39
Volume 1 Nomor 2 Juli 2020
Available online http://www.jsep.org/index.php/jsep/index
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LAYANAN TANGGAP DARURAT 112 DI KOTA SURABAYA
IMPLEMENTATION OF EMERGENCY RESPONSE SERVICES POLICY 112 IN SURABAYA CITY
Wahyu Febrianto
1, Raditya Prima Widiatmaka
2, Lukman arif
3*Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Indonesia
Diterima: 26 Maret 2020; Disetujui: 13 Mei 2020; Dipublish: 1 Juli 2020
*Coresponding Email: lukman_arif.adneg@upnjatim.ac.id Abstrak
Layanan tanggap darurat 112 merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Kota Surabaya pada Juli 2016 yang bisa diakses oleh masyarakat selama 24 jam non-stop saat membutuhkan bantuan darurat. Layanan aduan ini tidak membebankan biaya panggilan kepada pengguna. Dengan adanya layanan ini masyarakat semakin dipermudah dalam mendapatkan bantuan dari aduan yang mereka buat karena didalamnya bekerjasama dengan beberapa organisasi perangkat daerah diantaranya Satpol PP, BPB dan Linmas, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Perhubungan, Dinas PU Bina Marga dan Pematusan, hingga Pemadam Kebakaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan layanan tanggap darurat 112 di Kota Surabaya. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis datannya menggunakan beberapa tahapan-tahapan yang dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, hingga penarikan kesimpulan (J.Moleong, 2017). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kekurangan dalam proses pelaksanaan kebijakan, terutama pada aspek sumber daya, sikap pelaksana, dan komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana yang diukur berdasarkan teori Van Meter dan Van Horn yaitu (1) ukuran dan tujuan kebijakan, (2) sumber daya, (3) karakteristik organisasi pelaksana, (4) sikap pelaksana, (5) komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, (6) lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.
Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Pelayanan Publik, Layanan Tanggap Darurat Abstract
Emergency response service 112 is a policy made by the Surabaya City government in July 2016 that can be accessed by the community 24 hours non-stop when in need of emergency assistance. This complaint service does not charge user calls. With this service, people is easier to get help from complaints they made because in it collaborates with several regional apparatus organizations including Satpol PP, BPB and Linmas, the Department of Sanitation and Parks, the Department of Transportation, the Department of Public Works and Pematusan, to the Fire Department. The purpose of this study was to determine the implementation of the 112 emergency response service policy in the city of Surabaya. In this study using descriptive research using a qualitative approach to interview, observation, and documentation data collection techniques. The data analysis method uses several stages starting from data collection, data reduction, data presentation, to drawing conclusions (J.Moleong, 2017). The results of this study indicate that there are deficiencies in the process of policy implementation, especially in aspects of resources, attitude of implementers, and communication between organizations and implementing activities as measured by Van Meter and Van Horn theory, namely (1) size and objectives of the policy, (2) resources , (3) characteristics of implementing organizations, (4) implementing attitudes, (5) communication between organizations and implementing activities, (6) economic, social and political environment.
Keyword: Policy Implementation, Public Service, Emergency Response Services.
How to Cite: (2020). Implementasi Kebijakan Layanan Tanggap Darurat 112 di Kota Surabaya, Jurnal
Sosial, Ekonomi, dan Politik (JSEP) 1(2):
40 PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tentang Pelayanan Publik (2009) pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan demi memenuhi kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas jasa, barang, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pada saat ini pemerintah Indonesia dirasa masih kurang optimal untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat hal ini terbukti dengan masih banyaknya keluhan yang muncul dari kalangan masyarakat melalui media sosial, koran, berita televisi yang mengganggap pelayanan publik terutama dalam penanganan gawat darurat saat ini dinilai masi lambat, kurang efektif dan efisien.
