• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LAYANAN TANGGAP DARURAT 112 DI KOTA SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LAYANAN TANGGAP DARURAT 112 DI KOTA SURABAYA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

39

Volume 1 Nomor 2 Juli 2020

Available online http://www.jsep.org/index.php/jsep/index

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LAYANAN TANGGAP DARURAT 112 DI KOTA SURABAYA

IMPLEMENTATION OF EMERGENCY RESPONSE SERVICES POLICY 112 IN SURABAYA CITY

Wahyu Febrianto

1

, Raditya Prima Widiatmaka

2

, Lukman arif

3*

Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Indonesia

Diterima: 26 Maret 2020; Disetujui: 13 Mei 2020; Dipublish: 1 Juli 2020

*Coresponding Email: lukman_arif.adneg@upnjatim.ac.id Abstrak

Layanan tanggap darurat 112 merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Kota Surabaya pada Juli 2016 yang bisa diakses oleh masyarakat selama 24 jam non-stop saat membutuhkan bantuan darurat. Layanan aduan ini tidak membebankan biaya panggilan kepada pengguna. Dengan adanya layanan ini masyarakat semakin dipermudah dalam mendapatkan bantuan dari aduan yang mereka buat karena didalamnya bekerjasama dengan beberapa organisasi perangkat daerah diantaranya Satpol PP, BPB dan Linmas, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Perhubungan, Dinas PU Bina Marga dan Pematusan, hingga Pemadam Kebakaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan layanan tanggap darurat 112 di Kota Surabaya. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis datannya menggunakan beberapa tahapan-tahapan yang dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, hingga penarikan kesimpulan (J.Moleong, 2017). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kekurangan dalam proses pelaksanaan kebijakan, terutama pada aspek sumber daya, sikap pelaksana, dan komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana yang diukur berdasarkan teori Van Meter dan Van Horn yaitu (1) ukuran dan tujuan kebijakan, (2) sumber daya, (3) karakteristik organisasi pelaksana, (4) sikap pelaksana, (5) komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, (6) lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.

Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Pelayanan Publik, Layanan Tanggap Darurat Abstract

Emergency response service 112 is a policy made by the Surabaya City government in July 2016 that can be accessed by the community 24 hours non-stop when in need of emergency assistance. This complaint service does not charge user calls. With this service, people is easier to get help from complaints they made because in it collaborates with several regional apparatus organizations including Satpol PP, BPB and Linmas, the Department of Sanitation and Parks, the Department of Transportation, the Department of Public Works and Pematusan, to the Fire Department. The purpose of this study was to determine the implementation of the 112 emergency response service policy in the city of Surabaya. In this study using descriptive research using a qualitative approach to interview, observation, and documentation data collection techniques. The data analysis method uses several stages starting from data collection, data reduction, data presentation, to drawing conclusions (J.Moleong, 2017). The results of this study indicate that there are deficiencies in the process of policy implementation, especially in aspects of resources, attitude of implementers, and communication between organizations and implementing activities as measured by Van Meter and Van Horn theory, namely (1) size and objectives of the policy, (2) resources , (3) characteristics of implementing organizations, (4) implementing attitudes, (5) communication between organizations and implementing activities, (6) economic, social and political environment.

Keyword: Policy Implementation, Public Service, Emergency Response Services.

How to Cite: (2020). Implementasi Kebijakan Layanan Tanggap Darurat 112 di Kota Surabaya, Jurnal

Sosial, Ekonomi, dan Politik (JSEP) 1(2):

(2)

40 PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tentang Pelayanan Publik (2009) pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan demi memenuhi kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas jasa, barang, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pada saat ini pemerintah Indonesia dirasa masih kurang optimal untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat hal ini terbukti dengan masih banyaknya keluhan yang muncul dari kalangan masyarakat melalui media sosial, koran, berita televisi yang mengganggap pelayanan publik terutama dalam penanganan gawat darurat saat ini dinilai masi lambat, kurang efektif dan efisien.

Maka dari itu perubahan penyelenggaran pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah salah satu faktor selain perkembangan zaman ialah tuntutan dari masyarakat agar mendapatkan pelayanan yang lebih baik lagi.

