EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI
DENGAN METODE ATC/DDD PADA PASIEN
STROKE
RAWAT INAP RSUD “B” TAHUN 2010 DAN 2011
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
RADEN ARDHI WINATA KURNIA SUPRAPTONO PUTRA
K 100 080 185
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DENGAN METODE ATC/DDD PADA PASIEN STROKE RAWAT INAP RSUD “B”
TAHUN 2010 DAN 2011
EVALUATION OF AN ANTIHYPERTENSIVE MEDICINE WITH ATC/DDD METHOD FOR INPATIENT STROKE AT RSUD “B” IN 2010 AND 2011
Raden Ardhi Winata Kurnia Supraptono Putra dan Tri Yulianti Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Stroke adalah penyakit penurunan fungsi sistem saraf pusat secara tiba-tiba yang berlangsung selama 24 jam dan diperkirakan berasal dari pembuluh darah. Pada penderita stroke yang mempunyai latar belakang hipertensi memerlukan penanganan antihipertensi dengan tepat agar diperoleh hasil yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui antihipertensi apa saja yang digunakan pada pasien stroke serta bagaimana mengevaluasi kuantitas penggunaannya di instalasi rawat inap RSUD “B” pada tahun 2010 dan 2011.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pengambilan data secara retrospektif, berupa data yang didapat dari lembar rekam medik pasien yang didiagnosis menderita stroke di instalasi rawat inap RSUD ”B”. Teknik pengambilan sampel menggunakan cara purposive sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung kuantitas penggunaan antihipertensi menggunakan metode ATC/DDD.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah penggunaan antihipertensi tiga terbanyak untuk pasien stroke rawat inap di RSUD “B” pada tahun 2010 adalah Captopril (36,502 DDD/100 hari), Furosemid (14,730 DDD/100 Pasien-hari) dan Nifedipin (9,780 DDD/100 Pasien-Pasien-hari). Sedangkan pada tahun 2011 adalah Captopril (33,248 DDD/100 Pasien-hari), Amlodipin (9,145 DDD/100 Pasien-hari), dan Furosemid (8,250 DDD/100 Pasien-hari). Selama periode tahun 2010 dan 2011, penggunaan antihipertensi untuk pasien stroke di RSUD “B” tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Kata kunci : Stroke, antihipertensi, ATC/DDD, RSUD ”B”.
ABSTRACT
This design was observational, where data were collected retrospectively and obtained from medical data record sheets that patients diagnosed with stroke attack in inpatient installation in RSUD “B”. Purposive sampling is the technique of sampling in this study. All data were processed to calculate quantity of antihypertensive use by using ATC/DDD method.
The result has showed that the three largest antihypertensive drug used in 2010 in stroke patients in inpatient installation in RSUD “B” is Captopril (36,502 DDD/100 bed-days), Furosemid (14,730 DDD/100 bed-days) and Nifedipin (9,780 DDD/100 bed-days). Wheras in 2011 is Captopril (33,248 DDD/100 bed-days), Amlodipin (9,145 DDD/100 bed-days), and Furosemid (8,250 DDD/100 bed-days). During the period of 2010 and 2011, the use of antihypertensive in stroke patients with in RSUD “B” do not a lot of experienced changes.
Key word : Stroke, antihypertensive, ATC/DDD, RSUD ”B”.
