• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kematangan Karir

1. Pengertian Kematangan Karir

Menurut (Hurlock, 1980) Pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan tugas perkembangan yang penting di masa remaja, sebab karir atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan.

Super, (1990). menyatakan bahwa kematangan karir adalah keberhasilan individu menyelesaikan tugas perkembangan karir yang khas pada tahap perkembangan karir. Kematangan karir juga merupakan kesiapan afektif dan kognitif dari individu untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang dihadapkan kepadanya, karena perkembangan biologis, sosial dan harapan dari masyarakat yang telah mencapai tahap perkembangan tersebut. Kesiapan afektif terdiri dari perencanaan karir dan eksplorasi karir sementara kesiapan kognitif terdiri dari kemampuan mengambil keputusan dan wawasan mengenai dunia kerja.

Menurut Caswell dan kiewra (dalam Rachmawati, 2012) Dalam

komunikasi sehari-hari istilah karir sesungguhnya sudah cukup sering

digunakan. mendefinisikan kematangan karin sebagai kemampuan individu

dalam membuat suatu pilihan karir yang realistic dan stabil dengan menyadari

akan apa yang dibutuhkan dalam membuat suatu perkiraan pemilihan karir.

(2)

Musca (dalam Ulfa, 2013) Menyatakan bahwa keputusan karir diambil dengan cermat jika keputusan tersebut didasarkan pada informasi dan nilai-nilai pribadi siswa,Informasi diperlukan sebagai bahan untuk penetapan pilihan ,dan nilai-nilai pribadi adalah aspek yang harus dipertimbangkan agar diperoleh keputusan yang sesuai dengan apa yang di anggap baik atau penting dalam kehidupan seseorang.

Secara umum perspektif karir dikategorikan kedalam dua bagian, yaitu karir yang identik dengan pekerjaan dan karir dalam konteks life span yaitu dimaknai sebagai perjalanan hidup yang bermakna.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karir merupakan perwujudan hidup yang bermakna melalui serangkaian aktifitas dan mencakup seluruh aspek kehidupan yang terwujud karena adanya kekuatan inner person. Perwujudan diri akan bermakna manakala terdapat kepuasan atau kebahagiaan diri dan lingkungan.

Menurut Yost dan Corbishly (dalam Aji , 2008) mengemukakan bahwa kematangan karir adalah keberhasilan individu untuk menyesuaikan dan membuat keputusan karir yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan karirnya.

Havinghurst (dalam Wijaya, 2007) mendefinisikan kematangan karir

sebagai persiapan diri untuk menjalani suatu pekerjaan atau karir merupakan

tugas salah satu perkembangan yang penting bagi remaja, kemampuan individu

dalam membuat suatu pilihan karir yang realistik dan stabil dengan menyadari

(3)

akan apa yang dibutuhkan dalam membuat suatu perkiraan keputusan karir. Dan dari kesiapan mental seseorang akibat dari pengalaman yang telah diperolehnya untuk memilih karir,mengambil keputusan karir,dan kemandirian untuk mendapatkan suatu penghasilan .

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kematangan karir adalah kemampuan individu dalam menguasai tugas perkembangan karir sesuai dengan tahap perkembangan karir, dengan menunjukkan perilaku-perilaku yang dibutuhkan untuk merencanakan karir, mencari informasi, memiliki wawasan mengenai dunia kerja dan memiliki kesadaran tentang apa yang dibutuhkan dalam membuat keputusan karir.

2. Tahap perkembangan karir

Menurut Seligman (dalam Wijaya , 2007) tahap perkembangan karir terdiri dari:

a. Growth (4-14 tahun)

Pada tahap ini individu ditandai dengan perkembangan kapasitas,

sikap, minat, dan kebutuhan yang terkait dengan konsep diri. Konsep diri

yang dimiliki individu terbentuk melalui identifikasi terhadap figur-figur

keluarga dan lingkungan sekolah. Pada awalnya, anak-anak mengamati

lingkungan untuk mendapatkan informasi mengenai dunia kerja dan

menggunakan rasa penasaran untuk mengetahui minat. Seiring berjalannya

waktu, rasa penasaran dapat mengembangkan kompetensi untuk

mengendalikan lingkungan dan kemampuan untuk membuat keputusan.