Kota Surabaya yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan Jumlah penduduk pada bulan Januari 2019 sebanyak 3,095,026 jiwa (Dispendukcapil, 2019) mulai membenahi pelayanan publik dengan mengeluarkan sebuah kebijakan yang berupa layanan tangga darurat yang siap melayani aduan atau panggilan masyarakat yang membutuhkan bantuan dengan cepat bernama Command Center 112 pada tahun 2016. Kebijakan ini dibuat untuk menanggapi keluhan masyarakat yang membutuhkan bantuan darurat tetapi mereka mendapatkan pelayanan yang kurang cepat dan proses ketika membutuhkan OPD terkait apabila masyarakat tidak mengetahui nomor teleponnya maka akan membutuhkan waktu tambahan untuk mencarinya Dengan dibuatnya kebijakan pemerintah Kota Surabaya mengenai layanan tanggap darurat atau Command Center 112 yang

berisikan beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) seperti Satpol PP, BPB dan Linmas, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Perhubungan, Dinas PU Bina Marga dan Pematusan, hingga Pemadam Kebakaran. Sejak dicetuskannya kebijakan ini, Command Center 112 dapat menagani aduan darurat selama 24 jam dan bebas pulsa. Layanan ini dapat diakses dengan menghubungi 112 , dengan adanya banyak OPD yang ada didalam Command Center 112 dan setiap OPD berkumpul pada titik-titik yang telah ditentukan maka diharapkan pelayanan tanggap darurat menjadi lebih singkat. Pelayanan Publik dapat di kategorikan menjadi dua kelompok yaitu pelayanan kebutuhan dasar dan pelayanan umum untuk masyarakat, pelayanan kebutuhan dasar yang diberikan oleh pemerintah meliputi kesehatan, pendidikan dasar, dan bahan kebutuhan pokok, sedangkan pelayanan umum yang harus diberikan pemerintah terbagi dalam tiga kelompok, diantaranya pelayanan administartif, pelayanan barang, dan pelayanan jasa.

Seiring dengan pertumbuhan jumlah

penduduk yang semakin tinggi dengan

masalah yang semakin kompleks

implementasi kebijakan tanggap darurat

112 masih belum berjalan secara

maksimal dalam implementasinya yaitu

masyarakat mengalami kendala atau

kesulitan saat menghubungi layanan

tanggap darurat 112 ketika membutuhkan

bantuan dalam keadaan darurat. Selain itu,

masalah lain yang timbul adalah

banyaknya panggilan palsu yang diterima

oleh layanan tanggap darurat 112. Tujuan

dari penulisan ini untuk mengetahui

bagaimana implementasi kebijakan

layanan tanggap darurat 112 di kota

Surabaya dengan menggunakan teori Van

Meter dan Van Horn untuk mengetahui

sejauh mana implementasi kebijakan

tersebut dilaksanakan.

(3)

41 KAJIAN TEORI

Implementai Kebijakan Publik

Menurut Suaib (2016) Kebijakan publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik.

Anggara (2014) kebijakan publik pada umumnya dipahami sebagai salah satu upaya atau tindakan pemerintah yang dibuat dalam rangka melaksanakan tugas- tugas pemerintahannya, dalam wujud pengaturan ataupun keputusan. Pada praktiknya, kebijakan publik merupakan hasil dari proses politik yang dijalankan dalam suatu sistem pemerintahan negara- negara, yang di dalamnya terkandung langkah-langkah atau upaya yang harus dilaksanakan oleh pemerintah selaku penyelenggaraan negara. Tujuan kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didasain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik sebagai konstituen pemerintah.

Implementasi kebijakan adalah apa yang terjadi antara penetapan tujuan yang jelas pada pihak pemerintah untuk melakukan sesuatu, atau berhenti melakukan sesuatu, dan dampak utama dalam dunia aksi (Fischer et al., 2015).

2. Pelayanan Tanggap Darurat

Pelayanan tanggap darurat merupakan suatu fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan atau pertolongan secara cepat saat terjadi keadaan darurat seperti kecelakaan, kebakaran, dan bantuan medis. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (2008) Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,

penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

METODE PENELITIAN

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu proses penggalian data secara ilmiah guna memecahkan masalah dari suatu kejadian atau fenomena yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini berfokus pada implementasi kebijakan layanan tanggap darurat 112 di Kota Surabaya. Penelitian kualitatif menggunakan data kualitatif seperti wawancara, data observasi dan dokumentasi untuk memahami dan menjelaskan masalah yang terjadi.

