S
S
K
K
R
R
I
I
P
P
S
S
I
I
JUDULPENGARUH FAKTOR HARGA, MEREK, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP MINAT BELI PRODUK HEMAVITON
DI GEDANGAN SIDOARJO Disusun Oleh
EFENDI TAUFIK EFENDI TAUFIK 0412010397/FE/EM
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 27 Mei 2011
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dr. Muhadjir Anwar, MM Dr. Muhadjir Anwar, MM
Pembimbing Pedamping Sekretaris
Drs. K. Eko Pranoto. SE, MM Dr. Ec. Pandji. S, MM
Anggota
Dr. Ec. Herry. P, MM
M
Meennggeettaahhuuii
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Harga, Merek, dan Kualitas Terhadap Minat Beli Produk Hemaviton di Gedangan Sidoarjo”.
Penulisan proposal ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan studi dan untuk memperoleh gelar Sarjana S1 Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., yang telah meluangkan waktu guna membantu, mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini
6. Bapak, Ibu dan keluargaku dan semua teman-teman yang selalu memberikan doa dan restunya kepada penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan senang hati demi sempurnanya proposal ini.
Surabaya, Mei 2011
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……… i
DAFTAR ISI ……….. iii
DAFTAR GAMBAR ………. vi
DAFTAR TABEL ………. vii
ABSTRAKSI ……….. viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……….... 1
1.2. Perumusan Masalah ……… 5
1.3. Tujuan Penelitian ……… 6
1.4. Manfaat Penelitian ……….. 6
BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ………. 7
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumen ………... 8
2.2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 8
2.2.3. Pengertian Minat Beli ………. 15
2.2.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli .. 17
2.2.5. Pengaruh Fktor Harga Terhadap Minat Beli ……. 23
2.2.7. Pengaruh Faktor Kualitas Produk Terhadap
Minat Beli ……….. 26
2.3. Kerangka Konseptual ……….. 28
2.4. Hipotesis ……… 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasonal dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional ………. 30
3.1.2. Pengukuran Variabel ……… 32
3.2. Teknik Penentuan Sampel ……… 32
3.3. Teknik Pengumpulan Data ………... 34
3.4. Teknik Analisis Data 3.4.1. Asumsi Model ( SEM ) ………. 35
3.4.2. Pengujian Hipotesis dan Hubngan Kasualitas ….. 38
3.4.3. Pengujian Model Dengan One Step Approach …. 38 3.4.4. Pengujian Model Two Step Approach ………….. 38
3.5. Evaluasi Model ………. 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ……….. 44
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Gambaran Umum Keadaan Responden …………. 47
4.2.2. Deskripsi Variabel Harga (X1) ……… 49
4.2.3. Deskripsi Variabel Merek (X2) ………... 50
4.2.4 Deskripsi Variabel Kualitas Produk (X3) ………… 51
4.3. Deskripsi Hasil Analisis Dan Uji Hipotesis
4.3.1. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas ……… 53 4.3.2. Evaluasi Atas Outlier ……….. 54 4.3.3. Deteksi Multicollolinierity dan Singularity ……… 55 4.3.4. Uji Validitas dan Reabilitas ……… 55 4.3.5. Pengujian Model Dengan One-Step Approach ….. 59 4.3.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kasual ……... 61
4.4. Pembahasan
4.4.1. Pengaruh Harga Terhadap Minat Beli ……… 63 4.4.2. Pengaruh Merek Terhadap Minat Beli …………... 64 4.4.3. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli … 65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ……… 67
5.2. Saran ……….. 67
PENGARUH FAKTOR HARGA, MEREK, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP MINAT BELI PRODUK HEMAVITON
DI GEDANGAN SIDOARJO
Efendi Taufik
Abstraksi
Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat beli. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan faktor harga, merek, dan kualitas produk yang diduga mempengaruhi minat beli dalam membeli produk Hemaviton. Faktor harga memang merupakan faktor yang mempengaruhi minat beli dalam menentukan pembelian sebuah produk Hemaviton. Harga adalah suatu moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Faktor merek juga mempengaruhi minat beli dalam membeli produk Hemaviton. Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing. Selain harga dan merek, faktor kualitas produk juga mempengaruhi minat beli dalam membeli produk Hemaviton. Kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta sifat dari produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh harga, merek dan kualitas produk terhadap minat beli produk Hemaviton.
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah Harga (X1), Merek (X2) dan kualitas produk (X3). Skala pengukuran variabel menggunakan skala
semantic differensial. Populasi dalam penelitian ini adalah pembeli dan pengguna produk suplemen hemaviton. Jenis data penelitian adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh sebagai tanggapan dari kuesioner yang disebarkan kepada responden dan juga hasil dari wawancara dengan pihak-pihak yang mendukung penelitian ini. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).
Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel harga, merek dan kualitas produk berpengaruh signifikan positif terhadap variabel minat beli.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan sektor industri yang cukup pesat dewasa ini membawa
perubahan kepada pola hidup masyarakat dan tingkat kebutuhan hidup
masyarakat akan barang konsumsi. Oleh kerena itu, produksi
barang-barang konsumsi juga mengalami kemajuan pesat, yang pada akhirnya
menyebabkan melimpahnya barang-barang konsumsi dan jasa dipasaran yang
selanjutnya akan melahirkan persaingan antar produsen.
Terlalu banyaknya pekerjaan dan aktivitas yang tinggi menyebabkan
masyarakat memerlukan minuman untuk mengembalikan stamina dan
semangat agar dapat melakukan aktivitasnya kembali. Oleh karena itu, banyak
bermunculan minuman – minuman bersuplemen yang dapat membantu
memelihara kesehatan tubuh, menyegarkan badan, dan membantu
metabolisme tubuh untuk menghasilkan stamina yang baru setelah melakukan
aktivitas. Minuman – minuman bersuplemen yang dapat meningkatkan
stamina tersebut diantaranya adalah : Enervon C, Hemaviton, Redoxon, CDR,
dan Sangobion.
Bagaimana dengan perilaku mengkonsumsi multivitamin di
masyarakat kita? Saat ini tingkat konsumsi multivitamin masyarakat lumayan
baik. Parameter itu dapat dilihat dari survey yang dilakukan MARS Indonesia
di Jakarta dan Surabaya bahwa hampir 64,7% masyarakat di kedua kota besar
tersebut mengkonsumsi multivitamin dalam tiga bulan terakhir. Yang lebih
terakhir rata – rata mereka mengkonsumsi multivitamin lebih dari 10 kali
dengan porsi 61,9% untuk masyarakat Jakarta dan 33,4% untuk masyarakat
Surabaya.
Lalu merek multivitamin mana yang paling sering dikonsumsi oleh
masyarakat kedua kota tersebut? Terdapat lebih dari 45 merek multivitamin
yang sekarang beredar di pasaran, namun hanya sekitar 10 merek saja yang
mampu bersaing memperebutkan ceruk pasar.
Peringkat pertama berhasil diraih Enervon C dengan total porsi 17,9%.
Menempel ketat di belakangnya adalah Hemaviton (17,0%), lalu Redoxon
(16,6%), CDR (11,5%), Ester C (5,2%), Sangobion (3,9%), Supradyn (2,1%),
Sakatonik Liver (1,8%), Fatigon (1,7%), dan Natur E (1,7%). Sedangkan
merek – merek lain porsinya di bawah 1,5%.
