• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP LOYALITAS MEREK HANDPHONE NOKIA DI SURABAYA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP LOYALITAS MEREK HANDPHONE NOKIA DI SURABAYA TIMUR."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

DI SURABAYA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

J ur usan Manajemen

Diajukan Oleh :

Ira Dlotul Hasanah

0712010096/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

Lampiran 1

(3)

Lampiran 2

(4)

Lampiran 3

Hasil Perhitungan

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr . Wb

Syukur Alhamdulillah dan terima kasih kepada junjungan tertinggi,

ALLAH SWT atas kemampuan dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Pengar uh

KUALITAS PRODUK DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP

LOYALITAS MEREK HANDPHONE NOKIA DI SURABAYA TIMUR”.

Penyusunan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat

memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dengan selesainya penulisan

skripsi ini penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang bersedia untuk

memberikan bantuan dan dukungannya baik secara materiil maupun moril kepada

penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing

Utama sekaligus Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

(6)

4. Ibu Dra. Ec. Siti Aminah,MM, selaku Dosen Pembimbing Skripsi peneliti,

yang selalu memberikan motivasi, dorongan dan bimbingan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh staf Dosen dan Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak dan Ibu serta Saudara-saudaraku tercinta yang sudah mendukung

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih ada

kekurangan dan perlu adanya perbaikan, oleh karenanya penulis senantiasa

mengharapkan kritik dan saran serta masukan-masukan bagi peneliti yang lain di

masa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Mei 2012

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 11

2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran... 13

2.3. Kualitas Produk ... 18

(8)

2.3.2. Karakteristik Produk ... 19

2.3.3. Pengertian Kualitas Produk ... 20

2.3.4. Dimensi Kualitas Produk ... 21

2.3.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas ... 22

2.4. Kepuasan Konsumen ... 23

2.4.1. Pengertian Kepuasan Konsumen ... 23

2.4.2. Manfaat Kepuasan Konsumen ... 26

2.4.3. Dimensi Kepuasan Konsumen ... 27

2.5. Loyalitas Merek ... 29

2.5.1. Pengertian Loyalitas Merek ... 29

2.5.2. Ciri-Ciri Loyalitas Merek Pada Konsumen ... 33

2.5.3. Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas ... 34

2.5.4. Dimensi loyalitas Merek ... 35

2.5.5. Tingkatan loyalitas Merek ... 36

2.6. Teori Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 40

2.6.1. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Konsumen ... 40

2.6.2. Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Merek ... 42

2.6.3. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Merek ... 44

2.7. Kerangka Konseptual ... 46

(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 48

3.2. Pengukuran Variabel ... 51

3.3. Teknik Pengambilan Sampel ... 51

3.4. Sumber Data ... 52

3.5. Pengujian Instrumen Penelitian (Kuisioner) ... 53

3.6. Tahap Pengolahan Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 61

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 61

4.2. Karakteristik Responden ... 63

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 66

4.3.1. Deskripsi Variabel Kualitas Produk (X)... 66

4.3.2. Deskripsi Variabel Kepuasan Konsumen (Y) ... 69

4.3.3. Deskripsi Variabel loyalitas Merek (Z) ... 72

4.4. Deskripsi Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis... 73

4.4.1. Evalusi Atas Outlier ... 73

4.4.2. Uji Reliabilitas ... 74

4.4.3. Uji Validitas ... 76

4.4.4. Uji Construct Reliability dan Variance Ectracted ... 77

4.4.5. Uji Normalitas ... 78

(10)

4.4.6.1. Evaluasi Model One Step Approach to SEM .... 79

4.4.6.2. Analisis Unidimensi First Order ... 82

4.4.6.3. Analisis Unidimensi Second Order ... 83

4.4.6.4. Uji Hipotesis Kausalitas ... 83

4.5. Pembahasan ... 84

4.5.1. Kualitas Produk Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Kepuasan Konsumen ... 84

4.5.2. Kepuasan Konsumen Tidak Berpengaruh Terhadap Loyalitas Merek ... 86

4.5.3. kualitas Produk Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Loyalitas Merek ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 89

5.2. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA

(11)

Oleh :

Ir a Dlotul Hasanah

ABSTRAK

Perkembangan yang semakin maju pada industri ponsel, dapat dilihat dengan semakin banyaknya perangkat ponsel yang penuh dengan berbagai ragam kemampuan multimedia, dan bahkan pada model-model tertentu sudah bisa menjadi fungsi komputer dengan kecepatan komputasi yang setara ketika komputer pertama kali digunakan secara masal oleh konsumen. Nokia berhadapan dengan LG, Samsung, Sony Ericsson, dan Motorola. Sementara itu di segmen high end, Nokia mendapat tantangan serius, terutama dari smartphone yang sedang moncer : Blackberry dari RIM dan iPhone dari Apple. Akibatnya pangsa pasar Nokia terus tergerus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen, kepuasan konsumen terhadap loalitas merek, dan kualitas produk terhadap loyalitas merek handphone Nokia di Surabaya Timur.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang memiliki dan menggunakan produk handphone merek Nokia di wilayah Surabaya Timur. Skala pengukuran menggunakan skala interval dan skala pembentukan menggunakan skala semantic differential scale. Teknik pengambilan sampel menggunakan Non

Probability Sampling dengan metode Purposive Sampling yaitu sampel dipilih

berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti antara lain umur minimal 18 tahun sudah cukup dewasa, mengerti dan memahami akan handphone serta konsumen yang memiliki handphone Nokia lebih dari 1 dan menggunakannya lebih dari 1 tahun di wilayah Surabaya Timur. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 konsumen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada Konsumen yang memiliki handphone Nokia lebih dari 1 dan menggunakannya lebih dari 1 tahun di wilayah Surabaya Timur. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM (Structural

Equation Modeling) untuk melihat hubungan kausalitas antar faktor.

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kualitas produk berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan konsumen, kepuasan konsumen tidak berpengaruh terhadap loyalitas merek, kualitas produk berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas merek.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dunia telekomunikasi saat ini mengalami kemajuan yang sangat

pesat, inovasi dan kreasi baru memberikan pengaruh cukup besar tetapi

memberikan peluang bagi para produsen alat – alat telekomunikasi. Dalam

menghadapi persaingan bisnis yang sangat ketat, dibutuhkan alat

komunikasi yang dapat memberikan informasi yang cepat dan dapat

dimengerti, handphone merupakan kebutuhan barang yang dianggap

penting. Dengan kecanggihan teknolgi saat ini,fungsi handphone tidak

hanya sebagai alat komunikasi biasa tetapi juga dapat mengakses internet,

SMS, berfoto dan juga saling mengirim data. Handphone pada saat ini

tidak hanya digunakan oleh kalangan remaja ataupun dewasa saja,

anak-anak pun sudah banyak yang memiliki handphone dengan kecanggihan

yang tidak kalah dengan handphone orang remaja atau dewasa. Sehingga

dampaknya terjadi tidak hanya pada orang remaja atau dewasa tetapi juga

pada anak-anak.

Perkembangan yang semakin maju pada industri ponsel, dapat

dilihat dengan semakin banyaknya perangkat ponsel yang penuh dengan

berbagai ragam kemampuan multimedia, dan bahkan pada model-model

tertentu sudah bisa menjadi fungsi komputer dengan kecepatan komputasi

(13)

konsumen. Diantara perkembangan kedua teknologi ini adalah persoalan

desain. Rancangan desain ponsel sekarang ini beribu macam, dari yang

sederhana sebagai sebuah ponsel belaka sampai tercanggih. Contohnya

saja untuk handphone jaman sekarang, banyak yang sudah dilengkapi oleh

kecanggihan teknologi seperti MMS, 3G, GPRS, ringtone juga semakin

canggih (bisa menggunakan MP3 sebagai ringtone) sesuai dengan yang

kita inginkan, dan warna untuk layar semakin banyak.

