• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Keragaman Genus Canna Berdasarkan Ciri Morfologi Dan Isozim Narwito S900208015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Keragaman Genus Canna Berdasarkan Ciri Morfologi Dan Isozim Narwito S900208015"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

STUDI KERAGAMAN GENUS

Canna

BERDASARKAN CIRI MORFOLOGI DAN ISOZIM

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Magister

Program Studi Biosain

Oleh:

Narwito

S900208015

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)
(5)

commit to user

Narwito. 2012. Studi Keragaman Genus Canna Berdasarkan Ciri Morfologi

dan Isozim. TESIS. Pembimbing I : Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D, II : Prof. Dr.

Sugiyarto, M.Si. Biosains, Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Tanaman ganyong (Canna spp) adalah tanaman herba tegak, merupakan tanaman penghasil umbi yang dapat digunakan sebagai pengganti makanan pokok. Beberapa species dari populasi yang berbeda memiliki morfologi kompleks, yang dapat menyebabkan masalah dalam pekerjaan taksonomi untuk mengambil keputusan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui keragaman dan hubungan kekerabatan anggota genus Canna berdasarkan data morfologi dan isozim.

Penelitian yang dilakukan meliputi pengamatan ciri morfologi dan elektroforesis daun tanaman ganyong untuk memperoleh pita isozim. Analisis data morfologi tanaman diuraikan secara deskriptif meliputi seluruh variabel yang terdiri dari sembilan varian tanaman ganyong yang diperoleh dari wilayah Kabupaten Sukoharjo, data pola pita isozim dianalisis menggunakan program Numerical Taxonomy and Multivariate Analys System versi 202i (NTSYS). Data matrik dihitung berdasarkan koefisien DICE. Klusterisasi (pengelompokan), dilakukan dengan UPGMA (Unweigted Pair Group with Aritmetic Mean) dihitung melalui SHAN.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya keragaman ciri morfologi sembilan varian tanaman ganyong , pola pita isozim demikian juga. Hubungan kekerabatan paling dekat yaitu Canna hybrid dan Canna qlauca dengan koefisien kemiripan 89 %,sedangkan hubungan kekerabatan terjauh yaitu Canna achira dengan sampel yang lain pada koefisien kemiripan 47%. Enzim esterase menghasilkan 19 pita isozim dan yang mengelompokkan sembilan varian tanaman ganyong ke dalam 4 kelompok.Enzim peroksidase menghasilkan 14 pita isozim dan mengelompokkan sembilan varian tanaman ganyong tersebut ke dalam 3 kelompok.

(6)

commit to user

Narwito. 2012. The Diversity study of genus Canna based on morphological

characters and isozym. THESIS. Supervisors I : Prof. Drs.Suranto,M.Sc., Ph.D,

II : Prof. Dr.Sugiyarto, M.Si. Master of Bioscience Postgraduate Program. Sebelas Maret University Surakarta.

ABSTRACT

Edible Canna is the upright herb plant. It can produce tuber which can to be used as the main food substitute. Some species of different population have the complex morphology which it can cause problem in taxonomy work in taking the decision. The purposes of this research was to determine the diversity and relationship genus Canna based on morphological and isozym.

The research conducted in observing morphological and elektrophoretic. The data analysis where described with the morphology of the plant, included all variable has been was observed consist nine varian Cannaacquired from district of Sukoharjo. The isozyme band structure data were analyzed used the Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System (NTSYS) program version 2.02i. The matrix data were calculated based on the DICE coefficient. The clustering (grouping) was performed by UPGMA (Unweigted Pair Group With Arithmetic Mean) which were calculated by SHAN.

The result showed that there were diversity of morphological , also in the isozym band structure.Where as closest relationship is Canna hybrid and Canna qlauca with similarity coefficient 89% ,where as the farthest was the relationship of Canna achira with the other at similarity coefficient 47% .Esterase enzyme produced 19 isozyme bands and classified the 9 variant of Canna in to 4 group. On the other side , Peroksidase enzyme produced 14 the isozyme bands and classify that Canna variant in to 3 groups

(7)

commit to user

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Percaya pada diri sendiri adalah rahasia utama untuk mencapai sukses.

(Emerson)

Pendidikan yang baik tidak menjamin pembentukan yang baik.

(Fonttenelle)

Di dunia ini tidak ada namanya kegagalan, yang ada hanyalah kurang kerja

keras.

(Beta)

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk yang tercinta

Orang tuaku

Istri tercinta

(8)

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha

Kuasa, atas segala limpahan rahmat, hidayah, karunia dan kuasa-Nya penulis

dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Studi Keragaman Genus Canna

Berdasarkan Ciri Morfologi dan Isozim”.

Nilai penting pada penelitian ini adalah memberi informasi mengenai

keragaman dan hubungan kekerabatan genus Canna dan analisis isozim pada

sembilan varian tanaman ganyong. Terjadinya variasi tanaman dapat disebabkan

oleh faktor lingkungan dan atau faktor genetik.

Beberapa kendala yang ada meliputi ekstrasi buffer karena daun tanaman

ganyong berlendir dan pengamatan pola pita. Untuk mengatasi ekstrasi buffer

maka dilakukan penggerusan berulang kali serta pengamatan pola pita

diletakkan di atas kaca dengan sinar lampu dibawahnya sehingga tampak jelas

pita yang terbentuk.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan, kritik,

saran yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan karya ini agar

dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu dan teknologi khususnya

dalam bidang biologi.

Surakarta, Maret 2012

(9)

commit to user

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis

dengan judul “Studi Keragaman Genus Canna Berdasarkan Ciri Morfologi dan

Isozim”.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Bapak

Prof.Dr.Ir. Ahmad Yunus, M.S., yang telah memberikan bimbingan, motivasi,

dan fasilitas selama Penulis mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta serta selaku pembimbing 1 yang telah

memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan tesis.

3. Bupati Sukoharjo Bapak H. Wardoyo Wijaya SH, MH., yang telah

memberikan izin kepada Penulis untuk menempuh pendidikan magister di

Universitas Sebelas Maret.

4. Ketua Program Studi Biosains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta Bapak Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si, yang senantiasa memberikan

dorongan moril dan bimbingan selama Penulis mengikuti perkuliahan di

Program Studi Biosains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak . Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan arahan dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.

7. Segenap staf dosen dan pengajar yang telah memberikan materi

perkuliahan yang menunjang kelancaran penelitian.

8. Kepala Dinas Pendidikan Nasional Sukoharjo, yang telah memberikan izin

Penulis untuk menempuh pendidikan magister di Universitas Sebelas Maret.

9. Rahmadi, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 7 Sukoharjo yang telah

memberikan izin Penulis untuk menempuh pendidikan magister di

Universitas Sebelas Maret.

(10)

commit to user

11. Mas Untung Maryanto, sub lab pemuliaan tanaman Fakultas Kehutanan

Universitas Gajah Mada Yogyakarta, atas segala bantuan yang telah

diberikan selama Penulis menganalisis isozim tanaman ganyong.

12. Mas Rosyid atas segala bantuan yang telah diberikan selama Penulis

menempuh pendidikan pendidikan di Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

13. Mas Sentot Budoyo, mas Trimanto, mbak Banati Rahmawati, mbak

Nurmiyati, untuk segala ketulusan dan kebersamaan yang telah kita bangun

untuk penyelesaian tesis ini.

14. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan di Kampus Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

15. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih perlu mendapatkan

penyempurnaan. Segala bantuan, kritik, saran dan berbagai masukan senantiasa

penulis harapkan. Semoga segala bantuan dan kebaikan yang diberikan kepada

Penulis senantiasa menjadi amal baik demi kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi di Indonesia, Amin.