Tabel 1.1. Multivitamin yang Paling Sering Dikonsumsi
Tabel. Multivitamin yang Paling Sering Dikomsumsi
Merek Multivitamin Total Jakarta Surabaya
Enervon C 17,9% 17,9% 17,7%
Dari kesepuluh merek di atas, Enervon C, Ester C, Sangobion, dan
Supradyn, Fatigon dan Natur E unggul di Surabaya. Sementara CDR berbagi
angka yang sama untuk kedua kota tersebut yaitu 11,5%.
Alasan mereka mengkonsumsi multivitamin matoritas karena ingin
meningkatkan stamina tubuh (63,7%) ketimbang sekadar untuk meningkatkan
daya tahan tubuh (56,4%), penyembuhan dari sakit (6,4%), ataupun ingin
menambah darah (1,1%).
Tabel 1.2. Data Penjualan Hemaviton Dari Tahun 2006 – 2009
Jumlah Penjualan No Bulan
2006 2007 2008 2009
1 Januari 450 375 475 510
TOTAL 5.055 4.065 3.975 4.255
Sumber : Apotik Mulia Farma
Berdasarkan tabel 1.2 diatas, terlihat adanya penurunan data penjualan.
Penurunan menandakan adanya minat beli yang rendah. Kecenderungan minat
beli yang rendah disebabkan oleh faktor : Harga, Merek, dan Kualitas Produk.
Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana mereka menggunakan
dan mengatur pembelian barang. Swastha dan Handoko (2000 : 10)
mendefisinikan perilaku konsumen adalah kegiatan – kegiatan individu yang
secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang
penentuan kegiatan – kegiatan tersebut. Apabila suatu usaha pemasaran tidak
memperhatikan perilaku konsumen atas keinginan produk yang dibutuhkan,
maka perusahaan akan mengalami penurunan penjualan yang disebabkan
menurunnya minat beli konsumen atas produk yang dijual oleh perusahaan.
Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat beli.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan faktor harga, merek, dan kualitas
produk yang diduga mempengaruhi minat beli dalam membeli produk
Hemaviton.
Faktor harga memang merupakan faktor yang mempengaruhi minat
beli dalam menentukan pembelian sebuah produk Hemaviton. Harga adalah
suatu moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang
ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikikan atau penggunaan suatu barang
atau jasa, (Tjiptono 1995 : 151). Harga yang rendah merupakan sebab utama
sebuah produk dibeli, meskipun kualitasnya rendah. Karena, konsumen
menyadari untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang baik tentunya
memiliki harga yang mahal. (Tom, 1998).
Faktor merek juga mempengaruhi minat beli dalam membeli produk
Hemaviton. Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau
kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi
barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan
dari produk pesaing. (Kotler, 2002 : 460), Fakta yang ditemukan dalam
penelitian ini yang menyatakan bahwa merek sebagai atribut produk
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur keputusan pembelian,
berarti didukung oleh teori ini. Secara empirik hasil penelitian ini mempunyai
menyatakan bahwa secara parsial merek mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pembelian.
Selain harga dan merek, faktor kualitas produk juga mempengaruhi
minat beli dalam membeli produk Hemaviton. Kualitas produk adalah
keseluruhan ciri serta sifat dari produk atau pelayanan yang berpengaruh pada
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang
tersirat, (Kotler, 1997 : 49). Kualitas produk didefinisikan sebagai sesuatu
yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipaka,
atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
(Kotler, 2006). Didalam mengembangkan sebuah produk, produsen harus
menentukan mutu yang akan mendukung posisi produk itu di pasaran. Mutu
dapat didefinisikan sebagai memberikan yang lebih besar atau lebih unggul
dalam suatu produk sebagai pembanding dengan alternative bersaing dari
pandangan pasar. (Garvin, 1998: Zeithami, 1988 dalam Sethi, 2000). Mutu
juga merupakan konsep sentral dalam strategi pemasaran karena dapat
membangun kepuasan konsumen.
Dengan melihat latar belakang diatas, peneliti membuat judul
“Pengaruh Faktor Harga, Merek Dan Kualitas Produk Terhadap Minat Beli
Produk Hemaviton Di Gedangan Sidoarjo”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas maka perumusan
masalah dalam hal ini adalah :
A. Apakah faktor harga mempengaruhi minat beli produk Hemaviton ?
C. Apakah faktor kualitas produk mempengaruhi minat beli produk
Hemaviton ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Untuk menganalisis pengaruh harga terhadap minat beli produk
Hemaviton.
B. Untuk menganalisis pengaruh merek terhadap minat beli produk
Hemaviton.
C. Untuk menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap minat beli
produk Hemaviton.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian dan penulisan laporan ini adalah sebagai
berikut :
Bagi Peneliti
Disamping sebagai tugas akhir yang menjadi syarat untuk
menyelesaikan program studi S1 juga untuk mengetahui kebenaran teori
yang didapat selama kuliah serta menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan yang dapat dipakai sebagai bekal jika terjun ke masyarakat.
Bagi Perusahaan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan sebagai bahan
pertimbangan dimasa akan datang dalam menerapkan strategi pemasaran.
Penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai studi banding
oleh peneliti lain yang ingin meneliti masalah yang sama, serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang dipakai sebagai masukan adalah :
Ujianto Abdurachman (2004) Melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Faktor-faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli
Konsumen Sarung Sarung di Jawa Timur”. Tehnik yang digunakan
untuk mencari penyelesaian masalah adalah Analisis REGRESI Linier
Berganda. Berdasarkan hasil uji linier berganda baik uji F dan uji T
disimpulkan bahwa semua faktor-faktor yang meliputi kualitas,
referensi, merek, dan warna serta kemasan, harga, diskon dan hadiah
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat beli pada
konsumen Sarung di Jawa Timur.
Didit Darmawan (2004) dengan judul “ Pengaruh Varibel Psikologis,
Harga, dan Kelompok Acuan Terhadap Keputusan Konsumen Membeli
Produk Minuman Suplemen.” Dalam penelitian ini menggunakan
analisis Struktural Equation (SEM). Bahwa dari penelitian ini
diperoleh variabel psikologis, harga, dan kelompok acuan berpengaruh
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumen
Keinginan dan kebutuhan konsumen akan suatu produk dan jasa
selalu berubah – ubah secara terus – menerus, hal ini yang menjadi
pertimbangan bagi seorang manajer pemasaran selalu mempelajari
perilaku konsumen dan memberikan kepuasan semaksimal mungkin
sehingga perusahaan dapat menciptakan bauran yang tepat.
Menurut Lamp ( 2001 : 188 ) perilaku konsumen menggambarkan
bagaimana konsumen membuat keputusan – keputusan pembelian dan
bagaimana mereka menggunakan dan mengatur pembelian barang atau
jasa.
Menurut Swastha dan Handoko ( 2000 : 10 ) mengemukakan
perilaku konsumen adalah kegiatan – kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang–barang
dan jasa – jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan penentuan kegiatan kegiatan tertentu.
Sedangkan menurut Mowen dan Minor ( 2002 : 6 ) perilaku
konsumen didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying
units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumen, dan
pembuangan barang dan jasa, pengalaman dan ide-ide.
2.2.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Sebelum konsumen melaksanakan keputusan pembelian ada
pembelian. (Kotler dan Amstrong, 2001 : 196 ) Pembelian konsumen
secara kuat dipengaruhi oleh karakteristik kebudayaan, social, pribadi, dan
psikologis.