Salah satu produk handphone memiliki merek Nokia yang

beberapa tahun lalu begitu digdaya, di Indonesia pun cengkeramannya

amat kuat. Merek ini misalnya pernah mengeluarkan handphone yang

dikenal publik Indonesia sebagai “ponsel sejuta umat”, karena saking

populernya di segmen low end. Di segmen high end, Nokia juga punya

produk Nokia Communicator yang sempat begitu fenomenal dan menjadi

kebanggaan kalangan eksekutif. Komunitasnya di Indonesia bahkan sangat

aktif dan semarak. Namun beberapa tahun terakhir kinerja bisnis vendor

ponsel asal finlandia ini justru melorot dan ini terjadi di seluruh dunia.

(Mohammad dan Ario Fajar, Zeebes.com,14 December, 2011).

Di pasar Indonesia, dominasi Nokia sebagai market leader di

industri ponsel juga terus digoyang kompetitor dari atas maupun bawah.

Di segmen low end, Nokia mendapat ancaman dari berbagai merek ponsel

Cina yang di jual dengan harga yang lebih murah, namun dengan tawaran

(14)

fenomenal. Padahal di segmen ini Nokia juga telah berusaha memasarkan

ponsel dengan harga relatif murah.

Begitu juga di segmen menengah (middle end), Nokia berhadapan

dengan LG, Samsung, Sony Ericsson, dan Motorola. Sementara itu di

segmen high end, Nokia mendapat tantangan serius, terutama dari

smartphone yang sedang moncer : Blackberry dari RIM dan iPhone dari

Apple. Akibatnya pangsa pasar Nokia terus tergerus, walaupun hingga saat

ini secara keseluruham Nokia masih menjadi market leader disemua

segmen (Mohammad dan Ario Fajar, Zepbees.com,14 Desember, 2011)..

Berikut adalah tabel Top Brand Index handphone merek nokia tahun

2009-2011.

Tabel 1.1. Data Top Brand Index Handphone Nokia Tahun 2009-2011

Tahun Top Brand Index Nokia

2009 79,3%

2010 72,0%

2011 61,5%

Sumber : Majalah Marketing Tahun 2009-2011

Top Brand Index adalah wujud pengakuan dari konsumen terhadap

penggunaan sebuah merek, karena Top Brand Index merupakan hasil

survey yang dilakukan terhadap konsumen. Dapat diketahui dari tabel

diatas terlihat penurunan top brand index handphone merek Nokia dari

tahun 2009 dengan prosentase sebesar 79,3% ke tahun 2011 turun menjadi

61,5%, dengan prosentase top brand index yang menurun, loyalitas

konsumen terhadap merek nokia pun ikut menurun. Hal tersebut didukung

(15)

tahun 2009-2011 di mana presentase Nokia mengalami penurunan. ICSA

merupakan survei tingkat kepuasan konsumen terhadap produk yang

digunakan. Dapat dilihat pada tabel 1.2. Indonesian Customer Satisfaction

Award indeks di bawah ini :

Tabel 1.2. ICSA Indeks Nokia Tahun 2009-2011

No Tahun TSS %

1 2009 4,559

2 2010 4,456

3 2011 4,166

Sumber : Majalah SWA Digital (2009-2011)

Fenomena peringkat top brand index dan ICSA indeks handphone

merek Nokia yang mengalami penurunan tersebut diindikasikan karena

konsumen masih ada yang belum puas dengan produk Nokia di antaranya

handphone (HP) tersebut mati sendiri dan tidak mau di-restart, kekuatan

sinyal koneksi yang lemah, kualitas sistem yang lemah karena banyak

aplikasi, umur ekonomis produk yang sebentar dimana setelah pembelian

mengalami kerusakan. Keluhan konsumen lainnya antara lain LCD nokia yang mudah mati atau buram sehingga membuat harga purna jual rendah.

Didukung dengan data komplain nokia dari tahun 2009-2011 yang

meningkat dan skor Nokia tahun 2011 yang menduduki peringkat ke tujuh,

berikut ini :

Tabel 1.3. Data Komplain Nokia Tahun 2009-2011

No Tahun Jumlah komplain

1 2009 16

2 2010 17

3 2011 26

(16)

Gambar 1.1 Grafik Skor Handphone Di Tahun 2011

Di tahun 2011 Nokia mengalami kerugian besar sebesar 1,4 miliar

dollar AS, dibandingkan laba pada tahun 2010 sebesar 2,74 miliar. Dari

total skor 1.000,di posisi pertama iPhone mendapat skor 839. Vendor asal

Taiwan HTC diposisi kedua dengan skor 798, di posisi ke tiga Samsung

dengan skor 769, dan di posisi keempat Motorola dengan skor 758.

Diposisi ke lima LG dengan skor 733, dan di posisi ke enam diduduki oleh

Blackberry dari Research In Motion (RIM) dengan skor 733. Sementara

Nokia, yang kini tengah berjuang mengembalikan kejayaan berada diposisi

ke tujuh dengan skor 702. Dan Smartphone berbasis Palm harus rela

berada diposisi akhir peringkat ke delapan dengan skor 697 (Aditya Panji

dan Reza Wahyudi, 2012).

Untuk kembali menjadi market leader pastinya banyak tantangan

yang dihadapi, dan tidak bisa berdiam saja. Oleh karena itu, pihak

perusahaan selalu berusaha menciptakan konsep dan inovasi baru, getting

consumer data, fokus,dan menggandeng komunitas atau grup (pengguna).

(17)

Indonesia yang tinggi terhadapnya dengan cara mendengar apa kebutuhan

dan keinginan masyarakat.

Persaingan yang semakin ketat dalam industri seluler menjadikan

masing-masing perusahaan ponsel berusaha membangun dan

mempertahankan kesetiaan pelanggan. Dalam hal ini perusahaan bukan

saja mampu memberikan berbagai nilai atau benefit untuk membuat

pelanggan memilih merek, tetapi perusahaan juga harus terus-menerus

melakukan berbagai upaya untuk membangun merek dan memuaskan

konsumennya. Merek merupakan salah satu aset terpenting dalam

perusahaan yang turut menentukan kinerja dan keberhasilan perusahaan.

Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu

produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan,

ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya.

Hubungan Kualitas Produk terhadap kepuasan konsumen seperti

yang dinyatakan Bayu Handyanto, 2008 bahwa kualitas produk

mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. Pengaruh dari

kualitas produk terhadap kepuasan konsumen sebesar 0,548. Maka itu,

perusahaan harus meningkatkan kualitas produknya yang disesuaikan

dengan kebutuhan konsumen karena semakin tinggi nilai kualitas

produknya, maka semakin besar pula kepuasan konsumen.

Wilkie, 1994 menyatakan bahwa Kepuasan konsumen merupakan

(18)

setelah proses pembelian yang berasal dari perbandingan kesannya

terhadap pengalaman mengkonsumsi suatu produk atau jasa.

Hubungan kepuasan konsumen terhadap loyalitas merek seperti

yang dinyatakan Febi, Ari Susanto, (2011) bahwa Kepuasan yang tercipta

dari produk yang berkualitas akan membuat konsumen loyal terhadap

perusahaan. Konsumen yang merasa puas dengan produk yang diberikan

akan bertahan untuk menggunakan jasa perusahaan. Dengan demikian

bahwa kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi loyalitas merek pada konsumen.

Menurut Gidden (2002) menyatakan bahwa loyalitas merek adalah

pilihan yang dilakukan konsumen untuk membeli merek tertentu

dibandingkan merek yang lain dalam satu kategori produk. Hasil

Penelitian Amin Adi sukmadi, (2010) menunjukkan bahwa kualitas produk

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas merek.

apabila kualitas produk tinggi maka loyalitas merek akan semakin tinggi,

dan bila kualitas produk rendah, maka loyalitas merek semakin rendah.

Pelanggan yang sekadar puas terhadap merek produk handphone

yang digunakannya akan mudah untuk berganti merek produk handphone,

sedangkan pelanggan yang sangat puas terhadap merek handphone nya

akan sulit untuk berpindah merek produk handphone, hal ini akan

(19)

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dalam penelitian

ini diambilah judul “Pengar uh Kualitas Pr oduk Dan Kepuasan

Konsumen Ter hadap Loyalitas Mer ek Handphone Nok ia Di Sur abaya

Timur ”.