Maka dari itu perubahan penyelenggaran pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah salah satu faktor selain perkembangan zaman ialah tuntutan dari masyarakat agar mendapatkan pelayanan yang lebih baik lagi.
Kota Surabaya yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan Jumlah penduduk pada bulan Januari 2019 sebanyak 3,095,026 jiwa (Dispendukcapil, 2019) mulai membenahi pelayanan publik dengan mengeluarkan sebuah kebijakan yang berupa layanan tangga darurat yang siap melayani aduan atau panggilan masyarakat yang membutuhkan bantuan dengan cepat bernama Command Center 112 pada tahun 2016. Kebijakan ini dibuat untuk menanggapi keluhan masyarakat yang membutuhkan bantuan darurat tetapi mereka mendapatkan pelayanan yang kurang cepat dan proses ketika membutuhkan OPD terkait apabila masyarakat tidak mengetahui nomor teleponnya maka akan membutuhkan waktu tambahan untuk mencarinya Dengan dibuatnya kebijakan pemerintah Kota Surabaya mengenai layanan tanggap darurat atau Command Center 112 yang
berisikan beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) seperti Satpol PP, BPB dan Linmas, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Perhubungan, Dinas PU Bina Marga dan Pematusan, hingga Pemadam Kebakaran. Sejak dicetuskannya kebijakan ini, Command Center 112 dapat menagani aduan darurat selama 24 jam dan bebas pulsa. Layanan ini dapat diakses dengan menghubungi 112 , dengan adanya banyak OPD yang ada didalam Command Center 112 dan setiap OPD berkumpul pada titik-titik yang telah ditentukan maka diharapkan pelayanan tanggap darurat menjadi lebih singkat. Pelayanan Publik dapat di kategorikan menjadi dua kelompok yaitu pelayanan kebutuhan dasar dan pelayanan umum untuk masyarakat, pelayanan kebutuhan dasar yang diberikan oleh pemerintah meliputi kesehatan, pendidikan dasar, dan bahan kebutuhan pokok, sedangkan pelayanan umum yang harus diberikan pemerintah terbagi dalam tiga kelompok, diantaranya pelayanan administartif, pelayanan barang, dan pelayanan jasa.
Seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk yang semakin tinggi dengan
masalah yang semakin kompleks
implementasi kebijakan tanggap darurat
112 masih belum berjalan secara
maksimal dalam implementasinya yaitu
masyarakat mengalami kendala atau
kesulitan saat menghubungi layanan
tanggap darurat 112 ketika membutuhkan
bantuan dalam keadaan darurat. Selain itu,
masalah lain yang timbul adalah
banyaknya panggilan palsu yang diterima
oleh layanan tanggap darurat 112. Tujuan
dari penulisan ini untuk mengetahui
bagaimana implementasi kebijakan
layanan tanggap darurat 112 di kota
Surabaya dengan menggunakan teori Van
Meter dan Van Horn untuk mengetahui
sejauh mana implementasi kebijakan
tersebut dilaksanakan.
41 KAJIAN TEORI
Implementai Kebijakan Publik
Menurut Suaib (2016) Kebijakan publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik.
Anggara (2014) kebijakan publik pada umumnya dipahami sebagai salah satu upaya atau tindakan pemerintah yang dibuat dalam rangka melaksanakan tugas- tugas pemerintahannya, dalam wujud pengaturan ataupun keputusan. Pada praktiknya, kebijakan publik merupakan hasil dari proses politik yang dijalankan dalam suatu sistem pemerintahan negara- negara, yang di dalamnya terkandung langkah-langkah atau upaya yang harus dilaksanakan oleh pemerintah selaku penyelenggaraan negara. Tujuan kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didasain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik sebagai konstituen pemerintah.
Implementasi kebijakan adalah apa yang terjadi antara penetapan tujuan yang jelas pada pihak pemerintah untuk melakukan sesuatu, atau berhenti melakukan sesuatu, dan dampak utama dalam dunia aksi (Fischer et al., 2015).
