• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN HURUF KAPITAL PADA NASKAH PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 TANGERANG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN HURUF KAPITAL PADA NASKAH PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 TANGERANG SELATAN"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd)

Oleh

Apriani Alpaujiah

NIM 1112013000009

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Apriani Alpaujiah, NIM 1112013000009, Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital pada Naskah Pidato Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Tangerang Selatan. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen pembimbing Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A, M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan penggunaan huruf kapital pada naskah pidato siswa kelas X di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif deskriptif. Adapun pengumpulan data yang diambil ialah dokumen berisi teks pidato siswa dengan menggunakan teknik simple random sampling serta wawancara. Teknik pengolahan data yang digunakan ialah pengumpulan data, pengkodean, pengidentifikasian kesalahan, pengelompokan kesalahan, pernyataan frekuensi aspek kesalahan serta penginterpretasian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari jumlah kalimat yang dianalisis sebanyak 142 kalimat. Kesalahan terbesar terdapat pada aspek kesalahan nomor 1, yaitu huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat sebanyak 87 kesalahan atau 61,27%, sedangkan kesalahan terkecil terdapat pada aspek kesalahan nomor 3, yaitu huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung sebanyak 1 kesalahan atau 0,70% dan nomor 6, yaitu huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat sebanyak 1 kesalahan atau 0,70% serta tidak ditemukan kesalahan penggunaan huruf kapital pada aspek kesalahan penggunaan huruf kapital nomor 10, yaitu huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk dan aspek nomor 12, yaitu huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.

Kata kunci: Analisis Kesalahan, Huruf Kapital, Naskah Pidato, SMA Negeri 8 Tangerang Selatan.

(6)

ii

ABSTRACK

Apriani Alpaujiah, 1112013000009, The Error of The Use of Capital Letter on Speech Script is a Class X Students of Senior High School 8 Tangerang Selatan, Departement of Indonesian Language dan Literature, Faculty of Tarbiyah and Teacher Learning, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Advisor: Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd.

The aim of this research was to know the error of the use of capital letter on speech script is a Class X Students of Senior High 8 Tangerang Selatan. The research method used in this research was descriptive qualitative method. The technique of data collecting were documents which were students’ speech text by using simple random sampling technique and also interview. Technique of data analysis were collecting the data, decoding, identifying the error, grouping the error, stating the frequent of error aspect and also interpreting.

The result of this research showed the total of sentences whih was analyzed was 142 sentences. The most error was on number 1 of error aspect, which was capital letter used as the first letter in beginning of a sentence, there were 87 errors or 61,27%, meanwhile the least error was on number 3 of error aspect, which was capital letter used as in beginning of direct quotation, there was 1 error or 0,70% and on number 6 of error aspect, which was capital letter used as the first letter of job position and rank position followed by name of person or used as substitution of particular person’s name, name of institute, or name of place, it was about 0,70%, and there was not found an error of using capital letter on error aspect of using capital letter number 10, which was capital letter used as the first letter of all words (including all elements of perfect repetition form) on country, institute, corporation, organization, or document, except word of order like in, to, from, and, is, dan for and error aspect number 12, which was capital letter used as the first letter of abbreviation of name of degree, rank, or greeting.

Keywords: Error Analysis, Capital Letter, Speech Script, SMA State 8 South Tangerang.

(7)

iii

yang berjudul Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital pada Naskah Pidato Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Tangerang Selatan. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarja pendidikan Strata 1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Proses penulisan skripsi ini tentu saja tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya doa, usaha, dukungan serta semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah melancarkan penyelesaian skripsi ini;

2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah melancarkan penyelesaian skripsi ini;

3. Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu, membimbing, mengarahkan serta memberikan inspirasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis;

5. Kedua orang tuaku tersayang yang telah memberikan kasih sayang, semangat, motivasi dukungan, serta doa yang menjadi sumber kekuatan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta adikku Septianti Mardiah yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis;

6. Seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), khususnya kelas A angkatan 2012 atas dukungan serta pengalaman yang tak pernah terlupakan bagi penulis;

(8)

iv

7. Sahabat-sahabat tercinta Serlinda Nurmala Shinta, Ismawati, Cahya Yuga Ningsih, dan Nur Aini yang selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta memberikan semangat dan dukungan kepada penulis;

8. Rakhmat Syukur yang telah memberikan nasihat, semangat serta motivasi kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini;

9. Seluruh keluarga besar SMA Negeri 8 Tangerang Selatan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian terkait skripsi ini;

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga kalian yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, mendapat pahala yang besar dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Tangerang Selatan, 2 Desember 2016

Penulis

(9)

v

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Batasan Masalah 4

D. Rumusan Masalah 4

E. Tujuan Penelitian 4

F. Manfaat Penelitian 5

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori 6

1. Ejaan 6

a. Pengertian Ejaan 6

b. Jenis Ejaan yang Pernah Berlaku di Indonesia 7

c. Pengertian Huruf Kapital 9

d. Kaidah Penulisan Huruf Kapital 10

2. Pidato 17

a. Pengertian Pidato 17

b. Metode-metode Pidato 18

(10)

vi

d. Sistematika Penyusunan Naskah Pidato 19

e. Penyuntingan Naskah Pidato 21

f. Penyempurnaan Naskah Pidato 21

g. Penyampaian Pidato 21

h. Ciri-ciri Pidato yang Baik 22

3. Analisis Kesalahan 22

a. Pengertian Analisis Kesalahan 22

b. Tujuan Analisis Kesalahan 23

B. Penelitian yang Relevan 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek dan Objek Penelitian 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian 26

