• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL HURUF HIJAIYAH MELALUI METODE READING ALOUD DI KELAS I MI GUBUG CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL HURUF HIJAIYAH MELALUI METODE READING ALOUD DI KELAS I MI GUBUG CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

A

Oleh ISTIYANINGSIH

NIM: 073111181

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2011

(2)

ii ABSTRAK

Istiyaningsih (NIM : 073111181). Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah Melalui Metode Reading Aloud di Kelas I MI Gubug Cepogo Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Semarang: Jurusan Pendidikan Agama Islam Program Kualifikasi S1 Guru Madrasah Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan kemampuan menghafal huruf hijaiyah melalui metode reading aloud di kelas I MI Gubug Cepogo Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I MI Gubug Cepogo Boyolali dengan jumlah subyek 10 anak.

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus mencakup empat tahapan kegiatan yaitu (1) Perencanaan (planning) (2) Pelaksanaan tindakan (acting) (3) Pengamatan (observing) dan (4) Refleksi (reflecting). Dengan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan metode reading aloud dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menghafal huruf hijaiyah. Melalui metode ini tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru dapat dicapai dengan baik. Peningkatan kemampuan menghafal huruf hijaiyah peserta didik dapat dilihat nilai rata-rata hasil hafalan huruf hijaiyah peserta didik tiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata peserta didik adalah 68 dengan kriteria baik dan pada siklus II meningkat menjadi 81 dengan kriteria sangat baik. Disamping itu, metode Reading Aloud juga dapat meningkatkan aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran. Dengan metode ini guru mudah merangsang keaktifan peserta didik melalui aktifitas membaca yang dilakukan dengan suara keras. Guru juga mudah memantau aktivitas peserta didik sehingga tingkat kesukaran dan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dapat diketahui dan dicarikan solusinya oleh guru. Peningkatan aktivitas belajar peserta didik ini dapat terlihat dari prosentase aktifitas peserta didik dari siklus I yaitu 67,50% dan pada siklus II menjadi 82%.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi informasi dan masukan bagi praktisi dan semua pihak guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

(3)

iii

Semarang, Maret 2011 NOTA DINAS

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah Melalui Metode Reading Aloud di Kelas I MI Gubug Cepogo Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011

Nama : Istiyaningsih

NIM : 073111181

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing,

Drs. Abdul Rohman, M.Ag.

NIP. 19691105 199403 1 003

(4)

iv

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH

Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax. 7615387

PENGESAHAN

Naskah Skripsi dengan:

Judul : Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah Melalui Metode Reading Aloud di Kelas I MI Gubug Cepogo Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011

Nama : Istiyaningsih

NIM : 073111181

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Semarang, April 2011

Ketua, Sekretaris,

Sukasih, Hj. Dr. M.Pd. Raharjo, H. Dr. M.Ed. St.

NIP. 19570202 199203 2 001 NIP. 19651123 199103 1 003

Penguji I, Penguji II,

Muntholi’ah, Hj. Dra. M.Pd. Hamdani, Dr. M.Ag.

NIP. 19670319 199303 2 001 NIP. 19720405 199903 1 001 Dosen Pembimbing,

Drs. Abdul Rohman, M.Ag.

NIP. 19691105 199403 1 003

(5)

v

PERNYATAAN

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis, menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, Maret 2011 Deklarator,

Istiyaningsih NIM. 073111181

(6)

vi MOTTO

¨βÎ)

$uΖøŠn=tã

…çµyè÷Ηsd

…çµtΡ#uöè%uρ

#sŒÎ*sù∩⊇∠∪

çµ≈tΡù&ts%

ôìÎ7¨?$$sù

…çµtΡ#uöè%

∩⊇∇∪

) ﺔﻣﺎﻴﻘﻟﺍ : ١٧ - ١٨ (

Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.

(QS. al-Qiyamah: 17-18)*

* Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 999

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Robbil Alamin, dengan mengucap syukur kepada Allah SWT., karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

 Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan do’anya dengan tulus ikhlas untuk kesuksesan ananda tercinta

 Suamiku tercinta yang telah memberiku kebahagiaan dan yang telah mengajarkan arti kehidupan

 Anakku tercinta, yang menjadi penyejuk hati di kala suka dan duka.

 Keluarga besarku yang selalu memberikan doa dan nasihat-nasihat yang berharga, tentang kehidupan ini.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

ÉΟó¡Î0

«!$#

Ç≈uΗ÷q§9$#

ÉΟŠÏm§9$#

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT., yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis memanjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam senantiasa pula tercurahkan kehadirat beliau junjungan kita nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya dengan harapan semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti.

Skripsi berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah Melalui Metode Reading Aloud di Kelas I MI Gubug Cepogo Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011” ini ditulis untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S. 1) di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Dengan selesainya penulisan ini, dengan segala kerendahan hati penulis hanya bisa menyampaikan rasa terimakasih yang setinggi tingginya, khususnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah yang telah mengabdikan jiwa dan raganya demi memajukan anak bangsa.

2. Drs. Abdul Rohman, M.Ag. selaku pembimbing, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan tulus dan ikhlas untuk memberikan bimbingan pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Kepala MI Gubug Cepogo Boyolali beserta seluruh guru dan karyawan yang telah membantu penelitian skripsi ini.

4. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Demikian ucapan terimakasih ini penulis sampaikan, penulis hanya bisa berdo’a semoga bantuan dan bimbingan dari semua pihak menjadi amal ibadah yang diterima disisi Allah SWT, dan semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

(9)

ix

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya serta memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan di IAIN Walisongo Semarang. Amiin ya Robbal ‘Alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, Maret 2011 Penulis,

Istiyaningsih NIM. 073111181

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PENGUJI ... iv

DEKLARASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penegasan Istilah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : KEMAMPUAN MENGHAFAL HURUF HIJAIYAH DAN METODE READING ALOUD A. Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah ... 7

1. Pengertian Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah ... 7

2. Langkah-langkah Menghafal Huruf Hijaiyah ... 9

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hafalan Huruf Hijaiyah ... 10

B. Metode Reading Aloud ... 12

1. Pengertian Metode Reading Aloud ... 12

2. Langkah-langkah Metode Reading Aloud ... 13

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Reading Aloud ... 14

(11)

xi

4. Implementasi Metode Reading Aloud dalam Menghafal

Huruf Hijaiyah ... 16

C. Peningkatan Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah dengan Metode Reading Aloud ... 18

D. Kerangka Berpikir ... 22

E. Hipotesis Tindakan ... 22

F. Kajian Penelitian yang Relevan ... BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23

B. Setting dan Subyek Penelitian ... 23

C. Desain Penelitian ... 24

D. Metode Pengumpulan Data ... 28

E. Metode Analisis Data ... 29

F. Indikator Keberhasilan ... 30

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Pra Siklus ... 31

B. Hasil Penelitian ... 34

C. Pembahasan ... 43

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 49

B. Saran-saran ... 49

C. Penutup ... 50 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Quran adalah mukjizat Nabi Muhammad yang paling utama dan merupakan kitab suci yang menjadi sumber dari segala sumber hukum Islam.

