• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUHNYA KEMISKINAN DI MASYARAKAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUHNYA KEMISKINAN DI MASYARAKAT."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUHNYA

KEMISKINAN DI MASYARAKAT

Oleh GPB Suka Arjawa

(Staf Pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, Universitas Udayana)

Abstract

This article is aimed at explaining the causes of the poverty in society. Poverty exists either ini developed or ini developing countries. The definition of poverty itself as actually still debatable as there many perspectives giving various meanings of poverty. For that purpose, this article assumed that poverty is affected by many aspects namely: human factor, environment, goverment policy and culture.

Keywords: poverty, human factor, environment, goverment policy, culture

Pendahuluan

Bali selalu identik dengan perkembangan pariwisatanya. Ini disebabkan karena sejak awal pulau kecil ini selalu memberikan kepada negara prosentasi yang cukupp tinggi pada pembangunan nasional dari sektor pariwisata. Karena itu, secara sosial sering dikatakan bahwa kemiskinan sangatlah sulit ditemukan di Bali. Tetapi masalah kemiskinan sesungguhnya tidak bisa dikaitkan dengan industri belaka. Kemiskinan itu sangat terkait dengan individu, aktor atau agen manusia yang berada di lingkungan tersebut. Kemiskinan juga dikaitkan dengan lingkungan. Akan tetapi kalau agennya mampu menyiasasti persoalan kemidkinan, maka akan terjadi hal yang sebaliknya. Orang akan mampu menjadi kaya di tengah lingkungan yang miskin.

(4)

Faktor Manusia

Faktor manusia sebagai faktor yang membuat kemiskinan itu dimulai dari pandangan bahwa kemalasan yang menjadi pendorong utama. Kemalasan ini bisa berarti tidak bersedia bergerak untuk melakukan sesuatu untuk mendorong kemajuan hidup. Orang seperti ini hanya mengharapkan apa yang sudah tersedia tanpa mau memberikan apresiasi terjadap kehidupan dan lingkungan. Karena itu, terjadinya kemiskinan seperti ini tidak hanya di wilayah-wilayah yang tanahnya kering tetapi juga bisa terjadi pada daerah yang mempunyai lingkungan yang berpotensi membuat sesorang atauu keluarga itu maju. Di wilayah pegunungaan misalnya, merupakan pemikiran keliru kalau dikatakan sebagai wilayah yang berpotensi menciptakan kemiskinan. Secara kasat mata, pegunungan itu menghasilkan tanaman atau sayuran yang jauh lebih berkualitas dibandingkan di daerah lain. Dalam banyak hal, buah-buahan dan sayuran segar itu datang dari pegunungan yang kemudian diekspor menuju perkotaan. Dalam pemahaman ilmu alam, pegunungan dikenal sebagai daerah subur karena merupakan permukaan tanahnya merupakan endapan dari bekas letusan gunung atau pembentukan gunung di masa lalu.

Karena itu, pengolahan tanah pertanian daan perkebunan di gunung merupakan cara yang paling bagus untuk menopang khidupan. Perkebunan yang dilakukan secara konsisten dan berpengetahuan akan membuat masyarakat mampu meningkatkan taraf kehidupannya. Akan tetapi, cukup banyak masyarakat pegunungan yang tidak mampu memanfaatkan itu sebagai akibat dari kemalasannya untuk bergerak. Perkebunan merupakan pekerjaan yang lebih banyak memakai pekerjaan fisik. Kemalasan dalam konteks ini disebabkan oleh karena tidak bersedia melakukan pekerjaan fisik karena dinilai menjadi beban bagi mereka.

