PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK KETERAMPILAN BERBICARA
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV SEMESTER GASAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Pungki Martinaningsih
NIM: 091134018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HALAMAN JUDUL
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK KETERAMPILAN BERBICARA
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV SEMESTER GASAL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Pungki Martinaningsih
NIM: 091134018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus atas segala limpahan berkat-Nya.
Bukan kepada kami, ya Tuhan, bukan kepada kami tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu.
(Mzm 115:1)
Kedua orang tuaku Petrus Bukirdi dan Cornelia Suminarti yang senantiasa mendoakan, memperhatikan dan mencukupi segala kebutuhanku
Kakakku Puri, adik-adikku Paul dan Pius yang menjadi motivasi bagiku
Kepada Dosen pembimbing yang selalu membantu dan memberi pengarahan
v
MOTTO
“Doa mampu mengubah segalanya”
“Kamu tidak pernah sendiri, syukuri setiap pekerjaan yang kamu
lakukan, kerjakan dengan senang hati, ada banyak orang setia
medukung dan mendampingi kamu”
“Setiap pilihan pasti ada banyak rintangan namun percaya dan
jangan khawatir pasti akan ada jalan”
“Tak perlu tunggu hebat untuk berani memulai apa yang yang kau
impikan”
viii
ABSTRAK
Martinaningsih, Pungki (2013): Pengembangan Bahan Ajar Yang Terintegrasi Dengan Pendidikan Karakter Untuk Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal. Skripsi. Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan prosedur pengembangan bahan ajar yang terintergrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SDN kelas IV semester gasal, (2) untuk mendeskripsikan hasil validasi kualitas produk yang dikembangkan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Prosedur penelitian dan pengembangan bahan ajar yang digunakan adalah modifikasi model pengembangan bahan ajar Jerold E. Kemp dan langkah-langkah penelitian R and D yang dikembangkan oleh Borg dan Gall yang meliputi 7
Hasil penelitian ini adalah bahan ajar bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan karakter yaitu karakter cerdas (sikap cermat, tepat dan cepat) dan menghargai (sikap mau mendengarkan orang lain) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk keterampilan berbicara kelas IV SD semester gasal. Bahan ajar yang dikembangkan mendapat kualitas baik dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD semester gasal berdasarkan validasi dari pakar pembelajaran Bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter, dua guru bahasa Indonesia kelas IV SD dan 10 siswa kelas IV SDN Banteng. Hal itu ditunjukkan dengan rerata produk yang memperoleh skor 4,072
dan termasuk kategori “baik” ditinjau dari aspek: (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) keterampilan berbahasa yaitu berbicara, (5) topik dan (6) metodologi.
ix
ABSTRACT
Martinaningsih, Pungki (2013). The Developing Of Instructional Materials Which Is Integrated With Character Education For Speaking Skill On Indonesian Language Subject in 4th Grade of Odd Semester of Primary School. Thesis. Yogyakarta. Primary School Teacher Education Program of Sanata Dharma University
This research aimed (1) to describes the procedure of the developing of instructional materials which is integrated with character education for speaking skill on Indonesian language subject in 4th grade of odd semester of primary school, (2) to describes validation result of the product’s quality of developed product.
This research used research and development methods. The procedure that is used was modified procedure between Jerold E. Kemp’s instructional materials development model and research & development method that is developed by Borg and Gall. The modified procedure was divided into 7 step, there were (1) potential and problem, (2) data collection, (3) product design (prototype), (4) validation of the design, (5) revision of the design, (6) the trial design, (7) revision of the design until the produce final product design of instructional material. Subjects in the trial design were 10 students of 4th grade in Banteng state-owned primary school that was done on Mei 2013.
The result of this research was an instructional materials which is integrated with character education include smart (do accurately, exactly, quickly) and appreciate (want to listening other people) characters for speaking skill on Indonesian language subject in 4th grade of odd semester of primary school. The developed instructional materials got good quality and proper to use in Indonesian learning in 4th grade of odd semester of primary school based on validation of an Indonesian learning teacher expert, an education characters expert, two fourth grade Indonesian teachers and 10 students of 4th grade of Banteng state-owned
primary school. It was showed by the value of the product’s average that got score 4,072 and this product belong to “good” category, concerned from some aspect such as (1) objectives and approach, (2) design and the arrangement, (3) contents, (4) Indonesia language skill that is speaking skill, (5) topic and (6) methodology.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat serta kasih
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Yang Terintegrasi Dengan Pendidikan Ka rakter Untuk Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Karena itu, dengan segala kerendahan
hati, penulis pada kesempatan ini ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A, selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si, selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas
bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama proses
penyusunan skripsi ini.
4. Galih Kusumo, S.Pd, M.Pd, selaku dosen pembimbing II, yang telah
mengarahkan saya selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd dan Rusmawan, S.Pd, M.Pd,, selaku
validator yang telah memberikan saran untuk perbaikan kualitas produk
yang dikembangkan.
6. Theresia Suntari, S.Pd.SD selaku kepala sekolah SDN Banteng yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
7. Ibnu Masruri, S.Pd dan L. Agung Purwoko, S.Pd selaku guru bahasa
Indonesia kelas IV yang telah memberikan masukan dan saran sehingga
penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik.
8. Siswa kelas IV SDN Banteng tahun ajaran 2012/2013 yang telah
mendukung pelaksanaan penelitian.
9. Para dosen PGSD, yang selalu mendampingi serta mendidik penulis selama
xi
10. Sekretariat PGSD, yang telah ramah dalam memberikan informasi dan
kemudahan dalam berbagai urusan administrasi sehingga penulis tidak
menghadapi rintangan yang berarti.
11. Orangtuaku Petrus Bukirdi dan Cornelia Suminarti, yang selalu memberikan
dukungan, doa maupun dukungan secara materiil demi terselesaikannya
skripsi ini.
12. Saudara-saudaraku, Puri, Paul dan Pius yang menjadi motivasiku untuk
menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas pengertian dan dukungannya.
13. Sahabat-sahabatku “nepo plus”: Yoyo, Sambat, Gita, Broto, Juminten. 14. Teman-teman seperjuangan: Yoyo, Ricka, Deny, Jani, Reta, Domi, Windy,
Wulan, Fr. Gorius, Intan yang selalu memberikan semangat dan keceriaan
serta selalu memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman-teman PGSD’09 kelas B yang selalu memberi warna dan tawa selama perkulihan yang membuat kehidupan kuliah menjadi lebih
bermakna.
Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
berguna bagi banyak pihak. Penulis menyadari karya ini masih banyak
kekurangan, untuk itu saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
1.6.1 Karakter yang Dikembangkan ... 7
1.6.2 Komponen Bahan Ajar ... 8
2.1.1.1Pengertian Pendidikan Karakter ... 10
xiii
2.1.1.3Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 12
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 17
2.1.2.1Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 17
2.1.2.2Keterampilan Berbicara ... 17
2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter ... 19
2.1.4 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 21
2.1.4.1Identifikasi Masalah Pembelajaran ... 21
2.1.4.2Analisis Siswa ... 21
2.1.4.3Analisis Tugas ... 22
2.1.4.4Merumuskan Indikator ... 22
2.1.4.5Penyusunan Instrumen Evaluasi ... 22
2.1.4.6Strategi Pembelajaran ... 22
2.1.4.7Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran ... 23
2.1.4.8Pelayanan Pendukung ... 23
2.1.4.9Evaluasi Formatif ... 23
2.1.4.10Evaluasi Sumatif ... 23
2.1.4.11Revisi Perangkat Pembelajaran ... 23
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1 Hasil Penelitan ... 39
4.1.1 Data Analisis Kebutuhan ... 39
4.1.2 Deskripsi Produk Awal (Prototipe) ... 39
4.1.2.1 Silabus dan RPP ... 40
4.1.3.1Data Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 45
4.1.3.2Data Validasi Pakar Pendidikan Karakter ... 47
4.1.3.3Data Validasi Guru Bahasa Indonesia SD Kelas IV ... 49
4.1.3.4Data Validasi Lapangan dan Revisi Produk ... 51
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Konversi Nilai Skala Lima ... 36
Tabel 2. Hasil Konversi Nilai Skala Lima ... 38
Tabel 3. Komentar Pakar Pembelajaran Bahasa Inonesia dan Revisinya ... 45
Tabel 4. Komentar Pakar Pendidikan Karakter dan Revisinya ... 47
Tabel 5. Komentar Guru Bahasa Indonesia Kelas IV SD ... 50
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Pengembangan Perangkat Model Kemp ... 24
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 68
Lampiran 2. Surat Izin Wawancara ... 69
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Survei Kebutuhan ... 70
Lampiran 4. Hasil Wawancara ... 71
Lampiran 5. Silabus ... 72
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 74
Lampiran 7. Instrumen Validasi Pakar dan Guru Bahasa Indonesia ... 91
Lampiran 8. Hasil Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 95
Lampiran 9. Hasil Validasi Pakar Pendidikan Karakter ... 99
Lampiran 10. Hasil Validasi Guru Bahasa Indonesia ... 103
Lampiran 11. Instrumen Validasi Lapangan ... 111
Lampiran 12. Hasil Validasi Lapangan... 113
Lampiran 13. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia... 123
Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Pendidikan Karakter ... 125
Lampiran 15. Rekapitulasi Hasil Validasi Guru Bahasa Indonesia ... 127
Lampiran 16 Rekapitulasi Hasil Validasi Lapangan ... 131
Lampiran 17. Resume Hasil Validasi Pakar dan Guru Bahasa Indonesia... 141
Lampiran 18. Resume Hasil Validasi Lapangan ... 141
Lampiran 19. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 142
Lampiran 20. Foto Validasi Lapangan di SDN Banteng ... 143
1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3)
tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah, serta (6) spesifikasi
produk yang dikembangkan.
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3
Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Lebih
lanjut, Kemendiknas telah mencanangkan gerakan nasional berupa pendidikan
karakter (2010-2025) melalui keputusan pemerintah Republik Indonesia oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Mei tahun 2010 tentang
gerakan nasional pendidikan karakter (Suyadi, 2013: 2). Hal ini menunjukkan
bahwa pendidikan perlu disertai dengan pembentukkan karakter yang selanjutnya
akan membentuk kepribadian dan identitas bangsa. Pembentukan karakter
sebaiknya dilakukan sejak usia dini agar karakter tersebut kuat tertanam dalam
diri anak-anak hingga dewasa. Seperti pepatah “belajar ketika masih kecil ibarat mengukir di atas batu sedangkan belajar ketika sudah dewasa seperti mengukir di
atas air”. Oleh karena itu, pendidikan di sekolah dasar menjadi jenjang yang pas dalam membentuk karakter seseorang. Salah satu cara menanamkan karakter
adalah melalui aktivitas pembelajaran yang ada di sekolah. Karakter tersebut
dapat diintegrasikan melalui aktivitas pembelajaran pada suatu mata pelajaran.
Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran pokok yang termuat
dalam kurikulum pendidikan nasional mulai dari tingkat SD hingga SMA.
Materi Bahasa Indonesia mengandung 4 keterampilan pokok yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut selalu
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan karakter dapat mudah
dikuasai melalui pembelajaran Bahasa Indonesia karena dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia terdapat 4 keterampilan pokok yang dapat mencerminkan
karakter seseoarang. Pranowo mengungkapkan bahwa bahasa merupakan
cerminan kepribadian seseorang yang nampak dari ungkapan pikiran atau
perasaannya melalui tidak bahasa baik verbal maupun nonverbal (2009: 3).
Dari keempat keterampilan bahasa tersebut, berbicara menjadi satu
kemampuan berbahasa yang sering dan hampir digunakan oleh semua orang
untuk berkomunikasi. Seperti diungkapkan oleh Elizabeth B. Hurlock (1978: 180)
komunikasi dapat dilaksanakan dengan setiap bentuk bahasa seperti isyarat,
ungkapan emosional, bicara atau bahasa tulisan, tetapi komunikasi yang paling
umum dan paling efektif dilakukan dengan bicara. Komunikasi terjadi karena ada
interaksi dua arah antara pembicara dan pendengar. Dalam berkomunikasi,
berbicara merupakan suatu keharusan dan modal yang mampu menunjukkan
karakter diri. Berbicara dapat menunjukkan karakter seseorang melalui cara ia
berbicara atau mendengar apa yang sedang ia bicarakan. Untuk itu, seseorang
yang berkomunikasi harus pandai berbicara, ia harus bisa berbicara secara cermat
dan tepat dalam menggunakan bahasa agar informasi yang disampaikan dapat
dimengerti dengan jelas serta dibutuhkan sikap menghargai untuk mampu
karena pisau, luka di hati karena kata” yang artinya artinya berhati-hatilah dalam berkata-kata, karena dapat melukai perasaan orang lain. Selain berhati-hati dalam
berkata, seseorang juga harus mau mendengarkan orang lain yang sedang
berbicara agar tidak melukai perasaan orang lain. Berbicara sebagai salah satu
keterampilan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan, tentu
seorang guru membutuhkan bahan ajar dalam prakteknya.
Bahan ajar menjadi perangkat pembelajaran yang wajib ada dalam sebuah
aktivitas belajar. Sukmadinata (2009: 3) menyebutkan bahwa bahan ajar menjadi
salah satu komponen utama kurikulum. Bahan ajar digunakan oleh guru dan siswa
sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Tidak hanya sebatas pengetahuan
namun bahan ajar yang digunakan harus bisa mengakomodasi pembelajaran yang
menanamkan nilai-nilai, sikap serta perilaku karena salah satu fungsi pendidikan
nasional adalah untuk membentuk karakter. Artinya bahwa aktivitas pembelajaran
harus melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, bahan
ajar yang digunakan sebaiknya memuat berbagai aktivitas belajar yang mampu
mengintegrasikan berbagai karakter dan berfokus pada siswa.