2.2.2.1 Faktor – Faktor Kebudayaan
Faktor budaya memiliki pengaruh paling luas dan paling dalam
terhadap perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan, Faktor –
factor tersebut meliputi :
1. Kebudayaan
Kebudayaan adalah Hal yang paling mendasar yang mempengaruhi
keinginan dan perilaku konsumen. Menurut Lamp elemen yang sering
didefisinikan dalam budaya adalah nilai – nilai yang terkandung di
dalamnya, yang menyangkut keyakinan yang dibagi melalui suatu
kehidupan sosial dengan bentuk spesifik yang dikenal sebagai kepribadian
(personality).
2. Sub Budaya
Setiap kebudayaan mempunyai sub budaya yang lebih kecil, atau
kelompok – kelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama
berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Sub budaya
adalah sekelompok orang tertentu dalam sebuah masyarakat yang sama –
sama memiliki makna budaya yang sama untuk tanggapan afeksi dan
kognisi. Sub budaya meliputi : kewarganegaraan, agama, kelompok ras,
3. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan
bertahan dalam sebuah masyarakat yang tersusun dalam sebuah urutan
jenjang dan anggota dalam setiap jenjang itu memiliki minat dan tingkah
laku yang sama. Setiap kelas sosial memiliki beberapa karakteristik
diantaranya ; orang – orang yang berada dalam kelas sosial tertentu
cenderung bertingkah laku serupa, kelas sosial seseorang dapat diukur dari
( jabatan, kekayaan, pendapat, pendidikan, Dll ), kelas sosial bersifat
elastis, artinya kelas sosial bawah dapat naik menjadi kelas sosial atas dan
sebaliknya.
2.2.2.2 Faktor – Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor
sosial seperti : kelompok referensi, keluarga, peran dan status.
1. Kelompok Referensi
Kelompok referensi terdiri dari semua kelompok yang memiliki
pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku
seseorang. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh kelompok acuan
mereka sekurang – kurangnya melalui tiga jalur, diantaranya :
kelompok mengharapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup
baru, kelompok juga mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi
seseorang, dan kelompok juga menciptakan tekanan untuk mengikuti
kebiasaan kelompok yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan
2. Keluarga
Keluarga merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh
disbanding dengan kelompok – kelompok lain. Keluarga memainkan
peranan dan selama dalam pembentukan sikap dan perilaku konsumen.
Keluarga menjadi daya tarik bagi pemasar dalam kaitannya dengan
pembelian produk dan jasa, oleh karena itu manajer pemasaran
berkepentingan mempelajari perilaku anggota terutama dalam
melakukan pembelian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya.
Menurut Peter dan Olson ( 2000 : 112 ) ada bebrapa peran keluarga
dalam pengambilan keputusan :
Pemberi pengaruh (Influencers) memberikan informasi bagi
anggota keluarga lainnya tentang suatu produk atau jasa.
Penjaga pintu (Gatekeepers) mengontrol aliran informasi yang
masuk ke dalam keluarga.
Pengambilan keputusan (Deciders) memiliki kekuasaan apakah
suatu produk atau jasa akan dibeli atau tidak.
Pembeli (Buyers) adalah orang yang akan membeli produk atau
jasa.
Pengguna (Users) mengkonsumsi atau menggunakan produk atau
jasa.
Pembuang (Disposers) akan membuang suatu produk atau
3. Peranan dan Status
Kedudukan seseorang dalam suatu kelompok ditentukan
berdasarkan peran dan status, dimana peran meliputi kegiatan yang
diharapkan akan dilakukan seseorang. Masing-masing peran
menghasilkan status yang mencerminkan penghargaan umum oleh
masyarakat sesuai dengan statusnya yang dimiliki, sehingga orang
membeli produk atau jasa dengan tujuan untuk mengkomunikasikan
statusnya dalam masyarakat.
2.2.2.3 Faktor – Faktor Pribadi
Keputusan seseorang dalam membeli juga dipengaruhi oleh
karakteristik individu termasuk usia dan tahapan siklus hidup, pekerjaan,
ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep
1. Usia dan tahapan daur hidup
Pembelian akan suatu barang dan jasa seseorang selalu
berubah-ubah dalam hidupnya. Selera seseorang dalam mengberubah-ubah barang dan
jasa yang mereka beli seringkali dipengaruhi oleh usia. Para pemasar
seringkali menetapkan pasar sasaran mereka berdasarkan tahap siklus
hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana
pemasaran untuk setiap tahapnya.
2. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang
dibelinya. Pemasar mencoba mengidentifikasikan kelompok –
kelompok pekerja yang memiliki minat yang rata – rata lebih tinggi
(2001 : 207). Sebuah perusahaan bahkan dapat berspesialisasi
menghasilkan produk – produk yang dibutuhkan satu kelompok
pekerjaan tertentu.
3. Ekonomi
Pembelian produk seseorang sangat besar dipengaruhi keadaan
ekonominya. Mereka cenderung melakukan pembelian berdasarkan
tingkat pendapatan yang dimiliki. Keadaan ekonomi seseorang terdiri
dari pendapatan yang dibelanjakan, tabungan dan kekayaan yang
dimiliki, kemampuan meminjam dan sikap terhadap pengeluaran
lawan.
4. Gaya Hidup
Orang – orang yang berasal dari sub budaya, kelas social, dan
pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang cukup berbeda.
Gaya hidup mencerminkan pola konsumsi yang menggambarkan
pilihan seseorang bagaimana ia menggunakan waktu dan uang, (Kotler,
1997 : 157) gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya.
5. Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian tiap orang yang berbeda dapat mempengaruhi perilaku
membelinya. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yagn unik,
yang menghasilkan tanggapan yang relative konsisten da menetap
Sedangkan konsep diri adalah bagaimana konsumen mempersepsikan
diri mereka sendiri yang meliputi sikap, persepsi, keyakinan dan
evaluasi diri.
2.2.2.4Faktor – Faktor Psikologis
Menurut Lamp factor psikologis menentukan bagaimana menerima
dan berinteraksi dengan lingkungannya dan pengaruh pada keputusan yang
diambil. Pilihan – pilihan seseorang dalam membeli dipengaruhi oleh
empat faktor psikologis yaitu ; motivasi, perspsi, pembelajaran, keyakinan
dan sikap.
1. Motivasi
Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk
mengarahkan seseorang agar dapat mencari kepuasan terhadap
kebutuhan itu. (Kotler, 1999 : 245). Motif yang ada pada seseorang
akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan
mencapai sasaran kepuasan. (Mowen Minor, 2002 : 205). motivasi
didefinisikan sebagai keadaan yang diaktivasi atau yang digerakkan
dimana seseorang mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan, hal ini
termasuk dorongan, keinginan, harapan dan minat.
2. Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap umtuk melakukan suatu
perbuatan dan bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu
adalah dipengaruhi oleh persepsi terhadap sesuatu yang dihadapi.
memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk
membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia. Sedangkan
menurut Sunarto (2004 : 94) persepsi adalah proses yang digunakan
seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan
menginterpretasikan masukan – masukan informasi guna menciptakan
gambaran dunia yang memiliki arti.
3. Pembelajaran
Hampir semua perilaku konsumen merupakan hasil pembelajaran
(learning) yang merupakan proses penciptaan perubahan perilaku
melalui pengalaman dan latihan (2001 : 231). Proses belajar
berlangsung melalui dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan, dan
penguatan yang saling mempengaruhi.
4. Keyakinan dan Sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif seseorang mengenai
sesuatu, pemasaran tertarik pada keyakinan yang dirumuskan
seseorang mengenai produk yang mempengaruhi perilaku pembeli.
