• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MAKNA DAN NILAI BUDAYA DALAM TEMBANG JAWA PADA SUKU JAWA DI DESA MARUBUN BAYU KAJIAN: ANTROPOLINGUISTIK SKRIPSI OLEH DWI CITRA NINGRUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS MAKNA DAN NILAI BUDAYA DALAM TEMBANG JAWA PADA SUKU JAWA DI DESA MARUBUN BAYU KAJIAN: ANTROPOLINGUISTIK SKRIPSI OLEH DWI CITRA NINGRUM"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MAKNA DAN NILAI BUDAYA DALAM TEMBANG JAWA PADA SUKU JAWA DI DESA MARUBUN BAYU KAJIAN: ANTROPOLINGUISTIK

SKRIPSI

OLEH

DWI CITRA NINGRUM

NIM: 150701008

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)

i

ANALISI MAKNA DAN NILAI BUDAYA DALAM TEMBANG JAWA PADA SUKU JAWA DI DESA MARUBUN BAYU KAJIAN:

ANTROPOLINGUITIK SKRIPSI

Oleh:

Dwi Citra Ningrum NIM 150701008

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memeroleh gelar Sarjana Sastra dan telah disetujui oleh:

Pembimbing,

Drs. Pribadi Bangun, M. Hum.

NIP 195810191986011002

Program Studi Sastra Indonesia Ketua,

Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P.

NIP 19590907 198702 1 002

(3)
(4)

iii

PERNYATAAN

Analisis Makna dan Nilai Budaya Dalam Tembang Jawa pada Suku Jawa di Desa Marubun Bayu Kajian: Antropolinguistik

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Dwi Citra Ningrum

NIM : 150701008

Program Studi : Sastra Indonesia Fakultas : Ilmu Budaya USU

Judul Skripsi : Analisis Makna dan Nilai Budaya Tembang Jawa pada Suku Jawa di Desa Marubun Bayu Kajian: Antropolinguistik

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, September 2019 Penulis

Dwi Citra Ningrum NIM 150701008

(5)

iv

Analisi Makna Dan Nilai Budaya Tembang Jawa Pada Suku Jawa Di Desa Marubun Bayu Kajian: Antropolinguistik

Oleh

Dwi Citra Ningrum

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisi makna dan nilai budaya tembang jawa pada suku Jawa di desa Marubun Bayu dengan kajian Antrpolinguistik. Tujuannya untuk melestarikan tembang Jawa yang sudah jarang dinyanyikan dalam kehidupan sehari-hari di suku Jawa. Penelitian ini menggunakan data lisan dan tulisan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode cakap atau lebih sering disebut sebagai wawancara dengan teknik dasar berupa teknik pancing. Data dianalisis dengan cara menggunakan metode padan, yang penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Teknik dasarnya berupa teknik pilah unsur penentu dengan alat penentu wacana. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa makna tembang jawa yang terdiri dari lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat ada empat yaitu makna menasehati, makna membandingkan, makna mengejek dan makna mengharapkan sesuatu. Berdasarkan parameter orientasi nilai budaya dari penelitian lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat yaitu:nilai religi, pikiran positif, kerja keras, disiplin, pendidikan, penyelesaian konflik, kejujuran, komitmen, dan kerukunan.

Kata kunci: tembang jawa, metode, makna, dan nilai-nilai budaya.

(6)

v PRAKATA

Puji syukur kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa penulis ucapkan, karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisi Makna Dan Nilai Budaya Tembang Jawa Pada Suku Jawa Di Desa Marubun Bayu Kajian: Antropolinguistik ”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, peneliti telah banyak menerima bantuan, bimbingan, pengarahan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Dr. Budi Agustono, M.S sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Drs.

Mauly Purba, M.A., Ph.D. sebagai Wakil Dekan I, Dra. Heristina Dewi, M.Pd sebagai Wakil Dekan II, Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si sebagai Wakil Dekan III.

2. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., sebagai ketua Program Studi Sastra Indonesia.

Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum., sebagai sekretaris Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Pribadi Bangun,M.Hum., sebagai dosen pembimbing yang telah banyak berperan untuk membimbing dan menasehati dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis merasa bersyukur sekaligus berterima kasih atas kesabaran, waktu dan tenaga yang telah Bapak berikan pada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

4. Dra. Rosliana Lubis, M.Si. dan Bapak Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

(7)

vi

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. Terima Kasih juga kepada Bapak Joko yang banyak membantu penulis mengurus keperluan administrasi.

6. Kepada orang tua saya yang selalu di hati,Ibunda Parti dan Ayahanda Sudarno yang selalu memberikan semangat, mendoakan dan merestui penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas motivasi dan dukungan kepada penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini sehingga penulis menjadi anak yang mandiri. Teruntuk kakak yang saya sayangi Dian Pratiwi, terima kasih atas semangat dan nasehatnya yang berikan kepada saya.

7. Kepada kakanda Ria Frieska Sari, S.S terima kasih atas dukungan yang telah diberikan dalam proses pembuatan skripsi ini. Teruntuk sahabat-sahabat terkasih Indah Nur Islamiah, Linda Anggraini Lubis dan Intan Mayasari, terima kasih atas semangat, dukungan dan motivasi yang telah diberikan kepada saya dari masa awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.

8. Kepada teman-teman kos Fany, Tini, Putri, Ade dan Rojana yang selalu mewarnai hari-hari saya, terima kasih sudah membantu saya dalam keadaan suka duka hingga penyusunan skripsi ini.

9. Kepada teman-teman seperjuangan, terkhusus untuk stambuk 2015 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu dan anak-anak Koridor, terima kasih banyak sudah memberikan kenangan indah dari awal perkuliahan hingga sekarang, serta memberikan dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.Terima kasih abangda dan kakanda stambuk 2013 selaku kakak asuh yang banyak memberikan masukan untuk saya. Terima kasih juga untuk

(8)

vii

adik-adik stambuk 2016 yang sudah memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi saya.

10. Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas dukungan dan semangatnya.

Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk membangun hasil penelitian ini.Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, September2019 Penulis,

Dwi Citra Ningrum

(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Masalah ... 5

1.5 Manfaat penelitian ... 5

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.5.2 Manfaat Praktis ... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep... ... ... 7

2.1.1 Makna ... 7

2.1.2 Nilai Budaya ... 7

2.1.3 Tembang Jawa ... 8

2.1.4 Masyarakat Suku Jawa ... 9

2.1.5 Desa Marubun Bayu ... 9

2.2 Landasan Teori... 10

2.2.1 Antropolinguistik ... 10

2.2.2 Makna ... 12

2.2.3 Nilai-Nilai Budaya ... 13

2.3 Tinjauan pustaka ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

3.1 Metode Penelitian ... 16

3.1.1 Metode dan Teknik Penggumpulan Data ... 16

(10)

ix

3.1.2 Metode dan Teknik Analisis Data... 16

3.1.3 Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data ... 17

3.2 Lokasi Penelitian ... 17

3.3 Sumber Data Penelitian... 18

BAB IV PEMBAHASAN ... 19

4.1 Makna yang Terkandung pada Lirik Tembang dolanan dan Tembang Macapat Dalam Suku Jawa di Desa Marubun Bayu ... 19

4.1.1 Makna Mengharapkan Sesuatu ... 20

4.1.2 Makna Membandingkan ... 22

4.1.3 Makna Menasehati ... 24

4.1.4 Makna Mengejek ... 29

4.2 Nilai-Nilai Budaya yang Terkandung pada Lirik Tembang dolanan dan Tembang Macapat pada Suku Jawa di Desa Marubun Bayu ... 30

