ASSESSMENT CONTROL (HIRAC)
DI PT. CAMPINA
ICE CREAM INDUSTRY
SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
ALIN DARISA
0832015001
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
DENGAN METODE
HAZARD IDENTIFICATION RISK
ASSESSMENT CONTROL (HIRAC)
DI PT. CAMPINA
ICE CREAM INDUSTRY
SURABAYA
Disusun Oleh :
ALIN DARISA
0832015001Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 15 Oktober 2012
Tim Penguji : NIP. 19480828 198403 1 001
2.
Ir. Sumiati, MT
NIP. 19601213 199103 2 001
2.
Ir. Sumiati, MT
NIP. 19601213 199103 2 001
3.
Ir. Hari Purwoadi, MM NIP. 19480828 198403 1 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya
IDENTIFIKASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJ A (K3) DENGAN METODE HAZARD IDENTIFICATION RISK SSESSMENT CONTROL (HIRAC)
DI PT. CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY SURABAYA
Oleh :
ALIN DARISA
NPM : 0832015001Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negara Lisan
Gelombang II Tahun Ajaran 2012 / 2013
Sur abaya, 03 Oktober 2012
Mengetahui
Dosen Pembimbing I
Ir. Hari Purwoadi, MM NIP. 19480828 198403 1 001
Mengetahui
Dosen Pembimbing II
Ir. Sumiati, MT NIP. 19601213 199103 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Industri
UPN “Veteran” Jawa Timur
Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi ini yang berjudul Identifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Metode Hazard Identification Risk Assessment Control (HIRAC) di PT. Campina Ice Cream Industry Surabaya.“
Adapun laporan Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Teknik di jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Laporan ini dapat terselesaikan karena tidak lepas dari bimbingan pengarahan,
petunjuk, dan bantuan dari berbagai pihak yang membantu dalam penyusunannya. Oleh
karena itu, penulis tidak lupa untuk menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
tak terhingga kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM, sebagai Ketua Jurusan Teknik Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. Hari Purwoadi, MM dan Ir. Sumiati, MT, selaku dosen pembimbing
skripsi.
4. Dosen penguji atas waktu yang diluangkan kepada kami.
5. Pimpinan PT. Campina Ice Cream Industry Surabaya untuk memberikan tempat
penelitian saya.
6. Semua karyawan PT. Campina Ice Cream Industry Surabaya yang telah banyak
moril maupun materiil dalam proses penyusunan laporan ini.
8. Sahabatku Fatkhatul, Dewi terimakasih buat doa dan dukungannya.
Rekan-rekan Angkatan 2008 yang telah mendukung dalam penyusunan laporan.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna dan banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan,
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dan kebaikan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan Skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca dan menambah wawasan kita bersama.
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Asumsi ... 3
1.5 Tujuan Penelitian ... 3
1.6 Manfaat Penelitian ... 4
1.7 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 2.1 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 7
2.1.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ... 7
2.1.2 Tujuan Penerapan SMK 3 ... 7
2.2.2 Definisi danPrinsip Metode Hazard Identification
Risk Assessment Control (HIRAC) ... 9
2.3 Metode Statistik yang Dipakai ... 10
2.3.1 Uji Reliabilitas ... 11
2.3.2 Variabel-variabel yang Digunakan Dalam Pembuatan Kusioner ... 11
2.4 Langkah Penerapan Risk Assessment ... 13
2.4.1 Identifikasi Kecelakaan Kerja dan Hazards ... 14
2.4.1.1 Kecelakaan Kerja ... 14
2.4.1.2 Hazards ... 16
2.4.2 Pengukuran Implementasi Program K3 ... 17
2.4.2.1 Penarikan Sampel ... 18
2.4.2.2 Perhitungan tingkat Implementasi Program ... 20
2.4.3 Pengkategorian Hazard ... 21
2.4.4 Analisa dan Pengembangan Solusi Alternatif ... 26
2.5 Memutuskan Tindakan yang Akan Diambil (Decide What to do) ... 27
2.6 Penelitian Terdahulu ... 28
2.7 Metode-metode Lain ... 31
3.3.1 Metode Pengumpulan Data ... 41
3.3.2 MetodePengolahan Data ... 42
3.4 Perhitungan Implementasi Program K3 ... 42
3.4.1 Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja ... 44
3.4.2 Pengkategorian Hazards dengan Pendekatan Hazard Identification Risk Assessment Control ... 45
3.4.3 Tindakan Pencegahan dan Pengendalian ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 47
4.1.1 Data Kecelakaan Kerja ... 47
4.1.2 Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja ... 49
4.1.3 Penetapan Sampel ... 51
4.1.4 Uji Reliabilitas ... 51
4.2 Pengolahan Data ... 52
4.2.1 Identifikasi dan Pengkategorian Hazards ... 52
4.2.2 Perhitungan Impelentasi Program K3 ... 57
4.2.3 Penentuan Risk Level Implementasi Program K3 ... 62
4.2.4 Rekomendasi Upaya Pencegahan dan Pengendalian ... 4.2.4.1 Perbaikan pada Proses Produksi ... 63
4.3 Hasil dan Pembahasan ... 64
K3 ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 73
5.2 Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
The high rate of competition and demand loads, machining / high peralatanberteknologi a strategy of tech machinery terbaik.Dengan generated would be maximized, but the high-tech machines can be dangerous for employees / operator.Kurangnya knowledge and
carelessness can cause accidents very vatal.
PT. Campina Ice Cream Industry Surabaya is a company engaged in the manufacture of ice cream where the manufacture of ice cream by yourself using the machine 4 machine, namely: Ria, Rolo, Hoyer (based stick), Fillmark (based cup and cone). PT. Campina Ice Cream Industry Surabaya, have realized the importance of coaching K3 towards accident conditions nihil.Namun fact still encountered accidents such as pinch, slip, electric shock, fingers cut off, caught mainly in Fillmark engine (based on the clear cup and cone.Dan in the presence of 15 accidents in 16 bulan.Oleh hence the management felt the need to identify potential hazards (hazard) and determine the value of the risks arising hazards.
The purpose of this study is to determine the level of Occupational Health and Safety (K3) by the method of Hazard Identification Risk Assessment Control (HIRAC) PT. Campina Ice Cream Industry Surabaya and the prevention of occupational accidents in PT. Campina Ice Cream Industry Surabaya.
After identifying the hazard there are still some sources that have value "seriuos" Fillmark machining operations due to the element of negligence manusia.Dan achievement of program implementation K3 PT. Campina Ice Cream Industry Surabaya by 80%, so it is included in the category YELLOW or accident was "Illnesses" (to be in the range of 60% -84%).
Semakin tingginya angka persaingan dan beban permintaan, permesinan/peralatanberteknologi tinggi merupakan strategi terbaik.Dengan permesinan berteknologi tinggi yang dihasilkan akan maksimal, tetapi mesin berteknologi tinggi dapat membahayakan bagi karyawan/operator.Kurangnya pengetahuan dan kecerobohan dapat menimbulkan kecelakaan kerja yang sangat vatal.
PT. Campina Ice Cream Industry Surabaya merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan es krim dimana pembuatan es krim ini sendiri menggunakan mesin 4 mesin, yaitu : Ria, Rolo, Hoyer (berbasis stick), Fillmark (berbasis cup dan cone).PT. Campina Ice Cream Industry Surabaya, telah menyadari pentingnya pembinaan K3 menuju kondisi kecelakaan kerja nihil.Namun kenyataannya masih dijumpai kecelakaan kerja seperti terjepit, terpeleset, tersengat arus listrik, jari tangan terpotong, tersangkut terutama di mesin Fillmark (berbasis cup dan cone.Dan semakin jelas dengan adanya 15 kecelakaan kerja dalam 16 bulan.Oleh karenanya pihak Manajemen merasa perlu melakukan identifikasi potensi bahaya (hazard) dan menentukan nilai resiko dari Hazards yang timbul.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan metode Hazard Indentifikasi Risk Assessment Control (HIRAC) PT. Campina Ice Cream Industry Surabaya serta upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT. Campina Ice Cream Industry Surabaya.