Sebuah sikap yang menggambarkan penilaian perasaan dan
kecenderungan yang relative konsisten dari seseorang atas sebuah
obyek atau gagasan. Sikap menempatkan seseorang dalam sebuah
kerangka pemikiran mengenai suka atau tidaknya. (Kotler, 2001 : 218).
2.2.3 Pengertian Minat Beli
Minat beli adalah pikiran seseorang yang mengandung niat
beli adalah kecenderungan tingkah laku seseorang karena rasa tertarik oleh
sekelompok aktifitas tertentu. (Guilford, 1997 : 20). Rasa tertarik ini
menyebabkan seeorang menaruh perhatian dan mencari atau berusaha
mendapatkan obyek yang sesuai dengan minatnya. Jelas bahwa daya tarik
sangat berperan dalam usaha seseoarang untuk mencapai suatu tujuan
karena didalam minat terkandung unsure dan perhatian, sehingga kemauan
yang terdapat dalam minat itu bukan kemauan yang dipaksa, akan tetapi
merupakan kemauan yang disertai perasaan senang.
Minat beli diartikan sebagai dorongan yang berasal dari dalam diri
individu yang mampu membuat individu melakukan tindakan pembelian,
minat beli timbul karena adanya kebutuhan pribadi, keinginan, tuntutan
masyarakat, pengaruh-pengaruh dari iklan serta pikiran dan perasaan
terhadap produk tersebut.
Dari pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
minat beli adalah pikiran seseorang yang merupakan dorongan yang
bersifat intrinsik yang mampu membuat seseorang secara sadar menaruh
perhatian terhadap suatu barang atau jasa karena dia merasa bahwa barang
atau jasa tersebut mempunyai sangkut paut dengan dirinya.
Dengan kata lain, minat beli dapat timbul dari
kebutuhan-kebutuhan pribadi (individual needs) dan tuntutan masyarakat (social
demands) serta dari pikiran dan perasaan terhadap barang atau jasa yang
dinginkan (timbul dari dalam diri individu tersebut atau dapat juga berasal
Indikator-indikator Minat Beli adalah, (Augusty, 2006 : 206)
sebagai berikut :
1. Intensi pencarian informal, informasi mengenai suatu produk
2. Keinginan segera membeli, keinginan untuk membeli atau memiliki
produk.
3. Keinginan Preferensial, produk tertentu inilah yang diinginkan dan
bersedia mengabaikan yang lainnya.
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli
Minat beli merupakan hal yang penting dalam pemahaman
terhadap perilaku konsumen karena minat beli adalah salah satu tahap
dalam perilaku membeli. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat
beli merupakan faktor penting untuk proses perilaku pembelian secara
keputusan konsumen untuk membeli sesuatu yang dipengaruhi oleh
banyak faktor yaitu harga, merek, serta kualitas produk. (Abduracman,
2004 : 40).
2.2.4.1Faktor - Faktor Harga
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan
untuk memperoleh barang dan jasa. Masalah kebijakan harga juga turut
menentukan keberhasilan permasalahan produk. Kebijakan dapat
dilakukan pada setiap tingkatan distribusi, seperti oleh produsen, oleh
grosir dan retailer (pedagang eceran), Banyak strategi harga dapat
interved pricing. Dalam hal ini produsen mencoba menetapkan harga
eceran tertinggi (HET). Setelah HET ditetapkan, produsen mencoba
mengkalkulasi harga untuk retrailer, harga untuk grosir,dan akhirnya harga
untuk pabrik. Dengan demikian, produsen menetapkan value added atau
nilai tambah untuk masing-masing lembaga penyalur dan mengawasi
harga jual produknya.
Pada umumnya ada tiga strategi harga yang dapat diikuti oleh
produsen, tergantung keadaan produknya. Strategi adalah :
1. Skiming Price
Adalah menetapkan harga setinggi-tingginya. Strategi ini hanya
mungkin, apabila produknya diarahkan kepada konsumen yang
berpenghasilan tinggi, dan ini merupakan produk baru yang sangat
istimewa. Untuk memperoleh produk tersebut, telah dikeluarkan biaya
eksperimen dan laboratorium yang sangat tinggi. Kemudian, harga
barang-barang tersebut berangsur-angsur diturunkan.
2. Penetrasion Price
Bertujuan meneroboskan produk ke pasar, karena banyak barang
sejenis yang sudah ada dipasar. Oleh sebab itu produsen mencoba
merebut pasar dengan harga rendah.
3. Live and Let Live Policy (strategi yang mencoba mengikuti harga
pasar)
Walaupun misalnya produsen dapat menghasilkan barang dengan
harga pokok rendah, dan mampu menjualnya dengan harga yang lebih
baik baginya mengikuti harga pasar, karena ada kekhawatiran jika
harga diturunkan akan timbul perang harga dan ini sangat berbahaya.
Penetapan harga biasanya berdasarkan suatu kombinasi barang
secara fisik ditambah beberapa jasa lain serta keuntungan yang memaksa.
Harga adalah jumlah uang atau ukuran lainnya (termasuk barang
dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau
penggunaan suatu barang atau jasa. (Tjiptono, 1995 : 151).
Pada saat ini dalam mengukur nilai barang melalui suatu
pertukaran digunakan uang. Jumlah uang yang digunakan mencerminkan
tingkat harga dari suatu barang. Dimana harga yang dibayarkan oleh
pembeli itu sudah termasuk pelayanan yang sudah diberikan penjual.
Beberapa tujuan penetapan harga produk antara lain :
a. Mendapatkan laba maksimum.
Terjadinya harga ditentukan oleh penjual dan pembeli. Makin besar
daya beli konsumen, semakin besar kemungkinan penjual
mendapatkan laba.
b. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau
pengembalian pada penjual untuk menutupi investasi secara
berangsur-angsur.
c. Mencegah atau mengurangi persaingan.
Dilakukan melalui kebijaksanaan harga. Hal ini bisa diketahui bila para
penjual menawarkan barang dengan harga yang sama.
Memperbaiki market share hanya mungkin dilaksanakan bila
kemampuan dan kapasitas produksi perusahaan masih longgar.
Indikator-indikator harga adalah sebagai berikut, (Abdurachman,
2004 : 40) :
1. Harga relatif murah, harga yang ditawarkan murah.
2. Harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas produk.
Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga
merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan oleh konsumen
sebelum melakukan pembelian.
2.2.4.2. Faktor - Faktor Merek
Merek adalah nama, istilah, symbol, rancangan atau kombinasi dari
hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau
jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari
produk pesaing. (Kotler, 2002 : 460).
Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten
memberikan keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli.
Merek dapat memiliki 6 level pengertian :
1. Atribut : merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Mercedes
memberi kesan sebagai mobil yang mahal, dibuat dengan baik,
dirancang dengan baik,tahan lama, bergengsi tinggi.
2. Manfaat : suatu merek lebih dari serangkaian atribut. Pelanggan tidak
membeli atribut, mereka memberi manfaat. Atribut “tahan lama” dapat
mobil baru setiap beberapa tahun”. Atribut “mahal” mungkin
diterjemahkan sebagai manfaat emosional, “mobil ini membuat saya
merasa penting dan dihargai”. Atribut “dibuat dengan baik”
diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional, “saya aman
seandainya terjadi kecelakaan”.
3. Nilai : Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi,
Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.