(5)

Lingkungan sebagai Pengaruh

Kemiskinan juga disebabkan oleh persoalan lingkungan yang tidak memberikan kontribusi kepada peningkatan kemakmuran manusia. Lingkungan ini bisa dibagi menjadi dua, yakni lingkungan alam dan lingkungan manusia yang berada di sekitar manusia tersebut. Alam sebagai tempat berpijak manusia sering kali memberikan pengaruh yang sangat besar kepada kemampuan manusia untuk meningkatkan taraf hidupnya. Alam yang subur, kaya dengan berbagai sumber daya yang mampu dimanfaatkan untuk manusia, akan memberikan sumbangan signifikan kepada manusia dan masyarakat untuk meningkatkan taraf kemampuan ekonominya. Dalam arti, alam itu tidak memberi kemiskinan kepada masyarakat yang ada di sekitarnya. Dalam contoh konkrit misalnya, masyarakat di daerah Asah Duren, Kecamatan Pupuan, kabupaten Tabanan, Bali boleh dikatakan memberikan sumbangan besar kepada kemampuan warga yang ada di sana untuk mengentaskan kemiskinan. Wilayah ini merupakan pegunungan yang bertanah subur, sehingga pohon cengkeh, kopi dan coklat bisa tumbuh dengan baik. Sebagian besar, bahkan seluruh penduduk di sana mempunyai perkebunan cengkeh dan mampu memabangun rumah permanen dengan bata dan semen. Demikian juga yang terjadi dengan masyarakat di Banjar Galiukir di Kecamatan Pupuan, dimana masyarakatnya bercocok tanam sebagai petani cengkeh dan kopi. Masyarakat disini mampu membuat bangunan permanen, dan menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi. Di wilayah Penebel, Kabupaten Tabanan, masyarakat masih mampu menanam padi Bali dengan baik karena tanahnya subur dan udara sejuk. Masyarakat di wilayah ini tingkat perekonomiannya cukupp tinggi, dengan andalan sebagai pengekspor beras merah yang terkenal di Bali.

(6)

ke daerah lainnya di Bali. Kesehatan rumah juga tidak terjamin karena rumah juga menjadi tempat hewan, seperti ayam berkeliaran.

Lingkungan manusia juga memberikan kontribusi besar terhadap kemiskinan dan kemampuan orang untuk meningkatkan kemakmurannya. Ini disebabkan karena pada hakekatnya, manusia akan sangat dipengaruhi oleh cara bergaulan. Lingkungan yang anggota masyarakatnya banyak tukang mabuk atau penjudi, cenderung membuat masyarakat tidak mampu meningkatkan kemampuan ekonomi. Banyak terjadi kemiskinan pada lingkungan seperti ini. Malah, amat mungkin menimbulkan lingkungan yang penuh dengan kekerasan.

Kebijakan Politik

Kebijakan politik pemerintah juga secara signifikan ikut menciptakan kemiskinan. Dalam hal ini, dikatakan sebagai kegagalan kebijakan politik. Kegagalan kebijakan politik ini (political failure) terjadi apabila struktur ekonomi-politik yang ada telah menyebabkan distorsi dalam penyampaian kepentingan kelompok miskin (Syafa’at 1997: 364). Kebijakan politik merupakan langkah pilihan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjalankan strategi pembangunan di negara yang bersangkutan. Strategi dan perencanaan pembangunan itu meliputi bidang ekonomi, sosial, kebidayaan,. Pendidikan olahraga, dan sebagainya seperti yang tercermin di dalam kabinet pemerintah yang bersangkutan. Kabinet yang merupakan kumpulan kemeneterian itu secara tidak langsung juga merupakan cerminan dari prioritas pembangunan yang dilakukan pemerintah dalam satu negara. Kalau masyarakat ingin mengatahui garis besar pembangunan suatu negara, bisa dilihat dari kementerian yang ada di dalam pemerintahan tersebut. Namun demikian, suatu pemerintahan juga akan membuat target-target prioritas dalam pembangunan sesuai dengan apa yang menjadi rancangan pemerintah itu berdasarkan kepada ideologi dan sumber daya yang dimiliki. Faktor inilah yang sering kali mempengaruhi bagaimana tingkat kemakmuran dan kemiskinan di suatu negara. Jika negara yangbersangkutan memprioritaskan untuk mengubah pembangunannya dengan pembangunan industri dengan berbasis kepada sumber daya manusia sebagai tenaga penggerak, maka negara itu akan lebih menggunakan tenaga manusia untuk membangun proyek industrinya.