Pada 6 Desember 2012, peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas
IV SDN Banteng terkait dengan pendidikan karakter dan bahan ajar Bahasa
Indonesia. Guru memahami pendidikan karakter anak sebagai pendidikan yang
membentuk karakter. Guru berpendapat bahwa pendidikan karakter perlu
dikembangkan untuk mendasari anak membentuk kepribadian bangsa. Guru
mengatakan bahwa karakter-karakter untuk membentuk kepribadian bangsa
tersebut sudah dimiliki oleh leluhur kita sesuai jiwa Pancasila yang menurut guru
Guru memberi contoh seorang siswa yang seringkali tidak memperhatikan atau
berbicara dengan teman lain ketika guru sedang mengajar. Menurut guru,
beberapa karakter sudah tersirat dalam tujuan pembelajaran. Guru sudah berusaha
mengembangkan materi ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.
Namun, guru masih tetap membutuhkan adanya bahan ajar Bahasa Indonesia
yang terintergrasi dengan pendidikan karakter yang sudah jadi dan siap pakai
seperti buku paket.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas maka peneliti ingin menyusun
bahan yang terintegrasi dengan pendidikan karakter yaitu karakter cerdas yang
meliputi sikap cermat, tepat dan cepat serta karakter menghargai yaitu sikap mau
mendengarkan orang lain untuk keterampilan berbicara pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas IV semester gasal. Bahan ajar yang akan dikembangkan
merupakan bahan ajar berbasis aktifitas siswa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan
pendidikan karakter untuk keterampilan berbicara pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal?
2. Bagaimana hasil validasi kualitas produk “Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Berbicara Pada Mata
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi
dengan pendidikan karakter untuk keterampilan berbicara pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
2. Untuk mendeskripsikan hasil validasi kualitas produk “Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Berbicara
Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal.”
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa
Penelitian ini memberikan pengalaman dan melatih mahasiswa dalam
mengembangkan sendiri bahan ajar terutama bahan ajar yang terintegrasi dengan
pendidikan karakter untuk keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia SD kelas IV semester gasal.
2. Bagi guru
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan oleh
guru sebagai bahan ajar yang terintergrasi dengan pendidikan karakter untuk
keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV
semester gasal. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan inspirasi guru untuk
mengembangkan sendiri bahan ajar yang terintergrasi dengan pendidikan karakter.
3. Bagi siswa
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan oleh
keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV
semester gasal.
4. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi SDN Banteng terkait
dengan penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R & D) dan
produk bahan ajar khususnya bahan ajar yang terintergrasi dengan pendidikan
karakter untuk keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD
kelas IV semester gasal.
5. Bagi Prodi PGSD
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi prodi PGSD Universitas
Sanata Dharma terkait dengan penelitian dan pengembangan (Research and
Development/ R & D) dan produk/bahan ajar khususnya bahan ajar yang
terintergrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan berbicara pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
1.5 Batasan Istilah
1. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada penelitian ini merupakan usaha sadar manusia
untuk membangun karakter dalam diri manusia yang melibatkan pengetahuan,
perasaan dan tindakan. Pada penelitian ini akan mengambil dua karakter pokok
dari 25 karakter yang akan dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional yaitu cerdas dan menghargai. Cerdas dalam penelitian ini
dan cepat. Menghargai dalam penelitian ini dimaknai sebagai sikap mau
mendengarkan orang lain yang sedang berbicara.
2. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap
kompetensi dasar (KD) yang terdiri dari unsur topik, SK, KD, indikator, tujuan
pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi, tindakan siswa, rangkuman
materi, penilaian, tindak lanjut, daftar kata penting, dan daftar pustaka.
3. Keterampilan Berbicara
Berbicara adalah keterampilan menyampaikan informasi melalui bahasa
lisan. Keterampilan berbicara pada penelitian ini terkait dengan kemampuan
seseorang melakukan komunikasi kepada orang lain dengan menyampaikan
informasi secara cermat, tepat dan cepat kepada orang lain.
1.6 Spesifikasi Produk
1.6.1 Karakter yang Dikembangkan dalam Bahan Ajar
Karakter yang dikembangkan dalam bahan ajar adalah karakter cerdas
yaitu sikap cermat, tepat dan cepat. Sikap cermat yang ditanamkan dalam bahan
ajar ini adalah teliti atau seksama dalam menyusun kata-kata membentuk kalimat
sehingga tidak menimbulkan tafsiran ganda, cermat dalam merangkai kalimat
secara runtut. Kaitannya dengan materi dalam bahan ajar yang dikembangkan
maka cermat dapat dipahami sebagai kecermatan dalam membaca sebuah denah.
Tepat artinya ketepatan dalam memilih kata (diksi) untuk menyatakan sesuatu
serta tepat dalam menyampaikan sebuah informasi. Kaitannya dengan materi
mendeskripsikan suatu tempat sesuai dengan denah. Cepat artinya dalam waktu
singkat. Kaitannya dengan materi dalam bahan ajar maka cepat dimaknai sebagai
kemampuan seseorang menjelaskan deskripsi suatu tempat dalam jangka waktu
tertentu yang sudah ditentukan.
1.6.2 Komponen Bahan Ajar
Produk yang akan dihasilkan layaknya buku paket mata pelajaran siswa
yang di dalamnya memuat unsur pokok meliputi uraian materi, kegiatan siswa,
pos tes, refleksi, dan tindakan siswa. Isi bahan ajar disusun mencakup dua
pertemuan dan masing-masing pertemuan terdiri dari beberapa bagian. Isi bahan
ajar untuk masing-masing pertemuan meliputi: halaman SKKD, indikator dan
tujuan pembelajaran, halaman apersepsi, halaman uraian materi, halaman kegiatan
siswa, halaman pos tes, halaman refleksi, halaman tindakan siswa. Isi bahan ajar
dilengkapi dengan halaman rangkuman materi, halaman soal evaluasi, halaman
kunci jawaban, halaman pedoman penilaian dan pedoman penilaian akhir,
halaman glosarium dan halaman daftar pustaka setelah semua materi untuk
pertemuan pertama dan kedua selesai diuraikan. Bahan ajar diberi sampul depan
dan belakang.
1.6.3 Rumusan Indikator
Indikator dikembangkan dalam tiga ranah kemampuan yaitu kognitif,
afektif (karakter) dan psikomotorik sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (SKKD). Rumusan tujuan pembelajaran meliputi unsur ABCD
1.6.4 Bahan Ajar Berbasis Aktifitas Siswa
Produk yang akan dihasilkan berisi kegiatan siswa yang dapat
mengakomodasi siswa menanamkan nilai karakter dan membuat siswa belajar
secara mandiri. Semua siswa diberi kesempatan untuk berbicara melalui aktivitas
yang sudah dirancang. Pembelajaran menggunakan pembelajaran kontektual
melalui bermacam-macam metode, antaralain: ceramah, tanya-jawab, diskusi,
pengamatan dan demonstrasi. Kegiatan inti terdiri dari kegiatan eksplorasi,
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini diuraikan (1) kajian teori, (2) penelitian yang relevan, (3)
kerangka berpikir dan (4) pertanyaan penelitian.
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pendidikan Karakter
2.1.1.1Pengertian pendidikan karakter
Pendidikan menurut UU No. 2 tahun 2003 adalah upaya sadar dan
terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar
tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggungjawab, kreatif,
berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia (Suyadi, 2013: 4). Berdasarkan
uraian diatas, penulis memaknai pendidikan sebagai usaha sadar manusia untuk
memanusiakan diri dan kehidupannya.
