• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTENSITAS MODAL, LEVERAGE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INTENSITAS MODAL, LEVERAGE"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTENSITAS MODAL, LEVERAGE, INTENSITAS PERSEDIAAN, TRANSAKSI PERUSAHAAN AFILIASI, DAN TRANSFER PRICING TERHADAP TARIF PAJAK EFEKTIF PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2016

KARTIKA PERTIWI, TUMPAL MANIK, ASMAUL HUSNA pertiwikartika96@gmail.com,

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intensitas modal, leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi, dan transfer pricing terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016.

Metode pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling dan didapatkan 37 sampel yang memenuhi kriteria dari 148 perusahaan yang menjadi data observasi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Dan hasil dalam penelitian ini mendapatkan bahwa intensitas modal, leverage, intensitas persediaan dan transaksi perusahaan afiliasi berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Dan transfer pricing tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

Kata kunci : Tarif pajak efektif, intensitas modal, leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi, transfer pricing

PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak memberikan sumbangan terbesar bagi penerimaan negara dibandingkan dengan penerimaan bukan pajak seperti: penerimaan sumber daya alam, bagian laba BUMN, penerimaan bukan pajak lainnya dan pendapatan badan layanan umum serta hibah.

Berdasarkan website resmi Dirjen Pajak pada tahun 2016, Pemerintah mencatat bahwa realisasi penerimaan pajak dari PPh Non Migas sampai dengan 31 Oktober 2016 mencapai Rp.

(2)

870,594 triliun atau 64,27% dari target penerimaan pajak yang ditetapkan sesuai APBN-2016 sebesar Rp. 1.355,203 triliun. Angka ini lebih tinggi 13,30% dibandingkan periode yang sama ditahun 2015 yang mana total realisasi penerimaan pajak tercatat sebesar Rp. 768,691 triliun.

Perbedaan sebesar Rp. 484,609 triliun tersebut menunjukkan bahwa penerimaan dan target penerimaan dari sektor pajak tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah banyaknya perusahaan yang ingin menekan kewajiban perpajakannya sehingga menyebabkan adanya perbedaan perhitungan beban pajak yang ditetapkan dengan tarif pada undang-undang yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan. Kemudian masih banyaknya perusahaan yang tidak mematuhi pembayaran pajak hingga melakukan upaya penghindaran pajak untuk memperkecil jumlah pajak yang dibayar dan tarif pajak efektif perusahaan. Ada beberapa faktor yang berkemungkinan berpengaruh dan dapat dimaksimalkan oleh perusahaan untuk kegiatan manajemen pajaknya antara lain intensitas modal, leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi dan transfer pricing.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh intensitas modal, leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi dan transfer pricing terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2016 baik secara parsial maupun simultan. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh intensitas modal, leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi dan transfer pricing terhadap tarif pajak efektif.

TINJAUAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Tarif pajak efektif adalah besaran persentase tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan. Tarif pajak menunjukkan efektivitas manajemen pajak dan menunjukkan respon serta dampak intensif pajak terhadap suatu perusahaan Tarif pajak efektif dapat dihitung dengan membagi beban pajak tehadap laba sebelum pajak dan tidak membedakan antara beban pajak kini dan beban pajak tangguhan (Amelia, 2016). Adapun rumusnya sebagai berikut:

Intensitas modal menggambarkan seberapa besar aset perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk aset tetap yang dirumuskan, dengan :

(3)

Intensitas modal menggambarkan seberapa besar aset perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk aset tetap yang dirumuskan, dengan :

Intensitas persediaan merupakan cerminan dari seberapa besar perusahaan berinvestasi terhadap persediaan yang ada dalam perusahaan (Halim, 2016). Intensitas persediaan

menggunakan proxy rasio intensitas persediaan. Rasio intensitas persediaan dapat dihitung dengan cara membagi nilai persediaan yang ada dalam perusahaan dengan total aset perusahaan, seperti yang dirumuskan oleh Halim (2016). Adapun rumusnya sebagai berikut:

Pengungkapan pihak-pihak berelasi sangat penting karena hubungan antara pihak-pihak berelasi dapat berpengaruh terhadap laba rugi dan posisi keuangan perusahaan. Pihak berelasi dapat menyepakati transaksi dimana pihak-pihak yang tidak berelasi dapat melakukannya (PSAK No. 7 (Revisi 2010) paragraf 6). Transaksi afiliasi menggunakan rasio piutang hubungan

istimewa

Transfer pricing adalah harga yang terkandung pada setiap produk atau jasa dari satu divisi yang di transfer ke divisi yang lain dalam perusahaan yang sama atau antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.