(4)

Disamping itu, melalui tahap ini, anak-anak dapat mengenali pentingnya perencanaan masa depan dan memilih pekerjaan. Tahap ini terdiri dari 3 sub tahap yaitu:

1) Sub tahap fantasy (4-10 tahun)

Pada sub tahap ini ditandai dengan minat anak berfantasi untuk menjadi individu yang diinginkan, kebutuhan dan menjalani peran adalah hal yang penting.

2) Sub tahap interest (11-12 tahun)

Individu pada sub tahap ini menunjukkan tingkah laku yang berhubungan dengan karir mulai dipengaruhi oleh kesukaan anak. Hal yang disukai dan yang tidak tersebut menjadi penentu utama aspirasi dan aktifitas.

3) Sub tahap capacity (13-14 tahun)

Individu yang berada pada sub tahap ini mulai mempertimbangkan kemampuan pribadi dan persyaratan pekerjaan yang diinginkan.

b. Exploration (14-24 tahun)

Pada tahap ini individu banyak melakukan pencarian tentang karir

apa yang sesuai dengan dirinya, merencanakan masa depan dengan

menggunakan informasi dari diri sendiri dan dari pekerjan. Individu mulai

mengenali diri sendiri melalui minat, kemampuan, dan nilai. Individu akan

mengembangkan pemahaman diri, mengidentifikasi pilihan pekerjaan yang

(5)

sesuai, dan menentukan tujuan masa depan yang sementara tetapi dapat diandalkan. Individu juga akan menentukan pilihan melalui kemampuan yang dimiliki untuk membuat keputusan dengan memilih di antara alternatif pekerjaan yang sesuai. Tahap ini terdiri dari 3 sub tahap, yaitu:

1) Sub tahap tentative (14-17 tahun)

Tugas pilihan tersebut dan dapat melihat bidang serta tingkat pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Hal-hal yang dipertimbangkan pada masa ini adalah kebutuhan, minat, kapasitas perkembangan pada tahap ini adalah menentukan pilihan pekerjaan. Individu mulai menggunakan, nilai dan kesempatan.

2) Sub tahap transition (18-21th)

Sub tahap ini merupakan periode peralihan dari pilihan pekerjaan yang bersifat sementara menuju pilihan pekerjaan yang bersifat khusus.

Tugas perkembangan pada masa ini yaitu mengkhususkan pilihan pekerjaan dengan memasuki pasar pekerja, pelatihan profesional, bekerja sambilan dan mencoba mewujudkan konsep diri.

3) Sub tahap trial (22-24 tahun)

Tugas perkembangan pada masa ini adalah melaksanakan pilihan

pekerjaan dengan memasuki dunia kerja.

(6)

c. Establishment (25-44 tahun)

Pada tahap ini individu mulai memasuki dunia kerja yang sesuai dengan dirinya dan bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaan tersebut.

Masa ini merupakan masa paling produktif dan kreatif. Tahap ini terdiri dari 2 sub tahap, yaitu:

1) Sub tahap trial with commitment (25-30 tahun)

Pada tahap ini individu merasa nyaman dengan pekerjaan, sehingga ingin terus mempertahankan pekerjaan yang dimiliki. Tugas perkembangan pada masa ini adalah menstabilkan pilihan pekerjaan.

2) Sub tahap stabilization (31-44 tahun).

Pada tahap ini pola karir individu menjadi jelas dan telah menstabilkan pekerjaan. Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada masa ini adalah menetapkan pilihan pekerjaan agar memperoleh keamanan dan kenyamanan dalam bekerja serta melakukan peningkatan dalam dunia kerja dengan menunjukkan perilaku yang positif dan produktif dengan rekan kerja.

d. Maintenance (45-64 tahun)

Individu pada tahap ini telah menetapkan pilihan pada satu bidang

karir, fokus mempertahankan posisi melalui persaingan dengan rekan kerja

yang lebih muda dan menjaga posisi tersebut dengan pengetahuan yang baru.

(7)

Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada tahap ini, yaitu:

1) Holding

Pada tahap ini individu menghadapi tantangan dengan berkompetisi bersama rekan kerja, perubahan teknologi, memenuhi tuntutan keluarga, dan berkurangnya stamina.

