• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS X SMA SWASTA KATOLIK BUDI MURNI-2 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS X SMA SWASTA KATOLIK BUDI MURNI-2 MEDAN."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PEN ER APAN M ODEL PEM B ELAJ ARA N K OOPERAT I F TI PE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PE M E C A H A N M A S A L A H M A T E M A T I K A DI KELAS X SMA SWASTA KATOLIK

B UDI M URNI-2 M EDAN

Oleh:

Fransisca Yulwinner NIM 409111031

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dengan

izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada

Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan berupa ilmu dan

kasih sayang sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima

kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd, BapakDr. E.

Elvis Napitupulu, MS dan Ibu Drs. Yasifati Hia, M.Siselaku dosen penguji yang

telah memberikan masukan dan saran–saran mulai perencanaan penelitian sampai

selesai penyusunan skripsi ini. Terima kasih kembali kepada Bapak Drs. Yasifati

Hia, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan, Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si

selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan

FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pdselaku ketua jurusanMatematika

FMIPA UNIMED dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si,selaku sekretaris jurusan

Matematika FMIPA UNIMED serta Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, selaku ketua

Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak, Ibu Dosen

beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah

membantu dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

Terima kasih juga kepada Kepala SMA Swasta Katolik Budi Murni-2

Medan, Drs. Jontar Sitohang, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian, guru bidang studi Matematikabapak Drs. R.

Perangin-angindan para guru SMA Swasta Katolik Budi Murni-2Medan beserta siswa–

siswi kelas X-E yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Julusarlius Manalu, dan Ibunda

yang tersayangDorotti Marbunyang telah begitu banyak memberikan kasih

(4)

v

ternilai harganya. Serta kepada kakak Merryana Christina dan adik Gerico

Putrayang telah begitu banyak memberikan doa dan motivasi, semangat serta

dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED.

Ucapan terima kasih juga kepada sahabat-sahabat seperjuanganyang selalu

memberi doa dan dukungan yaitu Vran Siska Barus, Desi A. Situngkir, Fretty

L.Tobing, Mona H.S Sidabalok, Wes Waruwu, Ardianto P. Siregar, Teddy

Siagiandan semua teman–teman sekelas Matematika Reguler Dik B’09 yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu serta dari kelas Reguler Dik A ’09 yaitu Adi

Gunawan Sihombingyang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam

suka maupun duka, dalam tawa maupun tangis. Teristimewa kepada Agung

Perdana Simbolon yang selalu memberi motivasi, doa, semangat serta dukungan.

Terima kasih juga kepada ka Joice, ka Ester, ka Nora, Ita, Agustina, Sari dan

semua teman-teman di kos Berdikari 52yang selalu memberi dukungan dan doa

kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi

maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi

ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, Agustus 2013

Penulis,

(5)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIKA DI KELAS X SMA SWASTA KATOLIK BUDI MURNI-2 MEDAN

Fransisca Yulwinner (NIM 409111031)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMASwasta Katolik Budi Murni-2 Medandenganmodel pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi persamaan kuadrat.Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjekpenelitian adalah siswa kelas X-E SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan sebanyak 38siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dantes kemampuan pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil tes diagnostik diketahui tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sangat rendah dengan nilai rata-rata kelas adalah 18 yang dilihat dari jumlah nilai siswa tiap indikator per jumlah siswa. Setelah pemberian tindakan pada siklus I, tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 57,26dengan 24siswa atau 63,16%dari keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Selanjutnya, setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas 67,95 dimana jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajarsebanyak 33 orang atau 86,84% dari seluruh siswa.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 6

1.3. Batasan Masalah 6

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan Penelitian 7

1.6. Manfaat Penelitian 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teoritis 9

2.1.1.Belajar dan Pembelajaran Matematika 9

2.1.2. Pembelajaran Matematika SMA 12

2.1.3. Aktivitas Belajar 14

2.1.4. Masalah Dalam Matematika 19

2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 20

2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif 22

2.1.7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) 26

2.1.8. Kajian Materi Persamaan Kuadrat 30

2.2. Kerangka Konseptual 37

2.3. Hipotesis Tindakan 38

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 39

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 39

3.3. Subjek dan Objek Penelitian 39

3.3.1. Subjek Penelitian 39

3.3.2. Objek Penelitian 39

3.4. Prosedur Penelitian 39

3.5. Alat Pengumpul Data 44

3.5.1. Observasi 44

3.5.2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 45

(7)

