• Tidak ada hasil yang ditemukan

langkah-langkah untuk mencegah atau memperbaiki apabila terjadi dalam prakteknya pengendalian sering disamakan dengan fungsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "langkah-langkah untuk mencegah atau memperbaiki apabila terjadi dalam prakteknya pengendalian sering disamakan dengan fungsi"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen

Sepintas lalu kalimat pengendalian manajemen terdiri dari dua kata, yaitu : pengendalian dan manajemen. Pengendalian bermaksud untuk mengawasi, menuntun, dan mengarahkan sesuatu. Sedangkan kata manajemen erat hubungannya dengan organisasi yaitu orang atau sekumpulan orang yang menjalankan organisasi.

Jadi pengendalian manajemen adalah pengendalian yang dilakukan oleh manajemen untuk mengendalikan organisasi sesuai dengan kehendak manajemen.

1. Pengertian Pengendalian dan Tujuan Pengendalian

Pengendalian merupakan usaha melakukan tindakan-tindakan atau langkah-langkah untuk mencegah atau memperbaiki apabila terjadi penyimpangan di dalam rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam prakteknya pengendalian sering disamakan dengan fungsi manajemen tertentu seperti tujuan, rencana, bagan organisasi, kebijakan, delegasi wewenang, prosedur, dan sebagainya. Bagaimanapun juga unsur- unsur tersebut bukan merupakan fungsi utama manajemen walaupun unsur-unsur tersebut memainkan peranan yang penting dalam suatu sistem pengendalian.

(2)

Berikut ini dikemukakan pendapat para ahli akuntansi dan manajemen dalam memberikan definisi dari pengendalian, yaitu sebagai berikut:

Anthony Dearden Bedford dalam bukunya Manajemen Control System terjemahan Agus Maulana (2002 : 4) mendefinisikan :

"Pengendalian merupakan usaha sistematis dalam suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dengan membandingkan prestasi kerja dengan rencana kerja dimana kegiatan harus terus menerus diawasi, jika manajemen ingin tetap berada dalam batas-batas ketentuan yang telah ditetapkan lalu dibandingkan dengan rencana dan apabila terdapat perbedaan besar dapat diambil tindakan atau langkah perbaikan".

Sedangkan menurut Milton F. Usry dan Lawrence H. Hammer (2002 : 5), mendefinisikan pengendalian sebagai berikut:

"Pengendalian merupakan suatu usaha sistematika perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengukur prestasi kerja dengan rencana dan membuat perbandingan juga tindakan perbaikan yang tepat untuk mehgoreksi perbedaan yang penting".

Semua definisi tersebut di atas kebanyakan didasarkan pada proses dalam prosedur pengendalian yaitu :

a. Pengukuran hasil kerja b. Umpan balik

c. Usaha/tindakan perbaikan

Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian merupakan tindakan yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka pencapaian suatu tujuan. Melalui pengendalian manajemen dapat menyelaraskan antara tindakan dengan tujuan yang akan

(3)

dicapai. Karena dengan adanya pengendalian akan dapat diketahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin dapat terjadi sehingga memerlukan pihak manajemen mengadakan tindakan atau langkah perbaikan yang sekiranya diperlukan.

Pengendalian didasari oleh gagasan untuk mengarahkan variabei atau seperangkat variabei menuju sasaran yang diinginkan. Variabel- variabel tersebut akan selalau berubah dan menuju proses pengendalian akan mengarahkan variabel-variabel tersebut menyimpang, maka akan diperbaiki.

Proses perbaikan membetulkan suatu penilaian yang akan mendeteksi suatu penyimpangan, yang merupakan perbandingan keadaan variabei dengan keadaan yang diinginkan.

Pada dasarnya pengendalian organisasi akan ada pada setiap organisasi besar maupun kecil. Terlepas dari masalah pengendalian tersebut formal ataupun informal, dan memadai atau tidaknya.