I. PENDAHULUAN
Penyakit stroke adalah penyakit sistem persyarafan yang paling sering dijumpai. Sekitar 50 persen penderita stroke iskhemik dan 60 persen penderita stroke hemoragik mempunyai latar belakang hipertensi. Oleh karena itu,
diperlukan penanganan antihipertensi pada penderita stroke dengan tepat agar diperoleh hasil yang optimal (Wibowo & Gofir, 2001). Hipertensi merupakan faktor risiko gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular (stroke) (Depkes RI, 2006).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi
Sistem ATC/DDD (Anatomical Therapeutic Chemical / Defined Daily Dose) merupakan sistem klasifikasi dan pengukuran penggunaan obat yang saat
ini telah menjadi salah satu pusat perhatian dalam pengembangan penelitian penggunaan obat. Sistem ATC/DDD sebagai standar pengukuran internasional untuk studi penggunaan obat, sekaligus menetapkan WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology untuk memelihara dan mengembangkan sistem
ATC/DDD (Birkett, 2002). Evaluasi penggunaan obat dapat mengidentifikasi masalah dalam penggunaan obat, menurunkan Adverse Drug Reaction (ADR), dan mengoptimalkan terapi obat. Evaluasi penggunaan obat dibagi menjadi 2 yaitu kualitatif dan kuantitatif. Salah satu studi kuantitatif adalah dengan menggunakan metode ATC/DDD. Metode ini direkomendasikan oleh WHO untuk mengevaluasi penggunaan obat (WHO, 2011).
DU90% adalah perkembangan lebih lanjut dari data yang banyak diberikan baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. Metode DU90% dapat dipertimbangkan sebagai perkembangan lebih lanjut pada klasifikasi sistem Defined Daily Dose (DDD), yang direkomendasikan oleh WHO sebagai bahasa
umum untuk menggambarkan penggunaan obat atau intensitas terapi pada populasi (WHO, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui antihipertensi apa saja yang digunakan pada pasien stroke serta bagaimana mengevaluasi kuantitas penggunaannya di instalasi rawat inap RSUD “B” pada tahun 2010 dan 2011.
II. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah data populasi terjangkau berupa data penggunaan antihipertensi pada pasien stroke di instalasi rawat inap RSUD “B” tahun 2010 dan 2011. Sampel diambil dari seluruh populasi hingga dianggap mewakili populasinya tersebut dengan metode purposive sampling yaitu sampel yang dipilih memenuhi kriteria inklusi yaitu:
a. Pasien dewasa ( ≥ 20 tahun) yang didiagnosa menderita stroke. b. Merupakan pasien rawat inap RSUD “B” tahun 2010 dan 2011. c. Mendapat antihipertensi.
d. Data lengkap dan minimal memuat data-data pasien sebagai berikut: 1) Nama antihipertensi
2) Bentuk sediaan, dosis, dan rute penggunaan 3) Total penggunaan obat
4) Frekuensi penggunaan
C. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Cara ini ditentukan berdasarkan pengambilan data rekam medik pasien dewasa dengan kasus stroke di instalasi rawat inap RSUD “B” tahun 2010 dan 2011.
D. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD ”B” bagian rekam medik.
E. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis berdasarkan pengelompokan sebagai berikut :
1. Pasien yang terdiagnosis menderita stroke. 2. Umur pasien yang terdiagnosis menderita stroke. 3. Penyakit lain yang diderita oleh pasien.
4. Dicatat data jenis antihipertensi yang digunakan, jumlah dosis antihipertensi (dalam gram atau mg) yang digunakan bentuk sediaan, dosis, jumlah penggunaan dan hari rawat.
6. Dihitung DDD (dosis pemeliharaan rata-rata perhari) nilai DDD penggunaan dari setiap jenis antihipertensi diperoleh dengan jalan membangi total pengunaan obat yang bersangkutan (dalam satuan gram atau miligram).
7. Hasil perhitungan penggunaan antihipertensi per hari dengan menggunakan satuan DDD/100 hari rawat.
8. Persentase penggunaan antihipertensi.
Data hasil perhitungan DDD/100 hari rawat diubah dalam bentuk persentase kemudian dikumulatifkan.
9. Hasil dikelompokan data menggunakan metode DU 90%
10.Kuantitas penggunaan antihipertensi pada tahun 2010 dan 2011 di RSUD “B” diuji statistik menggunakan uji statistik paired T test.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pasien
Berdasarkan 100 rekam medik yang berhasil didata, didapatkan distribusi jenis kelamin dan umur.
