1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.1.1. Tingginya Potensi Bencana Alam di Indonesia, Khususnya D.I. Yogyakarta Indonesia merupakan negara yang sangat rawan dilanda bencana alam, dikarenakan letaknya bertepatan dengan jalur Cincin Api Pasifik atau yang dikenal dengan sebutan ‘Ring of Fire’. Menurut data sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi di dunia terjadi pada daerah Cincin Api Pasifik ini. Hal tersebut menjadikan Indonesia rawan akan bencana gempa bumi, dan juga gunung meletus. Bahkan disebutkan oleh BAKORNAS PBP dalam ‘Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Perkotaan di Indonesia’ yang dikutip dari hpli.org, Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana yang sangat tinggi
.Gambar 1.1. Cincin Api Pasifik/ Ring of Fire
Sumber: https://media.nationalgeographic.org/assets/photos/000/284/28481.jpg
Selain gempa bumi dan juga gunung meletus, berbagai bencana alam juga kerap
melanda Indonesia, mulai dari tsunami, banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan lain
sebagainya. Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dikutip dari
indopress.id, sejak awal tahun 2016 hingga Bulan September di tahun yang sama, telah terjadi
sebanyak 1.704 kali bencana di berbagai wilayah di Indonesia. Data tersebut menunjukkan
bahwa potensi bencana di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
2 Untuk Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta mencatat terdapat 17 potensi bencana alam yang ada di Yogyakarta, diantaranya kebakaran, banjir, angin puting beliung, longsor, gempa bumi, dan lain sebagainya.
Menurut Kepala Pelaksanaan BPBD DIY, Krido Suprayitno, dari 438 desa yang ada di Yogyakarta, 301 desa diantaranya rawan terjadi bencana.
1.1.2. Minimnya Pengetahuan Masyarakat Mengenai Tindakan Penyelamatan Diri Ketika Terjadi Bencana
Tingginya intensitas kebencanaan yang terjadi di Indonesia sangat disayangkan tidak dibarengi dengan pengetahuan yang memadai mengenai langkah-langkah penyelamatan diri dan juga tanggap kebencanaan, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang tidak tahu- menahu mengenai tindakan apa yang pertama-tama harus dilakukan ketika suatu bencana tertentu terjadi. Ketidaktahuan masyarakat tersebut secara langsung maupun tidak, mempengaruhi jumlah korban jiwa yang jatuh ketika suatu bencana terjadi. Disaat masyarakat secara umum tidak tahu-menahu mengenai langkah-langkah penyelamatan diri ketika suatu bencana terjadi, dikhawatirkan jumlah korban yang jatuh akan jauh lebih banyak dibandingkan jika masyarakat mengetahui dasar-dasar penyelamatan diri.
1.1.3. Perlunya Pendidikan Mengenai Tanggap Bencana Sejak Dini
Usia kanak-kanak merupakan usia yang sangat ideal untuk menumbuhkan suatu kebiasaan pada manusia. Oleh karena itu pendidikan mengenai langkah-langkah penyelamatan diri dan juga tanggap kebencanaan haruslah ditanamkan sejak dini pada masyarakat Indoneisa, agar pengetahuan-pengetahuan tersebut tertanam menjadi sebuah kebiasaan pada diri masing- masing individu bahkan hingga masing-masing dari mereka sudah tumbuh dewasa. Oleh karena itu pendidikan mengenai penyelamatan diri dan tanggap kebencanaan ini perlu diberikan kepada masyarakat di usia dini. Karena sasaran utama dari pendidikan mengenai penyelamatan diri dan tanggap kebencanaan adalah generasi mudah, maka penyampaiannya haruslah dikemas sedemikian rupa untuk menarik minat pengunjung usia muda, oleh karena itu konsep fasilitas edukasi dirasa paling tepat untuk diterapkan, sehingga suasana yang terbangun lebih bersifat rekreatif dan menyenangkan.
1.1.4. Banyaknya Jumlah Pelajar di Yogyakarta Sebagai Target Utama Pengunjung
Dipilihnya D.I. Yogyakarta sebagai lokasi Fasilitas Edukasi Kebencanaan salah
satunya tidak lepas dari citra Yogyakarta sebagai salah satu daerah tujuan edukasi, dimana di
D.I. Yogyakarta sendiri terdapat 2.073 Fasilitas Kanak-kanak (TK), 1.866 Sekolah Dasar (SD),
3 420 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 165 Sekolah Menengah Atas (SMA), dan 203 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sementara untuk perguruan tinggi sendiri terdapat 24 Universitas, 46 Sekolah Tinggi, 6 Institut, 9 Politeknik, dan 43 Akademi. Hal tersebut menjadi unsur yang sangat penting, mengingat sasaran utama pengguna sarana Fasilitas Edukasi Kebencanaan ini adalah generasi muda, yang terdiri dari anak usia sekolah hingga mahasiswa. Karena sasaran utama dari dibangunnya Fasilitas Edukasi Kebencanaan ini adalah generasi muda, maka Yogyakarta dirasa merupakan lokasi yang paling tepat untuk dijadikan lokasi dibangunnya Fasilitas Edukasi Kebencanaan ini.
Tabel 1. 1. Data Jumlah Sekolah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012
No. Kabupaten/
Kota TK SD SMP SMA SMK
1 Kulonprogo 311 351 65 16 36
2 Bantul 499 353 85 34 41
3 Gunung Kidul 568 486 107 23 42
4 Sleman 486 501 106 45 53
5 Yogyakarta 209 175 58 47 31
TOTAL 2073 1866 420 165 203
Sumber: http://www.pendidikan-diy.go.id/dinas_v4/?view=baca_isi_lengkap&id_p=7