• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MANDIRI PERKOTAAN

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Situ Gede

Wilayah Kelurahan Situ Gede berada pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut. Curah hujan berkisar antara 3219 hingga 4671 milimeter per tahun dan suhu rata-rata berkisar antara 24,9 hingga 25,8 dejarat celsius. Adapun batas administrasi Kelurahan Situ Gede sebagai berikut:

sebelah Utara : Kali Cisadane sebelah Selatan : Kali Sindangbarang sebelah Barat : Desa Cikarawang sebelah Timur : Kelurahan Bubulak.

Jarak Kelurahan Situ Gede lebih kurang lima kilometer dari Pusat Pemerintahan Kecamatan dan lebih kurang 10 kilometer dari Pemerintah Kota. Secara administratif, Kelurahan Situ Gede terbagi dalam 10 Rukun Warga (RW) dan 33 Rukun Tetangga (RT).

Jumlah penduduk Kelurahan Situ Gede tahun 2009 adalah sebanyak 9.101 orang dengan perincian 4.616 penduduk laki-laki dan 4.485 penduduk perempuan.

Terdapat 2.276 Kepala Keluarga, dengan rata-rata satu keluarga beranggotakan tiga sampai empat orang. Penduduk laki-laki di Kelurahan Situ Gede lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Mayoritas penduduk Kelurahan Situ Gede memeluk agama Islam dan terdapat beberapa penduduk yang memeluk agama lain yaitu agama Kristen sebanyak 11 penduduk. Sarana peribadatan yang ada di Kelurahan Situ Gede tersebar disetiap RW yaitu sebanyak sembilan masjid dan empat mushola atau langgar.

Mayoritas penduduk Kelurahan Situ Gede bekerja pada sektor pertanian.

Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian sebagai buruh tani yaitu sebanyak 1.031 (51,14 persen) penduduk. Hal tersebut disebabkan peruntukkan lahan untuk sektor pertanian cukup luas yaitu mencapai 67,9 hektar. Lahan tersebut merupakan tanah sawah dengan penggunaan sawah irigasi teknis. Peruntukkan lahan lainnya adalah untuk jalan (2 hektar), ladang

(2)

(1 hektar), bangunan umum (1 hektar), empang (2 hektar), jalur hijau (1 hektar), dan lain-lain (1,2 hektar). Adapun keadaan penduduk di Kelurahan Situ Gede berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Kelurahan Situ Gede berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2009

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Persentase

1 Pegawai Negeri Sipil 90 4,46

2 TNI 13 0,64

3 Polri 8 0,40

4 Swasta/BUMN/BUMD 163 8,09

5 Wiraswasta/pedagang 135 6,70

6 Tani 357 17,71

7 Pertukangan 48 2,38

8 Buruh Tani 1.031 51,14

9 Pensiunan 51 2,53

10 Jasa/lain-lain 120 5,95

Total 2.016 100,00

Sumber: Monografi Kelurahan Situ Gede

Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Situ Gede tergolong rendah. Hal tersebut dilihat dari jumlah penduduk yang terbanyak hanya sampai pada tingkat SD dan SMP yaitu masing-masing sebesar 48,41 persen dan 32,29 persen. Sarana dan prasarana pendidikan juga tergolong sedikit, dimana terdapat tiga gedung Taman Kanak-kanak, tujuh gedung Tempat Penitipan Anak, lima gedung SD Negeri, serta satu buah gedung SMP Negeri. Terkait dengan keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat bergantung pada sarana dan prasarana pendidikan yang tidak terdapat di Kelurahan Situ Gede seperti SMA maupun Perguruan Tinggi. Adapun keadaan penduduk Kelurahan Situ Gede berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Kelurahan Situ Gede berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009

No Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk Persentase

1 Taman Kanak-kanak 112 1,78

2 Sekolah Dasar/MI 3.042 48,41

3 SMP/SLTP/MTS 2.029 32,29

4 SMA/SLTA/Aliyah 989 15,74

5 Akademi/D1 – D3 71 1,13

6 Sarjana (S1 – S2) 41 0,65

Total 6.284 100,00

Sumber: Monografi Kelurahan Situ Gede

(3)