4.2.1 Nilai Religi ... 31

4.2.2 Nilai Kerukunan ... 33

4.2.3 Nilai Komitmen ... 34

4.2.4 Nilai Pikiran Positif... 35

4.2.5 Nilai Kerja Keras ... 37

4.2.6 Nilai Disiplin ... 38

4.2.7 Nilai Pendidikan... 40

4.2.8 Nilai Penyelesaian Konflik ... 42

4.2.9 Nilai Kejujuran... 43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Simpulan ... 45

5.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 50

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia lagu daerah atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu menjadi populer apabila dinyanyikan baik oleh masyarakat daerah tersebut maupun masyarakat lainnya. Bentuk lagu ini sangat sederhana dan menggunakan bahasa daerah atau bahasa setempat. Lagu daerah banyak yang bertemakan kehidupan sehari-hari sehingga mudah untuk dipahami dan mudah diterima dalam berbagai kegiatan rakyat. Pada umumnya pencipta lagu daerah ini tidak diketahui lagi atau anonim. Beberapa ciri khas lagu daerah, antara lain sebagai berikut: 1) Menceritakan tentang keadaan lingkungan ataupun budaya masyarakat setempat yang sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat; 2) Bersifat serdehana sehingga untuk mempelajari lagu daerah tidak dibutuhkan pengetahuan musik yang cukup mendalam seperti membaca dan menulis not balok; 3) Jarang diketahui pengarangnya; 4) Mengandung nilai-nilai kehidupan, unsur-unsur kebersamaan sosial, serta keserasian dengan lingkungan hidup sekitar; 5) Sulit dinyanyikan oleh seseorang yang berasal dari daerah lain karena kurangnya penguasaan dialek/bahasa setempat sehingga penghayatannya kurang maksimal; 6) Mengandung nilai-nilai kehidupan yang unik dan khas.Bastomi (dalam Nurhidayati 2017:2)

Menurut sifat dan asalnya lagu daerah dibedakan menjadi dua, yaitu lagu rakyat dan lagu klasik. Lagu rakyat adalah lagu yang berasal dari rakyat di suatu daerah. Lagu rakyat tersebar secara alami yang disampaikan secara lisan dan turun-

(12)

2

temurun. Contoh lagu rakyat pada suku Jawa yaitu dikenal dengan nama tembang dolanan, satu diantaranya yang berjudul:

ILIR-ILIR

Ilir-ilir ilir-ilir ‘Bangunlah, bangunlah‟

Tandure wus sumilir „Tanaman sudah bersemi‟

Tak ijo royo-royo ‘Demikian menghijau‟

Tak sengguh temanten anya „Bagaikan pengantin baru‟

Cah angon cah angon „Anak gembala, anak gembala‟

Penekna blimbing kuwi „Panjatlah belimbing itu‟

Lunyu-lunyu penekna „Biar licin dan susah tetaplah kau panjat‟

Kanggo mbasuh dodotira „Untuk mencuci pakaianmu‟

Dodotira, dodotira kumitir bedhah ing pinggir „Pakaianmu,pakaianmu

terkoyak koyak dibagian samping‟

Domdomana, jrumatana „Jahitlah, Benahilah‟

Kanggo seba mengko sore „Untuk menghadap nanti sore‟

Mumpung padhang rembulan „Mumpung bulan bersinar

terang‟

Mumpung jembar kalangane „Mumpung banyak waktu luan‟

Ya surak asurak hiyo. „Bersoraklah dengan sorakan Iya‟

Lagu ilir-ilir yang sering dinyanyikan oleh anak-anak sampai remaja pada saat bermain di dalam rumah atau di luar rumah dengan hati riang dan gembira.

Lagu klasik adalah lagu yang dikembangkan di pusat-pusat pemerintahan rakyat lama seperti ibu kota kerajaan atau kesultanan. Lagu klasik dinilai lebih agung dibandingkan lagu rakyat saat pembawaannya. Contoh lagu klasik pada suku Jawa yaitu di kenal dengan nama tembang macapat satu diantara judul tembang macapat ialah MEGATRUH. Berikut lirik lagu MEGATRUH:

(13)

3 MEGATRUH

Kabeh iku mung manungso kang pinunjul „Manusia adalah mahluk yang paling sempurna‟

Margo nduwe lahir batin „Karena memiliki lahir dan batin‟

Njroning urip iku mau „Dalam kehidupan ini‟

Isi ati klawan budi „Yang memiliki hati dan akal‟

Iku pirantine wong „Itu adalah kebutuhan manusia‟

Keunikan suku Jawa dalam adat dan tradisi memiliki budaya yang selalu dinamis dalam peradabannya di nusantara. Berbagai tradisi dan budaya yang dilakukan pada suku awa mengandung makna dan nilai-nilai budaya di masyarakat yang dipercayainya. Hal ini terbukti dari tradisi yang masih dilakukan sampai saat ini dari berbagai tradisi yang dimiliki oleh suku Jawa.

Perkembangan zaman mengubah gaya dan pola pikir manusia yang terjadi pada ruang lingkup kehidupan bermasyarakat yang pada awalnya hanya mengenal tradisi dan budaya. Pada akhirnya meninggalkan beberapa tradisi kehidupan yang selama ini melekat dan diteruskan dari generasi ke generasi.

Tembang dolanan dan tembang macapat satu di antara hasil budaya suku Jawa, yang sudah hilang akan eksitensinya di kalangan suku Jawa pada saat ini.

Tembang yang biasa dinyanyikan oleh suku Jawa sekarang sudah jarang dilakukan, karena besarnya pengaruh budaya asing sehingga tembang dolanan dan tembang macapat mulai tersisihkan.

Tembang Jawa mempunyai peranan yang penting untuk penutur bahasa Jawa ataupun suku Jawa itu sendiri, karena di dalam tembang Jawa tersebut terdapat nilai- nilai pendidikan dan simbol-simbol kehidupan tuntunan dari anak-anak sampai

(14)

4

dewasa. Nilai-nilai pendidikan dan simbol-simbol kehidupan tersebut, dapat dilihat melalui makna budaya yang terdapat pada tembang Jawa.

Makna dan nilai budaya Tembang Jawa memiliki keeratan dalam kehidupan bermasyarakat yang bertujuan dan melestarikan tradisi suku Jawa. Hal ini menjadi fokus peneliti untuk melakukan pendalaman yang terjadi di masyarakat suatu daerah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa makna yang terkandung pada lirik tembang dolanan dan tembang macapat dalam suku Jawa di Desa Marubun Bayu?

2. Bagaimana nilai budaya yang terkandung pada lirik tembang dolanan dan tembang macapat pada suku Jawa di Desa Marubun Bayu?

1.3 Batasan Masalah

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah lirik pada tembang Jawa.

Tembang Jawa satu diantaranya lagu daerah Indonesia menurut sifat dan asalnya dibagi menjadi dua bentuk, yaitu lagu rakyat dan lagu klasik. Lagu rakyat pada suku Jawa adalah tembang dolanan dan lagu klasik pada suku jawa adalah tembang macapat, maka peneliti akan melakukan penelitian lirik tembang Jawa sesuai pembagian dari sifat dan keberasalanya dari lagu daerah yaitu lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat.

(15)

5 1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan pemahaman tentang makna yang terkandung dalam lirik tembang dolanan dan tembang macapat pada suku Jawa di Desa Marubun Bayu.

2. Untuk menjelaskan nilai budaya yang terkandung dalam lirik tembang dolanan dan tembang macapat pada suku Jawa di Desa Marubun Bayu kajian antropolinguistik.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis

2. Hasil yang ditemukan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan informasi dan bahan masukan yang relevan dalam hal penelitian mengenai Makna dan Nilai-nilai budaya dalam lirik tembang Jawa pada suku Jawa.

3. Memberikan dan memperdalam pengetahuan tentang kajian antropolinguistik.

4. Hasil penelitian ini dapat juga diharapkan sebagai bahan rujukan peneliti dan menambah wawasan bagi peminat bahasa khususnya dalam lingkup antropolinguistik.

1.5.1 Manfaat Praktis

1. Masyarakat dapat memahami makna dan nilai budaya dalam lirik tembang Jawa pada suku Jawa.

(16)

6

2. Dapat dijadikan sebagai arsip penelitian dalam analisi adat Jawa, jika suatu saat tradisi yang berlangsung saat ini mengalami kepunahan di masa yang akan datang

(17)

7 BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Kridalaksana (1984; 106), konsep meupakan gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang diperlukan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus berkaitan dengan judul penelitian yang kita teliti.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kajian pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 1) makna 2) nilai budaya 3) tembang Jawa 4) masyarakat suku Jawa dan 5) desa Marubun Bayu.

2.1.1 Makna

Makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti. Bolinger (dalam Aminuddin,1981:108) menyatakan bahwa suatu makna pada hakikatnya perlu dipelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa dapat saling mengerti.