Kemudian pada pengambilan datanya dilakukan di Command Center 112 yang berada di gedung siola. Untuk mengetahui berlangsungnya implementasi kebijakan tersebut maka akan diteliti berdasarkan teori dari Van Meter dan Van Horn yaitu (1) ukuran dan tujuan kebijakan, (2) sumber daya, (3) karakteristik organisasi pelaksana, (4) sikap pelaksana, (5) komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, (6) lingkungan ekonomi, sosial, dan politik. Metode analisis datannya menggunakan beberapa tahapan-tahapan yang dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, hingga penarikan kesimpulan (J.Moleong, 2017).

Sumber data primer di dapatkan melalui wawancara dan observasi yang dilakukan secara langsung di command center 112.

Sedangkan data sekunder didapatkan melalui dokumen-dokumen, arsip-arsip, laporan-laporan dan foto-foto yang berada di media sosial maupun media massa serta lokasi yang sama dengan data primer.

Selanjutnya untuk mendapatkan

keabsahan data digunakan tiga teknik dari

kepercayaan (credibility) yaitu

perpanjangan keikutsertaan, ketekunan

pengamatan dan triagulasi yang memiliki

fungsi untuk melakukan penyelidikan

(4)

42 sehingga tingkat kepercayaan terhadap hasil yang ditemukan (J.Moleong, 2017).

HASIL DAN PEMBAHASAN Temuan Penelitian

Implementasi kebijakan 112 di Kota Surabaya dapat dikatakan berhasil walupun masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Sejak awal dibuatnya layanan ini pada tahun 2016 mendapatkan respon yang baik dari masyarakat Surabaya terbukti dengan pemanfaatan layanan ini yang cukup tinggi hingga saat ini sehingga banyak mendapatkan penghargaan dalam maupun luar negeri yang berdasarkan survey kepada masyarakat. Kecepatan dalam pelayanan yang diberikan ini tidak lepas dari pemberian wewenang penuh oleh Walikota Surabaya kepada pihak Command Center 112 lebih khususnya operator dalam pemberian tugas kepada OPD terkait kemudian setiap OPD saling bekerjasama untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat agar tujuan awal dibentuknya kebijakan ini yaitu membantu masyarakat dalam memberikan pelayanan tanggap darurat secara cepat sehingga dapat merubah citra buruk pemerintah akan pelayanan publik. Sikap pelaksana petugas juga menunjukan respon yang positif terhadap adanya layanan ini sehingga mereka lebih responsif ketika ada masyarakat yang membutuhkan bantuan.

Dengan sikap yang responsif dan penanganan yang cepat maka muncul kepuasan masyarakat terhadap layanan ini. Hal ini diperkuat dengan keterangan yang disampaikan oleh Bapak Djaenal Iswandik S.H, selaku Kepala Command Center 112 di Kota Surabaya mengenai penerimaan penghargaan internasional.

“Ada team dari asia pasifik, yaitu team juri dalam artinya kita tidak dikasih tau bahkan mau dinilai. Mereka 2 minggu disini,dia cuman mendengarkan dan keliling ketika ada kejadian seperti kebakaran, kecelakaan. Dia memilikki data semua respon timenya kurang dari 7 menit

yaitu -4 menit yang di evaluasi terus selama 2 minggu kemudian balik lagi hingga ke command center untuk tau kerja di lapangan setelah dapat bulan bu walikota di telfon untuk mendapatkan penghargaan terbaik di dunia”

Penghargaan yang diterima ini tentu saja karena efek dari kecepatan pelayanan yang dilakukan oleh petugas hal ini tentu saja tidak lepas dari fasilitas-fasilatas yang menunjang berlangsungnya kebijakan ini.

Peran Walikota Surabaya untuk memberikan fasilitas berupa CCTV yang tersebar diberbagai titik dan HT yang dimiliki petugas untuk menerima perintah langsung dari operator maupun dari walikota langsung.

“Kita mempunyai monitor, kita mempunyai kurang lebih 2000 CCTV ditaruh diobjek di taman, perempatan jalan atau ditempat ibadah. Setelah itu telfon, HT. Jadi misalkan kalo ada warga telfon., kita data informasi lalu ditangani.

