• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI KELUARGA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi OrangTua Tunggal yang Tidak Tinggal Bersama Dalam Mengawasi Pergaulan Anak Remajanya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA KOMUNIKASI KELUARGA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi OrangTua Tunggal yang Tidak Tinggal Bersama Dalam Mengawasi Pergaulan Anak Remajanya)."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan

Untuk Memper oleh Gelar Sar jana Pada Fisip UPN “Veter an”

J awa Timur

Oleh :

J OEDITH AYU PRAMITASARI 0943010134

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN, DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

POLA KOMUNIKASI KELUARGA

(Studi Kasus Pola Komunikasi Or angTua Tunggal yang Tidak Tinggal Bersama Dalam Mengawasi Pergaulan Anak Remajanya)

Disusun Oleh:

J oedith Ayu Pramitasari NPM. 0943010134

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,

PEMBIMBING UTAMA

DRA. DIANA AMALIA, M.Si NIP. 1 9630907 199103 2001

Mengetahui, D E K A N

(3)

Oleh:

J OEDITH AYU PRAMITASARI NPM. 09 43010 134

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional " Veteran" J awa Timur Pada Tanggal 18 J uli 2013

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji: 1. Ketua

Dra. DIANA AMALIA,M.Si Dra. SUMARDJ IJ ATI,M.Si NIP. 1 9630907 199103 2001 NIP. 19620323 199309 2001

2. Sekretaris

Dr s, SAIFUDIN ZUHRI,M.Si NPT. 37006 94 00351

3. Anggota

Dra. DIANA AMALIA. M. Si NIP. . 1 9630907 199103 2001

Mengetahui,

D E K A N

(4)

KATA PE NGANTAR

Segala Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

Hidayah-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan

terima kasih kepada Ibu Dra. Diana Amalia, M.Si. selaku dosen pembimbing yang

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada

penulis dan tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua yang senantiasa mendukung, yang tidak bosan memberi petuah

bijak dan semangat di saat semua tidak bisa diandalkan. Semoga Tuhan senantiasa

memberi kalian berkat umur panjang, kesehatan, dan rejeki yang melimpah.

2. Dra.H. Suparwati, M. Si selaku Dekan FISIP UPN “Veteran” Jatim.

3. Juwito, S. Sos. M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

4. Mbak Dinda yang selalu kasih saya masukan dalam pengerjaan tugas akhir ini. Dan

(5)

5. Mela, Rahma, Ciprut, Nana, Andyn, Ijonk, Rendy, Ipul, Vita, Terima kasih sudah

menjadi teman yang baik empat tahun terakhir. Terima kasih untuk semangat dan

doa yang diberikan selama ini.

6. Mbak Ida. Terima kasih sudah membantu cari jurnal penelitian dan sama-sama

berjuang buat ngerjain tugas akhir ini.

7. Arindio Afrilian. Terima kasih untuk perhatian dan semangat selama proses

pengerjaan skripsi ini.

8. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

Surabaya, 28 Maret 2013

Penulis

(6)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Pengertian Komunikasi ... 12

2.2.2. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 13

(7)

2.3.1. Komunikasi Keluarga ... 23

2.4. Pengertian Pola Komunikasi ... 26

2.5. Pengertian Ayah ... 28

2.5.1. Peran Ayah ... 29

2.6. Pengertian Orang Tua ... 31

2.7. Remaja ... 31

2.7.1. Pergaulan Remaja ... 34

2.7.2. Peran Anak ... 37

2.8. Kerangka Berpikir .... ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 41

3.2. Pola Komunikasi ... 44

3.3. Informan Penelitian ………...……….. 46

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….………. 47

3.4.1 Wawancara ……….. 47

3.4.2 Observasi ………. 48

3.4.3 Studi Literatur ……….. 49

(8)

4.1.2. Penyajian Data ... 54

4.1.3. Identitas Responden ……….. 54

4.2 Analisis Data ……….. 57

1. Hasil Wawancara Dengan Informan 1 ... 59

2. Hasil Wawancara Dengan Informan 2 ... 65

3. Hasil Wawancara Dengan Informan 3 ……….………... 71

4.3 Pembahasan ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Saran... 77

(9)

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Rekapitulasi Jawaban Responden

(10)

ix

KELUARGA (Studi Deskr iptif Pola Komunikasi Or angTua Tunggal yang Tidak Tinggal Ber sama Dalam Mengawasi Per gaulan Anak Remajanya)

Latar belakang penelitian ini didasarkan pada dimana seorang ayah atau orangtua tunggal ini tidak tinggal bersama dengan anaknya yang tumbuh menjadi seorang remaja. Hal ini ditunjukan untuk memahami kesalahan pola komunikasi ayah yang tidak tinggal bersama dengan anak remajanya tidak terjalin dengan sesuai ini dapat dihindari.

Landasan teori yang digunakan adalah komunikasi interpersonal. Dan dengan menggunakan pola komunikasi menurut Yusuf ada tiga Authoritarian, Permissive ,

Authoritative. Metode peniltian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif sedangkan

teknik pengumpulan data menggunakan wawancara secara mendalam (in-depht interview).

Hasil peneltian ini yaitu dua ayah dengan anak remaja menganut pola Permissive (bebas), sedangkan satu ayah menganut pola Authoritative (demokratis). Sehingga secara garis besar kebanyakan ayah yang menjadi orangtua tunggal dengan anak remajanya menganut pola komunikasi Permissive (bebas).

J OEDITH AYU PRAMITASARI. 0943010134. POLA KOMUNIKASI KELUARGA (Studi Deskr iptif Pola Komunikasi Or angTua Tunggal yang Tidak Tinggal Ber sama Dalam Mengawasi Per gaulan Anak Remajanya)

Background of this research is based on where a single father who did not live with their children growing into teenagers. This is shown to understand the comunication patterns of errors that do not live with my father this can be avoide.

Theoretical basis used to use interpersornal communication and communication pattern by using the authoritarian, permissive an authoritative by Yusuf. Methods of resesarch used qualitative approach and adat collection techniques with in-depth interview.

The results of this research are two fathers with teenage children embracing permissive communication patters and the patterns of communicationadopted authoritative. So broadly that most fathers being a single parent with teenagers embracing communication pattern permissive.

(11)

1.1Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia. Sejak pertama dilahirkan, manusia sudah melakukan kegiatan komunikasi.

Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia itu hidup dengan manusia lainnya

satu dengan yang lain saling membutuhkan. Untuk tetap melangsungkan

kehidupannya, manusia perlu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan antar

manusia akan tercipta melalui komunikasi, baik komunikasi verbal (bahasa) maupun

noverbal (simbol, gambar atau media komunikasi yang lain)

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris Communication berasal dari

kata latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

Sama disini maksutnya adalah sama makna mengenai suatu hal (Effendy,2002:3).

Judy C. Person dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai

dua fungsi umum. Pertama untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi :

keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri

pada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua untuk melangsungkan hidup

masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan social dan mengembangkan

keberadaan suatu masyarakat (Dedy Mulyana, 2002:45).

Komunikasi juga sangat penting dalam keluarga. Komunikasi yang baik perlu

dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik. Pola

(12)

anak, serta mempengaruhi kejiwaan anak, secara langsung dan tidak langsung.

Sebuah keluarga akan berfungsi optimal bila didalamnya terdapat pola komunikasi

yang terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung, rasa aman dan nyaman serta

memiliki kehiduppan spiritual yang terjaga (Kriswanto, 2005:9)

Komunikasi interpersonal dalam keluarga terjalin antara orangtua dan anak

merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan perkembangan individu.

Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif dapat menimbulkan

pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan

tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan terbina komunikasi

yang efektif antara orangtua dan anaknya, sehingga akan terjadi hubungan yang

penuh kasih sayang dan harmonis. Hubungan demikian masih sangat diperlukan

karena seorang anak masih banyak menghabiskan waktu dalam lingkungan keluarga.