2. Pelayanan Tanggap Darurat
Pelayanan tanggap darurat merupakan suatu fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan atau pertolongan secara cepat saat terjadi keadaan darurat seperti kecelakaan, kebakaran, dan bantuan medis. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (2008) Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
METODE PENELITIAN
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu proses penggalian data secara ilmiah guna memecahkan masalah dari suatu kejadian atau fenomena yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini berfokus pada implementasi kebijakan layanan tanggap darurat 112 di Kota Surabaya. Penelitian kualitatif menggunakan data kualitatif seperti wawancara, data observasi dan dokumentasi untuk memahami dan menjelaskan masalah yang terjadi.
Kemudian pada pengambilan datanya dilakukan di Command Center 112 yang berada di gedung siola. Untuk mengetahui berlangsungnya implementasi kebijakan tersebut maka akan diteliti berdasarkan teori dari Van Meter dan Van Horn yaitu (1) ukuran dan tujuan kebijakan, (2) sumber daya, (3) karakteristik organisasi pelaksana, (4) sikap pelaksana, (5) komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, (6) lingkungan ekonomi, sosial, dan politik. Metode analisis datannya menggunakan beberapa tahapan-tahapan yang dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, hingga penarikan kesimpulan (J.Moleong, 2017).
Sumber data primer di dapatkan melalui wawancara dan observasi yang dilakukan secara langsung di command center 112.
Sedangkan data sekunder didapatkan melalui dokumen-dokumen, arsip-arsip, laporan-laporan dan foto-foto yang berada di media sosial maupun media massa serta lokasi yang sama dengan data primer.
Selanjutnya untuk mendapatkan
keabsahan data digunakan tiga teknik dari
kepercayaan (credibility) yaitu
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan
pengamatan dan triagulasi yang memiliki
fungsi untuk melakukan penyelidikan
42 sehingga tingkat kepercayaan terhadap hasil yang ditemukan (J.Moleong, 2017).
HASIL DAN PEMBAHASAN Temuan Penelitian
Implementasi kebijakan 112 di Kota Surabaya dapat dikatakan berhasil walupun masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Sejak awal dibuatnya layanan ini pada tahun 2016 mendapatkan respon yang baik dari masyarakat Surabaya terbukti dengan pemanfaatan layanan ini yang cukup tinggi hingga saat ini sehingga banyak mendapatkan penghargaan dalam maupun luar negeri yang berdasarkan survey kepada masyarakat. Kecepatan dalam pelayanan yang diberikan ini tidak lepas dari pemberian wewenang penuh oleh Walikota Surabaya kepada pihak Command Center 112 lebih khususnya operator dalam pemberian tugas kepada OPD terkait kemudian setiap OPD saling bekerjasama untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat agar tujuan awal dibentuknya kebijakan ini yaitu membantu masyarakat dalam memberikan pelayanan tanggap darurat secara cepat sehingga dapat merubah citra buruk pemerintah akan pelayanan publik. Sikap pelaksana petugas juga menunjukan respon yang positif terhadap adanya layanan ini sehingga mereka lebih responsif ketika ada masyarakat yang membutuhkan bantuan.
Dengan sikap yang responsif dan penanganan yang cepat maka muncul kepuasan masyarakat terhadap layanan ini. Hal ini diperkuat dengan keterangan yang disampaikan oleh Bapak Djaenal Iswandik S.H, selaku Kepala Command Center 112 di Kota Surabaya mengenai penerimaan penghargaan internasional.
