• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN MODAL USAHA TANI BAGI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI SAWAH DI DESA CINTA DAMAI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

OLEH

HELDA CHRISTIANI Br. PINEM 140501081

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ANALISIS KEBUTUHAN MODAL USAHATANI BAGI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI SAWAH DI DESA CINTA DAMAI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Kebutuhan Modal Usaha Tani Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan data primer. Data dikumpulkan melalui kuesioner.

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah di Desa Cinta Damai Kecamatan Percut Sei Tuan. Sampel dalam penelitian ini adalah petani padi sawah berjumlah 40 orang dan diambil dengan simple random sampling.

Data dianalisis dengan regresi linier berganda pada α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan secara statistik variabel modal kerja, hari orang kerja, dan pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi sawah.

Variabel modal kerja, hari orang kerja, dan pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesejahteraan petani padi sawah. Variabel produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan petani padi sawah. Variabel modal kerja, hari kerja orang, dan pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesejahteraan melalui produksi petani padi sawah.

Variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap produksi adalah modal kerja dan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kesejahteraan petani padi sawah adalah produksi. Tingkat kesejahteraan petani padi sawah kategori sedang.

kata kunci : Kebutuhan Modal Usaha Tani, Kesejahteraan

(6)

ii

ANALYSIS OF FARM CAPITAL REQURIREMENTS FOR IMPROVING THE WELFARE OF WETLAND RICE FARMERS IN THE VILLAGE OF CINTA DAMAI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

This study aims to analyze the Farming Business Capital Needs for Welfare Improvement of Rice Paddy Farmers in Cinta Damai Village. This type of research is quantitative descriptive. The data used in this study using primary data. Data collected through questionnaires.

The population in this study were lowland rice farmers in Cinta Damai Village, Percut Sei Tuan District. The sample in this study was 40 paddy rice far esults of the study showed that statistically the variables of working capital, working mers and taken by simple random sampling. Data were analyzed by multiple linear regression at α = 0.05. The r days, and education had a positive and significant effect on the production of lowland rice.

Working capital, work days, and education variables have a negative and significant effect on the welfare of lowland rice farmers. Production variables have a positive and significant effect on the welfare of lowland rice farmers.

Working capital, workday, and education variables have a negative and significant effect on welfare through the production of lowland rice farmers. The variable that has the greatest influence on production is working capital and the variable that has the greatest influence on the welfare of lowland rice farmers is production. The level of welfare of the paddy rice farmers in the medium category.

Keywords : Farmer Business Capital Needs, Welfare

(7)

iii

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi rahmat, berkat, kesehatan dan kemudahan sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kebutuhan Modal Usahatani Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah Di Desa Cinta Damai Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Strata Satu (S1) Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini saya (penulis) persembahkan untuk kedua orangtua yang sangat penulis sayangi, Ayahanda Helmi Pinem dan Ibunda Dahlia Magdalena Br Sinukaban yang telah senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan, Motivasi, kerjakeras, pengorbanan dan semangat selama ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, Motivasi dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS. selaku Dosen Pembimbing saya yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan masukan dan saran yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE, MEc. selaku Dosen Pembanding I saya memberikan petunjuk, saran, dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Murni Daulay, M.Si selaku Dosen Pembanding II saya yang telah memberikan petunjuk, saran, dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis

7. Kepada Kakak dan Abang, Ester Flora Br Pinem, AmKeb dan Rinto Sitanggang, ST yang telah memberikan doa, bantuan, dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

8. Sahabat saya Yuri, Maya, Dede, Putri, Kristi, Claudia, dan Yogi, yang selalu memberikan semangat, motivasi dan doa selama penulian skripsi ini.

(8)

iv

Astrid yang telah mendukung dan membantu serta memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

10. Teman-teman permata Lestari, Christdayanti, Lorena, Regina, Novi, dan Feby yang telah mendukung dan membantu serta memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Semoga Tuhan membalas budi dan pengorbanan yang diberikan. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis.

Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan peneliti selanjutnya.

Medan, 2019 Penulis

Helda Christiani Br Pinem

NIM: 140501081

(9)

v

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertanian ... 11

2.2 Kesejahteraan ... 13

2.3 Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi ... 16

2.4 Usaha Tani ... 17

2.4.1.Waktu Usaha Tani ... 18

2.4.2.Sistem Usaha Tani ... 20

2.5 Produksi ... 21

2.5.1. Pengertian Produksi ... 21

2.5.2. Proses Produksi ... 21

2.5.3. Biaya Produksi ... 23

2.6 Faktor-Faktor Produksi……….. ... 24

2.6.1. Tanah / Luas Lahan. ... 25

2.6.2. Tenaga Kerja ... 26

2.6.3. Modal ... 27

2.6.3.1 Bibit atau Benih ... 28

2.6.3.2 Pupuk ... 29

2.6.3.3 Pestisida ... 30

2.7 Kemiskinan ... 33

2.7.1 Pengertian Kemiskinan ... 33

2.7.2 Indikator Kemiskinan ... 35

2.8 Penelitian Terdahulu ... 37

2.9 Kerangka Konseptual ... 41

2.10 Hipotesis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian ... 43

3.2 Tempat dan waktu penelitian ... 43

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

3.3.1 Populasi ... 43

(10)

vi

3.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 44

3.4.1 Jenis Data ... 44

3.4.2 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.5 Definisi Operasional... 45

3.6 Teknik Analisis Data ... 47

3.6.1 Analisis Deskriptif ... 47

3.6.2 Analisis Regresi Linier Ganda ... 47

3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 49

3.7.1 Koefisien Determinasi (R-square) ... 49

3.7.2 Uji t-statistik (Uji secara parsial) ... 49

3.7.3 Uji F-statistik secara serentak (Simultan) ... 50

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 51

4.1.1 Kondisi Geografis ... 51

4.1.2 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan ... 51

4.1.3 Keadaan Penduduk ... 52

4.2 Karakteristik Responden ... 54

4.3 Modal Kerja ... 56

4.4 Hari Kerja Orang ... 57

4.5 Pendidikan ... 59

4.6 Pendapatan ... 60

4.7 Kesejahteraan ... 62

4.8 Analisis Regresi Linier Ganda ... 63

4.8.1 Pengaruh Modal Kerja, Hari Kerja Orang, dan Pendidikan terhadap Produksi Padi Sawah ... 63

4.8.2. Pengaruh Modal Kerja, Hari Kerja Orang, dan Pendidikan terhadap Kesejahteraan Petani melalui Produksi Padi Sawah 67 4.8.3. Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung ... 71

4.9 Model Analisis Jalur (Path Analysis) ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA……….. ... 77 LAMPIRAN

(11)

vii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

1.1 Rata-Rata Pengunaan Biaya Per Hektar Usaha Tani Padi Sawah... 4

1.2 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 ... 6

1.3 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah menurut Kecamatan Tahun 2016 ... 7