Adanya pelaksanaan PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede merupakan salah satu bentuk dukungan Pemerintah Daerah berupa kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan. Keberhasilan program tidak lepas dari komitmen masyarakat terhadap program penanggulangan kemiskinan. Bentuk komitmen masyarakat dapat dilihat dari terbentuknya lembaga-lembaga masyarakat peduli atau relawan serta lembaga keswadayaan dalam kegiatan sosial seperti kerja bakti atau gotong royong. Kelembagaan masyarakat yang ada di Kelurahan Situ Gede terdiri dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga Pemuda, dan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). LPM di Kelurahan Situ Gede pada tahun 2009 beranggotakan 14 orang, dimana berperan dalam upaya perencanaan partisipatif, sebagai penggerak swadaya masyarakat, serta pelaksana pembangunan dan monitoring. Lembaga Pemuda di Kelurahan Situ Gede pada tahun 2009 beranggotakan 42 orang dan berperan dalam upaya pemberdayaan pemuda. Berdasarkan data monografi Kelurahan tahun 2009, PKK yang berperan dalam upaya pemberdayaan keluarga terdiri dari 24 orang tim penggerak PKK dan 58 orang kader PKK.

4.2 Pelaksanaan PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede

Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat seperti Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) di Kelurahan Situ Gede mulai dilaksanakan sejak tahun 2008. Sebagai kelanjutan dari P2KP, PNPM-MP dikenal oleh masyarakat Kelurahan Situ Gede sejak tahun 2008.

Aturan-aturan dalam pelaksanaan PNPM-MP merupakan adaptasi dari aturan P2KP yang telah ada sebelumnya.

PNPM-MP memandang bahwa keterlibatan masyarakat miskin dalam upaya penanggulangan kemiskinan tidak sebagai objek pembangunan namun mereka adalah subjek yang harus secara aktif memerangi kemiskinan yang mereka hadapi sehari-hari. Hanya masyarakat miskinlah yang mengetahui kondisi dan permasalahan serta apa yang menjadi kebutuhannya. Berdasarkan hal tersebut, PNPM-MP hadir untuk memberikan ruang kepada masyarakat miskin agar berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut hajat hidupnya.

(4)

Secara rinci, berikut dijelaskan siklus PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede:

1. Tahapan sosialisasi awal atau pemetaan sosial mengenai akan adanya program P2KP atau PNPM-MP di kelurahan Situ Gede dimulai sejak tahun 2008.

Penyebaran informasi kepada masyarakat dilakukan melalui perantara pemerintah kelurahan Situ Gede. Pada tahap ini, Kelurahan Situ Gede juga telah mengumumkan penerimaan relawan sebagai pelopor penggerak masyarakat. Seperti yang diungkapkan Pak SL selaku koordinator BKM sebagai berikut:

“….sosialisasi awal dilakukan kepada masyarakat melalui pihak kelurahan. Kemudian diadakan Rembuk Kesiapan Masyarakat untuk mengetahui apakah masyarakat menerima atau menolak adanya P2KP atau PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede.”

2. Rembug kesiapan masyarakat (RKM) di Kelurahan Situ Gede difasilitasi oleh Fasilitator Kelurahan (Faskel). Pada tahap ini, dijelaskan mengenai tata aturan program dan diketahui bahwa masyarakat Kelurahan Situ Gede menerima program PNPM-MP dengan segala konsekuensinya. Disamping itu, Kelurahan Situ Gede telah mendapatkan relawan sesuai kriteria serta mampu memfasilitasi dan mengawal PNPM-MP yang sebagian besar terdiri dari tokoh masyarakat dan kader masyarakat seperti kader Posyandu.

3. Refleksi Kemiskinan (RK) dilakukan oleh relawan untuk menemukan akar penyebab kemiskinan serta membangun niat bersama untuk menanggulangi kemiskinan secara terorganisasi. Melalui RK, masyarakat yang diwakilkan oleh tokoh masyarakat, pemuda, maupun ibu kader menyepakati kriteria kemiskinan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Pak SL :

“….setelah menyepakati kriteria kemiskinan, relawan akan turun ke lapang untuk melakukan pendataan terhadap Kepala Keluarga (KK) miskin di Kelurahan Situ Gede.”