Helen G. Douglas dalam Samani mengungkapkan bahwa “Character isn’t inherited. One builds its daily by the way one thinks and acts, thought, action by
action”. Artinya karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara bersinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi
pikiran, tindakan demi tindakan (Samani, 2013: 41). Pusat Bahasa Depdiknas
mengartikan karakter sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain (Suyadi, 2013: 5). Suyanto dalam
tulisan bertajuk Urgensi Pendidikan Karakter mendefinisikan karakter sebagai
cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
merupakan ciri khas individu yang membedakan seseorang dengan orang lain
yang dibangun melalui pikiran dan perbuatan/ perilaku/tindakan.
Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta
didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati,
pikir, raga serta rasa dan karsa (Samani, 2012: 45). Menurut Lickona pendidikan
karakter mencakup tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan, mencintai
kebaikan dan melakukan kebaikan (Suyadi, 2013: 6). Sementara Fakry Gaffar
mengungkapkan bahwa dalam pendidikan karakter terdapat tiga ide pikiran
penting, yaitu proses transformasi, ditumbuhkembangkan dalam kepribadian dan
menjadi satu dalam perilaku (Kesuma, 2011: 5). Dari ketiga teori diatas,
mengandung makna bahwa pendidikan karakter dalam prosesnya melibatkan
pengetahuan (pikir, mengetahui kebaikan, proses transformasi), perasaan (hati,
rasa, mencintai kebaikan, ditumbuhkembangkan dalam kepribadian) dan tindakan
(karsa, melakukan kebaikan, menjadi satu dalam perilaku).
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, penulis menyimpulkan bahwa
pendidikan karakter adalah usaha sadar manusia untuk memanusiakan diri dan
kehidupannya dengan membangun karakter dalam diri manusia yang melibatkan
pengetahuan, perasaan dan tindakan dalam perilaku sehari-hari.
2.1.1.2Tujuan pendidikan karakter
Samani (2012: 45) mengungkapkan tujuan pendidikan karakter adalah
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati. Kesuma, dkk (2011: 9), menjelaskan bahwa
mengembangkan nilai–nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai–nilai yang dikembangkan. Narwanti (2011: 17) menyimpulkan bahwa melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan mengggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi nilai-nilai karakter sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari.
Berdasarkan uraian tujuan pendidikan di atas maka penulis meyimpulkan
bahwa tujuan pendidikan karakter adalah menanamkan nilai-nilai kebaikan
kepada peserta didik sehingga menjadikan mereka individu yang berkarakter dan
mewujudkannya nilai-nilai tersebut dalam perilaku sehari-hari.
2.1.1.3Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada
satuan pendidikan maka Kemendiknas (2011) telah mengidentifikasi 25 nilai
karaker yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan
nasional, yaitu: (1) kereligiusan (2) kejujuran (3) kecerdasan (4) tanggung jawab
(5) kebersihan dan kesehatan (6) kedisiplinan (7) tolong menolong (8) berpikir
logis, kritis, kreatif dan inovatif (9) kesantunan (10) ketangguhan (11)
kedemokratisan (12) kemandirian (13) keberanian mengambil resiko (14)
berorientasi pada tindakan (15) berjiwa kepemimpinan (16) kerja keras (17)
percaya diri (18) keingintahuan (19) cinta ilmu (20) kesadaran akan hak dan
kewajiban diri dan oran lain (21) kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial (22)
menghargai karya dan prestasi orang lain (23) kepedulian terhadap lingkungan
menyebutkan nilai-nilai karakter menjadi 30 butir karakter diantaranya (1) adil (2)
amanah (3) pengampunan (4) antisipatif (5) arif (6) baik sangka (7) kebajikan (8)
keberanian (9) kebijaksanaan, (10) cekatan (11) cerdas (12) cerdik (13) cermat
(14) pendaya guna (15) demokratis (16) dermawan (17) dinamis (18) disiplin (19)
efisien (20) empan papan (21) empati (22) fair play (23) gigih (24) gotong
royong,(25) hemat (26) hormat (27) ikhlas (28) inisiatif (29) inovatif dan (30)
kejujuran.
Semua karakter di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa kategori.
Menurut Koesoema (2011: 124), nilai-nilai karakter dapat berupa nilai yang
bersifat individual personal maupun yang lebih sosial. Pada penelitian ini, peneliti
mengembangkan bahan ajar yang terintegrasi dengan karakter cerdas dan
menghargai. Karakter cerdas merupakan nilai karakter yang berhubungan dengan
diri sendiri dan karakter menghargai merupakan nilai karakter yang berhubungan
dengan sesama.
1) Cerdas
Menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (Tim Reality, 2008: 171)
cerdas adalah tajam pikiran, sempurna akal dan pikirannya (mudah mengerti dan
memahami). Cerdas merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu
tugas secara cermat, tepat, dan cepat (Kemendiknas: 2011). Sementara dalam
Grand Design Pendidikan Karakter dijelaskan bahwa cerdas merupakan
kemampuan berpikir secara cermat dan tepat, bertindak dengan penuh perhitungan
(Samani, 2012: 51). Hidayatullah (2010: 81) mendefinisikan cerdas adalah pintar
dan cerdik, cepat tanggap dalam menghadapi masalah, cepat mengerti jika
penulis mengartikan cerdas sebagai kemampuan berpikir dan bertindak secara
cermat, tepat dan cepat.
Menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (Tim Reality, 2008: 172)
cermat adalah seksama, teliti, berhati-hati dalam mengerjakan sesuatu.
Kecermatan merupakan salah satu indikator kalimat efektif. Yang dimaksud
cermat dalam kalimat efektif adalah kalimat yang tidak menimbulkan tafsiran
ganda dan tepat dalam pemilihan kata (Zaenal Arifin dan Amran Tasai, 1985 :
120).
Menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (Tim Reality, 2008: 629) tepat
adalah betul atau lurus arahnya (jurusannya), kena benar pada sasaran, tidak ada
selisih sedikitpun persis, jitu. Tepat dalam Bahasa Indonesia meliputi pemilihan
kata (diksi). Diksi maksudnya kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat
apa yang ingin disampaikan baik lisan maupun tulisan (Arifin, Zaenal dan Amran
Tasai, 1985 : 150). Menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (Tim Reality,
2008:169) cepat adalah dalam waktu singkat, lekas.
Dari berbagai referensi diatas maka disimpulkan karakter cerdas yang
ingin dikembangkan adalah kemampuan seseorang mengerjakan tugas cara
cermat, tepat dan cepat. Sikap cermat yang ditanamkan dalam bahan ajar ini
adalah teliti atau seksama dalam menyusun kata-kata membentuk kalimat
sehingga tidak menimbulkan tafsiran ganda, cermat dalam merangkai kalimat
secara runtutKaitannya dengan materi dalam bahan ajar yang dikembangkan maka
cermat dapat dipahami sebagai kecermatan dalam membaca sebuah denah. Tepat
dalam menyampaikan sebuah informasi. Kaitannya dengan materi dalam bahan
ajar yang dikembangkan maka tepat dapat diartikan tepat dalam mendeskripsikan
suatu tempat sesuai dengan denah. Cepat artinya dalam waktu singkat. Kaitannya
dengan materi dalam bahan ajar maka cepat dimaknai sebagai kemampuan
seseorang menjelaskan deskripsi suatu tempat dalam jangka waktu tertentu yang
sudah ditentukan.