C. Metode Penelitian 26

D. Teknik Pengumpulan Data 28

E. Teknik Pengolahan Data 29

F. Analisis Data 30

G. Instrumen Penelitian 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah 36 B. Deskripsi Data 40 C. Analisis Data 40 D. Interpretasi Data 129 BAB V PENUTUP A. Simpulan 131 B. Saran 133 DAFTAR PUSTAKA 134

(11)
(12)

viii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 : Instrumen Penelitian

2. Tabel 4.1 : Visi SMA Negeri 8 Tangerang Selatan 3. Tabel 4.2 : Misi SMA Negeri 8 Tangerang Selatan

4. Tabel 4.3 : Keadaan Guru SMA Negeri 8 Tangerang Selatan 5. Tabel 4.4 : Tata Usaha SMA Negeri 8 Tangerang Selatan

6. Tabel 4.5 : Keadaan dan Rombongan Belajar Siswa SMA Negeri 8 Tangerang Selatan

7. Tabel 4.6 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Aditya Ayu Putri

8. Tabel 4.7 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Annisa Rafida

9. Tabel 4.8 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Azura Zuhri

10. Tabel 4.9 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Diana Fermata Sari

11. Tabel 4.10 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Diana Tri Wulandari

12. Tabel 4.11 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Difa Fadhila

13. Tabel 4.12 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Fidella Azaria

14. Tabel 4.13 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Kencana Rahma Dewi

15. Tabel 4.14 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Latifa Dewi Prameswari

16. Tabel 4.15 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Layla Azizah Ditha Sari

17. Tabel 4.16 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Meta Bellina

(13)

ix

20. Tabel 4.19 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Qatrunnada Fara Rizkiana 21. Tabel 4.20 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam

Naskah Pidato Siswa Qur’aeni Hajizah Tardiah 22. Tabel 4.21 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam

Naskah Pidato Siswa Rahmatullah Ramadhan

23. Tabel 4.22 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Randifta Salva Az Zahra 24. Tabel 4.23 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam

Naskah Pidato Siswa Rizkya Amalia Putri

25. Tabel 4.24 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Veronica Romauli

26. Tabel 4.25 : Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Naskah Pidato Siswa Via Arsita Sari

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Lembar Uji Referensi

2. Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3. Lampiran 3 : Naskah Pidato Siswa

4. Lampiran 4 : Daftar Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia 5. Lampiran 5 : Surat Bimbingan Skripsi

6. Lampiran 6 : Surat Permohonan Izin Penelitian 7. Lampiran 7 : Surat Keterangan Penelitian

(15)

1

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya bahasa, masyarakat dapat menyampaikan ide serta gagasan kepada orang lain. Bahasa akan membuat orang mengerti maksud serta tujuan yang disampaikan oleh orang lain. Tanpa adanya bahasa, kehidupan masyarakat tidak akan berjalan dengan baik, oleh karena itu bahasa sangat penting dalam kegiatan berkomunikasi, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.

Chaer mengatakan bahwa: “Bahasa lisan memang penting dan dianggap primer dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan bahasa tulis merupakan sekunder. Meskipun demikian, tetapi peranan atau fungsi bahasa tulis di dalam kehidupan modern sangat besar sekali. Bahasa tulis bisa menembus ruang dan waktu, selain itu bahasa tulis juga dapat disimpan lama sampai waktu yang tak terbatas. Karena itulah kita bisa memperoleh informasi dari masa lalu atau dari tempat yang jauh melalui bahasa tulis, tetapi tidak melalui bahasa lisan”.1

Mengingat pentingnya bahasa tulis, maka siswa dituntut untuk memiliki keterampilan menulis. Menulis merupakan salah satu aspek penting dalam keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Heaton mengungkapkan bahwa: “Sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Oleh karena itu, keterampilan menulis dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan berbahasa yang lain. Dengan demikian, keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca”.2

1Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 82-83. 2

Kundharu Sadhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa

(16)

2

Hal ini menunjukkan bahwa setiap keterampilan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, seseorang dapat menulis dengan baik setelah menguasai ketiga keterampilan berbahasa tersebut karena memang tidak mudah seseorang dapat menulis dengan baik dan benar yang sesuai dengan kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Suatu tulisan atau karangan dapat dikatakan baik apabila terdapat keterpaduan antara kata per kata, hingga paragraf per paragraf. Selain itu dilihat pula dari segi bahasa yang digunakan, isi tulisan atau karangan serta bentuk dan cara penyampaiannya lalu penggunaan kalimat efektif serta diksi yang tepat. Begitu pula siswa dalam keterampilan menulis naskah pidato harus memperhatikan kaidah penulisannya.

Dalam berpidato ada beberapa metode yang digunakan, di antaranya metode impromtu, menghafal, naskah dan ekstemporan. Metode naskah digunakan dengan cara membaca naskah yang telah dipersiapkan. Hal ini berarti seseorang yang akan berpidato harus membuat naskah pidato terlebih dahulu yang kemudian akan dibacakan.

Dalam menulis naskah pidato, siswa perlu mengetahui bagaimana sistematika penyusunan naskah pidato yang benar. Selain itu, dalam menulis naskah pidato siswa juga harus memperhatikan penerapan penulisan yang baik dan benar, khususnya pada penggunaan huruf kapital.

Menulis tulisan atau karangan khususnya pada naskah pidato yang sesuai dengan penerapan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sudah selayaknya mampu diterapkan oleh siswa SMA karena sebelumnya mereka sudah mempelajari cara menulis yang baik dan benar di sekolah menengah pertama. Oleh sebab itu, siswa SMA sudah mampu memahami cara menulis yang baik dan benar.