Terdapat dua faktor yang membentuk kepribadan anak, yaitu faktor internal

dan eksternal. Internal berasal dari lingkungan keluarga sendiri, sedangkan faktor

eksternal berasal dari lingkungan luar rumah, yaitu masyarakat. Koherensi diantara

keduanya tidak dapat dipisahkan sama sekali dari lingkungan keluarganya dan

terbebas sama sekali dari pengaruh lingkungannya (Hurlock, 1996:22). Kedua faktor

tersebut merupakan tugas orangtua untuk melakukan pembinaan keluarganya dan

menyikapi secara hati-hati masukan-masukan dari lingkungan masyarakat agar

seorang anak yang masih memerlukan pembinaan dengan baik dari orang tua

teersebut dapat secara signifikan bertingkah laku sesuai dengan garis-garis keluarga

dengan kata lain faktor internal didalam keluarga harus lebih dominan daripada

faktor eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat. Keluarga atau orangtua

(13)

mempunyai kemampuan berinteraksi dengan orang lain terlebih dahulu. Keberadaan

orangtua mempunyai arti penting dalam perkembangan sosial remaja. Keterikatan

dengan orangtua pada masa remaja dapat membantu kompetensi sosial dan

kesejahteraan sosialnya, seperti tercermin dalam ciri-ciri harga diri, penyesuaian

emosional dan kesehatan fisik (Desmita, 2005:218)

Seorang ayah memiliki arti yang berbeda-beda seperti yang disampaikan oleh

para ahli Knibieahler (dalam Lamb, 2010) menyatakan ayah adalah tokoh yang

berkuasa dan memegang kekuasaan yang luar biasa dalam keluarga. Sedangkan ibu

adalah tempat perkembangan awal seorang anak, sejak saat kelahirannya sampai

proses perkembangan jasmani dan rohani berikutnya. Bagi seorang anak, keluarga

memiliki arti dan fungsi vital bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan

makna dan tujuan hidupnya.

Orangtua biasanya mempunyai berbagai cara dan strategi untuk

berkomunikasi dan mendidik ketika anaknya masuk kedunia remaja agar menjadi

sesuai dengan apa yang diinginkan, karena keluarga merupakan salah satu tempat

pendidikan informal terpenting untuk pendidikan anak, maka pola komunikasi

apapun akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam segi

apapun. Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi

pertumbuhan dan perkembangannya, fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana

untuk berkomunikasi, mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak,

mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya

dimasyarakat dengan baik. Terlebih lagi ketika anak sedang tumbuh dan menjadi

seorang remaja, pasti membutuhkan perhatian yang lebih dari sang orangtua sebab

(14)

orangtua harus lebih waspada dalam mengawasi pergaulan anaknya, sebab jika

orangtua lengah dalam mengawasi pergaulan anaknya kemungkinan besar sang anak

dapat jatuh dalam pergaulan yang salah. Karena telah banyak pergaulan yang salah

dapat menjerumuskan sang anak hingga menjadi seorang pecandu narkoba, sex bebas

yang mengakibatkan hamil diluar nikah bahkan menjadi traficcing. Karena banyak

ditemui permasalahan remaja yang terjerumus karena pergaulan bebas dan

kurangnya perhatian dan didikan dari orangtua yang membuat sang remaja bebas

melakukan apa yang dia mau tanpa merasa takut dan memikirkan resiko apa yang

diperbuatnya. Dan hal inilah yang menjadi ketakutan orangtua jika lengah

mengawasi dan memperhatikan anaknya yang sedang tumbuh menjadi seorang

remaja.

Remaja dalam mengambil keputusan juga membutuhkan dukungan dalam

memutuskan sesuatu hal baik itu dari orangtua, keluarga terdekat dan

teman-temannya. Apabila tidak mendapat dukungan dalam keputusannya, kemungkinan

remaja tersebut akan merasa dikucilkan dan dijauhi teman-temannya, karena remaja

yang diterima teman-teman sebayanya akan merasa dihargai dan dihormati oleh

teman-teman sebayanya. Anak yag mulai tumbuh dalam fase remaja merupakan

segmen perkembangan individu anak yang sangat penting, dimana pada masa ini

remaja memiliki sifat tergantung (dependence) terhadap orangtua kearah

kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri dan perhatian

terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral (Yusuf, 2001:184). Pada masa remaja

adalah suatu usia yang serba labil dan untuk kematangan berpikir serta

mempertimbangkan sesuatu masih campur aduk antara (perasaan) dan rasio (logika),

(15)

hal-hal tanpa melihat apakah iya bersifat negative atau positif dan mulai mencoba

hal-hal yang baru. Pergaulan yang didapat mempengaruhi sang remaja tersebut

karena sifat keingin tahunya dan rasa coba-coba yang besar membuat ia ingin

mencoba segala hal tanpa melihat resiko yang dapat terjadi padanya. Pergaulan

remaja pada jaman sekarang sangat tidak kondusif karena kecanggihan teknologi dan

perubahan jaman membuat anak pada usia remaja ini mudah terpengaruh.

Namun fenomena dilapangan tidak menunjukkan tidak semua anak memiliki

orang tua yang lengkap seperti hidup tanpa dampingan ibu disampingnya. Pilihan

menjadi seorang single parent dapat terjadi karena beberapa alasan yaitu kematian

pasangan atau perceraian. Kematian pasangan yang mendadak membuat ia tidak siap

menerima kenyataan. Masalah besar yang orangtua tunggal hadapi yaitu masalah

emosional, masalah hukum (hak asuh dll), masalah lingkungan, menghadapi anak,

masalah keuangan sehingga membuat sang ayah yang tidak sedikit mencoba mencari

pekerjaan diluar kota bahkan diluar pulau meskipun harus meninggalkan anaknya.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana ayah akibat dari kematian

dapat membangun pola yang baik dengan anak remajanya dalam mengawasi bentuk

pergaulannya meskipun dengan kondisi tidak tinggal bersama. Bagi seorang anak

remaja yang ditinggal ibunya karena kematian pasti mengalami dampak psikis yang

kurang baik apalagi untuk seorang anak perempuan yang pasti membutuhkan sosok

seorang ibu yang mendampinginya ketika mulai beranjak dewasa dan membutuhkan

teman untuk berbagi cerita dan masalah dengan lingkungan disekitarnya. Meskipun

ada seorang ayah yang dapat menggantikan posisi ibunya tapi tetap saja tidak bisa

(16)

Orang tua lengkap menjadi figur orangtua sempurna bagi anak, sedangkan

ayah yang menjadi single parent akan menjadi satu-satunya figur dalam kehidupan

keluarga yang menjadi anutan bagi anak terlebih anak remajanya. Tentunya hal ini

akan memberikan dampak yang cukup signifikan jika satu orangtua menjalankan dua

peran sekaligus yaitu sebagai ayah dan ibu. Dalam proses inilah peran komunikasi

orangtua tunggal tidak hanya memenuhi kebutuhan berupa materi saja tetapi juga

para orangtua tersebut harus memberikan pendidikan agama dan memberikan

perhatian kasih sayang serta pengarahan yang baik yang seharusnya dilakukan oleh

orangtua tersebut. Apalagi untuk orangtua yang tidak tinggal bersama dengan anak

remajanya dalam mengawasi kesehariannya pasti memiliki tingkat masalah yang

lebih karena mempunyai seorang anak yang sedang tumbuh menjadi remaja .

Disini teori yang digunakan oleh penulis adalah teori dikemukakan oleh

Yusuf diatas sangatlah tepat untuk mengetahui gaya perlakuan orangtua (Parenting

Style) dan kontribusinya terhadap kompetensi sosial, emosional dan intelektual

seorang anak. Perlakuan ayah terhadap anak bisa dilihat dari interaksi dan

komunikasi yang terjalin antara ayah dan anak yang berupa komunikasi antar

pribadi. Bentuk komunikasi ini diniali paling ampuh untuk mengubah sikap,

pendapat dan perilaku seseorang. Umumnya komunikasi antar pribadi berlangsung

secara tatap muka sehingga memungkinkan terjadinya personal contact.