2.1.2 Nilai Budaya

Nilai-nilai budaya merupakan niali-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, ruang lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol, dengan karaktereristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi

(18)

8

yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia (Koentjaraningrat 1986: 190). Berkembangnya nilai budaya di masyarakat menjadi pemikiran baru terhadap nilai-nilai budaya tersebut.

Nilai juga merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai, relatif sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri.

Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara-cara, alat-alat, dan tujuan pembuatan yang tersedia. Dalam nilai-nilai budaya akan melahirkan karakteristik seseorang dalam bertindak laku di masyarakat, sehingga sifat-sifat tersebut akan menjadi panutan bagi diri sendiri dan orang lain.

2.1.3 Tembang Jawa

Tembang dalam budaya Jawa berpengertian sebagai, sebuah bentuk puisi, sajak atau syair Jawa tradisional yang dilantunkan dalam bahasa Jawa yang setiap baitnya mempunyai baris kalimat (gatra) tertentu dan disetiap gatra mempunyai jumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sajak akhir (guru lagu; guru suara tertentu). 1 Cara membawakan Tembang pun terbilang unik dan mempunyai pakem-pakem tertentu dalam melagukanya. Suwardi Endrawara dalam bukunya yang berjudul Tradisi Lisan Jawa: Warisan Abadi Budaya Leluhur menggolongkan tembang dalam genre tradisi lisan Jawa sebagai salah satu bentuk puisi. 2 Menurutnya, puisi, sebagai tradisi lisan yang berupa syair-syair rakyat

(19)

9

memiliki beberapa bentuk, di antaranya adalah: a) Nyanyian rakyat, yaitu puisi yang dilagukan rakyat seperti halnya lagu dolanan anak; b) Parikan (pantun Jawa), yaitu sajak semi terikat; c) Tembang, yaitu puisi yang terikat oleh aneka aturan, seperti tembang gehe dan macapat.

2.1.4 Masyarakat Suku Jawa

Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang banyak ‟bergaul‟ atau dengan istilah ilmiah, saling „berinteraksi‟. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasana melalui apa warga-warganya dapat saling berinteraksi. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari bahasa Latin socius, yang berarti ‟kawan‟. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata bahasa Arab syaraka yang berarti ‟ikut serta‟ atau ‟berpartisipasi‟.

Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang telah lama terbentuk dan memiliki identitas bahasa sendiri, yaitu bahasa Jawa. Jumlah penutur bahasa Jawa memiliki jumlah penutur terbanyak dibandingkan dengan jumlah penutur bahasa daerah lain di Indonesia. Masyarakat Jawa tersebar di wilayah Indonesia, khususnya di pulau Jawa.

Di pulau Jawa, dengan basis daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Khusus di daerah Jawa Timur, masyarakat Jawa berbaur dengan komunitas masyarakat lain yang juga mempunyai identitas bahasa dan karakter budaya yang berbeda. Ada masyarakat Madura, Osing dan masyarakat pendatang yang jika diklasifikasikan dapat digolongkan ke dalam masyarakat pengguna bahasa Indonesia.

2.1.5 Desa Marubun Bayu

Desa Marubun Bayu terletak di Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Desa marubun Bayu menjadi tempat

(20)

10

penelitian Tembang Jawa yang dilakukan oleh peneliti, karena adanya unsur tradisi Suku jawa yang masih sering dilakukan dan menjadi objek peneliti untuk pengembangan serta pemahaman masyarakat terhadap tradisi Suku Jawa tersebut.

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori makna dan nilai-nilai budaya yang diyakini mampu menjelaskan apa itu makna budaya dan nilai-nilai budaya yang terdapat pada lirik tembang dolanan dan tembang Macapat pada suku Jawa.

2.2.1 Antropolinguistik

Antropolinguistik adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan secara menyeluruh. Di satu pihak manusia adalah pencipta kebudayaan, dipihak lain kebudayaan yang “menciptakan” manusia sesuai dengan lingkungannya. Dengan demikian terjalin hubungan timbal-balik yang sangat erat dan padu antara manusia dan kebudayaan.

Sebagai bidang interdispliner, ada tiga bidang kajian Antropolinguistik, yakni studi mengenai bahasa, studi mengenai budaya, dan studi mengenai aspek lain dari kehidupan manusia, yang ketiga bidang tersebut dipelajari dari kerangka kerja linguistik dan antropologi. Kerangka kerja linguistik didasarkan pada kajian bahasa dan kerangka kerja Antropologi didasarkan pada kajian seluk-beluk kehidupan manusia

Istilah Antropolinguistik, paling sedikit ada tiga relasi penting yang perlu diperhatikan. Pertama, hubungan antara satu bahasa dengan satu budaya yang bersangkutan, yang berarti bahwa ketika mempelajari bahasanya kita juga harus mempelajari budayanya. Kedua, hubungan bahasa dengan budaya secara umum yang berarti bahwa setiap ada satu bahasa dalam satu masyarakat, maka ada satu budaya

(21)

11

dalam masyarakat ini. Ketiga, hubungan antara linguistik sebagai ilmu bahasa dengan Antropologi sebagai ilmu budaya (Sibarani 2004:51)

Peranan bahasa sangat penting dalam memahami kebudayaan, dan peranan kebudayaan juga sangat penting dalam memahami bahasa. Komunikasi dalam bahasa akan mencapai sasaran apabila peserta komunikasi dalam bahasa di dalam konteks budayanya. Payung teori dalam kajian ini adalah Antropolinguistik yang merupakan sub bidang dari linguistik dalam kaitannya tentang tempat bahasa di dalam konteks sosial maupun kultural.

Antropolinguistik adalah ilmu yang meneliti seluk beluk hubungan aneka pemakaian bahasa dengan pola kebudayaan dalam masyarakat tertentu atau ilmu yang mencoba mencari hubungan antara bahasa, penggunaan bahasa dan kebudayaan pada umumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Foley (1997), bahwa linguistik Antropologi adalah bidang bawahan linguistik yang berkaitan dengan tempat bahasa dalm konteks sosial dan budaya yang lebih luas, dan perannya dalm membentuk dan mempertahankan praktek budaya dan struktur sosial.

Tugas utama Antropolinguistik adalah (1) Mengkaji kebudayaan dari sudut linguistik; (2) Mengkaji bahasa dalam antropologi; (3) Mempelajari aspek kehidupan manusia dari sudut Antropologi dan linguistik secara bersama-sama.

Tugas pertama meliputi:

1. Menganalisis istilah-istilah budaya atau ungkapan lain.

2. Menganalisis proses penamaan.

3. Menganalisis kesopansantunan.

4. Menganalisis konsep budaya dari unsur-unsur budaya.

5. Menganalisis etnisitas dari sudut bahasa.

(22)

12

6. Menganalisis cara berpikir melalui struktur bahasa.

Tugas kedua meliputi:

1. Menggunakan dan menganalisis struktur bahasa dalam konteks budaya yang tepat.

2. Menggunakan dan menganalisis gaya bahasa dan diksi dalam konteks budaya yang tepat.

3. Menganalisis keberagaman bahasa dari sudut pandang budaya yang berbeda.

4. Menganalisi sejarah bahasa berdasarkan sejarah budaya masyarakatnya.

5. Menganalisis makna berdasarkan konteks budaya.

Tugas ketiga meliputi:

1. Menganalisis terminologi aspek kehidupan manusia dan kemudian menguraikannya berdasarkan bahasa atau budayanya.

2. Menganalisis aspek kehidupan manusia dan kemudian menguraikannya berdasarkan bahasa atau budayanya. (Sibarani 2008:63).

2.2.2 Makna

Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger dalam Aminuddin,1981:108). Makna adalah arti yang tersimpul dari suatu kata. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, maka peristiwa atau keadaan tertentu tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptada, 1984:19).

(23)

13

Mansoer Pateda (2001:79) mengemukaakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan, makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Dari pengertian tersebut dapat diketahui adanya unsur pokok yang tercakup di dalamnya, yaitu:

1) Makna adalah hasil hubungan bahasa dengan dunia luar.

2) Penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai.

3) Perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti.