Hasil kesepakatan tersebut merupakan pedoman untuk melakukan sensus ulang jiwa miskin. Adapun kriteria kemiskinan yang telah disepakati oleh masyarakat Kelurahan Situ Gede adalah:

a. Pendapatan kecil dan tidak tetap, contohnya pendapatan yang kurang dari Rp 400.000,00 per bulan.

b. Sulit mendapatkan kesempatan kerja seperti kerja buruh serabutan.

(5)

c. Keterampilan kurang yang berakibat pada pengangguran.

d. Rendahnya tingkat pendidikan seperti tidak sekolah, hanya lulus SD dan SMP.

e. Usaha tidak berkembang dikarenakan kekurangan modal dan sulit untuk mengakses bantuan modal usaha seperti pada pedagang kecil.

f. Rumah terbuat dari bilik, permanen tetapi belum diplester dan bila telah diplester kondisinya telah rapuh serta perlu diperbaiki.

g. Tempat atau tingkat hunian cukup padat (kepadatan bangunan).

h. Beberapa rumah milik keluarga miskin dibangun di tanah illegal, sewa atau hanya menumpang.

i. Sarana dan prasarana lingkungan yang kurang memadai seperti jalan setapak yang kotor, MCK kurang sehat, air kurang sehat, dan sampah kurang terkelola dengan baik.

j. Pola makan kurang dari tiga kali sehari dengan menu seadanya (kurang sempurna) tanpa memperhatikan kecukpan gizi dan protein

sehingga berat badan kurang.

k. Rawan terserang penyakit menular seperti TB dan polio.

4. Pemetaan Swadaya (PS) dilakukan oleh relawan untuk menganalisis masalah dan potensi yang dimiliki. Salah satu potensi yang dimaksud adalah adanya sumberdaya manusia yang dapat diberdayakan untuk mendukung pelaksanaan program. Adapun hasil Pemetaan Swadaya berupa pengelompokan kriteria masyarakat miskin di Kelurahan Situ Gede dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengelompokan Kriteria Masyarakat Miskin Hasil Kajian Pemetaan Swadaya Tahun 2009

Aspek yang disurvei Kriteria

Sejahtera Pra sejahtera Miskin

Kondisi rumah tinggal Permanen Semi permanen Tidak layak Kepemilikan rumah Milik pribadi Kontrak Menumpang Penggunaan air minum WC pribadi WC umum Sungai

Pembuangan sampah Tempat sampah Dibakar Dibuang ke sungai Pendidikan Kursus dan

Perguruan Tinggi

SLTP dan SLTA Tidak sekolah dan SD

Pendapatan rata-rata Lebih dari Rp 700.000,00

Rp 400.000,00 sampai Rp 700.000,00

Kurang dari Rp 400.000,00

Pekerjaan PNS Dagang kecil Tani dan buruh

Pola makan Tiga kali sehari Dua kali sehari Satu kali sehari

Asupan gizi Sempurna Sedang Kurang

Sumber: Dokumen PJM Pronangkis Paguyuban Warga Kelurahan Situ Gede

(6)

Data hasil PS tersebut merupakan sumber utama dalam penyusunan PJM Pronangkis dan penyusunan prioritas jiwa miskin yang akan mendapatkan bantuan dari program. Penerima manfaat langsung dari dana BLM PNPM-MP diprioritaskan bagi masyarakat yang tergolong dalam kriteria masyarakat miskin seperti yang ditampilkan pada Tabel 3. Adapun data penyebaran jiwa miskin berdasarkan lokasi di Kelurahan Situ Gede pada tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 1.

5. Pembentukkan BKM di Kelurahan Situ Gede dilakukan secara berjenjang dari tingkat RT, RW, dan kelurahan. Masing-masing RT dan RW mengirimkan perwakilannya kemudian perwakilan tersebut akan diseleksi kembali di tingkat kelurahan. Koordinator BKM di Kelurahan Situ Gede dipilih dan ditetapkan oleh perwakilan masyarakat melalui presentasi visi dan misi dalam rembug warga kelurahan. Hal tersebut didasarkan pada pernyataan Pak UT selaku wakil koordinator BKM Kelurahan Situ Gede yaitu:

“….BKM dibentuk dari tingkatan basis yaitu RT dan RW, perwakilan RT dan RW tersebut kemudian diseleksi oleh pihak kelurahan dan perwakilan masyarakat melalui presentasi visi dan misi masing-masing calon sehingga terpilihlah satu orang koordinator. Koordinator inilah yang kemudian akan menentukan siapa-siapa yang menduduki jabatan sebagai pimpinan kolektif.”