Ia adalah sebaik-baik bacaan bagi umat Islam sehingga membaca Al-Quran adalah termasuk ibadah. Oleh karena itu sejak dini seorang anak harus dikenalkan dengan al-Qur’an dengan memberikan pengajaran membaca al- Qur’an dan pengenalan huruf hijaiyah.

Kemampuan membaca Al-Quran sangat diperlukan bagi anak dalam rangka memberi bekal untuk dapat menjadi pembuka jalan dan sebagai pengantar bagi ilmu-ilmu selanjutnya. Disamping itu kemampuan membaca Al-Quran pada gilirannya akan bermuara pada peningkatan ketakwaan dan keimanan, sebab Al-Quran merupakan petunjuk ke jalan yang benar. Oleh karena itu anak harus ditekankan untuk belajar membaca Al-Quran sejak dini sehingga mereka mampu membacanya secara baik dan benar.

Tahap awal dalam proses belajar membaca al-Qur’an adalah mengetahui terlebih dahulu huruf-huruf hijaiyah. Huruf hijaiyah ini merupakan pengetahuan basic yang harus dikuasai oleh seseorang yang ingin belajar al-Qur’an. Sebelum anak-anak dikenalkan dengan bacaan al-Qur’an, terlebih dahulu dilatih menghafal huruf-huruf hijaiyah.

Dalam proses pembelajaran al-Qur’an di sekolah, khususnya dalam mengajarkan huruf-huruf hijaiyah, guru harus mampu mengimplementasikan suatu metode yang sesuai dengan karakteristik materi dan keadaan psikologi peserta didik. Materi hafalan huruf hijaiyah diberikan kepada peserta didik pada jenjang pendidikan dasar. Karena materi ini merupakan materi dasar yang harus dikuasi peserta didik sebelum bisa membaca al-Qur’an, maka materi ini disampaikan pada kelas-kelas awal. Sesuai dengan karakter peserta didik yang notabennya masih anak-anak, maka metode tersebut harus diselaraskan dengan perkembangan anak. Sistem pengorganisasian

(13)

pembelajaran perlu disusun berdasarkan pendekatan yang lebih meningkatkan kreatifitas pada anak, dengan menggunakan sumber belajar yang dapat digunakan untuk merealisasikan kegiatan-kegiatan yang kreatif.

Sesuai dengan usia peserta didik di sekolah dasar, khususnya untuk kelas-kelas bawah, maka metode-metode yang dapat digunakan dalam menyajikan materi pelajaran antara lain: bermain, karyawisata, bercakap- cakap, bercerita, demonstrasi, membaca dengan keras, pemberian tugas, dan lain-lain.

Dari beberapa metode tersebut, salah satu metode yang dapat digunakan dalam aktifitas menghafal huruf hijaiyah adalah metode membaca dengan keras (reading aloud). Metode ini membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, dan merangsang diskusi. Metode ini dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, dan merangsang diskusi. Strategi tersebut mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif. Disamping itu metode reading aloud bertujuan untuk memotivasi pembelajaran yang lebih aktif baik secara individu maupun bersama-sama.

Metode membaca dengan keras ini telah dipraktekkan mulai zaman Rasulullah. Metode ini digunakan untuk membantu para pembaca al-Qur’an agar dapat memfokuskan hati dan pikirannya pada makna, dan mencegah larinya pikiran.1 Melalui membaca dengan keras, peserta didik akan memfokuskan perhatian dan pikiran pada obyek yang dibaca, sehingga peserta didik mampu memahami dan akhirnya menghafal obyek yang dibaca tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa metode membaca dengan keras cukup efektif digunakan untuk membantu peserta didik menghafal huruf hijaiyah.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti implementasi metode reading aloud kaitannya dalam meningkatkan hafalan huruf hijaiyah peserta didik di MI Gubug Cepogo Boyolali. Madrasah ini merupakan salah

1 Salman bin Umar as-Sunaidi, Mudahnya Memahami al-Qur’an, Terj. Jamaludin, (Jakarta: Darul Haq, 2008), hlm. 42

(14)

satu lembaga pendidikan dasar yang dalam proses pembelajarannya juga memanfaatkan metode reading aloud secara kreatif dengan mengkolaborasikan kegiatan bernyanyi atau menulis sekaligus.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami maksud dari judul skripsi di atas, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang dianggap penting, yaitu:

1. Kemampuan Menghafal

Menghafal berasal dari kata hafal yang mendapat awalan me–, yang berarti berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.2 Jadi menghafal adalah dapat mengingat sesuatu dengan mudah dan mengucapkannya di luar kepala. Kemampuan menghafal ini berkaitan erat dengan seberapa lama seseorang mampu mengingat sesuatu. Peningkatan kemampuan ini banyak tergantung dari perbaikan metode belajar, motivasi untuk belajar dan aktivitas mengingat-ingat itu sendiri.3 Ketiga faktor tersebut saling berkesinambunga, pemilihan metode menghafal yang sesuai dengan keadaan psikologi peserta didik dapat menumbuhkan motivasi mereka sehingga mampu membantu meningkatkan ingatan peserta didik. Sedangkan yang maksudkan dalam penelitian ini adalah peserta didik mampu mengingat dan mengucapkan dengan mudah huruf hijaiyah yang telah dipelajari.