Setelah pengidentifikasian masih terdapat beberapa sumber hazard yang memiliki nilai ”seriuos” pengoperasian mesin Fillmark diakibatkan unsur kelalaian manusia.Dan pencapaian Implementasi program K3 PT. Campina Ice Cream Industry Surabaya sebesar 80%, sehingga termasuk dalam kategori KUNING atau kecelakaan kerja sedang ”illnesses” (berada pada range 60%-84%).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Dengan semakin tingginya angka persaingan dan beban permintaan yang
terus bertambah oleh konsumen sebagaian besar perusahaan mengembangkan
permesinan dan peralatannya dengan mesin berteknologi tinggi. Dengan
permesinan berteknologi tinggi diharapkan produksi yang dihasilkan akan
maksimal, tetapi mesin yang berteknologi tinggi dapat pula membahayakan bagi
karyawan. Kurangnya pengetahuan dan kecerobohan oleh karyawan dapat
menimbulkan kecelakaan kerja yang sangat vatal. Oleh karena itu proses
pengawasan akan keandalan peralatan dan kelancaran proses permesinan
menjadi hal yang utama selain bertujuan untuk menghindari adanya shut down
yang tidak terduga dari proses permesinan juga betujuan untuk menjaga
keselamatan bagi pekerja, sehingga pengendalian dan pengawasan akan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi perhatian utama bagi setiap
perusahaan.
PT. Campina Ice Cream Industry merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang pembuatan es krim, dimana pembuatan es krim ini sendiri
menggunakan 4 mesin yaitu :Ria, Rolo, Hoyer (berbasis stick), Fillmark
(berbasis cup dan cone).PT Campina Ice Cream Industry Surabaya telah
Namun kenyataannya masih dijumpai kecelakaan kerja seperti : terjepit,
terpeleset, tersengat arus listrik, jari tangan terpotong, tersangkut terutama di
mesin Fillmark (berbasis cup dan cone).Dan semakin jelas dengan adanya 15
kecelakaan kerja dalam 16 bulan.Oleh karenanya pihak Manajemen merasa
perlu melakukan identifikasi potensi bahaya (hazards) dan menentukan nilai
resiko dari Hazards yang timbul.
Untuk menganalisa tingkat hazard, peneliti menggunakan metode Hazard
Identification Risk Assessment Control (HIRAC). Metode Hazard Identification Risk
Assessment Control (HIRAC) adalah salah satu metode teknik identifikasi, analisis
bahaya dan pengendalian resiko yang digunakan untuk meninjau proses atau
operasi pada sebuah system secara sistematis. Dengan menerapkan metode Hazard
Identification Risk Assessment Control (HIRAC), diharapkan dapat dilakukan usaha
pencegahan dan pengurangan terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi
diperusahaan, dan menghindari serta menanggulangi resiko tersebut dengan cara
yang tepat.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah :
" Bagaimana tingkat Keselam atan dan Kesehatan Kerja (K3) serta upaya
pencegahan kecelakaan kerja di PT.Cam pina Ice Cream In dustry
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian ini sesuai dengan yang direncanakan, serta lebih jelas
dan terarah kerangka analisanya maka perlu dibuat batasan masalah sebagai
berikut:
1. Penelitian dilakukan pada PT. Campina Ice Cream Industry, pada bagian
produksi.
2. Data kecelakaaan kerja yang digunakan dalam penelitian adalah data
bulan Januari 2011 sampai April 2012.
1.4. Asumsi
Asumsi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Sistem Manajemen K3 yang diterapkan tidak mengalami perubahan yang
signifikan selama penelitian berlangsung.
2. Kondisi fisik yang diukur tingkat implementasinya tidak mengalami
perubahan yang signifikan sejak bulan Januari 2011 sampai April 2012.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui tingkat Keselamatan dan Kesehatan Kerja karyawan di PT.
Campina Ice Cream Industry Surabaya.
2. Menentukan upaya pencegahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja karyawan
1.6. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Peneliti :
Dapat menerapkan apa yang didapat selama menjalani perkuliahan
sehingga dapat membantu perusahaan dalam pemecahan masalah disini
khususnya dalam hal penentuan Hazard dan penganalisaaan tingkat
penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan
dengan menggunakan metode Hazard Identification Risk Assessment Control
(HIRAC).
2. Bagi Perusahaan :
Dapat mengetahui tingkat Hazard dari equipment yang ada di lingkungan
perusahaan dan dapat mengetahui tingkat implementasi program 5S yang
telah dicanangkan sebelumnya.
3. Bagi Universitas / Perguruan Tinggi :
Sebagai salah satu wahana terjadinya hubungan antara perguruan tinggi
dengan dunia industri terutama dalam usaha menyesuaikan
perkembangan yang terjadi di dunia industri dengan ilmu pengetahuan
yang didapat dari perkuliahan sehingga dapat menerapkan teori-teori yang
didapat, serta dapat membantu dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh
1.7. Sistematika Penulisan
Pada dasarnya sistematika penulisan berisikan mengenai uraian yang
akan dibahas pada masing-masing bab sehingga dalam setiap bab akan
memiliki pembahasan topik tersendiri.
Adapun sistematika penulisan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah,
tujuan penelitian, batasan dan asumsi yang di gunakan dalam
memecahkan masalah, serta sistematika penulisan yang di gunakan
dalam penelitian ini.
BAB II TINJ AUAN PUSTAK A
Pada bab ini dibahas mengenai dasar-dasar teori yang digunakan untuk
mengolah dan menganalisa data-data yang telah diperoleh dari
pelaksanan penelitian ini, teori yang di gunakan dalam bab ini akan
dipakai sebagai landasan penelitian untuk menjalankan penelitiannya
sehingga kebenaran dari metode yang ada dapat di pertanggung
jawabkan.Landasan teori yang di gunakan untuk menunjang penelitian
ini yaitu proses permesinan di PT. Campina Ice Cream Industry, dan Teori
Metode HIRAC.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam
melakukan penelitian ini yang digambarkan dalam bentuk flowchart
untuk menjalankan penelitiannya.
DAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan pengolahan dari data yang telah dikumpulkan dan
melakukan analisa dan evaluasi dari data yang diolah untuk
menyelesaikan masalah sesuai dengan metodologi dan landasan
teori yang dipakai. Pada tahapan pengolahan data terdiri atas dasar
penilaian resiko peneliti, penentuan risk level, implementasi resiko,
identifikasi peneliti terhadap dampak dan kegiatan permesinan pada
bulan Januari 2011 sampai April 2012, perangkingan risk level,
tindakan pencegahan dan pengendalian resiko yang terjadi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dari seluruh penelitian yang telah dilakukan
dan saran yang dapat diberikan untuk penyelesaian permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rudi Suardi (2005) menyatakan, Keselamatan kerja adalah bidang kegiatan
yang ditujukan untuk mencegah semua bentuk kecelakaan di lingkungan kerja.
Sedangkan Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau
kedokteran beserta dengan prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik maupun
social.
2.1.1. Sistem Manajemen K eselamatan Dan K esehatan K er ja (SMK 3)
Rudi Suardi (2005) menyatakan, SMK3 ini merupakan bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, evaluasi dan
pemeliharaan kebijaksanaan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
serta terwujudnya zero insident.
2.1.2. Tujuan Pener apan SMK3
Tujuan penerapan SMK3 adalah untuk menciptakan suatu sistem K3
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang terintegrasi dalam
rangka :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
b. Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kebakaran, peledakan
dan kerusakan yang pada akhirnya akan melindungi investasi yang ada
serta membuat tempat kerja yang sehat.
c. Menciptakan efisiensi dan produktifitas kerja karena menurunnya biaya
kompensasi akibat sakit atau kecelakaan kerja.