1.2. Per umusan Masalah

Perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap kepuasan konsumen

handphone Nokia di Surabaya Timur?

2. Apakah kepuasan konsumen berpengaruh terhadap loyalitas merek

handphone Nokia di Surabaya Timur?

3. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap loyalitas merek

handphone Nokia di Surabaya Timur?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan

konsumen handphone Nokia di Surabaya Timur.

2. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas

merek handphone Nokia di Surabaya Timur.

3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas merek

(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Universitas

Memberikan sumbangan informasi pihak lain untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dan dapat menambah kepustakaan sebagai

informasi bahan pembanding bagi penelitian lain serta sebagai wujud

Darma Bakti kepada perguruan tinggi UPN”VETERAN”Jatim pada

umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan maupun bahan

informasi dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada kaitannya

dengan kualitas produk, kepuasan konsumen dan loyalitas merek.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menerapkan teori-teori dan mengembangkan

wawasan yang diperoleh selama studi sehingga dapat bermanfaat bagi

(21)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini

dilakukan oleh, Agyl Satrio Hutomo, (2006) dengan judul penelitian

“Pengaruh Kualitas Produk Dan Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap

Loyalitas Pelanggan Pada Produk Makanan Tela Krezz Cabang

Bekasi.”Rumusan masalah yang diajukan adalah : 1) Apakah Kualitas

Produk mempunyai pengaruh yang positif terhadap loyalitas pelanggan ?

2) Apakah Kepuasan Konsumen mempunyai pengaruh yang positif

terhadap loyalitas pelanggan ? 3) Apakah Kualitas Produk , Kepuasan

Konsumen secara bersama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

loyalitas pelanggan?.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1. Kualitas produk

mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pada produk

makanan Tela Krezz. 2. Kepuasan konsumen mempunyai pengaruh yang

positif terhadap loyalitas pelanggan pada produk makanan Tela Krezz. 3.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis regresi berganda,

menunjukkan bahwa kualitas produk dan kepuasan konsumen secara

bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap

loyalitas pelanggan. 4. Jika dilihat dari kontribusi parsial bahwa variabel

(22)

pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Dalam hal ini bahwa variabel

tingkat kepuasan konsumen yang sangat besar kontribusi partialnya

terhadap loyalitas pelanggan pada produk Makanan Tela Krezz Cabang

Bekasi.

Septian Rio Angga Pratama, (2011) dengan judul penelitian

“Pengaruh Kualitas Produk Dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas

Merek Sepatu Adidas (studi kasus di wilayah Sidoarjo)”. Rumusan

masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1. Pengaruh kualitas

produk terhadap kepuasan pelanggan handphone Nokia. 2. Pengaruh

kepuasan pelanggan terhadap loyalitas merek handphone Nokia. 3.

Pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas merek handphone Nokia.

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik Structural Equation

Modelling. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan telah

didapatkan bahwa : Kualitas produk tidak berpengaruh terhadap kepuasan

pelanggan. b. Kepuasan pelanggan tidak berpengaruh terhadap loyalitas

merek. c. Kualitas produk tidak berpengaruh terhadap loyalitas merek.

2.2. Landasan Teor i

2.2.1. Penger tian Pemasar an

Menurut Kotler (1994: 8) menyatakan “Pemasaran adalah suatu

proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok

memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara

(23)

lain”. Dari definisi tersebut terlihat bahwa pemasaran mencakup

kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Menyelidiki dan mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen.

2. Merencanakan dan mengembangkan sebuah produk atau jasa yang

dapat memenuhi dan memuaskan keinginan tersebut.

Menurut Pride dan Ferrel (1995 :4) “Pemasaran adalah proses

perencanaan dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi, dan

distribusi gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang

memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pemasaran merupakan seluruh kegiatan usaha yang dibuat untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

barang dan jasa dalam menciptakan hubungan pertukaran yang dapat

memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen.

Lamb, Hair dan Mc.Daniel (2001: 6) “Pemasaran memiliki dua hal.

Pertama, pemasaran merupakan filosofi, sikap, perspektif atau orientasi

manajemen yang menekankan pada kepuasan konsumen. Kedua,

pemasaran adalah sekumpulan aktivitas yang digunakan untuk

mengimplementasikan filosofi ini. Definisi dari American Marketing

Association (AMA) mencakup kedua perspektif :”Marketing is the

(24)

merupakan suatu proses perencanaan dan menjelaskan konsep, harga,

promosi dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan

pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.

2.2.2. Penger tian Manajemen Pemasar an

Manajemen pemasaran adalah suatu usaha untuk merencanakan,

mengimplemen-tasikan yang terdiri dari kegiatan mengorganisaikan,

mengarahkan, mengkoordinir serta mengawasi atau mengendalikan

kegiatan pemasaran dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi

secara efesien dan efektif (Kotler, 2000). Di dalam fungsi manajemen

pemasaran ada kegiatan menganalisis yaitu analisis yang dilakukan untuk

mengetahui pasar dan lingkungan pemasarannya, sehingga dapat diperoleh

seberapa besar peluang untuk merebut pasar dan seberapa besar ancaman

yang harus dihadapi.

Penjelasan fungsi pemasaran yang merupakan kegiatan terpadu dan

saling mendukung, antara lain :

a. Per encanaan pemasar an

Penentuan segala sesuatu sebelum dilakukan kegiatan-kegiatan

pemasaran meliputi :

- Meniadakan ketidakpastian masa datang bila ada perubahan-

perubahan karena situasi dan kondisi perusahaan maupun diluar

(25)

- Karena tujuan organisasi sudah difokuskan maka dengan

perencanaan akan menghindari adanya penyimpangan tujuan.

- Rencana walaupun mahal tetapi ekonomis karena segala kegiatan

telah terfokuskan dengan segala biaya- biayanya.

Rencana pemasaran terinci diperlukan untuk setiap bisnis,

produk atau merek. Sebagai syarat minimal perencanaan harus berisi

bagian-bagian sebagai berikut :

1. Ringkasan bagi ekskutif yaitu Menyajikan pandangan singkat atas

rencana yang diusulkan agar dapat ditinjau dengan cepat oleh

manajemen.

2. Situasi pemasaran saat ini yaitu Menyajikan data latar belakang

yang relevan mengenai pasar, produk, persaingan dan distribusi.

3. Analisis ancaman dan peluang yaitu Mengidentifikasi ancaman

dan peluang utama yang mungkin mempengaruhi produk.

4. Sasaran dan isu yaitu Menentukan sasaran perusahaan untuk

produk di bidang penjualan, pangsa pasar, laba serta isu yang

akan mempengaruhi sasaran ini.

5. Strategi pemasaran yaitu Menyajikan pendekatan pemasaran yang

luas, yang akan digunakan untuk mencapai sasaran dalam

rencana.

6. Program tindakan yaituMenspesifikasikan apa yang akan

dilakukan, siapa yang akan melakukannya, kapan dan berapa

(26)

7. Anggaran yaitu Laporan laba dan rugi yang diproyeksikan yang

meramalkan hasil keuangan yang diharapkan dari rencana tadi.

8. Pengendalian yaitu Menunjukkan bagaimana kemajuan rencana

akan dipantau.

b. Implementasi pemasaran

Adalah proses yang mengubah strategi dan rencana

pemasaran menjadi tindakan pemasaran untuk mencapai sasaran.

Implementasi mencakup aktivitas sehari-hari, dari bulan ke bulan

yang secara efektif melalsanakan rencana pemasaran. Kegiatan ini

dibutuhkan program tindakan yang menarik semua orang atau semua

aktivitas serta struktur organisasi formal yang dapat memainkan

peranan penting dalam mengimplementasikan strategi pemasaran.

