• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Kerangka Pemikiran

Penyembuhan luka adalah suatu proses upaya perbaikan jaringan. Proses penyembuhan luka dapat kita kelompokkan dalam 3 fase; fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodeling. Berbagai peristiwa setelah terjadinya luka berperan sangat penting dalam mengawali mekanisme pertahanan dan menyebarkan kandungan bahan-bahan dalam darah sel-sel darah dan substansi bioaktif ke daerah luka. Perlakuan jaringan dalam penanganan luka secara baik akan memberikan hasil penyembuhan yang baik. Produk akhir dari penyembuhan luka adalah parut, parut yang baik akan terlihat lebih kecil, halus dan tidak kentara. Selain perlakuan jaringan luka, faktor lain juga sangat berpengaruh pada penyembuhan luka seperti ras, genetik, lokasi luka, berbagai hal yang menyebabkan penyembuhan luka menjadi lama.

Kolagen mikromolekul utama jaringan penyambung,merupakan protein yang paling banyak dalam tubuh manusia

1

1,2

. Sekitar 60-70% dari berat kering kulit terdiri

dari kolagen

3

. Sekurangnya sekarang dikenal ada 13 macam tipe kolagen

4

. Sifat

kolagen yang paling menentukan adalah tripel heliks yang terdiri dari 3 subunit

polipeptide. Sintesis dan degradasi kolagen dalam tubuh yang sehat diatur untuk

mempertahankan jumlah kolagen yang normal dalam jaringan luka. PO

2

yang tinggi

juga dibutuhkan untuk sintesis dan degradasi akan menimbulkan keloid.

1,3,4

(2)

Gambar 1. Fase fase Penyembuhan Luka

Pada fase inflamasi dipicu oleh 2 macam mediator yaitu; mediator pengendali permiabilitas pembuluh darah dan mediator pengendali pengumpulan sel. Yang termasuk dalam jenis mediator pengendali permiabilitas pembuluh darah, diantaranya; histamin, serotonin dan bradikinin. Histamin berasal dari mastosit dalam jaringan dan sel basofil dari peredaran darah. Serotonin berasal dari trombosit dan bradikinin berasal dari sel netrofil

2,3

.

Pengendalian permiabilitas pembuluh darah dalam luka yang oleh

berbagai sebab misalnya rusaknya mikrovaskuler oleh trauma, karena letak luka,

fase inflamasi yang memanjang akibat benda asing atau terjadi angiogenesis kembali

pada luka yang sama dimana histamin akan tetap dihasilkan terus menerus maka

fase inflamasi akan memanjang. Akibatnya yang ditandai oleh luka yang hiperemis

(permiabilitas meningkat) dan gatal-gatal. Keadaan ini akan menyebabkan terjadi

peningkatan PO2 dan sintesis kolagen akan tetap berlansung

2,3,4

.

(3)

Ruptur adalah robekan atau koyaknya jaringan secara paksa, (Dorland, 1994)

3

. Perineum adalah bagian yang terletak antara vulva dan anus panjangnya rata-rata 4 cm.

2,4

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan dan tak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.

Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.

5,6

Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dari pada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahiirkan dengan pembedahan vaginal.

1,5,6

II.2. ANATOMI PERINEUM

Menurut para ahli anatomi, perineum adalah wilayah pelvic outlet diujung

diafragma pelvic (levator ani). Batasannya dibentuk oleh pubic rami di depan ligament

sacro tuberos di belakang. Pelvic outletnya dibagi oleh garis melintang yang

menghubungkan bagian depan ischial tuberosities ke dalam segitiga urogenital dan

sebuah segitiga belakang anal.

