PEN ER APAN M ODEL PEM B ELAJ ARA N K OOPERAT I F TI PE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PE M E C A H A N M A S A L A H M A T E M A T I K A DI KELAS X SMA SWASTA KATOLIK
B UDI M URNI-2 M EDAN
Oleh:
Fransisca Yulwinner NIM 409111031
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dengan
izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan berupa ilmu dan
kasih sayang sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd, BapakDr. E.
Elvis Napitupulu, MS dan Ibu Drs. Yasifati Hia, M.Siselaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan saran–saran mulai perencanaan penelitian sampai
selesai penyusunan skripsi ini. Terima kasih kembali kepada Bapak Drs. Yasifati
Hia, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan, Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si
selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan
FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pdselaku ketua jurusanMatematika
FMIPA UNIMED dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si,selaku sekretaris jurusan
Matematika FMIPA UNIMED serta Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, selaku ketua
Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak, Ibu Dosen
beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah
membantu dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.
Terima kasih juga kepada Kepala SMA Swasta Katolik Budi Murni-2
Medan, Drs. Jontar Sitohang, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian, guru bidang studi Matematikabapak Drs. R.
Perangin-angindan para guru SMA Swasta Katolik Budi Murni-2Medan beserta siswa–
siswi kelas X-E yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Julusarlius Manalu, dan Ibunda
yang tersayangDorotti Marbunyang telah begitu banyak memberikan kasih
v
ternilai harganya. Serta kepada kakak Merryana Christina dan adik Gerico
Putrayang telah begitu banyak memberikan doa dan motivasi, semangat serta
dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED.
Ucapan terima kasih juga kepada sahabat-sahabat seperjuanganyang selalu
memberi doa dan dukungan yaitu Vran Siska Barus, Desi A. Situngkir, Fretty
L.Tobing, Mona H.S Sidabalok, Wes Waruwu, Ardianto P. Siregar, Teddy
Siagiandan semua teman–teman sekelas Matematika Reguler Dik B’09 yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu serta dari kelas Reguler Dik A ’09 yaitu Adi
Gunawan Sihombingyang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam
suka maupun duka, dalam tawa maupun tangis. Teristimewa kepada Agung
Perdana Simbolon yang selalu memberi motivasi, doa, semangat serta dukungan.
Terima kasih juga kepada ka Joice, ka Ester, ka Nora, Ita, Agustina, Sari dan
semua teman-teman di kos Berdikari 52yang selalu memberi dukungan dan doa
kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.
Medan, Agustus 2013
Penulis,
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA DI KELAS X SMA SWASTA KATOLIK BUDI MURNI-2 MEDAN
Fransisca Yulwinner (NIM 409111031)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMASwasta Katolik Budi Murni-2 Medandenganmodel pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi persamaan kuadrat.Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjekpenelitian adalah siswa kelas X-E SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan sebanyak 38siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dantes kemampuan pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil tes diagnostik diketahui tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sangat rendah dengan nilai rata-rata kelas adalah 18 yang dilihat dari jumlah nilai siswa tiap indikator per jumlah siswa. Setelah pemberian tindakan pada siklus I, tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 57,26dengan 24siswa atau 63,16%dari keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Selanjutnya, setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas 67,95 dimana jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajarsebanyak 33 orang atau 86,84% dari seluruh siswa.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar viii
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 6
1.3. Batasan Masalah 6
1.4. Rumusan Masalah 7
1.5. Tujuan Penelitian 7
1.6. Manfaat Penelitian 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teoritis 9
2.1.1.Belajar dan Pembelajaran Matematika 9
2.1.2. Pembelajaran Matematika SMA 12
2.1.3. Aktivitas Belajar 14
2.1.4. Masalah Dalam Matematika 19
2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 20
2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif 22
2.1.7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) 26
2.1.8. Kajian Materi Persamaan Kuadrat 30
2.2. Kerangka Konseptual 37
2.3. Hipotesis Tindakan 38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian 39
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 39
3.3. Subjek dan Objek Penelitian 39
3.3.1. Subjek Penelitian 39
3.3.2. Objek Penelitian 39
3.4. Prosedur Penelitian 39
3.5. Alat Pengumpul Data 44
3.5.1. Observasi 44
3.5.2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 45
vii
3.6.1. Reduksi Data 45
3.6.2. Paparan Data 45
3.6.3. Penarikan Kesimpulan 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 50