Tabel 6. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin dan umur pada pengobatan stroke di instalasi
rawat Inap RSUD “B” tahun 2010 dan 2011
Usia (tahun) Tahun 2010 Tahun 2011 Jumlah
P L P L
< 40 1 1 - 1 3
40 - 49 3 5 6 5 19
50 – 59 5 12 4 6 27
60 – 70 5 7 7 9 28
70 – 80 4 5 3 5 17
> 80 2 - 3 1 6
Total 20 30 23 27 100
Persen 40% 60% 46% 54% 100%
Pendistribusian umur dan jenis kelamin diatas dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan jumlah pasien stroke berdasarkan umur dan jenis kelamin pada pasien rawat inap di RSUD “B” tahun 2010 dan 2011. Jenis kelamin dan umur merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa pasien pria lebih besar pervalensinya terserang penyakit stroke dibandingkan dengan pasien wanita. Dilihat dari segi umur pada tahun
B. Profil Penggunaan Antihipertensi
1. Jenis Antihipertensi yang Digunakan Berdasarkan Klasifikasi ATC
Dari data rekam medik pada pengobatan pasien dengan terdiagnosa utama penyakit stroke di instalasi rawat inap RSUD “B” pada tahun 2010 dan 2011, didapatkan data meliputi nomor rekam medik, lama hari rawat pasien, jenis kelamin, umur pasien, penggunaan antihipertensi pada tahun 2010 dan 2011 yang terdiri dari nama dagang dan nama generik, rute pemberian, kekuatan/dosis, frekuensi, jumlah hari penggunaan, dan jumlah penggunaan antihipertensi. Bentuk sediaan pada antihipertensi antara sedian per oral maupun sedian parenteral mempunyai nilai Defiend Daily Dose (DDD) yang sama.
Dari klasifikasi oleh WHO Collaborating Centre, diperoleh data pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing 50 sampel kasus. Selama tahun 2010 terdapat 11 jenis obat antihipertensi, sedangkan pada tahun 2011 terdapat 13 jenis antihipertensi yang dipergunakan di RSUD “B”. Antihipertensi yang digunakan untuk pasien stroke rawat inap di RSUD “B” selama tahun 2010 dan 2011 dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Jenis Antihipertensi yang Digunakan di RSUD “B” Tahun 2010 dan 2011
Tahun Peggunaan Golongan Kode ATC Antihipertensi Sediaan DDD
(mg) 2010 2011
V V InhibitorACE CO9AA01 Captopril Oral 50
V V Inhibitor ACE CO9AA03 Lisinopril Oral 10
V Inhibitor ACE CO9AA05 Ramipril Oral 10
V Inhibitor ACE CO8DA01 Verapamil Oral 240
V β – Bloker CO7AA05 Propanolol Oral 160
V Diuretik CO3AA03 Hidroklorotiazid Oral 25
V V Diuretik CO3CA01 Furosemid Oral &
Parenteral 40
V V Diuretik CO3DA01 Spironolakton Oral 75
V V Central Agonis α2 CO2AC01 Clonidin Oral &
Tabel 8 . Jenis antihipertensi dan jumlah penggunaan antihipertensi pada pengobatan stroke di instalasi rawat inap RSUD Dr Moewardi tahun 2010 dan 2011
Antihipertensi
2. Evaluasi Kuantitas Penggunaan Antihipertensi Dalam Unit DDD
Dari data-data yang telah diperoleh, perhitungan kuantitas penggunaan antihipertensi dengan mengikuti aturan-aturan perhitungan yang telah ditetapkan oleh WHO Collaborating Centre 2011. Antihipertensi dikelompokkan sesuai dengan kode ATC dan golongannya, kemudian bentuk sediaan disesuaikan dengan satuan DDD definitif masing-masing antihipertensi. Satuan DDD definitif menggunakan satuan miligram, maka satuan dosis antihipertensi harus dikonversikan ke dalam satuan miligram terlebih dahulu (WHO, 2011).