Surakarta, Maret 2012

(11)

commit to user

DAFTAR ISI

JUDUL ………. i

PENGESAHAN PEMBIMBING ………. …... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ……….. …... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ……… iv

ABSTRAK ………. …… v

ABSTRACT ……….. vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….. vii

KATA PENGANTAR ………. viii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… ix

DAFTAR ISI ……… xi

DAFTAR TABEL ………... xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. ….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xv

DAFTAR SINGKATAN ………. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……… 3

C. Tujuan Penelitian ……….. 4

D. Manfaat Penelitian ……… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Taksonomi Tanaman Ganyong (Canna spp) ………. 5

B. Morfologi Tanaman Ganyong (Canna spp) ……….. 6

C. Analisis Isozim ……… 10

D. Kerangka Berfikir ……… 17

(12)

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ………. 21

B. Alat dan Bahan ………..……… 21

C. Cara Kerja ………. 22

D. Analisa Data ……….………. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi data morfologi genus Canna yang terdiri dari sembilan varian tanaman ganyong …………..……… 30

B. Pola pita isozim genus Canna yang terdiri dari sembilan varian tanaman ganyong ……….…….. 35

C. Hubungan kekerabatan data morfologi dan isozim genus Canna ……….. 43

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 47

B. Saran ………. 47

DAFTAR PUSTAKA ……… 48

(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi larutan extract buffer yang digunakan……….. 24

Tabel 2. Komposisi larutan gel polyacrilamide ……….. 25

Tabel 3. Bahan-bahan buffer tank ……….. 27

Tabel 4. Ciri morfologi sembilan varian tanaman ganyong …. ………. 31

Tabel 5. Pembagian kelompok sembilan varian tanaman ganyong pada jarak kemiripan kurang dari 0,80 atau kemiripan kurang dari 80% ……… 39

Tabel 6. Pembagian kelompok sembilan varian tanaman ganyong pada jarak kemiripan kurang dari 0,80 atau kemiripan kurang dari 80% ……… 42

(14)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema kerangka berfikir ………... 19

Gambar 2. Hasil elektroforesis untuk enzim esterase dari sampel

daun ………….………. 36

Gambar 3 Dendogram dari sembilan varian tanaman ganyong

berdasarkan enzim esterase ………. 38

Gambar 4 Hasil elektroforesis untuk enzim peroksidase dari sampel

daun ………. 40

Gambar 5. Dendogram dari sembilan varian tanaman ganyong

berdasarkan enzim peroksidase ……… 41

Gambar 6 Dendogram hubungan kekerabatan genus Canna

berdasarkan data morfologi …..………... 45

Gambar 7. Dendogram hubungan kekerabatan genus Canna

(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tanaman ganyong……… 51

Lampiran 2. Daun tanaman ganyong ………. 52

Lampiran 3. Bunga tanaman ganyong ……… 53

Lampiran 4. Biji tanaman ganyong……….. 54

Lampiran 5. Cara kerja analisis isozim ……….. 55

Lampiran 6. Foto pola pita isozim esterase……….. 58

Lampiran 7. Foto pola pita isozim peroksidase……… 59

(16)

commit to user

DAFTAR SINGKATAN

Cm : Centi meter

Cb : Canna bonfire

Ce : Canna edulis

Cc : Canna coccinea

Cq : Canna qlauca

Ch : Canna hybrid

Ca : Canna achira

Cp : Canna pretoria

Cg : Canna generalis

Cp : Canna compacta

DNA : Deoxiribonucleic acid

Ditejen Deptan : Direktorat jendral Departemen pertanian

Dpl : Diatas permukaan laut

EST : Esterase

o

c : Derajat celcius

L : Liter

Mm : Millimeter

Mg : Miligram

P : Probabilitas

PRX :Peroksidase

PH : Tingkat keasaman

RF : Relative value to the bromophenol blue Front

Sig : Signifikansi

SDS : Sodium Dodecy l Sulphate

TEMED : N-N-N”-Tetramethylethylenediamine

Tris : Tris (hydroxymethyl) aminomethane

UPGMA : Unweighted Pair Group With Arithmetic Mean

µl : Mikroliter

(17)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman ganyong (Canna spp), merupakan tanaman herba

tegak, tinggi 0,5 – 2 m, merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai

potensi dan prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman ganyong

(Canna spp) berasal dari Amerika Selatan, tetapi tanaman ini telah tersebar

dari Sabang sampai Merauke. Terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan

Bali tanaman ini telah dikembangkan penduduk. Nama lokal ganyong berbeda

– beda tergantung daerahnya. Ganyong hutan (Melayu), hosbe (Batak),

ganyol leuweung (Sunda), tasbhi (Madura), milu – milu (Bali), kela, kontas,

totombe, wuro (Minahasa), sedangkan nama Internasional ganyong adalah

Quensland arrowroot (Rahmat Rukmana, 2000).

Tanaman ini cukup potensial sebagai sumber karbohidrat.

Hasilnya selain dapat digunakan untuk penganekaragaman menu rakyat, juga

mempunyai aspek yang penting sebagai dasar industri. Diantara tanaman

pangan sebagai sumber karbohidrat, terdapat beberapa jenis yang memiliki

setara dengan beras, misalnya: Garut (Maranta arundinaceae L) atau Ubi

kayu (Manihot utilisima), sehingga tanaman ini potensial mensubtitusikan

beras / gandum. Tidak banyak yang menyadari bahwa penanaman dan

pemeliharaan komoditi ini relatif sangat mudah dan memiliki tingkat produksi

(18)

commit to user

ton per hektare, ganyong 30 ton per hektare dan sukun 30 ton per

hektare (Suhartiningsih, 2008).

Sumber daya hayati umbi – umbian yang beraneka ragam

jenisnya di Tanah Air ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi

kecukupan pangan, khususnya sebagai sumber karbohidrat. Selain ubi kayu

dan ubi jalar, sebenarnya Indonesia mempunyai banyak umbi – umbian yang

lain, seperti talas, uwi,dan lain lain, tetapi data luas tanam maupun produksi

tidak tersedia. Mengingat banyaknya manfaat dari umbi – umbian ini, dalam

memperkuat cadangan makanan masyarakat miskin maka untuk masa

mendatang ketersediaan data berbagai komoditas umbi – umbian tersebut

perlu disediakan, sebagai dasar untuk merumuskan program pengembangan

komoditas yang bersangkutan.

Terdapat variasi antar populasi pada tanaman ganyong (Canna

spp), terutama yang jelas dapat dibedakan pada daun dan bunga. Adanya

variasi ini adalah hasil interaksi antara faktor lingkungan dan genetik selama

siklus hidupnya. Tetapi berapa besar pengaruh yang berperan terhadap

variasi morfologi adalah sulit untuk dipastikan walaupun tehnik eksperimen

untuk merunut telah dikembangkan.

Teknik eksperimen tersebut misalnya : 1. Transplan Eksperimen,

2. Teknik Eksperimen Modern. Teknik transplan eksperimen ini dapat

dilakukan melalui pemindahan tanaman dari habitat aslinya ke habitat yang

baru (green house / glass house, paranet), dengan atau tanpa di treatmen

(19)

commit to user

Variasi dalam populasi dapat dipelajari melalui pengamatan

morfologi, namun metode ini memiliki banyak keterbatasan, mengingat

sejumlah ciri yang di analisis, disamping adanya plastisitas fenotip dan

pengaruh lingkungan.

Kalau sejumlah tanaman dari beberapa populasi dilakukan

transplan, ternyata terjadi perubahan morfologi, maka kemungkinan

lingkungan telah ikut menentukan terjadinya plastisitas morfologi. Tetapi

apabila setelah di transplan, tanaman dari setiap populasi tersebut masih

menunjukkan keanekaragaman maka dalam hal ini faktor genetik yang

mungkin berperan lebih besar.

Berkaitan dengan kemajuan teknologi maka analisis terhadap

tumbuhan lebih cenderung melalui pendekatan unsur genetik dari pada

analisis deskriptif (berbentuk daftar tumbuhan, hewan atau mikroorganisme)

yang sewaktu – waktu berubah. Oleh karena itu pendekatan penelitian seperti

Isozim elektroforesis, kromosom, dan DNA mutlak diperlukan (Sudarmono,

2006).

Bertalian dengan faktor yang memungkinkan terjadinya variasi

pada species tertentu, pada tumbuhan ganyong telah ditemukan variasi

bunga, maka kemungkinan terjadinya variasi yang lain menarik untuk diteliti.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan

(20)

commit to user

1. Bagaimanakah keragaman genus Canna yang terdiri dari sembilan varian

berdasarkan data morfologi?

2. Bagaimanakah keragaman genus Canna yang terdiri dari sembilan varian

berdasarkan pola pita isozim?

3. Bagaimanakah hubungan kekerabatan genus Canna yang terdiri dari

sembilan varian berdasarkan data data morfologi dan pola pita isozim?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui keragaman genus Canna yang terdiri dari sembilan varian

berdasarkan data morfologi.

2. Mengetahui keragaman genus Canna yang terdiri dari sembilan varian

berdasarkan pola pita isozim.

3. Mengetahui hubungan kekerabatan genus Canna yang terdiri dari

sembilan varian berdasarkan data morfologi dan pola pita isozim.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat, yaitu :

Membedakan sifat variasi morfologi dan pola pita isozim pada genus

Canna yang terdiri dari sembilan varian, sehingga dapat dijadikan sebagai

dasar untuk pemuliaan tanaman. Hal ini diharapkan dapat digunakan dalam

upaya pemenuhan kebutuhan manusia terutama dalam hal bahan baku

(21)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

2.1 Taksonomi Tanaman Ganyong (Cannaspp)

Tentang asal usul tanaman ganyong (Canna spp) terdapat

keterangan yang bervariasi, diantaranya menyebutkan berasal dari India

Barat, Sri Langka maupun Amerika Tropis, ahli botani memastikan bahwa

sentrum asal tanaman ganyong (Canna spp) adalah Amerika Selatan yaitu

daerah Peru, Ekuador dan Bolivia. Orang – orang Amerika memanfaatkan

rhizomanya yang masih muda sebagai sayuran dan kadang – kadang

digunakan sebagai pencuci mulut (Rukmana, 2000).