2. Huruf Hijaiyah

Huruf hijaiyah adalah kumpulan huruf-huruf arab yang berjumlah 29 huruf. 4 Ada sebagian orang yang menyebut bahwa jumlah huruf hijaiyah berjumlah 28, maka jumlah huruf tersebut selain huruf alief.5 Huruf-huruf arab inilah yang dipakai dalam Al-Qur'an dan dikenal pada masa sekarang.

2 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2009), hlm. 160.

3 Y.B. Sudarmanto, Tuntunan Metodologi Belajar, (Jakart: PT. Grasindo, 1995), hlm. 66

4 Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: Diponegoro, 2003), hlm. 17

5 Abd. Rozzaq Zuhdi, Pelajaran Tajwid Cara Membaca al-Qur’an dengan Benar, (Surabaya: Karya Ilmu, t.th.), hlm. 5

(15)

Sedangkan yang dimaksud dalam penelitian ini, akan diungkap masalah kemampuan peserta didik dalam menulis huruf-huruf hijaiyah. Karena huruf hijaiyah ini termasuk huruf asing, maka harus ada metode yang sesuai karakteristik huruf arab tersebut,

3. Metode Reading Aloud

Secara bahasa istilah reading aloud berasal dari dua kata yaitu kata reading yang berarti ”membaca”6 dan kata aloud yang berarti ”dengan suara yang keras.”7 Metode ini dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan- pertanyaan, dan merangsang diskusi. Metode ini dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan- pertanyaan, dan merangsang diskusi. Strategi tersebut mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif.8 Implementasi metode reading aloud ini harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan peserta didik. Pada jenjang Raudlatul Athfal metode ini harus diaplikasikan dengan lebih kreatif. Guru bisa mengkolaborasikan metode ini dengan aktifitas menyanyi maupun menulis, sehingga peserta didik tetap dalam keadaan senang saat pembelajaran.

Jadi, yang dimaksud dengan judul penelitian skripsi “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah Melalui Metode Reading Aloud di Kelas I MI Gubug Cepogo Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011” di atas, adalah usaha guru, baik itu metode, media, maupun cara pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan daya ingat peserta didik terhadap peningkatan kemampuan menghafal huruf hijaiyah melalui metode reading aloud di MI Gubug Cepogo Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011.

6 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 467

7 Ibid., hlm. 24.

8 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan), (Semarang: LSIS dengan RaSAIL, 2009), hlm.

76

(16)

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu lebar, peneliti membatasi penelitian ini pada permasalahan berikut:

1. Kemampuan peserta didik dalam menghafal huruf hijaiyah meliputi membaca, menulis dan mengingat huruf-huruf hijaiyah.

2. Implementasi metode reading aloud, meliputi pembuatan dan persiapan materi, penjelasan materi secara singkat, pelaksanaan metode, dan evaluasi pembelajaran.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah apakah metode reading aloud dapat meningkatkan kemampuan menghafal huruf hijaiyah peserta didik kelas I MI Gubug Cepogo Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan kemampuan menghafal huruf hijaiyah melalui metode reading aloud di kelas I MI Gubug Cepogo Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini di antaranya:

1. Bagi peserta didik

Penerapan metode reading aloud memungkinkan peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, sehingga materi yang diajarkan mudah untuk ditangkap oleh peserta didik.

2. Bagi guru

Penerapan metode reading aloud dapat memberikan pengalaman langsung pada guru-guru yang terlibat dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode yang lebih inovatif dan kreatif dalam pembelajaran.

(17)

3. Bagi sekolah

Dengan mengetahui hasil penelitian ini, hendaknya pihak sekolah memiliki sikap proaktif terhadap setiap usaha guru, mendukung dan memberi kesempatan kepada guru untuk senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

(18)

KEMAMPUAN MENGHAFAL HURUF HIJAIYAH DAN METODE READING ALOUD

A. Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah

1. Pengertian Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti “sanggup melakukan sesuatu”.1 Istilah kemampuan biasanya diidentikkan dengan kemampuan individu dalam melakukan suatu aktifitas, yang menitikberatkan pada latihan dan performance (apa yang bisa dilakukan oleh individu setelah mendapatkan latihan.2 Kemampuan merupakan sesuatu yang benar-benar dapat dilakukan oleh seseorang, artinya pada tatanan realistis hal itu dapat dilakukan karena latihan-latihan dan usaha-usaha juga belajar.

Woodworth dan Marquis seperti dikutip Suryabrata mengungkapkan definisi ability (kemampuan) pada tiga arti, yaitu : 1) Achievement, yang merupakan potensial ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau test tertentu. 2) Capacity, yang merupakan potensial ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman. 3) Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkapkan atau diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.3

Jadi kemampuan adalah potensi yang dimiliki daya kecakapan untuk melaksanakan suatu perbuatan, baik fisik maupun mental dan dalam prosesnya diperlukan latihan yang intensif di samping dasar dan pengalaman yang ada.

1Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV. Widya Karya, 2009), hlm. 308.

2Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm.

160-161.

3Ibid., hlm. 161.

(19)

Sedangkan istilah menghafal berasal dari kata “hafal” yang berarti

“dapat mengucapkan di luar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lainnya)”.4 Jika diberi awalan “me-” maka berarti ”berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat”.5 Disini ada proses mengingat sesuatu hingga waktu yang tak tentu, tergantung tingkat hafalan sejauhmana seseorang dapat mempertahankan sesuatu yang diingat tersebut.

Menurut pendapat yang lain, hafal dalam bahasa arabnya disebut dengan al-hafidz itu mempunyai arti “memelihara sesuatu atau tidak lupa”.6 Arti al-hafidz menurut bahasa tiada bedanya dengan artinya menurut istilah, yaitu “menampakkan dan membacanya secara luas tanpa kitab”.7 Konteks ini biasanya digunakan oleh para penghafal al-Qur’an.

Arti ”memelihara” maksudnya adalah bahwa dalam proses menghafal para penghafal diharapkan untuk selalu menjaga hafalannya supaya tidak cepat hilang dalam ingatan dengan cara mengulang-ulang apa yang dihapal tersebut, meskipun sebelumnya dia sudah hafal.