2.1 Indikator Keluarga Sejahtera ... 16

2.2 Penelitian Terdahulu ... 39

4.1 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan ... 52

4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia ... 52

4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 53

4.4 Distribusi Karakteristik Responden ... 54

4.5 Distribusi Modal Kerja ... 56

4.6 Distribusi Hari Kerja Orang ... 58

4.7 Distribusi Pendidikan ... 59

4.8 Pendapatan Petani Per Musim Tanam ... 60

4.9 Perbandingan Rata-rata Pendapatan dengan UMP Sumatera Utara Berdasarkan Luas Lahan ... 62

4.10 Koefisien Determinasi ... 64

4.11 Hasil uji Pengaruh Modal Kerja, Hari Kerja Orang, dan Pendidikan terhadap Produksi Padi Sawah ... 64

4.12 Hasil Uji Secara Serentak Pengaruh Modal Kerja, Hari Kerja Orang, dan Pendidikan terhadap Produksi Padi Sawah ... 66

4.13 Koefisien Determinasi ... 67

4.14 Hasil uji Pengaruh Modal Kerja, Hari Kerja Orang, dan Pendidikan terhadap Kesejahteraan Petani melalui Produksi Padi Sawah ... 68

4.15 Hasil Uji Secara Serentak Pengaruh Modal Kerja, Hari Kerja Orang, dan Pendidikan terhadap Kesejahteraan Petani melalui Produksi Padi Sawah ... 70

4.16 Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Total Pengaruh Antar Variabel ... 71

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Hal 2.1 Kerangka Konseptual ... 41 3.1 Path Analysis ... 49 4.1 Diagram Hasil Analisis Jalur ... 73

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul 1 Kuesioner Penelitian

2 Karakteristik Responden

3 Biaya Produksi per Musim Tanam

4 Produksi, Penerimaan dan pendapatan Petani Padi per Musim Tanam 5 Pendapatan per Musim Tanam

6 Kesejahteraan Petani

7 Distribusi Karakteristik Responden

8 Hasil Uji Pengaruh Modal Kerja, Hari Kerja Orang, dan Pendidikan terhadap Produksi Padi Sawah

9 Hasil Uji Pengaruh Modal Kerja, Hari Kerja Orang, dan Pendidikan terhadap Kesejahteraan Petani melalui Produksi Padi Sawah

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan proses perubahan yang direncanakan dan merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap ketingkat yang lebih maju dan lebih baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pembangunan harus dilakukan secara bertahap di segala bidang dan sektor maupun sub sektor secara terencana dan terprogram. Salah satu cara mencapai keberhasilan pembangunan adalah dengan adanya pembangunan ekonomi.

Salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan ekonomi, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil strategis terutama yang menyangkut komoditas pangan adalah sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan faktor yang amat strategis, merupakan basis ekonomi rakyat di pedesaan, menguasai kehidupan sebagian besar penduduk, menyerap lebih separuh total tenaga kerja dan bahkan menjadi katub pengaman pada krisis ekonomi Indonesia (Arifin, 2004). Hal ini di tunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian serta produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 2002).

Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari; kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyedian lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makan, kontribusinya untuk mengurangi jumlah orang-orang miskin di pedesaan dan peranannya terhadap nilai devisa yang dihasilkan dari ekspor (Soekartawi, 2010). Sumbangan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB) terus mengalami peningkatan

(15)

2

setiap tahun. Secara nominal, Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian, kehutanan dan perikanan atas dasar harga konstan (ADHK) pada kuartal II 2016 mencapai Rp 322 triliun, naik 11,90 persen dibandingkan kuartal I 2016 yang sebesar Rp 287,7 triliun. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartalan untuk lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai 10,33 persen (BPS, 2016).

Sektor pertanian dalam konsep pendapatan nasional menurut lapangan usaha di Indonesia dikategorikan menjadi 5 (lima) subsektor, yaitu: subsektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian (ST) tahun 2013 diketahui bahwa rumah tangga tanaman pangan di Indonesia didominasi oleh rumah tangga yang mengelola tanaman padi.

Padi menjadi peran penting dalam memenuhi kebutuhan hidup jutaan penduduk.

Padi telah menjadi komoditas strategis dalam kehidupan di Indonesia, peran padi selain sebagai sumber pangan pokok juga menjadi sumber penghasilan bagi petani dan kebutuhan hidup sehari hari bagi jutaan penduduk. Oleh karena itu, ketersediaan padi harus selalu terjaga, berkelanjutan bahkan harus di tingkatkan (Sagala, 2016).

Sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tidak terlepas dari beberapa permasalahan. Berbagai permasalahan yang sering dihadapi oleh petani seperti gagal panen di berbagai daerah, minimnya infrastruktur pendukung kegiatan pertanian, hingga terbatasnya modal yang dimiliki. Permasalahan tersebut akan berdampak pada produktivitas sektor pertanian yang selanjutnya berpengaruh pada negara dan pendapatan petani. Semakin tinggi produktivitas

(16)

3

pertanian, maka semakin tinggi hasil pertanian yang dijual dipasar, sehingga pendapatan petani semakin meningkat (Zakaria, 2009).

Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil sektor pertanian ini diharapkan dapat dilakukan secara lebih terencana dengan pemanfaatan yang optimum serta dapat dinikmati oleh seluruh penduduk Indonesia. Kegiatan masyarakat sektor pertanian melalui usaha tani dalam memenuhi kebutuhan hidup tidak serta merta memiliki modal kerja yang cukup. Namun tidak dapat dipungkiri masyarakat membutuhkan sumber modal kerja untuk dapat mengerjakan usaha tani yang digeluti untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga.

Hal ini terkait dengan keterbatasan, yaitu; rendahnya pengetahuan, rendahnya tingkat keterampilan, rendahnya motivasi, rendahnya kemampuan pengelolaan usaha tani, kurangnya akses terhadap modal dan sarana produksi usaha tani, kurangnya dukungan kebijakan pemerintah, jarang mendapatkan bimbingan berupa penyuluhan dan tidak adanya tempat petani untuk belajar meningkatkan kemampuan yang dibutuhkannya.

Peran modal dalam pembangunan pertanian sangatlah penting. Setelah tanah, modal adalah nomor dua pentingnya dalam produksi pertanian dalam arti sumbangannya pada nilai produksi. Masalah permodalan adalah merupakan suatu masalah utama yang dihadapi petani dalam usaha tani. Pada umumnya petani terbentur pada masalah modal yang akan digunakan dalam meningkatkan usaha tani. Meskipun banyak petani yang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan hasil pertaniannya namun tidak memiliki modal yang memadai, sehingga petani tidak dapat mengembangkan pertaniannya lebih maju.

(17)

4

Modal adalah barang dan jasa yang bersama-sama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Barang-barang pertanian yang termasuk barang modal dapat berupa uang, tanah, pupuk, investasi dalam mesin, dan lain-lain. Biasanya semakin besar dan semakin baik kualitas modal yang dimiliki maka akan sangat mendukung terhadap peningkatan produksi dan pendapatan yang dihasilkan.

Menurut Soekartawi (2002), modal dalam usaha tani diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu secara langsung atau tak langsung dalam suatu proses produksi. Pembentukan modal bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani, serta menunjang pembentukan modal lebih lanjut.

Menurut Setyowati (2004), permasalahan pembiayaan (pemodalan) pertanian disebabkan oleh; (a) kelangkaan sumber daya modal, (b) terbatasnya lembaga peminjaman kredit dan (c) terbatasnya lembaga asuransi di bidang pertanian. Kalkulasi modal yang dibutuhkan dalam usaha tani adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh petani mulai dari pengolahan tanah sampai permanen hasil.