Sekarang tanaman ganyong (Canna spp) telah menyebar luas di

Asia, Paifik, dan Australia. Di Queensland (Australia), tanaman ganyong

(Canna spp) telah diusahakan secara besar – besaran untuk diambil patinya.

Pembuatan tepung ini telah diusahakan di pabrik dan tepungnya disebut

“Queensland arrowroot” (Lingga, 1986). Taksonomi tanaman ganyong

(Canna spp) (Steenis 1992) adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyleldoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Cannaceae

Genus : Canna

(22)

commit to user

Di alam banyak ditemukan tanaman ganyong (Canna spp) yang

beranekaragam, perbedaan yang jelas dapat dilihat pada warna daun dan

bunga.

2.2 Morfologi Tanaman Ganyong (Canna spp)

Bentuk tanaman ganyong (Canna spp) adalah berumpun dan

merupakan tanaman herba, semua bagian vegetatif yaitu batang, daun

serta kelopak bunganya sedikit berlilin, umbi yang telah cukup dewasa,

daun dan batang mulai mengering.

Tinggi tanaman ganyong (Canna spp) antara 0,9 – 1,8 meter.

Bahkan di Quesland dapat mencapai 2,7 meter. Sedang di Jawa, tinggi

tanaman ganyong umurnya 1,35 – 1,8 meter. Apabila di ukur lurus, maka

panjang batang bisa mencapai 3 meter. Panjang batang dalam hal ini di

ukur dari ujung tanaman sampai ujung rhizoma atau yang sering disebut

dengan umbi (Ditjen. Deptan 2008).

Apabila diperhatikan ternyata warna batang, daun, pelepah daun

dan sisik umbinya sangat beragam. Adanya perbedaan warna ini

menunjukkan varietasnya.

1. Daun

Tanaman ganyong (Canna spp) daunnya lebar dengan bentuk

elips memanjang dengan bagian pangkal ujungnya agak runcing.

Panjang daun 15 – 60 cm, sedang lebarnya 7 – 20 cm di bagian

tengahnya terdapat tulang daun yang tebal. Warna daun beragam dari

(23)

commit to user

keseluruhannya ungu. Demikian juga dengan pelepahnya ada yang

berwarna ungu dan hijau.

2. Bunga

Ukuran bunga tanaman ganyong (Canna spp) yang biasa

diambil umbinya relative lebih kecil bila dibandingkan dengan bunga

ganyong yang lain, misalnya: Canna hybrid, Canna indica, Canna

coccina dan lain – lain.

Warna bunga ganyong ini adalah merah orange dan

pangkalnya kuning dengan benang sari tidak sempurna. Jumlah

kelopak bunga ada 3 buah dan masing – masing panjangnya 5 cm.

3. Buah

Tanaman ganyong (Canna spp) juga berbuah. Buah terdiri dari

3 ruangan yang berisi biji berwarna hitam sebanyak 5 biji per ruang.

4. Umbi

Tanaman ganyong (Canna spp) berumbi besar dengan

diameter antara 5 – 8,75 cm dan panjangnya 10 – 15 cm, bahkan bisa

mencapai 60 cm. Bagian tengahnya tebal dan dikelilingi berkas –

berkas sisik yang berwarna ungu atau coklat dengan akar serabut

(24)

commit to user

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Ganyong (Canna spp )

A . Iklim

Tanaman ganyong (Canna spp) mempunyai daya

penyesuaian (adaptasi) yang luas terhadap lingkungan tropis

.Tanaman ini dapat tumbuh didataran rendah sampai

pegununungan. Pertumbuhan dan produksi ganyong yang optimum

pada daerah dengan ketinggian dibawah 1000 dpl. Kondisi iklim

yang ideal untuk tanaman ganyong adalah pada suhu 28 c –32 c,

kelembaban udara (RH) 50% -80% dengan curah hujan 1.120 mm

per tahun (Rukmana 2000)

B. Tanah

Setiap tanaman memang menghendaki jenis – jenis

tanah tertentu. Tidak demikian halnya dengan tanaman ganyong

(Canna spp), yang dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Hanya

pada jenis tanah liat berat sajalah tanaman akan tumbuh kurang

baik, karena sistem drainase pada tanah jenis ini biasanya jelek.

Bila terpaksa harus ditanam pada jenis tanah ini, maka drainasenya

harus dibuat memadai. Apabila ingin mendapatkan hasil yang

optimal, maka sebaiknya ganyong ditanam pada tanah – tanah

(25)

commit to user

Budi daya Tanaman Ganyong (Canna spp)

Tanaman ganyong (Canna spp) umumnya diperbanyak

secara vegetatif yaitu dengan rhizoma dan tunas. Bibit yang digunakan

adalah rhizoma yang memiliki 1 – 2 mata tunas sehat. Bibit ini

diperoleh pada waktu panen, yaitu dengan mengambil bagian ujung

umbi yang masih muda. Bagian ini kurang baik untuk dijadikan tepung

karena kadar patinya sangat rendah ( Rukmana 2000 )

Hama dan Penyakit

Tanaman ganyong (Canna spp) adalah tanaman yang relatif

bebas dari serangan hama dan penyakit. Walaupun demikian di

daerah – daerah yang telah membudidayakan ganyong secara intensif,

sering ditemui hama dan penyakit misalnya belalang. Akibat kerusakan

hama ini sebenarnya tidak secara langsung, tetapi merupakan

sekunder. Belalang biasanya menyerang tanaman dengan memakan

daun – daun ganyong, dengan demikian jumlah permukaan daun

berkurang akibatnya fotosintesis berkurang, dan akibatnya

pembentukan umbipun terhambat.

Untuk mengatasi dapat dilakukan pemberantasan secara

kimiawi, dengan insektisida Agrothion50, dosis 0,6 – 2 l/ha. Hama

yang lain yaitu Agrotis spp ( Ulat Tanah ), ulat ini terutama menyerang

tanaman muda yaitu bagian batang dan tangkai daun, akibatnya

tanaman rebah. Kerusakan semacam ini dapat mengakibatkan

kerugian yang berarti, karena tanaman muda tersebut bisa mati. Cara

(26)

commit to user

rerumputan di sekitar tanaman. Pemberantasan secara kimiawi

dengan insektisida Dursban 20% E.C, Hostathion 40% E.C.

Hama yang menyerang hasil panenan yaitu Calopodes

ethlius dan Cobalus cannae, penyakinya Fusarium spp, Puccinia spp

dan Rhizoctina spp, akibatnya umbi bercendawan dan busuk. Untuk

menghindarinya, umbi janganlah diletakkan pada tempat yang lembab.

( Ditjentan deptan, 2008 )

Pemanenan

Sebagai patokan yang pasti, umbi dianggap dewasa apabila

telah ditandai dengan mengeringnya batang dan daun – daun

tanaman. Cara pencabutan apabila batang tanaman ganyong belum

rapuh, bila telah rapuh dapat dilakukan dengan cara mencongkelnya

dengan tongkat besi, kayu dan sejenisnya.

2.3 Analisis Isozim

Isozim pertama kali dideskripsikan oleh RL. Hunter dan

Clement Market pada tahun 1957 yang didefinisikan sebagai berbagai

varian yang sama enzim yang memiliki fungsi yang sama dan hadir dalam

individu yang sama (Houghton, 2007). Definisi mencakup (1) varian yang

berbeda dari produk gen sehingga mewakili berbagai loci (digambarkan

sebagai isozim) dan (2) enzim yang berbeda dari produk yang sama allel

(27)

commit to user

Isozim adalah enzim yang merupakan produk langsung dari

gen, terdiri dari berbagai molekul aktif yang mempunyai struktur kimia

berbeda tetapi mengkatalis reaksi yang sama. Enzim merupakan protein

biokatalisator untuk proses – proses fisiologis tanaman yang pengadaan

dan pengaturannya dikontrol secara genetik (Shannon, 1968 dalam

Cahyarini 2004).

Penggunaan penanda isozim mempunyai kelebihan karena

isozim diatur oleh gen tunggal dan bersifat kodominan dalam pewarisan,

bersegresi secara normal menurut nisbah Mendell, kolinier dengan gen dan

merupakan produk langsung gen, penanda ini bersifat stabil karena tidak

dipengaruhi oleh faktor lingkungan, lebih cepat dan akurat berproduksi

(Sudiarto dan Sukmadjaja, 2001).