Menurut Anthony, Dearden, Bedford (2002 : 6), bahwa setiap pengendalian harus memiliki menyatakan bahwa pada dasarnya suatu sistem pengendalian terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan. Hal tersebut tertulis sebagai berikut:

a. Suatu alat untuk mendeteksi dan mengukur kegiatan yang sedang berlangsung (detektor).

(4)

b. Suatu alat untuk menilai hasil yang akan didapat oleh suatu kegiatan atau organisasi, yang biasanya berhubungan dengan standard an dapat mengidentifikasikan kegiatan yang tidak terkendali (selector).

c. Suatu alat untuk mengubah hasil yang akan dicapai, apabila hal itu diperlukan dalam mencapai suatu tujuan (effector).

d. Suatu alat untuk memudahkan informasi antara alat yang satu dengan alat yang lain (communication network).

Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa sistem pengendalian manajemen setidak-tidaknya dapat memiliki empat kotnponen, yaitu : detector, selector, effector, dan communication network.

Komponen-komponen tersebut secara bersama-sama membentuk suatu sistem dan hubungan antara komponen. Pengendalian dalam suatu organisasi dapat diibaratkan sebagai otak manajemen.

Kaitan dan penerapan dari keempat komponen tersebut adalah sebagai berikut detector akan menggambarkan dan mengukur hasil-hasil kegiatan atau keadaan yang harus dikendalikan, kemudian hasil pengukuran dan gambaran tersebut akan dinilai dan dibandingkan dengan standar atau kondisi yang diinginkan (selector), dari hasil penilaian dan perbandingan tersebut akan mungkin terdapat penyimpangan- penyimpangan, atau kekeliruan yang harus diperbaiki atau diarahkan, maka dilakukan perubahan atau pengarahan dari tindakan atau kondisi penyimpangan tersebut (effector). Jaringan yang memberikan informasi dan kelancaran komunikasi yang menghubungkan antara kompoen-

(5)

komponen sistem pengendalian ini disebut jaringan komunikasi (communicatioan network). Untuk melengkapi komponen-komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sebuah sistem dan hubungan antara komponen pengendalian dalam suatu organisasi dapat diibaratkan sebagai otak manajemen.

Di dalam organisasi, pelaksana-pelaksana aktivitas organisasi diarahkan dan dikendalikan oleh manajemen, sehingga manajemen adalah pihak yang melaksanakan pengendalian. Fungsi pengendalian ini sangat tergantung pada rentang kendali manajemen. Untuk mendapatkan kepastian yang tetap mengenai pengendalian ini maka manajemen memerlukan suatu sistem pengendalian manajemen.

Menurut Abdul Halim, Achmad T. Jahjono dan Muh. Fakhri Husein, dalam bukunya sistem pengendalian manajemen (2000 : 8) mengemukaan definisi pengendalian manajemen adalah proses dimana manajer mempengaruhi anggotanya untuk melaksanakan stategi organisasi.

Jadi pengendalian manajemen adalah suatu proses yang diharapkan dapat membenkan keyakinan bagi manajer bahwa organisasi telah dan akan melaksanakan strateginya. Strategi ini menyangkut hasil dari perencanaan strategi, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa perencanaan strategi ini menyangkut hasil perencanaan bersamaan dengan strategi ini menyatakan bagaimana mengkombinasikan dan memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.

(6)

Disini terlihat bahwa pengendalian manajemen dibentuk untuk keperluan manajemen dan dapat dianggap sebagai salah satu cara manajemen menuju tercapainya tujuan.

Seperti yang telah dikemukakan bahwa pengendalian manajemen dalam organisasi pada dasarnya dilakukan secara informal, tetapi hal ini tidak dapat memberikan kepastian mengenai pengendalian yang tidak memberikan keterangan atau uraian yang sistematis, oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem pengendalian informal.

2. Pengertian Pengendalian Manajemen

Anthony Dearden Bedford (2002 : 2) mengemukakan definisi pengendalian manajemen sebagai berikut:

"Bahwa terdapat tiga proses perencanaan dan pengendalian dalam sebuah organisasi, yaitu perencanaan strategis (strategic planning), pengendalian manajemen (management control), dan pengendalian operasional (operasional control).