2.1.3. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan d a n K eseh a t a n K er j a
(SMK 3)
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 / PERMEN / 1996 BAB
III pasal 3 bahwa setiap tenaga kerja yang mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran clan
penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dimana SMK3 ditempat kerja dilaksanakan oleh pengurus,
pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan yang terpadu.
2.2. Risk Assessment
Di dalam suatu perusahaan, pengukuran bahaya harus dilakukan sebagai
mengumpulkan, menganalisa dan mengumpulkan informasi ekonomi dan ilmiah
yang akan digunakan dalam penyusunan kebijakan, pembuatan keputusan dan
manajemen bahaya.
Kurniadi Heru Prabowo (2005) menyatakan risk assessment (analisa
resiko) merupakan tahap pengkalkulasian terhadap Hazards (potensi bahaya)
yang dapat terjadi.
2.2.1. Tujuan Risk Assessment
Risk Assessment Bertujuan untuk mereduksi ketidakpastian dalam
pengukuran resiko dan biasanya berkaitan dengan pengukuran tingkat keparahan
(severity) dan tingkat probabilitas (frequency/probability). Severity adalah tingkat
keparahan yang timbul dari peristiwa kecelakaan, baik berupa kematian, cacat
sebagian/seluruh bagian tubuh, luka yang menyebabkan tidak mampu bekerja
maupun tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K). Sedangkan
frequency/probability adalah kemungkinan suatu keadaan/kondisi yang dapat
menyebabkan kejadian kecelakaan.
2.2.2. Definisi dan Prinsip Metode Hazard Identification Risk Assessment
Control (HIRAC).
HIRAC adalah salah satu metode teknik identifikasi bahaya yang
sistematis, teliti dan terstruktur untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan
yang mengganggu jalannya proses dan resiko-resiko yang terdapat pada suatu
fasilitas plant pada lingkungan atau system yang ada, dengan kata lain,
metode ini di gunakan sebagai upaya pencegahan, sehingga proses yang
berlangsung di suatu plant / system dapat berjalan lancar dan aman.
Safety Engineer Career Workshop (2003), Phytagoras Global Development
menyatakan prinsip dasar metode HIRAC / system yang di sebabkan adanya
berbagai penyimpangan proses dari design interior yang telah di tetapkan, dalam
pelaksanaanyan, metode HIRAC membutuhkan kemampuan SDM dari
berbagai keahlian, latar belakang, pengalaman dan multi disiplin ilmu, team
ahli yang melakukan HIRAC secara sistematis mengidentifikasi setiap
kemungkinan penyimpangan (deviation) dari kondisi operasi yang telah di
tetapkan pada suatu plant, mencari berbagai faktor penyebab (cause) yang
memungkinkan timbulnya kondisi abnormal tersebut dan menentukan
konsekuensi yang merugikan sebagai akibat terjadinya penyimpangan serta
memberikan rekomendasi / tindakan yang dapat di lakukan untuk mengurangi
dampak dari potensi resiko yang telah berhasil diidentifikasi. Beberapa kata bantu
(guide words) yang sudah baku dan coztomize digunakan untuk memulai dan
mempelancar proses brainstorming, yang berlangsung saat proses.
2.3 Metode Statistik yang Dipakai
Agar data-data yang dikumpulkan dapat memberi informasi yang tepat dan
berguna dalam analisa dan pengambialan keputusan lebih lanjut sehingga
data-data tersebut perlu diolah. Untuk itu dibutuhkan tools yang tepat untuk membantu
memenuhi aturan dalam pemilihan sampel. Menurut Prof.Dr. Sudjana,
M.A.,M.Sc.(Metoda Statistika) pengambilan sample dengan distribusi normal
minimal 30 sampel tidak boleh kurang.
Metode-metode statistik yang dibutuhkan dalam pengolahan data antara lain :
2.3.1 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dengan internal
consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja kemudian
yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Pengujian reliabilitas instrumen
dapat dilakukan dengan cara teknik belah dua dari Spearman Brown.
Spearman Brown :
Dimana :
rtot = Koefesien reliabilitas seluruh item
rb = angka korelasi produk moment belahan pertama dan belahan kedua.
2.3.2 Variabel – var iabel Yang Digunakan Dalam Pembuatan Kuisioner
Dalam penelitian ini adapun variabel – variabel yang digunakan dalam
pembuatan kuisioner yang dikutip (menurut Kurniadi H. Prabowo) yaitu : rtot =
b b
r r +
Tabel 2.1 Kode dan Var iabel – Var iabel Yang Digunakan Dalam Kuisioner
No Kode Var iabel Kuisioner Pr ogr am K3
1. A Penggunaan APD
A1 Peralatan keselamatan kerja sudah terpenuhi dan dalam kondisi baik
A2 APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai standar
A3 Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar
A4 Pekerja mentaati penggunaan APD dilokasi kerja
A5
Petugas K3 selalu mengontrol distribusi dan penggunaan APD
2. B Upaya pencegahan terjadi keadaan darurat
B1
Pihak PT. Campina Ice Cream Industry Memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat dengan baik
B2 Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan darurat sebelum tim bantuan tiba
B3
Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik dan rutin
B4 Ada tim khusus yang membantu proses pengendalian darurat
B5 Proses pengawasan berlangsung secara rutin dan terjadwal
3. C Penyelidikan Kecelakaan
C1 Data kecelakaan kerja tercatat dengan lengkap
C2 Pengawas melaporkan tentang semua jenis kecelakaan yang terjadi dalam 24 jam
C3 Pihak manajemen menindaklanjuti semua laporan yang berkaitan dengan aspek K3 4. D Hubungan koordinasi dengan pihak security
D1 Pihak security mengontrol benda yang dibawa pekerja saat memasuki area operasi
D2 Security selalu siaga dalam menjaga keamanan
lingkungan sekitar pabrik
D3 Security selalu siaga dalam mengawasi
keluar-masuknya orang atau kendaraan
5. E Hubungan koordinasi dengan pihak teknik
E1
Semua mesin berbahaya dalam keadaan terlindungi dan bisa digunakan sesuai fungsi dengan baik
E3 Adanya pemberitahuan dini tentang cara, beban, dan peringatan penggunaan
6. F Pelatihan
F1 Pelatihan dan pembinaan operasional telah diikuti oleh pekerja
F2 Pelatihan dan pembinaan operasional telah dilaksanakan secara berkelanjutan (continue)
F3 Pelatihan dan pembinaan operasional telah berjalan efektif
7. G Inspeksi
G1 Pihak Manajementelah melakukan inspeksi didaerah kerja secara rutin
G2 Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak dalam kegiatan inspeksi
G3 Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam bekerja
G4 Adanya dokumentasi dan keterangan yang dijadikan sebagai bahan monitoring
8. H Pengendalian limbah dan bahaya kebakaran. H1 Telah terprogram sistem pembuangan yang baik
H2 Sistem pembuangan tertutup dengan baik dan sesuai fungsi
H3 Telah terprogram sistem pengolahan limbah yang masih bisa diolah dengan baik
H4 Sistem pengolahan limbah telah dilaksanakan secara efektif
H5
Telah terprogram sistem atau alat pemadam kebakaran agar tidak meluas menjadi kebakaran yang lebih besar.
H6 Adanya tim khusus yang berpengalaman guna mengatasi meluasnya efek kebakaran
9. I Akses jalan masuk dan evakuasi
I1 Jalan masuk dan evakuasi yang dilalui pekerja dalam kondisi baik
I2 Seluruh jalan dalam kondisi bersih dari partikel berbahaya (kerikil, air, sisa mix,dll)
I3 Kondisi jalan cukup untuk manufer forklift dan alat bantu lainnya.