Isozim memiliki beberapa karakteristik dan keuntungan,

antara lain : 1) Produk dari alel yang berbeda bergerak pada posisi yang

berbeda dalam gel, 2) Alel yang berbeda biasanya diwariskan secara

kodominan, bebas dari epistasis, sehingga individu homozigot dapat

dibedakan dari heterozigot, 3) Seringkali posisi pita merupakan produk dari

suatu lokus, sehingga memungkinkan untuk mendeteksi jumlah gen yang

mengkode suatu enzim dengan menganalisis pola pita dari enzim tersebut,

4) Peralatan dan bahan yang diperlukan relatif tidak terlalu mahal dan

percobaan dapat dilakukan dengan mudah di labotarium, 5) Jumlah sampel

yang banyak dapat dianalisis dengan waktu singkat, dan 6) Dapat

dilakukan pada fase bibit, sehingga dapat menghemat, tempat maupun

(28)

commit to user

Analisis isozim merupakan metode yang ekonomis dan efektif

untuk mengetahui terjadinya rekombinai gen dan kromoson. Isozim

digunakan sebagai marker genetik untuk mengamati rekombinasi dan

segregasi karakter kualitatif dan kuantitatif. Analisis isozim merupakan

metode yang efisien untuk mengetahui genetik tanaman dalam pelestarian

sumber alam dan pengelolaannya (Karcicio, 2003). Chen et al (2006)

mengatakan bahwa beberapa peneliti juga menggunakan data isozim

untuk mengukur jarak genetik, keragaman geenetik, sistematik,

mengkonfirmasi hybrid, dan finger printing kultivar.

Isozim adalah bentuk – bentuk enzim yang berbeda secara

fisik dapat dipisahkan, terdapat dalam berbagai tipe sel atau kompartemen

sub seluler . Isozim lazim ditemukan didalam serum dan jaringan semua

vertebrata, insekta, tumbuhan dan organism uniseluler Jenis dan jumlah

enzim pada masing – masing organism berbeda – beda. Jaringan yang

berbeda juga dapat mengandung isozim yang berbeda, dan semua isozim

mempunyai afinitas yang berbeda – beda terhadap substrat (Murray,

1999).

Fungsi utama isozim adalah sebagai konrtrol dalam aktivitas

metabolism didalam sel. Frekkuensi perbedaan isozim ada pada organela

yang berbeda pada sel tumbuhan (Goodwin, 1983). Isozim dapat

digunakan sebagai penanda genetik untuk mempelajari keanekaragaman

antar individu dalam satu populasi serta mengidentifikasi varietas dan

(29)

commit to user

Penggunaan pola pita isozim merupakan salah satu

pendekatan untuk mengetahui jarak genetik dan hubungan kekerabatan

tanaman. Hal ini dilakukan oleh Cahyarini (2004) pada penelitiannya

terhadap beberapa varietas lokal kedele di Jawa, sedangkan Vihara (2005)

pada tanaman duku. Analisis izosim juga digunakan untuk

mengkarakterisasi struktur genetik kultivar Solanum tuberosum ssp.

Andigena (Huaman, 2000).

Analisa isozim berguna untuk identifikasi dan

mengkarakterisasi tanaman yang harus diketahui terlebih dahulu untuk

penelitian. Contohnya, untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap

pembungaan. Untuk identifikasi tanaman yang lebih jelas dilakukan analisis

isozim (Degani at al 1986).

Identifikasi kultivar dengan memanfaatkan data analisis isozim

membuktikan dapat konsisten atau sama dengan identifikasi secara

morfologi, dan sebaik penanda fiisiologinya. Meskipun penanda morfologi

dan fisiologi dapat untuk identifikasi kultivar, namun dipertimbangkan

analisis isozim adalah esensial ketika penanda morfologi dan fisiologi tidak

cukup / kurang memadai. Terlebih lagi isozim dimana produk gen langsung

dan secara relatif tidak dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga hal itu lebih

cocok daripada penanda morfologi saja (Degani at al , 1986).

Peroksidase (PRX) adalah enzim oksidoreduktase, yang

berperan untuk oksidfasi substrat sambil mereduksi H2O2 menjadi H2O.

Rothe (1994) mengatakan bahwa isozim peroksidase tersebar luas

(30)

commit to user

adanya hydrogen peroksida (H2O2) mengkatalisa oksidasi fenol (AH2) dan

aromatic amines (AH2) sesuai reaksi berikut :

Enzim-H2O2 + AH2 enzim + A +2H2O

Aktivitas isozim peroksidase mudah dideteksi karena

ktivitasnya yang luar biasa pada jaringan. Bahkan isozim peroksidase

masih dapat dideteksi tanaman padi berumur 110 hari setelah sebar (Ito,

1991). Bahan yang dapat digunakan untuk analisis ini antara lain akar,

batang, daun atau bijinya. Analisis isozim peroksidase telah digunakan oleh

beberapa peneliti dalam pengujian terhadap beberapa tanaman antara

lain: padi (Ito, 1991) ; jeruk besar (Purwanto, dkk., 2002) ; Ranunculus

(Suranto, 2001) ; Ananas comosus (L.) Merr. (Hadiati, 2003); kedelai

(Cahyarini, 2004); Lansium dometicum Coor (Vihara, 2005); Ttribus

alpianae (Lestari, 2005).

Esterase (EST) pada tanaman merupakan enzim hidrolitik

yang berfungsi melakukan pemotongan ester sederhana pada asam

organik, asam anorganik alkohol dan fenol serta mempunyai berat molekul

rendah dan mudah larut (Subronto, 1986 dalam Cahyarini, 2004). Bahan

yang dapat digunakan untuk analisis isozim esterase antara lain akar,

batang atau daunnya. Para peneliti juga telah banyak menggunakan

analisis isozim esterase untuk mengkaji sifat genetik makhluk hidup antara

lain dilakukan pada: padi (Iskandar, 1992); manggis (Mansyah, 1999);

Ranunculus (Suranto,2001); jeruk besar (Purwanto, 2002); Achatina

varigata (Novianto, 2004); kedelai (Cahyarini,2004); Lansium domesticum

(31)

commit to user

secara modern pada taksonomi tanaman sekarang dipercayai mempunyai

akurasiyang lebih tepat dari pada taksonomi klasik /ortodok dalam

pengelompokan / klasifikasi. Data yang digunakan tidak hanya berdasarkan

dari karakter morfologi, tetapi bukti tambahan lain seperti serbuk sari dan

kromosom juga diambil untuk pertimbangan, sebab kenyataannya mereka

menyediakan kontribusi besar dalam membantu para ahli taksonomi.

beberapa pekerjaan taksonomi pada waktu sekarang menjadi lebih

signifikan maju setelah diterapkan teknik elektroforesis ( Suranto, 2002 ).

Teknik elektroforesis ini dapat digunakan untuk analisis isozim.

Elektroforesis memiliki peran yang penting dalam evaluasi secara

kuantitatif dan pengelolaan sumber genetik ( Karcicio , 2003 )

Elektroforesis adalah suatu cara pemisahan dalam suatu

larutan atas dasar proses perpindahan partikel – partikel bermuatan karena

pengaruh medan listrik. Molekul – molekul biologis yanga bermuatan listrik

dalam larutan akan bergerak kearah elektrode yang polaritasnya

berlawanan dengan muatan molekul. Pemisahan degan molekul – molekul

dengan muatan yang berbeda merupakan prinsip yang digunakan dalam

elektroforesis ( Nur dan Adijuwana 1997 ).

Isozim dapat dipisahkan dengan menggunakan metode

elektroforesis dan hasilnya berupa zimogram pola pita. Zimogram hasil

elektoforesis bercorak khas sehingga dapat digunakan sebagai ciri fenotipe

untuk mencerminkan pembeda genetik.

Pada elektoforesis, gel sangat cocok dan digunakan secara

(32)

commit to user

digunakan adalah pati dan poliakrilamid. Sistem gel elektroforesis, berhasil

digunakan untuk memisahkan protein. Gel pati sebagai media

elektroforesis mempunyai kelebihan pada resolusi komponen serum 20 –

25 dapat diakui sebagai perbandingan terhadap 5 – 6 komponen dengan

metode konvensional. Kemudian teknik – teknik pada tahun – tahun

terakhir sangat diuntungkan dengan dikenalkannya gel poliakrilamid, yang

digunakan dengan metode khusus untuk elektroforesis. Gel poliakrilamid

adalah media terbaik untuk memisahkan pita – pita protein dalam jumlah

besar dan paling jelas dari pada selulosa asetat untuk kertas. Persentase

poliakrilamid dalam media elektroforesis yang sering digunakan adalah 7%

biasanya dalam buffer tris – glisin pada pH 8,1. Pada kasus - kasus

tertentu, perbandingan antara poliakrilamid dan pH bervariasi. Poliakrilamid

menarik para taksonomis yang tertarik dengan protein terhadap

kemotaksonomi menggunakan elektroforesis, dan elektroforesis mencakup

bidang yan luas pada tanaman tingkat tinggi ( Suranto, 2002 ).