Selanjutnya Robert N. Anthony dan Roger H. Hermanson (1999 : 47), mengemukakan:

"Suatu proses dimana manajer ingin memastikan bahwa sumber- sumber telah diproses dan digunakan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi, dimana proses pengendalian manajemen cenderung teratur mengikuti suatu pola dan jadwal tertentu dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun ".

Dari uraian defmisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian manajemen mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

(7)

a. Proses

Merupakan suatu sistem, yang ditata didalamnya terdapat rancangan organisasi, tanggung jawab, konsepsi informal agar memudahkan pelaksanaan proses pengendalian dalam rangka merealisasi sasaran dan tujuan organisasi.

b. Manajer-manajer

Para manajer merupakan peranan yang sangat sentral dalam proses pengendalian manajemen, pertimbangan-pertimbangan yang diberikan oleh mereka turut dimasukkan ke dalam rencana-rencana yang telah ditetapkan.

c. Sasaran dan target

Merupakan kumpulan proses perencanaan strategis dan mempunyai jangka waktu yang tidak terbatas.

d. Efektivitas dan efisiensi

Ukuran seberapa baik unit-unit organisasi melaksanakan tugasnya untuk menghasilkan apa yang telah ditargetkan sesuai dengan sumber- sumber organisasi yang ada.

e. Kepastian

Manajemen melaksanakan tugasnya dibantu oleh para bawahannya sehingga diharapkan dapat tercipta efisiensi dan efektivitas.

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian yang dilakukan oleh manajemen adalah untuk mengendalikan organisasi yang sesuai dengan kehendak manajemen.

(8)

3. Karakteristik Sistem Pengendalian Manajemen

Pengertian sistem pengendalian manajemen menurut pendapat Robert N. Anthony dan Roger H. Hermanson (1999 : 48) sebagai berikut:

Merupakan suatu sistem yang terkoordinir dan terpadu atau suatu sistem tunggal yang dapat menggambarkan satu set sub-sistem yang soling berhubungan di dalam organisasi.

Hubungan antara pengendalian manajemen dengan sistem pengendalian manajemen, menurut pendapat Anthony Dearden Bedford (2002 : 24) adalah sebagai berikut: Merupakan sarana pengumpulan data guna membantu dan mengkoordinasi proses pengambilan keputusan di seluruh organisasi yang bersangkutan.

Sistem pengendalian manajemen terdiri dari struktur dan proses yang terorganisir yang digunakan oleh manajemen dalam pengendalian manajemen, proses dari sistem pengendalian manajemen banyak berkaitan dengan hubungan yang sifatnya informal contohnya komunikasi informal yang terjadi melalui memo, pertemuan, percakapan bisnis, dan Iain-Iain, antara manajer dengan bawahannya dan berinteraksi diantara mereka.

Walaupun kegiatan-kegiatan informal ini penting di dalam pengendalian manajemen, akan tetapi tidak dapat dijadikan sebagai suatu sistem.

Hampir setiap perusahaan terdapat pengendalian yang sifatnya formal, meliputi tahap-tahap kegiatan atau pekerjaan yang saling berkaitan seperti dalam pemograman, penganggaran, operasional dan pengukuran, serta pelaporan.

(9)

Penerapan sistem pengendalian manajemen berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya sesuai dengan keadaan masing- masing, tetapi setiap pengendalian manajemen menpunyai beberapa karakteristik, menurut Anthony D. Bedford dalam bukunya sistem pengendalian manajemen (1999 : 15-16) sebagai berikut;

a. Sistem pengendalian manajemen, memfokuskan pada program- program dan pusat-pusat pertanggungjawaban.

b. Informasi yang diproses dalam suatu sistem pengendalian manajemen terdiri dari dua jenis yaitu :

1) Data terencana dalam bentuk program-program, anggaran- anggaran, standar-standar.