2.4 Langkah Penerapan Risk Assessment
2.4.1 Identifikasi Kecelakaan Kerja dan Hazards
Mondy, R.W. (2008), Keselamatan kerja adalah sebuah kondisi di mana
para karyawan terlindungi dari cedera yang disebabkan oleh berbagai kecelakaan
yang berhubungan dengan pekerjaan. Kesehatan kerja adalah sebuah kondisi di
mana para karyawan terbebas dari berbagai penyakit fisik dan emosional yang
disebabkan oleh pekerjaan.
2.4.1.1Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas.
Dalam artikel Departemen Kesehatan Republik Indonesia, oleh Pusat
Kesehatan Kerja bahwa salah satu masalah yang hampir setiap hari terjadi di
tempat kerja adalah kecelakaan yang menimbulkan hal-hal yang tidak kita
inginkan, seperti kerusakan peralatan kerja, cedera tubuh, kecacatan bahkan
kematian. Apabila kematian menyangkut banyak nyawa, maka yang terjadi adalah
bencana.
Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1
juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat
hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan
diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap
tahunnya.
Hasil penelitian bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor
manusia. Unsur-unsur tersebut menurut buku “Management Losses” Bab II
tentang “The Causes and Effects of Loss” antara lain :
1. Ketidakseimbangan fisik/kemampuan fisik tenaga kerja.
2. Ketidakseimbangan kemampuan psikologis naker.
3. Kurang pengetahuan.
4. Kurang trampil.
5. Stres mental.
6. Stres fisik.
7. Motivasi menurun (kurang termotivasi).
Menurut As fahl (1997), untuk menghitung Incidence rate, jumlah injury
dibagi dengan jumlah jam kerja selama periode yang diamati dan kemudian
dikalikan dengan sebuah faktor standar.
Rumus Incidence rate :
Dalam perhitungan banyaknya hari kerja yang hilang, tanggal terjadinya
injury atau permulaan tejadinya illness tidak dihitung, walaupun pekerja
meninggalkan tugasnya pada sebagian besar waktu dalam hari itu dan sanggup
kembali lagi bekerja ke tugas regulernya dan mampu melakukan semua tugas
regulernya sepanjang waktu dalam hari itu. Setelah injury/ illness, tidak ada hari
kerja yang hilang yang dihitung. Ketika menghitung hari kerja yang hilang,
akhir pekan atau hari libur lainnya, tidak boleh dihitung jika pekerja memang
tidak harus bekerja pada hari tersebut.
Incidence rate standard yang dikenal secara luas adalah
lost-workdays-cases-incidence (LWDI). Karakteristik LWDI adalah bahwa LWDI
mempertimbangkan injury saja, bukan illness. Illness lebih sulit dilacak. Untuk
membuktikan keterkaitannya dengan pekerjaan untuk kejadian yang kronis yang
mana mungkin mempunyai variasi sebab-sebab yang berkesinambungan. LWDI
yang didasarkan pada bukti nyata, dipertimbangkan sebagai ukuran yang lebih
tepat untuk keefektifan program keselamatan dan kesehatan kerja sebuah
perusahaan . ini menjadi alasan LWDI untuk hanya mempertimbangkan
banyaknya waktu yang hilang karena injuries.
2.4.1.2 Hazards
Rudi Suardi (2005) menyatakan bahwa Hazards adalah sesuatu yang
berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses
kerja, dan atau aspek lainnya dari lingkungan kerja.
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam artikelnya “Hazards” yang sering
disebut potensi bahaya merupakan sumber resiko yang potensial mengakibatkan
kerugian baik material, lingkungan maupun manusia.
Hazards primer adalah Hazards yang bisa secara langsung dan segera
struktur atau fasilitas; (3) degradasi kapabilitas fungsional (terhentinya operasi
dalam pabrik); (4) kerugian material. Berikut ini beberapa jenis / kategori
Hazards dalam industri :
1. Bahaya Fisik : kebisingan, radiasi, pencahayaan, suhu panas, suhu dingin.
2. Bahan Kimia : bahan–bahan berbahaya dan beracun, debu, uap kimia,
larutan kimia.
3. Bahaya Biologi : virus, bakteri, jamur, parasit.
4. Bahaya Mekanis : permesinan, peralatan.
5. Bahaya Ergonomi : ruang sempit dan terbatas, pengangkutan barang,
mendorong, menarik, pencahayaan tidak memadai, gerakan tubuh terbatas.
6. Bahaya Psikososial : pola gilir kerja, pengorganisasian kerja, long shift,
trauma.
7. Bahaya Tingkah Laku : ketidakpatuhan terhadap standar, kurang keahlian,
tugas baru atau tidak rutin.
8. Bahaya Lingkungan Sekitar : gelap, permukaan tidak rata, kemiringan,
kondisi permukaan berlumpur dan basah, cuaca, kebakaran.
2.4.2 Pengukuran Implementasi Pr ogram K3
Dalam pengukuran Implementasi program K3 langkah – langkah yang
2.4.2.1Penarikan Sampel
Penarikan sampel adalah suatu usaha pengambilan data statistik dari
sebagian anggota populasi. Penarikan sampel dilakukan apabila ukuran populasi
yang terlalu besar sehingga dengan penarikan sampel kita dapat menghemat
waktu, biaya serta dapat menghindari percobaan yang bersifat merusak. Percobaan
ini dibedakan menjadi : penarikan sampel probabilitas dan penarikan sampel
nonprobabilitas.
1. Sampel Pr obabilitas
Dalam penarikan sampel probabilitas setiap unsur populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Sampel ini
mempertimbangkan kemungkinan perbedaan antara nilai populasi yang diteliti.
Adapun macam-macam sampel probabilitas disini antara lain :
a. Pengambilan Sampel Acak Sederhana
Pengambilan sampel pada metode ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tiap
satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi sampel. Apabila besar populasi adalah P, sedang unsur dalam sampel atau
sample size adalah p, besar kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk dapat
dipilih dalam sampel adalah P/p.
b. Pengambilan Sampel Sistematis
Pengambilan sampel sistematik adalah metode pengambilan sampel, dimana
hanya unsur-unsur selanjutnya dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur
c. Pengambilan Sampel Acak Distrafikasi
Pada penarikan sampel acak distrafikasi ini penarikan sampel dilakukan dengan
membagi populasi yang diteliti kedalam strata yang seragam, dan dari setiap strata
dilakukan pengambilan sampel secara acak.
d. Pengambilan Sampel Gugus Sederhana
Dalam pengmbilan sampel gugus sederhana ini, populasi digolongkan kedalam
gugus-gugus yang disebut cluster dan dari cluster ini akan dilakukan pengambilan
sampel. Jumlah gugus yang diambil harus acak, kemudian unsur-unsur penelitian
dalam gugus tersebut harus diteliti semua.
e. Pengambilan Sampel Gugus Bertahap
Dalam penarikan sampel gugus bertahap ini populasi dalam gugus-gugus yang
merupakan satuan dimana sampel akan diambil. Pengambilan sampel dilakukan
melewati tahap-tahap tertentu. Pada aplikasinya populasi dibagi gugus tingkat
pertama, kemudian dari gugus tingkat pertama ini dibagi lagi dalam gugus-gugus
tingkat kedua, dan dari gugus tingkat kedua ini kemudian masih dibagi lagi dalam
gugus-gugus tingkat selanjutnya.
2. Sampel Nonprobabilitas
Yang termasuk metode penarikan sampel nonprobabilitas adalah purposive
sampling, yaitu metode penarikan sampel dimana sampel dipilih berdasar
pertimbangan peneliti bahwa unit atau unsur penarikan sampel tersebut akan dapat
Pada penarikan jenis sampel nonprobabilitas ini, unsur dari suatu populasi
memiliki peluang yang berbeda untuk terpilih menjadi sampel, hanya orang-orang
yang dianggap ahli.