Dalam lirik tembang dolanan dan tembang macapat terdapat banyak kata yang tertulis menggunakan ungkapan. Pateda (2001: 230) menggolongkan makna ungkapan itu menjadi empat yaitu: (1) mengharapkan sesuatu, (2) mengejek, (3) membandingkan, (4) menasehati. Keempat makna ungkapan di atas tidak diucapkan secara terus terang, melainkan dengan menggunakan kata-kata khusus. Oleh sebab itu, orang harus tanggap menemukan makna tersirat di dalamnya.

2.2.3 Nilai-Nilai Budaya

Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang ditanamkan atau disepakati oleh masyarakat yang mengakar pada kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dengan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau yang sedang terjadi.

Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, motto, dan visi misi.

Nilai budaya merupakan lapisan abstrak dan luas ruang lingkupnya. Tingkat ini adalah ide-ide yang mengkonsepkan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan.

(24)

14

Kluckhohn (dalam Nainggolan, 2015 : 12) mendefinisikan bahwa nilai budaya sebagai konsepsi umum yang terorganisasi dan mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dengan alam, hubungan orang dengan orang lain, dengan hal-hal yang diinginkan atau tidak diinginkan yang mungkin bertahan dengan hubungan orang dengan lingkungan dan sesama manusia.

Nilai-nilai budaya bersifat umum, luas, dan tidak konkret. Oleh sebab itu, nilai budaya tidak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu singkat.

Sibarani (2014:135-136) membagi nilai-nilai budaya menjadi, (1) kesejahteraan, (2) kerja keras, (3) disiplin, (4) pendidika, (5) kesehatan, (6) gotong- royong, (7) pengelolaan gender, (8) pelestarian dan kreativitas budaya, (9) peduli lingkungan, (10) kedamaian, (11) kesopansantunan, (12) kejujuran, (13) kesetiakawanan sosial, (14) kerukunan dan penyelesaian konflik, (15) komitmen, (16) pikiran positif dan rasa syukur, (17) religi.

2.3 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan di perpustakaan melalui media online terdapat sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian Tembang Jawa ini.

Kartini (2011) dalam jurnal yang berjudul: Tembang Dolanan Anak - Anak Berbahasa Jawa Sumber Pembentukan Watak Dan Budi Pekerti dalam penelitian ini menyatakan bahwa tembang dolanan berbahasa Jawa yang mengandung berbagai macam makna atau nilai budi pekerti.

Muljono (2012) dalam makalahnya yang berjudul: Pendidikan Nilai Luhur Melalui Tembang (Lagu) Dolanan Anak memahami arti dan makna yang terkandung

(25)

15

dalam tembang dan lagu dolanan anak-anak yang bernafaskan tradisi atau kreasi yang bernafas tradisi.

Wahid dan Saddhono (2013) dalam jurnalnya yang berjudul: Ajaran Moral Dalam Lirik Lagu Dolanan Anak dari hasil penelitiannya bahwa ajaran moral di dalam lagu dolanan dibagi menjadi empat jenis, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan antara manusia dengan alam.

Arini Hidayah (2017) dalam jurnalnya yang berjudul: Makna Budaya Lagu Dolanan: Dhondhong Apa Salak, Gundhul Pacul menyebutkan makna budaya lagu dolanan mempunyai makna budaya yang baik pada pendidikan dan kehidupan anak- anak, sehingga melahirkan karakter manusia yang sifatnya baik, halus, dan lembut.

Muttakin (2015) dalam jurnalnya yang berjudul: Pendidikan Karakter Dalam Lirik Tembang Dolanan Aanak-Anak Sebagai Bahan Ajar di Sekolah Dasar, berdasarkan hasil analisis menggunakan strukturalisme, tembang dolanan anak-anak Jawa sama dengan puisi yaitu memiliki dua struktur yaitu struktur fisik dan struktur batin.

Asmaun Sahlan dkk (2012) dalam tesisnya yang berjudul: Pengaruh Islam Terhadap Perkembangan Budaya Jawa: Tembang Macapat dalam peneniltian ini terdapat dua pengaruh penting kedatangan Islam terhadap perkembangan tembang macapat, yaitu: yaitu pertama, pengaruh model metrum dari kakawin dan kidung berubah menjadi metrum macapat yang terdiri dari 15 metrum tembang, setiap metrum memiliki perwatakan, guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Kedua, pengaruh isi. Isi kakawin dan kidung masih dipengaruhi unsur Hindu dan Budha sedang isi atau pesan macapat banyak diisi dengan unsur ajaran-ajaran Islam

(26)

16 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh melalui penelitian lapangan (data lisan) dan penelaahan pustaka (data tulis). Pengumpulan data di lapangan menggunakan tiga atau lebih informan yang dilakukan dengan metode cakap dan teknik pancing dan teknik cakap semuka, yang dilanjutkan dengan teknik rekam dan catat (Sudaryanto,1993: 137)

Metode cakap, yaitu berupa percakapan anatara peneliti dengan penutur selaku narasumber, dilakukan dengan mendatangi lokasi penelitian dan dilanjutkan dengan percakapan antara peneliti dengan penutur bahasa Jawa. Selanjutnya dilakukan teknik rekam dan teknik catat digunakan untuk merekam dan mencatat semua data yang diucapkan oleh informan. Hal ini dilaksanakan agar peneliti mendapatkan data yang akurat dari narasumber

3.3.2 Metode dan Teknik Analisi Data

Data yang sudah dikumpulkan, dianalisis dengan metode padan. Metode padan yaitu metode yang alat penentunya di luar dari bahasa lain selain bahasa Jawa, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa Jawa tersebut. Metode padan yang digunakan dalam pengkajian data adalah metode referensial. Metode referensial yaitu metode padan yang alat penetunya berupa kenyataan yang ditunjukan oleh

(27)

17

bahasa Indonesia yang menggunakan bahasa Jawa sebagai referensinya. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu (Sudaryanto, 2015: 13)

3.3.3 Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data

Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode yang bersifat informal dan metode yang bersifat formal. Metode jenis pertama dilakukan dengan kata-kata biasa (a natural language) dan metode kedua dilakukan dengan simbol-simbol dan angka-angka (Sudaryanto, 2015:240).

3.2 Lokasi penelitian

Dalam sebuah penelitian, lokasi penelitian sangatlah penting untuk menunjang hasil. Lokasi hsrus dapat memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai tempat penelitian, syarat yang harus ada dalam lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

1. Lokasi atau tempat penelitian harus jauh dari pusat kota.

2. Mobilitas penduduk desanya rendah.

Dengan penentuan lokasi penelitian yang tepat mendukung hasil penelitian menjadi valid. Lokasi dalam penelitian ini terletak di Desa Marubun Bayu Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara Indonesia.

Kabupaten Simalungun adalah Kabupaten Simalungun adalah kabupaten yang penduduk aslinya adalah suku Batak Simalungun. Kabupaten ini memiliki 32 kecamatan dengan luas 438.660 ha atau 6,12 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Waktu pengumpulan data dilakukan selam kurang lebih satu bulan di

(28)

18

Kabupaten Simalungun, Kecamatan Tanah Jawa, Desa Marubun Bayu. Hal tersebut menimbang keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang digunakan peneliti.

3.4 Sumber Data Penelitian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011: 53), sumber adalah asal, sedangkan data adalah keterangan atau bahan-bahan (2011: 118). Jadi, sumber data adalah keterangan atau bahan-bahan yang berhubungan dengan judul penelitian, yang dapat digunakan sebagai dasar kajian.

Sumber data penelitian ini adalah data tulisan dan lisan. Data tulisan dan data lisan dalam penelitian ini adalah tembang jawa yang dibatasi dengan tembang dolanan dan tembang macapat.

(29)

19 BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Makna yang Terkandung pada Lirik Tembang Dolanan dan Tembang Macapat dalam Suku Jawa di Desa Marubun Bayu

Tembang dolanan dan tembang macapat merupakan warisan budaya suku Jawa yang diturunkan dari generasi ke generasi. Perkembangan budaya suku Jawa di Sumatera Utara berbeda dengan perkembangan suku Jawa di pulau Jawa.