2) Updating

Individu pada tahap ini harus bekerja keras dalam mengerjakan tugas dengan lebih baik melalui memperbarui pengetahuan dan keterampilan.

3) Innovating

Pada tahap ini individu melakukan pekerjaan dengan cara yang berbeda, melakukan pekerjaan yang berbeda, dan menghadapi tantangan baru.

e. Decline (lebih dari 65 tahun)

Individu pada tahap ini mulai mempertimbangankan masa pra- pensiun, hasil kerja, dan akhirnya pensiun. Hal ini dikarenakan berkurang kekuatan mental dan fisik sehingga menyebabkan perubahan aktivitas kerja.

Tahap ini terdiri dari 2 sub tahap, yaitu:

1) Sub tahap decelaration (65-70 tahun)

Tugas perkembangan pada sub tahap ini adalah mengurangi

tingkat pekerjaan secara efektif dan mulai merencanakan pensiun. Hal ini

(8)

ditandai dengan adanya penyerahan tugas sebagai salah satu langkah mempersiapkan diri menghadapi pensiun.

2) Sub tahap retirement (lebih dari 71 tahun)

Sub tahap ini ditandai dengan masa pensiun dimana individu akhirnya mulai menarik diri dari lingkungan kerja.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan kematagan karir terdiri dari growth, exploration, establishment, maintenance, dan decline.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir

Menurut Seligman (dalam Wijaya, 2007), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan karir individu, yaitu:

a. Educational level

Kematangan karir individu ditentukan dari tingkat pendidikannya.

Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kematangan karir yang dimiliki. Hal ini mengindikasikan kematangan karir meningkat seiring tingkat pendidikan.

b. Race ethnicity

Kelompok minoritas sering dikaitkan dengan kematangan karir yang

rendah yang berhubungan dengan orang tua. Jika orang tua mendukung

anaknya walaupun mereka berasal dari kelompok minoritas, anak tersebut

tetap akan memiliki kematangan yang baik.

(9)

c. Locus of control

Bahwa individu dengan tingkat kematangan karir yang baik cenderung memiliki orientasi locus of control internal. ketika dihadapkan pada pemilihan karir, maka akan melakukan usaha untuk mengenal diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan, serta berusaha mengatasi masalah yang dihadapi. Hal tersebut akan membuat kematangan karir individu menjadi tinggi.

d. Social economi status

Individu yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi menengah ke bawah menunjukkan nilai rendah pada kematangan karir. Hal ini ditandai dengan kurangnya akses terhadap informasi tentang pekerjaan, figur teladan dan anggapan akan rendahnya kesempatan kerja.

e. Work salience

Pentingnya pekerjaan mempengaruhi individu dalam membuat pilihan, kepuasan kerja yang merujuk pada komitmen kerja, serta kematangan karir pada siswa SMU dan mahasiswa.

f. Gender

Wanita memiliki nilai kematangan karir yang lebih rendah

dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena wanita lebih

rentan dalam memandang konflik peran sebagai hambatan dalam proses

perkembangan karir, dan kurang mampu untuk membuat keputusan karir

yang tepat dibandingkan dengan laki-laki.

(10)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk kedalam faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir antara lain : educational level, race ethnicity, locus of control, social economy status, work salience, gender.

4. Aspek-aspek kematangan karir

Aspek kematangan karir dalam alat tes Career Maturity Inventory (CMI) yang disusun oleh Crites dan di artikan ke dalam budaya Indonesia oleh Kurniati,P (2006) antara lain:

a. Skala Sikap (Attitude Scale) mengungkap perasaan-perasaan, reaksi subjektif,dan kecenderungan individu dalam memilih karir dan memasuki dunia kerja. Ada lima konstruk sikap yang diukur yaitu: keterlibatan dalam proses pemilihan karir, orientasi terhadap pekerjaan, kemandirian dalam pembuatan keputusan karir, preferensi terhadap faktor-faktor pemilihan karir, dan konsepsi terhadap proses pemilihan karir.

b. Tes Kompetensi (Competency Test) terdiri dari lima aspek, yaitu pengenalan diri (Self Apparaisal, informasi pekerjaan (Occupational information), latar belakang keberhasilan (goal setting), rencana (planing), dan kemampuan penyelesaian masalah (problem solving).