2) Data aktual mengenai apa yang telah atau benar-benar sedang terjadi pada perusahaan.

c. Sistem ini bersifat menyeluruh artinya mencakup semua aspek operasi perusahaan. Hal ini penting guna keseimbangan dan keselarasan antara unit-unit dan aktivitas perusahaan secara keseluruhan.

d. Sistem pengendalian manajemen umumnya disusun dalam suatu struktur keuangan, dimana sumber-sumber perusahaan dan aktivitas dinyatakan dalam satuan moneter atau uang.

e. Aspek-aspek perencanaan dari sistem pengendalian manajemen cenderung mengikuti pola dan jadwai yang telah ditetapkan.

f. Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem yang terkoordinir dan terintegrasi dimana data yang dikumpulkan untuk berbagai tujuan

(10)

direkonsiiiasi untuk dibandingkan menurut waktu dan unit organisasi, sehingga memungkinkan untuk membandingkan antara prestasi sebenarnya dengan yang direncanakan.

4. Proses-proses Pengendalian Manajemen

Proses pengendalian manajemen adalah cara bekerjanya tiap pusat pertanggungjawaban dengan menggunakan informasi yang mengalir didalamnya. Dalam pelaksanaannya, proses pengendalian manajemen banyak dilakukan komunikasi informal dengan menggunakan alat memo, rapat, diskusi-diskusi. Tetapi hampir semua perusahaan mempunyai sistem pengendalian manajemen "formal" meliputi tahapan-tahapan tertentu yang diperlukan agar setiap bagian dalam kegiatannya dapat berfungsi secara efektif dan efisien. Menurut Anthony dkk (2002 : 436) proses pengendalian manajemen terdiri dari:

a. Programming

Proses penentuan program-program yang akan dijalankan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

b. Budgeting

Proses penyusunan anggaran yang merupakan rencana tertulis dimana dinyatakan dalam angka dan satuan mata uang mengenai kegiatan yang akan dilakukan perusahaan dan disusun untuk periode tertentu.

c. Operating dan Accounting

Selama periode operasi, dilakukan pencatatan-pencatatan atas data yang terjadi, yaitu sumber-sumber daya yang dipakai (biaya) dan pendapatan yang diperoleh. Data dikelompokkan menurut program dan pusat pertanggungjawaban, dimana penggolongan yang sesuai dengan program dipakai sebagai dasar pemrograman di masa mendatang, sedangkan penggolongan yang sesuai dengan pusat pertanggungjawaban digunakan untuk mengukur prestasi.

(11)

d. Reporting dab Analysis

Tahap ini merupakan tahap yang terpenting karena tahap ini menutup putaran dari proses pengendalian manajemen ini maka data untuk proses pertanggungjawaban akuntansi tidak dapat dikumpulkan.

5. Faktor Penting Keberhasilan Manajemen

Pengendalian yang baik akan memberikan kepastian tercapainya tujuan perusahaan. Sistem pengendalian manajemen merupakan bagian dari proses pengendalian manajemen, sehingga peranannya sebagai alat bantu manajemen untuk mengendaiikan dan mengarahkan perusahaan dalam mencapai tujuan harus diwujudkan.

Untuk melihat apakah suatu sistem pengendalian manajemen baik atau tidak maka harus kita lihat faktor-faktor yang mendukung pengendalian manajemen dan menganalisa tingkat pengaruhnya.

Faktor utama adalah struktur organisasi dan uraian tugasnya.

Struktur organisasi akan menunjukkan sifat dari organisasi tersebut, dan tingkat kepekaan organisasi dari Hngkungannya. Jika struktur organisasi sesuai dengan karakteristik usaha organisasi dan uraian tugas memberikan pemisahan tugas dan fungsi yang memadai akan menunjang keberhasilan pengendalian.

Faktor kedua adalah perilaku manajemen, yaitu bagaimana dukungan manajemen terhadap pengendalian di lihat dari segi perilakunya, masalah-masalah dalam faktor ini adalah ; apakah tujuan-tujuan organisasi telah dapat diterima dengan luas dan jelas keseluruh organisasi, sehingga dapat mengurangi kesalahpahaman terhadap tujuan. Apakah tindakan-

(12)

tindakan dan kebijakan manajemen mendorong motivasi anggota organisasi dalam pencapaian tujuan. Untuk memenuhi pertanyaan- pertanyaan di atas terdapat beberapa pertimbangan yaitu adanya intensif, adanya keselarasan antara tujuan anggota dan organisasi, dan adanya kerjasama dan konflik yang tercipta melalui iklim organisasi.