2) Menghargai
Menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (Tim Reaality, 2008:278)
menghargai adalah menentukan harga, memberi harga pada sebuah barang,
menaksir harganya, menghormati, mengindahkan, menilai penting, dan
memandang sangat sempurna. Dalam Six Pillar of Charater Education sebuah
lembaga swasta yang menangani pendidikan karakter di Amerika serikat
menguraikan beberapa perilaku yang menunjukkan sikap menghargai atau
menghormati (respect) (Samani,2012:55) sebagai berikut:
1. Perlakukanlah orang lain seperti halnya engkau ingin diperlakukan.
2. Jadilah orang yang beradap dan sopan.
3. Dengarkanlah apa yang dikatakan oleh orang lain.
4. Jangan menghina orang atau memperolok-olokkan atau memanggil orang
dengan julukkannya.
5. Jangan pernah mengancam atau mamalak orang lain.
6. Jangan menilai orang sebelum engkau mengenalnya dengan baik.
Salah satu uraian di atas menunjukkan bahwa mendengarkan apa yang
dikatakan orang lain merupakan perilaku yang mencerminkan sikap menghargai.
dapat diartikan sebagai suatu sikap mau mendengarkan orang lain. Sementara
Furqon (2010: 84) mendefinisikan penuh perhatian sebagai sikap menunjukkan
penghargaan terhadap seseorang dengan jalan memberikan perhatian penuh
terhadap apa yang dikatakannya. Definisi tersebut menunjukkan bahwa sikap
menghargai dapat dilakukan dengan jalan memberikan perhatian penuh terhadap
apa yang dikatakan orang lain. Oleh karena itu penulis menarik kesimpulan bahwa
sikap mendengarkan orang lain yang sedang berbicara dapat digunakan sebagai
indikator sikap menghargai. Berikut ini indikator orang yang aktif sebagai
pendengar. (Riyanto, dkk., 2012: 158):
1. Memberikan perhatian penuh kepada si pembicara.
2. Menatap atau memandang si pembcara.
3. Terbuka dan bersikap empatik.
4. Menciptakan suasana yang nyaman sebagai pendengar.
5. Mencoba untuk mengerti tujuan atau maksud si pembicra
6. Mencoba untuk memilah-milah mana opini dan mana yang merupakan fakta.
7. Menilai dan mempertimbangkan, tidak segera menarik suatu kesimpulan.
8. Melenyapkan lamunan atau angan-angan kosong ketika menjadi pendengar.
9. Mendengarkan sungguh-sungguh sebelum mencoba untuk menanggapi si
pembicara.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD 2.1.2.1Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar berbahasa
kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa (Santosa, dkk.,
2009: 5.18). Pembelajaran bahasa di SD harus difokuskan pada kemampuan siswa
memahami dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan
sehari-hari (Santosa, dkk., 2009: 6.1). Pembelajaran bahasa di SD mempunyai
peranan yang sangat penting dalam membentuk kebiasaan, sikap serta
kemampuan dasar yang diperlukan siswa untuk perkembangan selanjutnya.
Pengajaran di SD bukan saja untuk berkomunikasi melainkan juga untuk
menyerap berbagai nilai serta pengetahuan yang dipelajarinya (Akhadiah, dkk.,
1991: 11).
Berdasarkan KTSP (2008: 317) ruang lingkup mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Standar kompetensi dan
kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi
pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian (KTSP, 2008: 330).
2.1.2.2Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek kemampuan
berbahasa dalam ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia (Depdiknas:
kompetensi yang harus dicapai dalam ruang lingkup kurikulum KTSP. Berbicara
merupakan bahasa lisan yang seringkali dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Hurlock menjelaskan bahwa bicara adalah bentuk bahasa yang
menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan
maksud (Hurlock, 1978: 178). Berbicara menurut Tarigan (2008: 16) adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-katauntuk
mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Tarigan bahwa berbicara adalah suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Dari pernyataan di
atas tersirat bahwa berbicara juga melibatkan seorang pembicara karena dalam
berbicara ada orang lain sebagai pendengar atau penyimak sehingga dapat
dipahami bahwa berbicara akan menciptakan suatu komunikasi.
Senada dengan Greene dan Petty dalam Tarigan mengungkapkan bahwa
keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif
banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif (Tarigan,
2008: 3-4). Darmastuti (2006: 2) mengungkapkan komunikasi adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (pembicara/ komunikator)
kepada orang lain (pendengar/ penyimak/ komunikan). Eugene Ehrlich dalam
1. Kontak mata. Kontak mata adalah kontak yang terjadi antara mata seorang
komunikator dengan mata seorang komunikan ketika mereka melakukan
tindak komunikasi.
2. Berbicara agak keras agar cukup terdengar. Volume suara komunikator harus
terdengar oleh semua komunikan sehingga komunikan dapat mendengar
pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator.
3. Jangan terlalu cepat. Gunakan kecepatan rata-rata supaya setiap orang
(komunikan) mampu untuk menerima dan memahami pesan apa yang
pembicara (komunikator) sampaikan.
4. Ucapkan setiap kata dengan jelas. Setiap kata yang keluar dari mulut harus
menghasilkan kata-kata yang jelas.
5. Hilangkan kebiasaan latah. Kebiasaan latah akan mengurangi rasa percaya
pendengar terhadap pembicara. Kredibilitas pembicara akan menjadi turun.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif maka pembicara harus memahami makna
segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan (Taringan, 2008: 16). Kegiatan
berbicara diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan
disampaikan kepada penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau
memahami isi pesan itu. Pesan adalah apa yang diinformasikan atau informasi apa
yang disampaikan dalam proses komunikasi (Darmastuti, 2006: 1).
2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pend. Karakter
Bahan ajar menjadi salah satu sarana yang digunakan untuk mendukung
Based Training dalam Prastowo (2012: 16) mendefinisikan bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Pannen dalam Prastowo (2012: 17)
mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang
disusun secara sistematis, yang digunakan untuk guru dan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Sementara Prastowo (2012: 28) berpendapat bahwa bahan
ajar merupakan sebuah susunan atas bahan-bahan yang berhasil dikumpulkan dan
berasal dari berbagai sumber belajar yang dibuat secara sistematis. Berdasarkan
beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang tersususn
sistematis dan digunakan untuk membantu guru dalam proses pembelajaran.
Bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter merupakan
serangkaian materi ajar yang mengkonstruksi dan menumbuhkan nilai-nilai atau
karakter dengan topik atau sub-topik tertentu. Bahan ajar tersebut memungkinkan
peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan
menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai dengan nilai yang diharapkan.