4,7

(4)

Segitiga urogenital

Otot-otot diwilayah ini dikelompokkan ke dalam kelompok superfisial (dangkal) dan dalam bergantung pada membran perineal. Bagian bulbospongiosus, perineal melintang dangkal dan otot ischiocavernosus terletak dalam bagian terpisah yang superfisial. Otot bulbospongiosus melingkari vagina dan masuk melalui bagian depan corpora cavernosa clitoridis. Di bagian belakang, sebagian serabutnya mungkin menyatu dengan otot contralateral superfisial transverse perineal (otot yang melintang contralateral dipermukaan perineal) juga dengan cincin otot anus (sfingter).

4,7,8

Kelenjar bartholini merupakan struktur berbentuk kacang polong dan bagian duktusnya membuka ke arah introitus vagina di permukaan selaput dara pada persimpangan duapertiga bagian atas dan sepertiga bagian bawah labia minora.

4,8

Pada wanita, otot perineal profunda melintang antara bagian depan dan belakang fasia membran perineal yang membentuk diafragma urogenital berbentuk tipis dan sukar untuk digambarkan, karena itu kehadirannya tidak diakui oleh sebagian ahli. Dibagian yang sama terletak juga otot cincin external uretra.

8,9

Segitiga anal

Wilayah ini mencakup otot luar anus dan lubang ischiorectal.

4

Badan perineal

(5)

Bagian perineal merupakan wilayah fibromuskular (berotot serabut) antara vagina dan kanal anus. Pada dataran saggita berbentuk segitiga. Pada sudut segitiganya terdapat ruang rectovaginal dan dasarnya dibentuk oleh kulit perineal antara bagian belakang fouchette vulva dan anus. Dalam bagian perineal terdapat lapisan otot fiber bulbospongiosus, dataran perineal melintang dan otot cincin anus bagian luar.

4,9,10

Diatas bagian ini terdapat otot dubur membujur dan serat tengah otot pubo rectalis, karena itu sandaran panggul dan juga sebagian hiatus urogenitalis antara otot levator ani bergantung pada keseluruhan badan perineal. Bagi ahli kesehatan ibu dan anak, istilah perineum merujuk sebagian besar pada wilayah fibromuskular antara vagina dan kanal anus.

4,10

Anatomi anorektum

Anorektum merupakan bagian yang paling jauh dari traktus gastrointestinalis

dan terdiri dari dua bagian yaitu kanal anus dan rektum. Kanal anus berukuran 3,5

cm dan terletak dibawah persambungan anorektal yang dibentuk oleh otot

puborectalis. Otot cincin anus terdiri dari tiga bagian (subcutaneus / bawah kulit),

superfisial (permukaan) dan bagian profunda (dalam) dan tidak bisa dipisahkan dari

permukaan puborectalis. Cincin otot anus bagian dalam merupakan lanjutan

menebalnya otot halus yang melingkar. Bagian ini dipisahkan dari bagian luar

cincin otot anus oleh otot penyambung yang membujur rektum

11,12

.

(6)

Gambar 2. Perineum dan Diafragma Urogenital pada Wanita

II.3. ETIOLOGI RUPTUR PERINEUM

Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana :

4,5

(7)

 kepala janin terlalu cepat lahir

 persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya

 sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut

 pada persalinan dengan distosia bahu

Persalinan seringkali menyebabkan perlukaan pada jalan lahir. Perlukaan pada jalan lahir tersebut terjadi pada : Dasar panggul/perineum, vulva dan vagina, servik uteri, uterus sedangkan ruptur pada perineum spontan disebabkan oleh : Perineum kaku, kepala janin terlalu cepat melewati dasar panggul, bayi besar, lebar perineum, paritas.

13,14

II.4. KLASIFIKASI RUPTUR PERINEUM 1) Ruptur Perineum Spontan

Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur.

2,5

2) Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi)

Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan

pada perineum: Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada perineum untuk

memperbesar saluran keluar vagina.

2,5

(8)

II.4.1. RUPTUR PERINEUM SPONTAN Definisi :

Luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur. Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan

15

:

 Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.

 Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama mengenai selaput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani.

 Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot sfingter ani. Ruptura perinei totalis di beberapa kepustakaan yang berbeda disebut sebagai termasuk dalam robekan derajat III atau IV. Beberapa kepustakaan juga membagi tingkat III menjadi beberapa bagian seperti :

 Tingkat III a. Robekan < 50 % ketebalan sfingter ani.

 Tingkat III b. Robekan > 50% ketebalan sfinter ani

 Tingkat III c. Robekan hingga sfingter ani interna

 Tingkat IV :Robekan hingga epitel anus.

Robekan mukosa rectum tanpa robekan sfingter ani sangat jarang dan tidak

termasuk dalam klasifikasi diatas.

(9)

Gambar 3. Derajad Ruptur Spontan Perineum

Teknik menjahit robekan perineum

5,9,16

 Tingkat I : Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau dengan cara angka delapan (figure of eight).

 Tingkat II : Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II

maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir yang tidak rata atau bergerigi, maka

pinggir bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. pinggir robekan

sebelah kiri dan kanan masing-masing diklem terlebih dahulu, kemudian

digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka

robekan. Mula-mula otot-otot dijahit dengan catgut. Kemudian selaput lendir

vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan

(10)

selaput lendir vagina dimulai dari puncak robekan, terakhir kulit perineum dijahit dengan benang sutera secara terputus-putus.

 Tingkat III : Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit. Kemudian fasia perektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan kromik catgut, sehingga bertemu kembali. Ujung- ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan diklem dingan klem pean lurus. Kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan kromik catgut sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II.

 Tingkat IV : Pasien dirujuk ke fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai.

II.4.2. RUPTUR PERINEUM YANG DISENGAJA ( EPISIOTOMI )

Definisi episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum.

5,8,12

Laserasi vagina dan perineum dikelompokkan menjadi derajat pertama, kedua

atau ketiga. Laserasi derajat pertama mengenai fourchet, kulit perineum, dan

membran mukosa vagina, tetapi tidak mengenai fasia dan otot. Laserasi derajat

kedua mengenai kulit dan membran mukosa, fasia dan otot - otot perineum, tetapi

tidak mengenai m.sfingter ani. Bagian-bagian ini biasanya robek sampai ke atas pada

satu atau kedua sisi vagina, membentuk cedera segitiga yang tidak teratur. Laserasi

derajat ketiga mengenai mulai dari kulit, membran mukosa dan perineum,sampai

(11)

mengenai sfingter ani. Laserasi derajat keempat meluas sampai mukosa rektum sehingga memaparkan lumen rektum. Walaupun beberapa dekade terakhir beberapa penelitian telah menentang penggunaan episiotomi secara rutin / liberal, namun sedikit sekali kesepakatan secara profesional mengenai ketepatan penggunaannya.

Hal ini dapat diilustrasikan dengan bervariasinya rata-rata penggunaan episiotomi yang berkisar antara 13,3% sampai 84,6% pada satu studi, dengan rata-rata 51%

diantara persalinan spontan.

2,3

Episiotomi dalam arti sempit adalah insisi pudenda. Insisi ini dapat dibuat di linea mediana (episiotomi mediana) atau dapat mulai di linea mediana tetapi diarahkan ke lateral dan kebawah menjauhi rektum (episiotomi mediolateralis).

4

Daerah tindakan episiotomi sendiri adalah daerah yang sarat dengan koloni bakteri ditambah lagi dengan kemampuan higienis yang kurang maka risiko terjadinya infeksi juga semakin meningkat. Waktu penyembuhan luka episiotomi tergantung pada jenis episiotomi, derajat luka episiotomi, jenis jahitan yang dipergunakan, jenis benang dan antibiotika yang dipergunakan sebagai tindakan profilaksis. Komplikasi tersering dari luka episiotomi adalah infeksi, skar episiotomi, endometriosis, trauma perineal, dispareunia, inkontinensia urin ataupun alvi.