4.1.1. Hasil Tes Diagnostik 50
4.1.2. Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan I) 52
4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 52
4.1.3.1. Pertemuan Pertama 53
4.1.3.2. Pertemuan Kedua 55
4.1.3.3. Pertemuan Ketiga 56
4.1.4. Analisis Data I 56
4.1.4.1. Hasil Observasi I 56
4.1.4.2. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 60
4.1.4.3. Refleksi I 62
4.1.5. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus II 64 4.1.6. Alternatif Pemecahan II (Rencana Tindakan II) 64
4.1.7. Pelaksanaan Tindakan II 65
4.1.7.1. Pertemuan Pertama 65
4.1.7.2. Pertemuan Kedua 67
4.1.7.3. Pertemuan Ketiga 68
4.1.8. Analisis Data II 69
4.1.8.1. Hasil Observasi II 69
4.1.8.2. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 73
4.1.8.3. Refleksi II 74
4.2. Temuan Penelitian 75
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 78
5.2. Saran 79
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur Proses Pembelajaran 11
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 40
Gambar 4.1. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Kelas X-E SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan
Berdasarkan Tes Diagnostik 52
Gambar 4.2. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Kelas X-E SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan
Berdasarkan TKPM I 62
Gambar 4.3. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Kelas X-E SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I 82
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II 87
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I 91
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II 96
Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa I 100
Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa II 105
Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa III 109
Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa IV 113
Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LKS I 118
Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LKS II 122 Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LKS III 125
Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian LKS IV 128
Lampiran 13. Kisi-Kisi Tes Diagnostik 132
Lampiran 14. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 133
Lampiran 15. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 134
Lampiran 16. Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 135
Lampiran 17. Lembar Validitas Tes Diagnostik 136
Lampiran 18. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 139
Lampiran 19. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 142
Lampiran 20. Tes Diagnostik 145
Lampiran 21. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 147
Lampiran 22. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 148 Lampiran 23. Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 149
Lampiran 24. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I 152
Lampiran 25. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II 157
Lampiran 26. Hasil Tes Diagnostik 164
Lampiran 27. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 166
Lampiran 28. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 168
Lampiran 29. Lembar Observasi Pembelajaran (Siklus I) 170
xi
Lampiran 31. Lembar Observasi Aktivitas Siswa (Siklus I) 174
Lampiran 32. Lembar Observasi Aktivitas Siswa (Siklus II) 176
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang mendukung pembangunan
di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi
peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan
problema kehidupan yang dihadapinya. Konsep pendidikan tersebut terasa
semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan
dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Menurut Buchori (dalam Trianto,
2009:5) mengemukakan bahwa:
“Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.”
Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang
paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena
merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Ada banyak
alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius (dalam
Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa:
2
Hasil belajar siswa pada bidang studi matematika masih rendah.
Rendahnya prestasi belajar pada matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Salah satunya adalah kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari
matematika. Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa rendah. Seperti diungkapkan oleh Lilis Widianti
(http://newspaper.pikiran-rakyat.com):
“Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah. Kebanyakan mengajarkan prosedur atau langkah pengerjaan soal. Bahkan, siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan sering dengan mengulang-ulang menyebutkan definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari, tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan semacam ini tentu saja dapat dikatakan mengabaikan kebermaknaan dari konsep-konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang”.
Kebanyakan guru mengajar dengan model yang kurang sesuai dengan
materi yang diajarkan karena masih di dominasi oleh pembelajaran konvensional.