Untuk melihat keberadaan penjualan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa, maka penelitian ini menggunakan variabel dummy yang mana apabila perusahaan yang

melakukan penjualan diatas 10% kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa diberi nilai 1 (satu) dan yang tidak diberi nilai 0 (nol).

Berdasarkan landasan teori yang dijelaskan diatas, maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

(4)

H1 H2

H3

H4

H5

H6

1. Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Tarif pajak Efektif

Intensitas modal menggambarkan seberapa besar kekayaan perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk aset tetap. Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016), intensitas modal terbukti berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Semakin besar intensitas modal, maka akan meningkatkan tarif pajak efektif dan semakin kecil intensitas modal akan menurunkan tarif pajak efektif. Maka hipotesis penelitian dalam variabel ini yaitu :

H1 : Diduga Intensitas Modal Berpengaruh Terhadap Tarif Pajak Efektif 2. Pengaruh Leverage Terhadap Tarif Pajak Efektif

Leverage menggambarkan tingkat risiko dari perusahaan yang diukur dengan membandingkan total hutang perusahaan dengan total ekuitas yang dimiliki perusahaan.

Menurut Omelia (2016), penggunaan utang dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan akan menimbulkan biaya tetap yaitu bunga. Biaya bunga dapat dikurangkan dari pajak, sehingga penggunaan utang sebagai pembiayaan operasional perusahaan akan secara langsung mempengaruhi tarif pajak efektif perusahaan. Biaya bunga hutang yang timbul akan digunakan sebagai pengurang pajak sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Semakin besar tingkat hutang akan menurunkan tarif pajak efektif. Maka hipotesis penelitian dalam variabel ini yaitu :

Intensitas Modal (X1) Leverage (X2)

Intensitas Persediaan (X3)

Transaksi Perusahaan Afiliasi (X4)

Transfer Pricing (X5)

Tarif Pajak Efektif (Y)

(5)

H2 : Diduga Leverage Berpengaruh Terhadap Tarif Pajak Efektif 3. Pengaruh Intensitas Persediaan Terhadap Tarif Pajak Efektif

Intensitas persediaan menggambarkan bagaimana perusahaan menginvestasikan kekayaannya pada persediaan. Menurut Putri (2016), tingkat persediaan yang tinggi juga dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayar perusahaan. Hal ini karena timbulnya beban- beban bagi perusahaan akibat dari adanya persediaan. Beban-beban tersebut akan mengurangi laba bersih perusahaan dan mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan. Maka hipotesis penelitian dalam variabel ini yaitu :

H3 : Diduga Intensitas Persediaan Berpengaruh Terhadap Tarif Pajak Efektif 4. Pengaruh Transaksi Perusahaan Afiliasi Terhadap Tarif Pajak Efektif

Untuk menguji apakah transaksi perusahaan istimewa berpengaruh terhadap tarif pajak efektif perusahaan dipergunakan kriteria hubungan istimewa menurut PSAK No. 7 Revisi 2010. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2014), membuktikan bahwa transaksi perusahaan afiliasi berpengaruh signifikan terhadap tarif pajak efektif. Semakin tinggi transaksi afiliasi maka tarif pajak efektif akan semakin kecil. Maka hipotesis penelitian dalam variabel ini yaitu :

H4 : Diduga Piutang Hubungan Istimewa Berpengaruh terhadap Tarif Pajak Efektif 5. Pengaruh Transfer Pricing Terhadap Tarif Pajak Efektif

Dalam transfer pricing, perusahaan multinasional cenderung menggeser kewajiban perpajakannya dari negara-negara yang memiliki tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif pajak rendah (low tax countries) yang dilakukan dengan cara memperkecil harga jual antara perusahaan dalam satu grup.

Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2015), menyebutkan bahwa transfer pricing berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang diukur menggunakan proxy tarif pajak efektif. Oleh karena itu, beban pajak yang besar memicu perusahaan untuk melakukan transfer pricing dengan harapan dapat menekan beban tersebut. Maka hipotesis penelitian dalam variabel ini yaitu :

H5 : Diduga Transfer Pricing Berpengaruh terhadap Tarif Pajak Efektif

(6)

METODOLOGI PENELITIAN DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Sedangkan statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013).

JENIS dan SUMBER DATA

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2016. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan manufaktur periode 203-2016. Data diambil dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) yang dipublikasikan di www.idx.co.id serta sumber-sumber lainnya.

POPULASI dan SAMPEL

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 138 perusahaan manufaktur. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Adapun kriterianya yaitu :

1. Perusahaan manufaktur yang melaporkan laporan keuangan secara lengkap selama periode 2013-2016

2. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah (Rp) selama periode 2013-2016

3. Perusahaan manufaktur yang mengalami laba selama periode 2013-2016

4. Perusahaan yang memiliki piutang hubungan istimewa selama periode 2013-2016

Berdasarkan kriteria sampel yang digunakan, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 37 perusahaan.

(7)

METODE ANALISIS DATA

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Dengan bantuan SPSS 20.0. dalam analisis ini, terdiri dari uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik (uji normalitas, multikoliniearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi), dan uji hipotesis (uji t, uji f dan koefisien determinasi). Metode ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel terikat dengan variabel-variabel bebas. Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh inensitas modal, leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi dan transfer pricing padaperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016. Hasil dan pembahasan dalam pengujian statistik penelitian ini adalah sebagai berikut:

DATA OUTLIER

1. Uji Statistik Deskriptif dan Uji Frekuensi

Menurut Ghozali (2013:19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar devaisi, maksimum,

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data intensitas modal memiliki minimum sebesar 0,0804, nilai maksimum 0,6975, nilai rata-rata 0,354405 dan standar deviasi sebesar 0,1582625, leverage memiliki nilai minimum sebesar 0,0244, nilai maksimum 2,6939, nilai rata-rata 0,732834, dan standar deviasi sebesar 0,5639573, intensitas persediaan memiliki nilai minimum sebesar 0,0160, nilai maksimum 0,4581, nilai rata-rata sebesar 0,180680 dan standar deviasi sebesar 0,0953338, transaksi perusahaan afiliasi memiliki nilai minimum 0,0000, nilai maksimum 0,2191, nilai rata-rata 0,41644 dan standar deviasi sebesar 0,0586159.

Untuk variabel transfer pricing menggunakan uji frekuensi dimana dari 129 sampel penelitian, terdapat 69 perusahaan yang melakukan penjualan daiatas 10% kepada pihak berelasi atau sekitar 46,6% dan sisanya 60 perusahaan tidak melakukan penjualan diatas 10% kepada pihak berelasi atau sekitar 40,5%.

(8)

2. Uji Asumsi Klasik 2.1 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2013:160), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Dan jika asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid. Untuk melihat residual berdistribusi normal atau tidak, dapat dilakukan dengan analisis grafik dan analisis statistik.

Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogrov- Smirnov, besarnya nilai Kolmogrov- Smirnov adalah 1,255 dan signifikan pada 0,086 yang nilainya lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah terdistribusi dengan normal.

2.2 Uji Multikoliniearitas

Menurut Ghozali (2013:105) untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai umum yang dipakai untuk menunjukkan tidak adanya masalah multikolinearitas adalah nilai Tolerance ≥ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10.