Implementasi yang sukses tergantung dari beberapa

kegiatan kunci yaitu:

1. Pengorganisasian kegiatan pemasaran, yaitu :

Proses menciptakan hubungan antara fungís personalia dan faktor

fisik (sarana), agar kegiatan pemasaran yang harus dilaksanakan

bisa mancapai tujuan yang benar, meliputi : pembagian kerja,

wewenang, tanggung jawab dan pelaporan kerja.

Tujuan : setiap orang di dalam organisasi bertanggung

jawab dalam melaksanakan kegiatan pemasaran yang telah

(27)

Bentuk umum dalam departemen pemasaran yang modern,

antara lain :

- Organisasi fungsional dimana berbagai aktivitas pemasaran

yang berbeda dikepalai oleh spesialis fungsional : manajemen

penjualan, periklanan, riset pemasaran, pelayanan terhadap

pelanggan, manajemen produk baru.

- Organisasi geografik, dimana karyawan bagian penjualan dan

pemasaran diberi tugas di negara, wilayah atau distrik

tertentu.

- Organisasi manajemen produk, karyawan inin

mengembangkan pemasaran dan strategi lengkap untuk

produk atau merek tertentu, bila perusahaan ini mempunyai

banyak produk atau merek yang amat berbeda.

- Bila firm yang menjual satu lini produk kepada banyak tipe

pasar berbeda yang mempunyai organisasi manajemen pasar.

Manajer ini bertanggung jawab untuk mengembangkan

rencana jangka panjang dan tahunan untuk keunggulan utama

dari sistem ini adalah bahwa perusahaan diorganisasikan

disekitar kebutuhan spesifik segmen pelanggan.

2. Pengarahan kegiatan pemasaran, yaitu :

Usaha yang berhubungan dengan segala sesuatu kegiatan

(28)

- Pemberian perintah secara baik, harus ada follow up-nya, secara

senderhana, perlu penjelasan sehingga ada pengertian dan sifatnya

harus konsultatif.

- Motivasi

- Kepemimpinan

Dengan pengarahan segala kegiatan yang menyimpang akan

terdeteksi dan pimpinan dapat memberikan motivasi untuk

menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan harapan serta agar

terjadi harmonisasi antar anggota organisasi / firm.

3. Pengkoordinasian kegiatan pemasaran, yaitu :

Usaha mengsinkronkan dan menyatukan segala kegiatan

pemasaran dalam organisasi agar tercapai tujuan yang efektif dan

efesien. Cara-cara menjalankan koordinasi yang efektif, dengan

berbagai cara, yaitu :

- Diadakan prosedur yang terang dan jelas dan ditentukan tanggal

penyelesaian (deadline).

- Koordinasi dilakukan secara formal melalui pimpinan staff

pembantu, penitia maupun pejabat penghubung tetap dilakukan

kontak tidak formal.

c. Pengendalian / Evaluasi kegiatan pemasaran, yaitu :

Usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar

(29)

- Penentuan Standar

- Supervisi kegiatan atau pemeriksaan

- Perbandingan hasil dengan Estándar

- Kegiatan mengkoreksi Standar

Kegiatan pengendalian/evaluasi diatas dapat dikelompokkan dua

macam :

1. Pengendalian operasional termasuk memeriksa kinerja yang

sedang berlangsung terhadap rencana tahunan dan mengambil

tindakan perbaikan kalau perlu. Tujuannya adalah memastikan

bahwa perusahaan mencapai penjualan, laba, dan sasaran lain

yang ditetapkan dalam rencana tahunannya. Kegiatan ini juga

mencakup penentuan produk, wilayah, pasar dan saluran yang

berbeda yang dapat mendatangkan laba.

2. Pengendalian strategik meliputi pengamatan apakah strategi dasar

perusahaan sesuai dengan peluang yang terbuka. Strategi dan

program pemasaran dapat ketinggalan zaman dalam waktu

singkat dan setiap perusahaan harus secara periodik menilai ulang

pendekatan terhadap pasar secara keseluruhan.

2.3. Kualitas Pr oduk

2.3.1. Penger tian Produk

Produk (product) menurut Kotler & Armstrong, (2001) adalah

(30)

perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan

keinginan atau kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman

subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha

untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan

kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas

organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula

didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen

melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan

dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Menurut Kotler (1997 :

52) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kesuatu pasar

untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan produk-produk yang

dipasarkan, meliputi barang fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan

gagasan.

2.3.2. Kar akter istik Pr oduk

Menurut Kotler dalam Susanto (1994 : 457), karakteristik yang

penting dalam mempengaruhi tingkat dimana inovasi suatu produk dimata

konsumen, yaitu:

1. Keuntungkan relatif inovasi tingkat dimana inovasi satu produk

terlihat superior disbanding produk kain yang sudah ada.

2. Kesenian inovasi, tingkat dimana inovasi produk tersebut sesuai

(31)

3. Kompleksitas inovasi, tingkat dimana inovasi tersebut sulit dipahami

atau digunakan.

4. Kemampuan untuk dibagi, tingkat dimana dalam batasan tertentu

inovasi tersebut dapat dicoba.

5. Kemampuan komunitas, tingkat dimana hasil penggunaan inovasi

tersebut dapat diamati atau dijelaskan kepada pihak lain.

Produsen harus memahami tingkat kemampuan konsumen didalam

menerima produk yang ditawarkan, sehingga produk tersebut dapat

diterima oleh konsumen.

2.3.3. Penger tian Kualitas Pr oduk

Kualitas produk atau mutu produk sering diartikan sebagai

komposisi teknis dari suatu produk, Kotler (1997:49) mutu adalah

keseluruhan ciri serta sifat dari produk atau layanan yang berpengaruh

pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau

kebutuhan tersirat. Ada hubungan kuat antara mutu layanan dengan

kepuasan konsumen dan profitabilitas, semakin tinggi tingkat mutu

menyebabkan semakin tingginya kepuasan konsumen, mutu produk

merupakan hal yang perlu mendapat perhatian utama dari perusahaan atau

produsen mengingat suatu produk berkaitan erat dengan masalah kepuasan

konsumen yang merupakan tujuan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan

untuk mencapai posisi produk. Mutu menyatakan tingkat kemampuan

(32)

Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu

produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan,

ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya.

Untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat menerapkan

program ”Total Quality Manajemen (TQM)". Selain mengurangi

kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk

meningkatkan nilai pelanggan (Kotler & Armstrong : 2001).

2.3.4. Dimensi Kualitas Pr oduk

Menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd (2001) apabila

perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar,

perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh

konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut

dengan produk pesaing.Dimensi daripada kualitas produk diuraikan oleh

Tjiptono (1997: 25) yaitu sebagai berikut:

1. Performance yaitu kualitas produk yang menggambarkan keadaan

yang sebenarnya atau pelayanan yang diberikan oleh suatu produk

dengan cara benar.

2. Feature yaitu kemampuan atau keistimewaan yang dimiliki oleh suatu

produk.

3. Reliability and durability yaitu kehandalan suatu produk dan tahan

lama produk tersebut sehingga tidak perlu terlalu sering melakukan

(33)

4. Estetika yaitu penampilan, corak, daya tarik yang menjadi aspek

penting dalam kualitas.

5. Perceived yaitu kesan konsumen terhadap suatu produk terhadap

kelebihan-kelebihan yang dimilikinya menyangkut citra dan reputasi

produk.

Harapan Konsumen diyakini mempunyai peranan yang besar

dalam menentukan kualitas produk dan kepuasan konsumennya. Pada

dasarnya ada hubungan yang erat antara penentuan kualitas dan kepuasan

konsumen.

2.3.5. Faktor -faktor yang mempengar uhi kualitas

Kualitas dipengaruhi oleh faktor yang akan menentukan bahwa

suatu barang dapat memenuhi tujuannya. Menurut Sofjan Assauri (2004)

mengemukakan bahwa tingkat kualitas ditentukan oleh beberapa faktor,

antara lain:

1. Fungsi Suatu Barang

Kualitas yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa

barang tersebut digunakan atau dibutuhkan tercermin pada spesifikasi

dari barang tersebut seperti tahan lamanya, kegunaannya, berat, bunyi,

mudah atau tidaknya perawatan dan kepercayaannya.