Biaya atau modal kerja yang dimaksud, yaitu seperti pembelian bibit, pupuk, pestisida, alat-alat dan biaya lainnya yang dikeluarkan untuk usaha tani yang dilakukan. Terbatasnya lembaga asuransi di bidang pertanian. Kalkulasi modal yang dibutuhkan dalam usaha tani adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh petani mulai dari pengolahan tanah sampai permanen hasil. Barang-barang pertanian yang termasuk barang modal dapat berupa uang, tanah, pupuk, investasi dalam mesin, dan lain-lain.

(18)

5

Rasio komponen modal kerja yang dibutuhkan dalam usaha tani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Rata-Rata Pengunaan Biaya Per Hektar Usaha Tani Padi Sawah Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei

Tuan, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 Desa Astina Kecamatan

Torue Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2015

Modal Kerja Jumlah Rasio Modal Kerja Jumlah Rasio

Biaya Variabel (Rp) Biaya Variabel (Rp)

Bibit 702.535,4 0,08 Bibit 630.094,0 0,07

Pupuk 684.242,1 0,07 Pupuk 594.566,4 0,06

Tenaga Kerja 5.766.264,9 0,62 Tenaga Kerja 5.952.706,4 0,65

Pestisida 1.770.070,0 0,19 Pestisida 1.690.177,6 0,18

Lain-Lain 200.724,4 0,02 Lain-Lain 177.638,5 0,02

Jumlah 9.123.836,9 Jumlah 9.045.182,9

Biaya Tetap Biaya Tetap

Pajak 11.716,1 0,001 Pajak 12.524,6 0,001

Iuran Irigasi 5.864,9 0,001 Iuran Irigasi 6.269,6 0,001

Penyusutan 114.392,6 0,012 Penyusutan 122.286,3 0,013

Jumlah 131.973,6 Jumlah 141.080,5

Modal Kerja 9.255.810,5 Modal Kerja 9.186.263,4 Sumber: Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.1 di atas bahwa komponen biaya terbesar usaha tani padi sawah di Desa Astina Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2015 terdapat pada penggunaan tenaga kerja dengan rasio 0,65 dan pestisida 0,18 (Susanta dkk., 2016). Demikian juga di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 komponen biaya terbesar usaha tani padi sawah terdapat pada penggunaan tenaga kerja dengan rasio 0,62 dan pestisida 0,19 (Lumbangaol, 2011). Tingginya penggunaan tenaga kerja dan pestisida menunjukkan usaha tani padi sawah merupakan jenis usaha yang padat karya dan membutuhkan modal kerja yang harus memadai. Menurut Gulo, dkk (2005) masalah-masalah yang menjadi penyebab ketergantungan petani antara lain: jiwa entrepreneur yang rendah,

(19)

6

ketersediaan modal yang tidak memadai, moral hazard, lemahnya dukungan kelembagaan pertanian serta struktur ekonomi yang tidak mendukung, misalnya prasarana pertanian, investasi dan sarana/prasarana transportasi.

Modal kerja adalah faktor terpenting dalam pertanian khususnya terkait bahan produksi dan biaya tenaga kerja. Kekurangan modal kerja bisa menyebabkan kurangnya masukan yang diberikan pada proses pertanian, sehingga menimbulkan risiko kegagalan atau rendahnya hasil yang akan diterima (Daniel, 2002). Peran penting modal kerja dalam meningkatkan output dijelaskan dalam teori Adam Smith, yang menyatakan bahwa modal kerja merupakan unsur produksi yang secara aktif akan menentukan tingkat output (Todaro, 2006).

. Kalkulasi modal yang dibutuhkan dalam usaha tani adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh petani mulai dari pengolahan tanah sampai permanen hasil.

Biaya atau modal kerja yang dimaksud, yaitu seperti pembelian bibit, pupuk, pestisida, alat-alat dan biaya lainnya yang dikeluarkan untuk usaha tani yang dilakukan. Pembentukan modal bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani, serta menunjang pembentukan modal lebih lanjut.

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi penghasil padi di Indonesia. Salah satu kabupaten yang memberikan kontribusi tertinggi sebagai penghasil padi sawah adalah Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2017 memiliki luas panen seluas 81.955,5 Ha dengan produksi sebesar 489.725,2 Ton dan rata-rata produksi sebesar 59,76 Kw/Ha (Badan Pusat Statistik, 2018). Perkembangan luas panen, produksi dan dan rata-rata produksi padi sawah di Provinsi Sumatera Utara tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 1.2

(20)

7

Tabel 1.2.

Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah menurut Kabupaten/Kota Tahun 2017

No Kabupaten/Kota Luas Panen

(Ha) Produksi

(Ton) Rata-rata Produksi (Kw/Ha) Kabupaten

1 N i a s 10.331,4 47.795,4 46,26

2 Mandailing Natal 48.716,3 248.360,3 50,98

3 Tapanuli Selatan 33.914,0 173.444,1 51,14

4 Tapanuli Tengah 35.218,1 156.779,4 44,52

5 Tapanuli Utara 25.503,1 124.580,1 48,85

6 Toba Samosir 23.277,1 150.729,9 64,75

7 Labuhanbatu 31.778,3 159.790,1 50,28

8 A s a h a n 18.450,7 108.876,2 59,01

9 Simalungun 102.437,5 634.555,8 61,95

10 D a i r i 17.599,0 109.935,6 62,47

11 K a r o 19.479,9 123.025,6 63,16

12 Deli Serdang 81.955,5 489.725,2 59,76

13 L a n g k a t 79.124,9 409.954,4 51,81

14 Nias Selatan 23.919,8 111.684,0 46,69

15 Humbang Hasundutan 18.128,1 97.880,0 53,99

16 Pakpak Bharat 2.308,5 9.527,3 41,27

17 Samosir 8.229,8 38.913,1 47,28

18 Serdang Bedagai 75.618,5 425.946,2 56,33

19 Batu Bara 32.054,8 159.357,3 49,71

20 Padang Lawas Utara 41.094,3 168.338,9 40,96

21 Padang Lawas 15.608,2 58.799,2 37,67

22 Labuhanbatu Selatan 1.329,3 5.423,5 40,8

23 Labuhanbatu Utara 43.788,7 198.344,7 45,3

24 Nias Utara 6.732,3 24.263,5 36,04

25 Nias Barat 4.051,6 16.878,0 41,66

Kota

26 S i b o l g a - - -

27 Tanjungbalai 173,3 794,4 45,84

28 Pematangsiantar 3.894,8 23 584,3 60,55

29 Tebing Tinggi 645,5 3 575,8 55,4

30 M e d a n 2.685,6 11 443,4 42,61

31 B i n j a i 3.476,6 15 653,4 45,02

32 Padangsidimpuan 11.632,5 59 055,7 50,77

33 Gunungsitoli 3.537,8 20 021,2 56,59

Jumlah 826.695,8 4.387.035,9 53,07

Sumber: BPS Sumut (2018)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang bahwa Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan sentra produksi padi terbesar di Kabupaten Deli Serdang yang memiliki produksi dan rata-rata produksi terbesar dari seluruh kecamatan di Kabupaten Deli Serdang. Adapun luas

(21)

8

panen, produksi dan rata-rata produksi padi sawah pada 22 kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 1.3

Tabel 1.3.

Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah menurut Kecamatan Tahun 2017

No Kecamatan Luas Panen

(Ha) Produksi (Ton)

Rata-rata Produksi (Kw/Ha)

1 Gunung Meriah 1.149 5.612 50,82

2 STM Hulu 1.030 4.957 50,07

3 Sibolangit 1.173 6.925 50,56

4 Kutalimbaru 2.518 10.087 51,04

5 Pancur Batu 1.123 4.774 50,79

6 Namorambe 1.999 9.486 51,78

7 Biru-Biru 1.868 9.134 50,88

8 STM Hilir 2.203 8.739 50,97

9 Bangun Purba 1.636 1.827 50,03

10 Galang 2.147 10.772 52,20

11 Tanjung Morawa 5.124 25.669 52,12

12 Patumbak 1.486 7.200 50,42

13 Deli Tua 42 204 50,47

14 Sunggal 5.211 25.604 52,20

15 Hamparan Perak 10.777 53.396 52,24

16 Labuhan Deli 8.169 34.503 52,03

17 Percut Sei Tuan 10.592 53.585 52,71

18 Batang Kuis 2.111 10.296 50,75

19 Pantai Labu 8.785 43.872 51,96

20 Beringin 5.103 23.888 53,05

21 Lubuk Pakam 3.513 18.104 53,62

22 Pagar Merbau 4.197 20.961 53,52

Sumber: BPS Kabupaten Deli Sedang (2018)

Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki 20 Desa. Salah satu desa di Kecamatan Percut Sei Tuan yang memiliki luas panen terbesar tahun 2017 adalah Desa Cinta Dame, yaitu seluas 2.032 Ha dengan produksi 16,052 ton dan rata-rata prosuksi 79 Kw/Ha. Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan penyuluh lapangan Kecamatan Percut Sei Tuan Desa Cinta Dame memiliki jumlah petani terbesar kedua setelah Desa Tanjung Rejo.

(22)

9

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas alasan mengapa pentingnya kebutuhan modal kerja dalam usaha tani untuk meningkatkan kesejahteraan petani maka peneliti tertarik untuk meneliti kesejahteraan petani melalui penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kebutuhan Modal Usaha Tani Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dirumuskan permasalahan adalah :

1. Apakah modal kerja, hari kerja orang, dan pendidikan berpengaruh terhadap produksi petani padi sawah.

2. Apakah modal kerja, hari kerja orang, dan pendidikan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

3 Apakah produksi petani padi sawah berpengaruh terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

4. Apakah modal kerja, hari kerja orang, dan pendidikan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani padi sawah melalui produksi.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja, hari kerja orang, dan pendidikan terhadap produksi padi sawah.

2. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja, hari kerja orang, dan pendidikan terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

(23)

10

3. Untuk mengetahui pengaruh produksi terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

4. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja, hari kerja orang, dan pendidikan terhadap kesejahteraan petani padi sawah melalui produksi.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi Pemerintah Daerah

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah mengenai kesejahteraan petani khususnya petani padi sawah, agar dapat mengetahui kendala-kendala yang dapat menghambat kesejahteraan petani dan mengetahui cara untuk meningkatkan kesejahteraan petani padi sawah.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat dan dapat menjadi pedoman bagi masyarakat mengenai kesejahteraan petani padi sawah di Desa Cinta Damai Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang,

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan mengetahui fenomena yang terjadi pada petani dan dapat mengetahui tingkat kesejahteraan petani padi sawah di Desa Cinta Damai Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

(24)

11 4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan membantu peneliti lainnya sebagai informasi, bahan rujukan dan referensi bagi pengembangan dan pengkajian konsep pada topik-topik penelitian yang berkaitan, baik yang bersifat lanjutan, melengkapi, maupun menyempurnakan.

(25)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertanian

Pertanian dikelompokkan dalam arti luas dan arti sempit. Pertanian dalam lingkup luas mencakup mencakup:

1. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit

2. Perkebunan, termasuk di dalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar

3. Kehutanan 4. Peternakan 5. Perikanan

Namun, di dalam praktik pembagian secara konvensional tersebut ternyata kurang dan tidak jarang menimbulkan kesulitan. Misalnya, perkebunan rakyat secara ekonomis juga dapat disamakan dengan pertanian rakyat karena perbedaannya hanya terletak pada macam komoditi atau hasilnya saja, yaitu tanaman bahan makanan bagi pertanian rakyat dan tanaman perdagangan dan bahan-bahan ekspor bagi perkebunan rakyat.

Dipihak lain, dalam kenyataannya tanaman padi, jagung, dan ketela juga merupakan tanaman perdagangan yang penting tidak hanya untuk pasaran dalam negeri. Sebaliknya, petani yang menanam perkebunan seperti karet, kopi, lada banyak pula yang menanam padi dan jagung terutama untuk kebutuhan keluarganya sendiri.Ini memberikan gambaran bahwa dalam bidang pertanian banyak sekali yang bisa diolah. Dari tanaman padi yang paling penting untuk diambil adalah padinya yang akan diolah menjadi beras, akan tetapi kulit padi

(26)

13

yang telah diolah jadi makanan hewan ternak, orang biasa menamainya dengan Dedak, bahkan olahan dari Dedak itu sendiri dapat diolah kembali menjadi abu cuci piring. Banyak tambahan pendapat warga sekitar yang menjalankan usaha tani padi dengan baik.

Pertanian rakyat adalah usaha pertanian keluarga dimana produksi bahan makanan utama seperti padi, jagung, dan tanaman hortikultura dan buah-buahan.

Pertanian diartikan sebagai setiap campuran tangan manusia dalam perkembangan tanam-tanaman maupun hewan agar diperoleh manfaat yang lebih baik daripada tanpa campur tangan tenaga manusia. Secara alami, tanaman dan hewan telah berkembangbiak dengan sendirinya di hutan. Manusia tinggal mengambil sesuatu yang dihasilkan tanaman seperti buah-buahan, daun-daunan (sayuran), batang, umbi dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai bahan makanan utama (primer) (Firdaus, 2009).

Ketergantungan pada padi seperti yang terjadi sangat menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan pangan nasional. Selain harus terus dilakukannya usaha peningkatan produksi padi, program diversifikasi pangan dengan sumber karbohidrat lain merupakan tindakan yang sangat strategis. Oleh karena itu, perlu untuk mengenal jenis tanaman pangan lainnya, termasuk dalam peningkatan kesejahteraan rumah tangga di bidang ekonomi (Purwono, 2007).

2.2 Kesejahteraan

Kesejahteraan dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu kesejahteraan individu dan kesejahteraan sosial. Kesejahteraan individu adalah suatu cara mengaitkan kesejahteraan dengan pilihan-pilihan obyektif untuk kehidupan pribadinya.

(27)

14

Sedangkan kesejahteraan sosial merupakan cara mengaitkan kesejahteraan dengan pilihan sosial secara obyektif yang diperoleh dengan cara menjumlahkan kepuasan seluruh individu dalam masyarakat (Badrudin, 2012). Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman dan cara hidup yang berbeda (Nuryani 2007)

Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah “kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”. Adapun kesejahteraan masyarakat adalah suatu kondisi yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan yang dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat (Badrudin, 2012).