4,5,6

Indikasi untuk melakukan episiotomi

Indikasi janin : janin prematur, letak sungsang, persalinan buatan

pervaginam, anak besar.

(12)

Indikasi ibu : peregangan perineum yang berlebihan, misalnya pada primipara, perineum kaku.

Cara melakukan episiotomi

2,6,13

Episiotomi medialis

Insisi dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas atas otot sfingter ani, dengan menggunakan gunting mulai dari bagian tengah cincin himenalis menuju muskulus bubokavernosus, muskulus superfisial transversa perinei dan membrana perinei. Bila kurang lebar disambung ke lateral.

Episiotomi mediolateral

Insisi dimulai dari garis tengah introitus vagina menuju ke arah samping menjauhi anus. Arah insisi dapat dilakukan ke arah kanan atau kiri tergantung kebiasaan operator.

Episiotomi lateral

Insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari posisi jam tiga atau jam sembilan ke arah lateral dengan menggunakan gunting mulai dari bagian tengah cincin himenalis menuju muskulus bubokavernosus, muskulus superfisial transversa perinei dan membrana perinei. Bila kurang lebar disambung ke lateral.

Episiotomi dilakukan saat kepala bayi tampak dengan garis tengah 2-3 cm di

luar his. Episiotomi yang dibuat terlalu cepat akan menyebabkan perdarahan

banyak sedangkan bila dilakukan terlalu lambat tujuan episiotomi untuk

mengurangi peregangan otot dasar panggul tidak terpenuhi.

7,8,9

(13)

Gambar 4. Episiotomi Medial dan Mediolateral

Episiotomi atau Insisi Schuchardt.

Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis, tetapi sayatannya

melengkung ke arah bawah lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar.

(14)

Gambar 5. Jenis-jenis Episiotomi

Gambar 6. Episiotomi Medial dan Mediolateral

Penjahitan luka episiotomi

Penjahitan luka episiotomi bertujuan untuk hemostatik dan rekonstruksi

anatomi. Diusahakan melakukan penjahitan sesedikit mungkin dengan bahan

yang sehalus mungkin tetapi cukup kuat. Setiap tusukan jarum berpotensi

untuk menyebabkan infeksi.

14

(15)

Gambar 7. Penampang lapisan kulit

Prinsip penjahitan luka episiotomi adalah :

Menggunakan bahan sehalus mungkin tetapi cukup kuat (chromic cat gut 00), hemostatik yang baik, mendekatkan jaringan, menghindarkan dead space, sesedikit mungkin jahitan.

7,8,10-12

Rockner dan Olund (1991) melaporkan kejadian infeksi pada luka perineum akibat episiotomi 10% dibandingkan dengan hanya 2% kejadian infeksi pada luka perineum akibat ruptur spontan. Dengan waktu penyembuhan 30% lebih lama pada kelompok episiotomi dibandingkan dengan kelompok ruptur spontan yang hanya 10%.

6

O’ Leary melaporkan bahwa waktu penyembuhan akan meningkat 10% pada luka episiotomi yang melibatkan sfingter ani dan atau mukosa rektum. Keadaan ini juga akan meningkatkan angka komplikasi abses perineum, fistula rektovagina, dan wound dehisence bila terjadi infeksi. Tanda-tanda tersering terjadinya infeksi adalah

adanya nyeri menetap, nyeri defekasi, nyeri tekan dan edema.

7

Meskipun episiotomi rutin sering dilakukan di masa lalu (karena para penolong

persalinan percaya bahwa dengan melakukan episiotomi akan mencegah penyulit

dan infeksi, serta lukanya akan sembuh dengan baik daripada robekan / ruptur

(16)

spontan) tetapi tidak ada bukti ilmiah yang mendukung pendapat ini (Enkin, et al, 2000; Wooley, 1995).

8,9

Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan:

- Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko hematom.