Kasih sayang dan perhatian dari seorang ayah menjadi dasar terbentuknya

hubungan yang menyenangkan dalam komunikasi. Suasana menyenangkan dan

hangat menjadi dasar perkembangan emosi yang stabil dan membentuk kepribadian

yang percaya diri. Apabila tidak adanya komunikasi yang bagus antara orangtua

(17)

serta para anak-anak sendiri menginginkan orangtua saling terbuka dan dapat

menjadikan orangtua sebagai seorang anutan tetapi juga menjadi seorang teman

untuk berbagi cerita.

Penelitian ini dilakukan di Surabaya. Sebab daerah ini mempunyai komposisi

penduduk yang heterogen. Surabaya diasumsikan sebagai daerah yang memiliki

perkembangan yang tinggi. Selain itu Surabaya merupakan kota metropolis dan kota

terbesar kedua setelah Jakarta dilihat dari padatnya penduduk .

Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui tentang bagaimana pola komunikasi

yang baik antara orangtua tunggal yang tidak tinggal bersama dalam mengawasi

pergaulan remajanya. Adanya pola komunikasi yang tidak efektif antara ayah

dengan anak remajanya yang tidak tinggal bersama akan menimbulkan

kesalahpahaman, dan apabila tidak ingin terjadi kesalahpahaman dalam pola

komunikasi tersebut maka yang yang sebaiknya dilakukan sang ayah adalah

menciptakan komunikasi yang efektif. Sebab komunikasi adalah alat yang penting

bagi orangtua dan anak terlebih lagi pada keadaan orangtua yang tidak tinggal

bersama dengan sang buah hatinya. Pada penelitian ini, sosok seorang ayah juga

harus menjadi seorang ibu yang bertugas menjaga dan merawat anak-anaknya dan

juga mengawasi bentuk pergaulan sang anak agar tidak terjerumus pada pergaulan

yang salah yang dimana sudah banyak terjadi anak remaja yang mengalami banyak

(18)

1.2Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

yakni mengenai bagaimana pola komunikasi orang tua tunggal yang tidak tinggal

bersama dalam mengawasi pergaulan anak remajanya.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui bagaimana pola

komunikasi orangtua tunggal yang tidak tinggal bersama dalam mengawasi pergaulan

anak remajanya.

1.4Manfaat Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama topik

bahasan yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap pola

komunikasi orangtua tunggal yang tidak tinggal bersama dalam mengawasi

pergaulan anak remajanya .

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan masyarakat dan

memberi masukan kepada masyrakat luas khususnya ayah yang menjadi

single parent dalam membangun pola komunikasi dengan anak remajanya

(19)

2.1 Peniltian Terdahulu

Dari jurnal terdahulu dengan judul Pola Komunikasi Jarak Jauh Antara

OrangTua Dengan Anak (Studi Pada Mahasiswa Fisip Angkatan 2009 Yang Berasal

Dari Luar Daerah) dimana pada umumnya anak dengan orang tua dan berhubungan

dekat atau sering berkomunikasi tatap muka karena tinggal dalam satu rumah. Tetapi

lain halnya dengan orang tua dan anak yang tidak tinggal serumah atau tinggal

berjauhan karena perbedaan jarak dan tempat. komunikasi dilakukan menggunakan

media seperti telepon tidak berkomunikasi secara tatap muka. komunikasi jarak jauh

ini menimbulkan masalah yaitu komunikasi yang terjalin menjadi efektif atau tidak

efektif lagi karena komunikasi kurang antara orang tua dan anak menimbulkan

hubungan emosional yang tidak terjalin lagi dengan baik dan kedekatan yang

berkurang karena hubungan yang renggang karena kurangnya berkomunikasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi jarak

jauh antara orang tua dengan anak. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif

dengan pemilihan informan secara sampling purposive dengan mengambil 10

informan anak (informan kunci) dan 5 informan orang tua (pendukung). Dengan

teknik pengumpulan data yang digunakan melalui wawancara mendalam (depth

interview), yakni data dikumpulkan melalui wawancara yang mendalam pada setiap

(20)

mendalam menggunakan pedoman wawancara (interview guide) agar wawancara

tetap berada pada fokus penelitian . sajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari

penelitian ini bisa disimpulkan bahwa pola komunikasi antara informan anak dengan

informan orang tua maupun sebaliknya pola komunikasi antara informan orang tua

dengan informan anak berdasarkan tipe keluarga antara lain; tipe keluarga karier, tipe

keluarga protektif, tipe keluarga gaptek, dan tipe keluarga broken home. Terdapat

hambatan-hambatan yang mempengaruhi pola komunikasi seperti; hambatan

ekonomi, waktu, profesi, dan jaringan komunikasi. Hambatan-hambatan inilah yang

mempengaruhi komunikasi tidak berjalan dengan baik.Pola komunikasi antara

informan anak dengan informan orang tua maupun sebaliknya berdampak terhadap

hubungan antara informan anak dengan informan orang tua menjadi erat atau

renggang.

Lalu pada penilitian kedua yang berjudul Pola Komunikasi Orangtua Dalam

Membentuk Kepribadian Anak (Kasus di Kota Yogyakarta) yang diteliti oleh Yuni

Retnowati dari Akademi Komunikasi Indonesia (AKINDO) di Yogyakarta ini

dengan menggunakan desain penilitian survey dengan pendekatan kualitatif, yaitu

survey yang digunakan dalam penillitian deskriptif. Survey yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar engan mewawancarai

sejumlah kecil dari populasi. Dan berdasarkan sampel yang didapat diambil beberapa

kasus yang ditindaklanjuti dengan wawancara mendalam yang dimaksutkan untuk

mengetahui faktor-faktor yang terkait dengan fenomena komunikasi. Peniltian ini

tidak menggambarkan satu unit populasi tetapi membahas unit orangtua tunggal

(21)

berstatus sebagai orangtua tunggal berdasarkan data Perceraian di Pengadilan Agama

Kota Yogyakarta dari tahun 2001-2005 yang bekerja nafkah dan mempunyai hak

asuh anak berusia antara 7-12 tahun.

Dari kedua penelitian tersebut diatas dapat dibandingkan dengan penelitian

yang sedang dilakukan peneliti saat ini yang berjudul Pola Komunikasi Orangtua

Tunggal yang Tidak Tinggal Bersama Dalam Mengawasi Pergaulan Anakn

Remajanya, dari kedua penelitian tersebut di atas memiliki persamaan dengan

penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti saat ini metodenya sama-sama

menggunakan metode kualitatif dan juga sama-sama meneliti tentang pola

komunikasi. Selain itu terdapat pula perbedaan berupa objek penelitian, dimana

kedua penelitian tersebut di atas meneliti objek yang sudah umun, dan meneliti pola

komunikasi orang tua yang masih utuh serta objek tersebut mudah untuk dijumpai.

Sedang kelebihan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini objeknya tidak mudah

dijumpai, karena orangtua yang diteliti ini tidak berada di Surabaya yang tidak

memungkinkan penulis menjumpai dalam satu waktu. Oleh sebab itu penulis dalam

penelitian ini melakukan pengumpulan data menggunakan observasi berperan

(participant observation) dan dilanjutkan wawancara mendalam (in depth interview).

