• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING TERHADAP KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP HARAPAN 2 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING TERHADAP KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP HARAPAN 2 MEDAN."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING TERHADAP KOMUNIKASI MATEMATIS

SISWA PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP HARAPAN 2 MEDAN

Oleh : Hetty Elfina NIM 408111060

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING TERHADAP KOMUNIKASI MATEMATIS

SISWA PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP HARAPAN 2 MEDAN

Hetty Elfina (NIM 408111060) ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran Ekspositori pada pokok bahasan Teorema Phytagoras di kelas VIII SMP Harapan 2 Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Harapan 2 Medan yang terdiri dari 3 kelas. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 64 siswa yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas VIII-A yang merupakan kelas kontrol sebanyak 32 orang dan kelas VIII-B yang merupakan kelas eksperimen sebanyak 32 orang. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan test essay sebanyak 8 soal dan telah dinyatakan valid oleh tim ahli.

Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas data. Dari pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen dan berdistribusi normal. Dari analisis data pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata pretest 50,031 dan simpangan baku pretest 18,322 sedangkan nilai rata-rata posttest 70,188 dan simpangan baku posttest 13,895. Pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata pretest 46,750 dan simpangan baku pretest 19,629 sedangkan nilai rata-rata posttest 63,813 dan simpangan baku posttest 15,403. Dari analisis data posttest dengan menggunakan uji-t pada taraf α= 0,05 diperoleh thitung (1,738) > ttabel (1,67) maka H0 ditolak dan Ha diterima.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah

dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini

berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo

Dancing Terhadap Komunikasi Matematis Siswa Pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP Harapan 2 Medan”. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu

Dr. Izwita Dewi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, Bapak

Prof. Dr. Asmin, M.Pd, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Bapak Dr. Edi

Syahputra, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari

perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, Bapak Prof. Dr.

Asmin, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak

dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika Fakultas Ilmu Pengetahuan

Alam dan Matematika Universitas Negeri Medan.

Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu

Hajar, MS beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak

Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu

Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd

selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua

Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku

Sekretaris Jurusan Matematika.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Sabilal Lubis,

M.Pd selaku Kepala Sekolah, Ibu Hj. Nurbaiti Hasibuan, BA , Bapak Chairul

Saleh, ST , dan Ibu Hj. Sakinah, S.Pd yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melaksanakan penelitian di sekolah SMP Harapan 2 Medan. Ucapan terima

kasih juga kepada Bapak Lahmuddin, S.Pd selaku guru bidang studi Matematika

(5)

v

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda Elfarison

dan Ibunda Tetty Situmeang yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberi

semangat kepada penulis hingga skripsi ini selesai. Terima kasih juga penulis

ucapkan kepada Abangda Faisal Irawan, S.Pd dan Adikku tersayang Elia Elfani

yang selalu memberikan dukungan dan doa.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada D’Narsiz yaitu Ade

Ramadhani, Dwinta Kartika, Handayani Wahyuni, Irda Arbayu Dani, Lisa

Humaira, Rifi Andini A. Ritonga. Teman-teman seperjuangan Ningsih, Anita, Sri

Rejeki, Jamiah, Reza, Bukhari, Riki, dan teman-teman lainnya di jurusan

matematika khususnya kelas B Reguler 2008 yang telah banyak membantu

penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Aulia Rahman Panjaitan yang sudah

memberikan nasehat, dukungan, dan semangat sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Januari 2013

Penulis,

Hetty Elfina

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang Masalah 1

1.2Identifikasi Masalah 6

1.3Batasan Masalah 7

1.4Rumusan masalah 7

1.5Tujuan penelitian 7

1.6Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1. Kerangka Teoritis 9

2.1.1.Pengertian Belajar 9

2.1.2.Pembelajaran Matematika 10

2.1.3.Pengertian Komunikasi 11

2.1.4.Komunikasi Matematis 12

2.1.5.Model Pembelajaran 19

2.1.6.Model Pembelajaran Kooperatif 20

2.1.7.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing 25

2.1.8.Model Pembelajaran Ekspositori 29

2.1.9.Materi Pembelajaran 31

2.2. Kerangka Konseptual 34

2.3. Hipotesis Penelitian 36

BAB III METODE PENELITIAN 37

3.1. Tempat dan Waktu penelitian 37

3.1.1.Tempat Penelitian 37

3.1.2.Waktu Penelitian 37

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 37

3.2.1.Populasi Penelitian 37

3.2.2.Sampel Penelitian 37

(7)

vii

3.4. Definisi Operasional 38

3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian 39

3.6. Prosedur Penelitian 40

3.7. Instrumen Penelitian 43

3.7.1.Tes 43

3.8. Teknik Analisis Data 46

3.8.1.Menghitung Rata-Rata Skor 46

3.8.2.Menghitung Standar Deviasi 47

3.8.3.Uji Normalitas 47

3.8.4.Uji Homogenitas 48

3.8.5.Analisis Pengujian Hipotesis 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 51