6. Penyusunan PJM/Renta Pronangkis dilakukan oleh BKM dan akan dilakukan revisi setiap tahunnya. Berdasarkan Dokumen PJM Pronangkis Paguyuban Warga Kelurahan Situ Gede (2008), model perencanaan partisipatif di Kelurahan Situ Gede dilakukan melalui serangkaian kegiatan pertemuan atau rembug warga oleh masyarakat kelurahan dimana dasar penyusunannya berdasarkan hasil pemetaan swadaya yaitu penilaian kebutuhan dan persoalan yang dihadapi masyarakat. Hasil dari pertemuan tersebut dituangkan ke dalam bentuk dokumen PJM Pronangkis yang merupakan “Rencana Induk” bagi kelurahan yang akan dijadikan acuan oleh masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan rencana tersebut dalam kegiatan tahunan (Renta). PJM Pronangskis berlaku untuk jangka waktu tiga tahun, setelah itu akan disusun kembali PJM Pronangkis yang baru. Tahun 2010 merupakan Renta PJM Pronangkis tahun ketiga.

(7)

Hal tersebut diungkapkan oleh Pak SL selaku koordinator BKM:

“….PJM itu disusun oleh BKM untuk tiga tahun kedepan, sesuai dengan masa jabatan BKM. Setiap tahun akan direvisi. Tahun 2010 ini merupakan Renta PJM Pronangkis tahun ketiga yang akan segera di selesaikan bulan September.”

7. Pengorganisasian KSM difasilitasi oleh relawan, BKM, dan Faskel serta disesuaikan dengan penyusunan pronangkis. Anggota KSM terdiri dari masyarakat kelurahan yang berminat disertai dengan niat tulus serta ikhlas mendaftarkan diri kepada BKM melalui Unit Pengelola (UP). KSM di Kelurahan Situ Gede dibentuk berdasarkan jenis kegiatan. Untuk Renta PJM Pronangkis 2010, KSM kegiatan lingkungan diberi nama KSM Rubah sedangkan untuk kegiatan sosial diberi nama KSM BAS (Bantuan Anak Sekolah).

8. Penilaian terhadap capaian Renta, kelembagaan, serta keuangan di Kelurahan Situ Gede dilakukan di awal tahun 2009. Pada siklus ini, dilakukan serangkaian kegiatan meninjau ulang kinerja kelembagaan BKM dan KSM, capaian Renta, dan kinerja keuangan yang kemudian disampaikan dalam Rembug Warga Tahunan (RWT).

Bantuan untuk masyarakat di Kelurahan Situ Gede diwujudkan dalam bentuk bantuan stimulan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dan bantuan pendampingan. Terdapat tiga komponen kegiatan yang didanai oleh PNPM-MP yaitu kegiatan lingkungan, sosial dan ekonomi (dana bergulir). Untuk Kelurahan Situ Gede, kegiatan ekonomi hanya dilaksanakan pada tahun pertama PJM Pronangkis yaitu tahun 2008, sedangkan pada tahun 2009 dan 2010 kegiatan yang didanai hanya terdiri dari dua komponen yaitu kegiatan lingkungan dan kegiatan sosial. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya sarana dan prasarana di Kelurahan Situ Gede dan dinilai kurang layak pakai terutama sarana dan prasarana yang menyangkut hajat hidup orang banyak seperti MCK, pembangunan atau perbaikan posyandu dan drainase, poliklinik termasuk tempat tinggal (rumah).

PJM Pronangkis Kelurahan Situ Gede menyebutkan setidaknya ada sekitar 211 rencana usulan kegiatan untuk merenovasi rumah tidak layak huni (RTLH).

Program renovasi RTLH merupakan salah satu program yang dibutuhkan oleh masyarakat Kelurahan Situ Gede. Tercatat lebih kurang 15 rumah yang direnovasi

(8)

di kelurahan ini sejak awal pelaksanaan PNPM-MP di tahun 2008. Melalui upaya pemberdayaan tersebut, diharapkan warga masyarakat dapat terus berpartisipasi dalam pembangunan di wilayahnya. Partisipasi aktif dari masyarakat dapat dilakukan dengan ikut tergabung ke dalam komunitas atau Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), maupun relawan serta warga masyarakat yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap wilayahnya.