Nilai DDD satu tahun diperoleh dengan menghitung total penggunaan antihipertensi dibagi dengan nilai DDD definitif yang ditetapkan oleh WHO Collaborating Centre berdasarkan masing-masing jenis antihipertensi. Total
pasien stroke. Dari penelitian ini, diperoleh total hari rawat inap pada tahun 2010 sebesar 4,26 hari rawat/100 dan pada tahun 2011 sebanyak 5,03 hari rawat/100. Kuantitas penggunaan antihipertensi untuk pasien stroke rawat inap di RSUD “B” tahun 2010 dan 2011 dalam satuan DDD/100 pasien-hari ditunjukkan pada tabel 9.
Tabel 9. Kuantitas Penggunaan Antihipertensi untuk Pasien Stroke Rawat Inap di RSUD “B” Tahun
2010 dan 2011 dalam satuan DDD/100 Pasien-hari
No Kode ATC Jenis Antihipertensi DDD/100 Pasien-hari Jumlah 2010 2011
1 CO9AA01 Captopril 36,502 33,248 69,750
2 CO9AA03 Lisinopril 1,408 0,198 1,606
3 CO9AA05 Ramipril 0,469 0 0,469
4 CO8DA01 Verapamil 0 0,795 0,795
5 CO7AA05 Propanolol 0 0,037 0,037
6 CO7AB07 Bisoprolol 0 2,087 2,087
7 CO9CA03 Valsartan 0,938 0,198 1,136
8 CO8CA01 Amlodipin 5,399 9,145 14,544
9 CO8CA05 Nifedipin 9,780 5,235 15,015
10 CO8CA06 Nimodipin 0 0,477 0,477
11 CO8DB01 Diltiazem 1,748 2,212 3,960
12 CO3AA03 Hidroklorotiazid 1,173 0 1,173
13 CO3CA01 Furosemid 14,730 8,250 22,980
14 CO3DA01 Spironolakton 0,312 0,450 0,762
15 CO2AC01 Clonidin 5,086 3,909 8,995
Jumlah 77,545 66,241 143.786 Rata-rata 7,049 5,095
Dari tabel 9, semakin besar nilai DDD/100 Pasien-hari berarti menunjukan pemakaian antihipertensi yang besar pula. Kuantitas penggunaan antihipertensi yang memiliki jumlah tertinggi pada tahun 2010 dan 2011 yaitu Captopril. Perhitungan DDD untuk Captopril pada tahun 2010 mencapai 36,502 DDD/100 Pasien-hari dan pada tahun 2011 sebanyak 33,248 DDD/100. Jadi, dalam 100 hari rawat pada tahun 2010 ada 36 pasien yang mendapatkan 1 DDD captopril sebesar 50 mg/hari dan 33 pasien yang mendapat 1 DDD Captopril sebesar 50 mg / hari pada tahun 2011.
Captopril merupakan antihipertensi dengan penggunaan paling tinggi pada tahun 2010 dan 2011. Captopril merupakan golongan ACE-Inhibitor, merupakan obat yang bekerja dengan menghambat angiotensin converting enzyme (ACE) yang dalam keadaan normal bertugas menaktifkan angiotensin I menjadi
antihipertensi pilihan pertama adalah golongan ACE-Inhibitor. Tetapi obat ini kurang bermanfaat untuk pasien geriatri, dan sebaiknya untuk pasien geriatri diberikan obat golongan Calcium Channel Bloker seperti Amlodipin atau Nifedipin.
Antihipertensi kedua yang terbanyak adalah Furosemid, pada tahun 2010 sebanyak 14,730 DDD/100 Pasien-hari sedangkan ditahun 2011 sebanyak 8,250 DDD/100 Pasen-hari. Furosemid adalah diuretik derivat asam atranilat. Aktivitas diuretik Furosemid terutama dengan jalan menghambat absorbsi natrium dan klorida, tidak hanya pada tublus proksimal dan tubulus distal, tapi juga pada loop of Henle (Sukandar, 2008).