Menurut Super (dalam Zulkaida, 2007) mengidentifikasikan 6 dimensi

kematangan karir remaja yang terdiri dari:

(11)

1. Orientasi terhadap pilihan karir, yakni sejauh mana individu menyadari suatu kebutuhan untuk memilih suatu pekerjaan dan menyadari berbagai faktor yang berkaitan dengan pemilihan pekerjaan tersebut.

2. Informasi dan perencanaan, yakni informasi yang reliable yang dimiliki oleh individu untuk membuat keputusan karir dan untuk membuat perencanaan masa depan yang logis dan kronologis.

3. Konsistensi minat pekerjaan, seberapa konsisten minat pekerjaan berkaitan dengan berbagai pekerjaan dari waktu ke waktu.

4. Kristalisasi sifat yaitu atribut psikologis yang relevan dalam pembuatan keputusan

5. Kebebasan vokasional yakni kebebasan 6. Hikmat (wisdom) berkaitan dengan pekerjaan

Osipow, (1983) menyatakan bahwa kematangan karir vokasional pada seseorang dapat dirumuskan ke dalam empat aspek yaitu:

1. Pemilihan (Realistic choice) pekerjaan yang realistis, meliputi:

a) individu dapat menyesuaikan antara kemampuan dengan pekerjaan yang dipilih.

b) Dapat menyesuaikan antara keinginan dengan pekerjaan yang dipilih.

c) Dapat mengambil keputusan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan sifat kepribadian dan keadaan dirinya.

2. Kompetensi pilihan pekerjaan (career choice) meliputi:

a) Mempunyai rencana yang berhubungan dengan pemilihan pekerjaan

(12)

b) Memiliki pengetahuan tentang pekerjaan yang dipilih.

c) Individu berusaha mencari informasi tentang masalah pekerjaan dan dunia kerja.

3. ( Attitudes & job values) Sikap terhadap pemilihan pekerjaan, meliputi:

a) Individu aktif berpatisipasi dalam proses pengambilan keputusan.

b) Bersikap positif terhadap pekerjaan dan nilai-nilai kerja yang dipilihnya.

c) Ketidaktergantungan pada orang lain dalam memilih pekerjaan.

4. (Convensional Decided Job) Kemantapan pemilihan pekerjaan, meliputi:

a) Mempunyai kemantapan dalam pengambilan keputusan terhadap pekerjaan yang dipilihnya.

b) Mempunyai kemantapan dalam memilih pekerjaan walaupun ada pengaruh dari orang lain atau keluarga.

c) Individu mempunyai kemantapan dalam pengambilan keputusan pada waktu yang berbeda.

Kematangan karir yaitu kewaspadaan terhadap perlunya menentukan

pilihan karir, penggunaan sumber daya yang dimiliki, kewaspadaan terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan karir, mampu membedakan minat dan

nilai, kewaspadaan terhadap hubungan antara masa sekarang dan masa depan,

formulasi pilihan karir yang digeneralisasikan,konsistensi terhadap pilihan,

pemilihan informasi tentang pekerjaan yang dipilih, merencanakan pekerjaan

yang dipilih, kebijaksanaan dalam memilih dan spesifikasi pilihan karir.

(13)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk aspek-aspek kematangan karir adalah Pemilihan pekerjaan yang realistis, Kompetensi pilihan pekerjaan, Sikap terhadap pemilihan pekerjaan, Kemantapan pemilihan pekerjaan.

B. Locus of Control

1. Pengertian Locus of Control

Pada awalnya konsep tentang Locus of Control atau disebut juga sebagai pusat kendali pertama kali dikemukakan oleh Julian Rotter pada tahun 1966, beliau merupakan seorang ahli dibidang Social Theory Learning (Teori Pembelajaran Sosial). “Generalized belief that a person can or can not control his own destiny”, atau keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) itu sendiri disebut dengan locus of control (Ayudiati, 2010).

Disisi lain menurut Larsen&Buss (dalam Zulkaida, 2007) mendefinisikan locus of control sebagai suatu konsep yang menunjuk pada keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.