Menurut Todaro (2006) banyak negara Dunia Ketiga yang dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun gagal meningkatkan taraf hidup penduduk di daerah tersebut. Untuk memantau tingkat kesejahteraan masyarakat dalam satu periode tertentu, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Susenas mengambil informasi keadaan ekonomi masyarakat sebagai dasar untuk memperoleh indikator kesejahteraan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat berdasarkan Susenas terdapat 8 (delapan) indikator. Delapan indikator keluarga sejahtera menurut Badan Pusat Statistik tahun 2005 adalah:

1. Pendapatan

Menurut BPS pendapatan adalah seluruh penghasilan yang diterima baik sektor formal maupun non formal yang terhitung dalam jangka waktu tertentu. BPS

(28)

15

juga mengatakan bahwa pendapatan adalah kesejahteraan berasal dari indivudu dan social.

2. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga

Pola konsumsi penduduk merupakan salah satu indikator sosial ekonomi masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan setempat.

Budaya setempat dan perilaku lingkungan akan membentuk pola kebiasaan tertentu pada sekelompok masyarakat dimana mereka berada. Dengan menggunakan data pengeluaran dapat diungkapkan tentang pola konsumsi rumah tangga secara umum menggunakan indikator proporsi pengeluaran untuk makanan dan non makanan. Komposisi pengeluaran rumah tangga dapat dijadikan ukuran guna menilai tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk. Makin rendah persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran makin membaik tingkat kesejahteraan penduduk. Perilaku lingkungan akan membentuk pola kebiasaan tertentu pada sekelompok masyarakat dimana mereka berada. Dengan menggunakan data pengeluaran dapat diungkapkan tentang pola konsumsi rumah tangga secara umum menggunakan indikator proporsi pengeluaran.

3. Keadaan tempat tinggal

Adapun tempat tinggal yang dinilai ada 5 kriteria, yaitu (a) jenis atap rumah, (b) dinding, (c) status kepemilikan rumah, (d) lantai dan (e) luas lantai.

4. Fasilitas tempat tinggal

Adapun fasilitas tempat tinggal yang dinilai terdiri dari 12 kriteria, yaitu (a) pekarangan, (b) alat elektronik, (c) pendingin, (d) penerangan, (e) kendaraan

(29)

16

yang dimiliki, (f) bahan bakar untuk memasak, (g) sumber air bersih, (h) fasilitas air minum, (i) cara memperoleh air minum, (j) sumber air minum, (k) WC dan (l) jarak WC dari rumah.

5. Kesehatan anggota keluarga

Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, adapun pengertian kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan

Adapun kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah kemudahan yang terdiri dari 6 kriteria, yaitu (a) jarak rumah sakit terdekat, (b) jarak toko obat, (c) penanganan obat-obatan, dan (d) alat kontrasepsi.

7. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan

Adapun kemudahan yang dimaksud memasukkan anak ke jenjang pendidikan terdiri dari 3 kriteria, yaitu (a) biaya sekolah, (b) jarak ke sekolah dan (c) proses penerimaan

8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

Adapun kemudahan mendapatkan transportasi yang dimaksud adalah kemudahan yang terdiri atas 3 kriteria, yaitu (a) ongkos kendaraan, (b) fasilitas kendaraan dan (c) status kepemilikan kendaraan.

Indikator keluarga sejahtera menurut BPS tahun 2005 diatas kemudian diringkas dalam Tabel 2.1

(30)

17 Tabel 2.1

Indikator Keluarga Sejahtera

No Indikator Kriteria

1 Pendapatan Rendah (<Rp. 5.000.000)

Sedang ( Rp. 5.000.000-Rp. 10.000.000) Tinggi ( > Rp. 10.000.000)

2 Konsumsi atau pengeluaran rumah

tangga Rendah (<Rp. 1.000.000)

Sedang (Rp. 1.000.000-Rp. 5.000.000) Tinggi ( > Rp. 5.000.000)

3 Keadaan tempat tinggal Non permanen

Semi permananen Permanen

4 Fasilitas tempat tinggal Kurang

Cukup Lengkap 5 Kesehatan anggota keluarga Kurang

Cukup Lengkap 6 Kemudahan mendapatkan pelayanan

kesehatan Sulit

Cukup Mudah 7 Kemudahan memasukkan anak ke

jenjang pendidikan Sulit

Cukup Mudah 8 Kemudahan mendapatkan fasilitas

transportasi Sulit

Cukup Mudah Sumber : BPS( 2005)

2.3. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi

Pembangunan pada suatu daerah dilakukan dengan mengusahakan terciptanya perubahan-perubahan sosial, dalam arti kata masyarakatnya diajak maju, sehingga semakin pandai, terampil, bergairah, bersemangat, tekun bekerja dan seterusnya. Dengan perubahan sosial di atas diperlukan produktivitas disegala bidang kegiatan, ditambah dengan sarana-sarana ekonomis agar proses pembangunan dapat berjalan lancar. Apabila semua penduduk disuatu daerah berusaha dibidang pertanian, atau menjadi peternak, menanam pohon untuk menghasilkan kayu, maka perubahan sosial penduduk pada segi-segi pertanian

(31)

18

akan meningkat, gairah dan semangat kerja dalam usaha-usaha pertanian juga meningkat, sehingga produktivitas masing-masing sektor pertanian meningkat.

Mosher (1984) mengidentifikasi bahwa terdapat lima syarat mutlak dan lima syarat pelancar untuk tercapainya pembangunan pertanian. Syarat-syarat mutlak tersebut adalah:

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani 2. Teknologi yang senantiasa berkembang

3. Tersedianya bahan-bahan dan alat produksi secara lokal 4. Adanya perangsang produksi bagi petani

5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu Sedangkan syarat pelancar adalah:

1. Pendidikan pembangunan.

2. Kredit produksi

3. Kegiatan gotong-royong petani.

4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.

5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian.

2.4. Usaha Tani

Sebuah usaha pertanian adalah bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga petani atau badan usaha tani lainnya yang bercocok tanam atau memelihara ternak. Usaha tani pada dasarnya adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang dapat diperlukan untuk produksi pertanian (Mosher, 1984).

(32)

19

Menurut Soekartawi (2010), ilmu usaha tani biasa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran.

Usaha tani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinue untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan Hastuti, 2007). Ditinjau dari segi pembangunan hal terpenting mengenai usaha tani adalah dalam usaha tani hendaknya senantiasa berubah, baik dalam ukuran maupun dalam susunannya, untuk memanfaatkan periode usahatani yang senantiasa berkembang secara lebih efisien.

2.4.1. Waktu Usaha Tani

Dalam sektor pertanian, selama ini waktu dianggap sebagai masalah dalam proses produksi karena lamanya menunggu, mulai dari awal pembibitan dilakukan sampai pada waktu memperoleh hasil. Jika umur jagung mulai dari benih sampai panen mencapai empat setengah bulan, petani harus menunggu dan merawat tanamannya sedemikian rupa sesuai dengan anjuran teknologi yang direkomendasikan, atau sesuai dengan teknologi yang mampu diserap atau mampu diterapkan petani. Bila semua aturan teknologi dan sistem usaha dijalankan, hasil yang akan dicapai setelah empat bulan setengah akan diperoleh

(33)

20

sesuai kapasitas dan metode penerapannya. Yang dimaksud dengan kapasitas adalah kemampuan genetik tanaman yang diusahakan. Setiap tanaman tergantung varietasnya mempunyai kemampuan genetik tertentu yang akan diperoleh maksimum bila semua keadaan yang diinginkan (syarat tumbuh) dapat dipenuhi.

