• Tidak ada hasil yang ditemukan

m&iktx JeM%Yrc&K "Profesionolisme Dokter Forensik Dslom [)r:1," trf i( [ rj],th\{{lk ln#unfsla

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "m&iktx JeM%Yrc&K "Profesionolisme Dokter Forensik Dslom [)r:1," trf i( [ rj],th\{{lk ln#unfsla"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

m&iKtx

JeM%Yrc&K

P f:

&Yf

re &J,&ru X LM $,&N -f&M

Li $\&&ru

pux H *r.,ip t$ru&&i

[)r:1," trf

i(

[

rJ],tH\{{lK lN#UNfSlA

"Profesionolisme Dokter Forensik Dslom

Penyelenggoroon Scienfific Crime Invesffgofion Di Ero Revolusi lndustri 4.0"

w

Yogyakarta, I9 - 2,I September 20.I9

ffiffiffi@

(2)

(,(,rt (Jl

(J.) Ur

'=F-=u-EsFsriss*$EBE$E[$F[$'[

E

$E

E

$ r

[* FE$ rEE 1 $ $E ;$F

i 'D *= g$ r iF TEU$s;i'= * i Ep fa iF fr <32 F t$rir* radi g E g

E

a H H; qE€ t"E.#;hEF 11

m € Er 4 +F$ ist€agHr $

$

= E ? S S" $* e zog e ; ; F, e y E ?q B a ?=* g o

o

5 i ts 5 € Hg. E iH I E

q

: F ^ t E d'5 ir fry + u,

=

E € E S ts Ef, fih p e r

il s a so + sel q5$ Y g

E-

-l'tr

El I\)o

H\o

Cgg FH s

6'a P 6 i+

2

+fr$ssErsF

q 3

E

-

N B -l

sx.

S

$ VYSTaATE-

"qE:a$g5s+

s €;$n;$s

X

0's

eeec

trE

S

g

EE

6'A so =r 5-

L E. A L

P

ir

rats E

i5 CD -^$.

a - a'5's

X LJ C CF1J cd$i])tDs

:s

FUB

-ts6

HH+ D)

Yo- ED Ecu tr

'6Frf a-U)+

uI3+{

Fin) X

\1to E

.u (Jt{

\o(

o\ o\

o\ (, { L,r

{t.-)

{s o\oo

FE= SFF g JX

'u

tr d =+lt u) lr-(D P tD-- F;- A-u)

sEH,-8*[ 5. G.E gE ,EX gEg s.rH Sryry$gflSgE.5E.E * E H

F

t*

*E

E

$gB; srsx;E $F$-.IEF:

S

$ s sss$ g$gs +ese

E

s c$$F f, F

qE s

ef

s $ o ES :

S nS.

s

E E

d =."

F

5

Z €_.,6-"11E $-

3 H'r $

S ts

ii p $ "

S sq sS F*p s rE$a'S I g =-8E ^ !

3 "udESS 3* :{";s AS+g

S EuB E E't FS 3'- ffde,--

F q3F F nE $$ fF F:sH

d6 s#E 6 E SA s ;[;

EEEqH FE$ {Hg$

B b..PA F R .,

E-tr

+ -s$ F s g gtr

\o

NBSAgfd

It}t5

llE Ig

I; ls

ls

lH.t+

lFoU)

t-t f!o

IJ

FD

a0

Xg

FD+

g)

U

0aF)

ED

(,

oN

F.r\o

A\s 1'9J

oqo

X

(3)

$ E[EgBEf,rF:FEi:E+I E$5flgE E F F

E gBsrffiFBi$$effiEffigE[E[g

,".B E[i

s tF+Bi;+$FgL$;3!

E ttE!iEEsB*xiE3=

E $$iEiE-tgu -xi:

+!=+;#aiss +€

=i*b EE

a- EeE,.pE :;? eH:=qF:H,EEiirr iirPfH + E

P

g gi i* 3pit l=EiEr$qF;r+ai

5iF*f 5 ig

i F riiE gEeF S$IIEEtI[*=E; Eu-[=E l*

*r*i

Eeas *;}*iEE:tr HE = F E * F

Eg: AilE lsEFg ;g+= *g E a

E

ciEuE+3i"$[r5sE+3r=

I

x"F5

=.i =Z.i ! if =;^); =3=?. ++

Oloo

!