Dari paparan tersebut di atas dapat ditarik benang merah bahwa hafalan adalah aktivitas yang menitik beratkan pada daya ingatan (memory type of learning). Jadi maksud dari menghafal adalah suatu cara belajar dengan menggunakan daya ingatan yang tajam untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Sedangkan huruf hijaiyah adalah kumpulan huruf-huruf arab yang berjumlah 29 huruf. Huruf-huruf inilah yang terpakai dalam Al-Qur'an dan dikenal pada masa sekarang.8

Jadi kemampuan menghafal huruf hijaiyah adalah suatu kecakapan yang ada pada diri anak untuk melaksanakan perbuatan atau aktivitas yang

4Suharso dan Ana Retnoningsih, op.cit, hlm. 160.

5Ibid.

6Syaikh Abd Ar-Rabb Nawabuddin, Kaifa Tahfadzul Qur’anul Karim, Alih Bahasa, SD.

Ziyat Abbas, Metode Praktik Hafal Al-Qur’an, (Jakarta: CV. Firdaus, 1991), hlm. 27.

7Ibid, hlm. 29.

8Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: Diponegoro, 2003), hlm. 17

(20)

9

disertai dengan proses mengingat dengan maksud memahami huruf hijaiyah yang dihafal di luar kepala.

2. Langkah-langkah Menghafal Huruf Hijaiyah

Untuk mencapai hasil hafalan huruf hijaiyah yang baik, perlu dilakukan beberapa cara untuk mempermudah mengingat objek yang dihafal. Para ahli telah merumuskan cara-cara yang mempermudah dan mempercepat jalannya proses penghafalan.

Dalam proses menghafal ada 3 cara yang dapat digunakan yaitu : 1. Cara G (Ganzlern methode) metode keseluruhan, yaitu menghafal

dengan cara mengulang-ulang dari awal sampai akhir.

2. Cara T (Teillern methode), yaitu menghafal sebagian demi sebagian.

Masing-masing bagian dihafal sampai bisa baru pindah ke bagian lain.

3. Cara V (Vermittelendelern methode), merupakan metode gabungan antara keseluruhan dan bagian-bagian. Peserta didik menghafal bagian yang sukar dulu baru mempelajarinya secara keseluruhan.9

Cara V merupakan metode yang paling baik karena dengan cara ini anak mengamati secara keseluruhan lebih dahulu dan memperhatikan kesukaran-kesukarannya lebih dahulu, kemudian dihafalkan lebih dahulu baru nanti dihafalkan keseluruhan.

Cara menghafal huruf hijaiyah bisa dilakukan dengan mengadopsi tata cara atau langkah-langkah dalam menghafal al-Qur’an. Salah satu teknik menghafal al-Qur’an adalah dengan cara menghafal satu persatu ayat-ayat yang hendak dihafal. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat dapat dibaca beberapa kali, sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi benar-benar membentuk gerak refleks pada

9Sumadi Suryabrata, op.cit., hlm. 46

(21)

lisannya. Setelah benar-benar hafal baru dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama.10

Dalam menghafal huruf hijaiyah, pertama-tama anak dijelaskan tentang ciri atau karakteristik dari tiap huruf. Kemudian tiap-tiap huruf dibaca dengan keras selama beberapa kali hingga hafal. Setelah anak hafal tiap-tiap huruf hijaiyah tersebut, maka selanjutnya adalah menghafal secara keseluruhan huruf hijaiyah tersebut.

Beberapa cara tersebut di atas, dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal suatu mata pelajaran. Metode- metode tersebut dipakai semuanya sebagai variasi untuk menghilangkan kejenuhan, ataupun hanya memilih salah satunya kalau memang dirasakannya sudah cocok bagi dirinya sendiri.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hafalan Huruf Hijaiyah

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal huruf hijaiyah. Faktor-faktor yang mempengaruhi hafalan seseorang di antaranya adalah :

1. Menyuarakan

Yaitu proses menghafal dilakukan dengan cara mengeraskan bacaan. Dengan mengeraskan bacaan maka peserta didik akan lebih mudah mengingat obyek yang dihafal. Hal yang demikian perlu dilakukan kalau obyek yang dihafal adalah rumusan yang harus diingat secara tepat, ejaan-ejaan dan nama-nama asing, atau hal-hal yang sukar.

2. Pembagian waktu

Proses menghafal memerlukan pembagian waktu yang tepat sehingga obyek yang dihafal lebih mudah untuk diingat. Menghafal materi yang banyak secara borongan dalam waktu yang lama umumnya kurang menguntungkan.

10Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 63

(22)

11

3. Penggunaan metode yang tepat

Pemilihan yang metode yang tepat sangat menentukan keberhasilan proses menghafal. Pemilihan metode juga disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan usia anak.

4. Titian

Yaitu menghafal dilakukan secara sistematis bahan yang dihafal mudah dihafal, misalnya untuk menghafal nada-nada pada tanda silang (cross) dipakai cara ABTC (Alif, Ba, Ta, Tsa).

5. Penggolongan secara ritmis

Untuk membantu proses hafalan ada baiknya obyek yang akan dihafal dibuat nadhom atau lagu dan menghafalnya dengan cara menyanyikannya. Sehingga proses menghafal menjadi menyenangkan dan materi yang dihafal lebih mudah untuk diingat.

6. Penggolongan kesatuan

Materi yang akan dihafal perlu diklasifikasikan menurut karakteristik maupun ciri khusus. Misalnya menggolongkan huruf yang memiliki bacaan hampir sama, seperti alif, ain, ghin dan lain sebagainya. 11

Selain faktor-faktor tersebut ada faktor lain yang juga mempengaruhi hafalan seseorang yaitu:

1. Sifat seseorang, misalnya apakah dia seorang yang rajin atau yang malas, tidak mudah menyerah dan lain sebagainya.

2. Alam sekitar, yaitu lingkungan atau kondisi sekitar tempat seseorang menghafal.

3. Keadaan jasmani, seperti kondisi kesahatan.

4. Keadaan rohani (jiwa)

5. Usia seseorang saat menghafal.12

Pada dasarnya kemampuan menghafal seseorang ditentukan oleh faktor-faktor di atas, termasuk dalam menghafal huruf hijaiyah. Oleh

11Sumadi Suryabrata, op.cit., hlm. 46-47

12Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 26.

(23)

karena itu, dalam proses menghafal huruf hijaiyah guru perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut sehingga peserta didik dapat menghafal dengan baik.