Faktor ketiga adalah dukungan dari staff organisasi yang berfungsi merancang dan mengoperasikan sistem-sistem informasi dan pengendalian, yaitu kontroler yang dikenal juga sebagai manajer perencanaan dan pengendalian.

Faktor keempat adalah penggunaan variabel kunci (key variable).

Variabel kunci digunakan untuk mengukur prestasi kegiatan-kegiatan kunci perusahaan yang secara tidak langsung menunjukkan tingkat keuntungan. Hal yang berkaitan dengan penggunaan variabel kunci dengan prinsip pengecualian (exception principle), dimana hal-hal yang menyimpang saja yang diperhatikan.

Faktor-faktor di atas akan mempengaruhi sistem pengendalian yang berkaitan erat dengan pengendalian tingkah laku anggota organisasi.

Hal lain yang juga penting adalah peranan kebijakan manajemen terhadap pengendalian, serta bentuk dari sistem formal itu sendiri, yaitu formulir dan dokumen.

(13)

B. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas disebut juga rasio rentabilitas. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melaiui kegiatan perusahaan, seperti penjualan kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan Iain-lain (R. Agus Sartono 1999 : 130-131).

Sedangkan menurut S. Munawir (1999 : 33) profitabilitas adalah

"kemampuanperusahaan untuk menghasilkan laba selamaperiode tertentu".

Dari pengertian diatas, dapat dikemukakan profitabititas adalah salah satu ukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba pada suatu periode tertentu dan efisiensi penggunaan aktiva perusahaan guna menghasilkan laba tertentu.

1. Net Profit Margin (NPM)

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yangtinggi.

Rasio ini dapat dihitung dengan cara :

Laba bersih Penjualan bersih

Dalam sistem tersebut, rasio-rasio dapat didefinisikan cukup rinci untuk memberikan informasi yang diinginkan analis. Hal yang penting

(14)

adalah bahwa rasio-rasio itu dapat membantu menjelaskan pengaruh yang berbeda pada tingkat hasil pengembalian atas modal yang diinvestasikan.

2. Asset Turn Over

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Artinya aktiva dapat lebih cepat berputar dan memperoleh laba.

Penjualan bersih Total aktiva

Rasio ini disebut jusa rasio perputaran total aktiva. Gunanya mengukur aktivitas dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui penggunaan aktiva. Selain itu juga untuk mengukur efisiensi aktiva yang dimanfaatkan dalam memperoleh penghasilan.

3. Return On Investment (ROI)

Seorang manajer perusahaan memiliki dua tanggung jawab besar yaitu tanggung jawab untuk memperoleh dana dalam pembiayaan aktiva dan tanggung jawab untuk menggunakan aktiva dalam memperoleh penghasilan. Dengan menggunakan rasio return on investment pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, dapat

(15)

diukur dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan ataupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik modal.

Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Laba bersih

Rata-rata modal

Return on investment membandingkan laba bersih dengan rata-rata modal sehingga diketahui berapa pengembalian investasi yang telah dilakukan perusahaan.

4. Return In Total Asset (ROA)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktiva untuk memperoleh laba. Selain itu rasio ini juga digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimiliki.

ROA dapat dihitung dengan rumus :

Laba bersih Total aktiva rata-rata

Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.

5. Operating Profit Margin Ratio

(16)

Adalah rasio yang menunjukkan laba operasi sebelum dikurangi bunga dan pajak untuk menghasilkan setiap penjualan. Dengan rumus sebagai berikut:

Laba usaha

Operatingprofit margin ratio : x 100%

Penjualan

C. KonsepBiaya

1. Pengertian Biaya

Setiap perusahaan pasti mempunyai yujuan tertentu yang ingin dicapai, dan dalam meraihnya dilakukan pengorbanan-pengorbanan tertentu, di dalam akuntansi pengorbanan inilah yang disebut dengan biaya, atau dengan kata Iain biaya adalah seluruh pengorbanan yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Di dalam PSAK No. 24 Beban {Expense) didefinisikan sebagai berikut Penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal.