- Lebih sering meluas menjadi laserasi derajat 3-4 dibandingkan laserasi derajat 3-4 yang terjadi tanpa episiotomi.

- Meningkatnya nyeri pasca salin - Meningkatnya risiko infeksi.

Walaupun beberapa dekade terakhir beberapa penelitian telah menentang penggunaan episiotomi secara rutin / liberal, namun sedikit sekali kesepakatan secara profesional mengenai ketepatan penggunaannya. Hal ini dapat diilustrasikan dengan bervariasinya rata-rata penggunaan episiotomi, berkisar antara 13,3%

sampai 84,6% pada satu studi, dengan rata-rata 51% diantara persalinan spontan.

10

Proses penyembuhan luka

Penyembuhan luka adalah proses kinetik dan metabolik yang kompleks yang melibatkan berbagai sel dan jaringan dalam usaha untuk menutup tubuh dari lingkungan luar dengan cara mengembalikan integritas jaringan. Pada setiap perlukaan baik yang bersih maupun yang terinfeksi tubuh akan berusaha melakukan penyembuhan luka.

14,16

Dikenal tiga cara penyembuhan luka :

15,16

• Penyembuhan primer

(17)

Adalah penyembuhan yang terjadi tanpa penyulit. Pembentukan jaringan granulasi sangat minimal, misalnya pada luka sayat atau luka aseptik dikelola dengan penutupan yang akurat.

• Penyembuhan sekunder

Adalah penyembuhan yang terjadi dengan pembentukan jaringan granulasi sebelum terjadi jaringan epitelialisasi. Misalnya pada luka yang terbuka dan tidak dijahit atau luka suatu dead space. Keadaan ini bisa terjadi karena kerusakan atau kehilangan jaringan yang cukup luas atau infeksi.

• Penyembuhan tertier

Adalah penyembuhan yang dalam prosesnya dibantu dengan tindakan bedah agar luka tertutup. Misalnya pada luka yang dibiarkan terbuka pada fase-fase pertama penyembuhan luka (3-4 hari). Selanjutnya dijahit atau luka ditutup dengan skin graft.

15

Fase penyembuhan luka

15,16,17

• Fase Inflamasi (fase initial, substrat, produktif, autolitik, katabolik)

Reaksi awal tubuh terhadap adanya trauma luka, antara hari 1-4, reaksi

untuk menghilangkan mikroorganisme, benda asing dan jaringan non

vital yang terdapat dalam luka sebagai persiapan reparasi. Makin hebat

(18)

ini terjadi 3 aktivitas: respon vaskuler, respon hemostatik dan respon seluler.

• Fase Proliferatif (fibroplasia, kolagen)

Fase ini terdiri dari proses epitelialisasi, kontraksi luka dan reparasi jaringan ikat. Berlangsung pada hari ke 5 – 20.Fibroblas pada fase ini sangat menonjol perannya. Fibroblas berasal dari sel mesenkin yang belum berdiferensiasi, berproliferasi menghasilkan mukopolisakarida, asam amino glisin dan prolin. Fibroblas terbentuk dari resting sel disekitar pembuluh darah, menghasilkan tropokolagen, beserta mukopolisakarida membentuk kolagen.

Jenis fibroblas yang muncul dalam luka memiliki ciri khas yaitu lebih mobil

dari pada fibroblas yang tidak aktif

(2.4.5)

. Jenis ini dapat berkontraksi. Migrasi

sel-sel fibroblas didorong oleh transforming growth factor beta (TGFβ) yang

dihasilkan oleh trombosit dan keratinosit, sedang proliferasi didorong oleh

trombin dan serotonin yang dihasilkan oleh trombisit dan IL-1 yang dihasilkan

oleh keratinosit dan oleh FGF yang dihasilkan oleh sel-sel makrofag dan oleh

EGF (epidermal growth factor) yang dihasilkan oleh sel epidermis.