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 51

4.1.1.Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 51 4.1.2.Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52

4.1.3.Uji Normalitas Data 54

4.1.4.Uji Homogenitas 55

4.1.5.Pengujian Hipotesis Kemampuan Komunikasi Matematis 56

4.2.Pembahasan Hasil Penelitian 57

4.2.1.Kegiatan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Bamboo Dancing dan Ekspositori 57

4.2.2.Kemampuan Komunikasi Matematis 59

4.2.3.Hubungan Antara Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing dengan Aspek

Komunikasi Matematis 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 62

5.1. Kesimpulan 62

5.2. Saran 62

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Lembar Jawaban Siswa 3

Gambar 2.1. Skema Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing 25

Gambar 2.2. Persegi ABCD 31

Gambar 2.3. Segitiga Siku-Siku 32 Gambar 2.4. Segitiga Siku-Siku di Titik A 33 Gambar 2.5. Segitiga Siku-Siku dengan Sudut 300 dan 600 33 Gambar 2.6. Perbandingan Panjang Sisi pada Segitiga 34 Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 42 Gambar 4.1. Gambar Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kedua Kelas 54 Gambar 4.2. Skema Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing dengan Aspek Komunikasi Matematis 61 Gambar 5.1. Lokasi Penelitian 168 Gambar 5.2. Plangkat SMP Harapan 2 Medan 168

Gambar 5.3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa pada kelas eksperimen 169

Gambar 5.4. Siswa saat menerima LAS 169

Gambar 5.5. Guru mengenalkan subtopik 170

Gambar 5.6. Siswa diskusi kelompok 170

Gambar 5.7. Siswa saat bertukar pasangan 171

Gambar 5.8. Guru memberikan bantuan pada kelompok yang mengalami kesulitan 171

Gambar 5.9. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi 172

Gambar 5.10. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa pada kelas kontrol 172

Gambar 5.11. Guru menjelaskan materi pembelajaran 173

Gambar 5.12. Salah satu siswa mengajukan pertanyaan 173

Gambar 5.13. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan guru 174

Gambar 5.14. Memberikan bantuan kepada siswa yang bertanya 174

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 RPP I Bamboo Dancing 66

Lampiran 2 RPP II Bamboo Dancing 72

Lampiran 3 RPP I Ekspositori 86

Lampiran 4 RPP II Ekspositori 91

Lampiran 5 Lembar Aktifitas Siswa 1 101

Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian LAS 1 104

Lampiran 7 Lembar Aktifitas Siswa 2 107

Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian LAS 2 111

Lampiran 9 Lembar Aktifitas Siswa 3 115

Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian LAS 3 118

Lampiran 11 Kisi-Kisi Kemampuan Komunikasi Matematika

Pre Test 121

Lampiran 12 Kisi-Kisi Kemampuan Komunikasi Matematika

Post Test 122

Lampiran 13 Pre Test 123

Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian Pre Test 125

Lampiran 15 Post Test 128

Lampiran 16 Alternatif Penyelesaian Post Test 130 Lampiran 17 Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika 135

Lampiran 18 Lembar Validasi Tes (Pre Test) 137

Lampiran 19 Lembar Validasi Tes (Post Test) 143

Lampiran 20 Daftar Validator Soal Pre Test dan Post Test Siswa 149 Lampiran 21 Data Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen 150 Lampiran 22 Data Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol 152 Lampiran 23 Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol 154

Lampiran 24 Perhitungan Uji Normalitas Data 157 Lampiran 25 Perhitungan Uji Homogenitas Data 162 Lampiran 26 Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa 165

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan

tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya

mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Sebagaimana dikemukakan Buchori

(dalam Trianto, 2011:5), bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang

tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan,

tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan

sehari-hari.

Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya matematika telah menjadi

perhatian utama dari berbagai kalangan. Matematika merupakan disiplin ilmu

yang mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Tujuannya tidak saja menambah ilmu pengetahuan guna

mempersiapkan diri memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi juga

berguna bagi kehidupan sehari-hari dan untuk ilmu pengetahuan lainnya.

Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan :

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.