“Ada team dari asia pasifik, yaitu team juri dalam artinya kita tidak dikasih tau bahkan mau dinilai. Mereka 2 minggu disini,dia cuman mendengarkan dan keliling ketika ada kejadian seperti kebakaran, kecelakaan. Dia memilikki data semua respon timenya kurang dari 7 menit
yaitu -4 menit yang di evaluasi terus selama 2 minggu kemudian balik lagi hingga ke command center untuk tau kerja di lapangan setelah dapat bulan bu walikota di telfon untuk mendapatkan penghargaan terbaik di dunia”
Penghargaan yang diterima ini tentu saja karena efek dari kecepatan pelayanan yang dilakukan oleh petugas hal ini tentu saja tidak lepas dari fasilitas-fasilatas yang menunjang berlangsungnya kebijakan ini.
Peran Walikota Surabaya untuk memberikan fasilitas berupa CCTV yang tersebar diberbagai titik dan HT yang dimiliki petugas untuk menerima perintah langsung dari operator maupun dari walikota langsung.
“Kita mempunyai monitor, kita mempunyai kurang lebih 2000 CCTV ditaruh diobjek di taman, perempatan jalan atau ditempat ibadah. Setelah itu telfon, HT. Jadi misalkan kalo ada warga telfon., kita data informasi lalu ditangani.
Kalo anggota kita menemukan kejadian apa, langsung melalui HT atau medsos.
Kita juga kerja sama dengan radio suara Surabaya”
Selain fasilitias CCTV dan HT yang
diberikan kepada petugas untuk
mengawasi apabila masyarakat
membutuhkan bantuan, terdapat juga
fasilitas untuk masyarakat berupa call
center yang bebas pulsa sehingga seluruh
lapisan masyarakat lebih dipermudah
untuk mendapatkan bantuan karena
masyarakat tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk menggunakan layanan call
center ini. Dengan adanya fasilitas-fasilitas
yang telah disediakan tentu saja perlu
adanya sumber daya manusia yang
mumpuni untuk mengoperasikan fasilitas
tersebut. Maka operator yang bertugas
didalam CC Room merupakan orang yang
telah diberikan pelatihan khsusus sebelum
mereka dapat menjadi operator. Sumber
daya ma nusia ini juga tidak terlepas dari
peran petugas dilapangan yang menangani
keadaan darurat. Masyarakat juga
berperan sebagai pengawas dari layanan
43 darurat 112 karena mereka juga dapat memberikan penilaian terhadap kinerja para petugas saat menangani kejadian.
Adapun faktor pendorong yang mendukung keberhasilan implementasi layanan tanggap darurat 112 tentu saja ada beberapa faktor yang menghambat dalam proses implementasinya yang masih perlu di perbaiki oleh pihak command center sehingga kekurangan yang ada saat ini tidak terulang kembali dimasa mendatang dan lebih mengutamakan kepuasan masyarakat.
Saat ini masalah yang diaalami oleh masyarakat saat hendak menggunakan layanan tanggap darurat 112 ialah mereka kesulitan untuk terhubung ke operator dikarenakan jaringan telepon yang selalu sibuk saat di hubungi, selain padatnya jaringan operator hal ini diperburuk dengan masyarakat yang melakukan panggilan palsu kepaa 112 yang sampai saat ini pihak Command Center 112 belum menemukan solusi yang tepat untuk menangani masalah tersebut karena selama ini telah dilakukan sosialisi kepada masyarakat tentang fungsi dari layanan ini tetapi tetap pihak operator masih banyak menerima panggilan palsu. Dengan masih adanya beberapa hambatan yang timbul dari masyarakat tentu saja keberhasilan dari layanan ini dapat tergaganggu kelancarannya.
Analisis kebijakan layanan tanggap darurat 112 menggunakan model teori implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn, terdapat 6 variabel-variabel yang mempengaruhi yaitu :
1. Ukuran dan tujuan kebijakan
Layanan tanggap darurat 112 atau biasa dikenal dengan Command Center 112 dibentuk pada Juli 2016 yang berada di dalam struktur Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya khususnya pada Sub Bagian Bidang Kedaruratan. Pembuatan kebijakan ini berlandaskan Peraturan Wali Kota
Surabaya Nomor 72 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya.