Dalam penilitian ini peniliti berperan serta (participation observation), dimana

peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber tetapi belum

sepenuhnya lengkap. Selama melakukan observasi partisipatif, peneliti juga

melakukan wawancara (interview) kepada orang-orang didalamnya dengan jenis

(22)

Pernyataan permasalahan tersebut penting untuk diteliti karena hasil

penelitiannya akan sangat berguna bagi banyak orangtua untuk melakukan

komunikasi kepada anaknya dan menghindari pencegahan konflik atau yang tengah

menghadapi keadaan serupa.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penerimaan pesan atau berita antara dua

orang atau lebih dengan cara yang tepat secara timbal balik sehingga pesan yang

dimaksut dapat dipahami oleh kedua belah pihak (Djamarah, 2004:2)

Komunikasi adalah peristiwa sosial yaitu peristiwa yang terjadi ketika

manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Ilmu komunikasi apabila

dipublikasikan secara benar akan mampu mencegah dengan menghilangnya konflik

antar pribadi, antar kelompok, antar suku, antar bangsa dan antar rasmembina

kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi (Effendy, 2002: 27)

Komunikasi terjadi antar satu orang dengan lainnya, mempunyai tujuan untuk

mengubah dan membentuk perilaku orang menjadi sasaran komunikasi. Disamping

itu komunikasi merupakan proses yang penyampaiannya menggunakan

simbol-simbol dalam kata-kata, gambar-gambar dan angka-angka.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa komunikasi memiliki pengertian

yang luas dan beragam walaupun secara singkat komunikasi merupakan suatu proses

(23)

diri seseorang atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Dengan

demikian dapat diketahui bahwa komunikasilah yang berhubungan dengan manusia

itu, dimana tidak mungkin manusia bisa hidup tanpa berkomunikasi.

2.2.2 Pengertian Komunikasi Interper sonal

Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi

antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya

menangkap reaksi orang lain secara langsungg, baik verbal maupun nonverbal

(Mulyana, 2004:73)

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses

pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang diantara sekelompok kecil

orang-orang merupakan komunikasin didalam diri sendiri, didalam diri manusia

terdapat komponen-komponen komunikasi seperti sumber, pesan, saluran penerima

dan balikan. Dalam komunikasi interpersonal hanya seorang yang terlibat. Pesan

mulai dan berakhir dalam diri individu masing-masing. Komunikasi interpersonal

mempengaruhi komunikasi dan hubungan dengan orang lain. Suatu pesan yang

dikomunikasikan, bermula dari seorang (Muhammad, 1995:158)

Setelah melalui proses interpersonal tersebut, maka pesan-pesan disampaikan

kepada orang lain. Komunikasi interpersonal merupakan proses pertukaran informasi

antara seseorang dengan seseorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang

(24)

terlibat dalam komunikasi menjadi bertambah komplekslah komunikasi tersebut

(Muhammad, 1995:159)

Komunikasi antar pribadi juga didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi

diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas diantara mereka,

misalnya percakapan seorang ayah dan anaknya, sepasang suami istri, guru dengan

murid dan lain sebagainya. Dalam definisi ini setiap komunikasi baru dipandang dan

dijelaskan sebagai bahan-bahan yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi antar

pribadi (Devito, 1997:231)

Pentingnya suatu komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya

memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi antar

pribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam

komunikasi bentuk ini berfungsi ganda masing-masing menjadi pembicara dan

pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampaknya adanya

upaya dari perilaku komunikasi untuk terjadinya pergantian bersama (mutual

understanding) dan empati. Dari proses ini terjadi saling menghormati bukan

disebabkan status sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing-masing

adalah manusia yang berhak dan wajib, pantas dan wajar dihargai dan dihormati

sebagai manusia.

Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnyya dinilai

paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku

komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung tatap muka, oleh karena

dengan komunikasi itu terjadilah kontak pribadi (personal contact) yaitu pribadi

(25)

berlangsung seketika (immediate feedback) mengetahui pada saat itu tanggapan

komunikan terhadap pesan yang dilontarkan pada ekspresi wajah dan gaya bicara.

Apabila umpan balik positif, artinya tanggapan itu menyenangkan, kita akan

mempertahankan gaya komunikasi sebaliknya jika tanggapan komunikan negatif,

maka harus mengubah gaya komunikasi sampai komunikasi berhasil.

Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan , opini, dan

perilaku komuikan itulah maka bentuk komunikasi interpersonal seringkali

dipergunakan untuk melontarkan komunikasi persuasif (persuasive communication)

yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus,

luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Dengan demikian maka setiap pelaku

komunikasi akan melakukan tempat tindakan yaitu membentuk, menyampaikan,

menerima dan mengolah pesan dan keempat tindakan tersebut lazimnya berlangsung

secara beruntun, dimana membentuk pesan diartikan sebagai menciptakan ide atau

gagasan dengan tujuan tertentu.

2.2.2.1 Kualitas Komunikasi Interper sonal Dalam Keluar ga

Komunikasi interpersonal dalam keluarga harus berlangsung secara timbal

balik dan silih berganti, bisa dari orangtua ke anak atau dari anak ke orangtua. Awal

terjadinya komuniaksi karena adanya sesuatu pesan yang ingin disampaikan,

sehingga kedua belah pihak tercipta komunikasi yang efektif (Djamarah, 2004:1)\

Komunikasi interpersonal adalah suatu pengiriman pesan dan penerimaan

(26)

umpan balik seketika. Komunikasi ini dianggap efektif dalam hal upaya untuk

mengubah sikap, pendapat atau perilau seseorang karena sifatnya diaologis,

berlangsung secara tatap muka (face to face) dan menunujukan suatu interkasi

sehingg terjadi kontak pribadi atau personal contact (Effendy, 2002:8). Dengan

demikian mereka yang akan terlibat dalam komuniaksi ini masing-masing menjadi

pembicara dan pendengar. Nampaknya adanya upaya untuk terjadinya pengertian

bersama dan empati. Disini terjadi rasa saling menghormati berdasarkan anggapan

bahwa masing-masing adalah manusia utuh yang wajib, berhak dan pantas untuk

dihargai dan dihormati sebagai manusia.

Dalam proses komunikasi ini, ketika pesan disampaikan umpan baliknya

terjadi saat itu juga (immediate feedback) sehingga komunikator tahu bagaimana

rekasi komunikan terhadap pesan yang disampaikannya (Effendy,2003:15)

Umpan balik itu sendiri memainkan peran dalam proses komunikasi, sebab ia

menentukan berlanjutnya, komuniaksi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan

oleh komunikator, selain itu umpan balik dapat memberikan komunikator bahan

informasi bahwa sumbangan-sumbangan pesan mereka yang disampaikan menarik

atau tidak bagi komunikan (Effendy,2003:14). Umpan balik dikatakan bersifat positif

ketika respon dari komunikan menyenangkan komunikator, sehingga komunikasi

berjalan dengan lancar, sedangkan sebaliknya umpan balik dikatakan negatif ketika

respon komunikan tidak menyenangkan komunikator sehingga komunikator enggan

untuk melanjutkan komunikasi tersebut.

Keluarga yang sehat dapat dibentuk melalui komunikasi. Melalui komunikasi

(27)

harapan terhadap anak-anak. Dengan komunikasi yang efektif, maka beberapa hal

tersebut dapat diterima dan dipahami oleh remaja. Komunikasi yang efektif akan

menimbulkan hubungan dan pengertian yang makin baik antara kedua belah pihak

(Irwanto,2001:79)

Komunikasi yang baik didalam keluarga bersifat dialog dan bukan monolog.