Pada kegiatan menulis, seseorang harus mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang merupakan pergantian dari Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Kaidah-kaidah tersebut ialah pemakaian huruf,

(17)

penulisan kata, pemakaian tanda baca, serta penulisan unsur serapan. Bagi para pengguna bahasa, penerapan penggunaan huruf kapital pada tulisan diharuskan agar bentuk tulisan terlihat rapi dan teratur. Dengan demikian, pembaca dapat mengerti maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Di dalam menulis suatu tulisan atau karangan, penggunaan huruf kapital perlu ditingkatkan dan dimengerti oleh setiap pemakai bahasa Indonesia, khususnya bagi para siswa. Namun, pada kenyataannya penulis melihat bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam menerapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) khususnya pada penggunaan huruf kapital.

Seperti pengalaman penulis pada saat mengajar murid-murid di kelas X SMA Negeri 8 Tangerang Selatan, bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam penggunaan huruf kapital yang terdapat pada tulisan siswa. Hal ini terlihat pada buku catatan maupun latihan mereka. Ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami penggunaan huruf kapital masih tergolong rendah. Mereka seolah-olah terbiasa dengan kesalahan tersebut tanpa menghiraukan bagaimana penulisan yang baik dan benar.

Kesalahan penggunaan huruf kapital dalam tulisan siswa, memang tidak terlalu menjadi masalah besar, namun apabila dibiasakan, para siswa akan terbiasa dan menjadi suatu kebiasaan. Mengingat pentingnya keterampilan menulis sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) khususnya pada penggunaan huruf kapital hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu mengenai penggunaan huruf kapital tersebut sebelum meminta siswa untuk mengerjakan tugas menulis serta memberikan motivasi kepada para siswa agar dapat menulis sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital pada Naskah Pidato Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Tangerang Selatan.

(18)

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menemukan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pentingnya pengetahuan bagi siswa mengenai sistematika penyusunan naskah pidato yang benar.

2. Penerapan penggunaan huruf kapital pada tulisan siswa, bertujuan agar bentuk tulisan terlihat rapi dan teratur.

3. Pentingnya keterampilan menulis sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) khususnya pada penggunaan huruf kapital.

4. Kesalahan penggunaan huruf kapital dalam tulisan siswa, memang tidak terlalu menjadi masalah besar, namun apabila dibiasakan, maka akan menjadi suatu kebiasaan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah pada kesalahan penggunaan huruf kapital pada naskah pidato siswa kelas X di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan.

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah kesalahan penggunaan huruf kapital pada naskah pidato siswa kelas X di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesalahan penggunaan huruf kapital pada naskah pidato siswa kelas X di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan.

(19)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru

Dengan adanya penelitian ini guru mendapatkan wawasan mengenai penggunaan huruf kapital yang sesuai dengan kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) khususnya pada penggunaan huruf kapital. Selain itu, dapat mengingatkan kepada guru agar menggunakan metode maupun strategi yang lebih bervariasi dalam pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis naskah pidato.

2. Bagi siswa

Dengan adanya penelitian ini dapat memudahkan siswa dalam memahami penggunaan huruf kapital yang sesuai dengan kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) khususnya pada materi menulis naskah pidato.

(20)

6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Ejaan a. Pengertian Ejaan

Menurut Chaer, “Pada hakikatnya ejaan itu tidak lain dari konvensi grafis, perjanjian di antara anggota masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya”.1

Menurut Kuntarto, “Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan bunyi, cara memisahkan atau menggabungkan kata, dan cara menggunakan tanda baca”.2

Arifin dan Tasai mengatakan bahwa, “Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana atarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca”.3

Gani dan Fitriyah Z.A mengungkapkan bahwa, “Ejaan adalah sistem tulis-menulis yang dibakukan (distandarisasikan). Ejaan berarti pula lambang ujaran. Dengan kata lain, ejaan adalah lambang dari bunyi bahasa”.4

Menurut Tim Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Universitas Muhammadiyah Malang, “Ejaan merupakan keseluruhan peraturan penggambaran lambang-lambang bunyi ujar suatu bahasa dan hubungan lambang satu dengan

1

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta:Rineka Cipta, 2011), h. 36.

2 Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, (Jakarta: Mitra

Wacana Media, 2010), h. 31.

3

Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2009), h. 164.

4 Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Pembinaan Bahasa Indonesia, (Ciputat,

(21)

lambang yang lain, baik dalam penggabungan ataupun dalam pemisahannya.”.5

Berdasarkan beberapa pemaparan mengenai pengertian ejaan, penulis dapat menyimpulkan mengenai ejaan. Ejaan ialah keseluruhan aturan atau kaidah yang berlaku mengenai lambang-lambang bunyi ujaran.

b. Jenis-jenis Ejaan yang Pernah Berlaku di Indonesia 1. Ejaan Van Ophuijsen

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma‟moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan van Ophuijsen adalah sebagai berikut: a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah,

sajang.

b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.

c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.6

2. Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan Ejaan van Ophuisen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan adalah sebagai berikut:

a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.

5

Tim Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Universitas Muhammadiyah Malang, Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah, (Malang, UPT Penerbitan Muhammadiyah Malang, 2013), h. 133.