Bantuan pendampingan di Kelurahan Situ Gede diwujudkan oleh Fassilitator Kelurahan (Faskel) Tim I Kota Bogor, dimana Tim I tersebut memfasilitasi delapan kelurahan di Kecamatan Bogor Barat. Adapun delapan kelurahan tersebut antara lain; Kelurahan Curug, Margajaya, Bubulak, Curug Mekar, Cilendek Timur, Cilendek Barat, Balumbang Jaya, termasuk Situ Gede.

Faskel Kelurahan Situ Gede terdiri dari lima orang yang memiliki peran serta tanggung jawab yang berbeda satu sama lain. Faskel terdiri dari seorang koordinator tim, fasilitator pemberdayaan, fasilitator infrastruktur, serta fasilitator ekonomi. Berhubungan dengan tidak adanya kegiatan ekonomi di Kelurahan Situ Gede sejak tahun 2009, fasilitator ekonomi digantikan dengan fasilitator sosial.

Fasilitator sosial akan memfasilitasi KSM dalam kegiatan sosial, seperti pemberian bantuan anak sekolah dan perlengkapan posyandu, demikian untuk fasilitator infrastruktur akan memfasilitasi KSM dalam kegiatan infrastruktur atau lingkungan seperti pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), MCK, perbaikan jalan setapak (paving block), dan jembatan.

4.3 Relawan PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede

Masyarakat Kelurahan Situ Gede pernah mendapatkan penghargaan dari PNPM-MP sebagai juara kedua terbaik dalam pelaksanaan PNPM-MP se-kota Bogor pada tahun 2009. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam mendukung setiap kegiatan PNPM-MP. Salah satu unsur masyarakat yang dianggap memiliki peran penting bagi keberhasilan program adalah relawan masyarakat.

(9)

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pak SL selaku koordinator BKM:

“….relawan adalah pihak yang menjadi ujung tombak keberhasilan program. Kelurahan Situ Gede memiliki relawan yang relatif lebih banyak yaitu mencapai lebih dari 40 orang dibanding dengan relawan yang ada di kelurahan lain yang kurang dari 10 orang. Ditambah lagi semua relawan di Kelurahan Situ Gede tergolong aktif, berbeda dengan di Kelurahan lain, hanya sebagian kecil yang aktif dalam pelaksanaan PNPM-MP.”

Relawan PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede merupakan ibu-ibu yang merupakan masyarakat lokal dan umumnya terlibat dalam kelembagaan lokal maupun dalam program-program kelurahan. Hal tersebut dijelaskan secara rinci oleh bapak AS selaku Faskel Tim I kota Bogor yaitu:

“….Relawan di Kelurahan Situ Gede merupakan penduduk asli. Tidak ada yang berasal dari luar, dan umumnya memiliki kepentingan terhadap berbagai program kelurahan, misalnya ibu-ibu kader PKK, Karang Taruna, dan perkumpulan-perkumpulan seperti perkumpulan pengajian”

Keberadaan relawan merupakan salah satu syarat bagi suatu wilayah untuk mendapatkan bantuan PNPM-MP. Selain untuk memperkenalkan adanya program penanggulangan kemiskinan berupa PNPM-MP, pada tahap sosialisasi juga bertujuan merekrut relawan sebagai pelaksana kegiatan. Peran relawan lebih terlihat dalam kegiatan pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi program karena terlibat langsung dengan masyarakat. Relawan mulai berperan dari tahap Rembug Kesiapan Masyarakat hingga tahap evaluasi program dan kelembagaan. Hal ini juga ditegaskan kembali oleh Pak SL selaku kordinator BKM sebagai berikut:

“…. peran relawan terlihat pada saat identifikasi kebutuhan masyarakat, pembentukkan KSM, sampai dengan review atau monitoring dan evaluasi (monev). Review tersebut meliputi review program dan kelembagaan.”