Pemasar merek harus mengetahui kelompok pembeli mobil yang mana
mencari nilai-nilai ini.
4. Budaya : Merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili
budaya Jerman : terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.
5. Kepribadian : Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.
Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa
yang memerintah (binatang), istana yang agung (obyek). Jika merek
merupakan orang, binatang atau suatu obyek, apa yang dipikir oleh
kita.
6. Pemakai : Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau
menggunakan produk tersebut.
Indikator – indikator merek adalah sebagai berikut, (Abdurachman,
2004 : 40) :
2. Merek mudah diingat oleh pelanggan
3. Merek mudah dibedakan oleh pelanggan
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa merek dapat
2.2.4.3. Faktor - Faktor Kualitas Produk
Kualitas dan mutu merupakan hal yang perlu mendapat perhatian
utama dari perusahaan. Setiap produk harus memiliki tingkat kualitas yang
baik, karena akan membantu usaha untuk meningkatkan atau
mempertahankan posisi produk itu dalam pasar sasarannya.
Kualitas ditentukan oleh sekumpulan kegunaan atau fungsinya,
termasuk didalamnya daya tahan, ketidak ketergantungan pada produk
lain. Selain itu kualitas ditinjau dari beberapa hal, antara lain kemasan,
rasa, bentuk, warna dan lain-lain.
Kualitas adalah keseluruhan cirri serta sifat dari produk atau
pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau yang bersifat. (Kotler, 1997 : 49).
Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang
menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan meksud untuk apa
produk itu diproduksi.
Konsumen mempunyai persepsi terhadap keseluruhan kualitas atau
mutu atas keunggulan suatu produk berkenan dengan maksud yang
diharapkan. Artinya kemampuan dari suatu hasil yang diterima konsumen
selama mengkonsumsi produk benar-benar sudah sesuai fungsinya dengan
yang diharapkan atau belum. Bila sudah sesuai dengan harapan, persepsi
tentang kualitas produk akan positif.
Mengidentifikasi indikator yang dapat digunakan untuk
menganalisis karakteristik kualitas barang, (Mowen dan Minor, 2002 : 91),
1. Kinerja
2. Daya tahan
3. Estetika
Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas
sangat diperhatikan konsumen dalam melakukan pembelian.
2.2.5. Pengaruh Faktor Harga Terhadap Minat Beli
Harga sebuah produk akan mempengaruhi program pemasaran
perusahaan. Penetapan harga bagi sebuah produk merupakan faktor yang
mempengaruhi strategi pemasaran, karena harga mempengaruhi posisi
persaingan dan peningkatan laba perusahaan. (Stanton, 1995 : 113 dalam
Fatihudin 2004 : 16 ).
Harga merupakan aspek penentu yang diperhatikan oleh penjual
dalam usaha memasarkan produknya. Dari sisi pembeli harga merupakan
salah satu aspek yang ikut menentukan pilihan untuk memenuhi
kebutuhan. Harga sebuah produk dapat ditetapkan atas dasar biaya,
permintaan ataupun persingan. Harga dalam bauran pemasaran
satu-satun6ya unsure yang dapat menghasilkan pendapatan produsen.
(Fatihuddin, 2004 : 17).
Faktor harga merupakan faktor yang mempengaruhi minat beli
dalam menentukan pembelian produk. Harga yang rendah merupakan
sebab utama sebuah produk dibeli, meskipun kualitasnya rendah. Karena,
konsumen menyadari untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang
merupakan faktor penting dan merupakan sebuah batasan penelitian,
karena faktor harga tidak menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan
pembelian. (Wee, 1993). Tetapi, konsumen akan memilih sebuah produk
jika memiliki kelebihan mengenai harga dengan kualitas yang
baik,konsumen akan berfikir ulang jika akan pindah ke produk lainnya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
positif antara harga terhadap minat beli.
2.2.6. Pengaruh Faktor Merek Terhadap Minat Beli
Penentuan merek dagang yang dipasarkan merupakan salah satu
teknik kebijakan produk yang mendasari strategi pemasaran. Hal ini
karena merek merupakan nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau
kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi
barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk
membedakan dari produki pesaing. Oleh karena itu merek dapat
mempengaruhi konsumen dalam minat belinya terhadap suatu produk.
Bahwa merek selain mempermudah konsumen mengisentifikasi produk
atau jasa, merek juga dapat membuat pembeli yakin akan memperoleh
mutu barang yang sama jika mereka melakukan pembelian. oleh Stanton,
Y.Lamarto (1991 : 270).
Bahwa dalam suatu proses pengambilan keputusan cenderung
dipengaruhi oleh asosiasi merek (brand). Aaker, 1997 : 210). Merek adalah
diharapkan dapat mengidentifikasi barang atau jasa dari penjual dan
membedakannya dari milik pesaing.
Mengenai variabel merek memegang peranan penting dalam
pemasaran. Merek tidak hanya sekedar symbol namun sebenarnya merek
adalah ekuitas bagi perusahaan. Berkenaan dengan ekuitas merek, Aaker
yang dikutip oleh Tjiptono (2000) mengembangkan konsep ekuitas merek
yang menyatakan bahwa sebuah merek bisa memiliki posisi yang sangat
kuat dan menjadi modal atau ekuitas, apabila merek tersebut memiliki
empat faktor utama, yaitu brand awareness (dikenal secara luas oleh
konsummen), strong brand association (memiliki asosiasi merek yang
baik), perceived quality (dipersepsikan oleh konsumen sebagai produk
yang berkualitas), dan brand loyalty (memiliki pelanggan yang setia).
Fakta yang ditemukan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa merek
sebagai atribut produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
struktur keputusan pembelian, berarti didukung oleh teori ini. Secara
empirik hasil penelitian ini mempunyai persamaan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Purnomo, 2000) yang menyatakan bahwa secara
parsial merek mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pembelian.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
2.2.7. Pengaruh Faktor Kualitas Produk Terhadap Minat Beli
Dalam proses pengembangan suatu produk harus ditetapkan derajat
kualitas tertentu bagi produknya karena hal itu dapt mempengaruhi minat
beli konsumen terhadap suatu produk. Bahwa mutu sangat erat
hubungannya dalam proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen.
Sebelum membeli suatu produk, konsumen akan memutuskan tentang
bentuk produk yang diputuskan dengan mutu produk. Oleh Stanton (1996 :
269).
Kualitas dapat dinyatakan sebagai harapan dan persepsi para
konsumen yang sama baiknya dengan kinerja yang sesungguhnya.
Kualitas produk harus sesuai dengan yang dijanjikan oleh semua kegiatan
dalam bauran pemasaran. Bagi calon pemakai kualitas produk ini memang
harus dikomunikasika dengan baik kareana dapat membangun minat
pelanggan untuk membeli produk yang dimaksud. Bahwa kualitas produk
merupakan antecedent yang berpengaruh terhadap minat beli. (Bernard
NM, 2004).
Kualitas produk didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat
ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipaka, atau
dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. (Kotler,
2006). Didalam mengembangkan sebuah produk, produsen harus
menentukan mutu yang akan mendukung posisi produk itu di pasaran.