Locus of control menggambarkan seberapa jauh seseorang memandang

hubungan antara perbuatan yang dilakukannya (action) dengan akibat/hasilnya

(outcome). Seseorang dengan keyakinan bahwa nasib dan kejadian-kejadian

dalam hidupnya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan bahwa seorang

tersebut memiliki internal locus of control, sedangkan seseorang yang memiliki

keyakinan bahwa nasib dan kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh

(14)

lingkungannya, maka seseorang tersebut dikatakan memiliki external locus of control.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa locus of control merupakan konsep dasar yang menunjuk pada keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya serta dapat menggambarkan seberapa jauh seseorang memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukannya (action) dengan akibat/hasilnya (outcome).

2. Konsep Locus of Control

Menurut Rotter (dalam Utami, 2011) menyatakan 4 konsep dasar locus of control, yaitu:

a) Potensi perilaku, merupakan setiap kemungkinan yang secara relative muncul pada situasi tertentu, berkaitan dengan hasil yang diinginkan dalam kehidupan seseorang.

b) Harapan, merupakan suatu kemungkinan dari berbagai kejadian yang akan muncul dan dialami seseorang.

c) Nilai unsur penguat, merupakan pilihan terhadap berbagai kemungkinan penguatan atas hasil dari beberapa penguat hasil-hasil lainnya yang dapat muncul pada situasi serupa.

d) Suasana psikologis, merupakan bentuk rangsangan baik secara internal

maupun eksternal yang diterima seseorang pada suatu saat tertentu yang

meningkatkan atau menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang

sangat diharapkan.

(15)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar adanya locus of control yaitu adanya potensi perilaku, harapan, nilai penguat dan suasana psikologis yang mempengaruhi harapan terhadap hasil yang ditentukan.

3. Macam-macam Locus of Control

Menurut Crider (dalam Utami, 2011) Locus of control dibedakan menjadi internal locus of control dan external locus of control. membedakan karakteristik locus of control sebagai berikut :

a) Internal locus of control 1) Suka bekerja keras

2) Memiliki inisiatif yang tinggi

3) Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah 4) Selalu mencoba untuk berfikir efektif

5) Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin berhasil

b) External locus of control 1) Kurang memiliki inisiatif

2) Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan kesuksesan

3) Kurang suka berusaha, karena mereka percaya bahwa faktor luarlah yang mengontrol

4) Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah

(16)

Pada orang yang memiliki internal locus of control, faktor kemampuan dan usaha nampak dominan, oleh karenanya apabila orang dengan internal locus of control menuai kegagalan mereka cenderung mengoreksi dan menyalahkan dirinya sendiri karena kurangnya usaha-usaha yang dilakukan. Begitu pula adanya dengan keberhasilan, mereka kan merasa bangga atas hasil usaha- usahanya. Hal ini akan berdampak positif pada tindakannya di masa yang akan datang bahwa keberhasilan dapat dicapai dengan usaha keras atas segala kemampuannya.

Sedangkan pada orang dengan external locus of control cenderung memandang keberhasilan dan kegagalan dari faktor kesukaran dan nasib, oleh karenanya apabila menuai kegagalan mereka akan cenderung menyalahkan lingkungan sekitar sebagai penyebabnya. Hal tersebut tentunya berdampak negatif pada tindakannya di masa yang akan datang, karena merasa tidak mampu dan kurang berusaha sehingga mereka tidak mempunyai harapan dan keinginan untuk memperbaiki kegagalannya. Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang berupa kontinum, yaitu dari internal pada satu sisi dan eksternal pada sisi yang lain, oleh karenya tidak satupun individu yang benar- benar internal ataupun benar-benar eksternal.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kedua tipe locus of control

terdapat pada masing-masing individu, namun ada kecenderungan untuk lebih

memiliki salah satu tipe locus of control tertentu. Locus of control bersifat

(17)

control dapat pula berubah menjadi individu dengan orientasi internal locus of control dan sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan ada pengaruh situasi dan kondisi yang menyertainya yaitu lingkungan dimana Ia tinggal dan frekuensi melakukan segala aktifitasnya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Locus of Control