Sejalan dengan pemikiran Hasan, dkk. (2009: 13) bahwa nilai-nilai karakter tidak
diajarkan tetapi dikembangkan, hal ini mengandung makna bahwa materi
nilai-nilai karakter bukanlah bahan ajar biasa. Artinya, nilai-nilai-nilai-nilai itu tidak dijadikan
pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu
konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa
Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan, seni,
dan ketrampilan). Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu mengintegrasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan Rencana Program
Pembelajaran (RPP) yang sudah ada (Hasan, dkk., 2010: 11).
Pengembangan bahan ajar pada penelitian ini dikembangkan dengan
mengintergrasikan karakter cerdas (cermat, tepat dan cepat) dan karakter
menghargai (mau mendengarkan orang lain yang sedang berbicara) yang
ditanamkan melalui berbagai aktifitas belajar.
2.4.1 Model Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bagian dari pembelajaran. Joyce & Weil
berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran (bahan ajar) dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2011: 133). Kemp dalam Trianto
(2009: 180-186) memaparkan bahwa dalam mengembangkan suatu bahan ajar
diperlukan beberapa tahap, yaitu:
2.1.4.1 Identifikasi Masalah Pembelajaran
Tujuan dari tahap ini adalah mengidentifikasi adanya kesenjangan antara
tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan
baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang
digunakan guru untuk mencapai pembelajaran.
2.1.4.2Analisis Siswa
Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan
maupun kelompok. Analisis ini dapat dijadikan gambaran untuk menyiapkan
perangkat pembelajaran.
2.1.4.3Analisis Tugas
Menurut Kemp dalam Triyanto (2009: 181), analisis tugas adalah
kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pelajaran. Analisis tugas
meliputi:analisis isi pelajaran, konsep, pemrosesan informasi yang digunakan
untuk memudahkan pemahaman atau penguasaan tentang tugas – tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pembelajaran
(RP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
2.1.4.4Merumuskan Indikator
Perumusan indikator didasarkan pada analisis pembelajaran dan
identifikasi tingkah laku awal siswa, tentang pernyataan – pernyataan apa yang dilakukan siswa setelah selesai melakuakan pembelajaran. indikator dirumuskan
berfungsi sebagai: (a) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran; (b) kerangka
kerja dalam merencanakan cara mengevaluasi hasil belajar siswa; dan (c) panduan
siswa dalam belajar.
2.1.4.5Penyusunan Instrumen Evaluasi
Penyusunan tes hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur
ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan siswa setelah berlangsungnya
proses pembelajaran yang didasarkan pada jumlah soal yang dijawab benar.
2.1.4.6Strategi Pembelajaran
Pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi belajar mengajar yang sesuai
dengan tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan model, pendekatan, metode dan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan format meliputi materi ajar,
lembar kerja siswa (LKS), rencana pelajaran dan evaluasi.
2.1.4.7Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran
Pemilihan media dan sumber pembelajaran berdasarkan hasil analisis
tujuan, karakteristik siswa, dan tugas seperti telah diuraikan sebelumnya, maka
memilih alat dan bahan disesuaikan dengan tuntutan tujuan pembelajaran yang
terdapat rencana pelajaran dan lembar kerja siswa.
2.1.4.8Pelayanan Pendukung
Pelayanan pendukung tidak berhubungan langsung dengan substansi
pengembangan perangkat namun sangat menentukan keberhasilan pengembangan
perangkat. Pengembangan perangkat membutuhkan anggaran atau dana, fasilitas,
bahan, perlengkapan, pelayanan tenaga kerja, penyelesaian tahap perencanaan dan
pengembangan.
2.1.4.9Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif merupakan bagian penting dari proses perancangan
pembelajaran dan berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengajar atau tim
pengembang seberapa baik program telah berfungsi dalam mencapai berbagai
sasaran. Penilaian ini berguna untuk menentukan kelemahan dalam perencanaan
pengajaran sehingga berbagai kekurangan dapat dihindari sebelum program
terpakai secara luas.
2.1.4.10Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif secara langsung mengukur tingkat pencapaian tujuan – tujuan utama pada akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi; hasil ujian
2.1.4.11Revisi perangkat pembelajaran
Kegiatan revisi dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki
rancangan yang dibuat. Revisi dilakukan berdasarkan masukkan dan penilaian
yang diperoleh dari kegiatan validasi perangkat pembelajaran oleh pakar, simulasi
terbatas dan uji coba terbatas sehingga validasi ini lebih pada tujuan kebenaran
dan kesesuaian isi pada saat menerapkannya sebagai perangkat pembelajaran di
sekolah. Berikut bagan model pengembangan perangkat pembelajaran menurut
Kemp (Morrison, 2005).
Gambar 1. Bagan Pengembangan Perangkat Model Kemp yang Direvisi.
Menurut Kemp untuk memulai mendesain suatu perangkat pembelajaran
dapat dimulai dari unsur mana saja. Sebelum perangkat pembelajaran tersebut
digunakan perlu direncanakan waktu dan segala sesuatu yang akan digunakan
untuk proses pembelajaran. Selama implementasi perangkat pembelajaran tersebut
dilakukan evaluai formatif dan dilakukan evaluasi sumatif terhadap perangkat
pembelajaran sejauhmana perangkat tersebut dapat menukur ketercapaian tujuan
sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses pembelajaran untuk
ketercapaiannya tujuan pembelajaran.
Suatu bahan ajar perlu dievaluasi untuk mengetahui sejauhmana bahan ajar
tersebut efektif. Cunningsworth mengemukakan beberapa unsur untuk
mengevaluasi suatu bahan ajar. Unsur tersebut meliputi: aims and objectives,
desaign and organization, language contents, skills, topic, methodology, teacher’s
book, practical consideration (1995:3).
2.2 Penelitian yang Relevan
Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa hasil penelitian yang relevan
yaitu sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ani Yunita mahasiswa PGSD USD dengan
judul “Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Keterampilan Berbicara
Bahasa Indonesia Kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta”. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode R and D (Research and Development)
atau penelitian dan pengembanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
multimedia interaktif untuk keterampilan berbicara Bahasa Indonesia kelas
V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta semester genap tahun ajaran
2011/2012 dikembangkan dengan kualitas yang sangat baik dan layak untuk
digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V semester genap
berdasarkan validasi dari pakar materi pembelajaran, pakar media, guru
Bahasa Indonesia kelas V SD Tarakanita Bumijo, dan siswa kelas V SD
2. Penelitian yang dilakukan oleh Bernadeta Lisa Andika Permatasari
mahasiswa PBSID USD dengan judul “Pendidikan Karakter Terintegrasi
Dalam Pembelajaran Berbicara Bahasa Indonesia Kelas VII Semester 1 dan
2”. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian dan
pengembanan (Research and Development atau R and D). Hasil penelitian
ini adalah produk berupa buku teks pembelajaran berbicara Bahasa
Indonesia kelas VII yang terintegrasi dengan pendidikan karakter. Produk
yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk pembelajaran.
Berdasarkan kedua penelitian yang sudah pernah dilakukan di atas, maka
penulis mencoba melakukan penelitian menggunakan metode yang sama yaitu
Research and Development (R and D) dengan mengembangkan produk berupa
bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter meliputi karakter cerdas
dan menghargai pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD semester
gasal.