2. Wujud Luar

Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh

(34)

menentukan kualitas barang tersebut, adalah wujud luar barang itu.

Faktor wujud luar yang terdapat pada suatu barang tidak hanya terlihat

dari bentuk, tetapi juga dari warna, susunan dan hal-hal lainnya

3. Biaya Barang Tersebut

Umumnya biaya dan harga suatu barang akan menentukan

kualitas barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang

mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunujukan bahwa

kualitas barang tersebut relatif lebih baik.

2.4. Kepuasan Konsumen

2.4.1. Penger tian Kepuasan Konsumen

Dewasa ini perhatian terhadap kepuasan konsumen semakin besar,

sehingga banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap hal tersebut.

Permatuan dan pengukuran terhadap kepuasan konsumen telah menjadi hal

yang sangat penting bagi setiap badan usaha. Hal ini dikarenakan langkah

tersebut dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan

pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan.

Kepuasan konsumen disebut sebagai salah satu strategi untuk

memenangkan persaingan. Secara tradisional falsafah marketing

merupakan pencapaian kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen adalah

kemenangan jangka panjang.

Setiap individu memiliki kebutuhan dan keinginan yang harus

(35)

memenuhi apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen. Kalau hal itu

sudah tercapai, berarti kepuasan konsumen sudah terjadi dan diharapkan

perusahaan akan mampu untuk menghasilkan jasa, sesuai yang dibutuhkan

dan diinginkan oleh konsumen.

Mowen (1995: 89) menyatakan bahwa kepuasan konsumen sebagai

keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa

setelah mereka memperoleh dan menggunakannya. Ini merupakan

penilaian evaluatif pasca pemilihan yang disebabkan oleh seleksi

pembelian khusus dan pengalaman menggunakan atau mengkonsumsikan

barang atau jasa tersebut.

Konsumen membandingkan persepsi mereka atas kualitas produk

setelah menggunakan produk tersebut sesuai dengan ekspektasi kinerja

produk sebelum mereka membelinya. Tergantung pada bagaimana kinerja

actual dibandingkan dengan kinerja yang diharapkan. Mereka akan

mengalami emosi yang positif, negative atau netral. Tanggapan emosional

ini bertindak sebagai masukan atau input dalam persepsi kepuasan atau

ketidakkepuasan mereka.

Menurut Engel dalam Ali Hasan (1990) menyatakan bahwa

kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternative

yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan

pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak memenuhi

(36)

kepuasan konsumen merupakan suatu perasaan konsumen sebagai respon

terhadap produk barang atau jasa yang telah dikonsumsi.

Kotler (1997: 40) mengemukakan bahwa kepuasan merupakan

perasaan seseorang yang timbul dari perbedaan antara kinerja (hasil) yang

diterima konsumen dengan harapannya. Jika kinerjanya lebih rendah dari

harapannya, maka konsumen kecewa. Jika kinerjanya sama dengan

harapannya, maka konsumen puas. Jika kinerjanya melebihi harapannya,

maka konsumen akan sangat puas.

Kepuasan konsumen atas produk akan mempengaruhi perilaku

selanjutnya jika konsumen merasa puas, akan memperlihatkan peluang

pembeli yang lebih tinggi pada kesempatan berikutnya. Konsumen yang

merasa puas juga cenderung mengatakan sesuatu yang serba baik

mengenai produk yang bersangkutan kepada orang lain. Seorang

konsumen yang tidak puas akan melakukan tindakan yang berbeda dengan

konsumen yang merasa puas.

Berdasarkan uraian diatas bahwa kepuasan merupakan respon

pemenuhan dari konsumen. Kepuasan adalah hasil dari penilaian

konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat

kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang. Oleh

karenanya, perusahaan harus dapat memberikan produk atau layanan yang

dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan dari konsumen sehingga

mencapai kepuasan dari konsumen dan lebih jauh lagi dapat menciptakan

(37)

2.4.2. Manfaat Kepuasan Konsumen

Menurut Ali Hasan (2008) perencanaan, implementasi, dan

pengendalian program kepuasan konsumen memberikan manfaat sebagai

berikut:

a. Reaksi terhadap produsen berbiaya rendah

Persaingan dengan “perang harga’ pemotongan hara dianggap oleh

banyak perusahaan menjadi senjata ampuh untuk meraih pangsa pasar

(sekalipun sebenarnya sangat rapuh). Cukup banyak fakta bahwa

konsumen yang bersedia membayar harga yang lebih mahal untuk

pelayanan dan kualitas yang lebih baik. Strategi fokus pada kepuasan

pelanggan merupakan alternative dalam upaya mempertahankan

pelanggan untuk menghadapi para produsen berbiaya rendah.

b. Manfaat ekonomis

Berbagai studi menunjukkan bahwa mempertahankan dan memuaskan

pelanggan saat ini lebih murah dibandingkan terus-menerus berupaya

menarik atau memprospek pelanggan baru.

c. Reduksi sensitivitas harga

Konsumen yang puas terhadap sebuah perusahaan cenderung lebih

jarang menawar harga untuk pembelian individualnya. Dalam banyak

kasus, kepuasan pelanggan mengalihkan focus pada harga pelayanan

dan kualitas.

(38)

1. Kepuasan konsumen merupakan strategi bisnis jangka panjang,

membangun dan memperoleh reputasi produk perusahaan

dibutuhkan waktu yang cukup lama, diperlukan investasi besar

pada serangkaian aktivitas bisnis untuk membahagiakan pelanggan

2. Kepuasan konsumen merupakan indicator kesuksesan bisnis

dimasa depan yang mengukur kecenderungan reaksi pelanggan

terhadap perusahaan dimasa yang akan datang.

3. Program kepuasan pelanggan relative mahal dan hanya

mendatangkan laba jangka panjang yang bertahan lama.

4. Ukuran kepuasan pelanggan lebih prediktif untuk kinerja masa

depan sekalipun tidak mengabaikan data akuntansi sekarang.

e. Word of mouth relationship, menurut Schnaars dalam Ali Hasan

(1991) konsumen yang puas yaitu :

1. Hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis

2. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya

loyalitas pelanggan dan,

3. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang

menguntungkan bagi perusahaan.

2.4.3. Dimensi Kepua san Konsumen

Menurut Dutka (1994:41) bahwa atribut-atribut yang membentuk

(39)

a. Atribut-atribut yang berhubungan dengan produk (related to product)

meliputi: (1) value-price relationship, yang merupakan kesesuaian

antara tarif yang dibayar dengan nilai yang diterima, (2) products

quality merupakan penilaian mutu dari suatu produk. (3) products benefit merupakan manfaat yang diperoleh konsumen dari

menggunakan suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan

lainnya. (4) products features merupakan ciri-ciri tertentu yang

dimiliki oleh suatu produk sehingga berbeda dengan produk yang

ditawarkan pesaing.

b. Atribut-atribut yang berhubungan dengan jasa (related to service)

meliputi: (1) guarantee, jaminan yang diberikan terhadap layanan

perusahaan. (2) delivery, kemampuan perusahaan layanan. (3)

complaint handling, penanganan terhadap keluhan pelanggan yaitu

keseringan menanggapi keluhan pelanggan. (4) resolution of

problems, kemampuan mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh

pelanggan.

c. Atribut-atribut yang berhubungan dengan pembelian (releated to

purchase) meliputi: (1) courtesy, kesopanan karyawan. (2) ease or convenience of acquisition, kemudahan mendapatkan informasi. (3) company reputation, reputasi dari perusahaan. (4) company competence, kemampuan perusahaan dalam menanggapi persoalan.

Sementara itu Martinich dikutip Yamit (2000: 11) bahwa dimensi

(40)

kedalam, yaitu performance, range and type of features, reability and

durability, maintainability and serviceability sensori charactheristics, ethical profile and image. Dimensi kualitas yang dikemukakan oleh

Martinich tersebut berpengaruh pada harapan konsumen dan kenyataan

yang mereka terima. Jika kenyataan konsumen menerima produk melebihi

harapannya, maka konsumen menerima produk kurang atau sama dari

harapan, maka konsumen akan mengatakan produknya tidak berkualitas

atau tidak memuaskan.