B. Metode Reading Aloud

1. Pengertian Metode Reading Aloud

Ditinjau dari segi bahasa kata reading berarti ”membaca”13 dan kata aloud berarti ”dengan suara yang keras.”14 Jadi reading aloud adalah metode membaca nyaring atau membaca dengan mengeluarkan suara bukan di dalam hati. Dari segi istilah reading aloud (membaca nyaring) adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, peserta didik atau pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seorang pengarang.15 Namun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas peserta didi dalam membaca dengan suara keras yang dipandu oleh seorang guru. Karena rata-rata anak usia dini belum bisa membaca, maka aktivitas membaca harus dipandu oleh guru. Sehingga aktivitas membaca dilakukan secara klasikal dengan bimbingan guru terlebih dahulu.

Membaca nyaring merupakan suatu ketrampilan yang serba rumit, kompleks, banyak seluk beluknya. Pertama-tama peserta didik harus memahami aksara di atas kertas dan sebagainya dan kemudian memproduksi suara yang tepat dan bermakna. Pada hakekatnya, membaca nyaring merupakan masalah lisan atau oral matter. Oleh karena itu, dalam pengajaran bahasa asing, aktivitas membaca nyaring lebih dekat atau lebih ditunjukkan pada ucapan (pronounciation) dari pada pemahaman (comprehension).16 Meskipun penekanan aktivitas membaca bagi pemula

13John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 467

14Ibid., hlm. 24.

15Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, (Bandung:

Angkasa, t.th.), hlm. 22

16Ibid., hlm. 23.

(24)

13

adalah dari segi pelafalan, namun tidak menutup kemungkinan, dengan aktivitas membaca nyaring ini, seorang anak dapat meningkatkan daya ingat mereka. Paling tidak dalam mempelajari bahasa asing, seorang peserta didik dapat mengetahui cara pelafalan dan artinya.

2. Langkah-langkah Metode Reading Aloud

Tahap pembaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk kelas satu sekolah dasar, yaitu pada saat berusia sekitar enam tahun.

Meskipun begitu, ada anak yang sudah belajar membaca lebih awal dan ada pula yang baru belajar membaca pada usia tujuh atau delapan tahun.

Pada usia-usia awal, peserta didik rata-rata sudah memiliki kemampuan memahami huruf-huruf. Namun akan berbeda jika yang harus dipahami adalah huruf-huruf asing, khususnya huruf arab, yang secara sturktur hurufnya berbeda dengan huruf latin. Oleh karena itu, melalui metode reading aloud ini diharapkan kemampuan menghafal huruf hijaiyah peserta didik dapat meningkat.

Langkah-langkah implementasi metode reading aloud tersebut adalah sebagai berikut:

a. Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat, jelas, dan penuh suasana kehangatan.

b. Guru memberikan lembar huruf hijaiyah kepada peserta didik.

c. Guru menjelaskan huruf-huruf hijaiyah tersebut pada peserta didik secara singkat. Guru memperjelas poin-poin kunci tentang huruf-huruf hijaiyah yang akan dihafal peserta didik.

d. Guru membagi huruf-huruf hijaiyah itu menjadi beberapa bagian. Guru menyuruh sukarelawan-sukarelawan (peserta didik) untuk membaca keras bagian-bagian yang berbeda.

e. Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru menghentikan di beberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu, kemudian guru

(25)

memunculkan beberapa pertanyaan, atau memberikan contoh-contoh baik pelafalannya maupun penulisannya.

f. Guru melanjutkan dengan menguji hafalan huruf hijaiyah peserta didik secara acak.

g. Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut.

h. Guru melakukan evaluasi/tes lisan.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Reading Aloud

Aktivitas membaca bukan hanya menyuarakan simbol-simbol tapi juga mengambil makna atau berusaha memahami simbol tersebut.17 Kegiatan membaca dengan suara yang keras memberikan manfaat tersendiri bagi peserta didik untuk memahami isi materi bacaan. Crawley dan Mountain, Rubin seperti dikutip Farida Rahim mengemukakan bahwa aktivitas membaca yang dilakukan dengan suara nyaring dapat membantu peserta didik menyimak materi pelajaran, memperhatikan sesuatu dengan lebih baik, memahami materi pelajaran, mengingat secara terus menerus pengungkapan kata-kata, serta mengenali kata-kata baru yang muncul dalam konteks lain.18 Melalui aktivitas membaca nyaring, peserta didik menjadi lebih fokus, sehingga mampu meningkatkan pemahaman dan daya ingatnya terhadap suatu materi.

Mengeraskan bacaan dapat membangkitkan hati dan menambah semangat untuk memikirkan dan mendengarkan, menghilangkan rasa kantuk dan bisa meningkatkan semangat untuk membaca dan mengurangi rasa malas.19 Metode membaca dengan suara keras biasanya digunakan oleh orang yang belajar menghafal al-Qur’an dengan tujuan agar dapat

17 Andayani, Bahasa Indonesia, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta, 2009), hlm. 18.

18 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 124.

19 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal al-Qur’an, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), hlm. 73.

(26)

15

memfokuskan hati dan pikirannya pada makna, dan mencegah larinya pikiran.20

Haris dan Sipay dalam bukunya Farida Rahim mengemukakan bahwa membaca nyaring dapat mengoptimalkan perkembangan anak dengan banyak cara, di antaranya adalah:

a. Memberikan guru suatu cara yang tepat dan valid untuk mengevaluasi kemajuan ketrampilan membaca yang utama, khususnya pemenggalan kata, frasa, dan untuk menemukan kebutuhan pengajaranyang spesifik.

b. Membaca nyaring memberikan latihan komunikasi lisan untuk pembaca dan bagi yang mendengar untuk meningkatkan ketrampilan menyimaknya.

c. Membaca nyaring juga bisa melatih peserta didik untuk mendramatisasikan cerita dan memerankan pelaku yang terdapat dalam cerita.

d. Membaca nyaring menyediakan suatu media dimana guru dengan bimbingan yang bijaksana, bisa bekerja untuk meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri, terutama lagi dnegan anak pemula.21

Membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Sedangkan aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman.22 Membaca nyaring yang baik menuntut agar si pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata mata yang jauh, karena dia haruslah melihat pada bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar. Pembaca juga harus dapat mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para pendengar.23 Sehingga melalui aktivitas membaca nyaring kemampuan menyimak dan mengingat peserta didik dapat meningkat.