Pencampuran budaya asli Sumatera Utara dengan budaya suku Jawa dan budaya yang ada di luar dari negara Indonesia membuat berkurangnya keinginan masyarakat untuk selalu membudayakan tradisi suku masing-masing. Tidak banyak pemilik suku yang mengerti dengan tradisi sukunya sendiri, satu diantaranya tentang makna pada lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat. Peneliti memilih mencari data makna yang terkandung pada lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat di satu daerah yang mayoritas penduduknya suku Jawa dan masih mengembangkan tradisi suku Jawa. Peneliti mendapatkan sebelas tembang jawa yang terdiri dari lima tembang dolanan dan enam tembang macapat. Rek Ayok Rek, Pitik Walik, Sluku- Sluku Bathok, Mentok-Mentok, dan Padang Bulan adalah tembang dolanan.

Kinanthi, Transmigrasi, Pitutur, Asmarandana, Sinom dan Mijil adalah tembang macapat. Lirik lagu merupakan salah satu karya sastra, sehingga dapat disimpulkan bahwa lirik lagu pasti memiliki makna ungkapan. Lirik lagu yang mengandung makna ungkapan dapat menggolongkan makna ungkapan itu menjadi empat yaitu:

1. mengharapkan sesuatu

(30)

20 2. mengejek

3. membandingkan 4. menasehati

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka dibawah ini dijelaskan makna lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat di Desa Marubun Bayu.

4.1.1 Makna Mengharapkan Sesuatu

Lirik tembang dolanan dan tembang macapat ada yang bermakna mengharapkan sesuatu atau permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar semua yang dicita-citakan di berkahi oleh Tuhan dan segala keinginan terkabulkan, karena lirik tembang dolalan dan lirik tembang macapat lebih cenderung berisi permohonan yang menjadi cita-cita dalam maasyarakat suku Jawa. Berikut dijabarkan beberapa lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat.

a. Lirik tembang dolanan

1. REK AYOK REK

Rek ayo rek mlaku-mlaku neng Tunjungan „Rek mari rek jalan-jalan ke Tunjungan‟

Rek ayo rek mlaku-mlaku berbarengan „Rek mari rek jalan bersama-sama‟

Cak ayo cak sapa gelem melu aku „Siapa yang mau ikut denganku‟

Cak ayo cak golek kenalan cah ayu „Ayo cari kenalan anak yang cantik‟

Ngalor ngidul liwat toko ngumbah mata „Kesana-kesini lewat toko cuci mata‟

Awak lungkrah pikir susah jadi lega „Badan capek, pikiran susah jadi lega‟

(31)

21

Sapa ngerti nasib awak lagi mujur „Siapa tahu nasib saya lagi bagus‟

Kenal anake sing dodol rujak cingur „Kenal anaknya penjual rujak cingur‟

Makna yang terkandung dalam lirik lagu Rek ayo rek adalalah makna mengharapkan sesuatu. Penjelasan dari semua arti lagu tersebut sebagai berikut.

seorang laki-laki sedang mengajak temannya jalan-jalan ke sebuah daerah yang bernama Tunjungan. Seseorang tersebut mengajaknya jalan bersama-sama. Mencari gadis yang cantik. Sudah kesana-kesini melewati berbagai toko sambil melihat-lihat.

Badan yang sudah lelah dan yang awalnya pikiran sedang susah menjadi lebih lega.

Dan seseorang tersebut berharap nasib dirinya sedang baik dapat kenalan gadis yang orang tuanya penjual rujak Cingur. Analisi makna mengharapkan sesuatu terdapat pada kalimat sopo ngerti nasib awak lagi mujur, kenal anake sing dodol rujak cingur.

b. Lirik tembang macapat

1. KINANTHI

Kukusing dupa kumelun „Asap ke atas dupa yang naik‟

Ngeningken tyas kang apekik „Orang yang mengheningkan cipta‟

Kawengku sagung jajahan „Tidak ada yang difikir selain tujuannya‟

Nanging saget angikipi „Akan tetapi memiliki fokus yang dalam‟

Sang resikaneka putro „Mengagetkan para dewa‟

Kang anjog saking wiyati„ Maka dewa turun dari kayangan‟

Makna yang terkandung dalam lirik lagu Kinantih adalah mengharapkan sesuatu. Penjelasan arti lirik lagu tersebut adalah membakar dupa yang pada umumnya sebagai alat untuk upacara keagamaan atau sembahyang digunakan untuk

(32)

22

lebih fokus saat diri mulai konsentrasi terhadap apa yang menjadi tujuannya, mengosongkan pikiran dan hanya menyisakan tujuannya. Keinginan diri terhadap sesuatu dan sesuatu itu adalah Ridho Allah SWT.

2. SINOM

Punika serat kawula „Ini adalah tulisan saya‟

Katura sira wong kuning „Untuk kamu orang yang kuning‟

Sapisan salam pandonga „Pertama salam doa‟

Kapindo takonpawarti „Kedua tanya kabar‟

Jare sirarsa laki „Katanya kamu akan menikah‟

Ingsun mung sewu jumurung „Aku hanya bisa mendukung‟

Amung ta wekasi wang „Yang lalu biarlah berlalu‟

Gelang alit mungging driji „Cicin yang tersemat di jari‟

Lamun sida saja lali kalih kula „Kalau jadi jangan lupakan aku‟

Makna yang terkandung dalam lirik lagu di atas adalah makna mengharapkan sesuatu. menjelaskan sebuah pesan untuk seseorang yang dulunya adalah kekasihnya, pertama dia mengucapkan salam kemudian bertanya kabar, dia mendengar mantan kekasihnya akan menikah maka dia berpesan dan berharap kalau memang benar mantan kekasihnya itu akan menikah dia berharap untuk tidak dilupakan.

4.1.2 Makna Membandingkan

Lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat bermakna membandingkan biasanya lebih cenderung menekankan makna nilai-nilai budaya

(33)

23

dengan membandingkan sifat-sifat, kebiasaaan, karakteristik, perilaku, seekor binatang, tumbuh-tumbuhan serta sesuatu yang ada di dalam lingkungan masyarakat suku Jawa. Berikut dijabarkan beberapa lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat pada suku Jawa yang mengandung makna membandingkan:

a. Lirik tembang dolanan 1. PITIKWALIK

Pitik walik jambul „Ayam berbulu kriting‟

Sega golong mambu enthong „Nasi putih berbau centong‟

Mangga sami kundur „Mari kita pulang‟

Weteng kula sampun kothong „Perut saya sudah lapar‟

Enake sego liwet sayur terong „Enaknya nasi liwet sayur terong‟

Terong bunder bocah sregep mesti pinter „Orang yang rajin pangkal pandai‟

Terong ijo bocah kesed mesti bodo „Orang yang malas pangkal bodoh‟

Makna yang terkandung dalam lirik lagu Pitik Walik adalah makna membandingkan terdapat pada kalimat terong bunder bocah sregep mesti pinter yang artinya „orang yang rajin, tekun, pastilah pandai‟ dan terong ijo bocah kesed mesti bodo yang artinya „orang pemalas pada umumnya bodoh‟. Dalam lirik ini membandingkan antara seseorang yang rajin dan pemalas sama-sama akan mendapatkan hasil dan pasti hasilnya berbeda.

b. Lirik tembang macapat 1. TRANSMIGRASI

Wis wancine urip pisah lan sadulur „Sudah waktunya pisah dari saudara- saudara‟

Golek panguripan „Mencari penghidupan‟

(34)

24

Pindhah papan luwih becik „Pindah ke tempat lebih baik‟

Saja owel ninggalake papan lawas „Jangan ragu meninggalkan tempat tinggal yang lama‟

Prayogane transmigrasi kang sinebut „Lebih baik berpindah tempat yang disebut transmigrasi‟

Programe negara „Programnya negara‟

Pindhah saka tanah Jawi „Pindah dari tanah Jawa‟

Menyang pulo-pulo tlatah Nusantara „Pergi ke pulau-pulau yang ada di Nusantara‟

Makna yang terkadung dalam lirik lagu Transmigrasi adalah makna membandingkan. Penjelasan dari lirik lagu Transmigrasi adalah menceritakan seseorang yang sudah seharusnya berpisah dari saudaranya untuk merantau mencari kehidupan yang berbeda, berpindah ke tempat yang lebih baik dan jangan ragu untuk meninggalkan kampung halaman. Transmigrasi sebuah program negara yang memutuskan seseorang untuk berpindah ke pulau-pulau di luar pulau Jawa dan masih di daerah Nusantara. Makna perbandingan terlihat pada kalimat „Pindhah papan luwih becik’ yang artinya pindah ketempat yang lebih baik arti kata tersebut menyatakan seakan-akan tempat ia tinggal tidak baik diperkuat dengan kalimat Prayogane transmigrasi kang sinebut dan menyang pulo-pulo tlatah Nusantara yang artinya „lebih baik pindah tempat yang di sebut Transmigrasi‟ dan „pergi ke pulau- pulau yang ada di Nusantara‟.

