• Tidak ada hasil yang ditemukan

E-LEARNING MANAGEMEN SYSTEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "E-LEARNING MANAGEMEN SYSTEM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Materi Diklat :

Pengantar Instruksional Desain (ID) dan sub ID Tujuan :

Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta dapat:

• Memahami langkah-langkah pembuatan dan penerapan E-learning

• Memahami langkah-langkah pembuatan desin instruksional dan sub instruksional

Waktu : 2 jam Isi Materi :

1. Konsep pengembangan e-learning 1.1. Pesyaratan implementasi e-learning

Salah satu keunggulan penerapan e-learning ialah kemampuan siswa untuk belajar mandiri. Dalam system belajar mandiri menuntut adanyabahani ajar yang dirancang secara khusus.. Menurut Prawiradilaga (2004 : 194) Beberapa syarat yang harus dipenuhi berkaitan dengan bahan ajar yaitu:

1. Kejelasan rumusan tujuan belajar (umum dan khusus).

2. Materi ajar dikembangkan setahap demi setahap, dikemas mengikuti alur desain pesan, seperti keseimbangan pesan verbal dan visual.

3. Materi ajar merupakan sistem pembelajaran lengkap, yaitu ada rumusan tujuan belajar, materi ajar, contoh/bukan contoh, evaluasi penguasaan materi, petunjuk belajar dan rujukan bacaan.

4. Materi ajar dapat disampaikan kepada siswa melalui media cetak, atau komputerisasi seperti CBT, CD-ROM, atau program audio/video.

5. Materi ajar itu dikirim dengan jasa pos, atau menggunakan teknologi canggih dengan internet (situs tertentu) dan e-mail; atau dengan cara lain yang dianggap mudah dan terjangkau oleh peserta didik.

6. Penyampaian materi ajar dapat pula disertai program tutorial, yang diselenggarakan berdasarkan jadwal dan lokasi tertentu atau sesuai dengan kesepakatan bersam

(2)

1.2. Faktor-faktor pengembangan E-learning

Pakar pendidikan dan internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Hartanto dan Purbo, 2002; serta Soekawati, 1999;) antara lain:

a. Analisis Kebutuhan (Need Analysis)

Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adakah apakah memang memerlukan e-learning. Untuk menjawab pertanyaan ini perlu diadakan analisis kebutuhan. Kalau analisis ini dilaksanakan dan jawabanya adalah membutuhkan e- learning maka tahap berikutnya adalah membuat studi kelayakan, yang komponen penilaianya adalah:

1. Apakah secara teknis dapat dilaksanakan misalnya apakah jaringan internet bisa dipasang, apakah infrasruktur pendukungnya, seperti telepon, listrik, komputer tersedia, apakah ada tenaga teknis yang bisa mengoperasikanya tersedia.

2. Apakah secara ekonomis menguntungkan, misalnya apakah dengan e-learning kegiatan yang dilakukan menguntungkan atau apakah return on investment nya lebih besar dari satu.

3. Apakah secara sosial penggunaan e-kearning tersebut diterima oleh masyarakat

b. Rancangan Instruksional. Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek (Soekartawi, 1999)

1. Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran, cakupan, topik yang relevan dan satuan kredit semester.

2. Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, status pekerjaan, dan sebagainya.

3. Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam di bagian ini.

4. Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit, dan seterusnya.

5. State instructional objectives, Tujuan instuksional ini dapat disusun berdasarkan hasil dari analisis instruksional.

(3)

6. Construct criterion test items, penyusunan tes ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan

7. Select instructional strategy, strategi instruksional dapat ditetapan berdasarkan fasilitas yang ada.

c. Tahap Pengembangan. Berbagai upaya dalam pengembangan e-learning bisa dilakukan mengikuti perkembangan fasilitas ICT yang tersedia. Begitu pula halnya dengan prototype bahan ajar dan rancangan intruksional yang akan dipergunakan terus dipertimbangkan dan dievaluasi secara kontinu

d. Pelaksanaan. Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus dilakukan. Dalam tahapan ini sering kali ditemukan berbagai hambatan, misalnya bagaimana menggunakan management course tool secara baik, apakah bahan ajarnya benar-benar memenuhi standar bahan ajar mandiri e. Evaluasi. Proses dari kelima tahapan diatas diperlukan waktu yang relatif lama,

karena prototype perlu dievaluasi secara terus menerus. Dan dapat dilakukan ecara berulang-ulang. Beberapa permasalahan yang harus diperhatikan

1. Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet, listrik, telepon, dan infrastruktur yang lain.

2. Masalah ketersediaan software (peranti lunak). Bagaimana mengusahakan peranti lunak yang tidak mahal.

3. Masalah dampaknya terhadap krikulum yang ada.

4. Masalah skill dan knowledge.

5. Attitude terhadap ICT. Perlu diciptakan bagaimana semuanya attitude yang positif terhadap ICT, bagaimana semuanya bisa mengerti potensi ICT dan dampaknya de anak didik dan masyarakat.

2. Konsep Pengembangan Konten E-learning

Untuk pengembangan kontent e-learning setidaknya ada lima komponen yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Desain instruksional atau Course scenario.