Berdasarkan hasil uji multikoliniearitas menggunakan VIF terlihat bahwa variabel intensitas modal (CAPINT) memiliki nilai tolerance (T) sebesar 0,792 dan variance inflation factor (VIF) sebesar 1,262, variabel leverage (LEV) memiliki nilai tolerance (T) sebesar 0,891 dan variance inflation factor (VIF) sebesar 1,123, variabel intensitas modal (INVINT) memiliki nilai tolerance (T) sebesar 0,886 dan variance inflation factor (VIF) sebesar 1,128, variabel transaksi perusahaan afiliasi (SPEC_REC) memiliki nilai tolerance (T) sebesar 0,782 dan variance inflation factor (VIF) sebesar 1,374, serta variabel transfer pricing (TP) memiliki nilai tolerance (T) sebesar 0,722 dan variance inflation factor (VIF) sebesar 1,386.

Sehingga dapat disimpulkan masing-masing variabel independen yaitu intensitas modal, leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi, dan transfer pricing yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance diatas 0,10 dan nilai variance inflation factor (VIF) dibawah 10 sehingga model persamaan regresi dalam penelitian ini tidak terdapat masalah pada uji multikoliniearitas dan model persamaan regresi dapat digunakan dalam penelitian ini.

(9)

2.3 Uji Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi.

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW).

Durbin-Watson diatas diketahui bahwa nilai Durbin-Watson hitung sebesar 2,009.

Apabila dibandingkan dengan nilai Durbin-Watson tabel pada tingkat signifikan 5%, dengan k=6 dan n=129 maka diperoleh dL = 1,6165 dan dU = 1,8107 , maka nilai 4-dU = 2,1893 dan nilai 4-dL = 2,3835. Hasil dari Durbin-Watson hitung sebesar 2,009 dan nilai ini berada diposisi antara dU dengan 4-dU, yaitu antara 1,8107 dan 2,1893, yang artinya bahwa tidak adanya gejala autokorelasi dalam model regresi ini.

2.4 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamtan yang lain jika sama disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik tidak mengandung heterokedastisitas.

Nilai sig untuk variabel intensitas modal (CAPINT) sebesar 0,256, nilai sig untuk variabel leverage (LEV) sebesar 0,283, nilai sig untuk variabel intensitas persediaan (INVINT) 0,395, nilai sig untuk variabel transaksi perusahaan afiliasi (SPEC_REC) 0,603 dan nilai sig untuk variabel transfer pricing (TP) sebesar 0,811, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel mempunyai nilai sig > 0,05, maka dapat dipastikan model tidak mengandung heterokedastisitas.

3. Analisis Regresi Berganda

ETR = 0,138 + 0,130CAPINTit + 0.046LEVit + 0,301INVINTit – 0.455SPEC_RECit + 0,16TP + ℮

Dari persamaan model regresi linear tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

(10)

1. Konstanta (α)

Nilai konstanta (α) sebesar 0,138 menyatakan bahwa jika variabel intensitas modal, leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi, dan transfer pricing dianggap konstan, maka nilai tarif pajak efektif sebesar 0,138.

2. Koefisien β1 untuk variabel intensitas modal

Besarnya nilai koefisien regresi (β1) sebesar 0,130. Nilai β1 yang positif menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel intensitas modal, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan tarif pajak efektif sebesar 0,130

3. Koefisien β2 untuk variabel leverage

Besarnya nilai koefisien regresi (β2) sebesar 0,046. Nilai β2 yang positif menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel leverage, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan tarif pajak efektif sebesar 0,046.

4. Koefisien β3 untuk variabel intensitas persediaan

Besarnya nilai koefisien regresi (β3) sebesar 0,301. Nilai β3 yang positif menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel intensitas persediaan, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan tarif pajak efektif sebesar 0,301.

5.Koefisien β4 untuk variabel transaksi perusahaan afiliasi

Besarnya nilai koefisien regresi (β4) sebesar -0,4555. Nilai β4 yang negatif menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel transaksi perusahaan afiliasi, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan tarif pajak efektif sebesar 0,455.