(7)

paksa. Akibatnya banyak anggota masyarakat yang tidak mampu mengikuti alur itu sehingga tewas karena kepalaran atau kepayahan. Di Indonesia misalnya, kebijakan ekonomi yang berorientasi pasar, justru membuat gaya perekonomian Indonesia di era reformasi ini lebih banyak yang bersifat kapitalistik. Akibatnya, pembangunan ekonomi lebih banyak di perkotaan. Perekonomian yang dilakukan di Indonesia saat ini lebih banyak mengandalkan barang-barang impor. Barang-barang itu tidak hanya berbentuk teknologi saja tetapi juga sampai kepada barang-barang pertanian, seperti beras, anggur, apel dan sejenisnya. Akibat dari hal ini adalah banyaknya urbanisasi karena pembangunan lebih banyak dipusatkan di perkotaan. Pembangunan ini dilakukan untuk menopang sistem ekonomi pasar, yang basisnya terletak pada barang-barang impor. Akibat dari hal ini tidak lain tanah-tanah pertaniand yang ada di pedesaan menjadi menganggur. Disamping masyarakat pedesaan menjadi bertambah miskin, juga keterampilan untuk menjadi petani menjadi jauh berkurang bahkan menjadi hilang.

Dalam pandangan Kuntjoro-Jakti, kondisi yang menyebabkan belum tercapainya pembangunan politik ekonomi yang bekeadilan, disebabkan oleh behimpitnya struktur politik dengan struktur ekonomi yang terefleksikan oleh penguasaan sumber ekonomi dan politik dalam satu tangan (Moeljarto: 1996: 43). Cara seperti inilah yang kelihatan masih dipraktikkan dii Indonesia sampai perjalanan dua dekade milenium ke-21 ini.

(8)

Dalam hal ini, konsepsi pembangunan sosial sebagai upaya terencana untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk berbuat belum kelihatan. Konsep ini akan mampu mengoreksi model-model pembangunan yang tidak peka terhadap pertumbuhan (Moeljarto dan Prabowo, 1997: 46). Kritik seharusnya diberikan terhadap kegagalan pembangunan yang menjauhi perkembangan masyarakat.

Masalah Budaya

Masih banyak yang kurang memahami bahwa kebudayaan juga menjadi salah satu penyebab kemiskinan. Kebudayaan dalam hal ini bisa saja dikatakan sebagai suatu kebiasaan, pola hidup yang sudah berlaku kontinyu di masyarakat. Karena berlaku secara kontinyu dan terus menerus itulah maka perilaku sosial itu tidak mampu diperhatikan secara lebih baik, terutama apabila dibandingkan dengan perubahan sosial. Yang dimaksudkan dengan perubahan sosial adalah perkembangan jaman. Kebudayaan berlangsung melalui mekanisme eksternalisasi yang dilanjutkan dengan internalisasi. Perkenalan satu tindakan sosial oleh orang tua atau lingkungan, apabila itu dilakukan secara terus-menerus tanpa mampu melakukan kritik, akan diinternalisasi oleh generasi penerus. Pada konteks inilah keritik terhadap kebudayaan itu menjadi sukar dan bahkan terlalu dipercaya sebagai sesuatu yang harus dilakukan. Kemiskinan akan muncul dari ketidaksadaran ini.