Kalo anggota kita menemukan kejadian apa, langsung melalui HT atau medsos.

Kita juga kerja sama dengan radio suara Surabaya”

Selain fasilitias CCTV dan HT yang

diberikan kepada petugas untuk

mengawasi apabila masyarakat

membutuhkan bantuan, terdapat juga

fasilitas untuk masyarakat berupa call

center yang bebas pulsa sehingga seluruh

lapisan masyarakat lebih dipermudah

untuk mendapatkan bantuan karena

masyarakat tidak perlu mengeluarkan

biaya untuk menggunakan layanan call

center ini. Dengan adanya fasilitas-fasilitas

yang telah disediakan tentu saja perlu

adanya sumber daya manusia yang

mumpuni untuk mengoperasikan fasilitas

tersebut. Maka operator yang bertugas

didalam CC Room merupakan orang yang

telah diberikan pelatihan khsusus sebelum

mereka dapat menjadi operator. Sumber

daya ma nusia ini juga tidak terlepas dari

peran petugas dilapangan yang menangani

keadaan darurat. Masyarakat juga

berperan sebagai pengawas dari layanan

(5)

43 darurat 112 karena mereka juga dapat memberikan penilaian terhadap kinerja para petugas saat menangani kejadian.

Adapun faktor pendorong yang mendukung keberhasilan implementasi layanan tanggap darurat 112 tentu saja ada beberapa faktor yang menghambat dalam proses implementasinya yang masih perlu di perbaiki oleh pihak command center sehingga kekurangan yang ada saat ini tidak terulang kembali dimasa mendatang dan lebih mengutamakan kepuasan masyarakat.

Saat ini masalah yang diaalami oleh masyarakat saat hendak menggunakan layanan tanggap darurat 112 ialah mereka kesulitan untuk terhubung ke operator dikarenakan jaringan telepon yang selalu sibuk saat di hubungi, selain padatnya jaringan operator hal ini diperburuk dengan masyarakat yang melakukan panggilan palsu kepaa 112 yang sampai saat ini pihak Command Center 112 belum menemukan solusi yang tepat untuk menangani masalah tersebut karena selama ini telah dilakukan sosialisi kepada masyarakat tentang fungsi dari layanan ini tetapi tetap pihak operator masih banyak menerima panggilan palsu. Dengan masih adanya beberapa hambatan yang timbul dari masyarakat tentu saja keberhasilan dari layanan ini dapat tergaganggu kelancarannya.

Analisis kebijakan layanan tanggap darurat 112 menggunakan model teori implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn, terdapat 6 variabel-variabel yang mempengaruhi yaitu :

1. Ukuran dan tujuan kebijakan

Layanan tanggap darurat 112 atau biasa dikenal dengan Command Center 112 dibentuk pada Juli 2016 yang berada di dalam struktur Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya khususnya pada Sub Bagian Bidang Kedaruratan. Pembuatan kebijakan ini berlandaskan Peraturan Wali Kota

Surabaya Nomor 72 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya.

Tujuan dari adanya kebijakan layanan tanggap darurat 112 (Command Center 112) untuk memangkas proses waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam membuat laporan darurat hingga bantuan datang. Sebelum dikeluarkannya kebijakan pembentukan Command Center 112 masyarakat membutuhkan proses yang lama untuk mendapatkan bantuan dari aduan yang mereka buat. Setelah adanya pembentukan layanan tanggap darurat 112 masyarakat dipermudah dalam akses serta pemberian bantuan fasilitas secara cepat dan efisien karena di dalam Command Center 112 terdapat beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) diantaranya Satpol PP, BPB dan Linmas, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Perhubungan, Dinas PU Bina Marga dan Pematusan, hingga Pemadam Kebakaran yang selalu siap siaga di beberapa titik lokasi di Kota Surabaya.