Locus of control sebagai salah satu kepribadian seseorang, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

a) Usia

Individu pada masa muda selalu bergantung kepada orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya. Oleh karena ketergantungan tersebut mereka harus tunduk pada pengawasan orang tua dan mematuhi norma-norma yang ada. Hal itu menjadikan individu dengan usia muda cenderung memiliki locus of control eksternal dibandingkan dengan individu yang berusia lebih tua. London dan Exner (dalam Utami, 2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa locus of control berkembang kearah internal sejalan dengan perkembangan usia.

b) Pendidikan

Pendidikan yang didapatkan oleh seseorang tidak harus berasal dari

bangku sekolah. Lingkungandan masyarakat juga termasuk tempat anak

untuk mengembangkan diri. Dalam dunia pendidikan formal kepribadian

dan sikap guru sangat mempengaruhi anak didik untuk lebih besar, namun

(18)

bertanggung jawab lebih besar sehingga menguntungkan bagi perkembangan kepribadiannya menurut Wilis (dalam Utami, 2011).

Pendidikan non formal oleh anak pada lingkungan sosialnya membentuk proses pembentukan identitas diri yaitu, perkembangan kearah individualitas yang mantap merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan individu untuk meyakini kemampuan dirinya.

c) Keluarga

Dalam perkembangannya locus of control dipengaruhi oleh beberapa

aspek antara lain lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungn sosial

yang pertama bagi individu adalah keluarga, karena disinilah terjadi

interaksi antara anak dan orang tua, dimana orang tua menanamkan nilai-

nilai serta mewariskan norma-norma kepada anaknya. Sikap orag tua sangat

berpengaruh terhadap perkembangan orientasi locus of control. Sikap orang

tua yang positif akan memberikan orientasi locus of control anak menjadi

internal (Utami, 2011). Sedangkan menurut Katkovsky (dalam Utami, 2011)

bahwa interaksi anak dengan orang tua sangat hangat, membesarkan hati,

fleksibel, menerima dan memberi kesempatan untuk berdiri sendiri ketika

anak masih kecil akan mengahsilkan anak dengan orientasi locus of control

yang lebih internal daripada interaksi anak pada orang tua yang menolak,

memusuhi dan mendominasi segala sesuatu.

(19)

Dari beberapa pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa didalam perkembangannya locus of control dipengaruhi oleh berbagai aspek, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan social. Lingkungan social yang pertama bagi seorang anak adalah keluarga. Di dalam keluarga inilah terjadi interaksi antara anak dengan orang tua. Lingkungan fisik yang mempengaruhi adalah usia dan pendidikan. Pendidikan dan usia merupakan aspek yang membantu perkembangan kepribadian seseorang.

5. Aspek-aspek Locus of Control

Lavenson (dalam Azwar, 2011) mengkategorikan locus of control ke dalam 3 aspek, yaitu:

a) Aspek Internal (I)

Merupakan keyakinan-keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh kemampuan dalam dirinya sendiri.

b) Aspek powerful others (P)

Merupakan keyakinan-keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh orang lain yang lebih berkuasa atas dirinya.

c) Aspek chance (C)

Merupakan keyakinan-keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam

hidupnya terutama ditentukan oleh nasib, peluang, dan keberuntungan.

(20)

Aspek internal merupakan internal locus of control, sedangkan aspek others dan chance merupaka external locus of control.

Adanya perbedaan locus of control pada individu menyebabkan munculnya perbedaan dalam efektifitas dan efisiensi perilaku antara orang dengan kecenderungan internal locus of control dan kecenderungan external locus of control. Dasar dari pemikirannya adalah orang dengan kecenderungan internal locus of control akan selalu berusaha untuk mencapai apa yang menjadi keinginannya berdasarkan kemampuannya sedangkan pada orang dengan kecenderungan external locus of control akan lebih sering mengambil sikap pasrah dan kurang berusaha. Persepsi dari mereka yang memiliki locus of control internal menuntun mereka untuk berusaha lebih kuat dalam mencapai tujuan, (Utami, (2011).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk dalam aspek-aspek locus of control antara lain aspek internal, aspek powerfull others, dan aspek chance.

C. Hubungan antara Locus of Control dengan Kematangan Karir

Kematangan karir adalah kemampuan individu dalam menguasai tugas

perkembangan karir sesuai dengan tahap perkembangan karir, dengan menunjukkan

perilaku-perilaku yang dibutuhkan untuk merencanakan karir, mencari informasi,

memiliki wawasan mengenai dunia kerja dan memiliki kesadaran tentang apa yang

dibutuhkan dalam membuat keputusan karir.