(19)

Gambar 8. Mekanisme Penyembuhan Luka

• Fase Maturasi (remodelling, resorbsi, diferensiasi).

Proses ini berlangsung setelah integritas jaringan tercapai. Proses ini mulai hari ke 21 sampai terjadinya pematangan parut luka kira-kira 6-9 bulan atau lebih dari 1 tahun ditandai dengan perubahan parut menjadi tipis, lemas, pucat, tidak nyeri dan gatal. Levenson dkk mengamati terjadinya perubahan histologi pada kolagen. Kolagen yang terjadi pada hari ke 5 masih tipis, dengan fibril-fibril yang tidak teratur, dalam beberapa minggu atau bulan diameter fibril meningkat dan serabutnya menjadi kompak.

15

Infeksi luka episiotomi

Salah satu komplikasi tindakan pertolongan persalinan adalah infeksi

pada luka episiotomi. Infeksi luka episiotomi adalah peradangan yang

disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam luka episotomi pada waktu

persalinan dan nifas, dengan tanda infeksi jaringan sekitarnya, tepi luka

(20)

menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus, pengeluaran pus, terkadang perih bila buang air kecil.

16

Lepasnya jahitan atau dehiscence episiotomi paling sering disebabkan oleh infeksi. Infeksi luka episiotomi dikatakan infeksi bila tanda dan gejala klinik baru timbul sekurang-kurangnya empat puluh delapan jam perawatan.

16

Bila cairan radang bisa keluar, biasanya keadaan infeksi tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan cairan radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40°C.

16

Kebersihan luka perineum memerlukan perawatan yang lebih dibandingkan luka di tempat lain. Infeksi luka episiotomi sebagian besar terjadi karena kurangnya tindakan aseptik saat melakukan penjahitan luka episiotomi.

19,20

Seorang penderita yang terkena infeksi pada luka episiotomi akan lebih sulit dalam proses penyembuhan, dan bila berhasil bertahan maka lama rawatan akan lebih panjang dan penambahan biaya perawatan pada penderita.

8,21

Pencegahan Infeksi

16,19,22

Masa kehamilan

(21)

- Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.

- Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.

- Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.

Selama persalinan

Usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir :

- Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.

- Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.

- Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.

- Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah.

- Yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.

- Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.

(22)

- Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

Selama nifas

- Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.

- Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.

- Batasi pengunjung pada hari-hari pertama nifas.

Referensi

Dokumen terkait

- Cevi bez šava, koje mogu biti: valjane i vu č ene. Šavna cev s uzdužnim šavom nastaje su č eonim zavarivanjem hladno pripremljenih limova, traka, pomo ć u jednog od slede ć ih

Dengan tidak diberikannya wewenang pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengeluarkan surat perintah penghentian penyidikan dan penuntutan, maka berarti

coli O157 yang menunjukkan hasil postif pada uji motilitas dikoleksi dan ditumbuhkan pada media brain heart infusion (BHI) diinkubasikan pada suhu 37 o C selama 24 jam, bakteri

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis maka dapat diambil kesimpulan: 1) Ada peningkatan pengetahuan penjamah makanan sebelum dan setelah pelatihan ditambah poster;

Dua lahan peternakan sapi di Australia seluas 550 ha yang dibeli oleh Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) lewat anak usaha PT Santos aAgrindo dengan nilai investasi 38 juta dolar

Keadaan yang dirasakan oleh klien yang paling utama. Untuk myoma uteri submukosum yang paling banyak adalah nyeri perut bagian bawah dan perdarahan abnormal dan nyeri

Reaksi dehidrasi etanol (C2H5—OH) pada 130 C menghasilkan senyawa eter dengan atom C yang sama, yaitu 2 atom C.. Obsein D

35 tumpukan kompos terdiri dari 7 hari pembuangan limbah organik pasar tradisional, per harinya ada 5 tumpukan kompos, kandungan N-total dari kompos yang dihasilkan lebih rendah