2. Sumber Daya

Keberhasilan sebuah implementasi

kebijakan layanan tanggap darurat 112

bergantung pada aspek pemanfaatan

sumber daya. Sumber daya sendiri tidak

hanya sumber daya manusia melainkan

sumber daya waktu dan sumberdaya

teknologi. Pembentukan Command Center

112 di Kota Surabaya memiliki dukungan

penuh dari Walikota Surabaya Tri

Rismaharini berupa perintah yang

diberikan oleh operator ketika menerima

aduan darurat dari masyarakat setara

dengan kepala dinas OPD yang akan

melakukan tugas penanganan ke

masyarakat atau pelapor. Dengan adanya

dukungan penuh dari Walikota Surabaya

maka terciptlah efisiensi waktu dalam hal

pembarian bantuan kepada pelapor,

efisiensi yang tercipta saat ini tentu saja

(6)

44 tidak terlepas dari sumberdaya teknoligi yang digunakan oleh pihak Command Center 112 antara lain CCTV, Handy Talky (HT), Telepon ,Monitor pemantau dan aplikasi Siaga 112 yang dibuat untuk mengetahui lokasi petugas terdekat dari tempat kejadian pelapor. CCTV yang tersebasar di seluruh wilayah Surabaya mulai dari taman, perempatan, terminal dan daerah rawan kecelakaan berjumlah sampai 2000 unit, hal ini berfungsi jika ada kejadian darurat yang masyarakat disekitar kejadian tidak ada yang melapor maka kami dapat melihat dari pantuan CCTV tersebut untuk melakukan pertolongan atau bantuan, maka hal ini ditunjang dengan aplikasi siaga 112 yang dimiliki oleh setiap petugas

Setelah adanya sumber daya dari teknologi tentu saja memerlukan sumberdaya manusia sebagai operator dari teknologi tersbut. Dalam menjalan tugas Command Center 112 memiliki 20 operator yang siap melayani aduan darurat dari masyarakat selama 24 jam dan selaku pemberi pemerintah kepada OPD terkait sebagai tanggapan dari panggilan yang dilakukan oleh masyarakat.

Dengan kinerja yang responsif dan melyani masyarakat selama 24 jam non-stop serta perinntah dari operator setara dengan kepala OPD maka sumberdaya waktu yang dibutuhkan untuk menanggapi hingga melayani aduan tesebut banyak memangkas waktu sehingga lebih cepat dan efisien tidak seperti sebelum adanya kebijakan ini.

3. Karakteristik Organisasi Pelaksana Pelibatan organasasi pemerintah yang ada di Kota Surabaya dalam mendukung kelancaran proses implementasi menujukkan luasnya cakupan dari kebijakan Command Center 112. Banyaknya OPD yang terlibat dalam pelaksaannya maka akan menimbulkan karakteristik yang berbeda sehingga memiliki dampak positif untuk keberhasilan implementasi kebijakan. BPB

Linmas merupakan organisasi yang menaungi layanan tanggap darurat Command Center 112 namun dalam pelaksanaan kebijakan ini tidak terdapat OPD yang mendominasi karena aduan yang dilakukan oleh masyarakat memiliki berbagai macam kasus sehingga penanganannya tentu akan menggunakan OPD yang berbeda seusai yang dibutuhkan.

Maka dari itu setiap OPD dan Command Center 112 saling berkoordinasi agar tidak terjadi sebuah salah paham atau pemberian perintah yang salah dapat membuat keterlambatan penanganan di lapangan, selain itu banyaknya orang yang menghubungi call center ini maka efisiensi dalam melakukan pelayanan pada operator dan penanganan oleh petugas di lapangan.

Agen pelakasana kebijakan tidak hanya berasal dari lingkup organisasi pemerintah namun masyarakat dan pihak swasta juga turut berpartisipasi. Seperti kerjasama dengan komunitas pecinta hewan, radio Suara Surabaya (SS), dsb.

Pelibatan dari komunitas pecinta hewan

ini dilakukan cukup banyaknya aduan

masyarakat mengenai ganguan ataupun

terdapat hewan liar dan terlantar yang ada

di daerah mereka sehingga setelah

dilakukan evakuasi lalu tidak memiliki

pemilik maka akan diserahkan kepada

komunitas tersebut untuk dirawat,

sedangkan tujuan menggandeng radio SS

ini guna membantu memberikaninformasi

kepada masyarakat dan dapat dijadikan

tempat melakukan pengaduan keadaan

darurat yang mana mobil opersional OPD

yang selalu menyalakan saluran radio agar

mendapatkan informasi mengenai aduan

yang dibuat oleh masyarakat melalui radio

SS dan OPD yang sesuai dengan yang

dibutuhkan sesuai aduan akan segera

menerima perintah oleh operator melalui

HT. Agen pelaksana formal dan informal

saling bekerjasama dalam melakukan

tugasnya agar tujuan awal dibuatnya

kebijakan ini bisa dicapai.