2.4.2.2.Perhitungan Tingkat Implementasi Pr ogram
Kurniadi H. Prabowo (2005) menyatakan penilaian tingkat implementasi
dilakukan dengan membandingkan setiap pertanyaan dalam checklist dengan
standar implementasi yang digunakan sebagai acuan oleh pihak manajemen untuk
menerapkan program K3. Nilai tertinggi diberikan jika implementasi memenuhi
semua standar yang ditentukan dan sebaliknya nilai terendah diberikan jika
implementasi sama sekali tidak memenuhi standar.
Perhitungan tingkat implementasi program, dilakukan dengan menghitung
rata–rata dari nilai yang diberikan oleh responden, kemudian menghitung rata–
rata nilai dari masing–masing kategori penilaian. Untuk mengetahui suatu
kategori penilaian termasuk dalam kriteria pencapaian: merah, kuning atau hijau
maka nilai rata–rata tersebut harus dinormalisasikan dengan Rumus Normalisasi
De Boer (Triekens et.al.,2000) sebagai berikut :
Achivement kategori penilaian=
Tabel 2.2. Checklist Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko
Pencapaian tingkat implementasi dinyatakan dalam tiga kategori yaitu
kategori merah, kuning, dan hijau. Dimana penetuan kategori pencapaian tingkat
implementasi ini merujuk pada konsep Traffic Light System dalam pengukuran
kinerja. Traffic Light System menunjukkan apakah score dari suatu indikator
kinerja memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Sedangkan kisaran nilai indikator
kinerja untuk kategori merah, kuning, dan hijau mengacu pada Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996. Indikator dari Traffic Light System ini
direpresentasikan dengan beberapa warna sebagai berikut :
1. Warna hijau : Achievement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai. Kisaran
nilai indikator kinerja untuk kategori ini adalah 85%-100%.
2. Warna kuning : Achievement dari suatu indikator kinerja belum tercapai,
meskipun nilainya sudah mendekati target. Jadi pihak manajemen harus
berhati–hati dengan adanya berbagai macam kemungkinan. Kisaran nilai
indikator kinerja untuk kategori ini adalah 60%-84%.
3. Warna merah : Achievement dari suatu indikator kinerja benar–benar dibawah
target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera.
Kisaran nilai indikator kinerja untuk kategori ini adalah 0%-59%.
2.4.3 Pengkategorian Hazard
Kurniadi H Prabowo (2005) menyatakan banyaknya kejadian kecelakaan
merupakan salah satu indikator keberhasilan program K3. Pengkategorian
kecelakaan kerja dapat digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu kecelakaan ringan,
Tabel 2.3. Kategori Kecelakaan Kerja
Sumber Ref : Dedy Oktr ianto Effendi, J ur nal FTI ITS Sur abaya 2008 - Akibat dari dampak lingkungan :
1. Dampak yang ditimbulkan dapat menyebabkan kerusakan terhadap
lingkungan dan dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan
masyarakat.
2. Dampak yang ditimbulkan terbatas dan mungkin pulih dalam jangka
waktu tertentu dan memerlukan kontrol untuk menghilangkan potensi dan
frekuensi dari dampak yang mungkin terjadi.
3. Dampak yang ditimbulkan kecil dan dapat pulih dalam jangka waktu yang
singkat.
4. Tidak ada dampak terhadap lingkungan, tidak ada pengaruh terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja.
Jangka waktu pemulihan :
2. Pemulihan memerlukan waktu lebih dari 1 bulan dan kurang dari 3 bulan.
3. Pulih dalam waktu antara 1 minggu sampai 1 bulan.
4. Pulih dalam waktu kurang dari 1 minggu.
Gambar 2.1. Peta Tingkat Implementasi – Tingkat Kecelakaan Sumber Ref : Dedy Oktr ianto Effendi, J ur nal FTI ITS Sur abaya 2008
Penentuan level tingkat implementasi program K3 dilakukan dengan
memetakan tingkat implementasi dan tingkat kecelakaan kerja kedalam Tabel
Tingkat Implementasi Kecelakaan. Tabel tersebut memetakan pengukuran
dalam 6 level implementasi, level 1 menunjukkan tingkat tertinggi dan level 6
merupakan level terendah. Peta tingkat implementasi tingkat kecelakaan dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini:
TINGKAT IMPLEMENTASI
aman) Level 3 (hati-hati)
Level 5 (berbahaya)
MERAH
Level 4 (rawan) (berbahaya) Level 5 Level 6 (sangat berbahaya)
Tabel 2.4. Matriks Risk Assessment atau kerugian <US $1K
5 4 3 2 1
Sumber Ref : Risk Assessm ent, Kur niadi Her u, 2005.
Level Resiko (risk level) = severity x probability
− extreme risk, dengan score ≥15
− high risk, dengan score 10 sampai < 15
− moderate risk, dengan score 5 sampai < 10
Severity:
− Incidental: Kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan ringan (tindakan
P3K) dan tidak menyebabkan hari hilang atau kerugian US $ < 1K.
− Minor: Kecelakaan yang mengakibatkan luka dan hari hilang kurang dari
2x24 jam atau kerugian antara US $ 1K – US $ 10K.
− Mayor: Kecelakaan yang mengakibatkan luka dan hilangnya hari kerja
lebih dari 2x24 jam atau kerugian antara US $ 10K – US $ <25K.
− Fatal: Kecelakaan yang mengakibatkan cacat sebagian/seluruh tubuh atau
kerugian antara US $ 25K – US $ 100K.
− Catasthropic: Kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau kerugian
US $ > 100K.
Probability:
− Jarang terjadi: Kemungkinan terjadinya kecelakaan kurang dari 10 tahun
sekali.
− Kecil kemungkinan terjadi: Kemungkinan terjadinya kecelakaan terjadi
5 – 10 tahun.
− Mungkin dapat terjadi: Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 – 5 tahun.
− Cenderung untuk terjadi: Paparan terhadap keadaan berbahaya tidak
terus-menerus (setiap bulan).
− Hampir pasti akan terjadi: Paparan terhadap keadaan berbahaya dialami
2.4.4 Analisa dan Pengembangan Solusi Alternatif
Sebelum melakukan analisa terhadap terjadinya suatu kecelakaan kerja
diperlukan penyelidikan yakni upaya untuk menjawab berbagai pertanyanan
seperti: apa, siapa, bagaimana, mengapa, dimana, dan bagaimana kecelakaan
terjadi. Hasil dari penyelidikan tersebut digunakan untuk menyusun program
pencegahan atau tindak lanjut untuk pencegahannya.
Dalam penyelidikan kerja yang sekaligus mengarah pada analisa
selanjutnya, diperlukan adanya :
− Laporan tentang peristiwa kecelakaan yang terjadi
− Wawancara dengan saksi/teman sekerja yang melihat kejadian tesebut
− Pemeriksaan terhadap tempat kejadian
− Mempelajari semua hal yang berkaitan denga peristiwa kecelakaan
− Menyusun formula untuk interpretasi
− Menentukan faktor penyebab utama / akar permasalahan
− Melakukan rekonstruksi bila diperlukan
Setelah level resiko diketahui, tahapan berikutnya adalah
mengembangkan solusi alternative untuk mengeliminasi ataupun mereduksi
resiko tersebut. Tetapi sebelumnya jika pada klasifikasi level ternyata level dari
resiko berada pada batas yang masih diterima (acceptable risk) maka tindakan
pencegahan atau preventif yang dilakukan adalah cukup memonitor saja
aktivitas pengendalian resiko yang telah dilaksanakan.