vii

3.6.1. Reduksi Data 45

3.6.2. Paparan Data 45

3.6.3. Penarikan Kesimpulan 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 50

4.1.1. Hasil Tes Diagnostik 50

4.1.2. Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan I) 52

4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 52

4.1.3.1. Pertemuan Pertama 53

4.1.3.2. Pertemuan Kedua 55

4.1.3.3. Pertemuan Ketiga 56

4.1.4. Analisis Data I 56

4.1.4.1. Hasil Observasi I 56

4.1.4.2. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 60

4.1.4.3. Refleksi I 62

4.1.5. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus II 64 4.1.6. Alternatif Pemecahan II (Rencana Tindakan II) 64

4.1.7. Pelaksanaan Tindakan II 65

4.1.7.1. Pertemuan Pertama 65

4.1.7.2. Pertemuan Kedua 67

4.1.7.3. Pertemuan Ketiga 68

4.1.8. Analisis Data II 69

4.1.8.1. Hasil Observasi II 69

4.1.8.2. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 73

4.1.8.3. Refleksi II 74

4.2. Temuan Penelitian 75

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 78

5.2. Saran 79

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Alur Proses Pembelajaran 11

Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 40

Gambar 4.1. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

Kelas X-E SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan

Berdasarkan Tes Diagnostik 52

Gambar 4.2. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

Kelas X-E SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan

Berdasarkan TKPM I 62

Gambar 4.3. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

Kelas X-E SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I 82

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II 87

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I 91

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II 96

Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa I 100

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa II 105

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa III 109

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa IV 113

Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LKS I 118

Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LKS II 122 Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LKS III 125

Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian LKS IV 128

Lampiran 13. Kisi-Kisi Tes Diagnostik 132

Lampiran 14. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 133

Lampiran 15. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 134

Lampiran 16. Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 135

Lampiran 17. Lembar Validitas Tes Diagnostik 136

Lampiran 18. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 139

Lampiran 19. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 142

Lampiran 20. Tes Diagnostik 145

Lampiran 21. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 147

Lampiran 22. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 148 Lampiran 23. Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 149

Lampiran 24. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I 152

Lampiran 25. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah II 157

Lampiran 26. Hasil Tes Diagnostik 164

Lampiran 27. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 166

Lampiran 28. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 168

Lampiran 29. Lembar Observasi Pembelajaran (Siklus I) 170

(10)

xi

Lampiran 31. Lembar Observasi Aktivitas Siswa (Siklus I) 174

Lampiran 32. Lembar Observasi Aktivitas Siswa (Siklus II) 176

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau

perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan

dengan perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang mendukung pembangunan

di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi

peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

problema kehidupan yang dihadapinya. Konsep pendidikan tersebut terasa

semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan

dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang

dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan

sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Menurut Buchori (dalam Trianto,

2009:5) mengemukakan bahwa:

“Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.”

Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang

paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena

merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Ada banyak

alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius (dalam

Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa:

(12)

2

Hasil belajar siswa pada bidang studi matematika masih rendah.

Rendahnya prestasi belajar pada matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Salah satunya adalah kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari

matematika. Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa rendah. Seperti diungkapkan oleh Lilis Widianti

(http://newspaper.pikiran-rakyat.com):

“Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah. Kebanyakan mengajarkan prosedur atau langkah pengerjaan soal. Bahkan, siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan sering dengan mengulang-ulang menyebutkan definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari, tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan semacam ini tentu saja dapat dikatakan mengabaikan kebermaknaan dari konsep-konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang”.

Kebanyakan guru mengajar dengan model yang kurang sesuai dengan

materi yang diajarkan karena masih di dominasi oleh pembelajaran konvensional.

Pembelajaran konvensional yang dilakukan tidak mampu menolongnya keluar

dari masalah karena siswa hanya dapat memecahkan masalah apabila informasi

yang dimiliki dapat secara langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam

menjawab suatu persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling

benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu

memikirkan kemungkinan jawaban dalam memecahkan masalah tersebut.