Tidak hanya di Bali, pada umumnya di Indonesia itu budaya simbolis masyarakat masih terlalu kental. Budaya ini dipandang tidak saja sebagai tradisi akan tetapi simbolis itu mempunyai fungsi sosial yang signifikan. Ia bisa meningkatkan status, menghapus malapetaka, membalikkan kesan, bahkan dipandang bisa menyembuhkan sakit. Pada masyarakat Jawa misalnya, ada upacara selamatan kalau sudah sembuh dari sakit. Upacara ini tidak hanya menghaturkan sesajian tetapi juga memberikan sajian kepadarekan-rekan yang diundang. Banyak hal yang mendapatkan selamatan pada tradisi masyarakat ini seperti padi yang berbuah, membangun bangunan, lulus ujian, menjadi pejabat dan sebagainya. Fenomena ini sudah dianggap biasa dan menjadi kebudayaan sosial. Akibatnya biaya yang dikeluarkanpun tidak terasa karena telah menjadi kebudayaan seperti itu. Maka, uang yang mestinya mampu ditabung menjadi hilang karena digunakan untuk hal-hal yang bersifat kebudayaan.

(9)

metode untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan. Jika misalnya masyarakat lain memakai ucapan untuk mengucapkan syukur itu, pada masyarakat Bali itu dilakukan dengan dua cara, yakni dengan ucapan melalui kalimat (yang dilakukan oleh Pendeta saat memimpin upacara) dan melalui simbolisnya yang bisa dilihat dari bebantenan yang dihaturkan. Bebantenan ini bisa dibedakan menjadi dua, yakni simbolis kalimat dan persembahan. Simbolis kalimat itu terlihat dari berbagai anyaman janur yang mempunyai makna dan sesajian yang berupa makanan sebagai persembahan, yang bisa ditafsirkan sebagai bukti aktiviotas kehidupan dan ucapan terima kasih. Dalam mempersembahkan ritual ini, masyarakat Hindu Bali pun melakukan syukuran dengan mengundang rekan-rekannya.

Dengan komleksitas ritual seperti itu, maka biaya upacara menjadi amat besar. Akan tetapi tidak terasakan karena dipandang sebagai sebuah kebiasaan dan keharusan dalam konteks budaya sosial. Sebagai pembelaan terhadap ritual ini banayak yang mengatakan bahwa masyarakat Bali itu tidak memperhatikan nilai uangnya tetapi rasa dan persembahan sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan. Akan tetapi, kalau dikatakan secara jujur justru pada kalimat terakhir itulah kekeliruannya. Masyarakat tidak sadar mengeluarkan uang banyak. Kemiskinan dan berbagai pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat Bali, disebabkan oleh biaya-biaya ritual yang demikian besar. Penjualan tanah di Bali juga bisa ditarik benang merahnya dari konteks tersebut.

(10)

Keterkaitan antar Faktor

Kemiskinan tidak akan memberikan faktor tunggal untuk menjelaskannya. Lebih banyak fenomena tersebut disebabkan oleh keterkaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya, sehingga membuat hal itu menjadi absolut. Kemiskinan yang diakibatkan oleh keterkaitan antar faktor ini membuat solusi untuk perbaikannya menjadi lebih sulit.

Kebijakan Pemerintah dengan Kultural

Dalam kasus di Bali misalnya, ada dua hal yang hal yang mesti dilihat, yaitu pilihan politik ekonomi pemerintah dengan budaya yang dianut. Perekonomian yang berlangsung di Bali, bisa dikatakan sebagai praktik dari sistem kapitalis. Jargon pariwisata budaya itu sendiri telah mencerminkan, betapa beratnya masyarakat Bali, terutama yang menganut agama Hindu untuk mempu menyesuaikan dengan deraf perekonomian yang ada di Bali. Pariwisata yang menjadi andalan adalah pariwisata internasional, yang jelas mengandalkan wisatawan asing. Daerah Kuta dikenal sebagai tujuan wisata yang kebannyakan datang dari Australia. Sistem budaya para turis ini menginginkan apa yang disebut dengan ekonomi serba cepat. Persaingan untuk memperebutkan tamu-tamu itu pada hakekatnya praktik perekonomian yang berskala kapitalis. Karena adanya persaingan itu, hotel harus siap dengan berbagai ragam tuntutan para penginap. Inti dari kesiapan itu adalah sikap yang profesional. Sikap seperti ini hanya bisa dilakukan kalau para pegawai hotel mampu memfokuskan diri terhadap pekerjaannya, membrikan pelayanan terbaik, dan sudah tentu setiap saat memperbaiki kualitas kerjanya. Hilir dari semua itu adalah beben waktu pekerjaan yang harus sesuai dengan budaya Barat, yang paling tidak memerlukan waktu 10 jam. Ini merupakan waktu yang dipakai untuk menyediakan kesempatan untuk melayani tamu, belajar, termasuk memperbaiki kualitas pekerjaan.