Adolph matz dalam akuntansi biaya mendefinisikan biaya sebagai berikut : "Biaya adalah suatu nilai tukar prasyarat atau penyertaan yang dilakukan guna memperoleh manfaat".

Manajemen dalam pengelolaan perusahaan memerlukan data biaya yang akurat, sehingga dapat memberikan keputusan yang tepat. Biaya menurut Drs. Abdul Halim Dasar Akuntansi (1999 : 5) dapat digolongkan

(17)

secara tepat dengan menggunakan konsep "different costs for different purpose" yang maksudnya bahwa biaya digolongkan atas dasar tujuan penggunaan dari data biaya tersebut. Berikut ini adalah macam-macam penggolongan biaya:

a. Berdasarkan hubungannya dengan produk, biaya digolongkan atas : 1) Biaya produksi (production cost), yakni biaya yang berhubungan

langsung dengan produksi dari suatu produk (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead).

2) Biaya periodik {periodic cost), yakni biaya yang berhubungan dengan waktu dibandingkan dari unit yang diproduksi (biaya administrasi dan umum serta biaya pemasaran).

b. Berdasarkan periode akuntansi, biaya digolongkan atas :

1) Pengeluaran modal (capital expenditure), yakni biaya-biaya yang dikeluarkan yang manfaatnya dapat dinikamati lebih dari satu periode akuntansi (biaya perbaikan gedung).

2) Pengeluaran penghasilan (revenue expenditure), yakni biaya-biaya yang dikeluarkan hanya bermanfaat dalam satu periode akuntansi.

c. Berdasarkan hubungannya dengan volume produksi atau kegiatan perusahaan, biaya digolongkan atas :

1) Biaya variabel (variable cost), yakni biaya yang selalu berubah secara proposional sebanding dengan volume kegiatan perusahaan (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung).

(18)

2) Biaya semi variabel (semi variable cost), yakni biaya yang selalu berubah tetapi perubahannya tidak proposional dengan perubahan volume kegiatan perusahaan (biaya reparasi dan pemeliharaan).

3) Biaya tetap (fixed cost), yakni biya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatan perusahaan (biaya penyusutan dengan metode garis lurus).

d. Berdasarkan tujuannya untuk pengawasan, biaya digolongkan atas : 1) Biaya standar {standard cost), yakni biaya yang ditentukan

terkebih dahulu dan apabila terjadi penyimpangan terhadapnya maka biaya ini yang dianggap benar.

2) Biaya taksiran (estimated cost), yakni biaya yang ditaksir terlebih dahulu dan apabila terjadi penyimpangan terhadapnya maka yang dingaap benar adalah biaya sesungguhnya.

3) Biaya sesungguhnya izctual cost), yaitu biaya yang sesungguhnya terjadi.

e. Berdasarkan hubungannya denan fiingsi-fungsi yang ada di perusahaan, biaya digolongkan atas :

1) Biaya produksi {production cost), yakni total biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik dan dalam rangka menghasilkan produk, misalnya biaya gaji karyawan.

2) Biaya pemasaran {marketing cost), yakni biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk yang dihasilkau, misalnya biaya iklan.

(19)

3) Biaya administrasi dan umum {general and administration cost), yakni biaya yang dikeluarkan dalam mengarahkan, mengendalikan, dan mengoperasikan perusahaan, misalnya biaya telepon.

4) Biaya keuangan {financial cost), yakni biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan dana operasi perusahaan, misalnya biaya bunga.