Hudojo (dalam Arniati dan Dewi, 2010) mengungkapkan bahwa

pemecahan masalah menjadi suatu hal yang esensial dalam pembelajaran

matematika di sekolah, disebabkan oleh hal-hal berikut:

a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya.

b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, secara instrinsik. c. Potensi intelektual siswa meningkat.

d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

Jadi, kegiatan pemecahan masalah akan membantu meningkatkan potensi

(13)

3

ketika dihadapkan pada permasalahan, baik dalam matematika maupun diluar

matematika.

Ditengah pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam proses

pembelajaran matematika, ditemukan fakta bahwa kemampuan pemecahan

masalah yang dimiliki oleh siswa masih tergolong rendah. Kenyataan

menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran matematika dewasa ini belum

memenuhi harapan yang diinginkan, baik dari proses maupun hasil

pembelajarannya. Beberapa fakta yang berasal dari temuan hasil studi dan hasil

survei yaitu:

1. Hasil studi yang dilakukan Direktorat PLP 2002 (dalam Wardhani S, 2004: 1) menyebutkan bahwa “Meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun pembelajaran dan pemahaman siswa SMA pada

matematika menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran di

SMA cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan

sehari-hari siswa. Pembelajaran cenderung abstrak dan dengan metode ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami.” Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang

memperhatikan siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran

bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibat

motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung

menghafal.

2. Hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study

(TIMSS) (dalam http://www.peduli-matematika.org/page.php?5) menunjukkan

bahwa peringkat matematika siswa Indonesia berada di deretan 34 dari 38

negara. Tahun 2003 peringkat Indonesia berada pada deretan 34 dari 45 negara.

Dan ranking Indonesia pada TIMSS tahun 2007 turun menjadi ranking 36 dari

48 negara. Penenlitian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih belum

mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah dan jauh tertinggal

dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa akan

(14)

4

mutu pendidikan rendah. Disinyalir penyebab rendahnya mutu pendidikan

matematika siswa diantaranya terkait kualitas model pembelajaran yang tidak

tepat. Pada umumnya model pembelajaran yang digunakan guru adalah

pembelajaran konvensional. Guru menyampaikan pelajaran dengan metode

ceramah sementara siswa hanya mencatatnya pada buku catatan. Abbas

menyatakan bahwa:

“Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran konvensional dan banyak didominasi oleh guru.”

Model pembelajaran konvensional yang didominasi oleh guru akan

membuat siswa menjadi pasif sehingga siswa merasa jenuh dalam menerima

pelajaran matematika dan enggan mengungkapkan ide-ide atau penyelesaian yang

diberikan guru. Akibatnya siswa menganggap bahwa matematika merupakan

pelajaran yang sulit dipelajari. Salah satu materi dalam ruang lingkup

pembelajaran matematika pada Sekolah Menengah Atas yang dianggap sulit oleh

siswa adalah persamaan kuadrat. Hal ini didukung oleh hasil wawancara pada

tanggal 26 Februari 2013 dengan salah seorang guru matematika SMA Swasta

Katolik Budi Murni-2 Medan, Bapak R. Perangin-angin. Menurut beliau,

pelajaran yang menurut siswa dianggap sulit adalah aljabar dan

persamaan/pertidaksamaan kuadrat. Siswa di sekolah ini juga memiliki banyak

masalah terutama dalam kemampuan pemecahan masalahnya.

Dari hasil tes diagnostik yang diberikan pada tanggal 26 Februari 2013

kepada siswa SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan di Kelas X tentang

persamaan kuadrat. Dari 38 siswa yang mengikuti tes, diperoleh hanya 6 orang

yang bisa menjawab 1 soal dengan benar. Dan hanya 1 orang yang bisa menjawab

semua pertanyaan dengan benar. Sebagian siswa hanya menuliskan apa yang

diketahui dan ditanya dan masih ada juga siswa yang tidak tahu apa yang

diketahui ataupun ditanya dari soal yang diberikan. Dalam setiap langkah kegiatan

(15)

5

Dari data tersebut terlihat jelas bahwa masih banyak siswa yang memiliki

kesulitan dalam memecahkan masalah matematika.

Selain itu dari hasil angket yang diberikan kepada siswa, banyak siswa

yang mengatakan bahwa penting untuk belajar matematika namun tidak banyak

yang menyukai matematika karena berbagai alasan. Diantaranya adalah

matematika merupakan pelajaran yang sulit, membosankan, dan hanya menghafal

rumus dan juga guru mengajar dengan suara yang terlalu pelan serta jarang

menerapkan model-model pembelajaran yang mampu meningkatkan semangat

siswa untuk belajar.

Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang efektif, membuat

siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang

melibatkan peran siswa secara aktif dan yang dapat mendorong siswa belajar

melakukan pemecahan masalah matematika adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Think-Pair-Share (TPS), maka diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa

dalam mempelajari matematika dan siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian

masalah dari soal-soal pemecahan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar matematika dan mampu

mengembangkan ide dan gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan

matematika.

Menurut Arends (dalam Trianto, 2009: 81), “Think-Pair-Share

merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi

kelas.” Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan

pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang

digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu

berpikir, untuk merespons dan saling membantu.

Model ini merupakan bentuk kerjasama baik antara sesama siswa

maupun antara siswa dengan guru. Sehingga sering dilakukan pengelompokan

(16)

6

siswa akan termotivasi terlibat dalam menyelesaikan tugas – tugas dan dapat

mengembangkan keterampilan sosial dan ketrampilan berpikir siswa.

Dengan terbentuknya diskusi dalam kelompok belajar dengan pendekatan

TPS dapat mempermudah siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika,

siswa dapat memecahkan masalah yang sulit lewat serangkaian diskusi dalam

kelompok. Siswa akan diarahkan untuk bisa bekerja, mengembangkan diri dan

bertanggung jawab secara individu maupun kelompok. Persaingan yang positif

akan terjadi di kelas dalam rangka pencapaian prestasi belajar yang optimal.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di Kelas X SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan”

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa.

2. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.

3. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu pembelajaran yang masih

berpusat pada guru (konvensional) sehingga kurang mendorong aktivitas siswa

untuk mengikuti pelajaran.

4. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih kurang.

1.3. Batasan Masalah

Seperti yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa masalah yang

(17)

7

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah:

1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

think-pair-share untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah di kelas X SMA

Swasta Budi Murni-2 Medan?

2. Bagaimana aktivitas siswa dalam belajar ketika diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika di kelas X SMA Swasta Budi

Murni-2 Medan?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika setelah

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share di kelas X

SMA Swasta Budi Murni-2 Medan?

1.5. Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

think-pair-share dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika di kelas X SMA Swasta Budi Murni-2 Medan.

2. Untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat diterapkannya model

pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika di kelas X SMA Swasta Budi

Murni-2 Medan.

3. Untuk mengetahui apakah dengan diterapkannya model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika di kelas X SMA Swasta Budi Murni-2 Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam

pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran matematika di

(18)

8

2. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model

pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah.

3. Bagi siswa, melalui model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share ini

dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika dan mengembangkan kemampuan berpikir.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi

peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di

(19)

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Strategi penerapan model pembelajarn kooperatif tipe think-pair-share

adalah:

a. Memaksimalkan diskusi kelompok dengan memberikan pengawasan

yang lebih pada kelompok yang belum maksimal dalam proses diskusi

yang dilakukan pada fase membimbing kelompok bekerja.

b. Memberikan LKS kepada setiap siswa agar lebih mudah dalam

berdiskusi yang dilakukan pada fase mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok kooperatif.

c. Memberi nilai tambah bagi siswa yang maju mempresentasikan hasil

diskusinya, bagi siswa yang bertanya maupun bagi siswa yang memberi

tanggapan terhadap presentasi kelompok penyaji yang dilakukan pada

fase memberikan penghargaan. Hal ini bertujuan agar berpartisipasi dan

keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat.

2. Aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran kooperatif

tipe think-pair-share (TPS) adalah:

a. Perhatian siswa ketika guru memberi penjelasan mengalami perubahan

ke arah yang lebih baik. Tidak ada lagi siswa yang berbicara di

belakang karena guru tidak lagi fokus pada papan tulis.

b. Keaktifan siswa dalam bertanya mengalami perubahan ke arah yang

lebih baik. Sudah banyak siswa yang berani bertanya karena guru

memberikan nilai tambah bagi semua siswa yang berani bertanya.

c. Keaktifan siswa dalam mengerjakan LKS mengalami perubahan ke

arah yang lebih baik. Banyak siswa yang mengerjakan LKS dengan

(20)

79

d. Diskusi dalam kelompok mengalami perubahan ke arah lebih baik.