(11)

dipijak. Ia tidak hanya dilakukan di lingkungan keluarga tetapi juga di banajar (semacam rukun warga), desa pakraman, kabupaten sampai dengan hal yang bersifat kenegaraan. Waktunya juga tidak hanya sekali tetapi dalam hal tempat sembahyang komunitas, bisa sampai dua atau tidak kali dalam setahun.

Dalam konteks sarana upacara, ia tidak hanya menggunakan tumbuh-tumbuhan tetapi juga hewan, bahkan segala macam hewan dan binatang yang bisa dimiliki oleh umat manusia. Kemudian, dalam hal aksi dari ritual itu tidak hanya dilakukan secara sederhana (gelondongan) tetapi harus diolah dengan berbagai pakem tradisionil yang sudah ada. Dengan demikian, masyarakat Hindu Bali akan banyak sekali kehabisan waktu, uang dan tenaga untuk melaksanakan ritual ini.

Dalam konteks inilah masyarakat Hindu Bali tidak akan mampu menandingi adanya ekonomi kapitalis yang dipraktikkan. Kemiskinan yang terjadi menjadi sangat signifikan secara logika. Pertama, tidak akan mungkin mampu mengikuti arus perekonomian modern yang dipraktikkan di Bali. Dan kedua, karena tidak mampu meningkatkan kemampuan ekonomi dan karena didesak oleh upacara yang begitu banyak, maka masyarakat Hindu Bali pada akhirnya menjual kepemilikannya untuk mendapatkan bniaya hidup dan biaya upacara. Kemiskinan secara perlahan-lahan merupakan konsekuensi logis dari hal itu.

Lingkungan dengan Politik

Lingkungan dalam masyarakat sering kali merupakan arena untuk ”menyerah” bagi masyarakat yang ada di sekitra. Artinya, inetrnalisasi dalam lingkungan tersebut sejak lahir membuat kesadaran masyarakat terhadap hal demikian kurang berkembang. Internalisasi ini merupakan penyerapan pengetahuan yang ada sejak lahir berdasarkan apa yang ada di lingkungan mereka. Maka ketika lingkungana tersebut menyediakan tempat yang kering, rumah yang kotor dengan pola pergaulan setempat, maka itulah yang dipersepsi oleh masyarakat tentang dunia sosial. Padahal sesungguhnya ada lingkungan lain yang bisa dipakai perbandingan untuk memperbaiki kondisi yang ada di desa bersangkutan.

(12)

daerah Kintamani, Bangli misalnya, kemiskinan terlihat di daerah pegunungan seperti di Siyakin, Kubusalya, Sebaya, Batih bahkan bisa dilihat di Trunyan. Kintamani merupakan obyek pariwisata terkenal dengan pemandangan paling bagus di Bali. Daerah-daerah yang disebutkan tadi, ada sekitar setengah jam dari wilayah pariwisata ini, sehingga secara logika tidak masuk akal ada kemiskinan di daerah tersebut. Partai politik, mestinya mampu melihat hal ini untuk dijadikan sebagai isu demi pembenahan partainya. Akan tetapi, seperti yang menjadi gejala dimanapun saat ini, partai politik hanya kelihatan dinamikanya menjelang pemilihan umum, baik legislatif maupun eksekutif. Akibatnya, desa-desa pegunungan ini miskin dan membuat banyak pemudanya yang pergi ke kota. Beberapa penyebab munculnya urbanisasi, bukan sekedar lapangan pekerjaan yang tidak ada tetapi juga hiburan yang kurang, tekanan adat bagi anak-anak muda di desa, kurangnya pengetahuan serta upaya mengembangkan keahlian (Leibo, 1995: 79) . Banyak dari pemuda itu yang pergi ke wilayah Denpasar dan Badung untuk bekerja.