(35)

25 4.1.3 Makna Menasehati

Lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat tidak lepas dari makna menasehati karena pada lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat juga berisi falsafah hidup, etika dan kesopanan agar menasehati dan memberikan arahan kepada orang agar menjalankan hidup dengan baik. Berikut dijabarkan beberapa lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat yang mengandung makna menasehati:

a. Lirik tembang dolanan

1. SLUKU-SLUKU BATHOK

Sluku-sluku bathok „Bersihkanlah batinmu‟

Bathoke ela-elo „Batinmu melantunkan la ilaha illallah‟

Si rama menyang Solo „Mandilah dan sholatlah‟

Oleh-olehe payung motha „Akan mendapatkan perlindungan dari Yang Maha Esa‟

Mak jenthit lolo lobah „Berhati-hatilah dengan kesalahanmu‟

Wong mati ora obah „Orang yang tidak mau berusaha bagaikan orang yang sudah mati‟

Nek obah medeni bocah „Jika bergerak akan menakut-nakuti anak kecil‟

Nek urip goleka dhuwit „Jika hidup tugasnya mencari uang‟

Makna yang terkandung dari lirik lagu di atas adalah makna menasehati.

sluku-sluku bathok berasal dari bahasa arab Ghuslu-ghuslu batnaka, artinya

„bersihkanlah batinmu‟. Nasihat membersikan batin untuk mencegah diri dari hawa nafsu dan lirik lagu juga menjelaskan bahwa kita harus senantiasa berzikir kepada Allah, pada hakikatnya baris pertama dan kedua merupakan kalimat tauhid yang

(36)

26

dalam sufisme Jawa ketika berdzikir. Bathoke ela-elo’ berasal dari bahasa arab yaitu batnaka La Illaha Illallah. Si rama menyang solo setelah membersikan diri maka sholatlah mendekatkan diri pada sang Maha Kuasa oleh-olehe payung mutho maka akan mendapatkan perlindungan dan kebahagian dari Allah SWT. mak jenthit loloobah berhati-hatilah dengan kesalahanmu, sebagai peringatan untuk selalu berbuat baik dan selalu mengoreksi diri dari kesalahan yang pernah diperbuat. wong mati ora obah orang yang tidak mau berusaha bagaikan orang yang sudah mati, dan nek obah medeni bocah kalau hidup hanya akan menakut-nakuti anak kecil, nek urip goleka dhuwit jika hidup tugasnya mencari uang.

2. PADANG BULAN

Ayo prakanca dolanan neng njaba „Marilah kita bermain di luar rumah‟

Padhang bulan padhange kaya rina „Terang bulan bagaikan siang‟

Padhang bulane, seng awe-awe „Terang bulannya melambai-lambai‟

Ngelengake saja padha turu sore „Mengingatkan kita jangan tidur sore‟

Makna yang terkandung dalam lirik lagu di atas adalah makna menasehati. di dalam lirik Ngelengake saja padha turu sore yang artinya „mengingatkan kita jangan tidur sore‟ karena dalam lirik tersebut terdapat filsafah hidup dan memberikan arahan kepada orang lain agar dapat menjalankan hidup dengan baik.

Lirik tersebut juga mengandung etika dan kesopanan untuk menasehati orang lain dengan baik.

a. Lirik tembang macapat 1. PITUTUR

Suntuturi kabeh putra putri „Semua nasehat untuk putra dan putri‟

(37)

27

Lamun sisa sregep ing pangolah „Kalau sibuk dengan pekerjaan‟

Budi pikir lan ngelmune „Berikan pendidikan untuk akal fikirannya‟

Saja sira gumunggung „Jangan mau disanjung-sanjung‟

Kebat kliwat datanpa mikir „Setiap tindakan harus dipikirkan‟

Trunyak-trunyak tindakanya „Jangan bertindak gegabah‟

Bilahi ing pungkur „Agar tidak menyesal kemudian hari‟

Singkirana tindak nistha „Hindari tindakan tercela‟

Kang pranyata nora gawe urip mukti „Yang membuat hidup menjadi susah‟

Estokna tutur ika „Ikuti nasehat ini‟

Ana maneh pitutur prayogi „Ada lagi nasehat yang lebih baik‟

Lamun sira wus ndungkap diwasa „Kalau kamu menjelang dewasa‟

Dadya janma utamane „Jadilah orang yang berguna‟

Mbangun turut mring Guru „Mengikuti kata guru‟

Bapa ibu tan kena kari „Bapak ibu tidak bisa kita tinggalkan‟

Manembah mring Hyang Suksma „Untuk menghindari marahnya Maha Kuasa‟

Ugi para sepuh „Dan para orang tua‟

Iku dadya tindakira „Itulah yang menjadi pedomanmu‟

Kang tumuju kautamaning dumadi „Menuju kehidapan yang sejati‟

Tundhone urip mulya „Untuk hidup yang lebih bahagia‟

Makna yang terkandung pada lagu di atas adalah makna menasehati mulai dari baris pertama sampai baris terakhir memiliki makna menasehati untuk anak- anak yang masih kecil hingga dewasa baik putra maupun putri, jika kamu sibuk

(38)

28

dengan pekerjaanmu maka berikanlah pendidikan untuk akal pikirannya dan janganlah kamu sanjung-sanjung agar tidak menjadi anak-anak yang manja dan lemah. Dan untuk semua tindakan harus diperkirakan baik buruknya jangan bertindak gegabah agar tidak menyesal dikemudian hari. Selalu hindari tindakan tercela yang akan membuat hidup susah, ditegaskan dengan kalimat Estokna tutur ika yang artinya „ikuti nasehat ini‟.

Pada bait kedua dituliskan ada lagi nasehat yang lebih baik jika seorang anak itu sudah menjelang dewasa. Jadilah orang yang berguna mengikuti kata bapak- ibu dan juga guru dan jangan engkau abaikan ataupun tinggalkan, untuk menghindari marahnya Maha Kuasa dan para orang tua. Itulah jadikan pedomanmu untuk menuju kehidupan yang sejati dan hidup yang lebih bahagia.

2. MIJIL

Dedalane guno lawan sekti „Cara untuk menjadi orang yang berguna dan sakti‟

Kudu andhap asor „Harus saling menghormati‟

Wani ngalah dhuwur wekasane „Berani mengalah itu lebih baik‟

Tumungkula yen dipundukanni „Lebih baik diam dikala ada orang yang marah‟

Ruruh sarwa wasis samubarangipun „Pintar-pintar untuk membuat keputusan‟

Seperti yang di jelaskan dalam lirik lagu mijil di atas, makna yang terkandung adalah makna menasehati, di mana etika dan kesopanan di dalam hidup harus dijunjung tinggi agar kita dapat menjalankan hidup sebagaimana mestinya.

Seperti pada lirik Dedalane guno lawan sekti yang artinya ‘cara untuk menjadi orang

(39)

29

yang berguna dan sakti‟ dan Kudu andhap asor yang artinya „harus saling menghormati‟ menjelaskan bahwa di dalam hidup kita harus saling menghormati agar dapat menjadi orang yang berguna. Sedangkan di dalam lirik Wani ngalah dhuwur wekasane yang artinya „berani mengalah itu lebih baik‟ menjelaskan nasihat bahwa dalam hidup terkadang kita harus mengalah agar dapat menang dalam suatu keadaan. Lirik Tumungkula yen dipundukanni yang „artinya lebih baik diam dikala ada orang yang marah‟ menjelaskan bahwa diam adalah cara yang terbaik untuk menghadapi orang yang sedang marah dengan tujuan agar hubungan tetap baik-baik saja. Dan terakhir, di dalam lirik Ruruh sarwa wasis samubarangipun yang artinya

„pintar-pintar untuk membuat keputusan‟ menjelaskan bahwa di dalam kehidupan, kita harus bijak dalam menjalani hidup dan mengambil keputusan di dalam keadaan apapun agar tidak menyesal dikemudian hari.