Selain melatih penglihatan dan ingatan, aktivitas membaca nyaring juga dapat mengaktifkan auditory memory (ingatan pendengaran) dan

20 Salman bin Umar as-Sunaidi, Mudahnya Memahami al-Qur’an, terj. Jamaludin, (Jakarta: Darul Haq, 2008), hlm. 42.

21 Farida Rahim, loc.cit.

22 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 200.

23 Henry Guntur Tarigan, op.cit., hlm. 22.

(27)

motor memory (ingatan yang bersangkut paut dengan otot-oto manusia).24 Dengan kata lain, ingatan seseorang dapat ditingkatkan melalui aktivitas membaca nyaring. Aktivitas membaca nyaring ini juga bisa dilakukan secara kreatif dan mengkolaborasikannya dengan aktivitas lain yang menyenangkan seperti membaca sambil menyanyi.

Disamping memiliki kelebihan metode reading aloud juga memiliki kelemahan, di antaranya:

1. Jika kegiatan membaca nyaring tersebut dilakukan dengan sistem acak (peserta didik secara acak bergantian membaca dengn keras) maka hasilnya tidak akan maksimal, karena peserta didik kurang menyimak apa yang dibaca.25

2. Dalam menerapkan metode reading aloud guru harus memperhatikan bagaimana cara membaca peserta didik. Karena metode ini bisa menyebabkan peserta didik hanya menirukan bacaan temannya dan tidak memperhatikan apa yang dibaca.

4. Implementasi Metode Reading Aloud dalam Menghafal Huruf Hijaiyah Kemampuan peserta didik dalam aktivitas membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:

1. Kesanggupan mengenal huruf (lambang, tanda) dan mengidentifikasi huruf itu dengan bunyinya (lisan).

2. Kesanggupan mengenal bunyi dan mengubahnya menjadi huruf atau tanda (tulisan).

3. Kesanggupan mengubah suatu rangkaian atau kombinasi huruf menjadi suatu rangkaian bunyi (lisan).

4. Kesanggupan mengubah suatu rangkaian bunyi menjadi suatu kombinasi huruf, sesuai dengan struktur kata yang dimaksud (tulisan).26

Dalam proses membaca nyaring, ada beberapa kertampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik, khususnya bagi peserta didik yang masih

24 Ibid.

25 Farida Rahim, op.cit., hlm. 123

26 Soepartinah Pakasi, Penuntun bagi Guru untuk Metode Belajar Membaca dan Menulis I In dan A An, (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1981), hlm. 7.

(28)

17

duduk di kelas pemula. Ketrampilan di tahun-tahun pertama mereka sekolah dapat memberikan basic yang kuat ketika peserta didik melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Karena penelitian ini difokuskan pada kelas satu sekolah dasar, maka ketrampilan-ketrampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik di antaranya adalah:

a. Mempergunakan ucapan yang tepat.

b. Mempergunakan frase yang tepat (bukan kata demi kata) c. Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah

dipahami

d. Memiliki perawakan dan sikap yang baik serta merawat buku dengan baik.

e. Menguasai tanda-tanda baca sederhana seperti titik, koma, tanda tanya dan tanda seru.27

Untuk memperkuat ingatan anak, guru dapat mengulang bacaan huruf hijaiyah sebanyak beberapa kali. Kemudian memberikan penjelasan tentang karakteristik tiap huruf hijaiyah yang dihafal. Dengan cara seperti ini maka kemampuan menghafal huruf hijaiyah peserta didik dapat meningkat.

C. Peningkatan Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah dengan Metode Reading Aloud

Kegiatan belajar harus mempunyai tujuan. Karena setiap tujuan yang tidak mempunyai tujuan akan berjalan meraba-raba, tak tentu arah tujuan.

Tujuan yang jelas dan berguna akan membuat orang lebih giat, terarah dan sungguh-sungguh. Semua kegiatan harus berorientasi pada tujuannya. Segala daya dan upaya harus dipusatkan pada pencapaian tujuan, baik bahan pelajaran, metode dan teknik pelaksanaan kegiatan belajar harus dapat menunjang tercapainya tujuan dengan efektif dan efisien.

Oleh karena itu aktivitas hafalan bertujuan untuk memperkuat ingatan.28 Menurut Briged Ballard dan John Danchy seperti dikutip Muhibbin Syah aktivitas hafalan bertujuan untuk pembenaran atau penyebutan kembali

27 Henry Guntur Tarigan, op.cit., hlm. 24

28Syaikh Abd Ar-Rabb Nawabuddin, op.cit, hlm. 172.

(29)

materi.29 Salah satu cara memperkuat ingatan adalah dengan cara membaca materi yang dihafal secara keras kemudian mengulanginya beberapa kali.

Dalam al-Qur’an surat al-Qiyamah ayat 17-18 disebutkan:

¨βÎ)

$uΖøŠn=tã

…çµyè÷Ηsd

…çµtΡ#uöè%uρ

#sŒÎ*sù∩⊇∠∪

çµ≈tΡù&ts%

ôìÎ7¨?$$sù

…çµtΡ#uöè%

)

∩⊇∇∪

ﺔﻣﺎﻴﻘﻟﺍ : ١٧ - ١٨ (

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (QS. al- Qiyamah: 17-18)30

Dari ayat tersebut di atas jelaslah bahwa dalam proses mempelajari al- Qur’an ditekankan pentingnya mengulang ayat-ayat al-Qur’an supaya mudah untuk dihafal. Hal ini dilakukan untuk memperkuat ingatan yang telah ada dalam pikiran untuk kemudian dapat diulang kembali.

Untuk mempelajari bahan hafalan diperlukan jenis belajar menghafal (memori type of learning). Belajar dengan menghafal sering menimbulkan penyakit verbalisme yaitu anak tahu menyebutkan kata-kata, definisi, rumus dan sebagainya tetapi tidak dipahami. Penyakit lain yang sering dijumpai akibat belajar menghafal ialah intelektualitas penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya dari buku pelajaran tanpa menghubungkannya dengan realitas kehidupan sehari-hari.