Gel poliakrilamid digunakan untuk elektroforesis dengan enam

sistem enzim yaitu PRX (peroksidase) PGM (phosphoglucomutase), ADH

(alcohol), MDH (malate dehidrogenase), SKDH (shikimatedehydrogenase),

GPI (glucose phosphateisomerase) (Hadiati, 2002).

Pemilihan bahan yang akan digunakan dalam elektroforesis

merupakan hal yang sangat penting. Isozim tertentu dijumpai pada jaringan

khusus, seperti pada bagian tertentu dari sel, atau mungkin pada tingkat

perkembangan yang dari siklus hidup tanaman. Dari alasan tersebut maka

pemilihan tipe jaringan dan tingkat perkembangan tanaman yang sama

(33)

commit to user

digunakan adalah daun – daun yang diperkirakan berukuran (dimensi)

sama, posisi sama pada batang atau tangkai, dan diambil ketika fase

pertumbuhan yang sama pada musim tersebut (Concle, 1982).

Daun adalah jaringan yang paling tepat untuk analisis isozim.

Meskipun jaringan lain seperti kotiledon, batang muda, daun tua dan

jaringan buah dapat digunakan. (Arulsekar, 1982).

2.4 Kerangka Berfikir

Plasma nutfah tanaman ganyong (Canna spp) merupakan

bahan genetik yang memilki nilai guna, baik secara nyata maupun yang

masih berupa potensi. Wilayah Indonesia yang membentang luas dengan

kodisi geografi dan ekologi yang bervariasi telah menciptakan

keanekaragaman plasma nutfah tersebut telah memberikan peluang untuk

mendapatkan manfaat yang tinggi pula. Dengan tingginya keanekaragaman

plasma nutfah, maka terbuka peluang yang besar pula bagi upaya mencari

dan memanfaatkan sumber-sumber gen penting yang ada untuk program

pemuliaan. Oleh karena itu, tingginya keanekaragaman plasma nutfah

memiliki aspek yang sangat penting untuk dipertahankan. (Hakim

Kurniawan,2004)

Suatu kenyataan yang selama ini terjadi, kegiatan penduduk

yang terus meningkat di berbagai aspek kehidupan telah menimbulkan

dampak negatif terhadap kelestarian plasma nutfah melalui hilangnya

habitat, eksploitasi secara berlebihan tanpa diikuti dengan upaya

(34)

commit to user

Semakin intensifnya penggunaan varietas-varietas unggul baru tanaman

pertanian tanpa diimbangi dengan upaya mempertahankan penggunaan

varietas-varietas lokal (land race) juga telah menambah percepatan

terjadinya erosi genetic plasma nutfah. Keadaan tersebut makin bertambah

parah dengan masih tingginya kegiatan pengambilan serta pertukaran

materi plasma nutfah secara ilegal.

Untuk mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya erosi

genetik yang makin meningkat terhadap plasma nutfah tersebut, maka

perlu diberikan perhatian yang lebih besar terhadap plasma nutfah yang

ada, terutama dalam hal ini adalah varietas-varietas lokal tanaman

pertanian. Perhatian tersebut diberikan melalui upaya pengelolaan plasma

nutfah secara optimal dalam bentuk kegiatan inventarisasi (koleksi),

pendataan (dokumentasi) dan pelestarian (konservasi). Selanjutnya guna

meningkatkan nilai guna dari materi plasma nutfah, perlu diikuti dengan

upaya identifikasi karakter karakter penting melalui kegiatan karakterisasi

dan evaluasi secara sistematis dan berkelanjutan sehingga akan

memudahkan dalam upaya pemanfaatannya.

Di lapangan ditemukan indikasi variasi tanaman ganyong

(Canna spp) yang dibudidayakan oleh masyarakat. Keanekaragaman

karakter yang secara morfologi tampak nyata adalah warna dan ukuran

daun serta bunga. Studi variasi ganyong varietas tanaman ganyong

(Canna spp) dilakukan dengan pendekatan morfologi, dan analisis pola pita

(35)

commit to user

Data yang diperoleh meliputi data kualitatif dan kuantitatif.

Data kuantitatif dianalisis menggunakan program SPSS,data kualitatif

dengan analisis isozim. Hasil analisis tersebut diperoleh karakter morfologi

varian tanaman ganyong (Canna spp) yang diuji. Secara singkat skema

[image:35.595.161.495.229.689.2]

kerangka berfikir tersebut terlihat sebagai berikut :

Gambar 1. Skema kerangka berfikir

Ditemukan indikasi variasi tanaman ganyong (Canna spp)

Eksplorasi dan penelitian terhadap tanaman ganyong (Canna spp)

Koleksi sampel genus Canna terdiri dari sembilan varian

Studi variasi morfologi

Variasi fenotif yang di dukung variasi genotif

Informasi di bidang pemuliaan tanaman Analisis pola pita

(36)

commit to user

2.5 Hipotesis

Berdasarkan sifat – sifat variasi yang dimiliki tanaman ganyong

(Canna), maka hipotesis yang peneliti ajukan adalah :

1. Ada keragaman ciri morfologi dan pola pita isozim genus Canna .

2. Ada hubungan kekerabatan genus Canna berdasarkan ciri morfologi dan

(37)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2009 sampai dengan Juli

2009. Penanaman dan pengamatan genus Canna dilaksanakan di tempat

tinggal peneliti di Kabupaten Sukoharjo. Analisis pola pita isozim

dilaksanakan di Sub Lab Pemuliaan Tanaman Fakultas Kehutanan UGM

Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk karakter morfologi

a. Alat untuk karakterisasi morfologi

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Alat tulis, mistar, alat

fotografi, scanner, sprayer, buku morfologi tumbuhan karangan Gembong

Tjitrosoepomo (2003) sebagai buku penunjang dalam karakterisasi

morfologi tanaman.

b. Bahan dan alat yang digunakan untuk analisis isozim

1. Bahan kimia untuk analisis isozim

Bahan kimia untuk analisis isozim adalah akuadest, aseton

(Merck), O-diansidin, fast blue BB salt (Sigma), α-naphtol asetat, buffer

phospat, buffer asetat, hydrogen peroksida, gliserol (Merck),

bromphenol blue (Beker Analysed), sistein, asam askorbat (Merck),

sukrosa (Merck), asam borak (Merck), borak, asam klorida (HCl)

(Merck), Tris-base, Sodium Dodecyl Sulphate (SDS) (Ultra Pure),

(38)

commit to user

persulphate (APS) (Merck), isobutanol jenuh (Biorad), akrilamid dan

bis-akrilamid (Biorad).

2. Alat untuk analisis isozim

Alat yang akan digunakan untuk analisis isozim adalah: satu set

alat elektroforesis; refrigerator; sumber tenaga DC; pH meter;

sentrifuge; alat pembuat kristal es; cawan; gelas piala; mortal; mikro

pipet; botol duran; effendof; alumunium foil; kertas saring; plastik mika;

gunting; penggaris; plastik pembungkus; pipet tip; gelas ukur; spatula

dan boks plastik dengan ukuran sesuai dengan permukaan gel.

C. Cara Kerja

1. Koleksi / Pengambilan Spesimen

Sampel yang digunakan terdiri dari sembilan varian tanaman

ganyong. Tiap varian digunakan 20 tanaman yang ditanam dan di

treatmen secara seragam. Adapun langkah-langkah menanam dan

treatmen sebagai berikut: memisah anakan tanaman kemudian batang

dipotong ruas kedua dari rizoma. Masing-masing ditanam dalam

pot/polybag ukuran 30x35 cm dengan campuran tanah lempung berpasir :

sekam padi : pupuk kompos = 2 : 1 : 1.

Perawatan tanaman di airi setiap hari pada saat tidak turun hujan.

Untuk mendapatkan tanaman tumbuh dengan baik, NPK diberikan secara

periodik untuk memberi nutrient. Regent 0,3 6R ditaburkan pada media

tanam untuk mengendalikan ulat tanah pengganggu, serta Sidamethion 50

(39)

commit to user

2. Pengamatan Ciri Morfologi

Tanaman ganyong tersebut diamati dan dicatat ciri morfologinya

meliputi: tinggi tanaman, warna sisik rimpang, diameter rimpang, warna

batang, diameter batang, bentuk daun, warna daun, panjang dan lebar

daun, warna mahkota bunga, warna kelopak bunga, jumlah bagian-bagian

bunga ukuran bunga, bentuk buah, dan jumlah biji dalam buah.