”Radikalisme” kemiskinan itu juga bisa dilihat dari tidak meratanya pendapatan pariwisata di daerah puncak wisata itu sendiri, seperti misalnya di daerah Badung selatan dan Denpasar. Masih banyak rumah tangga miskin di daerah ini, tetapi tidak diperhatikan oleh partai politik. Di daerah Nusa Dua dan sekitar Bukit Jimbaran masih terlihat kemiskinan yang kalau dibandingkan dengan pertumbuhan hotel-hotel yang ada di daerah tersebut, terlihat sangat kontras. Kemiskinan di sekitar ini misalnya bisa dilihat dari dua hal. Pertama dari sisi fisik bangunan rumah, terlihat rumah-rumah masa lalu. Cirinya adalah tembok yang memakai tanah liat atau tembok rumah yang belumdiplester. Fisik mereka yang bekerja sebagai peladang juga bisa dipandang sebagai penampakan kemiskinan. Mereka memakai pakaian lusuh dan kurang bersih. Ini misalnya terlihat dari peternak sapi yang ada di sekitar kampus Universitas Udayana, yang ada di Bukit Jimbaran. Kemiskinan tersembunyi juga terlihat. Pegawai-pegawai, baik di hotel maupun lembaga pemerintah asal dari Bukit Jimbaran, masih menduduki strata rendah. Ini menandakan bahwa peningkatan kualitas pendidikan masih belum mampu dilaksanakan pemerintah di wilayaah tersebut.

Juga di Denpasar masih terlihat kemiskinan tersebut. Di perumahanan asli penduduk Denpasar, mereka yang telah mempunyai rumah sejak deka deenampuluhan, telah terkepung oleh bangunan-bangunan modern yang ada bertebaran di kota Denpasar. Di Panjer misalnya, penduduk asli di wilayah tersebut masih menyisakan kemiskinan. Atau paling tidak mereka tidak mampu ikut berkejaran dengan pertumbuhan ekonomi yang dinikmati oleh masyarakat yang ada di sekitar Renon.

(13)

dan pencitraan partai. Disamping itu, dari sisi politik birokrasi, kenyataan seperti ini memperlihatkan bahwa pemerintah belum mampu membuat kebijakan politik yang lebih merata dan jeli. Seharusnya pemerintah melakukan tindakan berupa melibatkan peneliti untuk melihat fenomena kemiskinan dan berdasarkan hal itu kemudian membuat kebijakan yang lebih merata. Misalnya, dalam kasus di Badung dan Denpasar, harus ada kebijakan (dan keharusan), bahwa seluruh masyarakat yang menjadi tempat atau lokasi wisata, mendapatkan pekerjaan di hotel atau restoran yang didirikan di tempat tersebut. Disamping itu juga harus ada transfer pengetahuan daan pengalaman kepada masyarakat setempat, sebagaai bekal untuk kehidupan mereka di masa mendatang.

Lingkungan dengan Manusia

Sering kali harus dilihat bahwa masalah kemiskinan tersebut disebabkan oleh faktor manusia. Dalam artian, manusia menyerah dengan nasib yang telah ada. Mereka tidak mau mencoba memperbaiki lingkungan yang sudah ada berdasarkan atas kemampuan intelektual yang mereka miliki. Padahal, manusia secara filosofi adalah mahluk yang lengkap, memiliki kemampuan mengubah apa yang ada pada lingkungan mereka. Karena itu, lahan yang tandus bisa disulap menjadi daerah yang gemerlap. New Orleans, kota yang ada di Amerika Serikat dulu merupakan wilayah tandus dan mirip dengan padang pasir. Akan tetapi kota ini sekarang dikenal sebagai kota sibuk di Amerika Serikat dimana wilayah ini disebut sebagai pusat judi negara tersebut dan pusat judi seluruh dunia. Itu membuat denyut nadi kota ini selalu dinamis baik siang maupun malam. Penduduk yang sebelumnya kesulitan mengembangkan diri, kini menjadi bisa beraktivitas untuk mengembangkan dirinya.