(7)

45 4. Sikap Pelaksana

Agen pelaksana dalam implementasi layanan tanggap darutat 112 menunjukkan sikap yang sangat mendukung kebijakan ini dengan gencar melakukan sosialiasi kepada masyarakat Surabaya yang dilakukan di kelurahan, sekolah, dan melalui radio dengan demikian masyarakat paham mengenai layanan ini. Kemudian agen pelaksana juga mempunyai respon yang cepat untuk menanggapi aduan dari masyarakat dengan SOP di bawah 7 (tujuh) menit.

Walaupun demikian masih ada beberapa keterlambatan dalam penanganan kejadian. Hal ini dapat di lihat pada tabel data berikut ini:

Tabel 4.1. Daftar Keterlambatan

Kedatangan Petugas ke Lokasi Kejadian (Agustus- September 2019)

Tanggal Lokasi

Bencana Kelurahan Klasifikasi Bencana Waktu

Tanggap 22/08/2019 Perairan

Masalembo Perak Timur Kebakaran

Kendaraan 45Menit 31/07/2019 Jl.

Gununganyar Ruko Puri

Mas

Gunung

Anyar Kecelakaan 14Menit

29/08/2019 Jl. Kranggan Margorejo

No. 28 H

Margorejo Cincin Yang Tidak

Bisa Lepas Dari Jari

30Menit

19/10/2019 Jl. Babatan

Unesa Babatan Kecelakaan 21Menit 21/10/2019 Jl. Bubutan Bubutan Kecelakaan 44Menit 11/10/2019 Jl. Raya

Prapen Prapen Orang meninggal mendadak

53Menit

18/10/2019 Jl. Kedung

Cowek Bulak Kecelakaan 54Menit 04/11/2019 JL.Waspada

No.76 Bongkaran Kecelakaan 15Menit 01/11/2019 Tambak

Segaran Wetan

Rangkah Kecelakaan 55Menit

05/11/2019 Jl. Ciliwung Sawunggaling Kecelakaan 35Menit

5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana

Komunikasi yang digunakan layanan tanggap darurat 112 dalam merespon cepat aduan darurat dari masyarakat, operator, hingga ke petugas yang ada di lapangan dengan menggunakan media

telepon dan radio. Agar tidak terjadi kendala pada saat penyampain informasi tentang keadaan darurat yang telah dilaporkan maka ditetapkan SOP tentang pemberian perintah hanya dilakukan oleh operator yang berada di CC Room 112 untuk memberikan perintah kepada petugas dari setiap OPD dilapangan yang dekat dengan lokasi kejadiam.

Maka dari itu hasil yg ditemukan dilapangan komunikasi yang dilakukan oleh operator melalui radio dan HT sudah dilakukan dengan baik. Pelaksana atau petugas dilapangan dapat merespon komando dari operator secara cepat dan efektif sehingga petugas dilapangan dapat langsung menjalankan perintah yang diberikan oleh operator. Dengan komunikasi yang telah dilakukan dengan baik ini maka kan menjawab keluhan masyarakat selama ini tentang proses yang lamban untuk mendapatkan bantuan saat kondisi darurat

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik ini terdapat dua faktor yang dapat menimbulkan hambatan pada implementasi kebijakan layanan tanggap darurat 112 ini yaitu faktor eksternal dan internal, kedua hal ini sering kali memunculkan hambatan pada kebijakan publik, pada kebijakan ini peneliti tidak menemukan faktor pengahambat yang muncul dari lingkungan ekonomi, sosial, dan politik. Karena seluruh golongan maupun aspek yang terkait dalam pelaksaan kebijakan mendukung penuh dan saling bekerjasama untuk keberhasilan layanan tanggap darurat 112.

Dari analisis implementasi kebijakan

layanan tanggap darurat 112 dapat

dikatakan telah sesuai dengan tujuan awal

dibuatnya kebijakan ini dengan dukungan

dari pemerintah daerah untuk

mendapatkan dukungan berupa sumber

daya teknologi yang mumpuni dan banyak

(8)

46 terlibatnya organisasi perangkat daerah guna mempermudah pemberian layanan tanggap darurat kepada masyarakat, para anggota OPD pun memiliki kesadaran yang cukup baik dan mereka saling berkomunikasi untuk menjalankan tugas atau tanggung jawab yang diberikan oleh operator dalam memberikan bantuan berupa layanan tanggap darurat kepada masyarakat .