3. Analisis Pola Pita Isozim

Analisis pola pita isozim dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

Tanaman Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Analisis pola pita isozim meliputi persiapan bahan kimia, persiapan sampel

yang akan diuji, pelaksanaan pengujian dan analisis hasil. Untuk

melakukan analisis pola pita isozim dengan langkah-langkah sebagai

berikut (Sheido, 1993):

1. Persiapan materi yang akan diuji

Bahan yang digunakan adalah daun-daun muda dari spesimen

sampel yang didapat dari lapangan. Daun muda dari setiap sampel

dipetik kira-kira daun ketiga dari pucuk, kemudian ditimbang dengan

timbangan analitik ± 100 mg dan diletakkan dalam mortar untuk

diekstrak.

2. Ekstrasi sampel

Daun muda dari setiap sampel dihancurkan dengan mortar dan

pestle dengan menambahkan larutan extract buffer ± 1ml. Setelah

hancur dan homogen, sampel dimasukkan dalam ependorf, kemudian

di putar dengan kecepatan 15.000 rpm selama 20 menit. Dengan

proses sentrifuge ini, maka larutan terpisah menjadi dua bagian, yaitu

(40)

commit to user

proses elektroforesis dan bagian bawah berupa bahan padat (pellet)

dibuang.

[image:40.595.112.515.227.498.2]

Larutan extract buffer yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Komposisi Larutan Extract Buffer yang Digunakan

No Nama Bahan Jumlah

1

2

3

I M Tris-HCl, pH 7.5

Sukrosa

Merkaptoethanol

100 mM

7%

14 mM

3. Pembuatan gel polyacrilamide

Gel polyacrilamide terdiri dari dua bagian yaitu running gel yang terletak

di bagian bawah dengan konsentrasi 7.5% dan spacer gel yang terletak di

bagian atas running gel dengan kepekatan 3.75%. Gel polyacrilamide dibuat

(41)
[image:41.595.111.518.143.492.2]

commit to user

Tabel 2. Komposisi Larutan Gel polyacrilamide

No Bahan Jumlah

A. Separating Gel

1. 2 M Tris HCl pH 8.8

2. Akrilamid (30% T)

3. 10 % SDS

4. 10 % Amonium persulfat (APS)

5. TEMED

6. Aquades

2.50 ml 2.70 ml 100 µl 100 µl 10 µl 4.59 ml

B. Stacking Gel

1. 2 M Tris HCl pH 8.8

2. Akrilamid (30% T)

3. 10 % SDS

4. 10 % Amonium persulfat (APS)

5. TEMED

6. Aquades

1.25 ml 0.67 ml 50 µl 100 µl 10 v 2.91 ml

Proses pembuatan spacer gel

Seluruh bahan di atas dicampur, setelah homogen campuran dimasukkan

ke dalam glass electroforesis yaitu alat berupa sepasang kaca setebal 5 mm

yang dirancang khusus untuk elektroforesis. Pada bagian tepi kiri, kanan, atas

dan bawah dipasang sekat (shield tube). Sekat ini dipasang dengan cermat

sehingga dapat membuat rongga antar kaca setebal 1 mm dan harus dijaga agar

larutan tidak merembes keluar. Dibutuhkan waktu lebih kurang satu malam agar

gel yang dibuat menjadi padat. Untuk membuat permukaan gel menjadi rata

perlu ditambahkan alkohol dan air, kemudian alkohol dan air tersebut disedot

(42)

commit to user

Proses pembuatan stacking gel

Setelah larutan dicampur hingga homogen, campuran ini dimasukkan

dalam glass electrophoresis tepat diatas separating gel. Kemudian sample comp

dipasang pada stacking gel dan glass electrophoresis dipanasi dengan lampu

neon ± 0.5 – 1 jam agar gel memadat. Setelah stacking gel padat, sample comp

dilepas sehingga akan terdapat lubang-lubang/sumuran yang diisi dengan larutan

sampel (supernatan).

4. Proses elektroforesis

Elektroforesis adalah proses dimana molekul enzim yang dialiri listrik

bergerak melalui medan listrik. Kecepatan bergerak molekul enzim tersebut

tergantung pafda besarnya muatan listrik. Pemisahan molekul enzim oleh proses

elektroforesis terjadi karena 2 proses: yaitu besar kecilnya muatan listrik dan

besar kecilnya ukuran dan bentuk dari pertikel (Na’iem 1996)

Proses elektroforesis dilakukan menggunakan alat elektroforesis tipe

vertikal, lengkap dengan power supply-nya. Langkah pertama yaitu penutup bak

elektroforesis dibuka dan bak diisi larutan elektroda buffer tank setinggi ± 2 cm.

Larutan ini berfungsi sebagai penghantar arus listrik selama elektroforesis. Lalu

klik penjepit dan shild tube dari plat kaca dilepas dan selanjutnya plat kaca

dipasang pada bagian tengah bak elektroforesis secara berhadap-hadapan.

Pada saat pemasangan tidak boleh ada gelembung udara diantara plat kaca,

agar aliran arus listrik tidak terhambat oleh gelembung udara. Kemudian palam

holder dikencangkan, agar plat kaca tidak bergeser selama proses elektroforesis

berlangsung. Kemudian ditambahakan larutan running buffer thank kebagian

(43)
[image:43.595.113.512.146.486.2]

commit to user

Tabel 3. Bahan-bahan Buffer Thank

No Bahan Jumlah

1 Trisma Base 3 g

2 Glysin 14, 4 gr

3 Aquadest 100 ml

Setelah gel dipasang pada elektroforesis, larutan super natan diisiskan

kedalam lubang sampel 5 µl dengan menggunakan alat injeksi yang disebut

stepper. Selanjutnya sisa buffer thank didisikan lagi hingga memenuhi bak

elektroforesis dan bak penutup dipasang kembali. Power supply dihidupkan

untuk menjalankan proses elektroforesis dengan arus listrik sebesar ± 100 mA

selama 180-200 menit.

5. Proses Staining

Pemisahan molekul-molekul dengan muatan yang berbeda merupakan

prinsip yang digunakan dalam proses Proses elektroforesis. Metode ini akan

memisahkan nukleotida berbeda dari tiap protein (enzim) yang dianalisis

kedalam pola pita yang dapat dilihat melalui pewarnaan (Nur dan Adijuwana,

1987 cit. Vihara, 2005).

Staining atau proses pewarnaan dilakukan setelah proses elektroforesis

yaitu dengan meletakan gel yang telah dikeluarkan dari glass elektroforesis

kedalam nampan plastic, kemudian direndam dengan larutan staining. Nampan

berisi gel dan larutan staining dibiarkan selama beberapa saat sambil digerakan

dengan menggunakan orbital shaker. Lama perendaman dan pola pita

tergantung larutan yang digunakan pewarna yang digunakan dalam penelitian ini

(44)

commit to user

Pembuatan larutan pewarna :

1) Esterase (EST)

Ke dalam erlenmeyer 0,0125 g α-naftil asetat dilarutkan dalam 2,5 ml aseton.

Kemudian ditambah 50 ml dari 0,2 buffer fosfat pH 5,7 dan 0,0125 gram fast

blue BB salt.

Gel yang telah dielektroforesis dimasukkan dalam larutan pewarna tersebut

dan diinkubasi selama 10 menit, setiap 2 menit digoyang perlahan-lahan.

2) Peroksidase (PRX)

Melarutkan 0,0125 g O-Dianisidine dalam 2,5 ml aseton dalam Erlenmeyer

kemudian ditambah 50 ml buffer fosfat 0,2 M dengan pH 4,5 dan 2 tetes H202.

6. Pengamatan Gel

Setelah dilakukan proses pewarnaan dasn terlihat gambar pola pita pada

gel, kemudian dilakukan proses fiksasi (gel diletakan dalam larutan etanol atau

alcohol 60% + aquadest dan ditutup kaca lalu dimasukan ke refrigator). Tujuan

proses fiksasi ini adalah untuk membantu mengawetkan gel dengan cara

menghentikan reaksi kimia yang terjadi pada gel. Sedangkan pengamatanya

dilakukan setelah fiksasi dengan melihat pola pita yang muncul, yaitu pola pita

pada gel disalin dalam blangko data (zimogram).