Solusi alternatif diberikan hanya untuk level resiko yang tergolong tinggi
harus ditanggulangi sedangkan disatu sisi resourches yang ada terbatas, maka
masalah ini akan menjurus pada penentuan prioritas. Terdapat beberapa metode
yang digunakan untuk menentukan prioritas, salah satunya adalah analisa
manfaat biaya (benefit-cost analysist). Baik metode kuantitatif maupun kualitatif
dapat digunakan untuk menentukan prioritas.
Hirarki dalam mengendalikan resiko dapat dibagi atas:
1. Eliminasi, yaitu meniadakan tahapan suatu kegiatan/proses berbahaya.
2. Substitusi, yaitu mengganti suatu bahan atau memodifikasi proses.
3. Rekayasa teknik, yaitu dengan menambahkan Alat Pelindung Diri (APD),
pemasangan sensor otomatis, dll.
4. Administrasi,misalnya rotasi/mutasi karyawan, pengendalian sistem ijin
kerja, Alat Pelindung Diri (APD), yaitu dengan menggunakan APD (
ear-plug, masker, helm, safety shoes, dll).
2.5 Memutuskan Tindakan yang Akan diambil (Decide What to do)
Analisa keputusan merupakan metode paling sederhana yang dapat
digunakan dalam mengambil keputusan. Analisa keputusan dipengaruhi oleh
berbagai sudut pandang, misalnya dari segi ergonomi, motivasi, kepemimpinan,
dan lain-lain.
Dalam menganalisa suatu keputusan, terdapat beberapa ketentuan umum
yang harus dipertimbangkan, seperti dibawah ini :
1. Desain merupakan prioritas utama dalam rangka mengeliminasi Hazards
2. Jika desain dari safeguards tidak mudah untuk dikerjakan, maka
perlengkapan keamanan untuk perlindungan harus digunakan.
3. Jika desain maupun perlengkapan keamanan juga tidak praktis, maka
peralatan peringatan otomatis harus ditetapkan.
4. Jika semua ketentuan diatas juga tidak mudah untuk dikerjakan, prosedur
yang memenuhi dan pelatihan untuk personil dapat digunakan.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan di beberapa perusahaan dengan
menggunakan pengukuran K3 antara lain :
1.Kurniadi Heru Prabowo (2005)
Judul penelitian pengukuran tingkat kinerja implementasi
lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) dan perangkingan
Hazards dengan pendekatan risk assessment di Instalasi Surabaya
Grup-Unit Pemasaran V Pertamina Surabaya. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan rumus kategori penilaian yang kemudian dikombinasikan
dengan data kecelakaan dari perusahaan.
2. Dedy Oktrianto Effendi ( Jurnal FTI ITS Surabaya 2008 )
Penelitian dengan judul pengukuran tingkat kesiapan perusahaan
terhadap bahaya ditempat kerja dan penanganan hazard di PT. Otsuka
Indonesia. Pengukuran kesiapan bahaya ditempat kerja meliputi 3
kategori. Pertama dengan menggunakan cheklist berdasarkan
kerja. Dan yang ketiga dengan mengukur kesiapan ketika terjadi kondisi
darurat seperti kebakaran.
Hasil penelitian ini adalah nilai pencapaian tingkat implementasi
program K3 sebesar 91% diperoleh dari hasil penilaian cheklist. Nilai ini
mengindikasikan bahwa tingkat implementasi program K3 adalah kuning.
Sementara itu, pencapaian tingkat kerugian (loss rate) berada pada level
kuning. Dari kedua parameter tersebut, dapat diperoleh level program K3
adalah level 2 atau bisa dikatakan cukup baik. (http://www.its.ac.id)
3. R. Handa Bagus Putra (Jurnal FTI ITS Surabaya 2009)
Judul penelitian evaluasi implementasi pengukuran K3 pada area
kerja boiler #20, studi kasus di proyek pembangunan pltu “x”, jawa
tengah. Berdasarkan hasil perhitungan kuisioner yang telah disebarkan
kepada para pekerja didapatkan nilai prosentase sebesar 56.42%, dimana
dalam kuisioner meliputi tiga kategori yaitu kebijakan manajemen dan
prosedur, bangunan dan fasilitas serta perlindungan personal. nilai
prosentase dari tiap kategori adalah sebagai berikut: Nilai untuk kategori
kebijakan manajemen dan prosedur sebesar 55.36% menunjukkan pada
kategori ini berada pada level merah. Nilai kategori bangunan dan fasilitas
sebesar 56.51% dan menunjukkan pada kategori ini berada pada level
merah. Nilai untuk kategori perlindungan personal sebesar 57.47%
menunjukkan pada kategori ini berada pada level merah. Hasil penilaian
dari nilai prosentase kategori dan dirata-rata diperoleh nilai tingkat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor: PER.05/MEN/1996 terkait masalah audit berada pada level atau
kategori merah (dibawah 59%). Untuk itu pihak manajemen perusahaan
dalam hal ini PT. PLN PERSERO harus dengan segera melakukan
penanganan khusus dikarenakan indikator kinerja berada di bawah target.
Selain itu hasil dari pengukuran ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
pembangunan area Boiler #10 dan juga pada pembangunan PLTU lainnya
di area kerja yang sama (Boiler). (http://www.digilib.its.ac.id)
4. Jaka purnama ( Jurnal ITATS Surabaya,2005)
Penelitian dengan judul analisis tingkat penerapan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan penerapan hazard dengan
pendekatan risk assessment. Hasil pencapaian tingkat implementasi
program keselamatan dan kesehatan kerja pada pengelompokan
number-sumber departemen produksi pada tahun 2005 sebesar 76% sehingga
tingkat pencapaian tersebut pada level 3 masuk indicator warna kuning
(hati-hati). Terdapat pengelompokan sumber-sumber bahaya (Hazards)
yang terbagi dalam tiga kelompok antara lain: Kelompok sumber bahaya
(Hazards) dengan rangking 2, antara lain: Tidak menggunakan alat
pelindung diri (APD)., Suara bising lebih dari 90dB., Partikel flying
(CaCo3 & polypropylene), Larutan kimia cat (Solvent), Alat-alat atau
mesin berputar (Extruder, roll, as motor). Kelompok sumber bahaya
(Hazards) dengan rangking 3, antara lain: Tempat kerja berada di
mematuhi work instruction dan standar operating procedure. Kelompok
sumber bahaya (Hazards) dengan rangking 4, antara lain: Pijakan kaki
(grade) tidak kokoh, pengunci grade lepas, Bahaya arus listrik, Permukaan
lantai licin, Kondisi tangga terlalu tinggi, Suhu dan kelembaban udara
diatas 80F. (http://isjd.pdii.lipi.go.id)
2.7. Metode-Metode Lain
Dalam bab ini dijelaskan tentang metode-metode lain yang dapt digunakan
Untuk menyelesaikan masalah program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
sesuai dengan bidang amatannya. Berikut contoh metode-metode :
1. HACCPs (Hazard Analysis and Critikel Control Point Plan)
Merupakan dokumen tertulis yang berdasarkan pada prinsip-prinsip Hazard
Analysis and Critikel Control Point Plan, yang menggarisbawahi semua
prosedur-prosedur untuk dilaksanakan. (National Advisor Committe On
Microbiological Criteria For Foods, 1997)
Hazard Analysis and Critikel Control Point Plan adalah dokemen yang
menentukan segala prosedur yang dilaksanakan untuk menjamin
pengkontrolan pada suatu produk makanan atau proses yang spesifik pada
produk makanan. (Alian E,J Duvall).
2. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) metode penyusunan tabel
gaya kerusakan peralatan dan efeknya pada suatu sistem atau barang,
dari FMEA yaitu untuk mengidentifikasi satu peralatan atau sistem mode
kerusakan dan potensi yang menyebabkan mode kerusakan pada sistem atau
para pekerja.