Biaya-biaya yang dikumpulkan sesuai dengan golongan atau klasifikasi yang diinginkan kemudian disajikan dan dianalisa akan sangat bermanfaat bagi manajemen (Drs. Abdul Halim, dalam bukunya Dasar Akuntansi Biaya (1999 ; 5). Data biaya tersebut akan dimanfaatkan oleh manajemen untuk berbagai tujuan yaitu :

a. Untuk tujuan pengawasan

Semua biaya yang terjadi harus dicatat dan data biaya ini dapat digunakan untuk mengawasi kegiatan perusahaan, dengan membandingkannya dengan anggaran yang ditetapkan.

b. Untuk penetapan harga jual

Harga juai yang ditentukan akan diusahakan dapat menutupi seluruh biaya yang terjadi.

c. Untuk penghitungan rugi laba periodik

Penghitungan rugi laba periodik dilakukan dengan jelas mempertemukan antara penghasilan dan biaya yang telah terjadi dalam suatu dasar penghitungan yang sama dan konsisten.

d. Untuk pengendalian biaya

(20)

Pengendalian ini dilakukan melalui akuntansi pertanggungjawaban pada setiap bagian untuk menilai sejauh mana penyimpangan yang terjadi.

e. Untuk pengambilan keputusan

Data biaya yang terlalu besar dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan dan hal ini dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang akan datang.

2. Pusat-pusat Pertanggungjawaban Biaya

Pengendalian manajemen dalam suatu perusahaan dilakukan melalui pertanggungjawaban yang terbagi dalam pusat-pusat pertanggungjawaban yakni suatu unit dari organisasi yang dipimpin oleh manajer yang bertanggung jawab atas unitnya yang dipimpinnya tersebut.

Setiap pusat pertanggungjawaban pada dasarnya dibentuk untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu. Dimana tujuan tersebut harus mendukung tujuan perusahaan secara keseluruhan. Dalam menjalankan aktivitasnya para manajer membutuhkan batasan-batasan yang menyangkut pemisahan data dan menurut pusat pertanggungjawaban yaitu dengan mengidentifikasikan unsur-unsur penghasilan atau biaya yang dianggap dapat dikendalikan (contollabh) oleh pusat pertanggungjawaban tersebut (Agus maulana 2002 ; 47).

Pusat-pusat pertanggungjawaban diklasifikasikan melalui tingkatan dimana input dan output dinilai dengan satuan uang dan dimana seorang

(21)

manajer bertanggung jawab. Menurut Agus Maulana (2002 ; 50) secara umum terdapat empat jenis pusat pertanggungjawaban, yaitu :

a. Pusat Biaya (Cost Center),

Manajer pusat pertanggungjawaban ini terutama bertanggung jawab atas pengendalian biaya. Pengukuran pusat prestasi biaya ini dilakukan dengan cara menilai efisiensi biaya-biaya yang dikendalikan terhadap biaya standar atau biaya yang dianggarkan untuk suatu periode. Menurut Agus Maulana (2002 : 50) dari sudut biaya yang terjadi, maka pusat biaya dibedakan menjadi dua golongan yaitu :

1) Pusat biaya terkendali ( Enginered expense center).

Biaya yang terjadi pada pusat biaya ini adalah unsur-unsur biaya yang hampir dapat ditentukan dengan tepat dan biasanya diperlukan sebagai biaya standar, misalnya biaya bahan langsung dan upah langsung di bagian produksi yang terjadi secara rutin dan terus menerus. Prestasi kerja manajer pusat pertanggungjawaban ini dapat dilihat dengan membandingkan antara biaya actual dengan biaya standar tersebut dan bila terjadi prnyimpangan maka dilakukan analisis serta diambil tindakan perbaikan selain untuk mencapai efisiensi biaya.

2) Pusat biaya tak terkendali (Discretionary expense cebier)

Jumlah biaya yang terjadi dalam pusat biaya ini tidak dapat diperhitungkan dengan tepat, tetapi dapat diperkirakan oleh manajer yang bersangkutan sesuai dengan kondisi yang ada.