SIMPULAN

Implementasi pelayanan tanggap darurat 112 di kota Surabaya yang telah dilaksanakan kurang lebih empat tahun jika dilihat berdasarkan teori Van Meter dan Van Horn maka pelaksanaanya diniliai telah membantu mempermudah masyarakat Kota Surabaya yang membutuhkan pelayanan tanggap darurat secara cepat dengan cara yang mudah maka dari itu partisasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam membantu pengimplementasian kebijakan ini dapat berpangaruh pada kelancaran dan pencapaian tujuan dari layanan tangap darurat 112 ini. Akan tetapi masih terdapat variable diterminan pada teori Van Meter dan Van horn yang masih belum dapat dipenuhi secara maksimal dengan kata lain kebijakan ini masih memiliki kekurangan seperti sumber daya yang belum terpenuhi seiring dengan bertambahnya jumlah masyarakat surabaya yang menggunakan layanan tanggap darurat 112.

DAFTAR PUSTAKA

Alemán, R., Gutiérrez-Sánchez, R., & Liébana- Cabanillas, F. (2018). Determinant Factors of Satisfaction with Public Services in Spain.

Australian Journal of Public Administration, 77(1), 102–113. https://doi.org/10.1111/

1467-8500.12252

Anggara, S. (2014). Kebijakan Publik (1st ed.). CV.

Pustaka Setia.

Dispendukcapil. (2019). Dispendukcapil Kota Surabaya. Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Suraba.

Fischer, F., Miller, G. J., & S, M. (2015). Hand Book Analisis Kebijakan Publik Teori, Politik, dan Metode. Nusa Media.

J.Moleong, L. (2017). Metode Penelitian Kualitatif (I.

Taufik (ed.); Revisi). PT Remaja Rosdakarya.

Mukarom, Z., & Laksana, M. W. (2018). Manajemen Pelayanan Publik (B. A. Saebani (ed.)).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

21 Tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana, 1 (2008).

Suaib, M. R. (2016). Pengantar Kebijakan Publik Dari Adminitrasi Negara, Kebijakan Publik, Pelayanan Publik, Good Governance Hingga Implementasi Kebijakan. CALPULIS.

Susanto, L. E. (2018). Implementasi Kebijakan Perda Kota Surabaya No. 8 Tahun 2012 Tentang Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum. JPAP: Jurnal Penelitian Administrasi Publik, 4(1), 893–898. https://doi.org/10.

30996/jpap.v4i1.1270

Taufiqurokhman, & Satispi, E. (2018). Teori Dan Perkembangan Manajemen Pelayanan Publik (1st ed.). UMJ PRESS.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25, 1

(2009).

Gambar

Tabel 4.1. Daftar Keterlambatan

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA PENINGKATAN PENGGUNAAN OBAT GENERIK DALAM RANGKA MENEKAN BIAYA BELANJA OBAT PADA PENDERITA PENYAKIT DIABETES DI INDONESIA : SEBUAH.. PENDAHULUAN DAN

Studi ini menemukan bahwa konsentrasi yang tinggi terdapat di 20 kabupaten/kota di Jawa Timur yang membuktikan bahwa UKM di daerah tersebut memiliki peran yang lebih tinggi

Begitu pentingnya kemampuan abstraksi matematis karena berkaitan dengan penanaman konsep awal matematika, sehingga para guru perlu menerapkan suatu pendekatan khusus untuk

Sehingga yang menentukan jumlah penerimaan SHU KUD bukan kuantitas anggota akan tetapi kualitas anggotanya atau aktivitas yang di lakukan anggota di KUD Jumlah

Berdasarkan hasil analisis regeresi berganda, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan, disiplin kerja tidak

Pada Tabel 2 menunjukkan perlakuan dosis 1500 l/ha dan konsentrasi biourine plus 1l /5 l air dapat meningkatkan tinggi tanaman kedelai lebih baik

Proses produksi dari bahan baku hingga menjadi produk dimulai dengan perendaman kacang tanah, dilanjutkan dengan proses penyaringan untuk kemudian dibumbui. Selanjutnya