2.5. Loyalitas Merek

2.5.1. Penger tian Loyalitas Mer ek

Loyalitas merek sudah lama menjadi gagasan sentral dalam

pemasaran. Dimana loyalitas merek merupakan satu ukuran keterkaitan

seorang konsumen pada sebuah merek (Aaker, di kutip oleh Dinarty SH

Manurung, 2009). Ini mencerminkan bahwa seorang konsumen yang loyal

terhadap suatu merek tidak akan dengan mudah memindahkan

pembeliannya ke merek lain, apapun yang terjadi dengan merek tersebut.

Konsumen yang loyal pada umumnya akan melanjutkan pembelian merek

tersebut walaupun dihadapkan pada berbagai alternative merek produk

pesaing yang menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul

dipandang dari berbagai sudut atributnya (Durianto, dikutip oleh Dinarty

(41)

Loyalitas adalah kesediaan dari pelanggan untuk melakukan

pembelian produk atau layanan hanya pada satu badan usaha. Gidden

(2002) menyatakan bahwa loyalitas merek adalah pilihan yang dilakukan

konsumen untuk membeli merek tertentu dibandingkan merek yang lain

dalam satu kategori produk. Sedangkan Schiffman dan Kanuk (dikutip

oleh Dinarty SH Manurung, 2009) mendenifisikan loyalitas merek sebagai

preferensi konsumen secara konsisten untuk pembelian pada merek yang

sama pada produk yang spesifik atau kategori pelayanan tertentu. Assael

(dikutip oleh Dinarty SH Manurung, 2009) menambahkan bahwa loyalitas

merek merupakan representasi dari sikap menyenangi sebuah merek yang

menimbulkan pembelian ulang terhadap merek yang sama.

Walaupun demikian, loyalitas merek berbeda dengan perilaku

pembelian ulang (repeat purchasing behavior). Perilaku pembelian ulang

adalah tindakan pembelian ulang pada suatu produk atau merek yang lebih

dipengaruhi oleh faktor kebiasaan. Dalam loyalitas merek, tindakan

pembelian berulang terhadap merek tersebut dipengaruhi oleh kesetiaan

terhadap merek. Sedangkan Aaker (dikutip oleh Dinarty SH Manurung,

2009) menyebutkan bahwa loyalitas merek adalah kelekatan konsumen

pada nilai yang tinggi dari suatu merek, dengan kelekatan yang dibangun

ini maka konsumen akan menolak segala strategi yang dilakukan oleh

competitor merek. Konsumen akan memberikan loyalitas dan

kepercayaannya pada merek selama merek tersebut sesuai dengan harapan

(42)

menawarkan nilai-nilai tertentu (Cuccia, 2001). Wood (dikutip oleh

Dinarty SH Manurung, 2009) menyatakan bahwa konsep loyalitas tidak

absolute dimanifestasikan dari perilaku konsumen saja. Menurutnya

loyalitas meliputi perasaan afeksi, kesetiaan dan komitmen. Konsumen

yang loyal terhadap suatu merek tertentu memiliki sikap yang positif dan

setia terhadap merek tersebut.

Menurut Darmadi Durianto (dikutip oleh Dinarty SH Manurung,

2009), loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan konsumen

kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang

mungkin tidaknya seorang konsumen berallih ke merek produk yang lain,

terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik

menyangkut harga ataupun atribut lain. Berdasarkan definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa loyalitas merek merupakan suatu sikap positif dan

kelekatan seorang konsumen pada sebuah merek dimana konsumen

memilih untuk membeli merek tertentu dibandingkan merek yang lain

dalam satu keategori produk secara konsisten.

Menurut Shellyana dan Dharmmesta (2002), loyalitas mempunyai

pola pembelian ulang pada merek lokal yang merupakan loyalitas

sesungguhnya atau loyalitas pada merek tunggal. Sehingga loyalitas

pelanggan disini dapat diartikan sebagai loyalitas merek. Sedangkan

definisi dari konsumen loyal adalah seseorang yang melakukan aktifitas

membeli barang atau jasa yang memenuhi kriteria sebagai berikut (Griffin,

(43)

1. Melakukan pembelian ulang secara berkala.

2. Membeli produk lain yang ditawarkan produsen yang sama.

3. Merekomendasikan produk atau jasa tersebut kepada orang lain.

Menurut Mowen (1995: 108) Kesetiaan merek didefinisikan

sebagai suatu keadaan dimana konsumen memiliki sikap yang positif

terhadap suatu merek, memiliki komitmen pada merek tersebut dan berniat

untuk melakukan pembelian ulang terhadap produk dengan merek tertentu

tersebut di masa yang akan datang. Pendapat ini didukung oleh Keegan,

Moriarty dan Duncan (1995: 6). Konsumen yang setia akan bersikap

positif terhadap produk dan cenderung melakukan pembelian yang

berulang-ulang terhadap produk tersebut.

Kesetiaan merek di pengaruhi secara langsung oleh kepuasan atau

ketidakpuasan dengan merek yang telah diakumulasi dalam jangka waktu

tertentu sebagaimana persepsi kualitas produk. Karena empat sampai

enam kali lebih murah untuk mempertahankan pelanggan lama daripada

memperoleh yang baru, maka para manajer harus member prioritas

tertinggi pada penciptaan strategi yang membangun dan mempertahankan

kesetiaan merek.

Produsen selalu berusaha memuaskan keinginan konsumen agar

konsumen setia pada suatu merek, karena dengan semakin banyaknya

konsumen yang setia penjualan akan semakin meningkat, biaya

pemasaran dapat berkurang dan timbulnya kemungkinan kemungkinan

(44)

dapat dilihat dari sikapnya, seperti yang dinyatakan Assael (1995: 131)

yaitu kesetiaan merek merupakan sikap terhadap suatu merek yang

ditunjukkan dengan pembelian yang konsisten dan terus menerus terhadap

merek tersebut. Jika konsumen sudah membeli suatu produk dengan

merek tertentu secara berulang-ulang maka konsumen tersebut memiliki

loyalitas terhadap merek.

2.5.2. Cir i-cir i Loyalitas mer ek pada Konsumen

Menurut Giddens (2002), Konsumen yang loyal terhadap suatu

merek memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki komitmen pada merek tersebut.

2. Berani membayar lebih pada merek tersebut, bila dibandingkan

dengan merek yang lain.

3. Akan merekomendasikan merek tersebut pada orang lain.

4. Dalam melakukan pembelian kembali produk tersebut tidak perlu

melakukan pertimbangan.

5. Selalu mengikuti informasi yang berkaitan dengan merek tersebut.

6. Mereka dapat menjadi semacam juru bicara dari merek tersebut dan

mereka selalu mengembangkan hubungan dengan merek tersebut

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri

konsumen yang loyal terhadap suatu merek adalah memiliki komitmen

terhadap suatu merek, berani membayar lebih terhadap merek tersebut,

(45)

pembelian ulang, selalu mengikuti informasi yang berkaitan dengan merek

dan menjadi semacam juru bicara dari merek tersebut.

2.5.3. Faktor yang mempengar uhi loyalitas

Menurut Aaker (1991:6) factor-faktor yang mempengaruhi

loyalitas pelanggan adalah :

1. Satisfaction

Konsumen akan loyal apabila ia mendapatkan kepuasan. Karena itu

jika konsumen mencoba berbagai macam merek yang kemudian di

evaluasi apakah merek tersebut telah melampaui kriteria kepuasan

mereka/tidak. Jika setelah mencoba responya baik berarti konsumen

tersebut puas. Sehingga memutuskan membeli kembali merek tersebut

secara konsisten sepanjang waktu.

2. Habitual behavior

Kesetiaan konsumen dapat terbentuk dari kebiasaan konsumen.