Pembelajaran konvensional yang dilakukan tidak mampu menolongnya keluar
dari masalah karena siswa hanya dapat memecahkan masalah apabila informasi
yang dimiliki dapat secara langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam
menjawab suatu persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling
benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu
memikirkan kemungkinan jawaban dalam memecahkan masalah tersebut.
Hudojo (dalam Arniati dan Dewi, 2010) mengungkapkan bahwa
pemecahan masalah menjadi suatu hal yang esensial dalam pembelajaran
matematika di sekolah, disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya.
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, secara instrinsik. c. Potensi intelektual siswa meningkat.
d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
Jadi, kegiatan pemecahan masalah akan membantu meningkatkan potensi
3
ketika dihadapkan pada permasalahan, baik dalam matematika maupun diluar
matematika.
Ditengah pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam proses
pembelajaran matematika, ditemukan fakta bahwa kemampuan pemecahan
masalah yang dimiliki oleh siswa masih tergolong rendah. Kenyataan
menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran matematika dewasa ini belum
memenuhi harapan yang diinginkan, baik dari proses maupun hasil
pembelajarannya. Beberapa fakta yang berasal dari temuan hasil studi dan hasil
survei yaitu:
1. Hasil studi yang dilakukan Direktorat PLP 2002 (dalam Wardhani S, 2004: 1) menyebutkan bahwa “Meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun pembelajaran dan pemahaman siswa SMA pada
matematika menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran di
SMA cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Pembelajaran cenderung abstrak dan dengan metode ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami.” Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang
memperhatikan siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran
bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibat
motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung
menghafal.
2. Hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) (dalam http://www.peduli-matematika.org/page.php?5) menunjukkan
bahwa peringkat matematika siswa Indonesia berada di deretan 34 dari 38
negara. Tahun 2003 peringkat Indonesia berada pada deretan 34 dari 45 negara.
Dan ranking Indonesia pada TIMSS tahun 2007 turun menjadi ranking 36 dari
48 negara. Penenlitian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih belum
mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah dan jauh tertinggal
dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa akan
4
mutu pendidikan rendah. Disinyalir penyebab rendahnya mutu pendidikan
matematika siswa diantaranya terkait kualitas model pembelajaran yang tidak
tepat. Pada umumnya model pembelajaran yang digunakan guru adalah
pembelajaran konvensional. Guru menyampaikan pelajaran dengan metode
ceramah sementara siswa hanya mencatatnya pada buku catatan. Abbas
menyatakan bahwa:
“Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran konvensional dan banyak didominasi oleh guru.”
Model pembelajaran konvensional yang didominasi oleh guru akan
membuat siswa menjadi pasif sehingga siswa merasa jenuh dalam menerima
pelajaran matematika dan enggan mengungkapkan ide-ide atau penyelesaian yang
diberikan guru. Akibatnya siswa menganggap bahwa matematika merupakan
pelajaran yang sulit dipelajari. Salah satu materi dalam ruang lingkup
pembelajaran matematika pada Sekolah Menengah Atas yang dianggap sulit oleh
siswa adalah persamaan kuadrat. Hal ini didukung oleh hasil wawancara pada
tanggal 26 Februari 2013 dengan salah seorang guru matematika SMA Swasta
Katolik Budi Murni-2 Medan, Bapak R. Perangin-angin. Menurut beliau,
pelajaran yang menurut siswa dianggap sulit adalah aljabar dan
persamaan/pertidaksamaan kuadrat. Siswa di sekolah ini juga memiliki banyak
masalah terutama dalam kemampuan pemecahan masalahnya.
Dari hasil tes diagnostik yang diberikan pada tanggal 26 Februari 2013
kepada siswa SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan di Kelas X tentang
persamaan kuadrat. Dari 38 siswa yang mengikuti tes, diperoleh hanya 6 orang
yang bisa menjawab 1 soal dengan benar. Dan hanya 1 orang yang bisa menjawab
semua pertanyaan dengan benar. Sebagian siswa hanya menuliskan apa yang
diketahui dan ditanya dan masih ada juga siswa yang tidak tahu apa yang
diketahui ataupun ditanya dari soal yang diberikan. Dalam setiap langkah kegiatan
5
Dari data tersebut terlihat jelas bahwa masih banyak siswa yang memiliki
kesulitan dalam memecahkan masalah matematika.