7. Pembuatan Dendogram

Pola pita isozim hasil elektroforesis direkam dengan fotografi, kemudian

pola pitanya digambar dendogramnya. Pengukuran jarak migrasi (RF) diukur dari

jarak pita yang tampak dibagi dengan jarak migrasi terjauhnya, sedangkan berat

diestimasikan berdasarkan marker yang digunakan.

D. Analisis Data 1. Ciri Morfologi

Ciri morfologi ganyong di analisis secara deskriptif dan dilakukan

pengelompokan berdasarkan kesamaan ciri untuk mengetahui keragaman

ganyong. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk data biner

(45)

commit to user

yang ditentukan dengan angka 0 jika tidak terdapat ciri morfologi pada

sampel tersebut.

2. Variasi Pola Pita Isozim

Pola pita isozim hasil elektroforesis dianalisis secara deskriptif. Pola

pita isozim pada zimogram diamati keragamannya berdasarkan kemunculan

dan tebal tipis pita pada Rf tertentu. Kemudian disajikan dalam bentuk data

biner seperti halnya pada ciri morfologi.

3. Hubungan Kekerabatan

Hubungan kekerabatan dihitung dengan menentukan jarak genetik.

Jarak genetik menggambarkan perbedaan genetik antar populasi. Data biner

yang telah diperoleh dihitung besarnya indeks similaritas dan kemudian

dikomputasikan dalam program Numerical Taxonomy and Multivariate

Analysis System versi 2.0 (NTSYS) hingga diperoleh dendogram hubungan

(46)

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat dibahas secara lebih lengkap dengan

urutan sebagai berikut :

A. Identifikasi morfologi genus Canna yang terdiri dari sembilan varian tanaman ganyong.

Identifikasi berdasarkan ciri morfologi sembilan varian tanaman ganyong

dilakukan terhadap sifat-sifat tanaman yaitu : tinggi tanaman, warna sisik

rimpang, diameter rimpang, warna batang, bentuk daun, warna daun, panjang

dan lebar daun, warna mahkota, warna kelopak bunga, jumlah bagian-bagian

bunga, ukuran bunga, bentuk buah dan jumlah biji dalam buah. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa tanaman ganyong berupa

herba tegak dengan tinggi 90 – 204 cm. Batang sejati terdapat dalam tanah

berupa rimpang yang juga merupakan cadangan makanan, rimpang mempunyai

diameter 1,9 – 5,0 cm. Pada rimpang terdapat sisik yang sebenarnya merupakan

daun, berwarna hijau kecoklatan. Batang berwarna hijau, bentuk daun jorong

(ovalis/ellipticus), warna daun hijau keunguan. Dari sembilan varian tanaman

ganyong rata-rata panjang daun 4,01 – 5,97 cm serta lebar daun rata-rata 10,61

– 23,96cm. Permukaan daun licin, tulang dau menyirip, pelepah daun bertumpuk

membentuk batang semu berwarna hijau. Bunga dengan 3 petala warna

bervariasi, panjang petela 4,01 – 5,97 cm, lebar petala 0,91 – 1,59 cm. Buah

beruang 3 dengan permukaan buah bergerigi, diameter 0,4 – 2,4 cm, jumlah biji

dalam buah 9 - 25 biji. Warna sepala ; jingga, hijau kemerahan

,kuning,pink,merah, hijau keputihan .Ciri morfologi sembilan varian tanaman

(47)
[image:47.595.71.542.141.660.2]

commit to user

Tabel 4. Ciri morfologi sembilan varian tanaman ganyong

No Ciri morfologi Cb Ce Ci Ch Cq Ca Cp Cg Cc

1

Warna daun

Hijau Ungu

kehijauan Hijau Hijau Hijau Hijau

Hijau

bergaris kuning

Ungu Hijau

2 Warna petala bunga Jingga bintik kuning Merah Kuning bintik jingga

Kuning Pink Merah Jingga Merah

Jingga

bintik kuning

Warna sepala

bunga Jingga Hijau

kemerahan Kuning Kuning Pink Merah Jingga Merah

Hijau

keputi han

3 Panjang

petala 4.22 4.04 4.02 4.01 4.98 4.30 5.57 5.97 5.66

Lebar petala

1.16 1.15 1.00 0.99 0.98 0.91 1.58 1.64 1.59

4 Panjang daun 31.38 40.78 36.25 50.01 49.12 26.98 36.85 38.59 31.06

Lebar daun 10.61 23.96 18.94 16.20 15.95 14.47 16.96 16.58 12.26

5 Tinggi

tanaman 180 200 201 204 203 90 85 120 130

Diameter

batang 1.2 1.5 1.6 1.6 1.8 0.9 0.8 1.1 1.7

6 Diameter

rimpang 2.1 5.0 5.0 2.3 2.2 2.0 2.1 2.0 1.9

Diameter

buah 1.1 1.2 1.4 2.4 2.2 0.4 1.5 1.7 1.3

7 Jumlah biji

dalam buah 12 20 19 25 24 9 12 20 22

8 Panjang putik 4.8 5.5 5.8 6.5 6.3 4.9 4.7 8.1 8

Lebar putik 0.6 0.8 0.9 0.8 0.8 0.6 0.7 0.7 0.9

9 Panjang anter 0.7 0.8 0.9 0.8 0.8 0.6 0.7 0.8 0.7

Lebar anter

0.2 0.1 0.1 0.2 0.3 0.1 0.2 0.1 0.2

10 Warna batang

Hijau Hijau

keunguan Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau

Hijau Keungu an Hijau Warna sisik rimpang Hijau kecoklat an Hijau keunguan Hijau keungu an Hijau kecoklat an Hijau kecoklat an Hijau kecoklat an Hijau keungu an Hijau kecoklat an

Keterangan: Cb : Canna bonfire, Ce : Canna edulis, Ci : Canna coccinea, Ch : Canna hybrid, Cq :

Canna qlauca, Ca : Canna achira, Cp : Canna pretoria, Cg : Cannageneralis, Cc :

(48)

commit to user

Berdasarkan data morfologi tersebut selanjutnya dibahas satu persatu

mengenai organ tanaman ganyong tersebut, sehingga akan diketahui keragaman

genus Canna berdasarkan ciri morfologi.

1. Rimpang (rhizoma)

Rimpang (rhizoma) sebenarnya adalah batang beserta daunnya yang

terdapat di dalam tanah, bercabang dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya

dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu

tembusan baru. Rimpang di samping merupakan alat perkembangbiakan juga

merupakan tempat penimbunan zat makanan cadangan. Rimpang dari genus

canna spp seluruhnya memiliki sisik yang berwarna coklat kehitaman. Canna

edulis mempunyai ukuran rimpang yang paling besar yaitu 5,2 cm, baru

kemudian rimpang Canna coccinea 5,0 cm. Sedang Canna bonfire, Canna

hybrid, Canna glauca, Canna achira, Canna Pretoria, Canna generalis, dan

Canna compacta memiliki diameter antara 2,0 – 2,3 cm.

Perbedaan ukuran rimpang yang cukup mencolok ini diduga karena

perbedaan komposisi kimia, kandungan gizinya, serta varietasnya. Seperti

yang dikemukakan Nuryadin (2008) bahwa bentuk rimpang beraneka

ragambegitu juga komposisi kimia dan kandungan gizinya. Perbedaan ini

dipengaruhi oleh umur, varietas dan tempat tumbuh tanaman.

2. Batang

Batang dari genus Canna adalah batang semu atau yang lebih umum

disebut dengan batang. Batang semu ini gabungan dari pelepah daun yang

bertumpuk membentuk bangunan menyerupai batang. Warna batang dari

genus Canna sebagian besar adalah putih kehijauan, sedang yang berwarna

hijau keunguan terdapat pada Canna edulis, Canna generalis. Sedang ukuran

diameter batang untuk Canna glauca mempunyai ukuran yang paling lebar

yaitu 2,3 cm, Canna coccinea 2,1 cm, dan Canna edulis urutan ketiga yaitu 2

cm. Untuk varian yang lain rata-rata mempunyai ukuran 1,4 cm – 1,9 cm.

Tinggi tanaman dari genus Canna yang terdiri dari sembilan varian juga

bervariasi. Canna coccinea mempunyai ukuran paling tinggi yaitu 1,84 cm,

(49)

commit to user

pendek yaitu 0,83 cm, sedangkan varian yang lain mempunyai ukuran tinggi

batang antara 0,85 cm – 1,68 cm.

Tinggi tanaman diukur mulai dari ujung daun tertinggi tanaman sampai

pangkal batang yang berada pada permukaan tanah.

3. Daun

Genus Canna mempunyai helaian daun berbentuk jorong

(ovalis/ellipticus), tulang daun menyirip dan bagian tengahnya terdapat ibu

tulang daun yang tebal. Warna daun hijau keunguan hingga ungu, warna daun

yang unik terdapat pada varian Canna compacta yaitu hijau dengan

garis-garis kuning, maka untuk varian ini dikomersialkan sebagai tanaman hias.