Siswa berdiskusi aktif dengan pasangan karena pasangan yang nilainya

baik membantu pasangannya dalam mengerjakan soal.

e. Perhatian siswa ketika kelompok penyaji mempresentasikan hasil

diskusinya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Siswa

memperhatikan dengan baik karena kelompok penyaji atau guru akan

menunjuk kelompok yang selanjutnya akan maju.

f. Dalam menanggapi hasil diskusi kelompok penyaji mengalami

perubahan. Banyak kelompok yang ingin memberikan tanggapan

karena ingin mendapatkan nilai tambah.

3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share secara

klasikal sebesar 23,68% dari 63,16% pada siklus I menjadi 86,84%. Hal

ini dapat dilihat pada siklus I jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

sebanyak 24 orang sedangkan pada siklus II ada sebanyak 33 orang.

Sementara itu rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 57,26 dan

meningkat pada siklus II dengan rata-rata nilai siswa adalah 67,95.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :

1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan melibatkan peran aktif

siswa dalam pembelajaran dan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe think-pair-share sebagai salah satu alternatif.

2. Kepada siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran, lebih berani

dalam bertanya dan menyampaikan pendapat atau ide-ide terutama dalam

berdiskusi.

3. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat

dipertimbangkan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

think-pair-share pada materi persamaan kuadrat ataupun materi lain yang

(21)

80

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Amustofa. 2009. Strategi Pemecahan Masalah Dalam Matematika.

(http://amustofa70.wordpress.com) (diakses 19 Maret 2013).

Ansari, Bansu I. 2009. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Pena.

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arniati dan Dewi, A.Y.. 2010. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.

Tesis SPS UNP (http://rian.hilman.web.id/?p=52) (diakses 5 November

2013).

Elfanany, Burhan. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Araska.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

2010. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program

Studi Pendidikan FMIPA UNIMED.Medan: FMIPA Unimed.

Firdaus. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

(http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/) (diakses 19 Maret 2013).

Forum, Mathematics. 2009. Mathematics For Senior High School Year X. Jakarta:

Yudhistira.

Gulo, W. 2011. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hamalik, O.. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

(22)

81

Millis, B.J. dan Cottel, P.G. (http://wcer.wisc.edu/archieve/C11/CL/) (diakses 5

November 2013)

Nasution. 2009. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Natawijaya, Rochman. (http://id.shwoong.com/social-sciences) (diakses 25 April

2013).

Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Sardiman, A.M.. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Belajar Mengajar. Jakarta:

Rajawali Pers.

Sihombing, Polmas. 2012. (http://www.peduli-matematika.org/page.php?5)

(diakses 5 November 2013)

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif. Jakarta:

Kencana.

Uno, Hamzah, B. 2007. Model Pembelajaran, Gorontalo: Bumi Aksara.

Wardhani, S. 2004. Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Diskursus terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam

Matematika. Bandung: FMIPA UPI.

Widianti, Lilis. 2009. Problem Solving dalam Matematika,

http://newspaper.pikiran-rakyat.com (diakses tanggal 19 Maret 2013).

Wirodikromo, Sartono. 2008. Matematika Untuk SMA Kelas X Semester 1.

Jakarta: Erlangga.

Yusfy.

Gambar

Gambar 2.1 Alur Proses Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji lanjut Duncan pada nilai pengembangan volume menunjukkan bahwa jenis core papan partikel, stryofoam , gmelina, dan potongan bambu memberikan pengaruh yang

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..

Proses penyulingan minyak nilam memerlukan suatu alat, dan umumnya alat yang digunakan serta memerlukan energi, baik berasal dari listrik, minyak tanah atau pun bahan

The writer is interested in discussing the telephone operator section in handling the telephone and switchboard by doing an observation at the Front Office Department of Sahid

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi, maka menimbulkan pemahaman, bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari

Superovulasi pada induk yang menstimulasi hormon- hormon kebuntingan (estradiol dan progesteron) juga meningkatkan kapasitas plasenta yang dimanifestasikan melalui peningkatan

Begitu banyaknya produk-produkDesign Fashion Modern yang terimplementasi nilai budaya barat yang dikonsumi oleh masyarakat Indonesia khusunya kalangan pemuda berdampak

IDENTIFIKASI STRUKTUR BIDANG GELINCIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DI DESA KORIPAN,. KECAMATAN MATESIH,