(22)

Keluaran dalam pusat biaya ini tidak diukur dalam bentuk uang, karena sulit menilai jasa yang diberikan, misalnya oleh bagian akuntansi atas bagian atau unit lainnya dalam perusahaan. Upaya untuk pengendalian dalam unit ini dilakukan dengan menetapkan suatu anggaran yang dibuat atas dasar kebijaksanaan manajemen, sistem ini hanya memotivasi manajer untuk menjaga agar tingkat biaya yang digunakan tidak banyak atau jauh menyimpang dari anggaran tanpa mengabaikan mutu jasa yang baik.

b. Pusat pendapatan (Revenue center)

Di dalam pusat pendapatan, keluaran diukur dalam nilai uang namun tidak ada sarana untuk menghubungkan antara keluaran dengan masuknya yaitu biaya (sebab pusat biaya dihubungkan dengan pendapatan, unit tersebut akan menjadi pusat laba). Pusat pendapatan umumnya ditemukan pada bagian pemasaran dan setiap pusat pendapatan adalah pusat biaya, namun pengukuran terutama dititik beratkan pada pendapatan. Biaya-biaya yang diperhitungkan hanyaJah yang dapat dikendalikan langsung oieh manajer pusat pendapatan.

c. Pusat laba (Profit center)

Pusat laba adalah pertanggungjawaban dimana prestasi keuangannya diukur dengan keuntungan, yaitu perbedaan antara pendapatan dengan biaya, agar penilaian yang wajar terhadap kinerja manajer pusat laba maka manajer pusat laba harus mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk mengambii keputusan penting

(23)

yang meliputi keputusan atas masukan hingga keputusan atas keluaran.

Menuait Agus Maulana dalam Sistem Pengendalian Manajemen (2002 : 52) terdapat dua jenis pusat laba, yaitu ;

1) Pusat laba mandiri {Independentprofit center)

Disini pusat laba beroperasi secara independent, terlepas dari kegiatan pusat pertanggungjawaban lain. Pusat laba seperti ini terdapat pada pemsahaan yang memproduksi berbagai macam produksi berbagai macam produk, sehingga ada divisi produk A.

divisi produk B, dan lain sebagainya.

2) Pusat laba terkait (Interdependent profit center)

Pusat laba tidak dapat sepenuhnya menentukan dan mengendalikan pendapatan dan biaya, misalnya divisi assembling mobil, yang menggunakan komponen lainnya dari divisi pembelian yang setelah dirakit kemudian dijual kepada divisi penjualan.

Dengan demikian divisi assembling ini tidak mempunyai suatu kebebasan (independent) untuk menjual atau membeli sendiri.

d. Pusat investasi (Investment center)

Jika pada pusat laba penekanannya pada besarnya laba yang diperoleh maka pada pusat investasi laba ini kemudian dibandingkan dengan nilai investasi yang ditanamkan untuk mendapat laba tersebut.

Ada dua cara dalam mengukur prestasi pusat investasi yaitu Return on Investment (ROI) dan Residual Income (RI).

Referensi

Dokumen terkait

Dalam memberikan informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mengalami kendala dalam menyampaikan informasi data kependudukan seperti data penduduk, data lahir,

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala kasih, karunia dan bimbingannya sehingga penulis dapat

Memanfaatkan budaya fitness yang semakin meningkat untuk mendapatkan konsumen baru Memaksimalkan pemanfaatan sosial media sebagai sarana promosi untuk memperluas pangsa

Deteksi TuMV pada benih menunjukkan hasil positif untuk RNA total yang dideteksi menggunakan metode Willey dengan tingkat keberhasilan yang lebih baik dari Randles, sedangkan

Dengan majunya 3d Animasi di Indonesia ada baiknya pemerintah Negara mendukung dengan peralatan yang lebih canggih untuk menunjang karya seni animasi di

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan laporan skripsi dengan judul “Perilaku Lentur

Pada umumnya perjalanan penyakit GNAPS ditandai dengan fase akut yang berlangsung 1-2 minggu, kemudian disusul dengan menghilangnya gejala

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai potensi industri dan pengembangan daerah sebelumnya antara lain : Rachmawati dan Amir (2003) meneliti mengenai