Merupakan daun lengkap karena memiliki helaian daun, tangkai dan pelepah

daun. Ukuran panjang dan lebar daun dari sembilan varian tanaman ganyong

sebagai berikut: panjang daun, Canna bonfire 31,38; Canna edulis 40,78;

Canna coccinea 36,25; Canna hybrid 50,01; Canna qlauca 49,12; Canna

achira 26,98; Canna pretoria 36,85; Canna generalis 38,59; Canna compacta

31,06.Lebar daun, Canna bonfire 10,61; Canna edulis 23,96; Canna coccinea

18,94; Canna hybrid 16,20; Canna qlauca 15,95; Canna achira 14,47; Canna

Pretoria 16,96; Canna generalis 16,58; Canna compacta 12,26.

Perbedaan warna serta ukuran daun pada genus Canna tersebut diduga

karena adanya pengaruh faktor lingkungan dan plastisitas dari tanaman

masing-masing, sehingga menimbulkan pengaruh pula pada kemunculan

fenotip ganyong meskipun perbedaan fenotip yang ditunjukkan tidak

mencolok.

Faktor lingkungan yang ikut berpengaruh dalam timbulnya ciri-ciri yang

muncul sebagai fenotip. Perbedaan yang muncul pada setiap anggota species

menyebabkan adanya keragaman dalam species. Keragaman dalam species

menyebabkan tiap anggota species dapat dilihat adanya kekerabatan satu

sama lain. Semakin banyak kesamaan ciri-ciri yang dimiliki, semakin dekat

kekerabatannya. Sebaliknya, semakin sedikit persamaan ciri yang dimiliki,

semakin jauh kekerabatannya.

4. Bunga

Bunga dari genus Canna mempunyai sepala berjumlah 3 buah, petala

juga 3 buah. Benang sari belum sempurna, antera melekat pada staminodia.

(50)

commit to user

dari masing - masing varian sebagai berikut: Canna bonfire 4,22;

Canna edulis 4,04; Canna coccinea 4,02; Canna hybrid 4,01; Canna qlauca

4,98; Canna achira 4,30; Canna Pretoria 5,57; Canna generalis 6,00; Canna

compacta 5,66; sedangkan lebar mahkotanya: Canna bonfire 1,16; Canna

edulis 1,15; Canna coccinea 1,00; Canna hybrid 0,99; Canna qlauca 0,98;

Canna achira 0,91; Canna Pretoria 1,58; Canna generalis 1,64; Canna

compacta 1,59. .Keragaman bunga ganyong meliputi warna dan ukuran

tersebut diduga karena adanya faktor genetik dan lingkungan yang

mempengaruhi kenampakan atau fenotip dari tanaman ganyong. Fenotip

adalah hasil gabungan antara genetik dan lingkungan.

Menurut Sitompul dan Guritno (1995), penampilan bentuk tanaman

dikendalikan oleh sifat genetik tanaman di bawah pengaruh faktor-faktor

lingkungan. Faktor lingkungan yang diyakini dapat mempengaruhi terjadinya

perubahan morfologi tanaman antara lain iklim, suhu, jenis tanah, kondisi

tanah, ketinggian tempat, kelembaban.

5. Buah dan Biji

Buah ganyong yang masih muda berwarna hijau, tetapi dari sembilan

varian yang diteliti ada dua varian yang berwarna ungu sesuai dengan warna

daunnya yaitu Canna edulis dan Canna generalis. Bentuk buah ganyong bulat

dengan tonjolan-tonjolan seperti duri pada permukaannya, beruang tiga

dengan jumlah biji yang bervariasi. Jumlah biji terbanyak dimiliki oleh varian

Canna hybrid dengan jumlah biji 26 dan Canna qlauca 24 biji. Varian yang lain

rata-rata jumlah bijinya 14 – 22. Varian Canna achira mempunyai keunikan

mengenai produksi biji, jarang sekali dari bakal biji menjadi biji.

Jumlah biji yang banyak pada tanaman ganyong ini dapat

dipertimbangkan apabila akan dibudidayakan secara generatif dapat dilakukan

dengan biji, tetapi kenyataan selama ini perkembangbiakannya dilakukan

secara vegetatif yaitu dengan rimpang dengan alas an perkembangbiakan

secara generatif dengan biji pertumbuhannya lama.

Perbanyakan dengan rimpang menyebabkan hasil anakan memiliki sifat

yang sama dengan induknya sehingga dalam populasi tidak ditemukan

adanya keragaman sifat dalam jumlah besar.

Menurut Indriyani (2008) keragaman suatu populasi yang berasal dari

(51)

commit to user

proses adaptasi yang terus menerus sehingga akan terjadi

perubahan-perubahan baik secara biokimia maupun fisiologisnya, terjadinya interaksi

antara genotip dengan lingkungan yang terus menerus menyebabkan fenotip

yang hampir sama.

B. Pola pita isozim pada sembilan varian tanaman ganyong

Penggunaan pola pita elektroforesis telah banyak digunakan untuk

mendapatkan data variasi genetik. Enzim atau protein dapat digunakan untuk

menunjukkan variasi secara kualitatif maupun kuantitatif. Variasi ini terjadi dari

peran gen yang mengarahkan pembentukan enzim yang bersangkutan, oleh

karenanya variasi enzim dapat menggambarkan variasi gen (Rahayu, 2006).

Elektroforesis ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan pola pita

isozim antara sembilan varian tanaman ganyong. Pola pita isozim tersebut

dapat digunakan untuk memprediksi ada tidaknya keragaman genetik pada

suatu populasi. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan membandingkan atau

mencari kemiripan dalam populasi.

Pelaksanaan ekstrasi sampel maupun hasil elektroforeis dalam penelitian

ini mengalami beberapa kendala, antara lain pada proses ekstrasi, sulit

dilakukan karena bagian sampel yang digunakan yaitu daun, yang banyak

menghasilkan lendir saat penggerusan.

Ballent et al (2004) mengatakan bahwa ekstrasi jaringan kaktus sulit

dilakukan karena kerasnya jaringan dan banyaknya kandungan metabolit

sekunder yang ditandai dengan ekstrak yang lengket dan kental. Kendala yang

lain adalah dalam pengamatan pola pita isozim karena tipisnya pola pita yang

dihasilkan dari elektroforesis dan tidak jernihnya gel hasil elektroforesis. Hal ini

diperkirakan karena banyaknya lendir pada sampel sehingga menutupi ekspresi

dari gen yang terwujud dalam pola pita. Kendala ini dapat diatasi dengan

penyinaran lampu dibawahnya sehingga pola pita yang diamati tampak jelas

sekali untuk memudahkan interpretasi dengan baik pada kertas millimeter dan

pengamatan pola berkas (banding pattern) pada gel harus dilakukan segera

setelah proses staining berlangsung karena apabila pengamatan dilakukan

setelah gel dalam kondisi over staining interpretasi terhadap pola berkas sulit

(52)

commit to user

1. Enzim Esterase (ES

Hasil elektrofore

dapat divisualisasikan d

interpretasi genetik. Zim

Gambar

Tabel 1. Komposisi larutan extract buffer yang digunakan………………..
Gambar 1. Skema kerangka berfikir ………………………………………...
Gambar 1. Skema kerangka berfikir
Tabel 1. Komposisi Larutan  Extract Buffer yang Digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, akuntabel dan berorientasi pada hasil yang terimplikasi dari pelaksanaan reformasi birokrasi dan otonomi

Pada tahun 2009 telah terjadi perubahan yang signifikan berkaitan dengan regulasi yang mengatur pemungutan PBB dan BPHTB dimana sebelumnya PBB P2 dan BPHTB merupakan

Definisi yang lain dari multimedia, yaitu dengan menempatkannya dalam konteks, seperti yang dilakukan oleh Hofstetter (2001), multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat

Multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggambar teks, grafik, audio, gambar gerak (video animasi) dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan

Ketika berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan masyarakat, kita sering menggunakan bahasa daerah ataupun dialek untuk menyatakan hal-hal yang langsung

Remaja dalam status achievement dan foreclosure dicirikan oleh rendahnya tingkat masalah psikososial,sedangkan remaja dalam status searching moratorium melaporkan lebih

Aplikasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk membaca lembar jawab komputer dengan kriteria tidak menggunakan kertas dengan ketebalan tertentu, tidak menggunakan

Hasil percobaan menunjukkan bahwa genotipe, musim, dan interaksi genotipe × musim berpengaruh nyata pada karakter panjang malai, jumlah cabang primer, panjang cabang primer,