Selain itu dari hasil angket yang diberikan kepada siswa, banyak siswa
yang mengatakan bahwa penting untuk belajar matematika namun tidak banyak
yang menyukai matematika karena berbagai alasan. Diantaranya adalah
matematika merupakan pelajaran yang sulit, membosankan, dan hanya menghafal
rumus dan juga guru mengajar dengan suara yang terlalu pelan serta jarang
menerapkan model-model pembelajaran yang mampu meningkatkan semangat
siswa untuk belajar.
Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang efektif, membuat
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
melibatkan peran siswa secara aktif dan yang dapat mendorong siswa belajar
melakukan pemecahan masalah matematika adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share (TPS), maka diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa
dalam mempelajari matematika dan siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian
masalah dari soal-soal pemecahan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar matematika dan mampu
mengembangkan ide dan gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan
matematika.
Menurut Arends (dalam Trianto, 2009: 81), “Think-Pair-Share
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas.” Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan
pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang
digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu
berpikir, untuk merespons dan saling membantu.
Model ini merupakan bentuk kerjasama baik antara sesama siswa
maupun antara siswa dengan guru. Sehingga sering dilakukan pengelompokan
6
siswa akan termotivasi terlibat dalam menyelesaikan tugas – tugas dan dapat
mengembangkan keterampilan sosial dan ketrampilan berpikir siswa.
Dengan terbentuknya diskusi dalam kelompok belajar dengan pendekatan
TPS dapat mempermudah siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika,
siswa dapat memecahkan masalah yang sulit lewat serangkaian diskusi dalam
kelompok. Siswa akan diarahkan untuk bisa bekerja, mengembangkan diri dan
bertanggung jawab secara individu maupun kelompok. Persaingan yang positif
akan terjadi di kelas dalam rangka pencapaian prestasi belajar yang optimal.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di Kelas X SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan”
1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa.
2. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.
3. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu pembelajaran yang masih
berpusat pada guru (konvensional) sehingga kurang mendorong aktivitas siswa
untuk mengikuti pelajaran.
4. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih kurang.
1.3. Batasan Masalah
Seperti yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa masalah yang
7
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan
masalah adalah:
1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
think-pair-share untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah di kelas X SMA
Swasta Budi Murni-2 Medan?
2. Bagaimana aktivitas siswa dalam belajar ketika diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika di kelas X SMA Swasta Budi
Murni-2 Medan?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share di kelas X
SMA Swasta Budi Murni-2 Medan?
1.5. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
think-pair-share dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika di kelas X SMA Swasta Budi Murni-2 Medan.
2. Untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika di kelas X SMA Swasta Budi
Murni-2 Medan.
3. Untuk mengetahui apakah dengan diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika di kelas X SMA Swasta Budi Murni-2 Medan.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam
pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran matematika di
8
2. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model
pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah.
3. Bagi siswa, melalui model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share ini
dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika dan mengembangkan kemampuan berpikir.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi
peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi penerapan model pembelajarn kooperatif tipe think-pair-share
adalah:
a. Memaksimalkan diskusi kelompok dengan memberikan pengawasan
yang lebih pada kelompok yang belum maksimal dalam proses diskusi
yang dilakukan pada fase membimbing kelompok bekerja.
b. Memberikan LKS kepada setiap siswa agar lebih mudah dalam
berdiskusi yang dilakukan pada fase mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok kooperatif.
c. Memberi nilai tambah bagi siswa yang maju mempresentasikan hasil
diskusinya, bagi siswa yang bertanya maupun bagi siswa yang memberi
tanggapan terhadap presentasi kelompok penyaji yang dilakukan pada
fase memberikan penghargaan. Hal ini bertujuan agar berpartisipasi dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat.
2. Aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran kooperatif
tipe think-pair-share (TPS) adalah:
a. Perhatian siswa ketika guru memberi penjelasan mengalami perubahan
ke arah yang lebih baik. Tidak ada lagi siswa yang berbicara di
belakang karena guru tidak lagi fokus pada papan tulis.
b. Keaktifan siswa dalam bertanya mengalami perubahan ke arah yang
lebih baik. Sudah banyak siswa yang berani bertanya karena guru
memberikan nilai tambah bagi semua siswa yang berani bertanya.
c. Keaktifan siswa dalam mengerjakan LKS mengalami perubahan ke
arah yang lebih baik. Banyak siswa yang mengerjakan LKS dengan
79
d. Diskusi dalam kelompok mengalami perubahan ke arah lebih baik.
Siswa berdiskusi aktif dengan pasangan karena pasangan yang nilainya
baik membantu pasangannya dalam mengerjakan soal.
e. Perhatian siswa ketika kelompok penyaji mempresentasikan hasil
diskusinya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Siswa
memperhatikan dengan baik karena kelompok penyaji atau guru akan
menunjuk kelompok yang selanjutnya akan maju.
f. Dalam menanggapi hasil diskusi kelompok penyaji mengalami
perubahan. Banyak kelompok yang ingin memberikan tanggapan
karena ingin mendapatkan nilai tambah.
3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share secara
klasikal sebesar 23,68% dari 63,16% pada siklus I menjadi 86,84%. Hal
ini dapat dilihat pada siklus I jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
sebanyak 24 orang sedangkan pada siklus II ada sebanyak 33 orang.
Sementara itu rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 57,26 dan
meningkat pada siklus II dengan rata-rata nilai siswa adalah 67,95.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :
1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan melibatkan peran aktif
siswa dalam pembelajaran dan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe think-pair-share sebagai salah satu alternatif.
2. Kepada siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran, lebih berani
dalam bertanya dan menyampaikan pendapat atau ide-ide terutama dalam
berdiskusi.
3. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dipertimbangkan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
think-pair-share pada materi persamaan kuadrat ataupun materi lain yang
80
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Amustofa. 2009. Strategi Pemecahan Masalah Dalam Matematika.
(http://amustofa70.wordpress.com) (diakses 19 Maret 2013).
Ansari, Bansu I. 2009. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Pena.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arniati dan Dewi, A.Y.. 2010. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.
Tesis SPS UNP (http://rian.hilman.web.id/?p=52) (diakses 5 November
2013).
Elfanany, Burhan. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Araska.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
2010. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA UNIMED.Medan: FMIPA Unimed.
Firdaus. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
(http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/) (diakses 19 Maret 2013).
Forum, Mathematics. 2009. Mathematics For Senior High School Year X. Jakarta:
Yudhistira.
Gulo, W. 2011. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Hamalik, O.. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
81
Millis, B.J. dan Cottel, P.G. (http://wcer.wisc.edu/archieve/C11/CL/) (diakses 5
November 2013)
Nasution. 2009. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Natawijaya, Rochman. (http://id.shwoong.com/social-sciences) (diakses 25 April
2013).
Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Sardiman, A.M.. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sihombing, Polmas. 2012. (http://www.peduli-matematika.org/page.php?5)
(diakses 5 November 2013)
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif. Jakarta:
Kencana.
Uno, Hamzah, B. 2007. Model Pembelajaran, Gorontalo: Bumi Aksara.
Wardhani, S. 2004. Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Diskursus terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam
Matematika. Bandung: FMIPA UPI.
Widianti, Lilis. 2009. Problem Solving dalam Matematika,
http://newspaper.pikiran-rakyat.com (diakses tanggal 19 Maret 2013).
Wirodikromo, Sartono. 2008. Matematika Untuk SMA Kelas X Semester 1.
Jakarta: Erlangga.
Yusfy.