Apabila pembelian tersebut sudah merupakan kebiasaan, maka

pembelian tersebut tidak lagi melalui pengambilan keputusan yang

panjang.

3. Voice

Suara yang diberikan konsumen kepada perusahaan berupa keluhan /

saran melalui surat, telephone, faximile,dll.

(46)

Kesetiaan yang dipengaruhi tingkat kesukaan konsumen secara umum.

Konsumen yang dikatakan loyal bila pembelian berulang terhadap

merek itu bukan karena adanya penawaran khusus, tapi karena

konsumen percaya barang tersebut memiliki kualitas yang sama.

5. Commitment

Dalam suatu merek yang kuat, terdapat komitmen dalam jumlah yang

banyak. Loyalitas konsumen akan timbul bila ada kepercayaan dari

konsumen terhadap merek produk. Sehingga ada komunikasi dan

interkasi diantara konsumennya, yaitu dengan membicarakan produk

tersebut.

6. Switching cost

Adanya perbedaan pengorbanan dan atau resiko kegagalan dan biaya

energy, dan fisik yang dikeluarkan konsumen karena memilih satu

alternative. Bila switching costnya besar, maka konsumen akan

berhati-hati untuk pindah ke lain merek.

2.5.4. Dimensi Loyalitas Mer ek

Schiffman dan Kanuk (dikutip oleh Dinarty SH Manurung, 2009)

menyatakan bahwa loyalitas merek terbagi dalam dua dimensi yaitu:

1. Attitudinal loyalty (pengukuran sikap)

(47)

Loyalitas ini merupakan representasi dari apa yang dipercayai

oleh konsumen. Dimensi kognitif berisikan persepsi, kepercayaan

dan stereotype seorang konsumen mengenai suatu merek.

Menurut Purwadi (2000) dimensi kognitif juga berkenaan dengan

kesadaran (awareness) dan pengetahuan konsumen akan suatu

merek. Kesadaran dan pengetahuan ini mencakup harga, fitur,

iklan dan atribut lainnya.

b. Affective loyalty

Loyalitas ini didasarkan pada perasaan dan komitmen konsumen

terhadap suatu merek. Konsumen memiliki kedekatan emosional

terhadap merek tersebut. Loyalitas afektif ini merupakan fungsi

dari perasaan dan sikap konsumen terhadap sebuah merek seperti

rasa senang, suka, dan gemar. Pengungkapan perasaan ini dapat

dengan atau tanpa membandingkan dengan merek lain. Jika

konsumen memiliki sikap yang positif terhadap merek, maka

dalam diri konsumen akan berkembang loyalitas afektif.

c. Conative Loyalty atau behavioral intent

Loyalitas konatif merupakan batas antara attitudinal loyalty dan

behavior loyalty yang direpresentasikan melalui kecenderungan

perilaku konsumen untuk menggunakan merek yang sama dimasa

yang akan datang. Loyalitas konatif merupakan tingkah laku yang

masih bersifat intent, belum tampak dalam tingkah laku nyata.

(48)

Meliputi action loyalty, yang didefinisikan sebagai tingkah

laku membeli ulang suatu merek olehseorang konsumen terhadap

kategori produk tertentu. Tingkah laku seorang konsumen yang loyal

tercermin melalui frekuensi dan konsistensi pembelian suatu merek.

Selain itu, salah satu aktualisasi loyalitas konsumen ditunjukkan oleh

tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut

kepada pihak lain. Brown mengatakan bahwa seorang konsumen

dikatakan loyal jika telah melakukan pembelian minimal lima kali

terhadap merek yang sama. Tucker mengatakan tiga kali dan

Lawrence mengatakan empat kali melakukan pembelian ulang

(Assael, dikutip oleh Dinarty SH Manurung, 2009).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi

loyalitas merek terdiri dari cognitive loyalty, affective loyalty, conative

atau behavioral intent, dan action loyalty.

2.5.5. Tingkatan loyalitas mer ek

Dalam kaitannya dengan loyalitas merek suatu produk, didapati

adanya beberapa tingkatan loyalitas merek. Aaker (dikutip oleh Dinarty

SH Manurung, 2009) membagi tingkatan loyalitas merek kedalam lima

tingkatan, yaitu:

1. Switcher

Merupakan tingkatan loyalitas yang paling dasar dimana

(49)

merek-merek apapum dianggap memadai, dan suka berpindah merek.

Dengan demikian merek memainkan peranan yang kecil dalam

keputusan pembelian. Apapun yang diobral atau menawarkan

kenyamanan akan lebih disukai. Motivasi mereka berpindah merek

adalah harga yang rendah karena golongan ini memang sensitive

terhadap harga (price sensitive switcher). Pembeli tipe ini mungkin

bisa diistilahkan sebagai pembeli harga atau pengalih.

2. Habitual buyer

Pada tingkatan ini pembeli setia terhadap suatu merek dimana

dasar kesetiaannya bukan kepuasaan atau keakraban dan kebanggaan.

Merupakan pembeli yang puas terhadap suatu produk, setidaknya

tidak merasa dikecewakan oleh merek tersebut. Dan dalam membeli

produk didasarkan pada faktor kebiasaan, bila menemukan merek

yang lebih bagus, maka mereka akan berpindah. Para pembeli pada

tingkatan ini sulit dirangkul, karena tidak ada alas an bagi mereka

untuk memperhitungkan berbagai alternatif.

3. Satisfed buyer

Pada tingkatan ini pembeli merasa puas dengan suatu merek.

Mereka setia, tetapi dasar kesetiaannya bukan pada kebanggaan atau

keakraban pada suatu merek tetapi lebih didasarkan pada perhitungan

untung rugi atau biaya peralihan (switching cost), baik biaya dalam

waktu, uang atau resiko kinerja, bila melakukan pergantian ke merek

(50)

para kompetitor perlu mengatasi biaya peralihan dengan menawarkan

bujukan untuk beralih atau dengan tawaran suatu manfaat yang cukup

besar sebagai kompensasi.

4. Liking the brand

Pada tingkatan keempat ini, pembeli sungguh-sungguh

menyukai merek tersebut. Preferensi mereka mungkin dilandaskan

pada suatu asosiasi, seperti suatu symbol, rangkaian pengalaman

dalam menggunakan, atau kesan kualitas (perceived quality) yang

tinggi. Pada tingkatan ini, kecintaan pada produk baru terbatas pada

komitmen terhadap diri sendiri, dan mereka merasa akrab dengan

merek tersebut. Berbagai segmen pada tingkat keempat ini disebut

sebagai teman-teman dari merek (friends of the brands) karena

terdapat perasaan emosional yang terkait.

5. Commited buyer

Merupakan tingkatan teratas dimana para pembeli setia dan

merasa bangga pada terhadap suatu produk. Mereka mempunyai

suatu, seperti kebanggan dalam menemukan atau menjadi pengguna

dari suatu merek. Merek tersebut sangat penting bagi mereka baik dari

segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa mereka

sebenarnya. Rasa percaya diri mereka termanifestasi pada tindakan

semacam merekomendasikan merek tersebut pada orang lain. Nilai

dari pembeli yang berkomitmen tersebut tidaklah begitu besar pada

(51)

terhadap pasar itu sendiri. Kelima tingkatan ini dibuta dengan

melakukan penyederhanaan. Dengan kata lain, kelimanya tidak selalu

muncul dalam bentuk yang murni dan tidak tertutup kemungkinan

mengkonseptualisasikan dalam bentuk lain. Sebagai contoh, aka nada

konsumen-konsumen yang mempunyai kombinasi dari

tingkatan-tingkatan ini.

2.6. Teor i Hubungan Antar Var iabel Penelitian

2.6.1. Pengar uh Kualitas Pr oduk Ter hadap Kepuasan Konsumen

Pada hakikatnya, tujuan perusahaan adalah untuk menciptakan dan

mempertahankan konsumen. Salah satu cara untuk mempertahankan

konsumen dengan meningkatkan kepuasan konsumen (Tjiptono, 2003).