3. HAZID
HAZID adalah teknik identifikasi bahaya yang serupa dengan menggunakan
analisa dan teknik brainstrorming HAZOP, tetapi dirancang untuk
digunakan pada tahap yang jauh lebih awal dalam poyek. Luas HAZID
berkonsentrasi pada kesehatan, keselamatan dan isu-isu lingkungan hidup
dengan kurang dari suatu proses fokus. HAZID melengkapi awal dari
HAZOP dan dalam keadaan tertentu kedua jenis penelitian dapat
dikombinasikan.
4. FTA ( Faul Tree Analysis)
Suatu teknik yang terpusat pada kecelakaan tertentu atau kegagalan
sistem utama, dan menyediakan metoda untuk menetukan penyebem
peristiwa itu. FTA adalah suatu model garafik yang memajang berbagai
kombinasi kesalahan manusia dan kegagalan peralatan yang dapat
mengahsilkan secara keseluruhan kegagalan sistem (yang disebut
peristiwa puncak). Tujuan FTA yaitu untuk mengedintifikasi kombinasi
kegagalan manusia dan peralatan yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di PT. Campina Ice Cream
Industry yang terletak di kota Surabaya tepatnya di jalan Rungkut Industri
II/15-17. Proses penelitian data dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai
April 2012, data dari perusahaan dan hasil wawancara dengan beberapa
karyawan.
3.2. Identifikasi Variabel
Adapun variabel-variabel dari penelitian ini adalah :
a. Variabel terikat
Variabel ini adalah sebuah variabel yang nilainya ditentukan oleh satu atau
beberapa faktor lain,yaitu Tingkat Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
upaya pencegahan kecelakaan kerja.
b. Variabel bebas
Variabel bebas ini nilainya tidak bergantung pada variabel lain, biasanya
nilai variabel ini dapat ditentukan secara bebas tergantung kebutuhan yang
diinginkan. Variabel bebas pada penelitian ini terdiri dari :
1.Data kecelakaan kerja pada bulan Januari 2011 sampai dengan April
2012
Tabel 3.1 Kode Dan Atr ibut - Atr ibut Yang Digunakan Dalam Kuisioner
No Kode Var iabel Kuisioner Pr ogr am K3
1. A Penggunaan APD
A1 Peralatan keselamatan kerja sudah terpenuhi dan dalam kondisi baik
A2 APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai standar
A3 Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar
A4 Pekerja mentaati penggunaan APD dilokasi kerja
A5
Petugas K3 selalu mengontrol distribusi dan penggunaan APD
2. B Upaya pencegahan terjadi keadaan darurat
B1
Pihak PT. Campina Ice Cream Industry Memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat dengan baik
B2 Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan darurat sebelum tim bantuan tiba
B3
Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik dan rutin
B4 Proses pengawasan berlangsung secara rutin dan terjadwal
3. C Penyelidikan Kecelakaan
C1 Data kecelakaan kerja tercatat dengan lengkap
C2 Pengawas melaporkan tentang semua jenis kecelakaan yang terjadi dalam 24 jam
C3 Pihak manajemen menindaklanjuti semua laporan yang berkaitan dengan aspek K3
4. D Hubungan koordinasi dengan pihak security
D1 Pihak security mengontrol benda yang dibawa pekerja saat memasuki area operasi
D2 Security selalu siaga dalam menjaga keamanan
lingkungan sekitar pabrik
D3 Security selalu siaga dalam mengawasi
keluar-masuknya orang atau kendaraan
5. E Hubungan koordinasi dengan pihak teknik
E1
Semua mesin berbahaya dalam keadaan terlindungi dan bisa digunakan sesuai fungsi dengan baik
E3 Adanya pemberitahuan dini tentang cara, beban, dan peringatan penggunaan
6. F Pelatihan
F1 Pelatihan dan pembinaan operasional telah diikuti oleh pekerja
F2 Pelatihan dan pembinaan operasional telah dilaksanakan secara berkelanjutan (continue)
F3 Pelatihan dan pembinaan operasional telah berjalan efektif
7. G Inspeksi
G1 Pihak Manajementelah melakukan inspeksi didaerah kerja secara rutin
G2 Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak dalam kegiatan inspeksi
G3 Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam bekerja
G4 Adanya dokumentasi dan keterangan yang dijadikan sebagai bahan monitoring
8. H Pengendalian limbah dan bahaya kebakaran. H1 Telah terprogram sistem pembuangan yang baik
H2 Sistem pembuangan tertutup dengan baik dan sesuai fungsi
H3 Telah terprogram sistem pengolahan limbah yang masih bisa diolah dengan baik
H4 Sistem pengolahan limbah telah dilaksanakan secara efektif
H5
Telah terprogram sistem atau alat pemadam kebakaran agar tidak meluas menjadi kebakaran yang lebih besar.
H6 Adanya tim khusus yang berpengalaman guna mengatasi meluasnya efek kebakaran
9. I Akses jalan masuk dan evakuasi
I1 Jalan masuk dan evakuasi yang dilalui pekerja dalam kondisi baik
I2 Seluruh jalan dalam kondisi bersih dari partikel berbahaya (kerikil, air,sisa mix dll)
I3 Kondisi jalan cukup untuk manufer forklift dan alat bantu lainnya.
3.3. Langkah–Langkah Pemecahan Masalah
Langkah-langkah ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam
sebuah kerangka penelitian yang memuat langkah-langkah yang ditempuh dalam
memecahkan permasalahan yang ingin diselesaikan.
Dalam metode penelitian untuk penelitian ini terdiri atas lima tahap, yaitu:
(1) tahap identifikasi masalah; (2) tahap pengukuran tingkat imlementasi program
K3; (3) tahap pengkategorian hazards; (4) tahap analisa dan pembahasan; (5)
tahap penarikan kesimpulan.Untuk lebih jelasnya tentang langkah–langkah
pemecahan masalah diatas, dapat digambarkan dalam flowchart sebagaiberikut :
` Mulai
Studi Litteratur Perumusan Masalah Studi Lapangan
Penentuan Tujuan
Identifikasi Variabel
Pengumpulan Data : - Data Kecelakaan Kerja - Data Kuesioner
-Data kuesioner Data kecelakaan kerja
Pembuatan kuesioner
Penentuan jumlah Sampel
Penyebaran kuesioner
Pengumpulan kuesioner
Gambar 3.1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah
A C
Reliable?
Ya Tidak
Identifikasi dan pengkategorian Hazard
Penghitungan Implementasi Program K3
Penentuan Risk Level Implementasi Program K3
Rekomendasi upaya pencegahan&pengendalian
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Kesimpulan Upaya pengendalian
Hasil & Pembahasan Penentuan risk level Perhitungan implementasi
Keterangan flowchart :
1. Mulai
Langkah awal penelitian dalam menentukan topik permasalahan.
2. Studi Lapangan
Langkah ini merupakan suatu pengenalan awal dari perusahaan yang menjadi
tujuan penelitian. Dengan studi lapangan diharapkan dapat diketahui beberapa
masalah yang ada pada perusahaan yang sesuai dengan topik penelitian yang
akan diteliti.
3. Studi Literatur
Studi literatur ini bertujuan untuk meningkatkan serta memperdalam landasan
teori dari permasalahan yang akan diteliti, serta menunjang dan
mempermudah bagi peneliti memecahkan masalah dalam penelitian tersebut.
4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah disusun berdasar latar belakang dari masalah yang ada,
kemudian ditentukan metode yang tepat dalam menyelesaikan tersebut.
5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang ingin dicapai dalam pemecahan
masalah tersebut.
6. Identifikasi Variabel
Adapun Variabel bebas dari penelitian ini yaitu Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), Jenis bahaya. Untuk variable terikatnya yaitu Sumber
7. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Data Kecelakaan kerja
selama bulan Januari 2011 sampai April 2012 dan data kuisioner yang disebar
pada karyawan PT. Campina Ice Cream Industry.