Namun saat ini mutu pendidikan matematika di negara kita masih sangat

memprihatinkan. Berdasarkan data UNESCO (dalam ugm, 2012) mutu

(11)

2

diamati. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa

Indonesia dapat dilihat dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk

pendidikan terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, dimana

Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi matematika,

khususnya komunikasi matematis siswa yaitu matematika merupakan pelajaran

yang sulit oleh siswa. Siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang

terlalu banyak berhitung dan penuh rumus. Hal ini menyebabkan siswa kurang

berminat dalam mengikuti pelajaran matematika dan kurang antusias

menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif, enggan, dan malu mengungkapkan

ide-ide atas soal yang diberikan guru. Akan tetapi ketakutan-ketakutan yang muncul

dari siswa tidak hanya disebabkan siswa itu sendiri, tetapi juga disebabkan oleh

ketidakmampuan guru menciptakan situasi yang mampu membawa siswa tertarik

terhadap matematika. Menurut Bambang R (dalam Rbaryans, 2007) bahwa :

“Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi”.

Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik

yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Mata

pelajaran matematika perlu diajarkan untuk membekali siswa dengan

mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam

mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika. Hal senada juga diungkapkan

oleh Fathoni bahwa :

“Dalam mempelajari matematika bukan semata-mata hanya menghafal, tetapi siswa harus bisa mengartikan simbol-simbol matematika dan rumus yang terdapat dalam matematika karena simbol-simbol matematika bersifat “artificial” yang baru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya”. (www.komunikasimatematika.com)

Dari observasi yang dilakukan peneliti pada materi luas segitiga, kuadrat

dan akar kuadrat suatu bilangan sebagai materi prasyarat pada teorema Pythagoras

(12)

3

menemukan beberapa fakta. Diberikan 1 soal untuk mengukur komunikasi

matematis siswa, antara lain :

“1.∆ABC siku-siku di A, dengan AB=15 cm, AC = 20 cm,dan BC = 25 cm.

a. Bagaimanakah gambar dari keterangan yang di peroleh tersebut? b. Jelaskan bagaimana memperoleh luas ∆ABC”.

Gambar 1.1

Salah Satu Jawaban Siswa pada Soal No.1

Dari gambar 1.1 dapat dilihat beberapa kesalahan siswa, yaitu menggunakan huruf

abjad kecil dalam menentukan sudut, penulisan rumus dalam menghitung segitiga

kurang lengkap, dan penggunaan satuan panjang untuk perkalian tidak

dipangkatdua. Untuk kesalahan menggunakan huruf abjad kecil dalam menetukan

sudut, terdapat 5 siswa dari 32 siswa kelas VIII-A. Terdapat 15 siswa yang

melakukan kesalahan penulisan rumus dalam menghitung segitiga dan terdapat 20

siswa yang melakukan kesalahan penggunaan satuan panjang. Nilai rata-rata

siswa kelas VIII-A yang berjumlah 32 orang adalah 46,73.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu guru matematika di

SMP Harapan 2 Medan (Ibu Nurhadijah Lubis S.Pd) diperoleh keterangan pada

pokok bahasan Pythagoras, siswa di tuntut untuk menemukan sendiri bagaimana

menunjukkan teorema Pythagoras serta bagaimana syarat berlakunya. Namun,

siswa sulit untuk mengungkapkan ide atau memberi penjelasan dari permasalahan

yang ada. Hal ini menyebabkan kemampuan komunikasi matematis siswa menjadi

(13)

4

dilakukan khususnya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo

Dancing.

Berdasarkan keterangan siswa kesulitan untuk mengungkapkan ide atau

memberi penjelasan dari masalah yang ada dapat disimpulkan bahwa salah satu

kesulitan untuk mempelajari matematika adalah rendahnya kemampuan

komunikasi matematis siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan

upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Menurut

Rofiah (dalam Depdiknas, 2007) pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa juga tertulis dalam tujuan pembelajaran matematika. Tujuan

pembelajaran matematika yaitu siswa memiliki kemampuan untuk

mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas masalah.

Within (dalam Herdy, 2010) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi

menjadi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan. Siswa diharapkan mampu

menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengarkan, menanyakan, dan

bekerja sama sehingga dapat membantu siswa pada pemahaman yang mendalam

tentang matematika.

Kemampuan komunikasi matematis menurut Rofiah (dalam Wihatma,

2004) meliputi: 1) kemampuan memberikan alasan rasional terhadap suatu

pernyataan, 2) kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika,

dan 3) kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika dalam bentuk uraian

yang relevan.

National Council of Teacher of Mathematics (dalam Ronis, 2009 : 118) menjelaskan :

“Komunikasi bisa membantu pembelajaran siswa tentang konsep matematika baru ketika mereka memerankan situasi, menggambar, menggunakan objek, memberikan laporan dan penjelasan verbal. Juga ketika menggunakan diagram, menulis, dan menggunakan simbol matematika.”