4.1.4 Makna Mengejek

Lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat tak lepas dari makna mengejek karena pada lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat juga berisi sindiran-sindiran dengan menggunakan kata-kata yang halus tetapi terkadang ada beberapa lagu yang memiliki makna dan tujuan yang baik untuk kehidupan. Berikut dijabarkan beberapa lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat yang mengandung makna mengejek:

a. Lirik tembang dolanan 1. MENTHOG-MENTHOG

Menthog, menthog, tak khandhani „Entok,entok,, ku beritahu‟

Mung solahmu angisin-isini „Wujudmu yang memalukan‟

(40)

30

Mbok ya saja ngetok ana kandhang bae „Janganlah menampakan diri di rumah saja‟

Enak-enak ngorok ora nyambut gawe „Enakan tidur,tidak bekerja‟

Menthog, menthog, mung lakumu „Entok,entok cara kamu berjalan‟

Megal-megol dadi guyu „Lenggak-lenggok membuat tertawa‟

Makna lagu di atas adalah makna mengejek, menggunakan perumpaan hewan entok. Hewan yang memiliki badan yang besar, mendatar, leher pendek, dada lebar, dan kaki yang pendek. Jika itu berwujudan dari manusia pastilah sangat memalukan, janganlah menampakan diri, dirumah saja. Entok yang lebih banyak menghabisakn dirinya untuk tidur dan tidak melakukan apapun, seperti manusia pemalas. Entok kalau berjalan lenggak-lenggok, sama halnya orang yang memiliki tubuh besar jika kalau berjalan seperti entok.

b. Lirik tembang macapat 1. ASMARANDANA

Lumrah tumrap wong ngaurip „Biasa dalam kehidupan‟

Dumung sadhengah papan „Bertempat dimana-mana‟

Tan ngrasa cukup butuhe „Selalu merasa kurang‟

Ngenteni rezeki tiba „Menunggu datangnya rezeki‟

Lamun tanpa makarya „Kekayaan akan datang‟

Sengsara bisa kepthuk „Kesengsaraan bisa berjumpa‟

Kang mangkono bundhelana ‘Contohlah ilmu yang seperti itu‟

Makna yang terkandung dalam lagu diatas adalah makna mengejek.

Menceritakan kebiasan-kebiasaan kehidupan yang selalu bertempat tinggal dimana- mana atau selalu pindah rumah, selalu merasa kurang, tanpa kerja tetapi menunggu

(41)

31

datangnya rezeki. Sifat manusia yang malas tetapi bercita-cita menjadi orang kaya.

Makna mengejek lebih ditegaskan di kalimat Kang mangkono bundhelana yang artinya „contohlah ilmu seperti itu‟, bukan suatu nasehat untuk ke tindakan baik melainkan mengejek untuk menyadarkan bahwa tindakan itu tidak baik.

4.2 Nilai-Nilai Budaya yang Terkandung pada Lirik Tembang Dolanan dan Tembang Macapat pada Suku Jawa di Desa Marubun Bayu

Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang ditanamkan atau disepakati oleh masyarakat yang mengakar pada kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dengan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau yang sedang terjadi.

Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, motto, dan visi misi.

Nilai budaya merupakan abstrak dan luas ruang lingkupnya, tingkat ini adalah ide-ide yang mengkonsepkan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan.

Nilai-nilai budaya bersifat umum, luas dan konkret. Oleh sebab itu, nilai budaya tidak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu singkat (Koentjaraningrat,1986:190)

Sibarani (2014:135-136) membagi nilai-nilai budaya menjadi, (1) kesejahteraan, (2) kerja keras, (3) disiplin, (4) pendidikan, (5) kesehatan, (6) gotong- royong, (7) pengelolaan gender, (8) pelestarian dan kreativitas budaya, (9) peduli lingkungan, (10) kedamaian, (11) kesopansantunan, (12) kejujuran, (13) kesetiakawanan sosial, (14) kerukunan dan penyelesaian konflik, (15) komitmen, (16) pikiran positif dan rasa syukur, (17) religi. Berikut dijabarkan beberapa nilai- nilai budaya dalam lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat.

(42)

32 4.2.1 Nilai Religi

Nilai religi/nilai ketuhanan mengandung arti keyakinan dan pengakuan bahwa Tuhan adalah segala sumber kemurahan, berkat dan kesehjahteraan.

Mengakui akan adanya Tuhan dengan menyertakan Tuhan dalam warisan nilai budaya adalah suatu bentuk keyakinan masyarakat suku Jawa. Berikut nilai religi/ketuhanan yang terdapat dalam lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat adalah sebagai berikut:

a. Lirik tembang dolanan

1. SLUKU-SLUKU BATHOK

‘Sluku-sluku bathok „Bersihkanlah batinmu‟

Bathoke ela-elo „Batinmu melantunkan la ilaha illallah‟

Si rama menyang Solo „Mandilah dan sholatlah‟

Oleh-olehe payung motha „Akan mendapatkan perlindungan dari Yang Maha Esa‟

Mak jenthit lolo lobah „Berhati-hatilah dengan kesalahanmu‟

Wong mati ora obah „Orang yang tidak mau berusaha bagaikan orang yang sudah mati‟

Nek obah medeni bocah „Jika bergerak akan menakut-nakuti anak kecil‟

Nek urip goleka dhuwit „Jika hidup tugasnya mencari uang‟

Pada lirik di atas terkandung nilai religi. Nilai religi pada lirik lagu diatas terdapat pada kalimat Bathoke ela-elo yang artinya „batinmu melantunkan la ilaha illallah‟, Si rama menyang Solo yang artinya ‘mandilah dan sholatlah‟, Oleh-olehe payung motha yang artinya ‘akan mendapatkan perlindungan dari Yang Maha Esa‟.

b. Lirik tembang macapat

(43)

33 1. KINANTHI

Kukusing dupa kumelun „Asap ke atas dupa yang naik‟

Ngeningken tyas kang apekik „Orang yang mengheningkan cipta‟

Kawengku sagung jajahan „Tidak ada yang difikir selain tujuannya‟

Nanging saget angikipi „Akan tetapi memiliki fokus yang dalam‟

Sang resikaneka putro „Mengagetkan para dewa‟

Kang anjog saking wiyati „Maka dewa turun dari kayangan‟

Pada lirik lagu di atas mengandung nilai religi. Nilai religi yang terdapat pada lirik di atas adalah Sang resikaneka putro yang artinya ‘mengagetkan para dewa‟, Kang anjog saking wiyati yang artinya‟ maka dewa turun dari kayangan‟

4.2.2 Nilai Kerukunan

Nilai kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh makna baik dan damai. Hidup bersama dalam masyarakat dengan kesatuan hati dan bersepakat untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran. Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka nilai kerukunan adalah suatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat. Nilai kerukunan yang terdapat dalam lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat adalah sebagai berikut:

a. Lirik tembang dolanan 1. PADANG BULAN

Ayo prakanca dolanan neng njaba „Marilah kita bermain di luar rumah‟

Padhang bulan padhange kaya rina „Terang bulan bagaikan siang‟

Padhang bulane, seng awe-awe „Terang bulannya melambai-lambai‟

Ngelengake saja padha turu sore „Mengingatkan kita jangan tidur sore‟

(44)

34

Pada lirik diatas terkandung nilai kerukunan. Nilai kerukunan pada lirik lagu diatas terdapat pada kalimat „Ayo prakanca dolanan neng njaba’ yang artinya marilah teman kita bermain di luar rumah.

a. Lirik tembang macapat 1. MIJIL

Dedalane guno lawan sekti „Cara untuk menjadi orang yang berguna dan sakti‟

Kudu andhap asor „Harus saling menghormati‟

Wani ngalah dhuwur wekasane „Berani mengalah itu lebih baik‟

Tumungkula yen dipundukanni„ Lebih baik diam dikala ada orang yang marah‟

Ruruh sarwa wasis samubarangipun „Pintar-pintar untuk membuat keputusan‟

Pada lirik lagu di atas mengandung nilai kerukunan. Nilai kerukunan dalam lirik lagu di atas dinyatakan pada lirik Kudu andhap asor yang artinya „harus saling menghormati‟, Wani ngalah dhuwur wekasane yang artinya ‘berani mengalah itu lebih baik‟, Tumungkula yen dipundukanni yang artinya ‘lebih baik diam dikala ada orang yang marah‟.