Komuniaksi yang monolog tidak menimbulkan tantangan dalam diri anak untuk

mengembangkan pikiran, kemampuan bertanggung jawab dan anak untuk

mengembangkan pikiran. Kemampuan bertanggung jawab dan anak tidak dimintai

pendapat atas usul bila ada masalah dalam keluarga. Jika komunikasi bersifat dialog,

orangtua dapat belajar dari anaknya waktu mendengarkan dan berkomunikasi dengan

anak-anaknya (Kartono, 1994:153)

Komunikasi yang efektif juga dibutuhkan untuk membentuk keluarga yang

harmonis, selain faktor keterbukaan, otoritas, kemampuan bernegosiasi, menghargai

kebebasan dan rahasia antara anggota keluarga. Dengan adanya komunikasi yang

efektif diharapkan dapat mengarahkan remaja untuk mampu mengambil keputusan,

mendukung perkembangan otonomi dan kemandirian dan lain-lain. Dengan

demikian, dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan faktor yang penting bagi

perkembangan diri remaja, karena ketiadaan komunikasi dalam suatu keluarga akan

berakibat fatal seperti timbulnya perilaku menyimpang pada remaja. Namun menurut

Rahmat (2002:19) tidak benar anggapan orang bahwa semakin sering melakukan

komunikasi interpersonal dengan oranglain. Maka makin baik hubungan mereka.

Personalnya adalah bukan beberapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana

(28)

diutamakan adalah bukan kuantitas dari komunikasinya, akan tetapi seberapa besar

kualitas komunikasi tersebut.

Keluarga yang sehat dapat dibentuk melalui komunikasi. Melalui komunikasi

orangtua memberikan dan mengajarkan tentang nilai, norma, pengetahuan, sikap dan

harapan terhadap anak-anak. Dengan komunikasi yang efektif, maka beberapa hal

tersebut dapat diterima dan dipahami oleh remaja. Komunikasi yang efektif akan

menimbulkan hubungan dan pengertian yang makin baik antara kedua belah pihak

(Irwanto, 2001 :79)

Komunikasi yang baik dalam keluarga bersifat dialog dan bukan monolog.

Komunikasi yang monolog tidak menimbulkan tantangan dalam diri anak untuk

mengembangkan pikiran, kemampuan bertanggung jawab dan anak untuk

mengembangkan pikiran. Kemampuan bertanggung jawab dan anak tidak dimintai

pendapat atas usul bila ada masalah dalam keluarga. Jika komunikasi bersifat dialog,

orangtua dapat belajar dari anaknya waktu mendengarkan dan berkomunikasi dengan

anak-anaknya (Kartono,1994 : 153)

Komunikasi yang efektif juga dibutuhkan untuk membentuk keluarga yang

harmonis, selain faktor keterbukaan, otoritas, kemampuan bernegosiasi, menghargai

kebebasan dan rahasia antara anggota keluarga. Dengan adanya komunikasi yang

efektif diharapkan dapat mengarahkan remaja untuk mampu mengambil keputusan,

mendukung perkembangan otonomi dan kemandirian dan lain-lain.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa komuniaksi merupakan faktor yang

(29)

keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya perilaku menyimpang pada remaja.

Namun menurut Rahmat (2002 :19) tidak benar anggapan orang bahwa semakin

sering seorang melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain. Maka makin

baik hubungan mereka. Personalnya adalah bukan berapa kali komunikais dilakukan,

tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan . hal ini berarti penting bahwa dalam

komunikasi yang diutamakan adalah bukan kuantitas dari komunikasinya , akan

tetapi seberapa besar kualitas komunikasi tersebut.

2.2.2.2 Aspek – Aspek Kualitas Komunikasi Interper sonal Dalam Keluar ga

Komunikasi yang efektif perlu dibangun dan dikembangkan dalam keluarga.

Beberapa faktor penting untuk menentukan jelas tidaknya informasi yang

dikomunikasikan didalam keluarga dapat mengarahkan pada komunikasi yang

efektif, yaitu (Irwanto, 2001 : 85)

1. Konsistensi

Informasi yang disampaikan secara konsisten akan dapat dipercaya dan relayif

jelas dibandingkan dengan informasi yang selalu berubah. Ketidak

konsistensian yang membuat remaja bingung dalam menafsirkan informasi

tersebut.

2. Ketegasan (Assertiveness)

Ketegasan tidak berarti otoriter membantu meyakinkan remaja atau anggota

(30)

sikapnya. Bila perilaku orangtua ingin ditiru oleh anak, maka ketegasan akan

memberi jaminan bahwa mengharapkan anak-anak sesuai yang diharapkan.

3. Percaya (Trust)

Faktor percaya (trust) adalah yang paling penting karena percaya menentukan

efektifitas komunikasi, meningkatkan komunikasi interpersonal karena

membuka saluran komunikasi, memperjalas pengiriman dan penerimaan

informasi serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksutnya,

hingga kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan

internasional yang akrab.

Ada tiga yang berhubungan dengan sikap percaya yaitu : (Rakhmat, 2002

:131)

a. Menerima

Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan

tanpa berusaha mengendalikan, sikap yang melihat orang lain sebagai manusia,

sebagai individu yang patut dihargai, tetapi tidak berarti menyetujui semua

perilaku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya (Rahkmat,

2002 :132)

b. Empati

Empati dianggap sebagai memahami orang lai dan mengembangkan diri pada

kejadian yang menimpa orang lain. Melihat seperti orang lain melihat,

(31)

c. Kejujuran

Manusia tidak menaruh kepercayaan kepada orang lain yang tidak jujur atau

sering menyembunyikan pikiran dan pendapatnya. Kejujuran dapat

mengakibatkan perilaku seseorang diduga. Ini mendorong untuk percaya antara

satu dengan yang lain (Rakhmat, 2002 :133)

4. Sikap Sporif

Sikap sporif sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Sikap

defensif akan menyebabkan komunikasi interpersonal akan gagal, karena lebih

banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam suatu situasi

komunikasi daripada pesan yang didapatdari orang lain (Rakhmat, 2002 :133)

5. Sikap Terbuka

Sikap terbuka mendorong terbukannya saling pengertian, saling menghargai,

saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal (Rakmat, 2002 :16)

6. Bersikap Positif

Bersikap secara positif mencakup adanya perhatian atas pandangan

positif terhadap diri orang, perasan positif untuk berkomunikasi dan

“Menyerang” seseorang yang diajak berinteraksi. Perilaku “Menyerang” dapat

dilakukan secara verbal seperti katakan “kamu nakal”. Sedangkan perilaku

“Menyerang” yang bersifat nonverbal berupa senyuman , pelukan bahkan

pukulan. Perilaku “Menyerang”dapat bersifat positif yang merupakan bentuk

(32)

dihargai, “Menyerang” negatif bersifat menentang atau menghukum hati

seseorang secara fisik maupun psikologis (Devito,1997 : 59). Pentingnya

“Menyerang” secara negatif itu diperlukan asal dalam batas yang wajar seperti

menegur atau memarahi anak bila memang perlu dan orang tua tetap

memberikan penjelasan alasan bersikap demikian (Kartono, 1994 :153)

2.3 Pengertian Keluar ga

Keluarga adalah sekumpulann orang yang hidup bersama dalam tempat

tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin

sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling

menyerahkan diri yang dijalinkan oleh kasih sayang (Djamarah, 2004:16)

Keluarga merupakan suatu unit terkecil yang bersifat universal, artinya

terdapat pada setiap masyarakat didunia atau suatu sistem sosial yang terbentuk

dalam sistem sosial yang lebih besar. Ada dua macam keluarga, yaitu keluarga inti

(nuclear family) dan keluarga besar (extended family). Keluarga ini adalah suatu

keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum

kawin, sedangkan keluarga besar adalah suatu satuan keluarga yang meliputi lebih

dari satu generasi dan lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada ayah, ibu

(33)

2.3.1 Komunikasi Keluar ga

Komunikasi keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam

kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan

berbicara, berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya kerawanan hubungan

antar anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena itu komunikasi antar suami istri

perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun hubungan yang baik

dalam keluarga (Djamarah, 2004:38)

Komunikasi keluarga adalah pembentukan pola kehidupan keluarga dimana

didalamnya terdapat unsur pendidikan, pembentukan sikap dan perilaku anak yang

berpengaruh terhadap pekembangan anak (Hurlock, 1997:198)

Dalam dunia modern ini menyebabkan perubahan dalam berbagai aspek

kehidupan keluarga, akibatnya pola keluarga telah berubah secara radikal (drastis).