6

(22)

8

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.

c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2, seperti anak2, berjalan2, ke-barat2-an.

d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada, dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.7

3. Ejaan Melindo

Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.8

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

Pada tahun 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian Ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

Oleh karena penuntunan itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

7 Ibid., h. 165. 8

(23)

yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.9 5. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

Penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia telah dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penyempurnaan tersebut menghasilkan naskah yang pada tahun 2015 telah ditetapkan menjadi Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Pada tahun 2016 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Anis Baswedan, Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) diganti dengan nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang penyempurnaan naskahnya disusun oleh pusat Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.10

c. Pengertian Huruf Kapital

Menurut Sugono, “Huruf kapital merupakan huruf besar, biasanya digunakan pada huruf pertama dari kata pertama dalam kalimat atau huruf pertama nama, seperti A, B, dan C”.11

9 Ibid., h. 165-166.

10 Tim Pengembangan Pedoman Bahasa Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia, (Jakarta, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016), h. viii-ix. 11

Dendy Sugono, dkk., Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), Cet ke-1, hlm. 112.

(24)

10

Tarigan mengatakan bahwa, “Istilah huruf besar bersinonim dengan huruf kapital. Dalam bahasa Inggris, kedua istilah itu disebut capital letter. Bagi orang tertentu huruf besar bersifat ambiguitas, mengandung makna taksa atau berarti dua. Harus disadari benar bahwa tidak semua huruf besar merupakan huruf besar atau huruf kapital. Walaupun berbentuk kecil, suatu huruf dapat juga merupakan huruf kapital atau huruf besar.12

Dari beberapa pemaparan mengenai pengertian huruf kapital, penulis dapat menyimpulkan mengenai pengertian huruf kapital. Huruf kapital ialah huruf besar yang biasa digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

d. Kaidah Penulisan Huruf Kapital

Peneliti dalam hal ini merujuk kepada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang merupakan pergantian dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).

Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah penulisan huruf kapital itu adalah sebagai berikut:

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:

Apa maksudnya? Dia membaca buku. Kita harus bekerja keras.

Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.

Misalnya: Amir Hamzah Dewi Sartika

12 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa,

(25)

Wage Rudolf Supratman Jenderal Kancil Dewa Pedang Alessandro Volta André-Marie Ampère Mujair Catatan:

a. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:

ikan mujair mesin diesel 5 ampere 10 volt

b. Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna anak dari„, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.

Misalnya:

Abdul Rahman bin Zaini Siti Fatimah binti Salim Indani boru Sitanggang

Charles Adriaan van Ophuijsen Ayam Jantan dari Timur

3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"

Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!" "Mereka berhasil meraih medali emas," katanya. "Besok pagi," kata dia, "mereka akan berangkat."

(26)

12

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Islam Alquran Kristen Weda Hindu Allah Tuhan

Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.

Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.

5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.

Misalnya:

Sultan Hasanuddin Mahaputra Yamin Haji Agus Salim Imam Hambali Nabi Ibrahim

Raden Ajeng Kartini Doktor Mohammad Hatta

Agung Permana, Sarjana Hukum

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.

Misalnya:

Selamat datang, Yang Mulia. Semoga berbahagia, Sultan.

(27)

Terima kasih, Kiai. Selamat pagi, Dokter. Silakan duduk, Prof. Mohon izin, Jenderal.

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik Profesor Supomo

Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)

Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,

suku bangsa, dan bahasa. Misalnya:

bangsa Indonesia suku Dani

bahasa Bali Catatan:

Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

pengindonesiaan kata asing keinggris-inggrisan

kejawa-jawaan

8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.

(28)

14

tahun Hijriah tarikh Masehi bulan Agustus bulan Maulid hari Jumat hari Galungan hari Lebaran hari Natal

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.

Misalnya:

Konferensi Asia Afrika Perang Dunia II

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Catatan:

Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:

Jakarta Asia Tenggara Pulau Miangas Amerika Serikat Bukit Barisan Jawa Barat Dataran Tinggi Dieng Danau Toba Jalan Sulawesi Gunung Semeru Ngarai Sianok Jazirah Arab Selat Lombok Lembah Baliem

Sungai Musi Pegunungan Himalaya Teluk Benggala Tanjung Harapan Terusan Suez Kecamatan Cicadas Gang Kelinci Kelurahan Rawamangun

(29)

Catatan:

a. Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:

berlayar ke teluk mandi di sungai menyeberangi selat berenang di danau

b. Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:

jeruk bali (Citrus maxima)

kacang bogor (Voandzeia subterranea) nangka belanda (Anona muricata) petai cina (Leucaena glauca)

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.

Misalnya:

Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula anggur.

Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.

Contoh berikut bukan nama jenis.

Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Yogyakarta, dan batik Madura.

Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang, Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.

(30)

16

Misalnya:

Republik Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Lainnya

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra. Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.

Misalnya:

S.H. sarjana hukum Dg. daeng S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat Dt. datuk S.S. sarjana sastra R.A. raden ayu M.A. master of arts St. sutan M.Hum. magister humaniora Tb. tubagus M.Si. magister sains Dr. doktor

(31)

Hj. hajah Tn. tuan

Mgr. monseigneur Ny. nyonya

Pdt. pendeta Sdr. saudara

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.

Misalnya:

“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan. Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”

“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.

Surat Saudara telah kami terima dengan baik. “Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”

“Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.” Catatan

a. Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan.

Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. b. Kaga ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

Sudahkah Anda tahu? Siapa nama Anda? 13 2. Pidato

a. Pengertian Pidato

Menurut Tarigan, “Pidato didefinisikan sebagai (i) pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan

(32)

18

kepada orang lain, dan (ii) wacana yang disiapkan secara tertulis untuk diucapkan di depan khalayak ramai.”14

Arifin dan Tasai mengemukakan bahwa, “Berpidato merupakan salah satu wujud kegiatan berbahasa lisan. Oleh sebab itu, berpidato memerlukan dan mementingkan ekspresi gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa lisan yang didukung oleh aspek nonbahasa, seperti ekspresi wajah, kontak pandang, dan intonasi suara”.15

Dari beberapa pemaparan di atas, penulis dapat menyimpulkan mengenai pengertian pidato. Pidato ialah suatu kegiatan berbicara di depan umum untuk mengungkapkan pikirannya dengan didukung oleh ekspresi wajah, kontak pandang serta intonasi suara.

b. Metode-metode Pidato

Macam-macam metode pidato sebagai berikut: 1) Metode Impromtu

Metode pidato berdasarkan kebutuhan sesaat, tidak ada persiapan. Orang yang berpidato secara sertamerta berbicara/berpidato berdasarkan pengetahuan dan kemahirannya.

2) Metode Menghafal

Metode pidato yang terlebih dahulu ditulis naskahnya dengan mengikuti aturan-aturan penulisan naskah pidato, setelah itu naskah pidato tersebut dihafalkan kata demi kata.

3) Metode Naskah

Metode pidato yang dilakukan dengan cara membaca naskah yang telah dipersiapkan. Cara atau metode ini biasanya dilakukan dalam pidato-pidato resmi.

4) Metode Ekstemporan

14

Djago Tarigan, dkk, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h. 4.63.

15 Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika

(33)

Metode pidato yang dilakukan dengan menggunakan catatan-catatan kecil yang isinya berupa catatan-catatan-catatan-catatan penting sejenis kerangka sebagai pedoman.16

c. Pengertian Naskah Pidato

Arifin dan Tasai mengatakan bahwa, “Menulis naskah pidato pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis yang siap dilisankan. Pilihan kosa kata, kalimat, dan paragraf dalam menulis sebuah pidato sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan kegiatan menulis naskah yang lain. Situasi resmi akan menentukan kosakata dalam menulis.”.17

Sadhono dan Slamet mengatakan bahwa, “Naskah pidato adalah sejenis karangan. Oleh karena itu persyaratan yang berlaku untuk suatu karangan berlaku juga untuk naskah pidato. Naskah pidato bertolak dari suatu ide atau gagasan. Ide tersebut dikembangkan dengan berbagai penjelasan, uraian, dan contoh-contoh agar mudah dipahami”.18

Bagi mereka yang masih belajar berpidato, naskah tertulis ini dibaca dengan bersuara. Naskah pidato adalah sebuah karangan yang berisi tulisan yang memuat segala masalah yang akan diuraikan di dalam pidato.19

Dari beberapa pemaparan mengenai pengertian naskah pidato, penulis dapat menyimpulkan mengenai pengertian naskah pidato. Naskah pidato ialah karangan yang berisi ide atau gagasan penulis dalam bentuk tulisan yang nantinya akan disampaikan secara lisan.

d. Sistematika Penyusunan Naskah Pidato 1. Pembukaan

Pidato biasanya diawali dengan kata atau salam pembuka, misalnya:

“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh” “Salam Sejahtera bagi Kita”

16

Tarigan, dkk, op. cit., h. 8. 29-8.30.

17 Arifin dan Amran Tasai, op. cit, h. 229. 18

Sadhono dan ST. Y. Slamet, op. cit., h. 112.

(34)

20

“Merdeka” dan sebagainya.

Untuk acara-acara yang bersifat keagamaan biasanya didahului oleh pembacaan beberapa ayat suci.

2. Pendahuluan

Pendahuluan berupa ucapan terima kasih yang disampaikan kepada para undangan atas/waktu/kesempatan yang telah diberikan, dan juga sedikit penjelasan mengenai pokok masalah yang akan kita uraikan dalam pidato.

3. Simpulan

Dalam naskah pidato faktor simpulan ini sangat penting, karena dengan menyimpulkan segala sesuatu yang telah dibicarakan, ditambah dengan penjelasan dan anjuran, hadirin dapat menghayati maksud dan tujuan semua yang dibicarakan oleh si pembicara, karena apa yang terakhir dikatakan biasanya lebih mudah dan lebih lama diingat.

4. Harapan

Harapan merupakan sebagian dari simpulan, tetapi biasanya merupakan suatu dorongan agar hadirin menaruh minat dan memberikan kesan terhadap pembicaraannya, misalnya:

“... dengan tuntutan serta perkembangan zaman yang sangat maju serta dalam era globalisasi hendaknya orang tua selalu memperhatikan kegiatan yang dilakukan putra-putrinya, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat, agar jangan....”.

5. Penutup

Setiap naskah pidato biasanya diakhiri dengan penutup. Ini merupakan ucapan terima kasih atas kesediaan hadirin untuk memperhatikan isi pidato disertai salam penutup kepada hadirin, misalnya:

(35)

“Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”.20 e. Penyuntingan Naskah Pidato