Tujuan dari adanya kebijakan layanan tanggap darurat 112 (Command Center 112) untuk memangkas proses waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam membuat laporan darurat hingga bantuan datang. Sebelum dikeluarkannya kebijakan pembentukan Command Center 112 masyarakat membutuhkan proses yang lama untuk mendapatkan bantuan dari aduan yang mereka buat. Setelah adanya pembentukan layanan tanggap darurat 112 masyarakat dipermudah dalam akses serta pemberian bantuan fasilitas secara cepat dan efisien karena di dalam Command Center 112 terdapat beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) diantaranya Satpol PP, BPB dan Linmas, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Perhubungan, Dinas PU Bina Marga dan Pematusan, hingga Pemadam Kebakaran yang selalu siap siaga di beberapa titik lokasi di Kota Surabaya.
2. Sumber Daya
Keberhasilan sebuah implementasi
kebijakan layanan tanggap darurat 112
bergantung pada aspek pemanfaatan
sumber daya. Sumber daya sendiri tidak
hanya sumber daya manusia melainkan
sumber daya waktu dan sumberdaya
teknologi. Pembentukan Command Center
112 di Kota Surabaya memiliki dukungan
penuh dari Walikota Surabaya Tri
Rismaharini berupa perintah yang
diberikan oleh operator ketika menerima
aduan darurat dari masyarakat setara
dengan kepala dinas OPD yang akan
melakukan tugas penanganan ke
masyarakat atau pelapor. Dengan adanya
dukungan penuh dari Walikota Surabaya
maka terciptlah efisiensi waktu dalam hal
pembarian bantuan kepada pelapor,
efisiensi yang tercipta saat ini tentu saja
44 tidak terlepas dari sumberdaya teknoligi yang digunakan oleh pihak Command Center 112 antara lain CCTV, Handy Talky (HT), Telepon ,Monitor pemantau dan aplikasi Siaga 112 yang dibuat untuk mengetahui lokasi petugas terdekat dari tempat kejadian pelapor. CCTV yang tersebasar di seluruh wilayah Surabaya mulai dari taman, perempatan, terminal dan daerah rawan kecelakaan berjumlah sampai 2000 unit, hal ini berfungsi jika ada kejadian darurat yang masyarakat disekitar kejadian tidak ada yang melapor maka kami dapat melihat dari pantuan CCTV tersebut untuk melakukan pertolongan atau bantuan, maka hal ini ditunjang dengan aplikasi siaga 112 yang dimiliki oleh setiap petugas
Setelah adanya sumber daya dari teknologi tentu saja memerlukan sumberdaya manusia sebagai operator dari teknologi tersbut. Dalam menjalan tugas Command Center 112 memiliki 20 operator yang siap melayani aduan darurat dari masyarakat selama 24 jam dan selaku pemberi pemerintah kepada OPD terkait sebagai tanggapan dari panggilan yang dilakukan oleh masyarakat.
Dengan kinerja yang responsif dan melyani masyarakat selama 24 jam non-stop serta perinntah dari operator setara dengan kepala OPD maka sumberdaya waktu yang dibutuhkan untuk menanggapi hingga melayani aduan tesebut banyak memangkas waktu sehingga lebih cepat dan efisien tidak seperti sebelum adanya kebijakan ini.
3. Karakteristik Organisasi Pelaksana Pelibatan organasasi pemerintah yang ada di Kota Surabaya dalam mendukung kelancaran proses implementasi menujukkan luasnya cakupan dari kebijakan Command Center 112. Banyaknya OPD yang terlibat dalam pelaksaannya maka akan menimbulkan karakteristik yang berbeda sehingga memiliki dampak positif untuk keberhasilan implementasi kebijakan. BPB
Linmas merupakan organisasi yang menaungi layanan tanggap darurat Command Center 112 namun dalam pelaksanaan kebijakan ini tidak terdapat OPD yang mendominasi karena aduan yang dilakukan oleh masyarakat memiliki berbagai macam kasus sehingga penanganannya tentu akan menggunakan OPD yang berbeda seusai yang dibutuhkan.