Dari sekian banyak perubahan yang terjadi pada keluarga tersebut dampaknya dapat

terjadi pada seluruh komponen keluarga yang ada yaitu dipihak ayah, ibu, anak

maupun keluarga yang ikut didalamnya seperti nenek atau anggota lainnya. Dilihat

pada uraian diatas, maka anakpun memikul dampak dari perubahan yang terjadi pada

keluarga,

Selanjutnya Hurlock (1997:200) menyatakan bahwa hubungan dengan

anggota keluarga, menjadi landasan sikap terhadap orang dan kehidupan secara

umum. Dengan demikian maka seseorang akan belajar menyesuaikan diri pada

(34)

Peranan dalam keluarga sangat penting terhadap perkembangan sosial anak

tidak hanya terbatas pada situasi sosial ekonominya atau keutuhan struktur dan

interaksinya saja. Hal ini mudah diterima apabila kelompok sosial dengan

tujuan-tujuan, norma-norma, dinamika kelompok termasuk kepemimpinannya yang sangat

mempengaruhi kehidupan individu yang menjadi kelompok tersebut diantara anak.

Keluarga memiliki perananyang sangat penting dalam upaya

mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan

pendidikan tentanng nilai-nilai kehidupan, bagi agama maupun sosial budaya yang

diberikan merupakan faktor yang ondusif untuk mempersiapkan anak menjadi

pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Yusuf, 2001:37)

Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena

komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada

sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dapat lingkungan

keluarga diharapkan terbina komunikasi yang efektif anatara orangtua dan anak

remaja, sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan dengan adanya

hubungan harmonis anatara orangtua anak dan remaja, diharapkan adanya

keterbukaan antara orangtua dan anak remaja dalam membicarakan masalah dan

kesulitan yang dialami oleh remaja (Mulandar,2003:23). Disinilah diperlukan

komunikasi dalam keluarga yang sering disebut komunikasi keluarga.

Dengan adanya kesamaan pandangan akan timbul pemahaman antar orangtua

dan anak remaja, sehingga antar orangtua dan remaja akan saling terbuka dan

berterus terang dalam membicarakan masalah yang sedang dihadapi oleh remaja.

(35)

sosialisasi dan bermanfaat dalam menghindarkan konflik yang akan terjadi pada

remaja maupun pada hubungan orangtua dan anak. Sehingga dengan adanya

komunikasi antar orangtua dan remaja dapat membantu memecahkan masalah remaja

(Gunarsa,2002:206)

Kegiatan komunikasi dalam keluarga biasanya berlangsung secara tatap muka

dan memungkinkan adanya dialog antar anggota-anggota dalam keluarga pada

umumnya bersikap akrab dan terbuka. Namun untuk mengadakan komunikasi yang

baik antara orangtua dengan anak usia remaja tidak mudah karena ada faktor-faktor

yang menjadi penghambat, yaitu :

1. Orangtua biasanya merasa kedudukannya lebih tinggi daripada kedudukan

anaknya yang menginjak usia remaja.

2. Orangtua dan remaja tidak mempergunakan bahasa yang sama sehingga

meninggalkan salah tafsir atau salah paham.

3. Orangtua hanya memberikan informasi, akan tetapi tidak ikut serta memecahkan

masalah yang dihadapi oleh remaja.

4. Hubungan antara orangtua dan remaja hanya terjadi secra singkat dan formal

karena selalu sibuknya orangtua.

Remaja tidak diberi kesempatan mengembangkan kreativitasnya serta

(36)

2.4 Pengertian Pola Komunikasi

Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau

lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesa yang

dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004:1)

Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola

hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses mengkaitkan dua komponen

yaitu gambaran atau rencana yang menjadi langkah-langkah pada suatu aktifitas

dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya

hubungan antar organisasi ataupun juga manusia. Terdapat tiga pola komunikasi

didalam hubungan orangtua dengan anak yaitu (Yusuf,2001 :52)

a. Authorian (Cenderung bersikap bermusuhan)

Dalam pola hubungan ini sikap acceptance orang tua rendah, namun

kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando

(mengharuskan / memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi),

bersikap kaku (keras), cenderung emosional dan bersikap menolak.

Sedang dipihak anak muda tersinggung, penakut, pemurung dan merasa

tidak bahagia, mudah terpengaruh, stres, tidak mempunyai arah masa depan

yang jelas tidak bersahabat.

b. Permissive (cenderung berperilaku bebas)

Dalam hal ini sikap acceptance orangtua tinggi, namun kontrolnya rendah,

(37)

keinginannya. Sedang anak bersikap implusif serta agresif, kurang memiliki rasa

percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya dan prestasinya

rendah.

c. Authoritative (cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan)

Dalam hal ini sikap acceptance orangtua dan kontrolnya tinggi, bersikap

responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan

pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak perbuatan yang

baik dan yang buruk. Sedang anak bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya

diri, mampu mengendalikan diri (self control) bersikap sopan, mau bekerja sama

memiliki rasa ingin tabunya yang tinggi, mempunyai tujuan / arah hidup yang

jelas dan berorientasi pada prestasi.

Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara komunikator

dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan sportif untuk saling menerima satu

sama lain (Rakhmat, 2002:129). Adapun sikap yang dapat mendukung kelancaran

komunikasi dengan anak-anak adalah :

a. Mau meendengarkan sehingga anak-anak lebih berani membagi perasaan sering

mungkin sampai pada perasaan dan permasalahan yang mendalam dan

mendasar.

b. Menggunakan empati untuk pandangan-pandangan yang berbeda dengan

menunjukan perhatian melalui isyarat-isyarat verbal dan non verbal saat

(38)

c. Memberikan kebebasan dan dorongan sepenuhnya pada anak untuk

mengutarakan pikiran atau perasaannya dan kebebasan untuk menunjukkan

reaksi atau tingkah laku teertentu sehingga anak dapat menanggapi dengan

positif tanpa adanya unsur keterpaksaan.

2.5 Pengertian Ayah

Bagi seorang laki-laki, menjadi orangtua tunggal tentu tidak mudah sehingga

banyak pria yang memutuskan mencari cepat pengganti pasangannya. Naluri ayah

dalam memngasuh anaktentu tidak seperti seorang perempuan. Namun, demi sang

buah hati ayah harus bisa menjalankan peram tersebut ketika menjadi ayah tunggal.

Sebagai seorang single parent, peran ayah dalam keluarga tentu saja menjadi

lebih luas. Selain dituntut memegang peran pencari nafkah, ayah juga harus

mengurus berbagai keperluan rumah tangga. Yang paling penting, memastikan

tumbuh kembangnya anak berjalan dengan baik.

Bagi seorang ayah tunggal yang baru menjalani peran baru ini, tentu tidak

mudah untuk melakukannya. Namun, menurut 2 pakar psikologi dr. Hendry Cloud

dan dr. Jhon Townsend dalam buku mereka yang berujudul “Raising The Great

Children”, semua ayah sebenarnya secara naluriah dikaruniai kemampuan untuk

merawat anaknya.

Tentu saja, seperti halnya pada seorang ibu, ayah juga butuh waktu untuk

belajar merawat buah hatinya. Lagipula, peran tradisional yang dahulu eksklusif

(39)

ini tidak lagi sungkan menemani anaknya bermain, belajar, makan bersama, bahkan

menyiapkan makanan untuk anak-anaknya.

Seperti yang disebutkan dalam buku “Fathers, Infants dan Toddlers” karya

M.Y. Yogmen dan Dwight Kindlon, pada saat ini sosok ayah juga mampu bersifat

hangat kepada anak-anaknya, tidak seperti citra ayah konvensional yang kaku dan

mengedepankan soal disiplin dan keteraturan bagi anak-anaknya. Citra sebagai sosok

yang dingin dan disegani serta dijauhi anak-anaknya bukanlah citra yang sesuai

untuk ayah masa kini.