Untuk menghindarkan anak dari penyakit tersebut, perlu diperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut :

1. Bahan yang akan dihafalkan hendaknya diusahakan agar dipahami benar-benar oleh anak.

2. Bahan hafalan hendaknya merupakan suatu kebulatan (keseluruhan dan bukan fakta yang lepas).

3. Bahan yang telah dihafal hendaknya digunakan secara fungsional dalam situasi tertentu.

4. Active recall (mengulang-ulang materi yang dihafal) hendaknya senantiasa dilakukan.

5. Metode keseluruhan atau metode bagian yang digunakan tergantung pada sifat bahan.31

29Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm. 124.

30 Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 999

31Zakiyah Darajat, op.cit., hlm. 264.

(30)

19

Dari prinsip-prinsip tersebut dapat dipahami bahwa proses menghafal harus berlangsung secara komprehensif. Dalam artinya faktor penentu keberhasilan hafalan seseorang ditentukan oleh banyak hal, diantaranya tingkat kesukaran materi, metode menghafal, bimbingan guru selama proses menghafal, dan follow up setelah proses menghafal selesai.

Pada usia-usia awal, peserta didik rata-rata sudah memiliki kemampuan memahami huruf-huruf. Namun akan berbeda jika yang harus dipahami adalah huruf-huruf asing, khususnya huruf arab, yang secara struktur hurufnya berbeda dengan huruf latin. Oleh karena itu, melalui metode reading aloud ini diharapkan kemampuan menghafal huruf hijaiyah peserta didik dapat meningkat.

Untuk dapat menghafal huruf hijaiyah, langkah pertama yang perlu dilakukan yaitu mengenal huruf hijaiyah yang berjumlah 28 huruf. Hal tersebut dilakukan untuk dapat mengenalnya secara benar baik tulisan, makhraj (tempat keluarnya huruf), dan lafaz (pengucapan). Huruf hijaiyah tersebut adalah:

ﻱ ﻩ ﻭ ﻥ ﻡ ﻝ ﻙ ﻕ ﻑ ﻍ ﻉ ﻅ ﻁ ﺽ ﺹ ﺵ ﺱ ﺯ ﺭ ﺫ ﺩ ﺥ ﺡ ﺝ ﺙ ﺕ ﺏ ﺍ

Dalam membaca huruf hijaiyah perlu diperhatikan ketepatan pada makhrajnya. Ketepatan pada makhraj dapat diukur dari betul atau tidaknya mengeluarkan huruf-huruf hijaiyyah pada makhrajnya. Setiap huruf hijaiyah mempunyai tempat yang berbeda-beda, sehingga apabila ingin melafalkannya membutuhkan kejelian dan pemahaman. Adapun pembagian sifat keluarnya huruf hijaiyah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:32

No Nama Huruf Kelompok Huruf 1. Alif ( ا ) Al-Jauf (rongga mulut) 2. Ba’ ( ب ) Asy-Syafatain (dua bibir)

3. Ta’ ( ت ) Al-Lisan (lidah)

4. Tsa ( ث ) Al-Lisan (lidah)

5. Jim ( ج ) Al-Lisan (lidah)

6. Ha ( ح ) Al-Halq (tenggorokan)

7. Kha ( خ ) Al-Halq (tenggorokan)

8. Dal ( د ) Al-Lisan (lidah)

9. Dzal ( ذ ) Al-Lisan (lidah)

10. Ra ( ر ) Al-Lisan (lidah)

11. Za ( ز ) Al-Lisan (lidah)

12. Sin ( س ) Al-Lisan (lidah)

13. Syin ( ش ) Al-Lisan (lidah)

14. Shad ( ص ) Al-Lisan (lidah)

32 Acep Lim Abdurohim, op.cit., hlm. 30

(31)

16. Tha ( ط ) Al-Lisan (lidah)

17. Zha ( ظ ) Al-Lisan (lidah)

18. ‘Ain ( ع ) Al-Halq (tenggorokan) 19. Ghain ( غ ) Al-Halq (tenggorokan) 20. Fa ( ف ) Asy-Syafatain (dua bibir)

21. Qaf ( ق ) Al-Lisan (lidah)

22. Kaf ( ك ) Al-Lisan (lidah)

23. Lam (ل ) Al-Lisan (lidah)

24. Mim ( م ) Asy-Syafatain (dua bibir)

25. Nun ( ن ) Al-Lisan (lidah)

26. Wau (و ) Al-Jauf (rongga mulut) 27. Ha’ ( d ) Al-Halq (tenggorokan) 28. Ya ( ي ) Al-Jauf (rongga mulut)

Pada tahap awal pembelajaran huruf hijaiyah, biasanya metode yang digunakan dengan cara membacanya secara keras (jahr) supaya anak mengetahui perbedaan cara membaca huruf hijaiyah. Disamping itu, membaca Al-Qur’an dengan suara keras/jahr lebih utama dari pada membaca pelan. Asalkan tidak mengganggu orang yang ada di sekitarnya. Metode membaca dengan keras ini telah dipraktekkan mulai zaman Rasulullah. Metode ini digunakan untuk membantu para pembaca al-Qur’an agar dapat memfokuskan hati dan pikirannya pada makna, dan mencegah larinya pikiran.33 Melalui membaca dengan keras (reading aloud), anak didik akan memfokuskan perhatian dan pikiran pada obyek yang dibaca, sehingga anak didik mampu memahami dan akhirnya menghafal obyek yang dibaca tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa metode membaca dengan keras cukup efektif digunakan untuk membantu anak didik menghafal huruf hijaiyah.

D. Kerangka Berpikir

Salah satu aspek penentu keberhasilan pembelajaran adalah pemilihan metode. Seorang guru harus mampu memilih metode yang tepat sesuai dengan karakteristik materi dan kondisi peserta didik, karena tidak semua metode dapat diterapkan pada semua materi dan di semua jenjang pendidikan. Metode yang digunakan, harus sesuai dengan perkembangan dan keadaan psikologi peserta didik. Kaitannya dengan aktifitas menghafal huruf hijaiyah, maka metode yang

33 Salman bin Umar As-Sunaidi, Mudahnya Memahami al-Qur’an, Terj. Jamaludin, (Jakarta: Darul Haq, 2008), hlm. 42

(32)

21

digunakan guru harus menekankan pada aktifitas hafalan huruf hijaiyah yang sesuai dengan kondisi psikologis peserta didik.