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa juga tidak terlepas

dari kemampuan guru mengajarkan matematika. Pembelajaran matematika yang

(14)

5

memperhatikan kemampuan komunikasi siswa. Model pembelajaran yang

berlangsung di sekolah masih berpusat pada guru seperti model pembelajaran

Ekspositori. Pada pembelajaran Ekspositori lebih ditekankan kepada proses

penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa

agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Model ini lebih

banyak diberikan melalui ceramah sehingga guru dapat mengontrol keluasan

materi pembelajaran dan dianggap efektif apabila materi pelajaran yang harus

dikuasai siswa cukup luas, sementara waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

Namun kesempatan untuk mengontrol kemampuan komunikasi matematis siswa

sangat terbatas. Seharusnya kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh kerjasama

antara guru dan siswa. Oleh karena itu diperlukan kreatifitas dan gagasan yang

baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah.

Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih

metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran.

Salah satu solusi kreativitasnya adalah menerapkan model pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

menekankan dan mendorong kerja sama antar siswa dalam mempelajari sesuatu.

Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu

siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, bekerja

sama, dan membantu teman. Senada dengan keterangan di atas, Effandi Zakaria

(dalam Isjoni, 2009:21) mengemukakan bahwa :

“Pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil, saling bertukar pendapat, memberi jawaban, serta mewujudkan dan membina proses penyelesaian kepada suatu masalah.”

Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif adalah Bamboo Dancing.

Model kooperatif tipe Bamboo Dancing merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan siswa duduk saling berjajar dan berhadapan. Kemudian

masing-masing sepasang siswa yang berhadapan saling bertukar informasi,

(15)

6

mengungkapkan ide yang muncul saat diskusi berlangsung. Setelah waktu yang

diberikan untuk berdiskusi habis, siswa yang duduk di ujung salah satu jajaran

pindah ke ujung lainnya di jajaran yang lain sehingga jajaran ini akan bergeser

mirip seperti dua potong bambu. Dengan menggunakan tipe ini diharapkan terjadi

pemerataan informasi yang diketahui oleh siswa. Suwarno (2010),

mengemukakan bahwa :

“Pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing sangat baik digunakan untuk mengajarkan informasi - informasi awal guna mempelajari materi selanjutnya. Tipe ini sangat bermanfaat guna membangun kebersamaan antar siswa karena tidak terjadi persaingan, siswa saling berbagi informasi. Diskusi antar siswa terjadi pada saat berpasangan dan pada saat presentasi topik pelajaran”.

Bamboo Dancing merupakan salah satu variasi atau tipe pembelajaran kooperatif maka semua prinsip dasar pembelajaran kooperatif melekat pada tipe

ini. Ini berarti dalam Bamboo Dancing terdapat saling ketergantungan positif

antar siswa, terdapat tanggung jawab perorangan, serta adanya komunikasi antar

anggota kelompok.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mencoba mengadakan

penelitian yang diharapkan mampu melibatkan siswa secara aktif dalam

pembelajaran matematika. Penelitian yang dilakukan dengan judul “Pengaruh

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing Terhadap Komunikasi Matematis Siswa Pada Pokok Bahasan Teorema Phytagoras Kelas VIII SMP Harapan 2 Medan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat teridentifikasi

yaitu:

1. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika, khususnya pada

pokok bahasan teorema Pythagoras.

2. Kemampuan komunikasi matematis siswa khususnya komunikasi

matematis tulisan masih rendah.

(16)

7

4. Pembelajaran kooperatif jarang dilakukan apalagi menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada

kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan Ekspositori pada pokok

bahasan teorema Phytagoras kelas VIII SMP Harapan 2 Medan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah : Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa

yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing lebih

baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran Ekspositori pada

pokok bahasan Teorema Phytagoras di kelas VIII SMP Harapan 2 Medan?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan

komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Bamboo Dancing lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model

pembelajaran Ekspositori pada pokok bahasan Teorema Phytagoras di kelas VIII

SMP Harapan 2 Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Kepada peneliti, dapat menjadi masukan sebagai calon guru untuk

menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran

matematika dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

2. Kepada guru, acuan untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang

(17)

8

3. Bagi siswa, dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran

matematika dan untuk meningkatkan aktifitas, prestasi, dan kemampuan

(18)

62 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data di peroleh kesimpulan yaitu : Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa kemampuan

komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing lebih baik daripada kemampuan

komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran Ekspositori pada pokok bahasan teorema Pythagoras kelas VIII

SMP Swasta Harapan 2 Medan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis

dimana thitung(1,738) > ttabel (1,67).