Oleh karena itu, peran ayah dalam kehidupan anak pun lebih meenjadi

seorang role model yang ideal. Bagi anak laki-laki, ayah menjadi contoh bagaiman

berperilaku dan bersikap setia[ hari sebagai seorang laki-laki.

Sedangkan bagi anak perempuan ayah harus menjadi sosok pelindung dan

pengayom. Hal ini berguna agar anak perempuan nantinya tidak canggung ketika

saat dewasa mengahdapi lawan jenis dalam pergaulan sosial (Inspired Kids – Detik

Health, 2011)

2.5.1 Peran Ayah

Seorang ayah merupakan pria pertama yang menopang kehidupan kita,

sebagai orangtua yang penyayang. Bagi para ibu, sosok ayah bagi anak-anaknya

adalah seseorang yang dipercaya untuk menjaga anak-anaknya. Ayah mrupakan

satu-satunya oranglain selain ibu yang dapat memberikan rasa saying sepenuh hatinya

(40)

menjadi tulang punggung keluarganya dan menghidupi keluarganya dari usaha yang

dilakukan.

Terkadang seorang ayah tampak snagat kuat dimata keluarganya, tetapi

mereka justru sangat rapuh karena harus selalu tampak kuat dihadapan keluarganya.

Hal tersebut mungkin terjadi karena seorang laki-laki dituntut untuk bisa tampil

sebagai yang etrkuat diantara mereka. Seorang ayah akan mendidik putra putrinya

untuk menjadi orang yang tangguh meski terkadang mereka bersikap keras kepada

anak-anaknya. Mereka hanya ingin melakukan dengan cara yang mereka ketahui

saja. Tanpa kehadiran seorang ayah maka tidak aka nada sosok ibu, bahkan anak

sekalipun.

Figur seorang ayah merupakan pondasi bagi kehidupan kita. Seorang ayah

bisa menjadi pribadi yang sangat lembut atau keras, tetapi mereka tetap akan

menyanyangi anak-anaknya sepenuh hati. Bagi anak perempuan, figur ayah adalah

figur pria pertama yang mereka kagumi. Figure seorang pria yang sangat

mengagumkan dan pria pertama yang merebut hati anak-anak perempuannya. Bagi

anak laki-lakinya, figure ayah merupakan sosok idola pertama mereka, citra diri

mereka nantinya dan mungkin saja satu-satunya pria yang bisa mencintai mereka apa

(41)

2.6 Pengertian Orang Tua

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian orang tua adalah ayah dan

ibu kandung. Sedangkan menurut Wright (1991:12), orang tua dibagi menjadi tiga

macam yaitu:

a. Orang Tua Kandung

Orang tua kandung adalah ayah dan ibu yang mempunyai hubungan darah

secara biologis (yang melahirkan)

b. Orang Tua Angkat

Pria dan wanita yang bukan kandung tapi dianggap sebagai orang tua sendiri

berdasarkan ketentuan hukum atau adat yang berlaku.

c. Orang Tua Asuh

Orang yang membiayai hidup seseorang yang bukan anak kandungnya atas

dasar kemanusiaan. Dasar pengertian di atas maka orang tua adalah pria dan

wanita yang mempunyai hubungan ikatan baik itu secara biologis maupun

sosial dan mampu mendidik, merawat, membiayai serta membimbing hidup

orang lain yang dianggap anak secara berkesinambungan.

2.7 Remaja

Fase remaja merupakan segman perkembangan individu yang sangat penting.

(42)

Selain itu remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence)

terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual,

perenungan diri dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral (Yusuf,

2001:184).

Menurut Harlock, menyatakan bahwa usia yang dapat dikatakan sebagai

remaja yaitu diantara usia 11 tahun sampai usia 21 tahun. Periode remaja ini

dipandang sebagai masa “Storm and Stres”, frustasi dan penderitaan, konflik dan

penyesuaian, mimpi dan melamun cinta dan perasaan terlinealisasi (tersisihkan) dari

kehidupan dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Yusuf, 2001:184).

Beberapa tokoh psikologi remaja memberikan beberapa definisi tentang

remaja antara lain: (Yusuf, 2007:185-186).

1. Hal menyatakan remaja sebagai masa yang berada dalam dua situasi, antara

kegoncangan, penderitaan, asrama dan pemberontakan dengan otoritas orang

dewasa. Selain itu pengalaman sosial selama remaja dapat mengarahkannya

untuk menginternalisasi sifat-sifat yang diwariskan oleh generasi

sebelumnya.

2. Barker memberikan penekanan orientasi remaja pada masalah

sosiopsikologis. Hal ini dikarenakan bahwa remaja merupakan periode

pertumbuhan fisik yang sangat cepat dan peningkatan dalam koordinasi maka

remaja merupakan masa transisi antara anak dan masa dewasa. Oleh karena

pertumbuhan fisik bekaitan dengan sifat-sifat yang diterima anak, maka

(43)

Walaupun demikian, sebagai pedoman umum kita dapat menggunakan

batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: (Sarwono, 2004:14)

1. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder

mulai Nampak (kriteria fisik)

2. Di bawah masyarakat Indonesia, usia 11 sudah dianggap akil balik, baik menurut

adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memberlakukan mereka

sebagai anak-anak (kriteria sosial)

3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda yang penyempurnaan perkembangan

jiwa seperti tercapainya identitas diri (edo identity, menurut Erik Erikson),

tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual (menurut Freud) dan

tercapainya puncak perkembangan kognitif (palget) maupun moral, (Kohlberg)

(kriteria psikologik)

4. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang

bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada

orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat

atau tradisi), belum bisa memberikan pendapat sendiri dan sebagainya. Dengan

perkataan lain, orang-orang yang sampai pada batas usia 24 tahun belum dapat

memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologik masih dapat

digolongkan remaja. Golongan ini cukup banyak terdapat di Indonesia terutama

kalangan masyarakat kelas menengah ke atas yang mempersyaratkan berbagai

(44)

Tetapi pada kenyataannya cukup banyak pula orang mencapai kedewasaannya

sebelum usia tersebut.

5. Dalam definisi diatas status perkawinan sangat menentukan, karena arti

perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh.

Seorang yang sudah menikah, pada usia berapapun dianggap dan diberlakukan

sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukun maupun dalam kehidupan

masyarakat dan keluarga. Karena itu definisi remaja dibagi disini dibatasi khusus

untuk yang belum menikah.

2.7.1 Pergaulan Remaja

Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan

individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh

Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya

manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia

lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian

seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya,

baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif

itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal

yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan

bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati

(45)

Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh

terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin

dia belum tahu apakah itu baik atau tidak. Masa remaja merupakan masa yang sangat

penting, sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa

remajanya dengan kegagalannya, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam

perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi

dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam

rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya,

dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan

hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki

tahapan kehidupan selanjutnya.

Pergaulan bebas juga dapat didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan

seseorang dari pergaulan yang benar , pergaulan bebas diidentikan sebagai bentuk

dari pergaulan luar batas atau bisa juga disebut pergaulan liar. Ada beberapa faktor

dan masih ada juga faktor yg lain yang banyak mempengaruhi terjadinya pergaulan

buruk dari kalangan anak-anak muda, yakni:

1. Faktor Orang Tua

Para orang tua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah. Sistem

komunikasi, pengaruh media masa, kebebasan pergaulan dan modernisasi di berbagai

bidang dengan cepat memepengaruhi anak-anak kita.Budaya hidup kaum muda masa

kini, berbeda dengan jaman para orang tua masih remaja dulu. Pengaruh pergaulan

(46)

a. Faktor kesenjangan pada sebagian masyarakat kita masih terdapat anak-anak yang

merasa bahwa orang tua mereka ketinggalan jaman dalam urusan orang muda.