8. Pembuatan Checklist / KuisionerPenilaian Implementasi Program K3
Checklist / Kuisioner ini dibuat berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dan
pembuatan pertanyaan disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan pada
saat observasi. Kuisioner ini dibuat dengan skala 1, 2, dan 3.
− Skala 1 = Apabila responden merasa kondisi riil sama sekali belum
memenuhi standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
− Skala 2 = Apabila responden merasa diberikan jika kondisi riil
memenuhi sebagian dari standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
− Skala 3 = Apabila responden merasa diberikan jika kondisi riil telah
memenuhi standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
9. Penetapan Sampel
Dalam pengambilan sampel penelitian harus hati-hati dan memenuhi aturan
dalam pemilihan sampel.Untuk pengambilan sample menggunakan distibusi
normal
10.Penyebaran Kuisioner
Penyebaran kuisioner diberikan dan diisi oleh karyawan PT. Campina Ice
11.Pengembalian Kuisioner
Setelah kuisioner diisi oleh karyawan PT. Campina Ice Cream Industry
kemudian kuisioner dikembalikan kepada peneliti dan setelah itu data disusun
agar bisa untuk dilakukan pengujian selanjutnya.
12.Uji Reliabilitas
Yaitu menguji apakah data reliabel atau tidak dengan membandingkan α tabel
dan α hitung dari program SPSS versi 17. Jika α hitung lebih besar dari α tabel
maka data reliabel. Apabila ada data yang tidak reliabel maka ada perubahan
dari isi kuisioner.
13.Identifikasi dan Pengkategorian Hazard
Dilakukan dengan memetakan hasil perhitungan implementasi program K3
dengan kategori kecelakaan kerja kedalam suatu tabel, identifikasi hazards
diurutkan berdasar jenis bahaya.
14.Perhitungan Implementasi Program K3
Menghitung rata-rata nilai dari masing-masing kategori penilaian.
15.Penentuan Risk Level Implementasi Program K3
Dilakukan dengan mengacu pada tinjauan pustaka, yaitu kategori hijau jika
terjadi kecelakaan ringan, kategori kuning jika terjadi kecelakaan sedang,
kategori merah jika terjadi kecelakaan fatal.
16. Rekomendasi Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Setelah diketahui risk level nya maka dilakukan pengkajian tentang upaya
17. Hasil dan Pembahasan
Berisi data – data yang diperoleh dari perusahaan beserta langkah – langkah
pengolahanya sehingga didapat hasil akhir untuk mengetahui persoalan
penelitian ini.
18. Kesimpulan dan Saran
Setelah kegiatan ini selesai, maka perlu untuk disimpulkan mengenai hasil dan
manfaat yang diperoleh dari penelitian ini serta saran yang diberikan sebagai
bahan masukan bagi perusahaan.
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Setelah melakukan identifikasi jenis-jenis data yang di butuhkan dan alat serta
teknik untuk pengumpulan data, maka tahap selanjutnya di lakukan pengumpulan
dan pengolahan data.
Data-data yang di kumpulkan adalah data kuantitatif dan kualitatif yang
berasal dari pihak departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ). Data dari
perusahaan ialah data tentang proses flow diagram dan data komponen yang
mengalami kerusakan, deskripsi operasi. Sedangkan data dari Departemen K3 ialah
data tentang potensi kecelakaan kerja sebagai bahan utama yang diteliti. Jenis data
yang di gunakan ada dua yaitu:
l. Data Primer yaitu data yang utama yang khusus di kumpulkan sehubungan
dengan penelitian yang di lakukan. Data ini berkaitan data-data yang terdapat
2. Data sekunder yaitu dimana seluruh data selain data primer yang berhubungan
dengan informasi tentang kecelakaan kerja tersebut.
3.3.2. Metode Pengolahan Data
Data-data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan
perhitungan sesuai pada tinjauan pustaka pada Bab II.
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
−Perhitungan implementasi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
−Penentuan kategori kecelakaan kerja
−Penentuan level tingkat implementasi program K3 dengan memetakan
hasil perhitungan tingkat kecelakaan
−Pengkategorian hazards dengan metode Hazard Identifiacation Risk
Assessment Control.
−Tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap hazards.
3.4. Perhitungan Implementasi Pr ogram K3
Pembuatan kuisionerpenilaian implementasi program, kuisioner ini dibuat
dengan mengacu pada standar keselamatan dan kesehatan kerja dan juga UU No.
1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Kuisioner yang digunakan dalam
Tabel 3.2. Kuisioner Penilaian Implementasi Pr ogr am K3
No. Per tanyaan/Kategor i Penilaian Nilai Catatan 1 2 3
Pengisian kuisioner dilakukan oleh karyawan PT. Campina Ice Cream
Industry yang berhubungan langsung dengan sistem produksi yang ada di
perusahaan. Setiap daftar pertanyaan dalam kuisionerini diberi nilai dengan skala
sebagai berikut :
• Skala 1 diberikan jika kondisi riil sama sekali belum memenuhi standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
• Skala 2 diberikan jika kondisi riil memenuhi sebagian dari standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
• Skala 3 diberikan jika kondisi riil telah memenuhi standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3).
Perhitungan implementasi program, dilakukan dengan menghitung
rata-rata dari nilai yang diberikan oleh responden, Kemudian menghitung rata-rata-rata-rata
nilai dari masing–masing kategori penilaian. Untuk mengetahui suatu kategori
penilaian termasuk dalam kriteria pencapaian: merah, kuning atau hijau, maka
nilai rata–rata tersebut harus dinormalisasikan dengan Rumus Normalisasi De
Boer (Triekens et.al.,2000) sebagai berikut :
Achivement kategori penilaian =
minimum) skala
-maksimum (skala
minimum) skala
-aktual nilai (
Nilai hasil normalisasi dari semua kategori kemudian dirata–rata sehingga
diperoleh satu nilai tunggal, yaitu nilai akhir yang menunjukkan tingkat
implementasi program. Jika nilai akhir tersebut berada dalam kisaran 85%-100%
maka implementasi program dikategorikan nilai hijau, jika berkisar antara
60%-84% maka dikategorikan kuning dan jika nilainya kurang dari 60% maka
dikategorikan merah.
3.4.1 Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja
Pengumpulan data kecelakaan kerja, pada tahap ini berupa data sekunder
yang berupa data kecelakaan kerja selama bulan Januari 2011 sampai April 2012
yang terjadi di unit kerja yang diamati. Tabel yang digunakan untuk mengetahui
data kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3. Data Kecelakaan Ker ja
No. Tanggal Kejadian
Ur aian Tentang Ter jadinya Kecelakaan
Keter angan
Luka/Ceder a Har i ker ja yang hilang
Penentuan kategori kecelakaan kerja, dilakukan dengan mengacu pada
tinjauan pustaka, yaitu dikategorikan hijau jika terjadi kecelakaan ringan, kuning
Tabel 3.4. Kategor i Kecelakaan Kerja
No. Tanggal Kejadian
Ur aian Tentang Ter jadinya Kecelakaan
Keter angan
Kategor i Kecelakaan
Ker ja Luka/
ceder a
Har i Ker ja Hilang
3.4.2. Pengkategorian Hazards dengan Pendekatan Hazard Identification
Risk Assessment Control.
Pada tahap ini dilakukan pengkategorian terhadap hazards yang timbul
diunit kerja yang diamati. Langkah awal dalam tahap ini adalah pemahaman
mengenai aliran proses produksi yang terjadi di unit kerja tersebut, kemudian
pengidentifikasian hazards dan langkah terakhir adalah pengkategorian hazards
dengan menggunakan pendekatan Hazard Identification Risk Assessment
Control. Output yang dihasilkan dari tahap ini berupa kategori dari hazards
yang mungkin timbul diunit kerja tersebut.
Tabel 3.5. Kategor i Ur utan Hazards berdasar kan Risk Assessment
J enis