(14)

mancanegara yang menopang lokasi pariwisata pantai di Kuta dan Sanur. Akibatnya, penduduk setempat akhirnya tidak mampu mengikuti perkembangan pariwisata yang sangat mengandalakn kemampuan manajemen global. Bukan saja kemiskinan fisik yang terlihat di wilayah itu tetapi juga kemiskinan manajemen dan kemudian kemiskinan mental. Akumulasi kemiskinan inilah yang membuat masyarakat menjadi miskin fisik (ekonomi) yang membuat kepemilikannya menjadi hilang. Banyak masyarakat yang menjual tanah kepada investor. Akan tetapi, mereka tidak mampu melakukan manajerial secara baik yang membuat uang hasil penjualan tanah tersebut menjadi tidak bermanfaat. Inilah sebagai akibat ketidakmampuan mereka mengelola keuangan dengan baik.

Fenomena ini terjadi karena kesadaran terhadap lingkungan tidak baik, tidak memahami berbagai potensi yang ada. Salah satu sebabnya adalah ketidakhadiran pelopor, atau aktor atau agen untuk menyadarkan masyarakat terhadap potensi yang dimilikinya. Banyak contoh yang masih bisa dilihat mengenai hal demikian di Bali. Kalau pariwisata dikonsepkan sebagai potensi Bali, maka seharusnya kawasan Bukit Jimbaran bisa menopang pariwisata pantai di Kuta berpadu dengan pariwisata hutan jati yang ada di Bukit Jimbaran. Kompleks perhotelan mungkin bisa dikembangkan di wilayah-wilayah Denpasar dengan memanfaatkan lokasi hotek-hotel yang secara tradisionil telah ada sebelumnya. Inilah akibat tidak adanya kesadaran akan lingkungan oleh manusia yang ada di wilayahnya. Agen manusia yang membuat penyadaran terhadap potensi sumber daya tersebut, harus tumbuh banyak di Bali demi membangkitkan secara nyata berbagai sumber daya yang ada.

Kedua, kurangnya pandangan masyarakat Bali tentang pemanfaatn lingkungan berbasis eksperimen. Artinya, masyarakat mencoba terlebih dahulu apa yang menjadi potensi besar bagi lingkungannya. Basis eksperimen ini memerlukan keberanian. Akibatnya muncl pandangan bahwa masyarakat Bali kurang berani mengambil resiko. Setiap wilayah di Bali mempunyai potensi masing-masing yang bisa dikembangkan. Daerah pegunungan misalnya, sangat cocok dipakai sebagai kebun kopi yang bisa dimanfaatkan sebagai kopi asli. Daerah danau dimanfaatkan sebagai pembibitan ikan atau pengembangan ikan air tawar. Atau daerah yang mempunyai sungai dengan air yang mengalir terus sepanjang tahun bisa dimanfaatkan untuk waduk. Kelak waduk seperti inijuga bisa dimanfaatkan sebagai perikanan dan pembangkit listrik.

Kesimpulan

(15)

perekonomian kapitalis yang menuntut kompetisi diantara individu atau kelompok. Mereka yang tidak mampu berkompetisi akan jauh ke dalam kemiskinan. Sedangkan kemiskinan di negara sedang berkembang terjadi karena beberapa faktor. Indonesia, adalah negara sedang berkembang dan karena itu banyak dijumpai kemiskinan di masyarakat. Khususnya di Bali, beberapa faktor menjadi penyebab kemiskinan.