Seperti halnya naskah makalah atau artikel, naskah pidato pun perlu disunting. Melalui penyuntingan itu, naskah pidato itu akan menjadi lebih sempurna. Hal yang disunting adalah isi, bahasa, dan penalaran dalam naskah pidato itu. Isinya dicermati kembali apakah telah sesuai dengan tujuan pidato, sesuai dengan calon pendengar, dan sesuai dengan kegiatan yang digelar. Selain itu, isinya juga dipastikan apakah benar, representatif, dan mengandung informasi yang relevan dengan konteks pidato. Kemudian, penyuntingan terhadap bahasa diarahkan kepada pilihan kosakata, kalimat, dan paragraf. Ketepatan pilihan kata, kalimat dan satuan-satuan gagasan dalam paragraf menjadi perhatian utama. Lalu, penalaran dalam naskah pidato juga disunting untuk memastikan apakah isi dalam naskah pidato telah dikembangkan dengan menggunakan penalaran yang tepat, misalnya dengan pola induktif, deduktif, atau campuran.21

f. Penyempurnaan Naskah Pidato

Penyempurnaan aspek bahasa dilakukan dengan mengganti kosakata yang lebih tepat dan menyempurnakan kalimat dengan memperbaiki struktur dan gagasannya. Sementara itu, penambahan kalimat, penyempurnaan kalimat, atau penghilangan kalimat perlu dilakukan.22

g. Penyampaian Pidato

Menyampaikan pidato berarti melisankan naskah pidato yang telah disiapkan. Akan tetapi, menyampaikan pidato bukan sekadar membacakan naskah pidato di depan hadirin, tetap perlu juga menghidupkan dan menghangatkan suasana dan menciptakan interaksi yang hangat dengan audiensi. Untuk itu, seseorang yang

20 Ibid., h. 113-114.

21 Zaenal Arifin dan Amran Tasai, op cit., h. 229-230. 22 Ibid., h. 230.

(36)

22

akan menyampaikan pidato harus mampu menganalisis situasi dan memanfaatkan hasil analisisnya itu menghidupkan suasana dalam pidato yang akan dilakukan.23

h. Ciri-ciri Pidato yang Baik

1. Mengandung tujuan yang jelas 2. Isi pidato mengandung kebenaran

3. Cara penyampaiannya sesuai dengan kondisi pendengar serta 4. Penyampaian jelas dan menarik.24

3. Analisis Kesalahan

a. Pengertian Analisis Kesalahan

Menurut Tarigan, “Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu”.25

Duskova dan Rosaipal berpendapat bahwa, “Analisis kesalahan juga harus dapat (1) menganalisis sumber kesalahan (seperti interferensi, ketidakmantapan dalam ujaran atau sistem bahasa ujaran) dan (2) penentuan tingkat kekacauan yang disebabkan oleh kesalahan dalam hubungan dengan komunikasi dan norma-norma pemakaian”.26

Menurut Tarigan, “Analisis kesalahan (anakes) adalah pengkajian segala aspek kesalahan”.27

Dawud menjelaskan bahwa, “Perbedaan kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake), secara teknis kesalahan merupakan penyimpangan penggunaan bahasa karena pelajar bahasa tidak mengetahui norma yang benar. Kesalahan merupakan perwujudan kekurangmampuan atau belum memiliki kompetensi berbahasa. Dengan kata lain, kesalahan merupakan fenomena kompetensi. Sebaliknya kekeliruan

23

Ibid.

24 Suparno, Bahasa dan Sastra Indonesia SMA/MA, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.

171.

25 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa,

(Bandung: Angkasa, 1988), h. 68.

26 Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis

Kontrastif Antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa, ( Jakarta: Erlangga, 1997), h. 145.

27

(37)

terjadi jika pelajar bahasa gagal mengungkapkan kompetensinya, padahal sebenarnya dia sudah menguasai norma bahasa tersebut”.28

Analisis kesalahan atau anakes mempunyai langkah-langkah kerja sebagai berikut:

1. Pengumpulan sampel kesalahan 2. Pengidentifikasian kesalahan 3. Penjelasan kesalahan

4. Pengklasifikasian kesalahan 5. Pengevaluasian kesalahan.29 b. Tujuan Analisis Kesalahan

Analisis kesalahan dapat membantu guru untuk mengetahui jenis kesalahan yang dibuat, daerah kesalahan, sifat kesalahan, dan sumber serta penyebab kesalahan.30

Analisis kesalahan juga bertujuan untuk menemukan kesalahan, mengklasifikasikan, dan terutama untuk melakukan tindakan perbaikan. Kesalahan si terdidik mungkin saja disebabkan oleh si terdidik sendiri, tetapi mungkin pula disebabkan oleh guru, bahan, metode atau barangkali teknik mengajar guru. Dengan analisis kesalahan, guru dapat merencanakan pengajaran remedial dan dengan demikian dapat pula menentukan bahan yang akan diujikan.31

B. Penelitian yang Relevan

Yeti Puspitasari (1110018300008) lulusan tahun 2014. Ia merupakan mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mengambil judul penelitian Analisis Kesalahan Huruf Kapital dan Tanda Baca pada Paragraf Deskriptif Siswa Kelas V SD Negeri Sampay-Bogor.

28 Dawud, Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Malang: UM PRESS, 2008), h.

143.

29

Tarigan, loc. cit.

30 Mansoer Pateda, Analisis Kesalahan, (Flores: Nusa Indah, 1989), h. 35. 31 Ibid., h. 37.

(38)

24

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan huruf kapital dan tanda baca yang dibuat oleh siswa dalam menulis paragraf deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriprif. Dari hasil penelitiannya, kesalahan terbanyak terdapat pada penulisan huruf pertama kata awal kalimat, baik awal kalimat maupun pergantian kalimat sebanyak 48%.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian Yeti Puspitasari yang meneliti kesalahan huruf kapital dan tanda baca pada paragraf deskriptif siswa kelas V. Penelitian penulis hanya fokus pada kesalahan penggunaan huruf kapital pada naskah pidato siswa.