Mutu dapat didefinisikan sebagai memberikan yang lebih besar atau lebih
unggul dalam suatu produk sebagai pembanding dengan alternative
Sethi, 2000). Mutu juga merupakan konsep sentral dalam strategi
pemasaran karena dapat membangun kepuasan konsumen.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
positif antara kualitas produk terhadap minat beli, maka semakin tinggi
kualitas produk akan berpengaruh terhadap tingginya minat beli
2.3. HIPOTESIS
Berdasarkan perumusan masalah diatas dan landasan teori yang
digunakan maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Harga berpengaruh positif terhadap minat beli produk Hemaviton.
b. Merek berpengaruh positif terhadap minat beli produk Hemaviton.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasinal
Definisi operasi variabel penelitian adalah untuk memberikan
petunjuk tentang bagaimana suatu variabel penelitian diukur. Variabel –
variabel tersebut adalah sebagai berikut :
Harga (XI)
Merupakan jumlah uang atau ukuran lainnya (termasuk barang dan
jasa lainnya) yang diberikan oleh konsumen untuk memperoleh atau
memiliki sebuah produk. Indikator Harga, Menurut Abduracman (2004
: 40)
(X1.1) : Harga yang ditawarkan kompetetif
(X1.2) : Harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas produk
Merek (X2)
Merupakan nama, istilah, tanda, simbol rancangan atau kombinasi dari
hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau
jasa seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakan dari
produk pesaing. Indikator Merek, Menurut Abdurachman (2004 : 40).
(X2.1) : Merek mudah diingat oleh pelanggan
Kualitas Produk (X3)
Suatu kemampuan yang dimiliki dari sebuah produk guna memenuhi
kepuasan, keinginan, dan kebutuhan dalam diri konsumen.. Indikator
kualitas produk, Menurut Mowen dan Minor (2002 : 91).
(X3.1) : Kinerja Produk
Tingkat absolut barang dan jasa pada atribut kunci yang
diidentifikasi para pelanggan. Sejauh mana produk atau jasa
digunakan dengan benar. Jumlah atribut yang ditawarkan.
Kemampuan pegawai untuk menangani masalah dengan baik.
(X3.2) : Daya tahan
Rentang kehidupan produk dan kekuatan umum. Berapa lama
pemakaian terakhir hemaviton sejak digunakan atau sebelum
teknologi kadaluwarsa.
(X3.3) : Estetika
Pengertian yaitu penampilan fisik barang, daya tarik
penyajian produk, kesenangan atmosfir dimana jasa atau
produk yang diterima.
Minat Beli (Y)
pikiran seseorang yang mengandung niat untuk membeli produk
tertentu atau tingkah laku seseorang karena rasa tertarik oleh
sekelompok aktifitas tertentu. Indikator variabel Minat Beli, Menurut
Augusty (2006 : 206),adalah :
(Y1) : Intensitas pencarian informasi, mencari informasi mengenai
(Y2) : Keinginan segera membeli, keinginan untuk segera membeli dan
memiliki suatu produk yang telah diinginkan sebelumnya
(Y3) : Keinginan Preferensial, keinginan membeli dan memiliki suatu
produk rela mengabaikan produk yang lainnya walaupun sejenis
3.1.2 Pengukuran variabel
Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala
interval dengan menggunakan metode Semantic Differental Scale yaitu
metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian lima butir
yang menyatakan verbal dua kutub (bipolar). Sedangkan arah
pengukurannya menggunakan interval yaitu dengan memberikan skor pada
jawaban yang dipilih responden, contoh sbb :
1 3 5
Dimana tanggapan atau jawaban tesebut dinyatakan dengan memberi skor
yang berbeda dalam rentang nilai 1 sampai dengan 5 pada masing –
masing skala, dimana nilai 1 menunjukkan sangat tidak setuju ,nilai 3
netral dan nilai 5 sangat setuju.
3
3.2Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek yang diamati. Yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah konsumen produk suplemen
b. Sampel
Sampel penelitian menggunakan tehnik non probabilitas dengan
metode Purposive sampling, yaitu tehnik untuk penentukan sampel
yang dilakukan berdasarkan pertimbangan – pertimbangan kriteria atau
ciri – ciri tertentu yang mewakili kriteria dari populasi. Karakteristik
sampel penelitian ini antara lain semua pembeli dan pernah
mengkonsumsi yang ditemui pada saat dilakukan pengambilan sampel
oleh peneliti, konsumen yang dianggap cocok peneliti disini adalah
laki-laki dan wanita yang berumur 17 tahun keatas. Ukuran sampel
minimum adalah sebanyak 5 observasi untuk setiap estimasi
parameter. Dengan demikian bila estimated parameternya berjumlah
20, maka jumlah sampel minimum adalah 100. jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 100 – 200 responden berdasarkan pertimbangan
pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2000 : 48) sebagai
berikut:
100 – 200 sampel untuk tehnik maximum Likehood estimation
Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya
adalah 5 – 10 jumlah parameter yang diestimasi
Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali
5-10. Bila terdapt 20 indikator, besar sampelnya antara 100 – 200.
Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100
3.3Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis data
Jenis data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data
primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan menyebarkan
kuisoner kepada responden. Sedangkan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari dalam perusahaan.
b. Sumber data
Sumber data yang diambil adalah hasil dari jawaban responsen.
c. Pengumpulan data
1 Metode Kuisioner
Teknik pengumpulan data yang memberikan daftar pertanyaan
kepada responden untuk memperoleh informasi langsung.
2 Metode Wawancara
Yaitu teknik dengan melakukan Tanya jawab secara langsung
dengan pihak – pihak yang bersangkutan.
3 Dokumentasi
Pengumpulan data dengan mencacat dokumen yang berkaitan
dengan penelitian untuk bukti adanya permasalahan.
3.4 Tehnik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur part (
Part Analisis ) atau Structural Equation Model ( SEM ) merupakan
kumpulan tehnik analisis statistik memungkinkan pengujian suatu
hubungan antara satu atau lebih variabel independen dengan satu atau
yang rumit tersebut dibangun antara satu atau beberapa variabel dengan
satu atau beberapa variabel independent, Masing-masing variabel
dependen dan independent dapat terbentuk konstruk yang dibangun dari
beberapa variabel dependen, (Ferdinand,2000). Model pengukuran
variabel bebas (faktor harga, merek dan kualitas) dan variabel terikat
(minat beli) menggunakan Confirmatory Factor Analisis. Sedangkan
penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel
terikat menggunakan koefisien jalur.
3.4.1 Asumsi Model ( SEM )
Pada permodelan SEM terdapat asumsi – asumsi yang harus
dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang
dianalisis adalah sebagai berikut :
1 Ukuran Sampel
Ukuran sample yang harus dipenuhi dalam permodelan ini adalah
minimum berjumlah 100 dan selanjutnya menggunakan 5
perbandingan observasi untuk estimated parameter, maka minimum
sample yang harus digunakan adalah sebanyak 100 sampel.
2. Evaluasi Normalitas Linieritas
Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi
normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk
permodelan SEM ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat data
gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode – metode
scatterplots dengan memilih pasangan data dan melihat pola
penyebarannya untuk menduga ada atau tidaknya linieritas. Uji
normalitas menggunakan Critical ratio yang diperoleh dengan
membagi koefisien sample dengan standart errornya dan skewness
value yang biasanya disajikan dalam statistic deskriptif dimana nilai
statistic untuk menguji normalitas tersebut sebagai Z – value yang
dihasilkan melalui rumus berikut ini :
Nilai – z = Skewness
√
6N
Dimana N adalah ukuran sampel
Bila nilai – z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa
distribusi data tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan
tingkat signifikan yang dikehendaki.