Maka dari itu setiap OPD dan Command Center 112 saling berkoordinasi agar tidak terjadi sebuah salah paham atau pemberian perintah yang salah dapat membuat keterlambatan penanganan di lapangan, selain itu banyaknya orang yang menghubungi call center ini maka efisiensi dalam melakukan pelayanan pada operator dan penanganan oleh petugas di lapangan.
Agen pelakasana kebijakan tidak hanya berasal dari lingkup organisasi pemerintah namun masyarakat dan pihak swasta juga turut berpartisipasi. Seperti kerjasama dengan komunitas pecinta hewan, radio Suara Surabaya (SS), dsb.
Pelibatan dari komunitas pecinta hewan
ini dilakukan cukup banyaknya aduan
masyarakat mengenai ganguan ataupun
terdapat hewan liar dan terlantar yang ada
di daerah mereka sehingga setelah
dilakukan evakuasi lalu tidak memiliki
pemilik maka akan diserahkan kepada
komunitas tersebut untuk dirawat,
sedangkan tujuan menggandeng radio SS
ini guna membantu memberikaninformasi
kepada masyarakat dan dapat dijadikan
tempat melakukan pengaduan keadaan
darurat yang mana mobil opersional OPD
yang selalu menyalakan saluran radio agar
mendapatkan informasi mengenai aduan
yang dibuat oleh masyarakat melalui radio
SS dan OPD yang sesuai dengan yang
dibutuhkan sesuai aduan akan segera
menerima perintah oleh operator melalui
HT. Agen pelaksana formal dan informal
saling bekerjasama dalam melakukan
tugasnya agar tujuan awal dibuatnya
kebijakan ini bisa dicapai.
45 4. Sikap Pelaksana
Agen pelaksana dalam implementasi layanan tanggap darutat 112 menunjukkan sikap yang sangat mendukung kebijakan ini dengan gencar melakukan sosialiasi kepada masyarakat Surabaya yang dilakukan di kelurahan, sekolah, dan melalui radio dengan demikian masyarakat paham mengenai layanan ini. Kemudian agen pelaksana juga mempunyai respon yang cepat untuk menanggapi aduan dari masyarakat dengan SOP di bawah 7 (tujuh) menit.
Walaupun demikian masih ada beberapa keterlambatan dalam penanganan kejadian. Hal ini dapat di lihat pada tabel data berikut ini:
Tabel 4.1. Daftar Keterlambatan
Kedatangan Petugas ke Lokasi Kejadian (Agustus- September 2019)
Tanggal Lokasi
Bencana Kelurahan Klasifikasi Bencana Waktu
Tanggap 22/08/2019 Perairan
Masalembo Perak Timur Kebakaran
Kendaraan 45Menit 31/07/2019 Jl.
Gununganyar Ruko Puri
Mas
Gunung
Anyar Kecelakaan 14Menit
29/08/2019 Jl. Kranggan Margorejo
No. 28 H
Margorejo Cincin Yang Tidak
Bisa Lepas Dari Jari
30Menit
19/10/2019 Jl. Babatan
Unesa Babatan Kecelakaan 21Menit 21/10/2019 Jl. Bubutan Bubutan Kecelakaan 44Menit 11/10/2019 Jl. Raya
Prapen Prapen Orang meninggal mendadak
53Menit
18/10/2019 Jl. Kedung
Cowek Bulak Kecelakaan 54Menit 04/11/2019 JL.Waspada
No.76 Bongkaran Kecelakaan 15Menit 01/11/2019 Tambak
Segaran Wetan
Rangkah Kecelakaan 55Menit
05/11/2019 Jl. Ciliwung Sawunggaling Kecelakaan 35Menit