2.3 Kerangka Berpikir
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan perlu diisi dengan
pendidikan karakter. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin
dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah namun harus
lebih dari itu, dijalankan dan dipraktekkan karena menanamkan karakter bukan
proses yang mudah. Oleh karena itu pendidikan karakter perlu diberikan sejak dini
untuk menanamkan karakter pada diri seseorang. seperti pepatah “belajar ketika masih kecil ibarat mengukir di atas batu sedangkan belajar ketika sudah dewasa
seperti mengukir di atas air”. Keterampilan berbicara sebagai salah satu aspek yang termuat dalam mata pelajaran Bahasa Indoesia sering dan hampir dilakukan
oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu kemampuan
berbicara menjadi salah satu tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta
didik. Proses pembelajaran membutuhkan bahan ajar dalam praktiknya. Pada
penelitian relevan sebelumnya dipaparkan mengenai sebuah pengembangan
produk berupa multimedia interaktif dan buku teks untuk keterampilan berbicara
pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Kedua penelitian tersebut berhasil
mengembangkan produk menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R
and D).
Berdasarkan pernyataan di atas maka penelitian ini mencoba
mengembangkan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk
keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui aktifitas
siswa. Dalam pembuatan bahan ajar ini peneliti akan menggunakan
langkah-langkah Research and Development (R&D) Langkah-langkah pengembangan
bahan ajar menggunakan metode Research and Development (R&D) dari model
Borg dan Gall dengan subyek uji coba siswa kelas IV SDN Banteng. Instrumen
pengumpulan data meliputi pengumpulan data untuk bahan ajar dan instrumen
penelitian. Validitas bahan ajar divalidasi oleh pakar pembelajaran Bahasa
Indonesia, pakar pendidikan karakter, dua guru bahasa Indonesia kelas IV dan 10
ajar yang dikembangkan diharapkan bisa layak pakai sebagai bahan ajar yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter berbasis aktifitas siswa.
2.4 Pertanyaan Penelitian
2.4.1 Bagaimana prosedur penelitian pengembangan bahan ajar yang terintegrasi
dengan pendidikan karakter dalam keterampilan berbicara, kompetensi
dasar mendeskripsikan secara liasan suatu tempat sesuai denah?
2.4.2 Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter dalam keterampilan membaca, keterampilan berbicara,
kompetensi dasar mendeskripsikan secara liasan suatu tempat sesuai denah
menurut pakar bahasa Indonesia?
2.4.3 Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
karakter dalam keterampilan berbicara, kompetensi dasar mendeskripsikan
secara liasan suatu tempat sesuai denah menurut pakar pendidikan
karakter?
2.4.4 Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
karakter dalam keterampilan berbicara, kompetensi dasar mendeskripsikan
secara liasan suatu tempat sesuai denah guru kelas IV SD?
2.4.5 Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
karakter dalam keterampilan berbicara, kompetensi dasar mendeskripsikan
secara liasan suatu tempat sesuai denah menurut siswa kelas IV SDN
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan (1) jenis penelitian, (2) prosedur pengembangan,
(3) uji coba produk, (4) instrumen penelitian, (5) teknik pengumpulan data, serta
(6) teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah Metode
Penelitian dan Pengembangan (Research and Development atau R and D). Metode
penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.
Dalam penelitian ini dibutuhkan analisis kebutuhan untuk menghasilkan produk
tertentu. Produk tersebut akan diuji cobakan untuk mengetahui kualitas produk
sesuai spesifikasi produk yang ingin dikembangkan dan direvisi untuk
memperoleh produk yang lebih efektif.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan Borg
dan Gall yang diadaptasi oleh Sugiyono (Sugiyono, 2012:298). Langkah-langkah
penelitian dan pengembangan terdiri dari 10 langkah. Peneliti hanya akan
menggunakan 7 tujuh langkah pengembangan karena peneliti hanya akan
melakukan uji coba produk secara terbatas.
3.2 Prosedur Pengembangan
Peneliti akan menggunakan prosedur pengembangan bahan ajar yang
dimodifikasi dari model pengembangan bahan ajar Jerold E. Kemp dan
memodifikasi langkah pengembangan bahan ajar menjadi 7 langkah yaitu tahap
(1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk (prototipe), (4)
validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, (7) revisi desain, sampai
menghasilkan desain produk final bahan ajar Bahasa Indonesia yang terintegrasi
dengan pendidikan karakter yaitu karakter cerdas dan menghargai pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia untuk keterampilan berbicara kelas IV semester gasal
SDN. Berikut bagan langkah-langkah pengembangan bahan ajar yang digunakan
oleh peneliti hasil modifikasi dari model pengembangan bahan ajar Jerold E.
Kemp dan langkah-langkah penelitian R and D yang dikembangkan oleh Borg dan
Gall:
3.2.1 Langkah 1 : Potensi dan Masalah
Penelitian ini berangkat dari adanya potensi dan masalah dengan
melakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan melakukan
wawancara langsung kepada guru Bahasa Indonesia kelas IV di SDN Banteng.
Wawancara ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya fakta dan masalah yang
terjadi di lapangan yang menyangkut ketersediaan bahan ajar Bahasa Indonesia
yang digunakan guru untuk mencapai pembelajaran.
3.2.2 Langkah 2 : Pengumpulan Data
Hasil wawancara tersebut digunakan sebagai data awal untuk menganalisis
kebutuhan terkait pendidikan karakater dan bahan ajar yang digunakan oleh guru.
Hasil wawancara akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan
produk yang dikembangkan. Sedangkan pengumpulan data untuk desain dan
materi bahan ajar dilakukan melalui kajian dokumen dan browsing internet terkait
dengan materi pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV semester gasal untuk
keterampilan berbicara serta karakter cerdas dan menghargai.
3.2.3 Langkah 3 : Desain Produk (Prototipe)
Desain produk dimulai dengan menentukan desain awal bahan ajar dan
materi yang akan diuraikan dalam bahan ajar. Desain awal bahan dimulai dengan
membuat silabus dan RPP terkait keterampilan berbicara yang terintegrasi dengan
karakter cerdas dan menghargai. Setelah membuat silabus dan RPP dilanjutkan
dengan menyusun kerangka bahan ajar yang meliputi merancang tampilan bahan
ajar meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD), indikator dan
tujuan yang akan dicapai, materi bahan ajar serta soal evaluasi.
Pada langkah ini peneliti masih mengumpulkan bahan yang akan
digunakan untuk materi bahan bahan ajar. Selanjutnya, peneliti menyusun
instrumen evaluasi untuk mengukur ketuntasan indikator dan ketuntasan
penguasaan siswa terhadap materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu,
peneliti juga akan menentukan strategi pengajaran dan kegiatan belajar yang akan
digunakan yang termuat dalam bahan ajar. Setelah semua bahan ajar terkumpul,
langkah berikutnya adalah menyusun bahan ajar sesuai dengan rancangan
tampilan bahan ajar dan urutan isi yang telah ditentukan.