3. Evaluasi Outliers
Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai – nilai ekstrim
baik secara unvariat maupun multivariate yaitu yang muncul karena
kombinasi karakteristik yang dimilikinya terlihat jauh berbeda dengan
observasi lainnya. Outliers ini muncul empat dalam empat kategori yaitu
karena kesalahan prosedur, karena keadaan yang benar – benar khusus
yang memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain, karena adanya
suatu alas an tetapi peneliti tidak dapat mengetahui apa penyebabnya atau
tidak ada penjelasan mengenai sebab – sebab munculnya nilai ekstrim
dikombinasikan dengan variabel lain, kombinasinnya menjadi tidak
lazim. Maka inilah yang disebut dengan Multivariate Outliers.
4. Evaluasi Multicolinearity dan Singularity
Multicolinearity dan Singularity dapat dideteksi dari determinan
matriks kovarians. Nilai determinan kovarians yang sangat kecil
memberi indikasi hadirnya problem multikoliniearitas atau
singularitas. Pada umumnya program SEM ini akan segera
memberikan Warning setiap kali terdapat indikasi multikolinearitas
atau singularitas ditemukan dalam data, maka salah satu treatment
yang dapat diambil adalah dengan menciptakan Composite Variabel.
5. Uji Validitas dan Reabilitas
Validitas menyangkut tingkat yang dicapai oleh sebuah indicator
dalam menilai suatu akuratnya pengukuran atas apa yang harus diukur.
Sedangkan reabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari
indikator – indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat
sampai dimana masing – masing indikator – indikator itu
mengidentifikasi sebuah konsturk umum. Karena indikator
multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel / construct
akan diuji dengan melihat loading factor dan hubungan antara setiap
observed variabel dan latent variabel. Sedangkan reabilitas diuji
dengan construct reability dan variabce dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Construct – Reability = ( standardize loading )2
Variance – Extracted = Standardize loading2
Standardize loading2 + j
Standardize loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01,
dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression
weights terhadap setiap butir indikator. Sementara j dapat dihitung
dengan formula j = 1- (standardize loading)2.
3.4.2 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausalitas
Pengaruh langsung koefisien jalur dapat diamati dari bobot regresi
terstandar, dengan pengujian signifikan pembanding nilai CR (Critical
Ratio) yang sama dengan nilai t hitung labih besar daripada t table yang
berarti signifikan.
3.4.3 Pengujian Model dengan One Step Approach
Dalam model SEM, model pengukuran dan model structural
parameter – parameternya diestimasi secara bersama – sama.
Kemungkinan terbesar disebabkan terjadinya interaksi antara
measurenment model dan structural model yang diestimasi secara bersama
– sama ( One Step Approach to SEM ). One step approach to SEM
digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta
validitas dan reliabilitas data sangat baik.
3.4.4. Pengujian Model Two Step Approach
Two Step Approach to Structural Equation Modelling ( SEM )
dibuat. Two Step Approach digunakan untuk mengatasi sampel data yang
kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir intrumasi yang digunakan (
Hartline dan Farrel, 1996 ), dan keakuratan reliabilitas indicator –
indikatro terbaik dapat dicapai dalam model Two Step Approach ini. Two
Step Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model
pengukuran dan model structural pada One Steo Approach ( Hair et, Al,
1998 ) yang dilakukan dalam Two Step Approach to SEM adalah estimasi
terhadap measurement model dan estimasi terhadap struktural model.
3.5 Evaluasi Model
Dalam SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur
atau menguji hipotesis mengenai model. Beberapa indeks kesesuaian cut
off value untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat
diterima atau ditolak adalah :
1. X2 CHI SQUARE STATISTIK
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah
likelihood ratio chi – square ini bersifat sangat sensitive terhadap
besarnya sampel yang digunakan. Karena bila jumlah sampel
cukup besar ( lebih dari 200 ), statistik chi – square ini harus
didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan dipandang
baik bila nilai chi-square rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin
baik model itu ( karena dalam uji beda chi-square, X2 = 0, berarti
benar – benar tidak ada perbedaan, HO diterima ) Karena tujuan
sesuai dengan data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X2 yang
kecil dan signifikan.
Chi-square bersifat sensitif terhadap sampel yang terlalu kecil atau
terlalu besar. Pengguna chi – square hanya sesuai ukuran sampel antara
100 – 200 bila ukuran diluar itu, uji signifikan akan menjadi kurang
reliable.
2 RMSEA – THE ROOT MEAN SQUARE ERROR OF
APPROXIMATION
RMSEA adalah sebuah indexs yang dapat digunakan
mengkompensasi chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai
RMSE menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model
diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama
dengan 0,08 merupakan indexs untuk dapat diterimanya model, yang
menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degress of
freedom.
3 GFI – GOODNESS OF FIT INDEXS
GFI adalah analog dari R2 dalam regresi berganda. Indexs
kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam
matriks kovarians sampel yang dijelaskan kovarians matriks populasi
yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non statistical yang
mempunyai rentang nilai antar 0 ( poor fit ) sampai dengan 1,00 (
perfect fit ). Nilai tertinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “
4 AGFI – ADJUST GOODNESS OF FIT INDEKS
AGFI = GFI/df tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah
bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,09
GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi
tertimbang dari varians dalam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai
sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik ( good
overall model fit ). Sedangkan besaran nilai antara 0,90 – 0,95
menunjukkan tingkatan cukup ( adequate fit ) ( Huliand et al, 1996 ).
5 CMIN – DF
Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah
model. Dalam hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistik chi-square,
X2 dibagi DF nya sehingga disebut X2 relatif. Nilai X2 relatif kurang
dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit
antara model dan data. Nilai X2 relatif yang tinggi menandakan adanya
perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diestimasi
dan diobservasi.
6 TLI – TUCKER LEWIS INDEKS
TLI adalah sebuah alternatif yang membandingkan model yang
diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan
sebagai acuan untuk diterimannya sebuah model adalah penerimaan >
7 CFI – COMPARATIF FIT INDEKS
Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, semakin
mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( a very
good fit ). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95.
Keunggulan indeks ini besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran
sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan
sebuah model. Indeks CFI identik dengan Relatif Non Certrality Indeks
( RNI ) yang diperoleh dari rumus berikut ini :
CFI = RNI = 1 – C - d
Cb – db
Dimana C adalah diskrepansi dari model yang dievaluasi dan d
adalah degress of fredomnya, sementara Cb dan db adalah
diskrepansi dan degress of freedom dari baseline model yang
dijadikan pembanding. Dengan demikian indeks – indeks dapat
digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model adalah seperti
Table I. Goodness of Fit Indices
Goodness Of
Indeks Keterangan Cut-of Value
X2-Chi-Square
Menguji apakah covarians populasi yang
diestimasi sama dengan covarians sample
(apakah model sesuai dengan data )
Diharapkan, 1 s/d 5
atau paling baik
diantara 1 dan 2
Probability
Uji signifikan terhadap perbedaan matrix
covariance data dan matrix covariance yang
diestimasi
Minimal 0,1 atau 0,2
atau > 0,05
RMSE Mengkompensasi kelemahan Chi-Square
pada sampel besar < 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians
dalam matrix sampel yang dijelaskan oleh
matrix covarians populasi yang diestimasi (
analog dalam R2 dalam regresi ).
> 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF > 0,90
CMIN/DF Kesesuaian antara data dan model < 2,00
TLI Perbandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model. > 0,95
CFI
Uji kelayakan model yang tidak sensitif
terhadap besarnya sampel dan kerumitan
model.