Wiwi Kartiwi (1811013000016) lulusan tahun 2015. Ia merupakan mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mengambil judul Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital pada Karangan Narasi Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Darul Abror, Jatisampurna, Bekasi. Dari hasil penelitiaannya, kesalahan terbanyak terdapat pada penggunaan huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat, sebanyak 58,70%. Ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari jumlah siswa kelas VII belum memahami penggunaan huruf kapital pada aspek ini. Metode yang digunakan ialah kualitatif deskriptif.

Adapun perbedaan penelitian Wiwi Kartiwi dengan penelitian penulis yaitu terletak pada objek yang diteliti. Objek yang diteliti oleh Wiwi Kartiwi ialah pada karangan narasi siswa kelas VII, sedangkan objek yang penulis teliti ialah naskah pidato siswa kelas X.

Agung Setiawan (208013000035) lulusan tahun 2012. Ia merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mengambil judul Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X SMK Bintang Nusantara Pondok Aren, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.

(39)

Metode yang digunakan ialah metode kualitatif deskriptif dan pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik tes menulis karangan secara langsung.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan bentuk-bentuk kesalahan huruf kapital dalam karangan narasi yang dilakukan oleh siswa kelas X SMK Bintang Nusantara. Kesalahan terbanyak yaitu kesalahan penggunaan huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat, sebanyak 59,19%. Ini menunjukkan bahwa hampir setangah dari jumlah siswa kelas X, belum memahami semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna).

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka terdapat perbedaan antara penelitian Agung Setiawan dengan penulis. Perbedaannya terdapat pada objek yang diteliti. Objek yang diteliti oleh Agung Setiawan ialah karangan narasi siswa kelas X, sedangkan objek penelitian penulis yaitu naskah pidato siswa kelas X.

Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian ini merupakan penelitian terkini yang berusaha memperkaya khazanah penelitian. Dengan demikian hasilnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia.

(40)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah huruf kapital yang terdapat pada naskah pidato siswa kelas X. Objek dalam penelitian ini ialah naskah pidato yang ditulis oleh siswa kelas X SMA Negeri 8 Tangerang Selatan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan yang beralamat di jalan Cirendeu Raya No. 5, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juli hingga Desember 2016.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini berjudul Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital pada Naskah Pidato Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Tangerang Selatan, bentuk yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.

Menurut Denzin dan Licoln, “Kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensinya. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial, hubungan serta antara peneliti dan subjek yang diteliti”. 1

Creswell menyatakan bahwa, “Penelitian kualitatif sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami”.2

1 Juliasnyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2011), h. 34.

2

(41)

Strauss dan Corbin mengatakan bahwa, “Penelitian kualitatif ialah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya”.3

Emzir mengatakan bahwa, “Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi”. 4

Putra mengatakan bahwa, “Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Artinya hasil eksplorasi atas subjek penelitian atau para partisipasi melalui pengamatan dengan semua variannya, dan wawancara mendalam serta FGD (Focus Group Desain) harus dideskripsikan dalam catatan wawancara, catatan pribadi, catatan metodologis, dan catatan teoritis”.5

Moleong mengungkapkan bahwa, “Salah satu ciri dari kualitatif ialah deskriptif yakni laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya”.6

Menurut Nazir, “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.7

Noor mengatakan bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha

3

Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2009), h. 4.

4 Emzir, Metodologi penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.

3.

5 Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2012), h. 71

6 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2005), h. 11.

(42)

28

mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut”.8

Menurut Narbuko dan Ahmadi bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi”.9

Menurut Muktar, “Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subjek penelitian dan perilaku subjek penelitian pada suatu periode tertentu. Penelitian kualitatif deskriptif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”.10

Penelitian deskriptif tidak memerlukan administrasi yang rigit atau kaku, seperti keharusan pengontrolan terhadap suatu perlakuan. Dalam penelitian deskriptif kebanyakan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tapi lebih menggambarkan “apa adanya” tentang suatu subjek dalam social setting.11

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis. Pengumpulan dokumentasi, diperlukan seperangkat alat atau instrumen yang memandu untuk pengambilan data-data dokumen. Ini dilakukan, agar dapat menyeleksi dokumen mana yang dipandang dibutuhkan secara langsung dan mana yang tidak diperlukan.12 Data yang dimaksud oleh penulis ialah seluruh hasil tulisan siswa dalam naskah pidato. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder. Data primer

8 Noor, op. cit., h. 34-35.

9 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,

2004), h. 44.

10

Muktar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Ciputat: REFERENSI (GP Press Group), 2013), h. 10-11.

11 Ibid., 12 Ibid., h. 101.

(43)

ialah data yang menjadi sumber utama yang akan diteliti oleh peneliti, yaitu naskah pidato siswa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik simple random sampling, dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.13 Peneliti mengumpulkan hasil tulisan siswa dalam bentuk naskah pidato sebanyak 40 siswa kemudian peneliti mengambil secara acak naskah pidato menjadi sebanyak 20 siswa yang selanjutnya data tersebut akan diolah dan dianalisis sehingga dapat diketahui adanya kesalahan penggunaan huruf kapital pada naskah pidato siswa. Sedangkan data sekunder ialah data tambahan seperti profil sekolah dan data-data pendukung lainnya.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui metode serta strategi yang digunakan oleh guru dalam mengajar Bahasa Indonesia khususnya pada pembelajaran menulis naskah pidato dengan memperhatikan penulisan yang sesuai dengan kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) khususnya pada penggunaan huruf kapital.

E. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data, yaitu mengumpulkan kesalahan penggunaan huruf kapital yang terdapat dalam naskah pidato yang dibuat oleh siswa.

b. Memberikan kode, yaitu memberikan kode berupa angka-angka sesuai dengan urutan kaidah penggunaan huruf kapital yang sesuai dengan PUEBI.

13 Muslich Ansori dan Sri Iswati, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif,

(44)

30

c. Mengidentifikasi kesalahan, yaitu menentukan kesalahan-kesalahan penggunaan huruf kapital yang terdapat dalam naskah pidato siswa.

d. Mengelompokkan kesalahan, yaitu mengelompokkan jenis kesalahan penggunaan huruf kapital yang terdapat dalam naskah pidato siswa.

e. Membuat pernyataan tentang frekuensi aspek kesalahan; yaitu membuat pernyataan mengenai jumlah terbanyak aspek kesalahan penggunaan huruf kapital yang dibuat oleh siswa.

f. Menginterpretasikan, yaitu memberikan kesimpulan berupa saran dan pendapat mengenai kesalahan penggunaan huruf kapital dalam naskah pidato siswa.

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan dengan cara memberikan kode berupa angka-angka pada setiap data sesuai dengan urutan kaidah penulisan huruf kapital sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Setelah memberikan kode barulah peneliti mendeskripsikan jenis kesalahan serta memberikan perbaikan pada setiap kesalahan penggunaan huruf kapital yang dibuat oleh siswa.

Adapun aspek kesalahan pada penggunaan huruf kapital penulis menggunakan kode angka, berikut ini merupakan kode kesalahan yang terdapat dalam kaidah penggunaan huruf kapital yang sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI):

1. Kesalahan penggunaan huruf kapital sebagai huruf pertama awal kalimat.

2. Kesalahan penggunaan huruf kapital sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.

3. Kesalahan penggunaan huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.

(45)

4. Kesalahan penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.

5. a. Huruf besar atau huruf kapital sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan, dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.

6. Kesalahan penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

7. Kesalahan penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.

8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama peristiwa sejarah. 9. Kesalahan penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama

nama geografi.

10. Kesalahan penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk kata ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.

11. Kesalahan penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.

(46)

32

12. Kesalahan penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.

13. Kesalahan penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.

Setelah diketahui jenis kesalahan yang dibuat oleh siswa, maka selanjutnya peneliti membuat tabel frekuensi aspek kesalahan dilengkapi dengan penjabaran kesalahan serta perbaikan kesalahan.

Langkah selanjutnya ialah menghitung persentase mengenai jumlah kesalahan yang dibuat oleh siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Case (jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = Angka persentase.14

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai instrumen ialah peneliti sendiri. Selain sebagai instrumen, peneliti juga betindak sebagai pengumpul data. Peneliti bersama dengan pihak sekolah, guru Bahasa Indonesia serta para siswa bekerja sama dalam membantu proses penelitian analisis kesalahan penggunaan huruf kapital pada naskah pidato siswa kelas X-8. Para siswa diminta untuk membuat naskah pidato yang

14 Anas Sudijono, Pengantar Statistika Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1997), h.

(47)

nantinya akan dianalisis penggunaan huruf kapital yang sesuai dengan PUEBI.

Penggunaan huruf kapital yang akan dianalisis berupa, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan, huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung, huruf kapital sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan (ku, mu, dan -nya), huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang maupun profesi serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya dan nama peristiwa sejarah, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk kata ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan

(48)

34

paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.

Berdasarkan teknik pengumpulan data serta analisis data, instrumen yang dibuat ialah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian No Kalimat Aspek Kesalahan Huruf Kapital (1-13) Perbaikan Jumlah Keterangan:

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. 2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang,

termasuk julukan.

3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. 4. Huruf kapital sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab

suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan (ku, mu, dan -nya).

5. a. Huruf besar atau huruf kapital sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan, dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.

(49)

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.

8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama peristiwa sejarah. 9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk kata ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.

Gambar

Tabel 3.1  Instrumen Penelitian  No  Kalimat  Aspek  Kesalahan  Huruf  Kapital  (1-13)  Perbaikan  Jumlah  Keterangan:

Referensi

Dokumen terkait

From any plain forward secure digital signature scheme (e.g. [12,1,16,8,7,14]) we can easily construct a credential bundle scheme in which the bundle is a collection of signatures

Prinsip pengukuran tinggi badan menggunakan tranduser ultrasonik adalah sebagai berikut:Pulsa ultrasonik yang merupakan sinyal gelombang ultrasonik dikirimkan dari

Proses analisa semantik akan dicari kata-kata yang berhubungan dengan kata relasi dan kata kunci domain ontologi yang dicari, dari teks bebas yang diberikan

Ne moraju sve snimke biti profesionalne jer ukoliko jedan hotel kao što je Le Meridien Lav koji je u grupaciji i uključuje određene standarde poslovanja može dijeliti

It is concluded that by comparing the degree of differences between the two models in daytime and night: by using the model ATC E to simulate the LST annual

Perilaku Mekanika Tanah yang diperkuat dengan serat stabilisasi bahan semen Pemanfaatan Limbah Industri Sawit Untuk Bahan Bakar Biogas dan Briket Bioarang, serta Sebagai

Rapat Pleno tersebut juga dihadiri oleh saksi 3 (tiga) Pasangan Calon dan berlangsung dengan aman, lancar serta demokratis dan berakhir sekitar pukul 23.00 dengan

Perjanjian dengan pembebanan jaminan fidusia ini diberlakukan karena adanya suatu pemberian kredit berarti ada suatu resiko tidak dibayarnya pengembalian kredit kepada