Sedangkan metode penerapan adalah teknologi yang diterapkan, mulai dari metode pengolahan tanah, metode persemaian, pemupukan awal (cara,waktu,dan dosis) jarak tanam, jumlah bibit per rumpun, arah baris tanaman, cara pemberian pupuk, waktu pemberian pupuk, dosis dan jenis pupuk yang diberikan, frekuensi pemberian pupuk, penggunaan obat-obatan (pemberantasan hama dan penyakit/jenis dan dosis serta waktu), penyiangan sampai pengaturan air dan panen. Keduanya menentukan hasil yang diterima. Di samping itu, perlu juga diperhatikan dan diperhitungkan akibat yang ditimbulkan oleh cuaca (ketepatan waktu tanam), ketersediaan air (perlu diperhatikan waktu tanam yang sesuai dengan gejala iklim), dan lainnya. Karena faktor tersebut akan berdampak pada teknologi yang diterapkan dan sudah pasti berpengaruh terhadap hasil yang diterima.

Dalam menunggu tanaman tumbuh sampai menghasilkan, harus diperhatikan perkembangannya, kita harus perhatikan bagaimana ia tumbuh, apakah ia butuh unsur hara atau pakan, apakah ia butuh obat, atau apakah perlu di pangkas, disiangi, dan lain sebagainya. Berusaha tani tidak bisa dengan cara tradisional. Subfaktor-subfaktor di atas yang mengisi jarak waktu dalam suatu proses produksi pertanian yang harus kita tangani dan kita kelola dengan baik.

Usaha pertanian sebenarnya adalah suatu usaha yang perlu tantangan, jika dengan

(34)

21

benar akan memberikan hasil yang memuaskan. Untuk pengelolaan yang baik harus disiapkan dengan kemampuan, mampu dari segi teknologi, mampu dari segi modal, dan mampu dari segi manajemen (skill). Manajemen yang baik akan mampu mengelola sebuah usaha, mampu mengatur keuangan, sehingga pola pengeluaran dan penerimaan tidak lagi menjadi kendala dalam usaha pertanian.

2.4.2. Sistem Usaha Tani

Sistem usaha tani mengandung pengertian pola pelaksanaan usaha tani masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya. Secara umum, tujuan utama pertanian atau usaha tani yang diterapkan sebagian besar petani kita adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga (pola subsistence). Usaha tani adalah kegiatan yang mengorganisasi (mengelola) aset dan cara dalam pertanian. Atau lebih tepatnya adalah suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian.

Pengertian yang sama juga bisa kita berikan pada usaha pertanian. Tetapi dewasa ini banyak para pakar dan penulis, membedakan antara usaha tani dan usaha pertanian. Usaha tani lebih diartikan untuk kegiatan usaha di bidang pertanian berskala kecil, seperti usaha tani jagung. Sementara usaha pertanian lebih diartikan sebagai suatu usaha dengan skala besar yang mengelola lahan yang cukup luas, modal besar, dan mempunyai tenaga administrasi di samping membutuhkan atau membayar tenaga kerja lapangan. Usaha tani adalah kegiatan yang mengorganisasi (mengelola) aset dan cara dalam pertanian. Kegiatan ini dikelola sedemikian rupa dengan tujuan utama mencari keuntungan semaksimal mungkin (Daniel, 2002).

(35)

22 2.5. Produksi

2.5.1. Pengertian Produksi

Produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-output (Boediono, 1999).

Input dan output untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi. Selagi teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi produksi berubah.

Faktor produktivitas adalah kunci untuk mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal yang harus dipergunakan untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law of variable proportion factor memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya yang efisien dalam sebuah sistem produksi (Pindyck dkk, 2007).

Produksi adalah proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input dapat terdiri dari barang atau jasa yang digunakan dalam proses poduksi dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu proses produksi. Assauri (2008) mendefinisikan produksi adalah merupakan segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang dan jasa. Selain itu produksi dapat juga diartikan sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang.

2.5.2. Proses Produksi

Aspek penting dalam proses produksi adalah tersedianya sumber daya atau bahan baku yang bisa juga disebut sebagai faktor produksi. Jenis proses produksi dapat di tinjau dari segi wujud proses produksi sebagai berikut:

(36)

23 a. Proses produksi kimiawi

Proses produksi kimiawi merupakan suatu proses produksi yang menitikberatkan kepada adanya proses analisa atau sintesa serta senyawa kimia. Contoh perusahaan obat-obatan, perusahaan tambang minyak.

b. Proses produksi perubahan bentuk

Proses perubahan bentuk adalah proses produksi dimana dalam pelaksanaannya menitikberatkan pada perubahan masukan (input) menjadi keluaran (output), sehingga didapatkan penambahan manfaat atau faedah dari barang tersebut. Contohnya perusahaan mebel, perusahaan garmen.

c. Proses produksi assembling

Proses produksi assembling merupakan suatu proses produksi yang dalam pelaksanaan produksinya lebih mengutamakan pada proses penggabungan dari komponen-komponen produk dalam perusahaan yang bersangkutan atau membeli komponen produk yang dibeli dari perusahaan lain. Contohnya perusahaan yang memproduksi peralatan elektronika, perakitan mobil.

d. Proses produksi transportasi

Proses produksi transportasi merupakan suatu proses produksi dengan jalan menciptakan jasa pemindahan tempat dari barang ataupun manusia. Dengan adanya pemindahan tempat tersebut maka barang atau manusia yang bersangkutan ini akan mempunyai kegunaan atau merasakan adanya tambahan manfaat. Proses produksi transportasi juga merupakan suatu proses produksi dengan menciptakan adanya penghematan waktu dan sampai ke tujuan dengan cepat dan Usaha tani adalah kegiatan yang mengorganisasi (mengelola) aset

(37)

24

dan cara dalam pertanian. Contohnya perusahaan kereta api, perusahaan angkutan.

e. Proses produksi penciptaan jasa administrasi

Proses produksi penciptaan jasa administrasi adalah suatu proses produksi yang memberikan jasa administrasi kepada perusahaan-perusahaan yang lain atau lembaga-lembaga yang memerlukannya. Pemberian metode penyusunan, penyimpanan dan penyajian data serta informasi yang diperlukan oleh masing- masing perusahaan yang memerlukannya merupakan jasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan semacam ini. Contohnya lembaga konsultan manajemen dan akuntansi, biro konsultan manajemen (Sukirno, 2006).