> 0,94
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Hemaviton diawali dengan cita-cita menjadi perintis suplemen
kesehatan berbasis multivitamin buatan bangsa Indonesia dengan harapan
dapat membantu mewujudkan kesehatan masyarakat yang lebih baik dan masa
depan yang cerah. Sejarah hemaviton Range dimulai pada tahun 1977 dengan
diluncurkannya hemaviton, suplemen dengan komposisi lengkap vitamin dan
mineral untuk meningkatkan stamina bagi pria dan wanita.
Seiring perjalanan waktu, hemaviton senantiasa berusaha untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, dengan cara menyempurnakan
komposisi produk dan juga dengan berinovasi untuk mengembangkan produk
yang menawarkan benefit baru sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Maka
pada tahun 1996, diluncurkankah line extension baru, yaitu hemaviton Action,
multivitamin bagi pria dan wanita dengan formulasi khusus untuk membantu
memberikan tenaga dan kesegaran.
Khusus untuk konsumen wanita yang sangat memperhatikan
kesehatan dan penampilannya, pada tahun 1997 hemaviton memperluas
formula antioksidan untuk meredam radikal bebas yang dapat merusak
jaringan kulit. Pada tahun yang sama, hemaviton juga meluncurkan hemaviton
Energy Drink, minuman penambah energi dalam bentuk ready-to-drink.
Untuk konsumen yang menyukai minuman penambah stamina
dengan bentuk yang praktis, maka mulai tahun 2001 diluncurkanlah
hemaviton Jreng, suplemen kesehatan untuk membantu menjaga stamina dan
untuk kesegaran tubuh berbentuk serbuk dalam sachet. Selanjutnya, pada
tahun 2004 formulasi hemaviton semakin disempurnakan dengan
diluncurkannya hemaviton Stamina Plus, multivitamin untuk menjaga stamina
dan juga daya konsentrasi. Produk terbaru dalam range hemaviton adalah
hemaviton C1000 yang diluncurkan pada tahun 2007, minuman kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan vitamin C pria dan wanita aktif dengan pilihan
bentuk serbuk dan ready-to-drink dalam botol.
Untuk senantiasa menjaga kualitas, semua produk hemaviton telah
didaftarkan ke Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan) dan diproduksi
di fasilitas dengan teknologi tinggi yang memenuhi standar regulasi CPOB
(Cara Pembuatan Obat yang Baik) dari Badan POM (Pengawasan Obat dan
Hemaviton sangat bersyukur karena masyarakat Indonesia
menyambut produk-produknya dengan positif. Hal ini dibuktikan dengan
dengan diterimanya berbagai penghargaan nasionel seperti Indonesia
Customer Satisfaction Award (ICSA) dari tahun 2001-2007, Indonesian Best
Brand Award (IBBA) pada tahun 2003-2006, 2008 dan Top Brand Award
tahun 2000-2008. Berbagai penghargaan yang diterima tersebut tidak
membuat hemaviton terlena. Hal ini justru menjadi pemacu semangat dan
sumber inspirasi untuk senantiasa menjaga kualitas dan berinovasi agar
kepuasan konsumen yang telah diraih dapat terjaga.
Dengan demikian, hemaviton dapat terus melanjutkan karyanya untuk
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Gambaran Umum Keadaan Responden
Responden dalam penelitian ini adalah konsumen produk suplemen
hemaviton yang berdomisili di wilayah Sidoarjo.
1. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 100 orang
responden dapat diperoleh gambaran responden dalam penelitian ini yang
dikelompokkan berdasar jenis kelaminnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
1 Laki – laki 77 77
2 Perempuan 23 23
Total 100 100 Sumber : Hasil penyebaran kuesioner
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini mempunyai jenis kelamin laki-laki yang
ditunjukkan dengan jumlah sebanyak 77 orang atau sebesar 77%,
sedangkan sisanya adalah responden yang berjenis kelamin perempuan
dengan jumlah sebanyak 23 orang atau sebesar 23%.
2. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 100 orang
responden, diperoleh informasi mengenai karakteristik responden
Tabel 4.2.
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Prosentase (%) Sumber : Hasil penyebaran kuesioner
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden
dalam penelitian ini konsumen produk suplemen hemaviton yang
berdomisili di wilayah Sidoarjo yang berusia antara 26 sampai dengan 30
tahun sebanyak 27 orang atau sebesar 27%, kemudian yang berusia lebih
dari 31 tahun sebanyak 26 orang atau sebesar 26%, sedangkan yang berusia
17 sampai 20 tahun sebanyak 25 orang atau sebanyak 25%, dan yang
berusia antara 21 hingga 25 tahun hanya sebanyak 22 orang atau 22%.
3. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 100 orang
responden, diperoleh informasi mengenai karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3.
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)
1 Pegawai Negeri 23 23
2 Pegawai Swasta 26 26
3 Wiraswasta 34 34
4 Lain-lain 17 17
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam
penelitian ini adalah bekerja sebagai wiraswasta dengan jumlah yang
tercatat adalah sebanyak 34 orang atau sebesar 34%, sedangkan terbanyak
kedua adalah responden yang bekerja sebagai pegawai swasta yang
ditunjukkan dengan jumlah sebanyak 26 orang atau sebanyak 26%, dan
sisanya adalah responden yang bekerja sebagai pegawai negeri dengan
jumlah sebanyak 23 orang atau sebesar 23% dan responden yang memiliki
pekerjaan selain yang disebutkan diatas berjumlah 17 orang atau sebesar
17%
4.2.2. Deskripsi Variabel Harga (X1)
Harga merupakan pengorbanan riil materiil yang diberikan oleh
konsumen untuk memperoleh atau memiliki hemaviton. Berdasarkan hasil
penyebaran kuesioner yang diberikan kepada responden yang berjumlah 100
orang, diperoleh sebaran jawaban sebagai berikut :
Tabel 4.4.
Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Harga(X1)
Skor Jawaban No Pernyataan
1 2 3 4 5 Total
1 Harga produk hemaviton relative lebih murah jika dibandingkan dengan produk suplemen lainnya
0 2 30 56 12 100
2 Harga produk hemaviton yang ditawarkan sesuai dengan kualitas produknya
0 6 30 52 12 100
total 0 8 60 108 24
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (Lampiran 2)
Berdasarkan sebaran jawaban yang telah dijabarkan diatas dapat
menyatakan setuju terhadap pernyataan tentang harga yang diajukan, hal
tersebut dibuktikan dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban
pada skor 4 dengan total skor sebanyak 108 jawaban. Situasi ini semakin
mempertegas bahwa harga produk hemaviton relative lebih murah jika
dibandingkan dengan produk suplemen lainnya dan harga produk hemaviton
yang ditawarkan juga sesuai dengan kualitas produknya.
4.2.3. Deskripsi Variabel Merek (X2)
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol rancangan atau
kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi
barang atau jasa seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakan dari
produk pesaing. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan
kepada responden yang berjumlah 100 orang, diperoleh jawaban dan dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 4.5.
Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Merek(X2)
Skor Jawaban No Pertanyaan
1 2 3 4 5 Total
1 Merek produk hemaviton lebih mudha diingat dibanding produk suplemen lain oleh konsumen
0 1 35 53 11 100
2 Merek produk hemaviton mudah dibedakan dengan produk suplemen lain oleh konsumen
0 5 31 51 13 100
total 0 6 66 104 24
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (Lampiran 2)
Tabel diatas menunjukkan sebaran jawaban yang mengarah positif,
dimana sebagian besar responden menyatakan setuju dengan pernyataan yang