4.2.3 Nilai Komitmen

Komitmen menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu janji pada diri kita sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam tanggung jawab tindakan kita melakukan, menjalankan, memasukan, mengerjakan. Nilai komitmen dalam keseharian diungkapkan dalam perkataan yang menyatakan sebuah kesanggupan

(45)

35

untuk berbuat sesuatu. Nilai komitmen mengandung unsur kontinuitas. Artinya kita bersedia untuk melaksakan janji kita tidak hanya pada saaat ini, tetapi berkelanjutan dan secara terus-menerus. Nilai komitmen yang terdapat dalam lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat sebagai berikut:

a. Lirik tembang macapat

1. SINOM

Punika serat kawula „Ini adalah tulisan saya‟

Katura sira wong kuning „Untuk kamu orang yang kuning‟

Sapisan salam pandonga „Pertama salam doa‟

Kapindo takonpawarti „Kedua tanya kabar‟

Jare sirarsa laki „Katanya kamu akan menikah‟

Ingsun mung sewu jumurung „Aku hanya bisa mendukung‟

Amung ta wekasi wang „Yang lalu biarlah berlalu‟

Gelang alit mungging driji „Cicin yang tersemat di jari‟

Lamun sida saja lali kalih kula „Kalau jadi jangan lupakan aku

Pada lirik lagu di atas mengandung nilai pikiran positif. Nilai pikiran positif dalam lirik lagu di atas dinyatakan pada lirik Ingsun mung sewu jumurung yang artinya „aku hanya bisa mendukung‟, Amung ta wekasi wang yang artinya ‘yang lalu biarlah berlalu‟, Lamun sida saja lali kalih kula yang artinya „kalau jadi jangan lupakan aku‟.

(46)

36 4.2.4 Nilai Pikiran Positif

Nilai pikiran positif merupakan sikap mental yang melibatkan proses memasukan pikiran-pikiran, kata-kata, dan gambaran-gambaran yang membangun perkembangan. Pikiran positif adalah pikiran yang dapat membangun dan memperkuat kepribadian atau karakter sehingga nilai pikiran positif menghadirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan anda. Ini juga berarti bahwa dengan pikiran positif masyarakat bisa menjadi pribadi yang lebih matang, lebih berani menghadapi tantangan, dan melakukan hal-hal yang hebat. Nilai pikiran positif yang terdapat dalam Lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat sebagai berikut:

a. Lirik tembang dolanan 1. REK AYOK REK

Rek ayo rek mlaku-mlaku neng Tunjungan „Rek mari rek jalan-jalan ke Tunjungan‟

Rek ayo rek mlaku-mlaku berbarngan „Rek mari rek jalan bersama-sama‟

Cak ayo cak sapa gelem melu aku „Siapa yang mau ikut denganku‟

Cak ayo cak golek kenalan cah ayu „Ayo cari kenalan anak yang cantik‟

Ngalor ngidul liwat toko ngumbah mata „Kesana-kesini lewat toko cuci mata‟

Awak lungkrah pikir susah jadi lega „Badan capek, pikiran susah jadi lega‟

Sapa ngerti nasib awak lagi mujur „Siapa tahu nasib saya lagi bagus‟

Kenal anake sing dodol rujak cingur „Kenal anaknya penjual rujak cingur‟

Pada lirik lagu di atas mengandung nilai pikiran positif. Nilai pikiran positif dalam lirik lagu di atas dinyatakan pada lirik Sapa ngerti nasib awak lagi mujur

(47)

37

yang artinya „siapa tahu nasib saya lagi bagus‟, Kenal anake sing dodol rujak cingur yang artinya „kenal anaknya penjual rujak cingur‟.

a. Lirik tembang macapat 1. TRANSMIGRASI

Wis wancine urip pisah lan sadulur „Sudah waktunya pisah dari saudara- saudara‟

Golek panguripan „Mencari penghidupan‟

Pindhah papan luwih becik „Pindah ke tempat lebih baik‟

Saja owel ninggalake papan lawas „Jangan ragu meninggalkan tempat tinggal yang lama‟

Prayogane transmigrasi kang sinebut „Lebih baik berpindah tempat yang disebut transmigrasi‟

Programe negara „Programnya negara‟

Pindhah saka tanah Jawi „Pindah dari tanah Jawa‟

Menyang pulo-pulo tlatah Nusantara „Pergi ke pulau-pulau yang ada di Nusantara‟

pada lirik di atas terkandung nilai pikiran positif. Nilai pikiran positif pada lirik di atas pada bait pertama yaitu Pindhah papan luwih becik yang artinya ‘pindah ke tempat lebih baik‟, Saja owel ninggalake papan lawas yang artinya ‘jangan ragu meninggalkan tempat tinggal yang lama‟.

4.2.5 Nilai Kerja Keras

kerja keras diartikan sebagai nilai melakukan sesuatu dengan sungguh- sungguh untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan. Nilai kerja

(48)

38

keras dapat dilakukan dalam segala hal, mungkin dalam mencari rezeki, menuntut ilmu, berkreasi, membantu orang lain, atau kegiatan yang lain. Nilai kerja keras yang terdapat dalam lirik tembang dolanan dan lirik tembang macapat sebagai berikut:

a. Lirik tembang macapat 1. KINANTHI

Kukusing dupa kumelun „Asap ke atas dupa yang naik‟

Ngeningken tyas kang apekik „Orang yang mengheningkan cipta‟

Kawengku sagung jajahan „Tidak ada yang difikir selain tujuannya‟

Nanging saget angikipi „Akan tetapi memiliki fokus yang dalam‟

Sang resikaneka putro „Mengagetkan para dewa‟

Kang anjog saking wiyati „Maka dewa turun dari kayangan‟

Pada lirik di atas terkandung nilai kerja keras. Nilai kerja keras pada lirik di atas terdapat pada kalimat Ngeningken tyas kang apekik yang artinya ‘orang yang mengheningkan cipta‟, Kawengku sagung jajahan yang artinya‘tidak ada yang difikir selain tujuannya‟, Nanging saget angikipi yang artinya „memiliki fokus yang dalam‟.

4.2.6 Nilai Disiplin

Secara etimologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 268) disiplin adalah tata tertib di sekolah, kemiliteran, dan lain sebagainya (ketaatan/kepatuhan terhadap tata tertib sekolah), sedangkan pola asuh berarti bentuk atau sistem dalam menjaga, merawat dan mendidik. Jika ditinjau dari terminologi, pola asuh anak adalah suatu pola atau sistem yang diterapkan dalam menjaga, merawat dan mendidik seorang anak yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola

Referensi

Dokumen terkait

 Menu Referensi - Aktif, menampilkan semua data peserta didik aktif yang sudah valid dan diberikan NISN secara otomatis oleh sistem.. TINGKAT SEKOLAH/LEMBAGA – ANTARMUKA MENU

Sampai disitu implementasi Power Line Adapter sebagai media transmisi untuk komunikasi data sudah dapat digunakan, baik sebagai jaringan komputer biasa maupun

Pada pengujian ini, sistem pencegahan penyusupan dalam keadaan normal yaitu tidak ada paket data yang dikirim berupa serangan port scanning dan DOS dengan

Terkait metodologi, kelemahan dalam studi ini adalah tidak diberinya kesempatan peneliti dapat face to face dengan sumber data kunci (Sultan bertahta), meskipun

Masalah yang melatar belakangi penelitian ini adalah belum adanya media yang mendukung sebagai sarana penyampaian informasi, pendidikan dan promosi secara cepat di sekolah

Pada penelitian ini akan melayani VoIP pada Open IMS Core, memadukan antara Open IMS Core dengan server ENUM yang dikombinasikan dengan menggunakan jaringan wireless LAN

Metode penelitian ini menggunakan Research & Development (R&D) dengan metode pengumpulan data berupa wawancara pada pakar materi, pakar media, dan guru biologi, dan

Untuk menghitung konsumsi Solar & LNG yang akurat untuk dijadikan acuan pedoman dalam operasi mobil tangki, diperlukan data yang cukup untuk dianalisa