Kepuasan itu merupakan penilaian konsumen terhadap penampilan dan

kinerja barang atau jasa itu sendiri, yang memberikan tingkat pemenuhan

keinginan, hasrat dan tujuan konsumen berkaitan dengan konsumsi yang

menyenangkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen adalah (a)

kualitas produk, (b) kualitas pelayanan, (c) harga, dan (d) faktor situasi dan

personal. Faktor-faktor ini yang mempengaruhi harapan konsumen.

Kepuasan akan dirasakan konsumen, ketika kualitas produk melebihi

harapan mereka (Mowen, 2001). Karena kepuasan konsumen sangat

tergantung pada persepsi dan harapan konsumen, maka perlu diketahui

(52)

Faktor-faktornya terdiri dari, kebutuhan dan keinginan konsumen, pengalaman

masa lalu, pengalaman dari teman-teman, dan komunikasi melalui iklan

dan pemasaran.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diperoleh kerangka

pemahaman bahwa kepuasan konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor,

salah satunya kualitas produk. Dalam kepuasan konsumen terjadi proses

membandingkan harapan konsumen terhadap kinerja produk dengan

kinerja produk secara nyata, yaitu adanya proses persepsi kualitas produk.

Jika kinerja produk nyata (persepsinya terhadap kualitas produk) melebihi

harapan konsumen terhadap kinerja produk, maka konsumen akan

mengalami kepuasan. Namun, jika kinerja produk nyata jauh dibawah

harapan konsumen terhadap kinerja produk, maka konsumen akan

mengalami ketidakpuasan. Maka itu, perusahaan harus meningkatkan

kualitas produknya yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen karena

semakin tinggi nilai kualitas produknya maka semakin besar pula

kepuasan konsumen.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas produk

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen.

Pengaruh dari kualitas produk terhadap kepuasan konsumen sebesar 0,548.

(53)

2.6.2. Penga r uh Kepuasan Konsumen Ter hadap Loyalitas Mer ek

Di era persaingan yang semakin ketat ini, salah satu cara untuk

mendapatkan konsumen yang loyal adalah dengan memuaskan kebutuhan

konsumen secara konsisten dari waktu ke waktu. Banyak cara yang dapat

digunakan perusahaan untuk memuaskan kebutuhan konsumen (Erna

Ferrinadewi, 2005).

Kepuasan konsumen merupakan sikap, penilaian dan respon

emotional yang ditunjukkan oleh konsumen setelah proses pembelian yang

berasal dari perbandingan kesannya terhadap pengalaman mengkonsumsi

suatu produk atau jasa. (wilkie, 1994).

Loyalitas mempunyai hubungan yang erat dengan kepuasan

konsumen. Dimana loyalitas dipengaruhi secara langsung oleh kepuasan

dengan merek yang telah diakumulasi dalam jangka waktu tertentu

sebagaimana persepsi kualitas produk (Mowen & Minor, 2002). Tingkat

kepuasan konsumen akan mempengaruhi derajat loyalitas merek. Karena

salah satu faktor yang mempengaruhi loyalitas adalah kepuasan konsumen

(Schiffman dan kanuk,2004)

Konsumen dalam memenuhi kebutuhan dengan membeli merek

tertentu. Sebelum melakukan pembelian, konsumen akan mengembangkan

suatu pengharapan mengenai apa yang mereka harapkan dari suatu produk

dimana harapan tersebut merupakan standar kualitas yang akan

dibandingkan dengan fungsi atau kualitas produk yang sesungguhnya

(54)

(cognitive) konsumen. Pengaharapan ini akan dilanjutkan dengan

membeli/mengkonsumsi merek.

Selama mengkonsumsi merek, konsumen akan merasakan fungsi

produk yang sebenarnya (actual performance). Dimana fungsi produk yang

sesungguhnya dirasakan konsumen merupakan persepsi konsumen

terhadap kualitas produk tersebut. Persepsi ini merupakan representasi dari

apa yang dipercayai atau diyakini oleh konsumen, yang dibentuk di dalam

kognitifnya sehingga akhirnya akan mengembangkan loyalitas kogniti

dalam diri konsumen. Setelah mengkonsumsi produk, konsumen akan

membandingkan antara harapannya dengan fungsi produk.

Melalui perbandingan (comparison) tersebut akan diperoleh hasil

apakah konsumen akan puas atau tidak puas terhadap produk yang

dikonsumsinya. Rasa puas mengindikasikan adanya sikap dan perasaan

yang positif terhadap produk, maka dalam diri konsumen akan

berkembang loyalitas afektif. Konsumen yang puas akan berniat untuk

menggunakan produk yang sama dimasa yang akan datang (loyalitas

koantif). Pembelian ulang pada merek yang sama akan menunjukkan

loyalitas konsumen terhadap merek (Sumarwan, 2003). Tetapi dalam

loyalitas merek, tindakan pembelian ulang terhadap merek tersebut

dipengaruhi oleh kesetiaan terhadap merek (Kumar, 2002).

Kepuasan yang tercipta dari produk yang berkualitas akan

membuat konsumen loyal terhadap perusahaan. Konsumen yang merasa

(55)

jasa perusahaan. Dengan demikian bahwa kepuasan konsumen merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi loyalitas merek pada konsumen.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan analisis SEM

untuk menguji pengaruh kepuasan terhadap loyalitas merek, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa faktor kepuasan konsumen berpengaruh positif

terhadap loyalitas merek. (Febi, Ari Susanto, 2011).

2.6.3. Penga r uh Kualitas Pr oduk Ter hadap Loyalitas Mer ek

Produk menjadi instrumen penting untuk mencapai kesuksesan dan

kemakmuran pada perusahaan modern. Perkembangan teknologi,

peningkatan persaingan global, serta kebutuhan dan keinginan pasar

mengharuskan perusahaan melakukan pengembangan produk yang terus

menerus. Hanya ada dua pilihan yaitu sukses dalam pengembangan produk

sehingga menghasilkan kualitas produk yang unggul, atau gagal dalam

pencapaian tujuan bisnisnya karena produk yang tidak mampu bersaing

dipasar. Kenyataannya kualitas merupakan hal yang seharusnya untuk

semua ukuran perusahaan dan untuk tujuan mengembangkan praktek

kualitas serta menunjukkan ke konsumen bahwa mereka mampu

menemukan harapan akan kualitas yang semakin tinggi.

Konsumen yang memperoleh kepuasan atas produk yang dibelinya

cenderung melakukan pembelian ulang produk yang sama. Salah satu

faktor penting yang dapat membuat konsumen puas adalah kualitas

Gambar

Tabel 1.1.  Data Top Brand Index Handphone Nokia Tahun 2009-2011 Tahun Top Brand Index Nokia
Tabel 1.3. Data Komplain Nokia Tahun 2009-2011 No Tahun Jumlah komplain
Gambar 1.1   Grafik Skor Handphone Di Tahun 2011
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemahaman konsep akhlakul karimah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja tenaga pendidik dengan dibuktikan berdasarkan prosentase pengaruh

 Jika anda merasa bahwa jawaban yang anda berikan salah dan anda ingin menggantinya, maka anda dapat langsung memberikan dua garis mendatar ( = ) pada pilihan

terhadap kasus pengeroyokan yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum. ditinjau dari segi

Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan kegiatan ini adalah 1) mening-katkan pemahaman guru terhadap penilaian berbasis kompetensi, (2) membimbing guru agar dapat menyusun

Untuk uji determinasi nilai koefisiennya 0,102 dan untuk uji hipotesis diperoleh bahwa arus kas operasi dan laba operasi secara bersama-sama signifikan terhadap

Perkelahian antar pelajar yang sering terjadi biasanya dikarenakan adanya kesalahfahaman yang terjadi antar individu atau kelompok dan tidak adanya pola komunikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Pengawasan Keuangan Pada Dinas Pariwisata Provinsi Sulut,

Dalam hal ini nilai tukar, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, biaya promosi, jumlah pekerja, tingkat bagi hasil deposito mudharabah 3 bulan, tingkat bagi hasil deposito mudharabah