=

!U

-T1

N)c)

P(o

$$s $$ss$$

S€s^bSoi:.

lsF

S

$sS sE

\ l:

vS

HcxS

$$'i SldS^ESs :rS$ss

t

a X r-* si'o

i

Ss. s s

;$

-

$$ii$$s$$

N3R:*N€s.q

'' d\.s 3. - !a

$Frgs

$E

$E ur$

s-s

Nrtf "

x 8

$S

*r$i

x"S

6"$.-U^ S=-

N.L)

^r \ O \

.s - YN s +$s N s- ^ N'8tli

SssE$

RE

3i

a'L sE

s

t

6

sG

s

(\' la

o

:tG

o

G

T

=E

U'Tl

oNJ Hr.o

(4)
(5)

l!

v,ci o

(o

.fo rn3

IE

{t

_tr

fE

'.lt''o

--u

,

L:

.,t: .d.Q _

--"a.

."t:,,

E

o\

(tso

Eo.

'6

'r

C

ctl,

A-/

frl(=

s{I

o\

Cl!-

8RE

c\\o-

r-Cl\l o (f tt

-o\ 5Is

o-

co

A\.O oo-L

ils $

q()

6

r-l . O_

s 2 E

"it-4 E6.E

bo

o-

;;

9lz;

ar.,

-

tr.r

EI R{

E-t

hr|

tr{

OU E

=

E(

I:-| M

h Fl

=

3 .z E3 ESE

o_-a

EgH 3hH

:ili

g,

o

.;U

#e

esi

,,4

a)i

!-l r--

O lri

ttr O

OJH

i< ?1

dzDH<

;<' tE - 0.) Hi 'E

cfo

E

(o

U

(6)

Henky, Airin Que, Kunthi Yulianti, Dudut Rustyadi, Ida Bagus Putu Alit

Departemen Kedokteran Forensik dan Studi Medikolegal

PSSKPD FK UNUD / RSUP Sanglah

(7)

▪ Pendahuluan

▪ Metode

▪ Hasil

▪ Pembahasan

▪ Saran

(8)
(9)

▪ Sinonim: nekropsi, pemeriksaan pasca kematian. 1

▪ Suatu tindakan medis berupa pemeriksaan luar dan dalam pada jenazah untuk menentukan penyebab kematian.

▪ Dilakukan secara invasif dengan membuka seluruh rongga tubuh jenazah atau membedah jenazah.

▪ Jenis: 1,2

▪ Klinis / Akademis

▪ Medikolegal / Forensik

(10)

▪ Identifikasi jenazah,

▪ Memperkirakan waktu kematian,

▪ Identifikasi dan dokumentasi penyebab dan jumlah perlukaan,

▪ Interpretasi dampak dan akibat perlukaan,

▪ Identifikasi adanya penyakit alamiah,

▪ Interpretasi dampak dan akibat penyakit alamiah,

▪ Identifikasi adanya racun,

▪ Interpretasi dampak tindakan medis atau pembedahan,

▪ Menentukan penyebab kematian.

(11)

▪ Pendidikan

▪ Meningkatkan ilmu pengetahuan kedokteran secara signifikan dengan menemukan penyakit baru dan muncul kembali serta memahami patofisiologi penyakit dengan lebih baik.

▪ Meningkatkan kualitas penyebab kematian dengan mengonfirmasi, mengklatifikasi, dan memperbaiki diagnosis ante mortem. → “Setidaknya sepertiga dari penyebab kematian yang ditegakkan dokter telah terbukti tidak sesuai dengan diagnosis yang ditegakkan saat autopsi””.

1

▪ Epidemiologi

▪ Meningkatkan akurasi data statistik dengan mengidentifikasi kemungkinan terjadinya wabah dan menetapkan faktor risiko.

▪ Hukum

▪ Menentukan penyebab dan cara kematian.

(12)

NEGARA TAHUN RATE TAHUN RATE

Inggris 4 1966 8.9% 2013 0.69%

Amerika 5 1972 19.3% 2007 8.5%

Australia 6 1992 21% 2003 12%

Denmark 7 1970 45% 1990 16%

Beijing, Tiongkok 8 1955-1990 24.2% 1998-2008 2.04%

(13)

▪ Hingga saat ini, belum ada publikasi mengenai jumlah autopsi di Indonesia.

▪ Penelitian ini akan menggambarkan angka autopsi di

Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Indonesia,

untuk memperkuat hasil dari studi-studi mengenai

penurunan angka autopsi yang telah terjadi di seluruh

dunia akhir-akhir ini.