Faktor manusia bisa dikatakan pengaruh utama karena tidak mempunyai usaha untuk maju. Mereka melihat keadannya itu sebagai sebuah kenyataan yang memang merupakan nasib mereka sendiri. Anggota masyarakat yang mempunyai sikap dan sifat seperti ini sukar meningkatkan kualaitas dirinya untuk beranjak dari kemiskinan.

Disamping manusia, lingkungan juga memberi kontribusi signifikan terhadap kemiskinan yang ada. Lingkungan ini lebih melihat kepada kondisi tanah, iklim, sampai dengan topografis. Apabila keadaan itu tidak memberikan kontribusi positif bagi kehidupan manusia, maka usaha untuk membangkitkan diri menjadi lemah.

Hal selanjutnya adalah kebijakan politik. Pemerintah sekarang banyak dikuasai oleh tokoh-tokoh atau elit-elit politik tertentu. Kebijakan pembangunan terhadap suatu daerah juga dipengaruhi oleh partai apa yang paling banyak di wilayah tersebut. Akibatnya, pembangunan tidak bisa merata.

Di Bali, budaya yang hidup di masyarakat mempunyai kontribusi terhadap berkurangnya penghasilan. Budaya ini lebih banyak mengacu kepada berbagai upacara besar-besaran yang dibuat masyarakat.

Selanjutnya, perpaduan antara manusia dengan budaya, lingkungan dan faktor politik, membuat kemiskinan itu sulit diberantas dengan cepat. Ketrakitan ini malah merupakan penyebab yang menyulitkan proses percepatan pengentasan kemiskinan tersebut.

Saran-Saran

(16)

*****

Daftar Pustaka

Geertz, Clifford, 2000, Negara Teater, Yogyakarta, Yayasan Bentang Budaya

Leibo, Jefta, 1995, Sosiologi Pedesaan: Mencari Suatu Strategi Pembangunan Masyarakat Desa Berparadigma Ganda, Yogyakarta, Andi Offset

Keban, Yeremias T., 1995, ”Profil Kemiskinan di Nusa Tenggara Timur: Analisis Rumah Tangga Berdasarkan Susenas 1993”, dalam Prisma 10, Oktober 1995.

Moeljarto, Vidhyandika, 1996, Dimensi Politik Ekonomi Pembangunan Nasional: Kebijakan dan Reformasi dalam Analisis, No.1, Januari-Februari 1996. Moeljarto, Vidhyandika, Prabowo, Sonia, 1997, Bidang Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Sosial, dalam Analisis, 1, Januari-Februari 1997.

Sherraden, Michael, Abbas, Sirojudin (Pent.), 2006, Aset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Sitorus, Felix M.T., 1995, ”Kemiskinnan Struktural dalam Proses Pembangunan:

Dominasi Pengendalian Masyarakat atas Pengawasan Sosial, Kasus di Pedesaan Ende, Flores”, dalam Analisis, CSIS, No. 4, Juli-Agustus 1995.

Referensi

Dokumen terkait

Sidik ragam analisis jumlah klorofil daun karet (mg/L)

The cost of land under development consists of the cost of land for development, direct and indirect real estate development costs and capitalized borrowing

Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan seorang individu untuk memiliki asuransi adalah faktor demografi seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pendapatan

dapat diketahui bahwa tingkat daya saing daerah kota di Jawa Tengah berdasarkan variabel sumber daya manusia tahun 2009 dari tingkat tertinggi hingga tingkat paling rendah

Akademik didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan akademi yang bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat teori, dan tanpa arti praktis yang

Hasil penelitian mekanisme pembuatan part modifikasi sepeda motor melalui media internet yang tidak menimbulkan prestasi yang multitafsir adalah harus dilihat

Holding company adalah suatu perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan lain atau mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut. Contoh

dihadapi oleh siswa remaja tunarungu yang menggunakan Bisindo pada.