Anak-anak muda cenderung meninggalkan orang tua, termasuk dalam

menentukan bagaimana mereka akan bergaul. Sementara orang tua tidak

menyadari kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha mengatasinya.

b. Faktor kekurang pedulian Orang tua kurang perduli terhadap pergaulan

muda-mudi. Mereka cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan adalah urusan

anak-anak muda, nanti orang tua akan campur tangan ketika telah terjadi sesuatu.

Padahal ketika sesuatu itu telah terjadi, segala sesuatu sudah terlambat

c. Faktor ketidak mengertian kasus ini banyak terjadi pada para orang tua yang

kurang menyadari kondisi jaman sekarang. Mereka merasa sudah melakukan

kewajibannya dengan baik, tetapi dalam urusan pergaulan anak-anaknya, ternyata

tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya mereka tidak perduli, tetapi

memang mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat.

2. Faktor agama dan iman.

Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa

agama hidup mereka akan kacau, karena mereka tidak mempunyai pandangan hidup.

Agama dan keimanan juga dapat membentuk kepribadian individu. Dengan agama

individu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Tetapi pada

remaja yang ikut kedalam pergaulan bebas ini biasanya tidak mengetahui mana yang

(47)

3. Perubahan Zaman

Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang atau

yang lebih sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih tertarik untuk

meniru kebudayaan barat yang berbeda dengan kebudayaan kita, sehingga memicu

mereka untuk bergaul seperti orang barat yang lebih bebas.

2.7.2 Peran Anak

Anak merupakan rahmat Tuhan yang diamatkan kepada orang tuanya yang

membutuhkan peliharaan, penjagaan, kasih saying, dan perhatian. Masa anak

merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadinya perubahan dalam

banyak aspek perkembangan (Yusuf, 2006:12)

Seorang anak mampu bersosialisasi secara sehat yakni ditandai dengan

kemampuan untuk memiliki hubungan secara emosional dengan orang lain, seorang

anak akan dapat menyerap nilai-nilai, norma dan etika dari budaya sosialnya

terutama dari orang tuanya (Dariyo, 2004:114)

Karena memang dalam kenyataannya anak suka meniru sikap dan perilaku

orang tua dalam keluarga, anak secara kualitatif maupun kuantitatif tidak sama

dengan orang dewasa. Bahkan anak adalah orang dewasa dalam bentuk kecil

(miniature adult), sehingga memperlakukan anak (member hukuman, mengajar

(48)

Bagi orang tua, anak merupakan buah hati dan harapan dimasa depan. Anak

merupakan penghibur orang tua dalam suka maupun duka.

Seorang anak yang pandai menyesuaikan diri secara serasi, selaras dan seimbang

sesuai dengan gaya dukung dan lingkungan yang berubah-ubah secara dinamis

(Djamarah, 2004:21)

2.8 Kerangka Berpikir

Pola komunikasi tercermin dari cara orangtua membangun komuniaksi

dengan anak. Dalam bukunya Raising a Responsible Child, Elizabeth Ellis (Shapiro,

1997:32) menyatakan bahwa para peneliti yang mempelajari reaksi orangtua

terhadap anak-anaknya menemukan ada tiga gaya atau cara orangtua menjalankan

perannya, yaitu gaya otoriter, permissive dan otoritatif.

Penerapan pola komunikasi tergantung pada situasi, baik kondisi internal

psikologis orangtua, juga disesuaikan dengan konteks dan karakteristik anak. Dalam

hal ini orangtua dapat berperan sebagai sosok yang bisa dipercaya dan penasehat

bagi anaknya dalam area yang penting tidak hanya dengan memberikan informasi

faktual dan bernilai, tetapi juga dengan membantu anak mengembangkan

(49)

Kerangka Konseptual

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa saat ini marak pergaulan

bebas yang terjadi di Surabaya, hal tersebut harusnya menjadi perhatian orangtua

agar lebih memperhatikan pergaulan anaknya agar tidak terjerumus pada pergaulan

yang salah. Karena sudah banyak terjadi akibat dari pergaulan yang salah membuat

remaja sekarang menjadi korban trafficing kemudian korban seks bebas dll. Dalam

hal ini orangtua dapat berperan sebagai sosok yang paling penting dalam masa

perkembangan remaja.

Fenomena banyaknya pergaulan bebas saat ini dikalangan remaja.

Peran Keluarga Dalam Mencegah Perilaku Menyimpang Karena Pergaulan Bebas Pada Remaja.

Pola Komunikasi OrangTua Dan Anak

(50)

41 3.1 J enis Penelitian

Tipe penilitian yang digunakan adalah tipe penilitian deskriptif dan

menggunakan analisis kualitatif. Tipe penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang

memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa adanya

perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2003 :53)

Tipe penelitian deskriptif bertujuan membuat gambaran secara sistematis, factual

dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Periset sudah

mempunyai konsep (biasanya satu konsep) dan kerangka konseptual. Melalui kerangka

konseptual (landasan teori), periset melakukan operasional konsep yang akan

menghasilkan variabel berserta indikatornya. Riset ini untuk menggambarkan realitas

yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antara variabel (Rakhmat 2007:69)

Menurut Rakhmat dalam bukunya riset komunikasi, secara umum riset yang

menggunakan metodelogi kualitatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Intensif, partsipasi periset dalam waktu lama pada setting lapangan, periset

(51)

2. Perekam yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan catatan

dilapangan dan tipe-tipe lain dari bukti documenter.

3. Analisis data lapangan.

4. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan-kutipan) dan

komentar.

5. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap peneliti mengkreasi realitas sebagai

dinamis dan produk konstruksi sosial.

6. Subjektif daan berada hanya dalam refrensi peneliti. Periset sebagai sarana

penggalian interprestasi data.

7. Realitas adalah holistic dan tidak dapat dipilah-pilah.

8. Periset memproduksi penjelasan untuk tentang situasi yang terjadi dan

individu-individu.

9. Lebih pada kedalaman (depth) daripada keluasan (breadth).

10.Prosedur riset : empiris-empiris dan tidak berstruktur.

11.Hubungan antara teori, konsep dan data : data memunculkan atau membentuk

teori baru.

Pendekatan kualitatif dipilih dengan pertimbangan lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan ganda, menjikan secara langsung hakekat hunungan

antara peneliti dan informan, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan

banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi,

Referensi

Dokumen terkait

Perangkat Framing Berita MK Gagal Belajar Hakim Konstitusi Kecewakan Rakyat Pembocor Draf Dicari Pembocoran Draf Pelanggaran Berat Sumber Kebocoran Draf Putusan

Seorang ibu tentu menjadi pusat kehidupan sebuah keluarga. Teks di atas menggunakan metafora, yakni berupa pengandaian yang memberi penekanan bagaimana wanita

Bagi wanita yang berusia diatas 35 tahun, selain fisik mulai lelah, juga kemungkinan munculnya berbagai resiko gangguan kesehatan, seperti darah tinggi, diabetes, dan berbagai

Penulis ingin menggunakan tiga cara dalam pembuatan musik yang ditujukan untuk produksi film Sekapur Sirih Tempo Hari.. Cara pertama adalah dengan merekam, cara

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (POKJA ULP) Otsus Kabupaten Gayo Lues SKPD DINAS PERINDUSTRIAN Kabupaten Gayo Lues Tahun Anggaran 2017 dengan ini mengumumkan Pemenang

Laporan Akhir dengan judul ” Pengolahan Limbah Cair Laboratorium Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya dengan Memanfaatkan Kulit Ubi. Kayu Sebagai Bahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kepuasan kerja dan aspek yang paling dominan dalam kepuasan kerja karyawan pada PT Mitra Wibowo dan

Mikroskop pertama kali dikembangkan pada abad ke-16 menggunakan lensa sederhana untuk mengatur cahaya biasa.Pertama kali perbesaran terbatas kira – kira 10 kali dari ukuran