6.Koefisien β5 untuk variabel transfer pricing

Besarnya nilai koefisien regresi (β5) sebesar 0,016. Nilai β5 yang positif menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel transfer pricing, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan tarif pajak efektif sebesar 0,016

4. Uji Hipotesis

4.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)

1. Variabel intensitas modal (CAPINT) memiliki tingkat signifikansi 0,025 < 0,05. Variabel intensitas modal ini juga memiliki nilai thitung sebesar 2,265 > 1,97960 (ttabel α = 0,05, df =

(11)

(129-6-1) = 122). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel intensitas modal secara parsial berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

2. Variabel leverage (LEV) memiliki nilai tingkat signifikansi 0,003 < 0,05. Variabel leverage ini juga memiliki nilai thitung sebesar 3,028 > 1,97960 (ttabel α = 0,05, df = (129-6-1)

= 122). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H2 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel leverage secara parsial berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

3.Variabel intensitas persediaan (INVINT) memiliki nilai tingkat signifikansi 0,001 < 0,05.

Variabel intensitas persediaan juga memiliki nilai thitung sebesar 3,341 > 1,97960 (ttabel α = 0,05, df = (129-6-1) = 122). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H3 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel intensitas persediaan secara parsial berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

4.Variabel transaksi perusahaan afiliasi (SPEC_REC) memiliki nilai tingkat signifikansi 0,006 < 0,05. Variabel transaksi perusahaan afiliasi juga memiliki nilai tabel thitung sebesar - 2,816 < -1,97960 (ttabel α = 0,05, df = (129-6-1) = 122). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H4

diterma dan H0 ditolak, yang berarti transaksi perusahaan afiliasi secara parsial berepengaruh terhadap tarif pajak efektif.

5.Variabel transfer pricing (TP) memiliki nilai tingkat signifikansi 0,389 > 0,05. Variabel transfer pricing juga memiliki nilai thitung sebesar 0,865 < 1,97960 (ttabel α = 0,05, df = (129- 6-1) = 122). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H5 ditolak dan H0 diterima, yang berarti transfer pricing secara parsial tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

(12)

4.2. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)

Hasil uji signifikasi simultan (uji statistik F) atau uji ANOVA dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi yaitu 0,000 < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak.

Sementara itu dapat juga dilihat nilai Fhitung dibanding dengan nilai Ftabel. Fhitung memiliki nilai sebesar 6,446. Nilai Ftabel pada tingkat kesalahan α = 5% dengan derajat kebebasan (df) = df pembilang (k-1) ; df penyebut (n-k). Jumlah variabel penelitian (k) berjumlah 6, dan jumlah sampel (n) sebanyak 129. Jadi df pembilang (6-1) = 5 dan df penyebut (129-6) = 123, sehingga Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%) adalah 2,29. Jadi Fhitung > Ftabel (6,446 > 2,29) dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0

ditolak artinya intensitas modal (CAPINT), leverage (LEV), intensitas persediaan (INVINT), transaksi perusahaan afiliasi (SPEC_REC), dan transfer pricing (TP) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan amnufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.

4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil uji koefisien determinasi (R2) besarnya nilai adjusted R2 square adalah 0,175, hal ini berarti 17,5% variabel tarif pajak efektif dapat dijelaskan oleh kelima variabel independen, intensitas modal (CAPINT), leverage (LEV), intensitas persediaan (INVINT), transaksi perusahaan afiliasi (SPEC_REC), dan transfer pricing (TP). Sedangkan sisanya yaitu 82,5%

(100%-17,5%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model ini.

KESIMPULAN

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2013-2016 dan bertujuan untuk melihat apakah intensitas modal, leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi dan transfer pricing terhadap tarif pajak efektif. Adapun populasi dalam penelitian ini berjumlah 138 perusahaan dan perusahaan yang menjadi sampel sebanyak 37 perusahaan sehingga data observasi dalam penelitian ini sebanyak 148 data sebelum dioutlier. Setelah dilakukan outlier berjumlah 129 data.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut:

(13)

1. Intensitas modal berpengaruh terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.

2. Leverage berpengaruh terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.

3. Intensitas persediaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.

4. Transaksi perusahaan afiliasi berpengaruh terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.

SARAN

Untuk penelitian selanjutnya juga diharapkan agar dapat menambah periode penelitian yang tidak hanya empat periode, menambah variabel independen lain yang dapat mempengaruhi tarif pajak efektif seperti variabel laba sebagai variabel intervening dan juga jumlah tenaga professional yang dimiliki perusahaan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. 2013. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

Amelia, Vicky. 2015. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Komisaris Independen Terhadap Effective Tax Rate.

Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Ardyansyah, D., & Zulaikha. 2014. Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital Intensity Ratio, dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate (ETR). Diponegoro Journal Accounting, Volume 3, Nomor 2, Halaman 2-9.

Bursa Efek Indonesia. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Perusahaan diakses dari www.idx.co.id

Dharma, I Made Surya. 2016. Pengaruh Leverage, Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance. E-journal Akuntansi Universitas Udayana, Volume 15, Halaman 584-613.

Diana, Nur. 2017. Pengaruh Size, Leverage,Profitability, Capital Intensity Ratio, dan Activity Ratio Terhadap Effective Tax Rate (ETR). e-Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi, Volume 06, Nomor 17, Halaman 13-26. ISSN: 2302-706.

Ghozali, Imam. 2013 Aplikasi Analisis Mutivariate dengan SPSS. Edisi Keempat, Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gunadi,. 2007. Akuntansi Pajak (Edisi Revisi), Jakarta:Grasindo,

Handayani, Desi & Tobi Arfan. 2014. Pengaruh Transaksi Perusahaan Afiliasi Terhadap Tarif Pajak Efektif. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis, Volume 7 , Halaman 11-19.

Hery. 2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Grasindo.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 7 Revisi 2010 Tentang Pihak-Pihak Berelasi

Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 Tentang Persediaan Revisi 2008

Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 Tentang Aset Tetap Revisi 2011

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 5. Jakarta: Rajawali Pers.

Kieso, Weygandt, Warfield. 2011. Intermediate Accounting. Volume 1, IFRS Edition. USA:

John Wiley & sons, Inc.

(15)

Kieso, Weygandt, Warfield. 2011. Intermediate Accounting. Volume 2, IFRS Edition. USA:

John Wiley & sons, Inc.

Manik, Tumpal. 2015. Pengantar Akuntansi (Accounting Principle). Volume 1. ISBN 978-602- 71992-3-1. UMRAHPRES

Putri, Citra Lestari dan Lautania, Maya Febrianti. 2016. Pengaruh Capital Intensity Ratio, Inventory Intensity Ratio, Ownership Structure dan Profitability terhadap Effective Tax Rate. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi,Volume 1, Nomor 1, Halaman 101- 119.

Putri, Scania Evana. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return on Asset (ROA), Leverage dan Intensitas Modal Terhadap Tarif pajak Efektif. JOM Fekon, Volume 3, Nomor 1, Halaman 1506-1519.

Septi, Imelia.2015. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Pajak Dengan Indikator Tarif Pajak Efektif (ETR) pada perusahaan LQ45”.Jom FEKON, Volume 2, Nomor 1, Halaman 1-15.

Subramnayam dan Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan Financial Statement Analysis Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Edisi 9. Bandung : Mitra Wacana Media. Alfabeta.

Suprihatin. 2016. Pengaruh Transfer Pricing Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014. Unissula.

UU No. 28 tahun 2007 tentang Pajak Penghasilan UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Buku 1, Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.

www.pajak.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan Rasio Intensitas Modal Pada Perusahaan Automotive yang Go-Public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2005-2009 Modal dalam suatu perusahaan merupakan

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel, yaitu total assets turnover, equity multiplier, rasio leverage keuangan dan intensitas modal terhadap

Hasil dari penelitian ini adalah variabel rasio leverage, intensitas modal dan pangsa pasar memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan serta variabel

Berdasarkan uraian diatas, maka judul penelitian ini adalah Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Intensitas Modal dan Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Tax

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah intensitas persediaan, likuiditas, manajemen laba, ukuran perusahaan, leverage dan intensitas aset tetap merupakan faktor

bahwa intensitas modal berpengaruh positif terhadap konservatisme perusahaan. Alasan pemilihan perusahaan manufaktur sebagai sampel

Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, rasio leverage serta intensitas

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, judul yang diajukan untuk penelitian ini yaitu “Pengaruh Pertumbuhan Penjualan dan Intensitas Modal Terhadap Tax Avoidance dengan Leverage