(14)
(15)

▪ Desain: deskriptif potong lintang.

▪ Periode: 2011-2018.

▪ Tempat: Instalasi Kedokteran Forensik, RSUP Sanglah Denpasar Bali Indonesia.

▪ Sejumlah 8515 kasus kematian tidak wajar dikumpulkan secara retrospektif menggunakan data dari laporan

tahunan yang tergolong informasi publik yang wajib

tersedia setiap saat.

(16)
(17)

432

767

1053 1034 1242 1265 1374 1348

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

(18)

45

53

44

52

65

53 51

44

0 10 20 30 40 50 60 70

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Autopsi

(19)

10,4%

6,9%

4,2%

5,0% 5,2%

4,1% 3,7%

3,2%

0,0%

2,0%

4,0%

6,0%

8,0%

10,0%

12,0%

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

(20)

74,1%

65,1%

54,7% 51,6%

76,9%

98,1% 97,0% 95,9%

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

100,0%

120,0%

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Proporsi Pemeriksaan Luar

(21)
(22)

▪ Sikap dokter terhadap autopsi

▪ Peran dokter spesialis forensik

▪ Kendala finansial

▪ Pertimbangan etis

(23)

▪ Pada umumnya, penurunan angka autopsi forensik tidak setajam angka autopsi klinis.

9

Fenomena yang sama juga terjadi di RSUP Sanglah.

▪ Autopsi klinis jarang dilakukan di RSUP Sanglah, meskipun dokter masih ragu untuk menyimpulkan penyebab kematian pada 17,1% kasus kematian.

10

▪ Padahal, pada kasus kematian yang tidak jelas, seharusnya dilakukan autopsi demi menjamin kualitas diagnosis klinis.

3,11

▪ Tanpa otopsi → 25-50% kasus terjadi kesalahan diagnosis.

2

▪ Setidaknya 1/3 dx/ penyebab kematian tidak sesuai dengan dx/ autopsi.

1

▪ Dokter yang merawat pasien tidak menginginkan autopsi dilakukan karena

khawatir hasil autopsi akan meningkatkan risiko gugatan malapraktik medis.

3

(24)

▪ Autopsi menghabiskan banyak waktu, mahal, dan tidak menghasilkan.

▪ Di institusi pendidikan → banyaknya waktu yang tersita untuk melaksanakan pengajaran dan penelitian sehingga harus lembur apabila mengerjakan autopsi.

▪ Waktu yang diperlukan untuk memperoleh hasil pemeriksaan patologi anatomi dan toksikologi cukup lama, yakni rata-rata 4 sampai 6 minggu.

12

▪ Khawatir akan menemukan bukti-bukti yang mengarah ke malapraktik medis saat melakukan autopsi.

3

▪ Dilema etikolegal:

▪ Kewajiban etik untuk melindungi keluhuran profesi dokter,VS

▪ Kewajiban hukum untuk melapor kepada pihak yang berwenang.

(25)

▪ Di era JKN, biaya autopsi tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

▪ Komisi akreditasi tidak lagi memasukkan autopsi sebagai persyaratan akreditasi karena data autopsi tidak digunakan untuk menilai dan meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit sebagaimana mestinya. 3

▪ Hal ini mengakibatkan rumah sakit membebankan biaya autopsi kepada pihak keluarga yang sedang berduka.

▪ Tentunya, banyak orang yang tidak rela jika pembedahan dilakukan

pada jasad anggota keluarga yang dikasihinya, apalagi sampai harus

mengeluarkan biaya.

(26)

▪ Penolakan autopsi dari pihak keluarga.

▪ Oluwasuwa, et al (2009) menunjukkan hanya 13 dari 150 keluarga almarhum/ah (8.7%) yang menyetujui dilakukannya autopsi. 13

▪ Alasan:

▪ takut tubuh almarhum/ah dirusak,

▪ memperlambat pemakaman,

▪ penolakan dari almarhum/ah sebelum ia meninggal,

▪ jenazah dianggap terlalu muda atau terlalu tua,

▪ kurangnya penjelasan kepada keluarga mengenai hasil autopsi,

(27)

▪ khawatir organ tubuh jenazah diambil,

▪ kurangnya informasi tentang indikasi autopsi,

▪ tidak senang dengan prosedur autopsi yang akan dilakukan,

▪ kurang bermanfaat,

▪ bertentangan dengan kebudayaan dan agama yang dianut.