(21)

Locus of Control adalah konsep dasar yang menunjuk pada keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya serta dapat menggambarkan seberapa jauh seseorang memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukannya (action) dengan akibat/hasilnya (outcome).

Zulkaida (2007), siswa dengan locus of control internal cenderung menganggap bahwa ketrampilan (skill), kemampuan (ability), dan usaha (efforts) lebih menentukan pencapaian dalam hidup mereka, termasuk pencapaian karirnya.

Siswa akan mengembangkan usahanya untuk meningkatkan ketrampilan kerja dan

kemampuan akademik yang mereka miliki dalam rangka meraih karir yang mereka

inginkan, serta berusaha mengatasi hambatan yang mereka hadapi dalam rangka

pencapaian karir. Hasil penelitian Zulkaida (2007) membuktikan bahwa ada

pengaruh signifikan efikasi diri pemilihan karir dan locus of control terhadap

kematangan karir siswa SMA, sedangkan secara sendiri-sendiri efikasi diri

pemilihan karir tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kematangan karir,

namun locus of control menunjukkan ada pengaruh signifikan terhadap kematangan

karir siswa SMA

(22)

D. Kerangka Berfikir

Menurut Lachman (dalam Aji, 2008) menyatakan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kematangan karir adalah locus of control internal. menyatakan bahwa individu dengan locus of control internal, mempunyai usaha yang lebih besar untuk memperoleh informasi dari lingkungan. Siswa dengan locus of control internal, ketika dihadapkan pada pemilihan karir, dirinya akan berusaha melakukan eksplorasi berupa pencarian informasi tentang karir, serta berusaha mengenali kemampuan yang dimilikinya, sehingga dirinya mampu memperoleh informasi yang kuat, yang bisa digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Menurut Super (dalam Aji, 2008) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang kuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan.

Siswa dengan locus of control internal yang tinggi, akan berusaha untuk

mencapai prestasi belajar yang tinggi.

(23)

Kerangka Berpikir :

Gambar 1. Kerangka Berpikir

E. Hipotesis

Berdasarkan pemaparan tinjauan pustaka diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ―ada hubungan antara locus of control dengan kematangan karir pada siswa kelas XI di SMK Wiworotomo, Purwokerto, tahun Ajaran 2013/2014.

Siswa Kelas XI SMK Wiworotomo

Lokus of Control 1. Aspek internal (I) 2. Aspek Powerfull Others

(P)

3. Aspek Chance (C) Kematangan karir

1. Pemilihan pekerjaan yang realistis.

2. Kompetensi pilihan pekerjaan.

3. Sikap terhadap pemilihan pekerjaan.

4. Kemantapan pemilihan

pekerjaan.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 5 ayat (1) huruf a dilakukan oleh Penerima Bantuan Rehabilitasi RTLH yang memiliki dan menempati satu-satunya Rumah dengan kondisi tidak layak hunib. (2) Kegiatan

Honda yang sampai saat ini masih memimpin pasar. Sistem penjualan dan pembelian pada perusahaan tersebut sudah terkomputerisasi., namun pada setiap bagian operasional masih

• ditujukan untuk menjamin lingkungan kerja dan belajar yang aman dan nyaman, serta terhindar dari kemungkinan petaka yang bersifat fatal terhadap diri sendiri, orang lain,

Sebelum pelaksanaan PPL, mahasiswa pendidikan ekonomi dibekali bagaimana menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Akan tetapi pada kenyataannya pada saat praktik

Tujuan penulisan ini untuk menjelaskan kondisi situs-situs arkeologi yang terdapat di kawasan TNBNW, mengetahui faktor penyebab kerusakan, serta menentukan usaha pencegahan

Dropship adalah barang yang dikirim langsung ke alamat Anggota.. Untuk info lebih lanjut lihat

Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan seni adalah suatu usaha yang sengaja dan terencana di lakukan sehingga dapat

Pendidik dalam pembelajar untuk orang dewasa yang berpengalaman, mereka akan, membangun ke dalam desain pengalaman belajar mereka penyediaan bagi peserta didik untuk merencanakan