Selama ini peserta didik kesulitan untuk menghafal huruf maupun kata- kata dalam bahasa asing, khususnya bahasa arab. Karena struktur huruf dan kata dalam bahasa arab berbeda dengan huruf latin, sehingga banyak peserta didik yang kesulitan untuk menghafalkannya. Hal ini diperparah dengan kondisi peserta didik yang terkadang memiliki kesulitan untuk memfokuskan perhatiannya terhadap materi yang dibaca. Hasilnya banyak peserta didik yang tidak hafal huruf-huruf hijaiyah.

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, maka salah satu solusi yang dapat diambil guru adalah dengan mengimplementasikan metode reading aloud.

Metode ini memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk lebih fokus pada materi pelajaran dan mengingat secara terus menerus materi yang sedang dibaca.

Disamping itu, metode reading aloud dapat mengoptimalkan aktifitas fisik saat membaca seperti ketajaman penglihatan, dan juga mampu meningkatkan aktifitas mental seperti kemampuan mengingat dan memahami objek yang dibaca. Sehingga metode ini sangat tepat digunakan untuk materi-materi hafalan.

Dalam implementasinya metode ini dilaksanakan secara terbimbing dengan menekankan aspek kreatifitas dari guru. Oleh karena itu, metode reading aloud dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk meningkatkan hafalan huruf hijaiyah peserta didik. Melalui metode ini diharapkan kemampuan menghafal huruf hijaiyah peserta didik dapat meningkat.

E. Kajian Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan perbandingan, maka perlu dilakukan kajian terhadap penelitian yang sudah ada yang relevan dengan judul skripsi ini. Beberapa penelitian di antaranya:

Pertama, skripsi Puji Umaidah yang berjudul “Education Games dalam Pembelajaran PAI Pada Anak Prasekolah di TK Islamic Centre Semarang”.

Dalam karya ilmiah ini peneliti mengetengahkan telaah mengenai pendekatan yang paling tepat dalam pembelajaran PAI bagi anak prasekolah adalah bermain sambil belajar. Melalui bermain diharapkan anak dapat memperoleh pengetahuan, baik yang bersifat umum maupun keagamaan dan pengalaman

(33)

tanpa harus dipaksa untuk meningkatkan minat, pengetahuan, dan pengalaman anak untuk mempelajari sesuatu dengan berbagai variasi permainan.34

Kedua, skripsi Dinik Handayani yang berjudul “Implementasi Permainan Edukatif dalam Upaya Penanaman Nilai-Nilai Islam pada Anak Pra Sekolah di TK Hj. Isriati Baiturrahman I Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam prakteknya penanaman nilai-nilai Islam pada anak pra sekolah dengan menggunakan permainan edukatif sudah sesuai dengan perkembangan psikologi anak. Dalam proses pembelajaran guru selalu menggunakan pendekatan yang disesuaikan dengan perkembangan usia anak agar mudah membawa anak ke dunia belajar melalui kegiatan bermain, bercerita, dan bermain peran bersama.35

Ketiga, skripsi Ati’ Murtiah Tanti yang berjudul “Penanaman Nilai-Nilai Islam pada Anak Usia Dini (Studi di TK RA Nurul Islam Ketro Sragen)”. Dalam skripsi ini, peneliti mengetengahkan materi nilai-nilai Islam untuk anak usia dini yang meliputi nilai aqidah, nilai ibadah, dan nilai akhlak. Ketiga nilai tersebut harus ditanamkan kepada anak sejak dini, karena ketiga nilai tersebut merupakan kerangka dasar dalam agama Islam. Ketiga nilai (aqidah, ibadah, akhlak) tersebut merupakan peletak dasar pembentuk kepribadian manusia secara utuh.36

Dari beberapa penelitian di atas diketahui bahwa belum ada penelitian yang membahas tentang implementasi metode reading aloud kaitannya dengan peningkatan kemampuan menghafal huruf hijaiyah. Namun penelitian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran pada anak usia ini perlu menggunakan pendekatan permainan, sehingga pembelajaran terasa lebih menyenangkan.

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah ada peningkatan kemampuan menghafal huruf hijaiyah melalui metode reading aloud di kelas I MI Gubug Cepogo Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011.

34Puji Umaidah, “Education Games dalam Pembelajaran PAI pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Islamic Centre Semarang”, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang:

Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007), hlm. iii

35Dinik Handayani, “Implementasi Permainan Edukatif dalam Upaya Penanaman Nilai-Nilai Islam pada Anak Pra Sekolah di TK Hj. Isriati Baiturrahman I Semarang” Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008), hlm. iii

36Ati’ Murti’ah Tanti, “Penanaman Nilai-Nilai Islam pada Anak Usia Dini (Studi di TK RA Nurul Islam Ketro Sragen)”, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005), hlm. iii

(34)

Gambar

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Kemampuan Menghafal huruf  Hijaiyah Peserta Didik Per Siklus
Gambar 4.2  Diagram Peningkatan Aktivitas Peserta Didik dalam  Pembelajaran Per Siklus

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Speed Reading dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelas V MI Al-Hidayah Ngadirojo Ampel tahun pelajaran

Manfaat bagi siswa, hasil penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan membaca melalui metode Speed Reading pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah Ngadirojo Ampel

Manfaat bagi siswa, hasil penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan membaca melalui metode Speed Reading pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah Ngadirojo Ampel

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan model direct instruction dalam pembelajaran Al- Qur’an

penelitian dianggap berhasil.. Dengan melihat tabel di atas peneliti mengadakan tindakan kelas dalam 2 siklus. Siklus 1, Penulis mengajarkan tentang kemampuan penguasaan kosa

Pada tahap pra siklus ini adalah langkah yang pertama yang dilakukan oleh peneliti sebelum peneliti memulai siklus penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan

Tahap pra siklus dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2016 untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya di lapangan sebagai data awal siswa sebelum peneliti melakukan proses

1. Sebelum pemberian tindakan peneliti melakukan wawancara terhadap guru matematika kelas VII A MTS Al Mushlihin Binjai dan siswa diberi tes awal penelitian