Penggunaan antihipertensi terbanyak selanjutnya adalah obat golongan Calcium Channel Bloker (Nifedipin dan Amlodipin). Pada tahun 2010 jumlah
penggunaan Nifedipin sebanyak 9,780 DDD/100 Pasien-hari, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 5,235 DDD/100 Pasien-hari. Untuk Amlodipin, penggunaan pada tahun 2010 jumlahnya sebanyak 5,399 DDD/100 Pasien-hari sedangkan penggunaan pada tahun 2012 sebanyak 9,145 DDD/100 Pasien-hari. Golongan Calcium Channel Bloker menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang benar-benar berbeda yaitu dengan menghambat masuknya ion kalsium melewati slow channel yang terdapat pada membran sel (sarkolema), Obat antagonis kalsium merupakan penghambat vasospasme yang kuat, karena kerjanya langsung mendilatasi arteri epikardial tempat spasme terjadi, sehingga langsung dapat mengatasi atau mencegah terjadinya vasospasme tersebut (Oates & Brown, 2001). Untuk itu dalam penelitian selanjutnya diharapkan data yang diambil dalam satu tahun penuh sehingga dapat menggambarkan penggunaan antihipertensi yang sebenarnya.
C. Profil Penggunaan Antihipertensi pada Tahun 2010 dan 2011 Berdasarkan Profil DU 90%
terendah. Obat yang masuk dalam segmen DU 90% adalah obat yang masuk dalam akumulasi 90% penggunaan. Profil DU 90% penggunaan antihipertensi berdasarkan jenis antihipertensi di RSUD “B” tahun 2010 dan 2011 dapat dilihat di tabel 10.
Tabel 10. Profil DU 90% Penggunaan Antihipertensi Berdasarkan Jenis Antihipertensi di RSUD “B” Tahun 2010
Kode Jenis Antihipertensi % Penggunaan Akumulasi Segmen
CO9AA01 Captopril 47,07 47,07
DU 90%
CO3CA01 Furosemid 19 66,07
CO8CA05 Nifedipin 12,61 78,68
CO8CA01 Amlodipin 6,96 85,64
CO2AC01 Clonidin 6,56 92,2
CO8DB01 Diltiazem 2,25 94,45
DU 10%
CO9AA03 Lisinopril 1,81 96,26
CO3AA03 Hidroklorotiazid 1,51 97,41
CO9CA03 Valsartan 1,22 98,63
CO9AA05 Ramipril 0,60 99,23
CO3DA01 Spironolakton 0,41 100
Gambar 2. Persentase DU90% antihipertensi pada Tahun 2010
Tabel 11. Profil DU 90% Penggunaan Antihipertensi berdasarkan Jenis Antihipertensi di RSUD “B” Tahun 2011
Kode Jenis Antihipertensi % Penggunaan Akumulasi Segmen
CO9AA01 Captopril 50,19 50,19
DU 90%
CO8CA01 Amlodipin 13,80 63,99
CO3CA01 Furosemid 12,45 76,44
CO8CA05 Nifedipin 7,90 84,34
CO2AC01 Clonidin 5,90 90,24
CO8DB01 Diltiazem 3,34 93,58
DU 10%
CO9AA03 Lisinopril 3,15 96,73
CO8DA01 Verapamil 1,12 97,98
CO8CA06 Nimodipin 0,73 98,71
CO3DA01 Spironolakton 0,68 99,39
CO9CA03 Valsartan 0,30 99,69
CO9AA05 Bisoprolol 0,30 99,95
Gambar 3. Penggunaan DU90% Antihipertensi Tahun 2011
Diperoleh data DU90% memperlihatkan pola penggunaan obat yang dipakai oleh pasien rawat inap di RSUD “B” tahun 2010. Dari data pada tabel 10 dan gambar 2 menunjukkan bahwa obat antihipertensi yang masuk segmen DU90% adalah terdiri dari golongan ACE Inhibitor (Captopril 47,07%), golongan diuretik (Furosemid 19%), golongan CCB (Nifedipin12,61% dan Amlodipin 6,96%), dan golongan reseptor agonis (Clonidin 6,56%). Sedangkan yang masuk dalam segmen DU10% adalah Diltiazem (2,25%), Lisinopril (1,81%), Hidroklorotiazid (1,51%), Valsartan (1,22%), Ramipril (0,60%), dan Spironolakton (0,41%).