Pada awal kegiatan, relawan bertanggung jawab untuk mendata masyarakat yang akan menerima bantuan sesuai dengan kriteria yang telah disepekati. Adapun cakupan wilayah kerja relawan disesuaikan dengan wilayah tempat tinggalnya, misalnya relawan yang bertempat tinggal di RW 05 memiliki tanggung jawab untuk mendata masyarakat di RW 05 yang akan menerima bantuan. Aturan tersebut disepakati oleh relawan bersama BKM dan Faskel dengan pertimbangan bahwa relawan mengetahui dengan baik siapa saja warga di wilayahnya atau

(10)

tetangganya yang berhak menerima bantuan PNPM-MP. Adapun wilayah yang tidak terdapat relawan sama sekali seperti pada RW 8, tugas pendataan dilakukan secara bersama-sama oleh relawan dari RW lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ibu Yt selaku relawan yang juga dapat disebut sebagai tokoh panutan oleh sebagian besar relawan yang ada di Kelurahan Situ Gede yaitu:

“….di awal kegiatan, relawan diberikan tugas untuk mendata tetangganya yang akan menerima bantuan sesuai dengan kriteria yang telah disepakati sebelumnya. Aturan ini dilakukan dengan anggapan bahwa relawan akan lebih tau keadaan tetangganya dibanding relawan dari daerah lain.

Namun untuk wilayah yang tidak terdapat anggota relawan seperti di RW 08, pendataan dilakukan oleh relawan dari RW lain secara bersama- sama.”

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa sebagian besar responden menjadi relawan karena ada pengaruh dari significant other, seperti yang dinyatakan Ibu Rn sebagai salah satu relawan dari RW 06:

“….saya menjadi relawan karena diajak oleh Ibu YT, saya sering menemuinya untuk menanyakan hal-hal yang belum saya mengerti dan membicarakan masalah yang ada di masyarakat termasuk persoalan mengenai kinerja KSM dan BKM.”

Selain karena adanya faktor significant other dalam hal ini Ibu Yt yang selalu berperan aktif dalam pelaksanaan PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede, beberapa relawan juga mengaku menjadi relawan PNPM-MP atas tawaran dari BKM. Pada pelaksanaan PNPM-MP di lapangan, tugas relawan di Kelurahan Situ Gede disesuaikan dengan bentuk kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan Renta 2009 dan 2010, kegiatan yang didanai hanya berupa bantuan di bidang sosial dan lingkungan. Bantuan di bidang sosial berupa pemberian seragam sekolah untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu sedangkan bantuan di bidang lingkungan berupa program renovasi RTLH. Relawan bertugas untuk membeli seragam- seragam sekolah yang kemudian dibagikan kepada tetangganya yang terdata sebagai penerima bantuan. Dalam kegiatan lingkungan, relawan bersama KSM melakukan pemantauan ke setiap RW untuk mendata rumah-rumah warga yang akan mendapatkan program renovasi RTLH. Pada tahap akhir kegiatan, relawan bersama KSM melakukan monitoring dan evaluasi di lapangan terhadap kegiatan yang telah dilakukan.

Gambar

Tabel 1.  Jumlah  dan  Persentase  Penduduk  Kelurahan  Situ  Gede  berdasarkan  Mata Pencaharian Tahun 2009
Tabel 3.  Pengelompokan  Kriteria  Masyarakat  Miskin  Hasil  Kajian  Pemetaan  Swadaya Tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

Reka bentuk susun atur adalah berkaitan dengan susunan laluan yang terbentuk daripada ruang antara bangunan yang disediakan bagi pengguna bandar, khususnya pejalan

Syukur alhamdulillah Saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas hidayah dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “ Gambaran Asupan Kalsium

Dengan Metode inferensi yang digunakan adalah forward chaining, yaitu proses inferensi yang memulai pencarian dari premis atau data masukan berupa gejala menuju pada konklusi

1) Media padat/solid, diperoleh dengan cara menambahkan agar-agar. Agar berasal sari ganggang/alga yang berfungsi sebagai bahan pemadat. Alga digunakan karena bahan ini

Mengambil seluruh tindakan legislatif, administratif dan tindakan lain yang penting untuk menjamin akses yang adil, tanpa diskriminasi berdasarkan orientasi seksual atau

Gedung Serba Guna dan Tempat Pertemuan Masyarakat Bappeda Kab... Gedung Serbaguna Sekretariat Gampong

Menurut Ulum (2019), untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, Universitas Nurul Jadid terlebih dahulu melakukan perencanaan yang matang tentang materi yang