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan

adalah :

1. Kepada guru matematika dapat menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Bamboo Dancing sebagai salah satu alternatif

pembelajaran dalam upaya meningkatkan komunikasi matematis siswa

dalam proses pembelajaran.

2. Kepada guru atau peneliti yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Bamboo Dancing sebaiknya lebih memperhatikan

alokasi waktu yang ada agar seluruh tahapan pembelajaran dapat

dikerjakan dengan baik sehingga pengaruhnya terhadap komunikasi

matematis siswa lebih optimal.

3. Kepada siswa disarankan untuk saling bekerjasama dalam diskusi

kelompok terutama untuk kemampuan komunikasi matematis terhadap

(19)

63

4. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang

sama dengan tingkatan kelas yang berbeda sehingga hasil penelitian

dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan

(20)

64

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Anchoto, (2009), http://aanchoto.sman1ampekangkek.com/2009/09/26/defenisi-karakteristik-matematika/ (diakses tanggal 23 April 2012)

Ansari, Bansu, (2009), Komunikasi Matematika : Konsep dan Aplikasi, Pena, Banda Aceh.

Cunayah, Suwah., (2008), Pelajaran Matematika untuk SMP/Mts Kelas VIII, Yrama Widya, Bandung.

Depdiknas, (2007), Standar Isi, http://www.bsnpindonesia.org/files/Standar Isi.pdf. (diakses pada tanggal 5 Mei 2012)

Fathoni, A., (2007), http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/30/komunikasi-dalam-matematika.html (diakses pada tanggal 5 Mei 2012)

Herdian, (2010), http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-matematis/ (diakses pada tanggal 23 April 2012)

Huda, Miftahul, (2011), Cooperative Learning : Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Lie, Anita, (2010), Cooperative Learning, Gramedia, Jakarta.

Rbaryans, (2007), Komunikasi dalam Matematika,

http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/30/komunikasi-dalam-matematika/ (diakses pada tanggal 5 Mei 2012)

Ronis, Diane, (2009), Pengajaran Matematika Sesuai Cara Kerja Otak, Indeks, Jakarta.

Sanjaya, Wina, (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada Media Grup, Jakarta.

(21)

65

Setyosari, Punaji, (2012), Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Kencana, Jakarta.

Slameto, (2010), Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sugiono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung.

Suprijono, Agus, (2010), Cooperative Learning : Teori & Aplikasi Paikem, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Surapranata, Sumarna, (2005), Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suwarno, Agus, (2010), http://goeswarno.blogspot.com/2010/09/bamboo-dancing-metode-belajar-berbagi.html (diakses pada tanggal 29 April 2012)

Trianto, (2011), Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Ugm, (2012), http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467 (diakses pada tanggal 23 April 2012)

Wihatma, Ujang, (2004), Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SLTP Melalui Cooperative Learning Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD), http://pps.edu/org/abstrakthesis/abstrakmat/abstrak04.html (diakses pada tanggal 5 Mei 2012)

Gambar

Gambar 1.1 Salah Satu Jawaban Siswa pada Soal No.1
Tabel Krejcie-Morgan : Telaah Konsep dan Aplikasinya,Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, respon fisiologis benih ikan tengadak ( Barbonymus schwanenfeldii ) dari setiap perlakuan salinitas dan penambahan kalsium pada

Jenis agregat adalah agregat halus (pasir), agregat kasar (batu,kerikil) dan pasta adalah campuran antara air dan cement portland. Agregat merupakan butir-butir batu pecah,

Sehubungan dengan pelelangan yang dilakukan oleh Pokja V Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2014 pada Kantor Layangan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin untuk kegiatan :. APBD

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa musik dapat memengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.Salah satu metode yang telah dilakukan adalah agri- wave technology yang memiliki

Hasil analisis terhadap pertumbuhan sawah di wilayah karawang menunjukkan bahwa nilai NDVI dari awal tanam hingga memasuki fase vegetatif optimum berlangsung pada umur 70-90

Perjanjian Kredit Prosonal Loan berdasarkan perjanjian standard yang isinya telah ditetapkan oleh pihak bank, yang dituangkan dalam konsep janji- janji tertulis yang disusun tanpa

Analisis data morfologi tanaman diuraikan secara deskriptif meliputi seluruh variabel yang terdiri dari sembilan varian tanaman ganyong yang diperoleh dari wilayah

Wira Koperasi Satolop yang merupakan koperasi serba usaha sebagai wadah bagi masyarakat petani kopi di Kelurahan Pasar Siborongborong dalam meningkatkan taraf hidupnya.. Tujuan