah
untuk mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang
homogen. Uji statistika yang akan digunakan adalah Microsoft Office
Excel. Kriteria yang peneliti gunakan adalah Fh> Ft, maka H0 menyatakan
varians homogen ditolak dalam hal lainnya diterima.
Rumus uji statisik yang digunakan adalah :
Langkah-langkah uji homogenitas kesamaan dua varians :
1. Inventarisasi data
2. Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat.
3. Membuat hipotesis statistik.
4. Mencari Fhitung.
5. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis.
6. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel.
7. Kesimpulan.
3.6.5. Uji Hipotesis
Adapun langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut:
1) Nyatakan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan
penelitian
2) Gunakan statistik uji yang tepat
3) Hitung nilai statistik berdasarkan data yang terkumpul
4) Berikan kesimpulan
56
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang
diajukan dalam penelitian diterima atau tidak. Untuk pengujian dalam
penelitian ini menggunakan uji t. Uji t bertujuan untuk mengetahui
perbedaan dua rata-rata dari data pretes yang diperoleh. Pengolahan data
dilakukan dengan ketentuan:
Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji-t
Statistik uji yang digunakan adalah
̅ ̅
√
dengan √
Keterangan:
̅ : Rata-rata skor pretes kelas eksperimen. ̅ :Rata-rata skor pretes kelas kontrol.
: Simpangan baku kelas eksperimen.
: Simpangan baku kelas kontrol.
Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi t dengan
Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah
H0 :Tidak terdapat pengaruh model cooperative learning tipe STAD
57
H1 :Terdapat pengaruh model cooperative learning tipe STAD
terhadap proses dan hasil pembelajaran karate nomor kata
67 Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisi data, maka kesimpulan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Model cooperative learning tipe STAD memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap proses dan hasil pembelajaran karate nomor kata,
karena hasil dari penerapan model cooperative learning menujukan
peningkatan keterampilan gerak dasar kata dalam pembelajaran karate.
Selain itu, dalam proses pembelajaran kata dengan menggunakan model
cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan interaksi positif di
dalam sebuah kelompok.
5.2. Saran
Sehubung dengan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis akan
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
A. Model cooperative learningtipe STAD dapat menjadi pilihan yang
tepat untuk para pengajar di sekolah maupun di tingkat perguruan
tinggi dalam menghadapi kelas besar pada proses pembelajaran karate
nomor kata.
B. Melalui model cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran
kata, mahasiswa akan lebih berinteraksi dalam bertukar pikiran untuk
berusaha menguasai materi kata yang diberikan oleh pengajar.
C. Melalui model cooperative learning yang diterapkan dalam materi
pembelajaran kata di tingkat sekolah , akan meningkatkan nilai-nilai
kehidupan yang terkandung dalam pendidikan jasmani seperti
kerjasama, menghargai kawan, bersedia berbagi tempat, dan menjaga
keselamatan diri dan teman.
D. Mengingat masih kurangnya penelitian tentang beladiri karate dalam
68
agar dapat lebih meningkatkan hasil pembelajaran sesuai tujuan
pendidikan jasmani.
E. Bagi rekan mahasiswa khususnya program studi pendidikan jasmani
kesehatan dan rekreasi yang akan mengadakan penelitian tentang
model-model pembelajaran dan pembelajaran karate, penulis
menganjurkan untuk mencari variabel dan sampel penelitian yang
lebih relevan, agar hasilnya lebih maksimal demi kemajuan mutu ilmu
pendidikan khususnya bidang keilmuan pendidikan jasmani.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis paparkan, semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan kualitas
69 Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Abduljabar. (2010). Modul Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung : FPOK UPI
Anita Lie. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo
Arikunto, Suharsimi, (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :PT Rineka Cipta.
________________ , (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT Rineka Cipta.
________________ , (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT Rineka Cipta.
_________________, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin.(2006).Aplikasi Statistika Dalam
Penelitian. Bandung: Cv Pustaka Setia.
Danardono, (2010). Kata. Jakarta. Tidak diterbitkan.
Dimayanti, Mudjiono, (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Hamalik, (1994). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Huda Miftahul, (2011). Cooperatif Learning. Jakarta : Pustaka Pelajar
Isjoni, (2012). Cooperative Learning. Bandung : ALFABETA
Junaedi, (2007). Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : PT Rineka Cipta
Metzler W Michael, (2000). Instructional Models For Physical Education.
Munandir, (2001). Belajar dan Membelajarkan. Jakarta : Rajawali Press.
Nakayama, (1970), Best Karate 2. Jepang : Bunkyoku.
_________, (1979), Best Karate 5. Jepang : Bunkyoku.
70
Muhidin, Sambas Ali, (2010). Statistika 1 Pengantar Untuk Penelitian. Bandung : Karya Andika Utama.
Sagitarius, (2008). Modul Karate. Bandung : FPOK UPI.
Sugiono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
_______, (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Slavin E Robert, (1995). Cooperatif Learning Teori, Riset, Dan Praktik. Bandung :Nusa Media.
_____________, (2005). Cooperatif Learning Teori, Riset, Dan Praktik. Bandung :Nusa Media.
Sujoto, J.B, (1996). Teknik Oyama Karate Seri Kihon. Jakarta : Elex Media Komputindo.
__________, (2002). Teknik Oyama Karate Seri Kihon. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Suryo, subroto B, (2009). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sudjana, Nana, (1989). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo Offset
_____________, (2004). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo Offset
TiteJuliantine, (2011). Model-Model Pembelajaran. Bandung : FPOK UPI
Trianto, (2011). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : BUMI AKSARA.
______, (2011). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : BUMI AKSARA.
UPI.2012.Pedomen Penulisan Karya Ilmiaah : UPI BANDUNG
WKF Rule Of Competition, (2009)
71
Muhammad Nur Alif, 2013
Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Proses Dan Hasil Pembelajaran Karate Nomor Kata
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Sumber Skripsi:
Luguzt Agyl.(2011) Dampak Latihan Stabilisasi dan Fleksibilitas Panggul
Terhadap Penampilan Kata (saifa-Goju Ryu) Pada Cabang Olahraga Karate. Skripsi. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Sugih Gunawan ,(2012) Perbandingan Antara Model Pembelajaran Langsung
Dan Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Penguasaan Gerak Seni Tunggal Baku Pencak Silat Di Kelas VII Mts Al-Inayah Kota Bandung.
Skripsi. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Moch Bara Nugraha, (2012) Pengaruh Modifikasi Media Pembelajaran Penjas
Terhadap Penguasaan Gerak Dasar Lompat JauhSDN Sukapura 1 Bandung. Bandung.Universitas Pendidikan Indonesia.
Sumber Internet :
Sugiyanto. (2008). Model Pembelajaran [Online]. Tersedia :Pend-
ekonomi.blogspot.com/2012/07/definisi-dan-jenis-model-pembelajaran.html?m=1 [31 Oktober 2012]
Latfrahmanto.blogspot (2011). Definisi Pengaruh [Online]. Tersedia : Latfrahmanto.blogspot.com/2011/10/definisi-pengaruh [31 Oktober 2012]