(28)
(29)

▪ Meskipun angka autopsi di RSUP Sanglah sangat rendah, angka pemeriksaan luar jenazah di RSUP Sanglah sangat tinggi.

▪ Dapat diasumsikan bahwa masyarakat tidak ingin tubuh almarhum/ah yang mereka kasihi dirusak.

▪ Sehingga pelaksanaan autopsi yang tidak invasif harus dipertimbangkan dan diinvestigasi lebih lanjut di era revolusi industri 4.0.

▪ Namun, perlu diingat bahwa sampai saat ini, autopsi masih

merupakan baku emas dalam penentuan sebab kematian.

(30)

1. Payne-James J, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson’s Forensic Medicine. 13 th Edition. UK: Hodder & Stoughton Ltd; 2011.

2. Saukko P, Knight B. Knight’s Forensic Pathology. 4 th Edition. Boca Raton: Taylor & Francis Group; 2016.

3. Burton EC, Collins KA. Autopsy Rate and Physician Attitudes Toward Autopsy. Medscape; 2014 [cited 2015 31 July]. Available from:

emedicine.medscape.com/article/1705948.

4. Turnbull A, Osborn M, Nicholas N. Hospital Autopsy: Endangered or extinct? J Clin Pathol. 2015;0:1–4.

5. Hoyert DL. The Changing Profile of Autopsied Deaths in the United

States, 1972–2007. NCHS Data Brief. 2011;67:1–7.

(31)

6. The Royal College of Pathologists of Australasia Autopsy Working Party. The Decline of The Hospital Autopsy: A Safety and Quality Issue. Medical Journal of Australia. 2004;180:281–5.

7. Petri CNA. Decrease in the Frequency of Autopsies in Denmark after the Introduction of a New Autopsy Act. International Journal for Quality in Health Care. 1993;5(4):315–8.

8. Zhu MH, Yu DH. Fluctuations in The Rate of Autopsy in China.

Chinese Medical Journal. 2011;124(20):3403–7.

9. Wood MJ, Guha AK. Declining Clinical Autopsy Rates Versus

Increasing Medicolegal Autopsy Rates in Halifax, Nova Scotia. Arch

Pathol Lab Med. 2001;125(7):924-30.

(32)

10. Henky, H. Gambaran Pengisian Kolom Penyebab Kematian pada Sertifikat Penyebab Kematian di RSUP Sanglah Denpasar. Medicina.

2018;49(3):372–5.

11. Van Den Tweel JG, Wittekind C. The Medical Autopsy as Quality Assurance Tool in Clinical Medicine.Virchows Arch. 2016;468(1):75–81.

12. Varsha KR. Review: The Truth about Toxicology Tests. Research & Reviews:

Journal of Pharmacology and Toxicological Studies. 2016;4(3):29–38.

13. Oluwasola OA, Fawole OI, Otegbayo AJ, Ogun GO, Adebamowo, AC, et al.

The Autopsy Knowledge, Attitude, and Perceptions of Doctors and

Relatives of the Deceased. Arch Pathol Lab Med. 2009;133:78–82.

(33)

Referensi

Dokumen terkait

Faktor lain yang juga turut berpengaruh adalah banyaknya kegiatan penelitian dan uji coba sistem pertanian modern dengan pola terpadu di lahan rawa pasang surut tipe yang

Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 siswa untuk melakukan Kegiatan pengamatan salah satu contoh makhluk hidup dari setiap kingdom,

kemudian mencari resultannya jangan lupa ubah satuan centimeter menjadi meter. Supaya lebih mudah hitung secara terpisah satu persatu saja,.. Arah ke arah kanan. 4) Gambar

Tujuan dari perusahaan untuk melakukan investasi sumber daya manusia adalah untuk memperoleh balas jasa potensial dari karyawan yang telah memberikan manfaat bagi perusahaan

Berdasarkan pengalaman guru yang mengajar mata pelajaran IPA kelas V SDN Zeu Christian College ditemukan beberapa permasalahan yang menyebabkan belum tercapainya

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan Peraturan Daerah nomor 9 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Pada dasarnya pilarisasi adalah penggantian ion-ion yang ada di lapisan interlayer dari lempung dengan polikation yang lebih besar besar dengan muatan positif tinggi yang