3.2.4 Langkah 4 : Validasi
Peneliti menggunakan validasi pakar sebagai evaluasi formatif terhadap
desain produk (prototipe) yang sudah jadi. Produk yang telah dikembangkan akan
divalidasi oleh empat orang pakar yang terdiri dari pakar pembelajaran Bahasa
Indonesia, pakar pendidikan karakter dan dua guru Bahasa Indonesia atau guru
kelas IV. Salah satunya adalah guru Bahasa Indonesia kelas IV SDN Banteng.
Validasi produk ini bertujuan untuk memperoleh kritik dan saran serta penilaian
dari para pakar terhadap produk yang dikembangkan. Dari kritik dan saran
tersebut akan diketahui kelebihan dan kekurangan produk yang dikembangkan
3.2.5 Langkah 5 : Revisi Desain
Setelah mendapatkan kritik dan saran, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan revisi produk yang dibuat berdasarkan hasil validasi pakar. Revisi
dilakukan untuk memperbaiki kekurangan produk yang sudah divalidasi oleh
pakar.
3.2.6 Langkah 6 : Uji Coba Desain
Produk yang sudah direvisi berdasarkan saran dan komentar dari para
pakar selanjutnya digunakan dan diujicoba lapangan. Uji coba akan dilakukan
secara terbatas kepada 10 siswa kelas IV SDN Banteng. Setelah melakukan uji
coba, siswa diberi kuisioner (validasi lapangan) untuk menilai apakah produk
yang dibuat sudah sesuai dan baik untuk siswa. Hasil uji coba merupakan evaluasi
sumatif terhadap desain produk pengembangan bahan ajar.
3.2.7 Langkah 7 : Revisi Desain
Revisi desain dilakukan setelah uji coba produk. Produk akan direvisi
berdasarkan masukan dari siswa yang ikut dalam uji coba produk. Hasil dari revisi
produk ini akan menjadi desain produk final bahan ajar Bahasa Indonesia yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter yaitu karakter cerdas dan menghargai
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk keterampilan berbicara kelas IV
semester gasal SDN Banteng.
3.3 Uji Coba Produk 3.3.1 Desain Uji Coba
Uji coba dilakukan secara mandiri oleh peneliti dengan praktik mengajar
10 siswa kelas IV SDN Banteng menggunakan desain produk bahan ajar. Siswa
akan dibagikan desain produk bahan ajar selama kegiatan pembelajaran.
3.3.2 Subjek Uji Coba
Subjek uji coba pada penelitian ini adalah 10 siswa kelas IV SDN Banteng
Tahun Pelajaran 2013/2014.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian pada penelitian pengembangan ini menggunakan
instrumen validasi yang berupa kuisioner. Kuisioner digunakan sebagai alat untuk
menilai produk bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter meliputi
karakter cerdas dan menghargai pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
keterampilan berbicara kelas IV semester gasal yang ditujukan kepada pakar yaitu
pakar Bahasa Indoneia, pakar pendidikan karakter dan dua guru Bahasa Indonesia
atau guru kelas IV serta siswa kelas IV SDN Banteng. Nilai akhir penilaian
kuesioner dari pakar pembelajaran Bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter,
dua guru kelas IV dan 10 siswa akan digunakan sebagai bahan masukan untuk
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian pengembangan ini, teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah wawancara, validasi pakar (expert judgment) dan validasi
lapangan. Peneliti melakukan wawancara kepada guru. Wawancara bertujuan
untuk survei kebutuhan. Wawancara yang dilakukan berpedoman pada
pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti. Data yang diperoleh
disusun untuk mendapatkan informasi terkait pendidikan karakter dan
ketersediaan bahan ajar Bahasa Indonesia yang digunakan guru untuk mencapai
pembelajaran.
Validasi dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap validasi pakar (expert
judgment) dan validasi lapangan. Validasi pakar dilakukan oleh pakar
pembelajaran Bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter dan dua guru bahasa
Indonesia dengan mengisi kuesioner kualitas bahan ajar. Validasi lapangan
dilakukan oleh 10 siswa kelas IV SDN Banteng dengan mengisi kuesioner
persepsi siswa terhadap kualitas bahan ajar.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui kualitas produk bahan ajar. Data
penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa
komentar yang dikemukakan oleh pakar pembelajaran Bahasa Indonesia, pakar
pendidikan karakter, dua guru Bahasa Indonesia, dan 10 siswa kelas IV SDN
Banteng. Data dianalisis sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengetahui
kelayakan produk yang dihasilkan. Data kuantitatif berupa berupa skor dari
dianalisis dengan statistik deskriptif kemudian dikonversikan ke data kualitatif
dengan skala lima. Konversi yang dilakukan terhadap data kualitatif
menggunakan acuan konversi pada pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP),
seperti pada tabel berikut ini (Sukardjo 2008:101)
Tabel 1. Konversi Skala Lima
Interval Kategori
X > ̅̅̅ + 1,80 Sbi Sangat Baik
̅̅̅+ 0,60 Sbi< X ≤ ̅̅̅ + 1, 80 Sbi Baik
̅̅̅ –0,60 Sbi < X ≤ ̅̅̅ + 0,60 Sbi Cukup Baik
̅̅̅ –1,80 Sbi < X ≤ ̅̅̅– 0,60 Sbi Kurang Baik
X ≤ ̅̅̅ – 1,80Sbi Sangat Kurang Baik Keterangan:
Rerata ideal ( ̅) : ⁄ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal).
Simpangan baku ideal : ⁄ (skor maksimal ideal – skor minimal ideal. X : Skor aktual
Skala penilaian untuk menilai bahan ajar yang dikembangkan,diberikan
lima pilihan yaitu sangat baik (5), baik (4), cukup baik (3), kurang baik (2), dan
sangat kurang baik (1).
Berdasarkan rumus konversi tersebut, maka perhitungan data-data
kuantitatif dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dengan
menerapkan rumus konversi tersebut. Adapun penentuan rumus kualitatif
Diketahui:
Skor maksimal ideal : 5
Skor minimal ideal : 1
Rerata ideal (̅ ) : 1/2 (5+1) = 3
Simpangan baku ideal (SBi) : 1/6 (5-1) = 0,67
Ditanyakan:
Interval skor kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat
kurang baik.
Kategori sangat baik = X> ̅̅̅ + 1,80 SBi
= X> 3+ (1,80. 0,67)
= X> 3 + (1,21)
= X> 4,21
Kategori baik = ̅̅̅+ 0,60SBi < X≤ ̅̅̅ + 1,80SBi
= 3 + (0,60. 0,67) < X ≤ 3 + (1,80. 0,67) = 3 + (0,40) < X≤ 3 + (1,21)
= 3,40 < X≤ 4,21
Kategori cukup baik = ̅̅̅ - 0,60SBi < X≤ ̅̅̅ + 0,60SBi
= 3 - (0,60. 0,67) < X ≤ 3 + (0,60. 0,67) = 3 –(0,40) < X≤ 3 + (0,40)
= 2,60 < X≤ 3,40
Kategori kurang baik = ̅̅̅ - 1,80SBi < X≤ ̅̅̅ - 0,60SBi
= 3 - (1,80. 0,67) < X ≤ 3 - (0,60. 0,67) = 3 - (1,21) < X≤ 3 - (0,40)