2. Pembuatan content e-learning (course content).

3. Interaksi dan komunikasi.

(4)

4. Platform tekhnologi.

5. Proyek managemen.

Gambar 1. Komponen pengembangan content e-learning.

Sedangkan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk membuat kontent e-learning adalah sebagai berikut:

1. Definisi isi kursus (definisi Produk e-learning) 2. Pembuatan desain instruksional

3. Menambahkan resource dalam format dokumen.

4. Membangun resourse atau content e-learning menggunakan tools 5. Mengunggah kontent dalam platform e-learning.

(5)

Gambar 2. Langkah-langkah pengembangan konten E-learning

2.1. Definis Produk e-learning

Langkah pertama pengembangan pembelajaran berbasis e-learning ialah definisi produk. Dalam mendefiniskan produk e-learning ini setidaknya ada sembilan item yang harus didefinisikan seperti terlihat dalam gambar.

Gambar 3. Definisi produk E-learning (course Scenario)

(6)

2.2. Desain Instruksional.

Definisi produk e-learning merupakan gambaran secara umum terhadap rencana pelaksanaan e-learning. Desain instruksional merupakan definisi detail e-learning yang meliputi 16 item antara lain:

1. Course Tittle: merupakan judul kursus yang akan dikemas dalam e-learning.

2. Learning Objectives: adalah definisi tujuan umum dari kursus

3. Description : merupakan gambaran secara umum dari kursus yang akan dikemas dalam e-learning

4. Course content : merupakan uraian topik (Pokok bahasan) maupun sub topik atau pokok bahasan materi e-learning

5. Target Group: adalah definisi tentang peserta atau student yang akan mengikuti kursus e-learning, termasuk jumlah peserta.

6. Special Requirements : adalah persayarat teknis seperti kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta, umur, ataupun gelar akademik

7. Financial : ialah biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kursus e-learning.

8. Duration : waktu yang dibutuhkan dalam hari, bulan jam atau berapa kali pertemuan.

9. Aplication Schedule : batas awal (tanggal, bulan dan tahun) dan akhir pelaksanaan e-learning.

10. Learning methodology: yaitu model kursus yang digunakan online, offline, face to face maupun gabungan, syncronus atau asynchronous.

11. Mode of learning atau delivery of content: model pengaksesan materi kursus online, offfline atau pun gabungan.

12. Activity/-ies : model aktifitas atau komunikasi yang digunakan dalam e-learning (synchronous, asynchronous)

13. Pacing : adalah urutan langkah-langkah pelaksanaan e-leraning

14. Contact person / tutor: adalah guru atau teacher yang akan mengelola kursus dalam e-learning.

15. Certification: Sertifikat yang didapatkan setelah mengikuti kursus e-learning

(7)

2.3. Desian sub instruksional

Desain sub instruksional adalam perencanaan pembelajaran systimatik yang merupakan penjabaran dari desain instruksional. Beberapa Item yang didetailkan antara laian ; 1. sub Content: merupakan judul sub pokok bahasan:

2. Objective of Sub content: adalah tujuan pembelajaran khusus dari sub pokok bahasan

3. Activity dan Duration sub content : type activity dan Duration untuk sub pokok bahasan

4. Course Format : adalah format kursus atau penyajian atau penyediaan akses elearning apakah setiap minggu (week), topic, atau durasi waktu

Gambar 4. Contoh desain sub instruksional

(8)

Gambar 5. Contoh desain sub instruksional

Gambar

Gambar 1. Komponen pengembangan content e-learning.
Gambar 2. Langkah-langkah pengembangan konten E-learning
Gambar 4. Contoh desain sub instruksional
Gambar 5. Contoh desain sub instruksional

Referensi

Dokumen terkait

Sementelahan lagi, jualan tiket bagi setiap acara dalam kejohanan juga mampu membawa kepulangan yang lumayan kepada negara dan boleh digunakan sebagai dana untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi operasi pembuatan sol-gel yaitu konsentrasi silika dalam sol terhadap diameter pori lapisan sol gel silika

Dengan bantuan kisah-kisah keluarga tersebut dua atau lebih kelompok kekerabatan dapat menemukan kembali kerabat mereka, den- gan siapa mereka berbagi leluhur yang sama

Berikut ini merupakan Use Case Digaram dari sistem verifikasi berkas dan pemberian nomor NRBU untuk bagian badan pelaksana lembaga penyedia jasa konstruksi yang

Sasaran program ini adalah pengasuh panti asuhan serta anak–anak yatim, piatu, yatim piatu, dan anak terlantar di panti asuhan PSAA Raksa Putra Kota Bogor yang beralamat

Dalam keadaan terpaksa, misalnya pasien tidak mungkin untuk diangkut ke kota/rumah sakit besar, sedangkan tindakan darurat harus segera diambil maka seorang dokter atau bidan

Tidak hanya gebyok, saya mendapatkan banyak mendengar cerita dari "arga mengenai cerita kali 1engek, maupun cerita tokoh!tokoh yang kini makamnya berada di

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh tinggi muka air dan kerapatan populasi terhadap pertumbuhan bibit pada saat persemaian terapung serta pengaruh