2.5.3. Biaya Produksi

a. Total biaya jangka pendek

Dalam jangka pendek, satu atau lebih (tetapi tidak semua) faktor produksi jumlahnya adalah tetap. Biaya tetap total (TFC) mencerminkan seluruh kewajiban atau biaya yang ditanggung oleh perusahaan per unit waktu atas semua input tetap. Biaya variabel total (TVC) adalah seluruh biaya yang ditanggung oleh perusahaan per unit waktu atas semua input variabel yang digunakan. Biaya total (TC) adalah TFC ditambah TVC.

b. Biaya rata-rata jangka panjang

Jangka panjang sebagai periode waktu yang cukup panjang, sehingga memungkinkan perusahaan untuk mengubah jumlah semua input yang digunakan. Jadi di dalam jangka panjang tidak ada faktor produksi tetap dan tidak ada biaya tetap (Salvatore, 2008).

(38)

25 2.6. Faktor-Faktor Produksi

Faktor produksi sering disebut dengan korbanan produksi untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi diistilahkan dengan input. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi 2 kelompok (Sukirno, 2010), antara lain:

1. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya.

2. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya.

Faktor produksi adalah faktor yang mutlak diperlukan dalam proses produksi. Sedangkan sarana produksi adalah sarana yang dibutuhkan dalam proses produksi. Faktor produksi terdiri dari bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja.

Lahan sebagai bagian dari sarana produksi. Alasannya, jika tidak ada lahan, dimana usaha tani akan dilakukan. Dan juga memandang bahwa lahan merupakan sarana (mungkin lebih tepat disebut prasarana) yang dibutuhkan untuk usaha tani.

Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh risiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi pun ikut sebagai penentu pencapaian produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan teknologi.

Melihat definisi dan bagian dari masing-masingnya dapat dilihat bahwa sebenarnya lahan pada sarana produksi merupakan bagian dari faktor produksi tanah. Bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja merupakan bagian dari faktor

(39)

26

produksi modal. Sedangkan tenaga kerja bisa digolongkan sebagai bagian dari modal dan bisa juga sebagai bagian dari faktor produksi tenaga kerja.

Digolongkan sebagai bagian dari modal karena untuk memperoleh tenaga kerja bisa menggunakan modal, sementara keberadaannya dibutuhkan sebagai faktor yang mutlak dalam proses produksi.

2.6.1 Tanah / Luas Lahan

Tanah merupakan faktor produksi terpenting dalam pertanian karena tanah merupakan tempat dimana usaha tani dapat dilakukan dan tempat hasil produksi dikeluarkan karena tanah tempat tumbuh tanaman. Tanah memiliki sifat tidak sama dengan faktor produksi lain yaitu luas relatif tetap dan permintaan akan lahan semakin meningkat sehingga sifatnya langka (Mubyarto, 2002). Menurut Hernanto (1991) dalam (Djamali Abdoel, 2000), terdapat empat golongan petani berdasarkan luas lahan yang diusahakan yaitu :

1. Golongan petani sangat luas (lebih dari 25 rante) 2. Golongan petani luas (19 – 25 rante)

3. Golongan petani sedang (10 - 18 rante)

4. Golongan petani sempit (kurang dari 10 rante)

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh komoditas pertanian.

Secara umum, semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Ukuran lahan pertanian dapat dinyatakan dengan rante. Di pedesaan, petani masih menggunakan ukuran tradisional, misalnya patok dan jengkal (Rahim 2007).

(40)

27

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas tanah sawah yang ditanami padi pada satu kali musim panen dengan satuan rante.

2.6.2 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dalam usaha tani.

Penggunaan tenaga kerja akan intensif apabila tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang optimal dalam proses produksi. Jasa tenaga kerja yang dipakai dibayar dengan upah. Dalam usahatani sebagian tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri, yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri, dan anak-anak petani. Anak-anak yang sudah berumur 12 tahun misalnya sudah dapat dijadikan tenaga kerja yang produktif bagi usaha tani. Mereka dapat membantu mengatur pengairan, mengangkut bibit, pupuk atau membantu penggarapan sawah. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang.

Memang usahatani dapat sekali-sekali membayar tenaga kerja tambahan misalnya dalam tahapan penggarapan tanah baik dalam bentuk tenaga langsung. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri umumnya tidak terlalu diperhitungkan dan sulit diukur dalam penggunaannya atau bisa disebut juga tenaga yang tidak pernah dinilai dengan uang.

Menurut Daniel (2002), tenaga kerja (man power) adalah penduduk dalam usia kerja yaitu yang berumur antara 15-64 tahun, merupakan penduduk potensial yang dapat bekerja untuk memproduksi barang dan jasa. Dan disebut sebagai

(41)

28

angkatan kerja (labor factor) adalah penduduk yang bekerja dan mereka yang tidak bekerja, tetapi siap untuk bekerja atau sedang mencari kerja.

Dalam usaha tani kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan meliputi hampir seluruh proses produksi berlangsung, kegiatan ini meliputi beberapa jenis tahapan pekerjaan, antara lain yaitu :

a. Persiapan tanaman,

b. Pengadaan sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, obat hama/penyakit yang digunakan sebelum tanam),

c. Penanaman/persemaian,

d. Pemeliharaan yang terdiri dari penyiangan, pemupukan, pengobatan, pengaturan air dan pemeliharaan bangunan air,

e. Panen dan pengangkutan hasil, f. Penjualan (Hernanto, 1996).

Menurut Soekartawi (2002), dalam analisis ketenagakerjaan diperlukan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut Hari Kerja Setara Pria (HKSP). Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK) atau hari kerja orang (HKO). Tenaga kerja yang diambil dalam penelitian ini adalah jumlah tenaga kerja yang dipakai untuk proses produksi dan curahan kerja (alokasi waktu yang dipergunakan oleh tenaga kerja tersebut) dihitung per Hari Orang Kerja (HOK) petani.

2.6.3 Modal

Modal atau kapital adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat, disebut dengan kekayaan masyarakat. Sebagian kekayaan itu

(42)

29

digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk memproduksi barang-barang baru dan inilah yang disebut modal masyarakat atau modal sosial. Jadi modal adalah hasil atau produk atau kekayaan yang digunakan untuk memperoleh hasil selanjutnya (Daniel, 2002).

Modal dalam pengertian ekonomi, adalah barang atau uang yang bersama- sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru, yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Barang-barang pertanian yang termasuk barang modal dapat berupa uang, ternak, pupuk, bibit, cangkul, investasi dalam mesin dan lain-lain. Biasanya semakin besar dan semakin baik kualitas modal yang dimiliki maka akan sangat mendukung terhadap peningkatan produksi yang dihasilkan (Mubyarto, 2002).

Dengan modal dan peralatan penggunaan tanah dan tenaga kerja juga dapat dihemat. Oleh karena itu, modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu land saving capital dan labour saving capital (Suratiyah, 2006). Modal dikatakan land saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan lahan, tetapi produksi dapat dilipatgandakan tanpa harus memperluas areal, misalnya penggunaan pupuk, bibit unggul, pestisida, dan intensifikasi. Modal dikatakan labour saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja, misalnya penggunaan traktor untuk membajak, mesin penggiling padi.

Dalam mengusahakan usahatani, petani selalu berusaha menggunakan sumber daya yang dimilikinya (lahan, tenaga kerja, dan modal) seefisien mungkin.

Usahatani sangat ditentukan oleh faktor produksi seperti modal kerja, luas lahan,

(43)

30

dan tenaga kerja. Suatu produksi dapat terwujud karena adanya unsure factor produksi.