Sedangkan pada tahun 2011 tidak mengalami begitu banyak perubahan. Pada tabel 11 dan gambar 3, penggunaan obat antihipertensi yang masuk segmen DU90% yaitu ACE Inhibitor (Captopril 50,19%), golongan diuretik (Furosemid 12,45%), golongan CCB (Amlodipin 13,80% dan Nifedipin 7,90%), dan golongan reseptor agonis (Clonidin 5,90%). Sedangkan Diltiazem (3,34%), Lisinopril (3,15%), Verapamil (1,12%), Nimodipin (0,73%), Spironolakton (0,68%), Valsartan (0,3%), Bisoprolol (0,3%) dan Propanolol (0,05%).
D. Statistik Paired T- test
Kuantitas antihipertensi yang digunakan pada tahun 2010 dan 2011 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dibuktikan melalui Paired T-test dengan taraf kepercayaan 95%. Setelah dilakukan Paired T-test
IV.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian tentang pengukuran kuantitas dan kualitas penggunaan antihipertensi di RSUD “B” pada pasien stroke rawat inap pada tahun 2010 dan 2011 dengan menggunakan metode ATC/DDD didapatkan hasil :
1. Tiga antihipertensi terbanyak yang digunakan untuk pasien stroke rawat inap di RSUD “B” pada tahun 2010 adalah Captopril (36,502 DDD/100 Pasien-hari), Furosemid (14,730 DDD/100 Pasien-hari) dan Nifedipin (9,780 DDD/100 Pasien-hari). Sedangkan pada tahun 2011 adalah Captopril (33,248 DDD/100 Pasien-hari), Amlodipin (9,145 DDD/100 Pasien-hari), dan Furosemid (8,250 DDD/100 Pasien-hari).
2. Selama periode tahun 2010 dan 2011, penggunaan antihipertensi untuk pasien stroke di RSUD “B” tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disampaikan beberapa saran, yaitu:
a. Petugas medis agar mempertimbangkan pemilihan obat yang sesuai dengan keadaan pasien (efikasi, interaksi dan efek samping yang ditimbulkan).
b. Pada penelitian selanjutnya diharapkan data yang diambil dalam satu tahun penuh sehingga dapat menggambarkan penggunaan antihipertensi yang sebenarnya.
c. Dapat dilakukan penelitian kualitatif lebih lanjut mengenai hubungan antara trend penggunaan antihipertensi pada pasien stroke dengan pengobatan yang rasional.
V. DAFTAR ACUAN
Birkett, D.J., The Future of ATC/DDD and Drug Utilization Research, WHO Drug Information 16 (2002) 3 : 238-239.
Depkes RI, 2006, Pharmaceutical Care untuk Hipertensi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Karyadia, 2002, Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner, Penerbit Intisari Mediatama, Jakarta.
Mansjoer, A.M, Kuspuji, T., Rakhmi, S., Wahyu, I. W., & Wiwiek, S., 2007, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Oates J.A., and Brown N.J, 2001, Antihypertensive Agents and Drugs Therapy of Hypertension In: Hardman J.G., Gilman A.G., (editors). The Pharmacological Basis of Theurapeutics. 10th ed, McGraw-Hil, New York.
Saseen, J.J, & Carter, B.L., 2005, Essential Hypertension. In: Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs. 8th Edition Koda-Kimble MA et al eds. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.A.P., Kusnandar, 2008, ISO Farmakoterapi, PT ISFI Penerbitan, Jakarta.
WHO, 2008, WHO Drugs Information.
http://whqlibdoc.who.int/druginfo/22_1_2008.pdf (diakses 28 maret 2012)
WHO, 2011, Guidelines for ATC Classification and DDD Assignment 2011, 14th Edition, Oslo, WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology.
Wibowo, S., dan Gofir, A., 2001, Farmakoterapi Dalam Neurologi, 60, Salemba Medika, Jakarta.