Modal kerja adalah faktor produksi yang sangat penting dalam produksi pertanian, memiliki peranan dalam pengadaan sarana produksi dan upah tenaga kerja.

2.6.3.1 Bibit atau Benih

Menurut Suparyono dan Setyono (1997) bibit yang bermutu adalah bibit yang telah dinyatakan sebagai bibit yang berkualitas tinggi dengan jenis tanaman unggul. Bibit yang berkualitas tinggi memiliki daya tumbuh lebih dari 90%

dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Memiliki viabilitas atau dapat mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik atau sering disebut sebagai bibit unggul.

2. Memiliki kemurnian, artinya terbebas dari kotoran bibit jenis lain, bebas dari hama dan penyakit

Adapun sifat-sifat yang dimiliki bibit unggul pada umumnya adalah:

1. Daya hasil tinggi

2. Tahan terhadap gangguan hama dan penyakit 3. Tahan roboh atau tumbang

4. Umur yang pendek

5. Respon yang tinggi untuk penggunaan pupuk dalam jumlah yang tinggi Bibit atau benih merupakan salah satu faktor produksi yang habis dalam satu kali pakai proses produksi. Oleh karena itu petani harus berhati-hati dalam memilih benih, sehingga diperoleh benih yang baik dan bermutu. Bibit atau benih merupakan faktor produksi terpenting dalam usaha tani.

(44)

31 2.6.3.2 Pupuk

Pupuk adalah zat atau bahan makanan yang diberikan kepada tanaman dengan maksud agar zat tersebut dapat diserap oleh tanaman. Pupuk merupakan zat yang berisi satu atau lebih nutrisi yang digunakan untuk mengembalikan unsur-unsur yang habis terhisap tanaman dari tanah. Dalam pemberian pupuk harus dengan dosis yang tepat dan waktu yang tepat pula agar keseimbangan zat mineral dapat dipertahankan, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi pertanian (Suparyono dan Setyono, 1997).

2.6.3.3 Pestisida

Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Dalam pemakaian pestisida harus memperhatikan dosis maupun ukurannya. Pestisida pada hakikatnya merupakan racun apabila pemakaiannya terlalu banyak akan bersifat merugikan. Petani di Indonesia menggunakan pestisida untuk membantu program intensifikasi dalam rangka mengatasi masalah hama dan penyakit yang menyerang tanaman pertanian.

Pestisida dapat secara cepat menurunkan populasi hama yang menyerang tanaman, sehingga penurunan hasil pertanian dapat dikurangi (Suparyono dan Setyono, 1997).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini modal yang dimaksud adalah besaran nominal (uang) yang dipakai untuk proses produksi, yaitu mencakup biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja meliputi proses mulai dari pengolahan tanah, penyebaran benih, penanaman, pemupukan, pemeliharaan atau penyemprotan dan pemanenan.

(45)

32

Sedangkan untuk biaya bahan baku adalah pembelian bibit, pupuk dan pestisida/obat hama.

2.6.4 Teknologi

Kemajuan dan pembangunan tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. Demikian pula “Revolusi Hijau” mulai tahun 1969/1970 disebabkan oleh penemuan teknologi baru dalam bibit padi dan gandum yang lebih unggul dibanding bibit-bibit yang dikenal sebelumnya.

Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas seperti produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Dengan penggunaan teknologi yang lebih maju dari sebelumnya maka usaha tani yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien, sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal dengan produktivitas yang tinggi

Peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian, yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi (innovation). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun distribusi barang dan jasa bertujuan untuk perbaikan serta peningkatan produktivitas.

Inovasi berarti suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Inovasi selalu bersifat baru. Namun, teknologi juga dapat menjadi kendala usaha tani karena sulitnya penerimaan petani terhadap teknologi baru dikarenakan ketidakpercayaannya pada teknologi tersebut, dan juga karena faktor budaya dari petani itu sendiri yang enggan menerima teknologi maupun inovasi.

(46)

33 2.6.5. Harga

Harga atau kebijakan harga merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah mengenai harga ini. Kebijakan mengenai harga biasanya merupakan wewenang pemerintah yang diturunkan dalam bentuk peraturan dan keputusan pejabat berwenang, seperti surat keputusan menteri atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu.

Kebijaksanaan diambil dengan tujuan untuk melindungi petani dan menstabilkan perekonomian. Dasar penetapan harga adalah hubungan antara input dan output dalam proses produksi suatu komoditas.

Kebijakan harga dikatakan sangat efektif apabila harga pasar berada di antara harga dasar dan harga atap. Dengan kata lain, kebijaksanaan harga dimaksud untuk melindungi produsen dari tekanan pasar berada di antara harga dasar dan harga atap, maka baik produsen maupun konsumen masing-masing tidak dirugikan (Daniel, 2002).

Melalui sistem mekasnisme pasar (market mechanism) bahwa perkembangan ekonomi semata-mata ditentukan oleh kekuatan permintaan di satu sisi dan kekuatan penawaran di sisi lain. Dalam kondisi seperti ini bahwa harga barang ditentukan oleh kedua pelaku ekonomi ini sebagai keseimbangan di antara jumlah barang yang diminta dengan jumlah barang yang ditawarkan. Namun demikian dalam kenyataannya justru yang lebih berperan dalam menentukan harga barang secara umum bertumpu kepada supplier sebagaimana terkandung dalam konsep supply for demand.

Gambar

Tabel 4.5   Distribusi Modal Kerja  Luas  Bibit  (Rp)  Pupuk (Rp)  Pestisida (Rp)  Hand  Traktor  (Rp)  Modal Kerja (Rp) 0,0-0,49 Ha Organik Anorganik  Mean       180.000   0          159.360   140.000  240.000  983.360  Minimum       180.000         528.0
Tabel 4.7   Distribusi Pendidikan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sebagai masyarakat yang mendominasi pemerintahan, tidak serta merta Nabi mengunggulkan Islam dalam berbagai aspeknya, namun tetap berprinsip pada 6 asas nilai yang

Dapat menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika namun masih ada peserta didik yang tidak dapat membuat model matematika dalam menyelesaikan

“Faktor -Faktor yang Berhubungan dengan Kesembuhan Penderita TB Paru (Studi Kasus di Puskesmas Purwodadai I Kabupaten Grobongan)”.. Jurnal

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa mayoritas responden menilai Sangat Setuju (SS) pada pernyataan kualitas layanan universitas sebagai berikut: Ruang kuliah nyaman dan tenang

Selama lomba peserta tidak boleh keluar masuk ruangan, kecuali untuk keperluan emergency.. Penilaian dilakukan berdasarkan kesesuaian diagram alur, 2 angka untuk setiap kotak yang

promosi untuk memperkenalkan perpustakaan, koleksi perpustakaan dan layanan yang disediakan agar dapat dimanfaatkan masyarakat umum Kabupaten Dairi sebagai sumber informasi

Risiko terjadinya keluhan kesehatan pada pengasah batu akik tidak terlepas dari beberapa faktor yaitu faktor perilaku, dimana didalam perilaku meliputi

Tingginya angka perilaku kerja kontraproduktif dikalangan Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai tidak tetap di Indonesia dapat dilihat dari indikasi meningkatnya